Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengaturan tingkat perlindungan yang tepat (ALOP) dan analisis risiko berdasarkan perjanjian SPS WTO dan peraturan nasional di Indonesia.
2. ALOP merupakan hasil dari analisis risiko yang menentukan tingkat risiko yang dapat diterima, sedangkan tindakan SPS dirancang untuk mencapai ALOP.
3. Analisis risiko penting untuk menilai risiko
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia - ...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang Lumpy Skin Disease (LSD) dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak di Indonesia, termasuk gejala, epidemiologi, penularan, pencegahan, dan tantangan pengendaliannya."
Penyakit-penyakit Hewan Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Animal Diseases) - ...Tata Naipospos
Dokumen ini membahas tentang penyakit-penyakit hewan yang wajib dilaporkan secara internasional dan nasional serta kewajiban melaporkan penyakit hewan menular di Indonesia."
Persyaratan Impor Kulit Hewan Terkait PMK dan Anthrax - Ditkesmavet - 28-29 D...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas persyaratan impor kulit hewan terkait penyakit mulut dan kuku (PMK) serta anthrax. Dokumen menjelaskan prosedur inaktivasi virus PMK dan spora anthrax dalam kulit, serta rekomendasi Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) untuk impor kulit yang telah melalui proses penyamakan tertentu tanpa sertifikat kesehatan.
Dokumen tersebut membahas tentang Lumpy Skin Disease (LSD) pada ternak, mulai dari pengenalan penyakit, patogenesis, epidemiologi, dampak ekonomi, dan strategi pengendalian LSD. LSD disebabkan oleh virus yang menginfeksi sapi dan kerbau, menyebabkan gejala klinis seperti nodul kulit dan menurunkan produktivitas ternak. Penyakit ini telah menyebar ke berbagai negara Asia dan menimbulkan kerugian ekonomi bagi peternak
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019Tata Naipospos
Dokumen ini membahas analisis risiko penyakit hewan dengan menjelaskan kerangka kerja analisis risiko menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) dan implementasinya dalam perdagangan internasional dan impor hewan serta produk hewannya.
Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...Tata Naipospos
Webinar membahas Lumpy Skin Disease (LSD) yang menyerang sapi di Indonesia. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Provinsi Riau pada Februari 2022 dan sejak saat itu terus menyebar ke beberapa kabupaten di provinsi tersebut. LSD menyebabkan kerugian ekonomi besar akibat kematian ternak dan penurunan produktivitas. Upaya pemberantasan diperlukan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...Tata Naipospos
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemunculan penyakit zoonosis antara lain evolusi agen patogen, perubahan demografi dan perilaku manusia, serta perubahan lingkungan seperti perubahan iklim dan ekosistem. Pendekatan One Health diperlukan untuk mengelola ancaman kesehatan di antara kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Surveilans berbasis masyarakat, deteksi dini, serta kerja sama multi disiplin perlu ditingkatkan unt
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia - ...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang Lumpy Skin Disease (LSD) dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak di Indonesia, termasuk gejala, epidemiologi, penularan, pencegahan, dan tantangan pengendaliannya."
Penyakit-penyakit Hewan Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Animal Diseases) - ...Tata Naipospos
Dokumen ini membahas tentang penyakit-penyakit hewan yang wajib dilaporkan secara internasional dan nasional serta kewajiban melaporkan penyakit hewan menular di Indonesia."
Persyaratan Impor Kulit Hewan Terkait PMK dan Anthrax - Ditkesmavet - 28-29 D...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas persyaratan impor kulit hewan terkait penyakit mulut dan kuku (PMK) serta anthrax. Dokumen menjelaskan prosedur inaktivasi virus PMK dan spora anthrax dalam kulit, serta rekomendasi Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) untuk impor kulit yang telah melalui proses penyamakan tertentu tanpa sertifikat kesehatan.
Dokumen tersebut membahas tentang Lumpy Skin Disease (LSD) pada ternak, mulai dari pengenalan penyakit, patogenesis, epidemiologi, dampak ekonomi, dan strategi pengendalian LSD. LSD disebabkan oleh virus yang menginfeksi sapi dan kerbau, menyebabkan gejala klinis seperti nodul kulit dan menurunkan produktivitas ternak. Penyakit ini telah menyebar ke berbagai negara Asia dan menimbulkan kerugian ekonomi bagi peternak
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019Tata Naipospos
Dokumen ini membahas analisis risiko penyakit hewan dengan menjelaskan kerangka kerja analisis risiko menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) dan implementasinya dalam perdagangan internasional dan impor hewan serta produk hewannya.
Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...Tata Naipospos
Webinar membahas Lumpy Skin Disease (LSD) yang menyerang sapi di Indonesia. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Provinsi Riau pada Februari 2022 dan sejak saat itu terus menyebar ke beberapa kabupaten di provinsi tersebut. LSD menyebabkan kerugian ekonomi besar akibat kematian ternak dan penurunan produktivitas. Upaya pemberantasan diperlukan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...Tata Naipospos
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemunculan penyakit zoonosis antara lain evolusi agen patogen, perubahan demografi dan perilaku manusia, serta perubahan lingkungan seperti perubahan iklim dan ekosistem. Pendekatan One Health diperlukan untuk mengelola ancaman kesehatan di antara kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Surveilans berbasis masyarakat, deteksi dini, serta kerja sama multi disiplin perlu ditingkatkan unt
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Tata Naipospos
Kesejahteraan hewan memainkan peran penting dalam perdagangan internasional dan status kinerja layanan veteriner suatu negara. Standar kesejahteraan hewan internasional dipromosikan untuk maksimalkan implementasinya di seluruh dunia.
Progressive Control Pathway (PCP) Penyakit Mulut dan Kuku - Ditkeswan-AIHSP, ...Tata Naipospos
1. Progressive Control Pathway (PCP) untuk penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah kerangka kerja yang membantu negara-negara dalam mengendalikan PMK secara bertahap menuju status bebas penyakit.
2. PCP mengidentifikasi 6 tahapan untuk mengelola risiko PMK, dari tahap 0 (terinfeksi tanpa tindakan) hingga tahap 5 (siap untuk status bebas tanpa vaksinasi).
3. Untuk maju ke tahap ber
Pertimbangan Teknis Rencana Aksi dan Strategi Pengendalian LSD di Indonesia -...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas strategi dan pertimbangan teknis untuk rencana vaksinasi Lumpy Skin Disease di Indonesia, termasuk penjelasan mengenai penularan penyakit, kerugian ekonomi, situasi wabah global dan regional, serta pendekatan vaksinasi seperti jenis vaksin yang digunakan, cakupan vaksinasi, dan persyaratan program vaksinasi.
Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas penerapan konsep One Health dan biosekuriti di peternakan dan pasar unggas untuk mencegah zoonosis dan resistensi antibiotik. Konsep One Health menekankan hubungan erat antara kesehatan manusia, hewan dan lingkungan, sementara biosekuriti bertujuan untuk mengelola risiko penyakit dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan. Dokumen ini menjelaskan pentingnya pendekatan terintegrasi antarsektor dalam
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit mulut dan kuku (PMK), termasuk penjelasan tentang penyakit tersebut, dampaknya, epidemiologi, dan kesiagaan darurat untuk penanggulangannya.
Potensi Kerugian Ekonomi Akibat PMK - Suatu Laporan ke OIE - LSM PATAKA, Jaka...Tata Naipospos
Potensi Kerugian Ekonomi Akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menjelaskan bahwa PMK dapat menyebabkan kerugian finansial besar bagi peternak dan ekonomi nasional Indonesia. Estimasi kerugian tahunan akibat PMK di tingkat nasional mencapai Rp 9,9 triliun (US$ 761,3 juta), terdiri atas kerugian produksi, ekspor, dan dampak tidak langsung seperti pariwisata."
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...Tata Naipospos
Potensi kerugian ekonomi yang besar apabila terjadi wabah penyakit mulut dan kuku di Indonesia. Populasi ternak yang rentan sangat besar dengan biaya pengendalian yang tinggi, termasuk biaya pemusnahan ternak terinfeksi. Keterlambatan deteksi akan memperburuk dampak ekonominya dengan meluasnya wilayah wabah.
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Tata Naipospos
Tiga penyakit hewan penting yaitu African Swine Fever (ASF), Lumpy Skin Disease (LSD), dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) telah menyebar ke beberapa negara dan wilayah di Indonesia. Untuk mengendalikan penyebarannya diperlukan kerja sama antar instansi terkait melalui penguatan sistem surveilans, penerapan tindakan biosekuriti yang ketat, serta manajemen risiko dan komunikasi yang tepat.
Kompetensi Biosekuriti dan Kompartemen Bebas Penyakit di Balai Pembibitan Ter...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya kompetensi biosekuriti dan kompartemen bebas penyakit di balai pembibitan ternak. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa biosekuriti dan kompartemen bebas penyakit diperlukan untuk mencegah penularan penyakit antar hewan dan meminimalkan kerugian ekonomi. Dokumen juga memberikan contoh praktik biosekuriti seperti isolasi hewan baru dan mengendalikan h
Epidemiologi dan Dampak Ekonomi Lumpy Skin Disease - PDHI, Hotel Grand Swiz, ...Tata Naipospos
Lumpy skin disease (LSD) kini menjadi penyakit lintas batas setelah awalnya ditemukan di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa Tenggara, dan menyebar ke Asia termasuk Asia Tenggara. Pola penyebarannya dipicu oleh pergerakan ternak yang terinfeksi dan potensi transportasi vektor yang terinfeksi. Faktor risiko penyebaran penyakit ini antara lain perdagangan ternak dan perpindahan ternak.
Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. II - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 Fe...Tata Naipospos
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas kerangka analisis risiko menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) yang terdiri atas empat komponen yaitu identifikasi bahaya, penilaian risiko, manajemen risiko, dan komunikasi risiko.
2. Proses analisis risiko impor meliputi identifikasi bahaya, penilaian risiko, manajemen risiko, evaluasi risiko, evaluasi opsi, implementasi, dan monitoring & evaluasi ulang
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang situasi, epidemiologi, dan mitigasi penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada sapi. LSD disebabkan oleh virus yang menyebabkan demam, nodul kulit, dan penurunan produktivitas sapi. Penyakit ini menyebar dengan bantuan vektor seperti lalat dan caplak, serta perdagangan sapi yang tidak terkendali. Upaya pengendalian meliputi vaksinasi, pengendalian vektor dan lalu lintas sapi
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019Tata Naipospos
Lumpy skin disease (LSD) adalah penyakit viral pada sapi yang disebabkan oleh virus pox dan menyebabkan demam, nodul pada kulit, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Penyakit ini menyebabkan kerugian ekonomi karena menurunkan produksi susu dan daging serta fertilitas ternak. LSD menyebar di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa melalui lalat dan nyamuk sebagai vektor. Strategi pengendalian meliputi vaksin
Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. I - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 Feb...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas perspektif analisis risiko dalam perdagangan internasional, terutama mengenai kepentingan dan relevansinya bagi perdagangan internasional. Dibahas pula organisasi-organisasi internasional yang menentukan standar keamanan pangan, kesehatan hewan dan tumbuhan seperti Codex, IPPC dan OIE. Prinsip-prinsip utama Perjanjian SPS WTO seperti harmonisasi, ekuivalensi, analisis risiko, wilayah bebas penyak
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Tata Naipospos
Kesejahteraan hewan memainkan peran penting dalam perdagangan internasional dan status kinerja layanan veteriner suatu negara. Standar kesejahteraan hewan internasional dipromosikan untuk maksimalkan implementasinya di seluruh dunia.
Progressive Control Pathway (PCP) Penyakit Mulut dan Kuku - Ditkeswan-AIHSP, ...Tata Naipospos
1. Progressive Control Pathway (PCP) untuk penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah kerangka kerja yang membantu negara-negara dalam mengendalikan PMK secara bertahap menuju status bebas penyakit.
2. PCP mengidentifikasi 6 tahapan untuk mengelola risiko PMK, dari tahap 0 (terinfeksi tanpa tindakan) hingga tahap 5 (siap untuk status bebas tanpa vaksinasi).
3. Untuk maju ke tahap ber
Pertimbangan Teknis Rencana Aksi dan Strategi Pengendalian LSD di Indonesia -...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas strategi dan pertimbangan teknis untuk rencana vaksinasi Lumpy Skin Disease di Indonesia, termasuk penjelasan mengenai penularan penyakit, kerugian ekonomi, situasi wabah global dan regional, serta pendekatan vaksinasi seperti jenis vaksin yang digunakan, cakupan vaksinasi, dan persyaratan program vaksinasi.
Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas penerapan konsep One Health dan biosekuriti di peternakan dan pasar unggas untuk mencegah zoonosis dan resistensi antibiotik. Konsep One Health menekankan hubungan erat antara kesehatan manusia, hewan dan lingkungan, sementara biosekuriti bertujuan untuk mengelola risiko penyakit dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan. Dokumen ini menjelaskan pentingnya pendekatan terintegrasi antarsektor dalam
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit mulut dan kuku (PMK), termasuk penjelasan tentang penyakit tersebut, dampaknya, epidemiologi, dan kesiagaan darurat untuk penanggulangannya.
Potensi Kerugian Ekonomi Akibat PMK - Suatu Laporan ke OIE - LSM PATAKA, Jaka...Tata Naipospos
Potensi Kerugian Ekonomi Akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menjelaskan bahwa PMK dapat menyebabkan kerugian finansial besar bagi peternak dan ekonomi nasional Indonesia. Estimasi kerugian tahunan akibat PMK di tingkat nasional mencapai Rp 9,9 triliun (US$ 761,3 juta), terdiri atas kerugian produksi, ekspor, dan dampak tidak langsung seperti pariwisata."
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...Tata Naipospos
Potensi kerugian ekonomi yang besar apabila terjadi wabah penyakit mulut dan kuku di Indonesia. Populasi ternak yang rentan sangat besar dengan biaya pengendalian yang tinggi, termasuk biaya pemusnahan ternak terinfeksi. Keterlambatan deteksi akan memperburuk dampak ekonominya dengan meluasnya wilayah wabah.
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Tata Naipospos
Tiga penyakit hewan penting yaitu African Swine Fever (ASF), Lumpy Skin Disease (LSD), dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) telah menyebar ke beberapa negara dan wilayah di Indonesia. Untuk mengendalikan penyebarannya diperlukan kerja sama antar instansi terkait melalui penguatan sistem surveilans, penerapan tindakan biosekuriti yang ketat, serta manajemen risiko dan komunikasi yang tepat.
Kompetensi Biosekuriti dan Kompartemen Bebas Penyakit di Balai Pembibitan Ter...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya kompetensi biosekuriti dan kompartemen bebas penyakit di balai pembibitan ternak. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa biosekuriti dan kompartemen bebas penyakit diperlukan untuk mencegah penularan penyakit antar hewan dan meminimalkan kerugian ekonomi. Dokumen juga memberikan contoh praktik biosekuriti seperti isolasi hewan baru dan mengendalikan h
Epidemiologi dan Dampak Ekonomi Lumpy Skin Disease - PDHI, Hotel Grand Swiz, ...Tata Naipospos
Lumpy skin disease (LSD) kini menjadi penyakit lintas batas setelah awalnya ditemukan di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa Tenggara, dan menyebar ke Asia termasuk Asia Tenggara. Pola penyebarannya dipicu oleh pergerakan ternak yang terinfeksi dan potensi transportasi vektor yang terinfeksi. Faktor risiko penyebaran penyakit ini antara lain perdagangan ternak dan perpindahan ternak.
Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. II - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 Fe...Tata Naipospos
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas kerangka analisis risiko menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) yang terdiri atas empat komponen yaitu identifikasi bahaya, penilaian risiko, manajemen risiko, dan komunikasi risiko.
2. Proses analisis risiko impor meliputi identifikasi bahaya, penilaian risiko, manajemen risiko, evaluasi risiko, evaluasi opsi, implementasi, dan monitoring & evaluasi ulang
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang situasi, epidemiologi, dan mitigasi penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada sapi. LSD disebabkan oleh virus yang menyebabkan demam, nodul kulit, dan penurunan produktivitas sapi. Penyakit ini menyebar dengan bantuan vektor seperti lalat dan caplak, serta perdagangan sapi yang tidak terkendali. Upaya pengendalian meliputi vaksinasi, pengendalian vektor dan lalu lintas sapi
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019Tata Naipospos
Lumpy skin disease (LSD) adalah penyakit viral pada sapi yang disebabkan oleh virus pox dan menyebabkan demam, nodul pada kulit, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Penyakit ini menyebabkan kerugian ekonomi karena menurunkan produksi susu dan daging serta fertilitas ternak. LSD menyebar di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa melalui lalat dan nyamuk sebagai vektor. Strategi pengendalian meliputi vaksin
Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. I - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 Feb...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas perspektif analisis risiko dalam perdagangan internasional, terutama mengenai kepentingan dan relevansinya bagi perdagangan internasional. Dibahas pula organisasi-organisasi internasional yang menentukan standar keamanan pangan, kesehatan hewan dan tumbuhan seperti Codex, IPPC dan OIE. Prinsip-prinsip utama Perjanjian SPS WTO seperti harmonisasi, ekuivalensi, analisis risiko, wilayah bebas penyak
Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. IV - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 Fe...Tata Naipospos
Analisis risiko merupakan proses standar untuk mengevaluasi risiko secara objektif dan transparan. Dokumen menjelaskan proses penyusunan analisis risiko, termasuk mengidentifikasi bahaya, mengumpulkan informasi, menilai risiko, dan merekomendasikan tindakan manajemen risiko. Tujuannya adalah untuk mencegah penularan agen patogen dan memfasilitasi perdagangan dengan mempertimbangkan faktor epidemiologi, sosial, dan ekonomi.
Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang:
1. Peningkatan permintaan produk hewan global hingga tahun 2100.
2. Peran Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) dalam menetapkan standar kesehatan hewan internasional.
3. Analisis risiko impor yang berdasarkan ilmu pengetahuan untuk menentukan kebijakan karantina hewan.
Aquatic Animal Health Code dan ALOP - BKIPM-KKP, 29 Oktober 2021Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang pertemuan koordinasi harmonisasi karantina dan kesehatan ikan di Jakarta pada 28 Oktober 2021. Dibahas tentang fakta kunci sektor perikanan, tren kesehatan hewan akuatik, standar kesehatan hewan akuatik OIE, dan daftar penyakit hewan akuatik OIE.
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...Tata Naipospos
1. Kompartemen bebas PMK sangat sulit untuk diterapkan karena PMK sangat menular dan sulit dikendalikan serta dihapuskan.
2. Belum ada pedoman khusus atau contoh implementasi kompartemen bebas PMK di negara lain.
3. Negara endemik PMK cenderung menerapkan program pencapaian status bebas melalui pendekatan negara atau zona, bukan kompartemen.
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang komunikasi risiko pemasukan ternak dan produk hewan dari negara yang belum bebas penyakit mulut dan kuku. Terdapat beberapa poin penting yaitu penggunaan konsep zona dan kompartemen untuk memfasilitasi perdagangan dengan mengurangi risiko, analisis risiko untuk menilai risiko penyakit terkait impor, serta daftar komoditi yang dianggap aman untuk diperdagangkan.
Ekspor-impor bahan pangan, termasuk produk pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan hortikultura harus memenuhi ketentuan WTO mengenai Sanitary & Phytosanitary.
Tugas ini membahas import risk analysis pada produk akuakultur. Analisis risiko impor melibatkan identifikasi bahaya, penilaian risiko, manajemen risiko, dan komunikasi risiko untuk menentukan status produk yang diimpor. Langkah-langkahnya meliputi identifikasi patogen, penilaian peluang masuk dan dampaknya, serta penetapan tindakan karantina sesuai tingkat risiko. Tugas ini menjelaskan proses dan tujuan dari analisis risiko impor unt
Similar to Pengaturan Appropriate Level of Protection (ALOP) dan Analisis Risiko - Presentasi Zoom, Pusat KH & Kehani, Barantan,14 Oktober 2020 (20)
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Tata Naipospos
The document provides details regarding an upcoming PVS Evaluation Follow-Up mission in Indonesia from 2-13 October 2023 that will evaluate the country's Veterinary Services. The previous PVS Evaluation in 2007 assessed Indonesia at Level 2, and a 2011 Gap Analysis set a target of Level 3 within 5 years. The upcoming mission will evaluate progress towards this Level 3 target. It outlines the scope of the evaluation, procedures to be followed, and provides an overview of data and documents that will be reviewed. Ideal sampling sites across different categories are also listed.
The document discusses challenges that remained from the 2011 Gap Analysis, including legislation, management and coordination, staff development, surveillance capabilities, and disease control programs. It notes that reports
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Tata Naipospos
Virus influenza aviar tingkat patogenisitas tinggi (HPAI) dan rendah (LPAI) masih menyebar luas di Indonesia, terutama di sektor perunggasan skala kecil. Virus-virus baru seperti LPAI H9N2 pertama kali dideteksi pada 2017. Pasar unggas hidup (PUH) memainkan peran penting dalam penyebaran berulang virus melalui kontak erat antara unggas dari berbagai daerah. Dinamika evolusi virus H5N1 menunjukkan be
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Tata Naipospos
1. WOAH bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang resistensi antimikroba melalui survei, pengembangan strategi komunikasi, dan materi edukasi.
2. Survei mengenai pengetahuan, sikap, dan praktik peternak unggas menunjukkan perlu ditingkatkannya pemahaman tentang penggunaan antibiotik.
3. Upaya berkelanjutan dibutuhkan untuk mempromosikan penggunaan
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Tata Naipospos
PMK dan penyakit hewan lainnya seperti LSD dan PPR merupakan penyakit lintas batas yang berpotensi menyebar dengan cepat dan menimbulkan dampak sosial ekonomi yang signifikan. Strategi pengendalian utama untuk PMK adalah karantina, vaksinasi, surveilans epidemiologi, zonasi, depopulasi, dan biosekuriti. Vaksinasi massal digunakan untuk mengendalikan wabah PMK di Indonesia, namun vaksin yang tersedia belum d
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Tata Naipospos
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas survei Knowledge, Attitude, and Practices (KAP) mengenai penggunaan antimikroba pada peternakan unggas di Indonesia.
2. Survei ini dilaksanakan di dua kabupaten di Jawa Timur, yaitu Blitar dan Malang, dengan target 60 peternak unggas.
3. Tujuan survei ini adalah untuk menilai pengetahuan, sikap, dan praktik peternak mengenai pen
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya Veterinary Statutory Body (VSB) bagi peningkatan kualitas profesi kedokteran hewan di Indonesia. Dokumen ini menjelaskan definisi profesi dokter hewan, peran pentingnya bagi masyarakat, serta unsur-unsur yang menentukan kualitas layanan kesehatan hewan seperti tenaga kerja kesehatan hewan dan kinerja layanan kesehatan hewan berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Hewan Dun
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang lumpy skin disease (LSD) dari perspektif global. LSD merupakan penyakit menular yang penting secara ekonomi yang menyerang sapi. Penyakit ini telah menyebar dari Afrika ke berbagai belahan dunia. Perubahan iklim diduga berperan dalam penyebaran internasional penyakit ini. Pengendalian LSD meliputi vaksinasi, pembatasan lalu lintas ternak, dan pemusnahan hewan terinfeksi.
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas pengendalian lalu lintas ternak dan vaksinasi khususnya di daerah bebas penyakit mulut dan kuku. Dokumen menjelaskan tentang pola lalu lintas ternak, klasifikasi zona berdasarkan risiko penyakit, dan aturan lalu lintas berdasarkan situasi penyakit di suatu daerah.
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...Tata Naipospos
Optimalisasi peran karantina hewan sebagai otoritas veteriner di perbatasan dalam konteks pengendalian penyakit membahas pentingnya karantina hewan untuk mencegah penyebaran penyakit menular antar negara dan mengatur impor hewan dan produk hewannya. Dokumen ini juga membahas perlunya koordinasi yang baik antara berbagai otoritas terkait untuk menjalankan fungsi karantina hewan secara efektif.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Pengaturan Appropriate Level of Protection (ALOP) dan Analisis Risiko - Presentasi Zoom, Pusat KH & Kehani, Barantan,14 Oktober 2020
1. Pengaturan Appropriate Level of
Protection (ALOP) dan Analisis Risiko
Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner
dan Karantina Hewan - Kementerian Pertanian
Acara Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani
Presentasi Zoom, 13 Oktober 2020
2. Ketentuan utama Perjanjian SPS WTO
yang berkaitan dengan Analisis Risiko
• Menyediakan kerangka hukum yang mencakup semua
tindakan-tindakan Sanitary and Phytosanitary (SPS) yang
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
perdagangan internasional
• Mengharuskan tindakan-tindakan SPS dijustifikasi
berdasarkan sains dan penilaian risiko (risk assessment)
• Keputusan tentang ‘acceptable levels of risk’ / ’appropriate
levels of protection’ harus konsisten dan keputusan yang
sewenang-wenang (arbitrary) yang menghasilkan restriksi
perdagangan yang tidak dapat dijustifikasi harus dihindari
• Tindakan SPS alternatif yang memberikan tingkat
perlindungan yang sama harus dinilai setara (ekuivalen)
3. Prinsip Perjanjian SPS
• Prinsip-prinsip umum tindakan SPS (Artikel 2)
- Berdasarkan sains
- Diperlukan untuk melindungi kesehatan
- Tidak dibenarkan untuk diskriminatif
• Negara didorong untuk menggunakan standar internasional
yang ada (OIE/IPPC/Codex) artinya menerapkan prinsip
harmonisasi (Artikel 3), namun tidak dipaksakan
• Untuk menghindari tindakan SPS menjadi hambatan
perdagangan yang tidak dapat dijustifikasi, negara harus
menerapkan prinsip ekuivalensi (Artikel 4)
• ALOP harus dinilai menggunakan praktik penilaian risiko
(risk assessment) (Artikel 5)
4. Tindakan-tindakan SPS
• Tindakan-tindakan SPS termasuk semua
undang-undang yang relevan,
keputusan, regulasi, persyaratan dan
prosedur, termasuk diantaranya:
✓ kriteria produk
✓ tindakan karantina
✓ persyaratan produksi dan pemrosesan
✓ sertifikasi dan prosedur persetujuan
✓ inspeksi
✓ pengujian
✓ label terkait kesehatan
Sumber: Melvin Spreij 2010. Developing veterinary legislation in a WTO context.
5. Faktor negosiasi utama untuk
perdagangan internasional
hewan dan produk hewan
Bagaimana jaminan SPS dari negara pengekspor
diterima dan seberapa dekat jaminan tersebut
memenuhi tingkat perlindungan yang diinginkan
atau yang tepat (appropriate level of
protection/ALOP) untuk kesehatan manusia dan
hewan serta zoonosis dari negara pengimpor
Sumber: Gideon Brückner 2011. The OIE judgement of equivalence.
6. Kewajiban negara pengimpor
dan negara pengekspor
NEGARA PENGIMPOR
• Pertimbangkan status SPS
negara pengekspor
• Pilih ‘appropriate level of
protection’ (ALOP)
• Pertimbangkan jaminan
SPS yang ditawarkan
negara pengekspor
• Lakukan analisis risiko
impor (import risk analysis)
jika diperlukan
NEGARA PENGEKSPOR
• Sediakan informasi
sebagaimana diminta oleh
negara pengimpor
• Inspeksi dan sertifikasi oleh
dokter hewan pemerintah
dari negara pengimpor
• Transparansi dalam
memberikan informasi SPS
Sumber: Gideon Brückner 2011. The OIE judgement of equivalence.
7. Mitigasi risiko untuk perdagangan hewan
dan produk hewan – untuk impor baik dari
negara bebas dan negara tertular penyakit
• Tindakan-tindakan mitigasi risiko berdasarkan
penilaian risiko (risk assessment)
• OIE Terrestrial Animal Health Code (TAHC) dengan
sendirinya menyediakan persyaratan minimum impor
berdasarkan risiko
• Jika standar SPS atau ALOP yang lebih tinggi – maka
perdagangan dapat ditolak atau dilakukan penilaian
risiko impor (import risk assessment) tambahan
Sumber: Gideon Brückner 2011. The OIE judgement of equivalence.
8. Ketentuan nasional ALOP (1)
• PP No. 95/2012 tentang Kesmavet dan Kesrawan
• Analisis risiko rencana pemasukan produk hewan
(Pasal 30 ayat 3)
g. penetapan tingkat perlindungan yang dapat diterima;
• PP No. 3/2017 tentang Otoritas Veteriner
• Otoritas Veteriner Nasional (Pasal 6 ayat 2)
f. penetapan tingkat perlindungan yang dapat diterima;
g. penetapan analisis risiko penyakit hewan terhadap
pemasukan hewan dan produk hewan dari luar wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
9. Ketentuan nasional ALOP (2)
• UU No. 21/2019 tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuhan
• Ruang lingkup pengaturan tentang karantina (Pasal 4)
b. tingkat pelindungan negara berdasarkan analisis risiko
• Penyelenggaraan Karantina (Pasal 5)
(1) Penyelenggaraan karantina didasarkan pada tingkat
pelindungan negara yang layak terhadap HPHK, HPIK, dan
OPTK
(2) Tingkat pelindungan yang layak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan dengan melakukan analisis risiko
(3) Ketentuan mengenai penetapan tingkat pelindungan yang
layak dan analisis risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah
10. Analisis Risiko dan ALOP
• ALOP merupakan output dari Penilaian
Risiko (Risk Assessment)
• Penting untuk membedakan secara jelas
antara ALOP yang ditetapkan oleh suatu
negara dan tindakan-tindakan SPS
• Tujuan ALOP adalah luas (broad objective)
• Tindakan-tindakan SPS ditetapkan untuk
mencapai tujuan ALOP
• Penetapan ALOP secara logis mendahului
penetapan suatu tindakan SPS
ALOP adalah tujuan,
sedangkan tindalkan
SPS adalah instrumen
untuk mencapai atau
mengimplementasika
n tujuan
12. Pilihan melakukan Analisis Risiko
atau tidak
• Perjanjian SPS memberikan 2 pilihan untuk setiap negara:
- mendasarkan tindakan sanitary berdasarkan standar
internasional (OIE, Codex) (ini dianggap lebih baik)
ATAU
- melakukan analisis risiko yang saintifik dan transparan
• apabila tidak ada standar yang relevan, atau
• jika suatu negara memilih untuk mengadopsi tingkat
perlindungan yang lebih tinggi dari yang sudah
disediakan dalam standar OIE (OIE TAHC dan Manual)
• Tindakan sanitary dapat merupakan kombinasi dari standar
OIE dan tindakan tambahan yang dapat diterima oleh
negara pengimpor dan mitra dagangnya
Sumber: Joseph Domenech 2012. Risk assessment in international trade.
13. Komponen Analisis Risiko
• Ada 3 komponen
Analisis Risiko:
Penilaian Risiko,
Manajemen Risiko,
dan Komunikasi
Risiko
• Keputusan dalam
Manajemen Risiko
didasarkan atas
penggabungan
antara input
saintifik, kebijakan
dan nilai-nilai
Penilaian
Risiko
- Dasarnya
saintifik
Manajemen
Risiko
- Dasarnya
kebijakan
Komunikasi Risiko
Sumber: An overview and framework manual for biosecurity risk analysis. FAO Biosecurity Toolkit
Pertukaran informasi dan
pendapat interaktif
mengenai risiko
15. Contoh: ALOR dalam Evaluasi Risiko
Penilaian Konsekuensi: Moderate (Sedang)
Estimasi Risiko: Very low (Sangat rendah)
ALOR yang diusulkan: Very Low (Very Low)
Kesimpulan: Ada tingkat risiko yang tidak dapat diterima
Penilaian Pemasukan:
Low (Rendah)
Penilaian Pendedahan:
Low (Rendah)
Penilaian Pemasukan
dan Pendedahan: Very
low (Sangat rendah)
17. Pengertian ALOP
• Appropriate level of protection (ALOP):
- Tingkat perlindungan yang dianggap
tepat oleh suatu negara dalam menentukan
tindakan Sanitary atau Phytosanitary (SPS)
untuk melindungi kehidupan atau kesehatan
manusia, hewan atau tumbuhan di dalam
wilayah negaranya (WTO, 1995, Annex A
Perjanjian SPS)
• ALOP dapat disebut juga sebagai ALOR
(tingkat risiko yang dapat diterima atau risiko
yang dapat ditoleransi).
18. Hak untuk menetapkan ALOP
• Setiap negara memiliki hak berdaulat (sovereignity) untuk
menentukan ALOP-nya
• Ini bukan hak yang dibatasi, tetapi setiap negara harus
mempertimbangkan tujuannya yaitu meminimalkan dampak
negatif terhadap perdagangan (Pasal 5.4 Perjanjian SPS) dan
konsisten dalam penerapannya (Pasal 5.5 Perjanjian SPS)
• Perjanjian SPS tidak mengharuskan suatu negara untuk
memiliki dasar ilmiah untuk ALOP-nya, begitu juga untuk
mengekspresikannya dalam istilah kuantitatif
• ALOP adalah pernyataan kebijakan pemerintah dan
merefleksikan harapan masyarakat sehubungan dengan risiko
secara umum dan, khususnya, yang berkaitan dengan
perlindungan terhadap industri pertanian dan lingkungan
Sumber: David Wilson. The Appropriate Level of Protection. AFFA.
19. Konsep ALOP
• Konsep ALOP mendasari kebijakan dan
praktik KARANTINA kontemporer
• Istilah ALOP belum lama diperkenalkan
oleh WTO, tetapi konsepnya tidak baru
• Bagi suatu negara mungkin sulit untuk
secara jelas mendefinisikan ALOP-nya
tetapi memahami konsepnya tidak sulit,
dan harus selalu disadari bahwa tanggung
jawab KARANTINA adalah sangat penting
dalam melindungi wilayah negara terhadap
masuk, berkembang dan menyebarnya
HPHK yang tidak diinginkan
Sumber: David Wilson. The Appropriate Level of Protection. AFFA.
20. Penerapan konsep ALOP
• Tindakan karantina didasarkan pada ALOP dan dirancang
untuk diselaraskan dengan ALOP
• Penentuan ALOP adalah elemen dalam proses
pengambilan keputusan yang secara logis mendahului
pemilihan dan penggunaan tindakan SPS
• Namun, dengan tidak adanya pernyataan terperinci dari
setiap negara yang menggambarkan ALOP-nya secara
tepat, panduan untuk ALOP dapat ditemukan dalam
perlindungan yang diberikan kepada masyarakat dan
industri melalui kebijakan dan praktik karantina yang telah
dikembangkan dan diadopsi selama bertahun-tahun
Sumber: Gideon Brückner 2011. The OIE judgement of equivalence.
21. ALOP dan Analisis Risiko
• Jika tingkat risiko yang dinilai terkait dengan usulan impor
tidak mencapai ALOP, maka akan diusahakan untuk
mengidentifikasi tindakan-tindakan manajemen risiko yang
dapat mengurangi risiko untuk mencapai ALOP
• Jika tidak tersedia tindakan-tindakan manajemen risiko
yang mengurangi risiko untuk mencapai ALOP, maka
perdagangan tidak akan diizinkan sampai tindakan-
tindakan yang sesuai dapat diidentifikasi
• Jika tersedia tindakan-tindakan untuk mengatasi risiko,
maka impor akan diizinkan sepanjang tindakan-tindakan
manajemen risiko tersebut (atau justifikasi teknis lainnya)
dapat diterapkan
Sumber: https://www.agriculture.gov.au/biosecurity/risk-analysis/conducting/appropriate-level-of-protection
22. ALOP dan ALOR
• Tingkat perlindungan berbanding terbalik dengan risiko,
tetapi bukan risiko itu sendiri
• Risiko nol (atau perlindungan penuh) secara praktis tidak
dapat dicapai karena selalu ada beberapa kemungkinan
introduksi HPHK jika HPHK tersebut ada di negara/wilayah
asalnya
• Risiko introduksi HPHK meningkat dengan meningkatnya
jumlah impor, berarti suatu negara memerlukan kuota
tahunan importasi untuk mempertahankan ALOR
(meskipun secara teknis dapat dijustifikasi, implikasi praktis
dari implementasi persyaratan tersebut mungkin sulit)
Sumber: The WTO Sanitary and Phytosanitary (SPS) Agreemen. Australian Government.
23. Kunci penting ALOP/ALOR
• ALOP merupakan penilaian nilai sosial (societal) yang
merefleksikan risiko maksimal (atau kerugian yang hilang)
dari penyebaran dan/atau berkembangnya patogen yang
dianggap ‘dapat diterima’ (acceptable) oleh suatu negara
• Menetapkan ALOP nasional merupakan keputusan
politik, sehingga para analis risiko tidak menetapkan
ALOP, mereka hanya menggunakannya untuk menentukan
apakah risiko ‘dapat diterima’ atau ‘tidak dapat diterima’
• Risiko ‘dapat diterima’ jika berada dalam ALOP (yaitu sama
dengan atau lebih rendah dari ALOP nasional
• ALOP nasional harus konsisten di semua sektor – baik
untuk tumbuhan, hewan darat dan hewan akuatik
24. Implementasi ALOP dalam
perdagangan internasional
• ALOP dapat dicapai dengan mengurangi risiko
berkembangnya HPHK sampai ke tingkat risko tertentu
yang dapat diterima (ALOR)
• ALOP suatu negara harus dapat memastikan ALOR.
Tingkat risiko ini berbeda untuk setiap negara, tetapi
tidak bisa nol (zero)
• Jika risiko yang ditimbulkan oleh negara pengekspor
dapat diterima oleh suatu negara pengimpor, risiko yang
sama dari negara lain juga harus dapat diterima oleh
negara pengimpor tersebut
Sumber: http://spstraining.pk/spsweb/Trainings/Module1/index-page_id=2032.html
25. ALOP berbeda untuk risiko berbeda
• Penggunaan konsep ALOP dalam Pasal 5 Perjanjian SPS
menunjukkan bahwa ALOP mungkin berbeda untuk risiko
dan situasi yang berbeda di negara manapun
• Pasal 5.5 Perjanjian SPS menyatakan bahwa untuk
konsisiten setiap negara harus memenuhi 3 (tiga) elemen:
- mengadopsi ALOP berbeda untuk sejumlah situasi berbeda;
- ALOP tersebut menunjukkan perbedaan sewenang-wenang
(arbitrary) atau tidak dapat dijustifikasi dalam perlakuan mereka
terhadap situasi berbeda; dan
- Tindakan yang mewujudkan atau mengimplementasikan
perbedaan tersebut mengakibatkan diskriminasi atau restriksi
yang tersama dalam perdagangan internasional
Sumber: http://spstraining.pk/spsweb/Trainings/Module1/index-page_id=2032.html
26. Keterkaitan ALOP dan analisis risiko
• ALOP dan ALOR adalah topik
penting dalam harmonisasi
tindakan-tindakan SPS dalam
perdagangan bilateral
Pilihan
‘Appropriate
Level of
Protection’
(ALOP)
Estimasi
‘Acceptable
Level of
Risk’
(ALOR)
Analisis
Risiko Impor
Risiko
<
ALOR
Analisis dan
pilihan
tindakan
SPS
Tidak
diperlukan
tindakan
SPS
Sumber: Ricardo Sgrillo. Considerations on the Appropriate Level of
Protection, Acceptable Level of Risk and Phytosanitary Measures
Tidak
Ya
27. Ketentuan Komite SPS WTO
dalam penetapan ALOP
1. ALOP harus ditentukan dengan cara cukup jelas sehingga
memungkinkan dilakukan pemeriksaan sejauh mana
tindakan SPS mencapai tingkat perlindungan tersebut
2. ALOP dapat kualitatif atau kuantitatif, meskipun yang
terakhir akan lebih berguna dalam membantu identifikasi
aplikasi yang tidak konsisten
3. ALOP harus diterapkan secara konsisten dari waktu ke
waktu
4. ALOP dapat dimodifikasi pada suatu waktu
5. ALOP dapat dinyatakan sebagai tujuan kebijakan secara
menyeluruh atau untuk situasi tertentu
Sumber: Howard Pharo. Methodologies for risk assessment: state of the art & challenges.
28. Kegunaan ALOP
• ALOP merupakan pernyataan praktis dalam
penentuan kebijakan impor nasional tetapi
juga dalam pelaksanaan Analisis Risiko Impor
(ARI) yang digunakan untuk menginformasikan
keputusan tentang aplikasi impor hewan dan
produk hewan dari luar negeri.
• ALOP dapat digunakan sebagai sarana
untuk menyelesaikan sengketa
perdagangan dengan membandingkan
tingkat risiko yang dapat diterima (ALOR)
oleh negara yang berbeda untuk jenis
produk yang sama (WTO, 1995)
29. Pertimbangan penetapan ALOP (1)
• Keputusan untuk menentukan ALOP tidak hanya didasarkan
pada kriteria biologik tetapi juga dapat memperhitungkan
aspek ekonomi, sosial, lingkungan, budaya, dan politik
• Contoh:
- Negara memproduksi kurang dari yang dibutuhkan dan oleh
karenanya harus mengimpor untuk mensuplai pasar domestik
(menekan ALOP turun)
- Negara akan kehilangan pasar internasional dengan
berkembangnya HPHK (menekan ALOP naik)
- Importasi akan menurunkan harga produk, mengurangi tekanan
permintaan dan membantu mengurangi tekanan inflasi
(mendorong ALOP turun)
- Perkembangan HPHK akan meningkatkan biaya produksi dan
produk akan kehilangan daya saing (mendorong ALOP turun)
30. Pertimbangan penetapan ALOP (2)
• Contoh (lanjutan):
- Industri nasional harus meningkatkan daya saing produknya
dengan memperbaiki kualitas produk dan menurunkan harga
(mendorong ALOP turun)
- Lapangan kerja baru akan dihasilkan karena kebutuhan
penanganan volume produk yang lebih besar (mendorong
ALOP turun)
- Industri ternak di negara pengimpor memiliki kedudukan
ekonomi yang strategis dan kepentingan sosial yang besar,
dan perkembangan suatu HPHK baru akan menyebabkan
konsekuensi bencana yang besar (mendorong sangat kuat
ALOP naik)
Sumber: Ricardo Sgrillo. Considerations on the Appropriate Level of
Protection, Acceptable Level of Risk and Phytosanitary Measures
32. Australia: Proses Analisis Risiko
Impor (ARI)
• Berdasarkan sains (science-based)
- Tim ARI yang dipilih berdasarkan keahliannya
- Penggunaan pakar eksternal
- Tinjauan sejawat (peer review)
• Transparan
- Informasikan semua ‘stakeholder’ dalam register
- Informasi berbasis web dan file publik untuk setiap ARI
- Proses dan metodologi terbuka dan terdokumentasi
- Konsultasi hal-hal penting terbuka dengan ‘stakeholder’
Sumber: Mary Harwood 2003. Australia’s Import Risk Analysis Process Compared and Contrasted.
33. Australia: Pendekatan Kebijakan
Karantina
• Pendekatan yang diterapkan adalah risiko yang dapat
dikelola (managed-risk) – bukan risiko nol
• Mengurangi risiko masuk, berkembang atau menyebarnya
hama penyakit hewan karantina (HPHK) eksotik sampai
ke tingkat yang sangat rendah (very low level)
• Kebijakan karantina harus didukung oleh sains
- menggunakan proses analisis risiko impor (ARI)
yang saintifik dan transparan
• Keputusan untuk memberlakukan restriksi karantina
terhadap impor harus memperhitungkan baik ARI dan
panduan kebijakan yang terkandung dalam ALOP
34. Konsep ALOP Australia
• Australia menganggap pendekatan konservatif terhadap
risiko sebagai ALOP
• ALOP adalah pernyataan eksplisit atau implisit dari ALOR
suatu negara
• Eksplisit: ALOP dinyatakan dengan jelas dalam kebijakan
dan/atau dokumen resmi. Dalam menghadapi risiko yang
ditimbulkan oleh ancaman terhadap kesehatan dan
kesejahteraan manusia, hewan dan tumbuhan, Australia
memiliki tingkat perlindungan (ALOP) yang sangat tinggi
• Implisit: Ditentukan oleh kelompok kerja analisis risiko
melalui pemeriksaan terhadap sejarah negara di masa lalu
dan kinerja yang berkaitan dengan perdagangan
35. Australia: Proses pencapaian
menuju penetapan ALOP
• Identifikasi, pemetaan dan analisis ‘stakeholder’
- 18 organisasi industri
- 2 komite industri/pemerintah
- 2 organisasi peternak
- 10 institusi pemerintah (Federal dan Negara Bagian)
- 8 institusi penelitian,
- asosiasi profesi
- LSM lingkungan
- institusi manajemen lahan
- kelompok konsumen
- organisasi pribumi (indigenous)
- organisasi kesejahteraan hewan
36. Penetapan ALOP Australia
• Australia memiliki hak kedaulatan untuk menetapkan ALOP
yang merefleksikan kebijakan pemerintah dan ekspektasi
industri dan masyarakat
• ALOP Australia saat ini dikembangkan antara Menteri yang
relevan di tingkat Federal, Negara Bagian, dan Teritori
setelah komite Senat Australia menyelidiki impor ikan
salmon dari Kanada, dimana Kanada memenangkan
banding di WTO terhadap ARI Pemerintah Australia
• Pemerintah Australia, dengan persetujuan pemerintah
Negara Bagian dan Teritori telah menyatakan ALOP-nya
dalam istilah kualitatif
Sumber: https://www.agriculture.gov.au/biosecurity/risk-analysis/conducting/appropriate-level-of-protection
37. Peraturan ALOP Australia
• BIOSECURITY ACT 2015 - SECTION 5
Appropriate Level of Protection (ALOP) for Australia
against biosecurity risks
• ALOP Australia dinyatakan sebagai upaya untuk
memberikan tingkat perlindungan SPS yang tinggi yang
bertujuan untuk mengurangi risiko ke tingkat yang sangat
rendah, tetapi tidak ke tingkat nol (LIHAT MATRIKS)
The Appropriate Level of Protection (or ALOP) for
Australia is a high level of sanitary and phytosanitary
protection aimed at reducing biosecurity risks to a
very low level, but not to zero.
38. Matriks Estimasi Risiko
Kemungkinanmasuk,berkembangdan
menyebarnyaHPHK
High Negligible
risk
Very low
risk
Low risk Moderate
risk
High risk Extreme
risk
Moderate Negligible
risk
Very low
risk
Low risk Moderate
risk
High risk Extreme
risk
Low Negligible
risk
Negligible
risk
Very low
risk
Low risk Moderate
risk
High risk
Very low Negligible
risk
Negligbile
risk
Negligible
risk
Very low
risk
Low risk Moderate
risk
Extremely
low
Negligible
risk
Negligible
risk
Negligible
risk
Negligible
risk
Very low
risk
Low risk
Negligible Negligible
risk
Negligible
risk
Negligible
risk
Negligible
risk
Negligible
risk
Very low
risk
Negligible
risk
Very low Low Moderate High Extreme
Konsekuensi masuk, berkembang dan menyebarnya HPHK
39. Pembacaan Matriks Risiko
• Jika analisis yang dilakukan menunjukkan Estimasi Risiko
yang ditimbulkan oleh hama atau penyakit berada pada
atau di bawah ‘sangat rendah’ (very low) dalam matriks,
risiko itu dianggap dapat diterima tanpa Australia perlu
memberlakukan tindakan-tindakan SPS.
• Ini tidak berarti bahwa tindakan karantina umum dapat
tidak diterapkan, terutama dimana tingkat ketidakpastian
yang tinggi berlaku pada setiap skenario risiko
• Jika Estimasi Risiko jatuh di atas ‘sangat rendah’ (very
low) pada matriks, maka tindakan mitigasi dapat dilakukan
untuk mengurangi risiko menjadi ‘sangat rendah’ (very low)
Sumber: Mark Burgman et al. 2010. Comparing Biosecurity Risk Assessment Systems.
40. Australia: Manfaat ALOP ditetapkan
dalam peraturan perundangan
• Dengan mengesahkan ALOP Australia, Parlemen Australia
telah memberikan pernyataan yang jelas bahwa Parlemen
mengharapkan Menteri dan Departement of Agriculture
Pemerintah Australia untuk mengelola komponen sistem
biosekuriti yang bertanggung jawab sedemikian rupa
untuk mencapai ALOP yang diperlukan
• Oleh karena itu, hal ini harus diikuti dengan tingkat
pendanaan komponen-komponen sistem biosekuriti yang
diperlukan yang cukup untuk mempertahankan ALOP
Sumber: Wendy Craik et al. 2017. Priorities for Australia’s biosecurity system. An independent review
of the capacity of the national biosecurity system and its underpinning intergovernmental agreement..
41. Penutup
• Hak untuk menetapkan ALOP secara fleksibel, dibarengi
juga dengan beberapa kewajiban, termasuk bahwa ALOP
harus diterapkan secara konsisten dan harus
meminimalkan efek negatif terhadap perdagangan
• Perjanjian SPS tidak membatasi penetapan ALOP.
Berbagai nilai dan pertimbangan kepentingan nasional -
sosial, ekonomi, lingkungan, budaya, politik - dapat
diterapkan dalam menetapkan ALOP
• ALOP juga harus diterapkan secara konsisten dan
transparan di situasi risiko impor yang berbeda
• Sampai saat ini, tidak ada negara yang menyatakan
ALOP-nya dengan ketepatan (precision) yang tinggi