Therapy Drug Monitoring (TDM) adalah proses pemantauan kadar obat di dalam darah untuk menentukan dosis obat yang efektif dan mencegah toksisitas. TDM melibatkan pengukuran kadar obat di laboratorium untuk menyesuaikan pengobatan pasien berdasarkan faktor seperti usia, berat badan, dan penyakit lainnya. Tujuan utama TDM adalah memastikan keamanan dan efektivitas penggunaan obat.
1. PengertianTDM
TherapyDrug Monitoring(TDM) adalah prosespemantauankadarobatdi dalam darah. Tujuandan
tugas dari TDM sendiri sebenarnyaadalahuntukmengukurkadaratau level obatyangadadidalam
darah, sehinggadosisobatyangefektifdalamdarah dapatditentukandandapatmencegahterjadinya
keadaantoksikataukeracunanobat didalamtubuh.
Menurut The International Association for Therapeutic Drug Monitoring and Clinical
Toxicology, Therapeutic Drug Monitoring didefinisikan sebagai pengukuran yang dilakukan di
laboratorium dengan parameter yang sesuai yang dapat mempengaruhi prosedur pelaksanaan.
Pengukuran tersebut dilakukan pada sekelompok obat tertentu dimana memiliki hubungan
lansung antara konsentrasi obat dalam serum dan respon farmakologi dan yang diukur adalah
matriks biologi dari xenobiotik, maupun komponen endogen yang memiliki karakterisasi hampir
sama dengan fisiologi dan patofisiologi dengan individu yang mendapatkan terapi.
Proses TDM
Tim dari TDM antara lain ahli farmakologi klinik, farmasi klinik, ahli analisis dan tenaga
kesehatan yang terlibat dalam pelayanan kesehatan pasien termasuk dokter maupun perawat.
Proses TDM terdiri dari empat komponen utama yang dimulai dan diakhiri dengan pelayanan
pasien (patient care). Komponen tersebut meliputi pengaturan lingkungan ,pre analisis, analisis,
post analisis. Pengaturan lingkungan merupakan kondisi dan atmosfer disekitar proses analisis.
Pre analisis terdiri dari empat tahap. Tahap pertama dimulai dengan munculnya pertanyaan yang
berkaitan dengan kondisi medis pasien, pertanyaan tersebut muncul setelah klinisi melakukan
observasi terhadap pasien. Tahap kedua, klinisi menentukan tes yang mungkin dapat menjawab
pertanyaan tersebut, Tahap ketiga yaitu klinisi meminta hasil tes dari pasien, dan tahap yang
terakhir klinisi mengambil sampel dan dikirim ke laboratorium klinis untuk dianalisis.
Komponen analisis, terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu preparasi sampel meliputi
kegiatan pengiriman sampel ke tempat analisis dan pemisahan serum atau plasma dari sel darah
untuk dianalisis. Tahap kedua, melakukan analisis dengan menggunakan metode yang sesuai.
Tahap ketiga yaitu memverifikasi hasil analisis obat.
Komponen post analisis memiliki empat tahap. Tahap pertama, melaporkan hasil berupa
hardcopy atau softcopy atau dalam bentuk keduanya. Tahap kedua merupakan tahap pendugaan
terhadap hasil untuk memberikan solusi dari pertanyaan awal yang muncul pada komponen
pertama. Tahap ketiga yaitu klinisi mengambil tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan
pelayanan pasien (patient care).
Karena begitu banyak faktor yang berbeda mempengaruhi tingkat obat dalam darah, hal-hal yang
harus dipertimbangkan dalam TDM :
- - Usia dan berat badan pasien ;
- - Rute pemberian obat ;
- - Tingkat penyerapan obat ;
- - Laju ekskresi obat ;
- - Tingkat pelepasan obat, dan dosis ;
2. - - Obat lain yang pasien miliki atau pengobatan lain yang sedang dijalani ;
- - Penyakit lain yang pasien rasakan ;
- - Kepatuhan pasien mengenai regimen pengobatan obat ;
- - Metode laboratorium yang digunakan untuk menguji obat.
Setiap obat mempunyai batas / range konsentrasi untuk memberikan efek terapi dan efek toksik. Range
ini disebut sebagai jendela terapi/therapeutic drugmonitoring (TDM). Ada tiga daerah yang harus
diperhatikan pada TDM, yaitu:
KEM (Konsentrasi Efektif Minimum), menyatakan batas terendah suatu obat untuk memberikan
efek. Jika konsentrasi obat dalam plasma dibawah KEM maka obat tersebut tidak akan memberikan
efek terapi.
Jendela terapi, merupakan daerah suatu obat untuk memberikan efek terapi
KTM, menyatakanbatas atas penggunaan suatu obat. Jika suatu konsentrasi suatu obat diatas
KTMmaka yang akan muncul adalah efek toksik.
TDR sangat diperlukan untuk menjamin keamanan penggunaan suatu obat seperti,
Fungsi TDM di scribd
Faktor yang mempengaruhi TDM
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dilakukannya TDM, antara lain :
1. Faktor yang berhubungan dengan profil obat dalam darah
meliputi kesalahan dosis, dosis terlewat, profil darah tidak sesuai dengan pemberian dosis, waktu
pemberian infus tidak tepat, profil pemberian infus menjadi prioritas karena adanya pemberian
obat lain, dan profil darah yang tergambar didapat dari pengambilan darah pada vena yang sama
dengan pemberian infuse.
2. Faktor yang berhubungan dengan dasar farmakokinetik
meliputi level obat dalam darah yang diinginkan bukan steady state, level obat dalam darah yang
diinginkan tidak sesuai dengan waktu pemberian dosis, metabolit aktif tidak ikut terhitung,
absorbsi yang rendah karena beberapa alasan, gambaran level obat dalam darah sempurna
sebelum distribusi ke tempat aksi, status cairan tubuh berubah (udem, dehidrasi), penggunaan
obat pada pasien dengan berat badan tidak normal, adanya perubahan signifikan pada fungsi liver
atau ginjal, adanya perubahan signifikan pada persentase obat dalam bentuk bebas dan terikat,
perubahan jumlah enzim untuk metabolisme obat, dan interaksi obat.
3. Faktor yang berhubungan dengan data laboratorium
meliputi kemampuan uji yang tidak terjamin, adanya permintaan data masukan atau penafsiran
data, metabolit aktif tidak terukur, gangguan saat uji, dan pengumpulan atau penyimpanan
spesimen tidak terjamin.
3. Target TDM
Beberapa hal yang menjadi target dilakukannya TDM antara lain :
1. Jika penderita tidak memberikan reaksi terhadap terapi obat seperti yang diharapkan, maka obat
dan aturan dosis hendaknya ditinjau kembali dari segi kecukupan, ketelitian, dan kepatuhan
penderita. Dokter hendaknya menentukan perlu atau tidak konsentrasi obat dalam serum
penderita diukur, karena tidak semua respon penderita dikaitkan dengan konsentrasi obat dalam
serum. Contoh : alergi dan rasa mual ringan.
2. Bila “therapeutic window” suatu obat sempit, maka individualisasi dosis menjadi sangat penting,
karena perbedaan dosis yang kecil saja sudah dapat menimbulkan perbedaan nyata dalam respon
pasien.
3. Dalam beberapa kasus, patofisiologi penderita mungkin tidak stabil, apakah membaik atau
memburuk, misalnya klirens ginjal terhadap obat
4. Pasien dengan penyakit tertentu yang dapat mempengaruhi kadar obat di dalam darah.
5. Jika pasien menggunakan obat tertentu.