SlideShare a Scribd company logo
1 of 100
PENERAPAN HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) PADA
PENGALENGAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PT. PAN
PUTRA SAMUDRA REMBANG, JAWA TENGAH
PRAKTEK KERJA LAPANG
PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh:
USWATUN KHASANAH
PROBOLINGGO – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
PENERAPAN HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) PADA
PENGALENGAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PT. PAN
PUTRA SAMUDRA REMBANG, JAWA TENGAH
Praktek Kerja Lapang sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh:
USWATUN KHASANAH
NIM. 141211131242
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan,
Universitas Airlangga
Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh.,DEA. HIDAYATUL UDCHIYAH
NIP. 19520517 197803 2 001
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si
NIP. 19600912 198603 2 001
PENERAPAN HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) PADA
PENGALENGAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PT. PAN
PUTRA SAMUDRA REMBANG, JAWA TENGAH
Oleh :
USWATUN KHASANAH
NIM. 141211131242
Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat bahwa
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini, baik ruang lingkup maupun kualitasnya dapat diajukan
sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan.
Telah diujikan pada
Tanggal 18 Juni 2015
KOMISI PENGUJI
Ketua : Dr. Gunanti Mahasri., Ir., M.Si
Anggota : Abdul Manan, S.Pi., M.Si
Eka Saputra, S.Pi., M.Si
Surabaya, 18 Juni 2015
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
Dekan,
Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA.
NIP. 19520517 197803 2 001
RINGKASAN
USWATUN KHASANAH. Penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical
Control Point) pada Pengalengan Rajungan (Portunus pelagicus) di PT. Pan
Putra Samudra Rembang, Jawa Tengah. Dosen Pembimbing Dr. Gunanti
Mahasri, Ir., M.Si.
Rajungan merupakan salah satu komoditas ekspor perikanan Indonesia.
Rajungan umumnya diekspor dalam bentuk segar, beku ataupun kaleng. Terdapat
banyak perusahaan ekportir hasil pengolahan rajungan di Indonesia yang harus
bersaing dengan perusahaan pengolahan rajungan yang ada di luar negeri untuk
mendapatkan konsumen. Salah satu upaya Indonesia untuk meningkatkan daya
saing adalah melakukan pengawasan mutu dengan menerapkan manajemen mutu
berdasarkan konsep Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP).
Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan pada tanggal 12 Januari-13
Februari 2015 di PT. Pan Putra Samudra Desa Sumurtawang, Kecamatan Kragan,
Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Tujuan Praktek Kerja Lapang ini
yaitu untuk mengetahui persyaratan dasar penerapan HACCP dan penerapan
HACCP pada pengalengan rajungan. Metode kerja yang digunakan dalam Praktek
Kerja Lapang ini yaitu metode deskriptif dengan pengambilan data meliputi data
primer dan sekunder. Teknik pengambilan data meliputi observasi, wawancara
dan partisipasi aktif. PT. Pan Putra Samudra merupakan salah satu perusahaan
eksportir rajungan kaleng yang telah menerapkan HACCP.
Sistem HACCP akan berjalan efektif dengan Good Manufacturing
Practice (GMP) dan Sanitation Standard Operating Prosedure (SSOP). Pokok
pembahasan penerapan GMP meliputi semua tahapan proses pengalengan
rajungan yaitu penerimaan bahan baku, sortasi, pencampuran daging,
pengalengan, seaming, pasteurisasi, pendinginan, pengepakan, penyimpanan dan
distribusi. Sedangkan penerapan SSOP yang dibahas diantaranya keamanan air
dan es, kebersihan permukaan yang kontak langsung dengan pangan, pencegahan
kontaminasi silang, fasilitas cuci tangan, sanitasi dan toilet, pelabelan dan
penyimpanan bahan kimia, pengendalian hama, dan penanganan limbah.
Penerapan HACCP di PT. Pan Putra Samudra sudah dijalankan dengan
baik berdasarkan 12 langkah penerapan HACCP yang meliputi pembentukan tim
HACCP, deskripsi produk, identifikasi penggunaan, penyusunan diagram alir
proses, pemeriksaan bagan alir proses, analisis bahaya, penetapan critical control
point (CCP), penetapan batas kritis, penentuan prosedur monitoring, tindakan
koreksi, tindakan verifikasi, dan penetapan dokumentasi dan pencatatan. Selain itu
selalu dilakukan pengawasan pada setiap tahapan proses yang menjadi critical
control point (CCP) yaitu tahap penerimaan bahan baku, metal detecting,
seaming, pasteurisasi dan penyimpanan, sehingga dapat dikendalikan dengan
cukup baik.
SUMMARY
USWATUN KHASANAH. Application of HACCP (Hazard Analysis Critical
Control Point) in Canned Swimming Crab (Portunus pelagicus) in PT. Pan
Putra Samudra Rembang, Central Java. Academic Advisor Dr. Gunanti
Mahasri, Ir., M.Si.
Swimming crab is one of Indonesia’s fishery export commodities. The
swimming crab is generally export infresh, frozen or canned. There are many
exporter of swimming crab processing companies in Indonesia which should be
compete with foreign swimming crab processing companies to get customers. One
of Indonesia's efforts to increase the competitiveness is applying quality control
and management based on Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
concepts.
The Field Practice Project was held on 12th January until 13th February
2015 at PT. Pan Putra Samudra, Sumurtawang Village, Kragan District,
Rembang, Central Java. The purpose of this Field Practice Project was to get
information about the basic requirements of HACCP application and HACCP
application in canned swimming crab. The method which used is descriptive
method by data collection including primary and secondary data. Data collection
techniques include observation, interview and active participation. PT. Pan Putra
Samudra is one of canned swimming crab exporter companies which have
implemented the HACCP.
HACCP system can be implemented effectively if this system applied
along with Good Manufacturing Practice (GMP) and Sanitation Standard
Operating Procedure (SSOP). The application of GMP include the whole process
of canned swimming crab meat such as receiving raw materials, sorting, mixing,
canning, seaming, pasteurization, cooling, packing, storage and distribution.
While the application of SSOP were discussed, such as water and ice safety,
cleanliness of surfaces in direct contact with food, prevention cross
contaminations, hand washing facilities, sanitation and toilets, labeling and
storage chemicals, pest controls and waste handling.
The application of HACCP in PT. PanPutra Samudra hasbeen applied
well based on 12-stepsof HACCP application include the HACCP team
formation, describe product, identify intended use, construct flowdiagram, on-site
verification of flow diagram, identify hazard, establish critical control points
(CCP), establishcritical limits, establish monitoring system, establish corrective
actions, establish verification procedures, establish documentation and record
keeping. In addition, always do monitoring of every step process which has
critical control points (CCP) is receipt of raw materials, metal detecting, seaming,
pasteurization and storage, so it can be controlled well enough.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan Pratek Kerja Lapang tentang
Penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) pada Pengalengan
Rajungan (Portunus pelagicus) di PT. Pan Putra Samudra Rembang, Jawa Tengah
ini dapat terselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan hasil Praktek Kerja
Lapang yang telah dilaksanakan di PT. Pan Putra Samudra, Desa Sumurtawang,
Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 12
Januari 2015 - 13 Februari 2015.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan laporan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga laporan
Praktek Kerja Lapang ini bermanfaat dan memberikan informasi bagi semua
pihak.
Surabaya, 18 Juni 2015
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini, tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA. Selaku Dekan Fakultas Perikanan
dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
2. Ibu Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si selaku dosen pembimbing Praktek Kerja
Lapang yang dengan sabar dan perhatian untuk membimbing penulis.
3. Bapak Abdul Manan, S.Pi.,M.Si selaku dosen penguji.
4. Bapak Eka Saputra, S.Pi.,M.Si selaku dosen penguji.
5. Bapak Agustono, Ir., M.Kes selaku coordinator Praktek Kerja Lapang.
6. Kedua orang tua tercinta Bapak Mahmud dan Ibu Mutmainnah serta adik
tersayang NailinNi’mah yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan.
7. Bapak Daromi selaku Manager Produksi PT. Pan Putra Samudra Rembang,
Jawa Tengah.
8. Semua karyawan PT. Pan Putra Samudra Rembang, Jawa Tengah yang telah
membantu selama PKL terutama Bapak Asrofi, Bapak Harsono, Ibu Nur,
Bapak Mukhlis, Bapak Ahmadi, Bapak Bowo, Bapak Roni, Bapak Edi,
Bapak Agung, Bapak Sigit, Bapak Dariana, Bapak Syamsul, dll.
9. Widi, Ery, Erni, Aida, Nanik, Dovan, Sa’di, mbak Firda dan Fatim yang telah
memberikan motivasi, bantuan, semangat dan menghibur.
10. Teman-teman FPK 2012 khususnya minat studi TIHP.
11. Semua pihak yang telah membantu selama kegiatan PKL dan penyusunan
laporan PKL ini.
DAFTAR ISI
RINGKASAN ......................................................................................................v
SUMMARY..........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xiii
I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................3
1.3 Manfaat........................................................................................................3
II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................4
2.1 Rajungan (Portunus pelagicus)...................................................................4
2.1.1 Klasifikasi............................................................................................4
2.1.2 Morfologi............................................................................................4
2.1.3 Habitat.................................................................................................5
2.2 Perkembangan Pengalengan Rajungan di Indonesia ...................................6
2.3 Persyaratan Dasar Penerapan HACCP........................................................6
2.3.1 Good Manufacturing Practice (GMP)...............................................6
2.3.2 Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)...........................7
2.4 Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)...................8
III PELAKSANAAN ..........................................................................................14
3.1 Tempat dan Waktu......................................................................................14
3.2 Metode Kerja...............................................................................................14
3.3 Metode Pengumpulan Data.........................................................................14
3.2.1 Data Primer.........................................................................................14
3.3.2 Data Sekunder.....................................................................................16
IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................17
4.1 Keadaan Umum Perusahaan ........................................................................17
4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan ...........................................................17
4.1.2 Lokasi dan Kondisi Geografi Perusahaan...........................................18
4.1.3 Struktur Organisasi..............................................................................18
4.1.4 Visi dan Misi Perusahaan....................................................................19
4.1.5 Ketenagakerjaan..................................................................................19
4.2 Sarana dan Prasarana...................................................................................21
4.2.1 Sarana.................................................................................................21
A. Sarana Utama Produksi..................................................................21
B. Sarana Pendukung Produksi...........................................................24
C. Peralatan Penunjang Produksi........................................................25
4.2.2 Prasarana.............................................................................................26
4.3 Tata Letak Perusahaan.................................................................................26
4.3.1 Lokasi Perusahaan..............................................................................26
4.3.2 Skema Ruang Produksi.......................................................................27
4.4 Proses Pengalengan Rajungan di PT. Pan Putra Samudra...........................28
4.5 Persyaratan Kelayakan Dasar dalam Penerapan HACCP di PT. Pan Putra
Samudra.......................................................................................................29
4.5.1 Good Manufacturing Practices (GMP)..............................................30
4.5.2 Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)...........................41
4.6 Penerapan HACCP pada Pengalengan Rajungan.........................................47
4.6.1 Pembentukan Tim HACCP................................................................48
4.6.2 Deskripsi Produk................................................................................49
4.6.3 Identifikasi Penggunaan......................................................................51
4.6.4 Penyusunan Diagram Alir Proses.......................................................52
4.6.5 Pemeriksaan Bagan Alir Proses .........................................................52
4.6.6 Analisis Bahaya ..................................................................................54
4.6.7 Penetapan Critical Control Point (CCP) ...........................................54
4.6.8 Penetapan Batas Kritis (Critical Limit)..............................................57
4.6.9 Penentuan Prosedur Monitoring..........................................................58
4.6.10 Tindakan Koreksi.............................................................................60
4.6.11 Tindakan Verifikasi...........................................................................61
4.6.12 Penetapan Dokumenasi dan Pencatatan............................................62
V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................63
5.1 Kesimpulan...................................................................................................63
5.2 Saran............................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................64
LAMPIRAN .........................................................................................................68
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Penentuan Signifikansi Bahaya .......................................................... 10
4.1 Tim HACCP PT. Pan Pura Samudra .................................................. 48
4.2 Deskripsi Produk................................................................................ 50
4.3 Penetapan CCP dengan Pohon Keputusan.......................................... 54
4.4 Batas Kritis Tiap Critical Control Point (CCP) ................................ 58
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Rajungan............................................................................................. 5
2.2. Diagram Pohon Keputusan CCP....................................................... 11
4.1. Daging Rajungan Jumbo.................................................................... 32
4.2. Daging Rajungan dalam Kaleng........................................................ 35
4.3. Daging Rajungan Claw Meat dalam Plastic cup.............................. 35
4.4. Diagram Alir Proses.......................................................................... 53
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Peta Lokasi Praktek Kerja Lapang ..................................................... 68
2. Layout Proses PT. Pan Putra Samudra ............................................... 69
3. Struktur Organisasi PT. Pan Putra Samudra....................................... 70
4. Form Hasil Pengujian Mikrobiologi Bahan Baku.............................. 71
5. Form Hasil Pengujian Cloramphenicol Bahan Baku......................... 72
6. Form Hasil Metal Detecting .............................................................. 73
7. Form Hasil Pengecekan Double Seam............................................... 74
8. Form Hasil Pengecekan Suhu Tank Pasteurisasi dan Pendinginan..... 75
9. Form Hasil Pengecekan Suhu Ruang Pengepakan............................. 76
10. Form Hasil Pengecekan Suhu Cold Storage...................................... 77
11. Form Hasil Pengujian Sensori Produk Akhir..................................... 78
12. Form Hasil Pengujian Mikrobiologi Produk Akhir............................ 79
13. Form Hasil Pengujian Cloramphenicol Produk Akhir....................... 80
14. Analisis Bahaya Pengalengan Rajungan di PT. Pan Putra Samudra.. 81
15. Sertifikat Kelayakan Pengolahan........................................................ 85
16. Sertifikat HACCP .............................................................................. 86
17. Sertifikat Air dan Es Proses ............................................................... 87
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era perdagangan bebas menyebabkan produk perikanan Indonesia
menghadapi berbagai tantangan untuk meningkatkan daya saing, baik dalam mutu
produk maupun efisiensi dalam produksi (Rahmawaty dkk., 2013). Ramadhani
(2006) menambahkan bahwa dalam menghadapi persaingan dan menjaga
kepercayaan konsumen pada suatu produk, perusahaan harus selalu menjaga mutu
produk yang dihasilkan karena hanya produk bermutu yang akan berhasil
mempertahankan posisi di pasar global. Oleh karena itu diperlukan suatu system
pengendalian mutu yang baik bagi manajemen perusahaan sebagai usaha untuk
menghasilkan produk yang lebih bermutu.
Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu bahan baku yang
mempunyai asam amino sebanyak 15 asam amino yang terdiri dari sembilan asam
amino esensial dan enam asam amino non esensial. Jumlah total asam amino
esensial daging rajungan segar adalah 6940 mg/100 g, sedangkan asam amino non
esensial sebesar 6020 mg/100 g (Lingga, 2011). Rajungan (Portunus pelagicus)
merupakan salah satu komoditas ekspor perikanan Indonesia (Agustina, dkk.,
2014). Ismiwarti (2005) menambahkan bahwa rajungan umumnya diekspor dalam
bentuk segar, beku ataupun kaleng. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan
Perikanan (2011) yang dikutip Rochima dan Hidayati (2012) ekspor rajungan
sejak Januari-Agustus 2011 mencapai US$ 208,4 juta.
Terdapat banyak perusahan eksportir di bidang pengolahan rajungan di
Indonesia diantaranya PT. Windika Utama, PT. Pan Putra Samudra, PT. Kelola
Mina Laut dan PT. Bumi Menara Internusa (Yusuf, 2007). Perusahaan eksportir
hasil pengolahan rajungan di Indonesia harus bersaing baik dengan perusahaan
yang ada di Indonesia maupun perusahan yang ada di luar negeri untuk
mendapatkan konsumen. Salah satu upaya Indonesia untuk meningkatkan daya
saing adalah melakukan pengawasan mutu dengan menerapkan manajemen mutu
berdasarkan konsep Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) yang
disesuaikan dengan kondisi pengolahan di Indonesia (Nuryani, 2006).
Menurut Ramadhani (2013) HACCP merupakan sistem yang dirancang
untuk mencegah terjadinya masalah kualitas produk pangan baik yang disebabkan
oleh faktor biologis, kimia maupun fisik. HACCP mengutamakan kepada
tindakan pencegahan dan identifikasi bahaya namun tidak mengandalkan kepada
pengujian produk akhir (Koswara, 2009).
PT. Pan Putra Samudra merupakan salah satu perusahaan eksportir produk
rajungan dalam kaleng di Indonesia yang bersertifikat HACCP. Penerapan
HACCP di perusahaan belum didukung sepenuhnya oleh karyawan, dimana masih
ada sebagian karyawan yang belum disiplin dalam melaksanakan Good
Manufacturing Practice (GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedure
(SSOP) yang merupakan persyaratan dasar penerapan HACCP.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperlukan Praktek Kerja
Lapang untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dan mempelajari lebih luas
mengenai penerapan HACCP di lapangan. Sistem HACCP mampu memberi
jaminan kepada konsumen bahwa produk dalam keadaan aman, sehingga mampu
meningkatkan daya saing produk di pasaran (Ramadhani, 2013).
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah :
1. Mengetahui Persyaratan Dasar penerapan HACCP di PT. Pan Putra Samudra
Rembang, Jawa Tengah.
2. Mengetahui penerapan HACCP pada pengalengan rajungan (Portunus
pelagicus) di PT. Pan Putra Samudra Rembang, Jawa Tengah.
1.3 Manfaat
Praktek kerja lapang ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan menambah wawasan mengenai penerapan HACCP pada proses
pengalengan rajungan serta memadukan teori yang diperoleh dengan kenyataan
yang ada di lapangan, sehingga dapat memahami dan mengatasi permasalahan
yang timbul di lapangan.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rajungan (Portunus pelagicus)
2.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi rajungan menurut Suwignyo dalam Mirzads (2009) adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Portunidae
Genus : Portunus
Species : Portunus pelagicus
2.1.2 Morfologi
Rajungan mempunyai karapas berbentuk bulat pipih dengan warna yang
sangat menarik. Ukuran karapas lebih besar kearah samping dengan permukaan
yang tidak terlalu jelas pembagian daerahnya. Sebelah kiri dan kanan karapas
terdapat duri besar, jumlah duri sisi belakang mata sebanyak 9, 6, 5, atau 4 dan
antara mata terdapat empat buah duri besar. Rajungan mempunyai lima pasang
kaki jalan, sepasang kaki jalan pertama berukuran lebih besar daripada kaki jalan
yang lain, disebut capit yang berfungsi untuk memegang dan memasukkan
makanan kedalam mulut. Sepasang kaki terakhir mengalami modifikasi menjadi
alat renang. Oleh sebab itu rajungan digolongkan kedalam kepiting berenang
(swimming crab) (Suwignyo, 1989 dalam Mirzads, 2009).
Rajungan memiliki perbedaan yang menyolok antara jantan dan betina.
Rajungan jantan mempunyai tubuh lebih besar dan capitnya lebih panjang
daripada betina (Suwignyo, 1989 dalam Mirzads, 2009). Menurut Juwana (2000)
perbedaan lainnya adalah warna dasar, rajungan jantan berwarna biru dengan
bercak putih terang, sedangkan betina berwarna dasar hijau kotor dengan bercak
putih kotor. Perbedaan morfologi rajungan jantan dan betina dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Rajungan
(a) Jantan(b)Betina
(Sumber; Svane and G. Hooper, 2004)
2.1.3 Habitat
Juwana (2000) mengatakan bahwa Portunus pelagicus hidup di daerah
pantai berpasir lumpur dan di perairan depan hutan mangrove. Portunus pelagicus
membenamkan diri di dalam pasir. Nybakken (1986) dalam Jafar (2011)
menambahkan bahwa rajungan hidup di daerah estuaria kemudian bermigrasi ke
perairan yang bersalinitas lebih tinggi untuk menetaskan telurnya, dan setelah
mencapai rajungan muda akan kembali ke estuaria.
2.2 Perkembangan Pengalengan Rajungan di Indonesia
Pengolahan rajungan di Indonesia secara umum dapat dibagi dalam dua
tahap yaitu proses pemasakan dan pemisahan daging dari cangkangnya yang
dilakukan di mini plant serta proses pengalengan yang dilakukan di processing
plant (Gunawan, 2000). Pengolahan rajungan skala mini plant terdiri dari
beberapa tahapan yaitu penerimaan rajungan mentah dari nelayan atau pedagang,
pencucian, perebusan, hingga pengupasan (Nugroho, 2012).
Proses pengalengan rajungan di processing plant menurut Akhmadi (2006)
meliputi penerimaan daging rajungan (receiving), pra-penyortiran, penyortiran,
pengecekan akhir (final checking), pencampuran (mixing), pemasukan dalam
kaleng, penimbangan, penutupan kaleng, pasteurisasi, pendinginan, pengepakan
dan penyimpanan dingin.
2.3 Persyaratan Dasar Penerapan HACCP
Persyaratan dasar bagi penerapan HACCP meliputi Good Manufacturing
Practice (GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) (Thaheer,
2005).
2.3.1 Good Manufacturing Practice (GMP)
Good Manufacturing Practice (GMP) adalah persyaratan dasar yang harus
dipenuhi oleh suatu perusahaan untuk menghasilkan pangan yang bermutu dan
aman secara konsisten. Persyaratan dalam GMP mencakup persyaratan untuk
pekerja, bangunan dan fasilitas, peralatan, dan pengendalian proses. Persyaratan
untuk pekerja bertujuan untuk menghindarkan kontaminasi oleh pekerja,
khususnya kontaminasi bahaya mikrobiologi yang bisa berasal dari pekerja sendiri
dan praktik yang salah serta bahaya fisik yakni perhiasan, barang personal yang
mungkin dibawa oleh pekerja. Oleh karenanya persyaratan ini menetapkan
program kebersihan, kesehatan pekerja, pelatihan dan pendidikan tentang sanitasi
pada pekerja (Dewanti dan Hariyadi, 2013).
Persyaratan untuk bangunan dan fasilitas mencakup tata letak untuk
meminimalkan kontaminasi silang atau kontaminasi ulang, rancangan pabrik
misalnya bangunan anti tikus, persyaratan dinding, lantai, atap, pintu, ventilasi,
pecahayaan, gudang, fasilitas untuk karyawan (loker, seragam, sepatu, penutup
rambut, kamar mandi, toilet), dan sebagainya, program pembersihan dan sanitasi
bangunan serta pemeliharaan lingkungan.
Persyaratan untuk peralatan juga mencakup tata letak peralatan yang
meminimalkan kontaminasi, rancangan peralatan yang mudah dijangkau
(accessible) dan mudah dibersihkan (cleanable) serta persyaratan tentang bahan
peralatan yang diizinkan, dan persyaratan pembersihan serta sanitasi yang
diantaranya terdiri dari jenis pembersih dan/atau sanitaiser yang dapat digunakan.
Persyaratan tentang pengendalian proses mencakup prosedur penanganan bahan
baku, pemeliharaan, pengolahan, penyimpanan, pengendalian hama, penanganan
limbah, dan sebagainya (Dewanti dan Hariyadi, 2013).
2.3.2 Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)
Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) merupakan dokumen
untuk tiap aspek yang berisi kebijakan tentang tiap aspek, prosedur atau tahapan
yang diperlukan, rujukan yang digunakan, tindakan koreksi yang harus dilakukan
jika ada penyimpangan serta penanggung jawabnya (Dewanti dan Hariyadi,
2013). Food and Drud Administration (FDA) mengusulkan delapan aspek atau
kunci SSOP yang harus dibuat prosedurnya yaitu keamanan air, kebersihan
permukaan yang kontak pangan, fasilitas sanitasi, pencegahan kontaminasi silang,
pencegahan adulterasi, pelabelan senyawa toksik, kesehatan pekerja dan
pengendalian hama (Thaheer, 2005).
2.4 Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah pendekatan
pencegahan untuk mengendalikan semua bahaya (biologi, kimia, fisik) yang
mungkin ada selama pengolahan pangan (Dewanti dan Hariyadi, 2013). Codex
(1997) mengembangkan 12 (dua belas) langkah dalam rencana HACCP yang
terdiri dari lima langkah awal persiapan dan diikuti dengan tujuh langkah
berikutnya yang merupakan prinsip HACCP (Koswara, 2009). Langkah tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan Tim HACCP
Langkah pertama dalam penyusunan HACCP adalah membentuk tim yang
terdiri dari beberapa anggota dengan latar belakang pendidikan atau pengalaman
kerja yang berbeda (multi disiplin) (Koswara, 2009). Thaheer (2005) mengatakan
bahwa tim HACCP adalah kelompok orang di dalam perusahaan yang bertugas
untuk merancang, menerapkan, dan mengendalikan sistem HACCP.
2. Deskripsikan Produk
Langkah kedua dalam penyusunan rencana HACCP adalah
mendeskripsikan produk (Koswara, 2009). Deskripsi produk adalah informasi
lengkap mengenai produk yang berisi tentang komposisi, sifat fisik atau kimia,
metode pengolahan yang diterapkan, pengemasan, kondisi penyimpanan, daya
tahan, cara distribusi, cara penyajian dan persiapan konsumsinya (Thaheer, 2005).
3. Identifikasi Rencana Penggunaan
Pada tahap ini, tim HACCP mengidentifikasi cara penggunaan produk
oleh konsumen, cara penyajian serta kelompok konsumen yang mengkonsumsi
produk (Koswara, 2009).
4. Penyusunan Bagan Alir
Penyusunan diagram alir merupakan langkah dasar dari tahap analisa
bahaya (Ramadhani, 2013). Diagram alir disusun dengan tujuan untuk
menggambarkan keseluruhan proses produksi (Koswara, 2009). Diagram alir yang
dibuat harus mencakup semua tahapan di dalam operasional produksi (Thaheer,
2005).
5. Verifikasi Bagan Alir dilapangan
Diagram alir proses yang harus diverifikasi ditempat, dapat dilakukan
dengan cara mengamati aliran proses, kegiatan pengambilan sampel, wawancara,
mengamati operasi rutin/non rutin (Koswara, 2009).
6. Analisa Bahaya
Analisa bahaya meliputi kegiatan mengidentifikasikan bahaya dan
penetapan kategori resiko (Thaheer, 2005). Identifikasi bahaya dilakukan dengan
mendaftar semua bahaya potensial yang mungkin terjadi pada setiap tahap proses.
Penentuan signifikansi bahaya dilakukan dengan mempetimbangkan peluang
untuk setiap bahaya yang telah diidentifikasi dan tingkat keseriusannya.
Penentuan signifikansi bahaya dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tahap selanjutnya
setelah menganilisis bahaya adalah mengidentifikasi tindakan pencegahan yang
mugkin dapat mengendalikan setiap bahaya (Koswara, 2009).
Tabel 2.1. Penentuan Signifikansi Bahaya
Peluang
Terjadi
Tingkat Keparahan
L M H
L LL ML HL
M LM MM HM*
H LH MH* HH*
Sumber; Koswara, 2009
Keterangan: L= low, M= medium, H= high
(*) Umumnya dianggap signifikan dan akan dipertimbangkan dalam penetapan
CCP
7. Penentuan Titik Kendali Kritis atau CCP
Titik kendali kritis atau CCP adalah suatu tahap dimana pengendalian
dapat diterapkan dan bahaya keamanan pangan dapat dicegah, dihilangkan atau
dikurangi sampai tingkat yang dapat diterima sehingga resiko dapat
diminimalkan. CCP dapat ditentukan dengan menggunakan Diagram Pohon
Keputusan CCP (CCP Decision Tree) (Koswara, 2009).
Gambar 2.2. Diagram Pohon Keputusan CCP(Sumber; BSN, 1998)
8. Penentuan Batas Kritis disetiap CCP
Budhiati (2004) mengatakan bahwa batas kritis adalah suatu kondisi
tertentu yang digunakan untuk mengontrol atau mengendalikan hazard dalam
CCP tertentu. Setiap CCP yang teridentifikasi maka harus ditentukan batas kritis
(Koswara, 2009). Thaheer (2005) menambahkan bahwa batas kritis menunjukkan
perbedaan antara produk yang aman dan tidak aman dan menjamin bahwa suatu
CCP mengendalikan semua bahaya secara efektif. Batas kritis ditetapkan
berdasarkan asal bahan baku, peraturan pemerintah, petunjuk teknis, peraturan
negara importir, survey literature, uji coba dan saran tenaga ahli, yang harus
diketahui dan ditetapkan sebelum penerapan HACCP (Budhiati, 2004).
9. Penetapan Monitoring disetiap CCP
Prosedur monitoring adalah tahapan pengamatan atau pengukuran batas
kritis secara terencana untuk menghasilkan rekaman yang tepat dan ditujukan
untuk meyakinkan bahwa batas kritis tersebut mampu mempertahankan keamanan
produk. Tim HACCP menentapkan rangkaian prosedur pemantauan untuk setiap
batas kritis yang ditetapkan yang mencakup apa, siapa, dimana, kapan dan
bagaiman pemantauan tersebut dilakukan (Koswara, 2009).
10. Penetapan Tindakan Koreksi disetiap penyimpangan Batas Kritis
Tindakan koreksi adalah semua tindakan yang diambil jika hasil
pemantauan pada CCP menunjukkan penyimpangan batas kritis (kehilangan
kendali), karena jika kendali hilang maka produk menjadi tidak memenuhi syarat.
Terdapat dua level tindakan koreksi yaitu tindakan segera (Immediete Action) dan
tindakan pencegahan (Preventive Action). Tindakan segera (Immediete Action)
adalah penyesuaian proses agar menjadi terkontrol kembali dan menangani
produk yang dicurigai terkena dampak penyimpangan, sedangkan tindakan
pencegahan (Preventive Action) adalah pertanggung jawaban untuk tindakan
koreksi dan pencatatan tindakan koreksi (Koswara, 2009).
11. Penetapan Prosedur Verifikasi
Verifikasi adalah suatu evaluasi untuk menetapkan kesesuaian suatu
pelaksanan dengan rencana HACCP. Verifikasi memberi jaminan bahwa rencana
HACCP telah sesuai dengan kegiatan operasional sehari-hari dan akan
menghasilkan produk dengan mutu baik dan/atau aman untuk dikonsumsi
(Koswara, 2009). Budhiati (2004) mengatakan bahwa verifikasi dibedakan
menjadi dua yaitu verifikasi internal dan eksternal. Verifikasi internal adalah
evaluasi yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan sendiri, sedangkan
verifikasi eksternal adalah evaluasi yang dilakukan oleh pihak pemerintah yang
dilakukan secara wajib dan rutin.
12. Penetapan Proses Pencatatan dan Dokumentasi
Dokumen dan pencatatan adalah bukti tertulis bahwa suatu tindakan telah
dilakukan. Dokumen tersebut dapat digunakan untuk keperluan inspeksi dan
untuk mempelajari kerusakan yang mengakibatkan penyimpangan dan
menemukan tindakan koreksi yang sesuai. Jenis dokumen yang harus ada dalam
penyusunan rencana HACCP adalah (a) rencana HACCP dan semua materi
pendukungnya (b) dokumen pemantauan (c) dokumen tindakan koreksi dan (d)
dokumen verifikasi. Selesainya penyusunan sistem dokumentasi maka
penyusunan rencana HACCP telah selesai (Koswara, 2009).
III PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktek Kerja Lapang ini telah dilaksanakan di PT. Pan Putra Samudra
(Plant Pandangan), Jl. Raya Rembang-Tuban KM 32 Desa Sumurtawang,
Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan
Praktek Kerja Lapang dilaksanakan mulai tanggal 12 Januari-13 Februari 2015.
3.2 Metode Kerja
Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode
deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu
objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa
pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2011).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang diambil dalam Praktek Kerja Lapang ini berupa data primer dan
data sekunder yang diperoleh melalui beberapa metode dan cara pengamatan.
3.3.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber informan pertama
yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti. Data primer ini dapat berupa catatan hasil wawancara, hasil observasi ke
lapangan secara langsung dalam bentuk catatan tentang situasi atau kejadian serta
data mengenai informan (Nazir,2011).
A. Metode Observasi
Metode observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subyek, obyek,
atau kejadian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan
individu yang diteliti (Sangadji dan Sopiah, 2010). Observasi pada Praktek Kerja
Lapang ini dilakukan terhadap berbagai kegiatan yang berhubungan dengan
penerapan HACCP pada pengalengan rajungan (Portunus pelagicus) meliputi
proses sanitasi, penerimaan bahan baku, proses pengalengan rajungan,
pengemasan dan penyimpanan hasil pengalengan.
B. Wawancara
Sangadji dan Sopiah (2010) mengemukakan bahwa wawancara merupakan
teknik pengumpulan data dalam metode survey yang menggunakan pertanyaan
secara lisan kepada subyek penelitian. Wawancara dilakukan dengan cara Tanya
jawab dengan pegawai yang ada di lokasi mengenai sejarah berdirinya
perusahaan, struktur organisasi, tenaga kerja, proses produksi, pemasaran,
permasalahan serta hambatan yang dihadapi dalam penerapan HACCP pada
proses pengalengan rajungan (Portunus pelagicus) di PT. Pan Putra Samudra
Rembang, Jawa Tengah.
C. Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif adalah keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan yang
dilakukan secara langsung di lapangan (Nazir, 2011). Kegiatan partisipasi aktif
dilakukan dengan mengikuti secara langsung beberapa kegiatan yang dilakukan
dalam penerapan HACCP pada pengalengan rajungan (Portunus pelagicus)
meliputi proses sanitasi, penerimaan bahan baku, proses pengalengan,
pengemasan dan penyimpanan hasil pengalengan.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain tidak langsung
diperoleh dari peneliti dari subjek penelitiannya (Nazir, 2011). Data sekunder
yang diperoleh dari Praktek Kerja Lapang antara lain sejarah perusahaan, visi-
misi perusahaan, struktur organisasi dan ketenagakerjaan, tingkat pendidikan
karyawan, serta deskripsi produk di PT. Pan Putra Samudra Rembang, Jawa
Tengah.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan
PT. Pan Putra Samudra pada awalnya bernama PT. Tonga Tiur Putra.
Nama PT. Pan Putra Samudra diresmikan pada bulan Mei 2014. Pertama didirikan
PT. Pan Putra Samudra bergerak di bidang usaha benur udang yang berlokasi di
Bandengan, Jepara-Jawa Tengah. Namun, usaha benur udang sulit berkembang
sehingga di awal tahun 1991 memperluas usahanya dengan memproduksi
chiriment yaitu teri nasi kering yang diekspor ke Jepang. PT. Pan Putra Samudra
membangun mini plant di wilayah Indonesia Barat dan Timur antara tahun 1991-
1994 dalam usaha menjalankan usaha baru tersebut. Sejak Januari 1991, PT. Pan
Putra Samudra memindahkan aktivitas produksinya ke daerah Pandangan,
Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang-Jawa Tengah. Canned Pasteurized
Crab Meat yang kemudian direncanakan diekspor ke Amerika melalui Bryd
International. PT. Pan Putra Samudra memulai ekspor Canned Crab Product pada
tanggal 20 Desember 1999 dengan melakukan seluruh produksi di Pandangan
Plant mulai dari penerimaan bahan baku sampai dengan penyimpanan produk
akhir.
PT. Pan Putra Samudra menerapkan metode baru yaitu memindahkan
proses pengolahan bahan baku ke mini plant pada Agustus 2002. Mini plant yang
dimiliki oleh PT. Pan Putra Samudra di Rembang, Lasem, Semarang, Tuban,
Surabaya, Madura dan Cirebon. Jumlah mini plant saat ini sekitar 30 dari daerah
Jawa maupun luar Jawa. Mini plant tersebut menjual daging rajungan rebus ke
plant sesuai dengan perjanjian harga. Pengolahan lebih lanjut dilakukan di plant
mulai dari penerimaan bahan baku, sortir, canning, seaming, pasteurisasi dan
distribusi.
4.1.2 Lokasi dan Kondisi Geografi Perusahaan
Perusahaan pengalengan rajungan di PT. Pan Putra Samudradibangun di
atas tanah seluas kurang lebih satu hektar. PT. Pan Putra Samudra mempunyai
beberapa bangunan yang meliputi ruang produksi dan ruang di luar unit produksi.
Peusahaan ini terletak di Jalan Raya Rembang-Tuban Km 32, Desa Sumurtawang,
Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Jalan raya Pantura
Sebelah Timur : Perkampungan Sumurtawang
Sebelah Barat : Sungai
4.1.3 Struktur Organisasi
Perusahaan pengalengan rajungan PT. Pan putra Samudra dipimpin oleh
seorang general of director yang membawahi dua orang manager yaitu plant
manager dan field manager. Plant manager bertanggung jawab secara operasional
dalam menjalankan perusahaan dan membawahi machine and engineering
manager, production manager, quality assurance manager, kepala laboraturium,
finance, vehicles, accounting,ware house dan security. Sedangkan production
manager membawahi semua supervisor yang berhubungan dengan proses
produksi yaitu supervisor receiving, supervisor sorting, supervisor metal
detecting, supervisor canning, supervisor seaming, supervisor pasteurization,
supervisor cassing, supervisor sanitation, dan supervisor ice cruser. Field
manager membawahi semua area manager. Struktur organisasi PT. Pan Putra
Samudra dapat dilihat pada Lampiran 3.
4.1.4 Visi dan Misi Perusahaan
Visi dari PT. Pan Putra Samudra yaitu menjadi perusahaan seafood
terpadu dan terbaik di dunia Internasional yang menghasilkan produk yang aman
dan berkualitas. Sedangkan Misi dari PT. Pan Putra Samudra adalah memproduksi
produk seafood yang mengikuti standar aturan keamanan pangan (Food Safety
Regulatuion) baik Nasional maupun Internasional yang dilakukan oleh
sumberdaya manusia dan manajemen yang professional untuk memenuhi
kepuasan pelanggan.
4.1.5 Ketenagakerjaan
Tenaga kerja di PT. Pan Putra Samudra terdiri dari beberapa divisi yaitu
administrasi perkantoran, keamanan, pergudangan, sanitasi, receiving, sorting,
canning, seaming, pasteurisasi, packing, stock, laboraturium dan transportasi
dengan jumlah 250 orang. Tenaga kerja banyak berasal dari penduduk sekitar
dengan rata-rata usia antara 19-45 tahun. Pendidikan pekerja sebagian besar
lulusan dari SMP namun juga terdapat pekerja dengan pendidikan SD, SMA, D3
dan S1. Karyawan di PT. Pan Putra Samudra terbagi menjadi tiga yaitu karyawan
tetap, karyawan harian lepas dan karyawan borongan. Untuk pembagiannya dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja yang secara teratur memeperoleh hak-
hak seperti upah dan cuti, meskipun tidak bekerja karena sesuatu hal yang
tidak melanggar ketentuan, kedudukannya cukup kuat dalam hukum dimana
pengusaha tidak dapat memutuskan hubungan kerja semaunya.
2) Tenaga kerja tidak tetap adalah tenaga kerja yang tidak memiliki hak dan
kewajiban secara teratur dan akan kehilangan hak-hak tertentu apabila mereka
tidak bekerja.
3) Tenaga kerja borongan adalah tenaga kerja yang menjalankan suatu pekerjaan
tertentu atas perjanjian dan ketentuan yang jelas mengenai waktu dan harga
pekerjaan. Pada saat pekerjaan tersebut selesai, maka putuslah hubungan kerja
antara tenaga kerja dan pemberi kerja.
Hari kerja karyawan di PT. Pan Putra Samudra adalah Senin-Minggu. Jam
kerja dimulai dari pukul 08.00 WIB - 16.00 WIB (untuk karyawan receiving
dimulai pukul 07.30 WIB) sedangkan untuk bagian kantor hari kerja adalah
Senin-Sabtu dengan jam kerja sama yaitu pukul 08.00 WIB - 16.00 WIB. Waktu
istirahat selama satu jam yaitu pukul 12.00 WIB - 13.00 WIB. Jam kerja tidak
selalu sesuai dengan yang sudah ditentukan terkadang disesuaikan dengan jumlah
bahan baku yang diproduksi. Jika produksi banyak maka jam kerja bertambah
atau lembur. Apabila bahan baku sedikit maka jam kerja berkurang, sehingga
karyawan dapat pulang lebih awal. PT. Pan Putra Samudra memberikan uang
lembur dan uang konsumsi untuk karyawan yang lembur melebihi jam kerja yang
seharusnya.
4.2 Sarana dan Prasarana
4.2.1 Sarana
Sarana merupakan peralatan yang harus tersedia saat berlangsungnya suatu
kegiatan proses pengalengan rajungan. Sarana yang dimiliki PT. Pan Putra
Samudra antara lain:
A. Sarana utama produksi
Sarana utama produksi yang digunakan dalam pengalengan daging
rajungan di PT. Pan Putra Samudra sebagai berikut:
a. Cold storage
Cold storage sebanyak enam buah yang berfungsi sebagai tempat untuk
menyimpan bahan baku dan produk akhir yang terdiri dari cold storage 1
digunakan untuk menyimpan bahan baku, cold storage 2, 3, dan 4 untuk
penyimpanan sementara produk akhir yang siap untuk diekspor. Cold storage 5
untuk penyimpanan produk akhir yang diriject dan cold storage 6 untuk
penyimpanan produk yang belum dikemas dalam master carton.
b. Tempat penampung air (tandon)
Tempat penampung air (tandon) sebanyak dua unit yang berfungsi untuk
menampung air untuk keperluan produksi.
c. Tank
Tank terbuat dari stainless steel yang berukuran 420 x 70 x 70 cm. PT. Pan
Putra Samudra mempunyai enam buah tank yang terdiri dari tiga buah hot tank
yang digunakan untuk proses pemanasan pada saat pasteurisasi dan tiga buah cold
tank yang digunakan untuk mendinginkan produk yang telah dipasteurisasi.
Kapasitas masing-masing tank adalah 10 basket stainless steel atau sekitar 800-
1000 kaleng.
d. Mesin penutup kaleng (seamer)
Mesin penutup kaleng (seamer) dengan merk “Varin Food Machinery Co.,
LTD) sebanyak empat unit yang terdiri dari dua mesin untuk menutup kaleng yang
berukuran 401x301 mm dan dua mesin untuk menutup kemasan plastic cup.
Mesin seamer tersebut bekerja secara semi otomatis yang digerakkan oleh listrik
dengan bantuan petugas khusus dibagian penutup kaleng.
e. Mesin pengkodean
Mesin pengkodean yang digunakan di PT. Pan Putra Samudra adalah jenis
inkjet printing sebanyak satu unit dengan merk “Domino”. Bagian mesin yaitu
message set up, line set up, dan printer set up. Message set up berfungsi mengatur
penampilan dan posisi dari message pada permukaan produk. Line set up befungsi
memasukkan parameter dari production line (conveyor) ke printer untuk
menyamakan kerja printer dan conveyor. Printer set up berfungsi mengatur
internal clock (jam dan tanggal). Cara kerja mesin pengkodean adalah
berdasarkan prinsip fisika dari suatu cairan yang berada dalam tekanan,
ultrasonic, vibration, dan gaya elektromagnetik. Kode yang terdapat setelah
kaleng dilewatkan dalam mesin pengkodean tanggal produksi, nomor basket, kode
buyer, kode perusahaan dan jenis daging.
f. Shrink
Shrink adalah mesin untuk menyegel penuh kemasan plastic cup dengan
brand buyer. Shrink merupakan mesin rakitan dari pihak perusahaan.
g. Ice crusher
Ice crusher merupakan alat yang digunakan untuk menghancurkan es
balok menjadi es curah.PT. Pan Putra Samudra mempunyai satu unit ice crusher.
Ice crusher merupakan mesin rakitan yang terdiri dari dua bagian utama yaitu roll
penggiling dan motor penggerak.
h. Boiler
Boiler yang digunakan menggunakan bahan bakar solar dengan dynamo
sebagai penggerak. Boiler menghasilkan uap panas yang digunakan sebagai
sumber panas pada proses pasteurisasi. Boiler yang dimiliki PT. Pan Putra
Samudra sebanyak dua unit dengan merk “Maxitherm” dan “Omnical”, namun
yang digunakan pada proses pasteurisasi hanya satu boiler.
i. Timbangan
Timbangan yang digunakan merupakan timbangan digital sebanyak dua
jenis yang terdiri dari timbangan digital berkapasitas 300 kg di bagian penerimaan
bahan baku untuk menimbang daging rajungan yang diterima dari mini plant dan
timbangan digital berkapasitas 10 kg di bagian sortir dan canning.
B. Sarana pendukung produksi
a. Ruang kantor administrasi
Ruang kantor administrasi letaknya terpisah dari unit produksi dan
merupakan tempat aktivitas para karyawan, staf dan manager perusahaan untuk
administrasi kantor.
b. Gudang
Gudang yang ada merupakan gudang kering. PT. Pan Putra Samudra
mempunyai dua gudang yang terdiri dari gudang kaleng yang digunakan untuk
penyimpanan kaleng, tutup kaleng, karton dan gudang yang digunakan untuk
penyimpanan bahan kimia berupa sabun, chlorine dan pelumas.
c. Laboraturium
PT. Pan Putra Samudra menyediakan laboraturium dengan fasilitas
pengujian dan kualifikasi tenaga kerja atau analisis yang memadai untuk
mengadakan pengujian organoleptik, mikrobiologi dan chloramphenicol pada
bahan baku dan produk akhir.
d. Tenaga Listrik
Sumber utama listrik di PT. Pan Putra Samudra berasal dari PLN dengan
daya 350 kVA. PT. Pan Putra Samudra memiliki dua genset sebagai pengganti
sumber listrik jika listrik dari PLN mati dengan daya masing-masing yaitu 350
kVA dan 500 kVA, tetapi hanya satu genset yang digunakan ketika listrik dari
PLN mati. Kebutuhan listrik di PT. Pan Putra Samudra digunakan untuk
penggunaan mesinproduksi, lampu penerangan dan kebutuhan administrasi
lainnya.
e. Sumber Air dan Saluran Air
Sumber air merupakan bagian yang penting dalam proses pengalengan
rajungan karena kualitas dan jumlah air yang dibutuhkan untuk proses
mempengaruhi produk. Sumber air di PT. Pan Putra Samudra terdiri dari bak
penampung air bersih dan sumur atau air tanah. Air dalam bak penampung air
bersih diperoleh dari air yang dibeli dari daerah Lasem. Air tersebut digunakan
untuk air proses dan sanitasi, sedangkan air dalam sumur digunakan untuk air
toilet. Saluran air yang ada di PT. Pan Putra Samudra terdiri dari saluran air
menuju ruang proses produksi, tank pasteurisasi, dan toilet.
f. Saluran Pembuangan Air
Saluran pembuangan air merupakan salah satu sarana yang penting pada
proses pengalengan rajungan di PT. Pan Putra Samudra karena berfungsi untuk
membuang air sanitasi dan sisa air produksi. Saluran pembuangan air di PT. Pan
Putra Samudra dibagi menjadi dua bagian yaitu saluran pembuangan air dari
ruang receiving dan sanitasi menuju sungai yang berada di sebelah timur pabrik
dan saluran pembuangan air dari ruang proses menuju laut yang berada di
belakang pabrik.
C. Peralatan penunjang produksi
Proses produksi pengalengan rajungan membutuhkan beberapa peralatan
untuk menunjang kegiatan produksi. PT. Pan Putra Samudra mempunyai beberapa
peralatan yang digunakan dalam produksi pengalengan rajungan yaitu keranjang
yang terdiri dari keranjang plastik dan stainless steel, lori, meja stainless steel,
toples plastik, nampan plastik, ember, blong, pisau satinless steel, pinset,
kompresor, water spray, thermocouple, control panel, dan pallet plastik.
4.2.2 Prasarana
Prasarana merupakan fasilitas yang menunjang dan melengkapi sarana.
Prasarana yang dimiliki PT. Pan Putra Samudra meliputi:
a) Transportasi
Prasarana transportasi di PT. Pan Putra Samudra menggunakan mobil box
untuk mengangkut bahan baku, mobil untuk mengantar karyawan yang rumahnya
jauh dari perusahaan ketika pulang lembur, mobil untuk transportasi manager dan
motor untuk transportasi supervisor.
b) Komunikasi
Alat komunikasi yang digunakan di PT. Pan Putra Samudra yaitu dengan
menggunakan telepon untuk memperlancar kegiatan produksi dan pemasaran,
handphone yang digunakan oleh seluruh pegawai untuk memperlancar penjagaan
keamanan dan faximale yang ada pada kantor untuk kegiatan administrasi surat
menyurat.
4.3 Tata Letak Perusahaan
4.3.1 Lokasi Perusahaan
Nurdiansyah (2010) mengatakan bahwa lokasi suatu perusahaan
merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi jalur keluar dan masuk
barang yang mendukung produksi serta kegiatan lainnya. PT. Pan Putra Samudra
mempunyai lokasi yang cukup strategis karena berada di jalur pantura sehingga
dapat mempermudah pengiriman bahan baku dan melakukan pendistribusian
produk. Mudah dalam menyerap tenaga kerja karena lokasi perusahaan yang
cukup dekat pemukiman penduduk. Selain itu fasilitas publik seperti komunikasi
dapat dijangkau dengan mudah. Terdapat fasilitas penyediaan listrik dari PLN dan
dekat dengan PDAM yang berasal dari daerah Lasem yang digunakan untuk
proses pengalengan rajungan. Lokasi perusahaan yang dekat dengan sungai
mempermudah pembuangan limbah cair yang telah ditreatment terlebih dahulu.
4.3.2 Skema Ruang Produksi
Skema ruang produksi pengalengan rajungan PT. Pan Putra Samudra
secara garis besar dibagi menjadi tujuh bagian, yaitu:
1. Ruang penerimaan bahan baku
2. Ruang sanitasi
3. Ruang untuk proses sortasi, canning sampai dengan proses seaming
4. Ruang untuk proses coding
5. Ruang untuk proses pasteurisasi
6. Gudang penyimpanan es
7. Ruang untuk proses pengepakan dan penyimpanan produk
Skema ruang produksi pengalengan rajungan PT. Pan Putra Samudra dapat
dilihat pada Lampiran 2.
4.4 Proses Pengalengan Rajungan di PT. Pan Putra Samudra
Proses pengalengan rajungan di PT. Pan Putra Samudra terdiri dari
beberapa tahapan proses. Produksi diawali dengan tahap penerimaan bahan baku.
Bahan baku yang diterima berupa daging rajungan rebus yang dikemas dalam
wadah toples, plastik maupun mika. Setiap satu wadah berisi jenis daging
rajungan yang sama. Tahapan penerimaan bahan baku dilakukan penimbangan
daging rajungan yang diterima dari supplier, pemisahan daging rajungan
berdasarkan jenis dan pengecekan oraganoleptik meliputi warna, tekstur, bau dan
rasa. Setelah dilakukan pengecekan organoleptik, bahan baku diproses ke tahap
sortasi.
Tahap sortasi daging rajungan dibedakan menjadi tiga bagian yaitu sortasi
daging jumbo, claw meat dan blacklight. Sortasi daging jumbo untuk sortasi jenis
daging jumbo, sortasi claw meat untuk sortasi jenis daging rajungan claw meat
sedangkan blackligth untuk sortasi jenis daging rajungan special dan flower.
Tujuan tahap sortasi adalah untuk mendapatkan daging rajungan dengan jenis,
ukuran dan mutu yang seragam.
Tahapan selanjutnya adalah proses pengalengan (canning). Ada berbagai
proses yang dilakukan pada tahap canning. Proses pertama yaitu bahan baku harus
melewati metal detector yang berfungsi untuk mendeteksi keberadaan
fragmentlogam di dalam daging. Jika daging dinyatakan tidak mengandung
fragment logam maka dilanjutkan ke tahap pencampuran (mixing). Pencampuran
daging dilakukan berdasarkan permintaan buyer. Daging rajungan yang telah
dicampur selanjutnya dimasukkan ke dalam kaleng atau plastic cup yang
sebelumnya telah dibersihkan dan diberi kode serta ditambahkan Sodium Acid
Pyrophosphate (SAPP). Proses terakhir pada tahap canning adalah penimbangan.
Tahapan setelah proses canning adalah proses seaming yaitu penutupan
kaleng atau plastic cup. Proses seaming dilakukan dengan menggunakan mesin
seamer semi otomatis. Kaleng atau plastic cup yang telah ditutup selanjutnya
dibawa ke ruang pasteurisasi untuk dipasteurisasi. Pasteurisasi dilakukan untuk
membunuh mikroorganisme patogen untuk memperpanjang masa simpan
rajungan kaleng atau plastic cup. Proses berikutnya setelah pasteurisasi adalah
proses pendinginan. Rahardjo (2010) mengatakan bahwa pasteurisasi tidak
mematikan semua mikroorganisme, tetapi hanya yang bersifat patogen dan tidak
membentuk spora. Oleh karena itu, proses pasteurisasi sering diikuti dengan
proses lain seperti pendinginan.
Produk yang telah melalui proses pasteurisasi dan pendinginan selanjutnya
dikemas ke dalam Master Carton (MC). Proses terakhir adalah penyimpanan
produk di dalam cold storage dengan suhu 0 °C - 3,3 °C. Hal ini sesuai dengan
SNI 6929.3:2010 bahwa penyimpanan daging rajungan kaleng pada penyimpanan
suhu dingindengan tetap menjaga suhu produk 0 °C - 5 °C.
4.5 Persyaratan Kelayakan Dasar dalam Penerapan HACCP di PT. Pan
Putra Samudra
Persyaratan dasar dalam penerapan HACCP meliputi Good Manufacturing
Practices (GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP).
4.5.1 Good Manufacturing Practices (GMP)
Sarwono (2007) mengatakan bahwa GMP merupakan rencana produksi
yang baik. GMP dilakukan mulai dari penerimaan sampai dengan produk
didistribusikan kepada konsumen. Hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan
konsumen jika membeli dan/atau mengkonsumsi pangan. Prosedur Good
Manufacturing Practices (GMP) atau bagaimana cara berproduksi yang baik yang
diterapkan di PT. Pan Putra Samudra adapun:
a. Penerimaan Bahan Baku (Receiving Raw Material)
Proses penerimaan bahan baku dilakukan penimbangan daging
menggunakan timbangan digital dengan kapasitas 300 kg untuk mengetahui
kesesuaian berat bahan baku dengan surat jalan yang diterima dari mini plant.
Surat jalan yang diterima dari mini plant berisi keterangan antara lain nama/asal
mini plant, tanggal produksi, tanggal pengiriman, jenis daging bahan baku dan
berat/jumlah tiap jenis daging. Bahan baku yang diterima ditangani secara hati-
hati, cepat, cermat, dan bersih. Proses penerimaan bahan baku juga dilakukan uji
organoleptik.
Perusahaan memiliki standar yang sudah sesuai dengan standar dari BSN
(2010b) dalam pengujian organoleptik. Persyaratan bahan baku daging rajungan
menurut BSN (2010b) yaitu secara organoleptik bahan baku harus mempunyai
karakteristik kesegaran sekurang-kurangnya sebagai berikut: kenampakan utuh,
bersih dancemerlang; bau segar, spesifik rajungan; tekstur padat dan kompak.
Persyaratan secara umum bahan baku tidakboleh berasal dari perairan yang
tercemar oleh pencemaran kimia, biologi dan fisika.
Selain pengujian organoleptik perusahaan juga melakukan uji
mikrobiologi dan uji kimia (kandungan chloramphenicol) yang dilakukan oleh
analis laboraturium perusahaan. Standar yang digunakan untuk uji mikrobiologi
bahan baku daging rajungan di PT. Pan Putra Samudra adalah Aerob Plate Count
(APC) maksimal 105 cfu/gr. Hasil pengujian mikrobiologi bahan baku dicatat
dalam form khusus dari perusahaan. Contoh form hasil pengujian mikrobiologi
bahan baku dapat dilihat pada Lampiran 4. Sedangkan untuk uji kimiabahan
baku mengandung chloramphenicol maksimal 0,150 ppb, standar ini lebih kecil
dibandingkan standar dari Food and Drugs Administration (FDA) yaitu 0,200
ppb. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam pengujian. Hasil
pengujian kandungan chloramphenicol tersebut dicatat dalam form khusus dari
perusahaan. Contoh form hasil pengujian kandungan chloramphenicol dapat
dilihat pada Lampiran 5. Proses penerimaan bahan baku juga dilakukan
pengecekan suhu pusat daging rajungan dengan thermocouple, standar suhu pusat
daging yang ditetapkan perusahaan yaitu 0 oC - 3,3 oC.
b. Sortasi
Dilakukan pengecekan sensori oleh quality controlpada proses
sortasi.Penyortiran daging rajungan dilakukan dengan menggunakan pinset yang
terbuat dari bahan stainless stell. Setiap meja sortasi disediakan bak yang berisi
air dan larutan QT-50 2,2 % untuk mencuci tangan. Proses sortasi dilakukan
dengan cepat dan cermat untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Selama
proses sortasi karyawan tidak diperbolehkan bicara, makan atau minum.
Bahan baku diberi es baik sebelum, selama dan setelah proses sortir untuk
mempertahankan suhu daging yaitu maksimal 5 oC. Hal ini sesuai dengan
pengolahan daging rajungan pasteurisasi dalam kaleng menurut SNI 6929.3:2010
yaitu suhu daging rajungan pada tahap sortasi dipertahankan pada suhu 0oC - 5oC.
Pemberian es dilakukan dengan cara meletakkan es di bawah nampan sortir
dengan tujuan agar es tidak kontak langsung dengan produk dan membasahi
produk. Daging rajungan yang mengantri untuk disortasi disimpan dalam chill
storage dengan suhu 0 oC - 3,3 oC. Contoh daging rajungan sebelum dan setelah
disortasi dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Daging Rajungan Jumbo
(A) Sebelum disotasi (B) Setelah disortasi
c. Pencampuran (Mixing)
Daging rajungan yang akan diproses ke dalam tahapan mixing harus
melewati metal detector untuk mendeteksi keberadaan fragmen logam. Hasil
pengecekan keberadaan logam dicatat dalam form khusus dari perusahaan. Contoh
form hasil pendeteksian logam dapat dilihat pada Lampiran 6. Proses
pencampuran dilakukan di atas nampan dimana di bagian bawah wadah terdapat
es curah yang diletakkan di atas meja proses yang ditutupi plastik. Hal ini
bertujuan untuk menjaga suhu daging rajungan.
Daging dipisahkan menurut jenisnya kemudian dicampur dengan jenis
daging yang sama dari berbagai mini plant untuk menyamakan jenis, ukuran dan
menyeragamkan kondisi daging agar diperoleh mutu daging yang seragam. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Akhmadi (2006) bahwa proses mixing merupakan
pencampuran dari berbagai pemasok untuk mendapatkan kualitas daging yang
baik. Pencampuran daging disesuaikan dengan permintaan buyer dimana hasil
pencampuran tersebut dijadikan jenis daging dalam brand yang diminta oleh
buyer. Quality control mencatat jam mixing dan asal daging (mini plant).
d. Pengalengan (Canning)
Proses pengalengan dibagi menjadi tiga tahapan yaitu pengkodean kaleng
atau plastic cup, pengisian dalam kaleng atau plastic cup dan
penimbangan.Kaleng atau plastic cupyang akan diberi kode disortir dan
dibersihkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengkodean. Penyortiran kaleng
atau plastic cup dilakukan di dalam gudang kering oleh bagian pergudangan.
Penyortiran kaleng atau plastic cup dilakukan dengan memisahkan kaleng atau
plastic cup yang rusak atau penyok dengan kaleng atau plastic cup yang baik atau
sempurna. Kaleng atau plastic cup yang baik atau sempurna dimasukkan ke dalam
keranjang kemudian dibawa ke ruang pengkodean dengan menggunakan lori.
Kaleng dibersihkan dari kotoran atau benda asing dengan menggunakan
kompresor. Kemudian bagian bawah kaleng atau plastic cup diberi kode dengan
mesin inkjet printing. Kode pada kaleng atau plastic cup disesuaikan dengan jenis
brand buyer. Kode tersebut menyebutkan informasi tentang kode Negara, kode
plant, jenis daging, kode mixing, kode basket pasteurisasi dan kode tahun.
Pemeriksaan hasil pengkodean dilakukan oleh operator mesin, jika terjadi
kesalahan dalam pengkodean maka dilakukan penghapusan kode dengan
menggunakan cleaner.
Kaleng atau plastic cup yang telah diberi kode ditimbang terlebih dahulu
menggunakan timbangan digital berkapasitas 10 kg sebelum dilakukan pengisian.
Timbangan yang digunakan dikalibrasi setiap sebelum dan pada saat digunakan
yaitu setiap penimbangan 80 kaleng serta setelah digunakan. Pengisian daging
rajungan ke dalam kaleng atau plastic cup dilakukan secara manual. Pengisian
disesuaikan dengan jenis daging yang diminta oleh buyer. Pengisian dilakukan
dengan cepat agar daging rajungan tidak mengalami kemunduran mutu dan
dilakukan dengan cermat agar jenis dan ukuran daging yang dimasukkan sesuai
dengan ketentuan. Bagian bawah kaleng atau plastic cup diberi es curah yang
disusun rapi pada setiap meja pada saat proses pengisian daging rajungan untuk
tetap menjaga suhu produk.
Pengisian daging colossal dan jumbo dalam kaleng atau plastic cup
disusun rapi dari atas hingga bawah dengan jumlah yang tidak melebihi ketentuan.
Misalnya daging colossal maksimal 45 pcs/lb dan jumbo maksimal 110 pcs/lb.
Setiap kemasan kaleng atau plastic cup diberi Sodium Acid Pyrophosphate
(SAPP) bubuk dengan cara mengisi daging rajungan setengah bagian kemasan
kemudian ditambahkan SAPP sebanyak 1 - 1,4 gram dan diisi daging rajungan
lagi sampai penuh. Tujuan penambahan SAPP adalah untuk mempertahankan
warna daging rajungan dan mengurangi kehilangan cairan pada daging. Akhmadi
(2006) mengatakan bahwa fungsi SAPP adalah sebagai pencegah terbentuknya
warna biru (blueing).
Dilakukan penimbangan akhir setelah pengisian daging selesai agar tidak
terjadi kekurangan maupun kelebihan isi dalam kemasan kaleng atau plastic cup.
Apabila hasil timbangan lebih berat dari berat yang sudah ditentukan yaitu 454-
456 gram/lb maka dilakukan pengurangan daging dan apabila berat kurang maka
dilakukan penambahan daging. Contoh daging rajungan dalam kemasan kaleng
dan plastic cup dapat dilihat pada gambar 4.2 dan 4.3.
Gambar 4.2. Daging Rajungan dalam Kaleng
(A) Special (B) Cocktail (C) Jumbo
Gambar 4.3. Daging Rajungan Claw Meat dalam Plastic Cup
e. Penutupan kaleng atau plastic cup (Seaming)
Karyawan bagian seaming melakukan persiapan mesin dan pengujian hasil
double seam sebelum melakukan penutupan kaleng atau cup plasctic. Tahap
persiapan mesin yang dilakukan adalah pembersihan mesin dari sisa daging yang
menempel dan pemberian bahan pelumas pada bagian roll mesin dimana pelumas
yang dipakai bersifat food grade. Thaheer (2005) mengatakan bahwa pelumas,
pembersih dan bahan dasar peralatan secara keseluruhan harus memiliki
klasifikasi food grade. Jika diketahui terjadi kerusakan pada mesin seamer maka
dilakukan perbaikan. Pengujian double seam perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyimpangan selama proses seaming atau kebocoran pada produk
akibat seaming.
Pengujian hasil double seam dilakukan setiap dua jam atau setiap
penutupan 400 kaleng atau plastic cup. Pengujian tersebutmeliputi tinggi kaleng,
countersink (kedalaman tutup kaleng), flange length (bibir kaleng), seam
thickness (ketebalan seam), seam width (lebar seam), body hook (kait badan),
cover hook (kait depan), free winkle (kerutan kaleng) dan overlap. Setiap
parameter tersebut dicek menggunakan alat khusus seperti digital caliper yaitu
alat untuk mengukur tinggi kaleng,micrometer sekrup yaitu alat untuk mengukur
seam thickness, seam width, body hook, cover hook dan deal indicator yaitu alat
untuk mengukur counter sink. Hasil pengecekan double seam dicatat dalam form
khusus dari perusahaan. Contoh form hasil pengecekan penutupan kaleng dapat
dilihat pada Lampiran 7. Penutupan kaleng atau plastic cup dilakukan dengan
hati-hati dan teliti. Kaleng atau plastic cup yang akan diseaming diletakkan di atas
basket yang dasarnya diberi es curah. Hal ini bertujuan untuk menjaga suhu
produk dalam kaleng atau plastic cup agar tidak mengalami kemunduran mutu.
f. Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah pemanasan untuk memperpanjang umur simpan bahan
pangan dengan suhu di bawah 100 oC yang bertujuan untuk membunuh
mikroorganisme seperti bakteri, kapang dan jamur serta menginaktivasi enzim
yang terdapat dalam pangan itu sendiri (Sukasih dkk., 2009). Pasteurisasi di PT.
Pan Putra Samudra dilakukan di dalam hot pasteurisasidengan menggunakan suhu
187 oF - 189 oF (86 oC - 87 oC) selama 140 menit untuk kaleng 16 oz, sedangkan
pasteurisasi plastic cup 8 oz menggunakan suhu 183 oF - 185 oF selama 145 menit
dan plastic cup 16 oz menggunakan suhu 183 oF - 185 oF selama 155 menit. Tank
pasteurisasi dibersihkan dari kotoran sebelum proses pasteurisasi dilakukan,
kemudian diisi air bersih. Dilakukan pemanasan air dalam tank dengan suhu
sesuai dengan suhu pasteurisasi yang telah ditetapkan selama 30 menit.
Proses pasteurisasi dilakukan dengan cara memasukkan keranjang yang
berisi kaleng atau plastic cup hasil penutupan (seaming) ke dalam tank
pasteurisasi yang telah berisi air bersih, kemudian ditutup dengan penutupnya.
Proses pasteurisasi dilakukan dalam tiga buah tank pasteurisasi dengan kapasitas
10 keranjang stainless steel setiap tank. Selama proses pasteurisasi dilakukan
pengukuran suhu tank pasteurisasi setiap lima menit untuk mengetahui
penyimpangan suhu pada saat proses pasteurisasi berlangsung.
Hasil pengukuran suhu tersebut dicatat dalam form khusus dari
perusahaan. Contoh form pengecekan suhu tank pateurisasi dapat dilihat pada
Lampiran 8. Selain melakukan pengukuran suhu hot tank juga dilakukan
pengukuran suhu pusat daging setiap lima menit. Pengukuran suhu pusat daging
dilakukan dengan cara menyiapkan empat kaleng atau plastic cup yang diberi
lubang pada bagian tengah kemasan dan dipasang dengan jarum yang
dihubungkan dengan thermocouple dimana suhu daging terkontrol oleh komputer
setiap menit.
g. Pendinginan
Proses pendinginan dilakukan segera setelah produk dipasteurisasi.
Sebelum proses pendinginan dilakukan, persiapan yang harus dilakukan adalah
pembersihan tank pendinginan dari kotoran kemudian pengisian air dan es curah.
Selain itu juga dilakukan pemberian chlorine 3 - 5 ppm untuk meminimalkan
mikroba yang ada dalam tank pendinginantersebut. PT. Pan Putra Samudra
menggunakan tiga buah tank untuk proses pendinginan produknya. Proses
pendinginan dilakukan dengan suhu 32 oF - 38 oF selama 120 menit. Pada tank
pendinginan juga dialiri gas yang berasal dari kompresor untuk meratakan suhu.
Proses pendinginan berfungsi untuk membunuh bakteri thermofilik yang
belum mati (Akhmadi, 2006). Adawyah (2008) menambahkan bahwa bakteri
yang masih bertahan hidup akan mati dengan proses pendinginan. Selain itu pada
proses pendinginan juga dilakukan pemantauan suhu air setiap lima menit dengan
menggunakan termometer kemudian hasil pemantauan tersebut dicatat dalam form
khusus dari perusahaan. Contoh form pengecekan suhu tank pendinginan dapat
dilihat pada Lampiran 8.
h. Pengepakan (Packing)
Pengepakan dilakukan setelah produk dikeluarkan dari cold tank. Proses
pengepakan dilakukan dengan cepat dan hati-hati di dalam ruangan pada suhu
maksimal 20 oC. Suhu ruangan tersebut dicek setiap satu jam oleh karyawan
bagian pengepakan dan dicatat dalam form khusus dari perusahaan. Contoh form
pengecekan suhu ruang pengepakan dapat dilihat pada Lampiran 9. Produk
dikemas dalam Master Carton (MC) yang sudah diberi kode. Kode tersebut harus
berurutan sesuai dengan jenis daging dan brand buyer. Satu master carton diisi
dengan enam atau 12 kaleng atau plastic cup sesuai dengan ketetapan dari buyer.
Setelah produk dimasukkan ke dalam MC kemudian ditutup dengan lakban dan
MC tersebut diberi label atau stiker yang memberi informasi tentang jenis produk,
kode produksi dan brand.
i. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan dalam cold storage dengan suhu 0 oC - 3,3 oC.
Penyimpanan produk menggunakan sistem FIFO (First In First Out) yaitu sistem
dimana produk yang masuk pertama akan pertama keluar. Hal ini memudahkan
pembongkaran ketika proses distribusi. BSN (2010c) mengatakan bahwa penataan
produk rajungan kaleng dalam ruang penyimpanan diatur sehingga memudahkan
pembongkaran.
Penyusunan produk dalam cold storage dilakukan dengan cara menumpuk
master carton dengan jenis produk dan brand yang sama seperti menumpuk batu
bata dan diberi jarak antara dinding dengan master carton agar terjadi pemerataan
suhu dan memperlancar sirkulasi udara dingin selama penyimpanan. Suhu di
dalam cold storage tersebut dicek setiap satu jam oleh petugas penyimpanan dan
dicatat dalam form khusus dari perusahaan. Contoh form hasil pengecekan suhu
cold storage dapat dilihat pada Lampiran 10.
j. Distribusi
Proses distribusi dilakukan jika ada permintaan dari buyer. Jumlah produk
di dalam cold storage yang akan diekspor dicek oleh supervisor stuffing sebelum
dilakukan proses distribusi. Selain itu dilakukan pengujian sensori, mikrobiologi,
dan chloramphenicol oleh analis laboraturium terhadap produk sebelum diekspor
dan dicatat hasilnya dalam form khusus dari perusahaan. Contoh form pengujian
sensori, mikrobiologi dan chloramphenicol produk dapat dilihat masing-masing
pada Lampiran 11, 12 dan 13. Pengujian tersebut dilakukan untuk mengajukan
sertifikat ekspor.
Distribusi dilakukan dengan menggunakan kontainer berefrigerasi yang
berukuran 20 feet (2200 MC) atau 40 feet (3225 MC). Sebelum memasukkan
produk ke dalam kontainer, supervirsor stuffing (pengangkutan) melakukan
pengecekan terhadap kondisi kontainer dengan melihat tahun pembuatan
kontainer dan monitor penunjuk suhu dalam kontainer. Produk dapat dimasukkan
ke dalam kontainer setelah kondisi kontainerdinyatakan baik. Produk di dalam
kontainer disusun berdasarkan jenis produk (colossal, jumbo, dan lain-lain) dan
nomor urut master carton yang sesuai dengan rancangan penyusunan produk di
dalam kontainer yang dibuat oleh supervisor stuffing.
Penataan master carton dalam kontainer menggunakan metode 7 - 6 yaitu
peletakan tujuh master carton pada dasar kontainer kemudian diletakkan enam
master carton di atasnya atau metode 11-10 yaitu peletakan 11 master carton
pada dasar kontainer kemudian diletakkan 10 master carton di atasnya. Metode
penyusunan 11-10 digunakan untuk produk plastic cup yang berukuran 16 oz
sedangkan metode penyusunan 7-6 digunakan untuk produk kaleng 16 oz maupun
produk plastic cup 8 oz. Suhu kontainer selama proses pengangkutan
dipertahankan pada suhu 0oC.
4.5.2 Sanitation Standard Operating Prosedure (SSOP)
Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) adalah salah satu
persyaratan kelayakan dasar yang bertujuan untuk melakukan pengawasan
terhadap kondisi sanitasi lingkungan agar prosedur yang dihasilkan aman
berkaitan dengan semua sarana pengolahan, sarana kebersihan, personil dan
lingkungan di Unit Pengolah Ikan (Susianawati, 2006). Sarwono (2007)
menambahkan bahwa Sanitation Standard Operating Procedure mencakup aspek
penting yang disyaratkan dalammemproduksi pangan mulai dari lokasi industri,
lingkungan, bangunan, bahanbangunan, fasilitas, peralatan, karyawan produksi,
penerimaan bahan danpengecekan kebersihan lingkungan perusahaan. Sanitation
Standard Operating Prosedure (SSOP) atau prosedur operasi standar sanitasi
yang diterapkan di PT. Pan Putra Samudra sebagai berikut:
a. Keamanan Air dan Es
Air yang digunakan dalam proses produksi pengalengan rajungan di PT.
Pan Putra Samudra adalah air yang berasal dari air tanah yang telah dilakukan
treatment dengan reserve osmosis (RO) dan air PDAM dari daerah Lasem yang
telah teruji aman untuk digunakan. Penggunaan air telah memenuhi persyaratan,
baik air yang digunakan untuk proses produksi, cuci tangan, cuci kaki, peralatan,
lantai dan sebagainya. Darwis (2012) mengatakan bahwa air yang kontak
langsung dengan pangan atau peralatan dan digunakan dalam proses produksi
harus aman dan bersumber dari air bersih atau telah mengalami perlakuan terlebih
dahulu (treatment).
Es yang digunakan untuk proses produksi pengalengan rajungan di PT.
Pan Putra Samudra dibeli dari pabrik es yang berada di sekitar daerah Rembang.
Es tersebut terbuat dari air bersih dan telah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan. Hariadi (1994) mengatakan bahwa es harus terbuat dari air bersih. Es
berbentuk balok dan sebelum digunakan dihancurkan terlebih dahulu dengan
mesin penghancur es. Pemeriksaan terhadap kualitas air dan es dilakukan oleh
Dinas Perikanan dan Dinas Kesehatan Semarang setiap enam bulan. Sedangkan
pengujian kualitas air dan es oleh perusahaan dilakukan setiap satu bulan.
b. Kebersihan Permukaan yang Kontak Langsung dengan Pangan
Peralatan yang digunakan pada proses produksidi PT. Pan Putra Samudra
seperti meja kerja, toples, keranjang, nampan dan pisau merupakan peralatan yang
halus, tahan air dan anti karat. Sanitasi peralatan dilakukan sebelum dan setelah
proses oleh karyawan sanitasi.Sanitasi meja kerja dilakukan dengan cara
menyemprot meja menggunakan air yang dicampurchlorine 100 ppm. Thaheer
(2005) mengatakan bahwa penggunaan chlorine untuk permukaan yang kontak
langsung dengan pangan adalah 100-200 ppm.
Peralatan toples, keranjang, nampan dan pisau dicuci menggunakan air
tawar, kemudian dicuci dengan larutan bloom sebagai pengganti detergen dan
terakhir dicuci menggunakan campuran air dan larutan QT-50 sebanyak 2,2 %.
Tujuan dari pencucian peralatan adalah untuk mengilangkan kotoran, daging
rajungan yang menempel dan menghilangkan bakteri.
c. Pencegahan Kontaminasi Silang
Sarwono (2007) mengatakan bahwa tata letak ruang produksi berhubungan
erat dengan kontaminasi silang terhadap pangan. Ruang produksi di PT. Pan Putra
Samudra diberi sekat untuk setiap ruang proses seperti ruang penerimaan bahan
baku, sortasi, canning, seaming, pasteurisasi, pengepakan dan penyimpanan
sehingga dapat meminimalkan terjadinya kontaminasi silang dan tidak
menggangu kelancaran serta aktivitas karyawan.
Ramadhani (2013) mengatakan bahwa kontaminasi yang paling potensial
bersumber dari karyawan. Oleh karena itu, karyawan diharuskan menggunakan
perlengkapan kerja yaitu pakaian kerja, masker, sarung tangan, penutup kepala
dan alas kaki karyawan setiap memasuki ruang proses. Pakaian kerja yang dipakai
karyawan terdiri dari tiga jenis warna yaitu biru, orange dan ungu.
Pakaian kerja warna biru dipakai pada hari Senin, Selasa, Jum’at dan
Sabtu dan warna orange dipakai pada hari hari Rabu dan Kamis. Pakaian kerja
warna ungu merupakan pakaian yang hanya dimiliki dan dipakai oleh karyawan
sanitasi. Pakaian pekerja harus dicuci sendiri oleh karyawan setiap hari.
Sedangkan pakaian kerja supervisor, quality control, quality assurance dan
manager berwarna putih dan PT. Pan Putra Samudra menyediakan fasilitas
laundry untuk mencuci pakaian tersebut.
Masker dan penutup kepala yang dipakai karyawan terbuat dari bahan
yang bisa digunakan berulang kali sehingga karyawan tidak perlu mengganti
setiap hari tetapi hanya dicuci setiap hari. Sedangkan sarung tangan karyawan
diberikan oleh petugas sanitasi setiap hari kepada karyawan sebelum memasuki
ruang produksi. Apabila sarung tangan kotor, harus diganti dan karyawan
meminta sarung tangan baru kepada petugas sanitasi. Selain itu, petugas sanitasi
mengecek kelengkapan dan kebersihan pakaian karyawan sebelum memasuki
ruang produksi. Setiap seminggu sekali dilakukan pengecekan terhadap kuku oleh
petugas sanitasi terhadap karyawan.
Karyawan juga dilarang menggunakan kosmetik karena pada kosmetik
terdapat bahan kimia yang dapat mengkontaminasi produk dan untuk
mengantisipasinya karyawan harus mencuci muka terlebih dahulu sebelum
memasuki ruang produksi. Alas kaki karyawan juga harus dicuci dengan sabun
sebelum memasuki ruang produksi dan harus melewati footbath yang berisi air
dengan chlorine 200 ppm.
Ketika karyawan keluar dari ruang produksi atau ke toilet, karyawan harus
melepas pakaian kerja, masker, penutup kepala dan sarung tangan. Karyawan
harus mencuci tangan sebelum dan setelah ke toilet, kemudian karyawan memakai
perlengkapan kerjanya kembali dan memasuki ruang proses melalui footbath yang
berisi air dengan chlorine 200 ppm.
d. Fasilitas cuci tangan, sanitasi dan toilet
Fasilitas cuci tangan di PT. Pan Putra Samudra ditempatkan di tempat
yang mudah dijangkau seperti di sebelah pintu masuk ruang produksi, di dalam
ruang produksi dan di sebelah toilet. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan
sabun cair untuk cuci tangan tetapi tidak terdapat pengering atau blower dan lap
tangan. Sedangkan fasilitasfootbath ditempatkan sebelum memasuki ruang
produksi, sebelum memasuki ruang pasteurisasi dan sebelum memasuki ruang
pengepakan.
Toilet berjumlah enam buah yang terbagi menjadi tiga toilet pria dan tiga
toilet wanita. Toilet terletak di luar ruang produksitetapi tidak dilengkapi dengan
sabun dan lap tangan. Toilet selalu dijaga kebersihannya oleh petugas sanitasi,
diberi tempat sampah di sepanjang toilet dan sebelum masuk toilet terdapat bak
untuk cuci alas kaki dan tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun cair.
Karyawan yang keluar dari toilet diwajibkan untuk cuci tangan dan cuci alas kaki.
Jumlah toilet yang ada belum mencukupi untuk jumlah karyawan yang
mencapai 250 orang. Seharusnya jumlah toilet disesuaikan dengan jumlah
karyawan yaitu sebanyak 12 toilet. Winarno dan Surono (2002) mengatakan
bahwa jumlah toilet yang dianjurkan untuk 100 orang karyawan adalah lima toilet.
Sehingga perlu diadakan pembangunan toilet tambahandi PT. Pan Putra Samudra
untuk menghindari terjadinya antrian karyawan di toilet yang akan menghambat
proses produksi.
e. Pelabelan dan Penyimpanan Bahan Kimia
Bahan kimia, pembersih dan sanitaizer disimpan terpisah dari ruang
pengolahan di PT. Pan Putra Samudra sehingga tidak mengakibatkan terjadinya
kontaminasi dengan produk. Bahan kimia diberi label sesuai dengan merek
masing-masing dan disimpan dengan baik di dalam ruangan khusus. Nurdiansyah
(2010) mengatakan bahwa pemberian label pada bahan-bahan kimia penting
untuk dilakukan guna mencegah kesalahan dan memonitor penggunaan. Bahan
pembersih dan sanitaizer disimpan dalam ruang sanitasi dan diberi label, untuk
cara penggunaan ditempel di ruang sanitasi.
f. Pengendalian Hama
Hama yang biasa terdapat dalam industri pangan dan memerlukan
pengendalian adalah binatang pengerat seperti tikus, serta beberapa macam
serangga seperti nyamuk, kecoa, semut, lalat dan lebah (Thaheer, 2005). PT. Pan
Putra Samudra menggunakan alat yang berbeda untuk mengendalikan binatang
pengerat dan serangga di dalam dan di luar ruang produksi. Pengendalian
serangga di luar ruang produksi dengan memasang insect killer pada pintu masuk
dan di dekat ruang penerimaan bahan baku, sedangkan di dalam bangunan
dipasang Fliestop Stationpada pintu masuk ruang produksi, sisi pintu area
receiving dan sisi pintu ruang pasteurisasi.
Pengendalian tikus di dalam dan di luar bangunan juga menggunakan
metode yang berbeda. Pengendalian tikus di luar bangunan menggunakan metode
pengumpanan. Umpan yang dipasang adalah jenis racun kronis anticoagulant
berbentuk batangan yang ditempatkan pada wadah khusus yaitu Rodent Bait
Station (RBS). RBS yang terpasang di luar bangunan sebanyak 20 titik, dimana
jarak antara titik satu dengan titik lain adalah 15 meter. Pengendalian tikus di area
dalam bangunan adalah dengan menggunakan Pest Glue Trap (PGT) yang
ditempatkan di sepanjang dinding dengan jarak antara 10-15 meter dan sebanyak
14 titik. Pengendalian hama di dalam bangunan juga dengan melakukan
penyemprotan atau fogging pada malam hari setiap satu bulan sekali.
g. Penanganan Limbah
Limbah yang dihasilkan dari proses pengalengan rajungan di PT. Pan
Putra Samudra meliputi limbah cair dan padat. Limbah cair berasal dari air yang
digunakan selama proses produksi dan berasal dari lelehan es yang digunakan
selama rantai dingin. Penanganan limbah cair di dalam ruang produksi yaitu
dengan cara membuat selokan kecil yang diatasnya terdapat celah-celah kecil
sehingga limbah yang masuk hanya limbah cair. Selokan kecil di dalam ruang
produksi juga dapat mencegah genangan air sehingga kontaminasi silang akibat
percikan air di lantai dapat diatasi.
Marriot and Gravani (2006) mengatakan bahwa dalam limbah cair masih
terdapat banyak zat organik yang dapat menyebabkan mikroorganisme tumbuh
subur dan jika dialirkan langsung ke perairan maka dapat meningkatkan unsur
hara di perairan, sehingga terjadi blooming mikroorganisme yang dapat
menurunkan kadar oksigen terlarut (BOD) dan meyebabkan ikan mati. PT. Pan
Putra Samudra sudah melakukan treatment terhadap limbah cair yang dihasilkan
sebelum dialirkan ke sungai. Sedangkan limbah padat yang dihasilkan berupa sisa
shell, inner carton, master carton, plastik, mika dan kaleng yang sudah tidak
terpakai. Penanganan limbah padat yang dilakukanoleh PT. Pan Putra Samudra
adalah dengan menjual limbah tersebut.
4.6 Penerapan HACCP pada Pengalengan Rajungan
Penerapan prinsip-prinsip HACCP pada PT. Pan Putra Samudra terdiri
dari tugas-tugas sebagai berikut:
4.6.1 Pembentukan Tim HACCP
Tim HACCP pada PT. Pan Putra Samudra terdiri multidisplin seperti
manager produksi, quality assurance, kepala laboraturium, supervisor sanitasi,
dan supervisor bagian produksi yaitu supervisorsortir dan canning. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Dewanti dan Hariyadi (2013) bahwa tim HACCP terdiri dari
anggota dengan latar belakang pendidikan dan/atau keahlian yang berbeda (multi
disiplin).
Quality Assurance (QA) termasuk dalam ketua tim HACCP, hal ini
dikarenakan QA bertugas untuk mereview apakah HACCP yang diterapkan pada
perusahaan sudah sesuai dengan apa yang direncanakan. Anggota tim HACCP
PT. Pan Putra Samudra dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.1. Tim HACCP PT. Pan Putra Samudra
No. Nama Pendidikan Jabatan
Pendidikan Non Formal
1.
Daryana STIPER Pertanian-
Semarang
Manager QA
dan
Koordinator
HACCP
HACCP dari Kementerian
Kelautan dan Perikanan
2.
Ariefudin
Sigit
Universitas Gadjah
Mada-Yogyakarta
Asisten QA -
3.
Daromi APRIKA-JEPARA Manager
Produksi
HACCP dari Kementerian
Kelautan dan Perikanan
4.
Agung
Hendi P.
STM Analisis-
Semarang
Kepala
Laboraturium
Sertifikat kepala
laboraturium dari
departemen perikanan dan
sertifikat HACCP dari
Kementerian Kelautan dan
Perikanan
5.
Muklis A. UMS-Surakarta Supervisor
Sortir dan
Canning
-
6.
Edi SMA-Rembang Supervisor
Sanitasi
-
7.
Nur
Hidayat
SMA-Rembang Manager
Mesin
-
8.
Ahmadi SMA-Rembang Supervisor
Seaming
-
9.
Roni SMA-Rembang Supervisor
Pasteurisasi
-
10.
Syaiful SMA-Rembang Kepala
Pergundangan
-
11.
Gunawan APRIKA-Jepara Manager
Lapangan
-
Sumber; PT. Pan Putra Samudra
4.6.2 Deskripsi Produk
Langkah selanjutnya dalam penerapan HACCP adalah deskripsi produk.
Codex (1997) mengatakan bahwa deskripsi produk menjelaskan tentang
karakteristik produk, struktur kimia/fisik, perlakuan pengolahan, pengemasan,
umur simpan, cara penyimpanan dan metode pendistribusian. Krisnawati (2002)
mengatakan bahwa deskripsi produk yang jelas dapat mengontrol penanganan
produk akhir dengan baik sehingga menghasilkan produk yang aman dikonsumsi.
Deskripsi produk yang diproduksi oleh PT. Pan Putra Samudra dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Deskripsi Produk
1 Nama Produk Daging Rajungan Pasteurisasi
2 Bahan Baku Rajungan (Portunus pelagicus)
3 Asal Bahan Baku Daging rajungan berasal dari supplier dan mini
plant, yang ditangkap dari Pulau Jawa, Laut
Sumatera dan Laut Bangka Belitung.
4 Penerimaan Bahan Baku Daging rajungan yang berasal dari supplier atau
mini plant yang diangkut oleh truk, didalam bak
fiber dengan ditambahkan es curah, suhu
disarankan lebih rendah dari 4,4oC/40oF. Bahan
baku langsung diproses atau disimpan pada
suhu dingin (0o -3,3oC/32o -38o F)
5 Produk Akhir Pasteurized Crab meat (Pasteurisasi Daging
Rajungan).
6 Bahan Tambahan
Makanan
SAPP (Sodium Acid Pyrophosphate)
7 Alur Proses Penerimaan, pengecekan mutu atau
penyimpanan dingin, pensortiran, pensortiran
akhir, pendeteksi metal, penerimaan SAPP,
penerimaan kaleng dan tutup, plastic cup dan
tutup, pencampuran, pengisian, penimbangan,
penutupan, pasteurisasi, pendinginan,
pengemasan dan pelabelan, penyimpanan
dingin, pemuatan dan pengkapalan
8 Jenis kemasan a. Kaleng
Bahan : tin plate
Ukuran : 401x301
b. Plastic cup
Bahan : R35C-01 (Polypropylene Random
Copolymer)
Ukuran : 307x300 (8 oz), 401x308 (16 oz)
c. Master Carton dan Inner Carton
Material : corrugated carton box/Karton
Dimension : 410mmx305mmx87mm
Gramature : 200 K/150/200K
Wax coated outside/Pelapis lilin melapisi bagian
luar
9 Saran Penyimpanan Disimpan di ruangan pendingin pada suhu 0oC-
3,3oC (32oF - 38oF)
10 Masa Kadaluarsa 18 bulan pada kondisi dingin
11 Label/Spesifikasi Nama dan jenis produk, kode produksi, berat
bersih, dan ukuran kaleng atau plastic cup,
kandungan isi kaleng atau plastic cup, saran
penyimpanan, negara asal, nama distributor dan
daftar bahan tambahan
12 Penggunaan Siap saji
Produk yang dihasilkan adalah produk yang
dapat menyebabkan alergi pada orang tertentu
(orang yang alergi terhadap crustacean), karena
produk berasal dari bahan baku yang tergolong
allergen yaitu rajungan (Portunus pelagicus)
13 Pesan Pencegahan
Kesalahan Penanganan
Produk ini adalah dalam kaleng dan plastic cup
dan biasanya pembeli merasa produk tersebut
stabil dan mereka mungkin tidak
menyimpannya dalam refrigerasi dan ini
merupakan kesalahan penanganan.
Semua packaging (kaleng, plastic cup, master
carton, inner) terdapat tulisan “Keep
Refrigerated” (simpan dalam suhu refrigerasi)
untuk mencegah kesalahan penanganan yang
mengakibatkan bahaya yang bisa timbul
14 Konsumen Masyarakat umum
Sumber; PT. Pan Putra Samudra
4.6.3 Identifikasi Penggunaan
Produk rajungan kaleng pada PT. Pan Putra Samudra mempunyai segmen
pasar untuk masyarakat umum. Produk rajungan kaleng ini merupakan produk
siap saji (ready to eat) tanpa harus diolah lagi. Produk rajungan kaleng dapat
menyebabkan alergi pada orang tertentu karena berasal dari bahan baku yang
tergolong allergen yaitu rajungan. Konsumen diminta untuk menyimpan produk
tersebut pada suhu 0oC-3,3oC pada saran penggunaanya. Kesalahan penanganan
terhadap produk tersebut yang mungkin dilakukan konsumen adalah tidak
menyimpannya dalam refrigerator karena merasa produk tersebut stabil dalam
kemasan kaleng atau plastic cup. BSN (1998) menjelaskan bahwa identifikasi
penggunaan harus didasarkan pada kegunaan yang diharapkan dari produk oleh
konsumen.
4.6.4 Penyusunan Diagram Alir Proses
Penyusunan diagram alir dilakukan oleh tim HACCP. Diagram alir
menggambarkan seluruh rangkaian langkah proses yang terjadi sejak penerimaan
bahan baku sampai produk akhir didistribusikan. Sarwono (2007) mengatakan
bahwa penyusunan diagram alir penting untuk menentukan tahapan operasional
yang akan dikendalikan. Diagram alir proses pengalengan rajungan dapat dilihat
pada Gambar 4.7.
4.6.5 Pemeriksaan Bagan Alir Proses
Diagram alir yang telah disusun diverifikasi oleh tim HACCP dengan
turun langsung ke lapangan. Apabila ditemukan adanya kekurangan maka
diagram alir yang telah disusun diperbaiki sesuai dengan kondisi lapangan
(Dewanti dan Hariyadi, 2013). Tahapan ini sangat penting untuk mencegah bagan
alir proses yang telah ditetapkan tidak sesuai dengan bagan alir proses yang ada di
lapangan karena dapat membuat manual HACCP yang telah dibuat tidak dapat
dilaksanakan dengan benar. Seluruh proses pengalengan rajungan yang ada di PT.
Pan Putra Samudra sudah sesuai dengan diagram alir proses sebagaimana tertera
dalam HACCP plan.
Gambar 4.4. Diagram Alir Proses (Sumber; PT. Pan Putra Samudra)
7. Penerimaan
SAPP
5. Pendeteksian Logam
Fe : 2 mm, Non Fe : 2.5mm
SS : 3.5 mm
8. Penerimaan kaleng
dan tutup,plastic cup
dan tutup2. Pengecekan Mutu
4. Penyortiran Akhir
3. Penyortiran
6. Pencampuran
12. Pasteurisasi
Kaleng: 1870
F – 1890
F 140menit, Plastic cup: 8 oz 183 o
F – 185 o
F 145
menit, 16 oz 155 menit
13. Pendinginan
320
F – 380
F, 120 menit
menit
14. Pengemasan dan Pelabelan
Penyimpanan dalam
Gudang Kering
Penyaringan
Penyimpanan
dalam Gudang
Kering
Penyortiran dan
Pembersihan
Pengkodean
11. Penutupan Kaleng
Kaleng : OL min 1,1 mm
Plastic cup : OL min 0,76mm
16. Pemuatan dan Pengkapalan
320
F – 380
F
15. Penyimpanan Dingin
320
F – 380
F
SAPP Cair /
Bubuk
1-1,4 g/lb (16 oz)
Penyimpanan Dingin
320
F – 38 o
F
Diluar spec,
benda asing,
over shell
Analisa Produk
Basi, residu
CAP di atas
batas kritis
Dikerjakan
lagi
Rijek
Ok
Tidak
9. Pengisian
10. Penimbangan
16 oz: 454 g, 8oz: 227 g
Rilis Produk
Penerimaan Bahan Baku
4.6.6 Analisis Bahaya
Sarwono (2007) mengatakan bahwa bahaya adalah faktor biologis, kimia
atau fisik di dalam makanan yang dapat merugikan kesehatan konsumen. Analisis
bahaya dilakukan pada tiap tahapan proses pengalengan rajungan. Analisis bahaya
pada proses pengalengan rajungan dilakukan untuk mengetahui terlebih dahulu
faktor penyebab bahaya dan bahaya potensial yang ditimbulkan, kemudian
mengkategorikan bahaya tersebut apakah termasuk biologi, kimia atau fisik dan
menetapkan resiko atau signifikansi bahaya yang teridentifikasi serta menetapkan
tindakan pencegahan. Analisis bahaya pada proses pengalengan rajungan di PT.
Pan Putra Samudra terdapat padaLampiran 14
4.6.7 Penetapan Critical Control Point (CCP)
Penetapan Critical Control Point pada setiap tahapan proses pengalengan
rajungan di PT. Pan Putra Samudra menggunakan pohon keputusan atau descision
tree. CCP ditetapkan pada setiap tahapan proses mulai dari penerimaan bahan
baku hingga penyimpanan produk akhir. Penetapan CCP pada proses pengalengan
rajungan di PT. Pan Putra Samudra dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Penetapan CCP dengan Pohon Keputusan
Tahapan Proses Bahaya Potensial
Nyata
P1*
(Y/T)
P2*
(Y/T)
P3*
(Y/T)
P4*
(Y/T)
CCP
1. Penerimaan
bahan baku
chloramphenicol Ya Ya - - CCP
2. Sortasi Shell dan benda
asing
Ya Tidak Ya Ya Bukan
CCP
3. Metal
Detecting
Fragmen logam Ya Ya - - CCP
4. Seaming Bakteri patogen Ya Ya - - CCP
5. Pasteurisasi Pertumbuhan
bakteri patogen
Ya Ya - - CCP
6. Pendinginan Pertumbuhan
bakteri patogen
Ya Ya - - Bukan
CCP
7. Pengepakan Pertumbuhan
bakteri patogen
Ya Tidak Tidak - Bukan
CCP
8. Penyimpanan Pertumbuhan
bakteri patogen
Ya Tidak Ya Tidak CCP
Keterangan: *
P1= Apakah ada tindakan pencegahan pada tahap ini atau tahap berikutnya
terhadap bahaya yang teridentifikasi?
*
P2: Apakah tahap ini dirancang khusus untuk menghilangkan atau
mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya hingga tingkatan yang dapat
diterima?
*
P3: Dapatkah kontaminasi bahaya terjadi melebihi tingkatan yang dapat
diterima atau dapat meningkat hingga tingkatan yang tidak dapat diterima?
*
P4: Apakah tahap berikutnya dapat menghilangkan bahaya atau
mengurangi keberadaannya hingga tingkatan yang dapat diterima
Berdasarkan hasil identifikasi CCP didapatkan lima tahapan proses yang
ditetapkan sebagai CCP yaitu:
1) Penerimaan bahan baku
Proses penerimaan bahan baku merupakan CCP pertama, dimana potensi
bahaya yang paling nyata adalah kontaminasi bahan antibiotik chloramphenicol.
Residu chloramphenicol pada daging rajungan tidak dapat dihilangkan pada
tahapan proses selanjutnya dan hanya dapat dilakukan tindakan pencegahan. Oleh
karena itu pada tahap penerimaan bahan baku dilakukan pengujian kandungan
chloramphenicol. Apabila daging rajungan sudah terdeteksi mengandung
chloramphenicol yang melebihi standar yang ditetapkan perusahaan, maka
dikhawatirkan pada produk akhir nanti terdeteksi kandungan chloramphenicol
yang lebih tinggi.
2) Metal detecting
Bahaya potensial nyata yang dapat terjadi pada tahap metal
detectingadalah adanya kandungan logam (fragment logam) pada daging karena
kontaminasi logam selama proses. Bahaya kandungan logam yang dimaksud
adalah steples, peniti, jarum, atau karat pada peralatan seperti pisau yang kontak
langsung dengan produk. Kandungan logam tidak dapat dihilangkan pada tahapan
proses selanjutnya dan hanya dapat dilakukan pencegahan. Oleh karena itu
diperlukan metal detector yang berfungsi untuk mendeteksi kandungan logam
yang mungkin ada di dalam produk. Kandungan logam yang mungkin terdeteksi
antara lain Fe, Ss, dan Cu. Jika logam tersebut masuk ke dalam tubuh dapat
menggangu kesehatan. Keakuratan mesin metal detector sangat mempengaruhi
deteksi logam pada daging, sehingga mesin harus selalu dikalibrasi sebelum dan
setelah digunakan.
3) Seaming
Bahaya yang terjadi pada tahapan ini adalah kontaminasi bakteri patogen
yang disebabkan oleh kebocoran kaleng karena penutupan kaleng yang kurang
sempurna. Proses seaming ditetapkan sebagai CCP karena tidak ada tahapan
proses selanjutnya yang dapat memperbaiki kebocoran kaleng tetapi hanya dapat
dicegah dengan melakukan pengawasan pada proses tersebut.
4) Pasteurisasi
Bahaya yang mungkin terjadi pada tahap pasteurisasi adalah pertumbuhan
bakteri patogen tahan panas dan pemasakan yang berlebihan (over cooking). Jika
suhu dan lamanya pasteurisasi tidak sesuai standar maka berpotensi besar
terhadap pertumbuhan bakteri patogen dalam produk yang dapat membahayakan
konsumen jika mengkonsumsi produk tersebut, sehingga diperlukan pengontrolan
suhu dan waktu selama proses pasteurisasi berlangsung. Pengaturan suhu dan
lamanya pasteurisasi yang sesuai dengan standar dapat menghambat pertumbuhan
atau membunuh bakteri patogen pada produk. Selain itu juga dapat mengurangi
resiko kerusakan produk baik dari segi fisik (tekstur dan warna) maupun dari segi
kimia (kandungan gizi produk).
5) Penyimpanan
Potensi bahaya pada tahapan penyimpanan adalah pertumbuhan bakteri
patogen yang disebabkan karena kurangnya pengontrolan suhu. Selain itu juga
dapat disebabkan oleh fluktuasi suhu yang terjadi di dalam cold storage. Jika
terjadi pertumbuhan bakteri patogen pada produk maka akan mengurangi bahkan
merusak mutu produk tersebut. Oleh karena itu petugas stock atau penyimpanan
perlu melakukan pengontrolan suhu cold storage.
4.6.8 Penetapan Batas Kritis (Critical Limit)
Batas kritis merupakan batas toleransi yang harus dipenuhi pada setiap
penetapan CCP untuk mengendalikan bahaya secara efektif. Batas ini tidak boleh
terlampaui karena sudah merupakan toleransi yang menjamin bahwa bahaya dapat
dikontrol serta menjamin kemanan produk yang dihasilkan (Sarwono, 2007).
Dewanti dan Hariyadi (2010) menambahkan bahwa batas kritis memisahkan
antara hal aman dengan tidak aman. Batas kritis yang ditetapkan oleh PT. Pan
Putra Samudra dapat dilihat pada Tabel 4.4. Batas kritis tersebut mengacu pada
standar yang ditetapkan oleh perusahaan dan standar yang ditetapkan oleh buyer.
Tabel 4.4. Batas Kritis Tiap Critical Control Point (CCP)
No. Tahapan Proses Batas Kritis
1. Penerimaan Bahan Baku Chloramphenicol: 0,150 ppb
2. Metal Detecting Fe : Minimal 2mm
Non Fe : Minimal 2,5 mm
Ss : Minimal 3,5 mm
3. Seaming Overlap : Minimal 1,10 mm
Kerutan kaleng (tightness) : 70-100%
4. Pasteurisasi Kaleng : suhu 187oF – 189oF selama 140
menit
Plastic cup : suhu 183oF -185oF selama 145
menit
5. Penyimpanan Suhu 0oC -3,3oC
4.6.9 Penentuan Prosedur Monitoring
Badan Standarisasi Nasional (1998) menjelaskan bahwa monitoring
merupakan pengamatan terjadwal dari CCP yang dibandingkan terhadap batas
kritisnya (Dewanti dan Hariyadi, 2013) menambahkan bahwa prosedur
pemantauan mencakup apa yang akan dipantau, siapa yang melakukan
pemantauan, kapan dilakukan pemantauan, dan bagaimana melakukan
pemantauan. Prosedur monitoring terhadap CCP pada proses pengalengan
rajungan di PT. Pan Putra Samudra yaitu sebagai berikut:
1. Penerimaan Bahan Baku
Apa : Chloramphenicol
Siapa : Analis laboraturium
Kapan : Setiap bahan baku masuk untuk setiap supplier
Bagaimana : Pengujian chloramphenicol dengan metode ELISA rida
Screen
2. Metal Detecting
Apa : Fragmen logam
Siapa : Petugas metal detecting
Kapan : Setelah dilakukan final checking
Bagaimana : Pengecekan menggunakan mesin metal detector
3. Seaming
Apa : Double seam, kondisi kaleng setelah ditutup
Siapa : Supervisorseaming
Kapan : Sebelum proses seaming dan setiap penutupan 400 kaleng
atau plastic cup
Bagaimana : Melakukan pengecekan mesin seamer
4. Pasteurisasi
Apa : Suhu dan waktu pasteurisasi
Siapa : Supervisor Pasteurisasi
Kapan : Setiap lima menit
Bagaimana : Melakukan monitoring suhu dengan computer
5. Penyimpanan
Apa : Suhu cold storage
Siapa : Petugas pengukuran suhu
Kapan : Setiap satu jam sekali
Bagaimana : Dilakukan monitoring terhadap suhu cold storage
4.6.10 Tindakan Koreksi
Dewanti dan Hariyadi (2013) mengatakan bahwa jika tindakan monitoring
gagal maka tindakan koreksi berfungsi untuk menjamin produk pangan yang
dihasilkan aman. Tindakan koreksi yang dilakukan oleh PT. Pan Putra Samudra
yaitu sebagai berikut:
1. Penerimaan bahan baku
Jika bahan baku mengandung chloramphenicol melebihi standar yang
ditetapkan oleh perusahaan yaitu 0,150 ppb maka bahan baku akan dikembalikan
ke supplier atau mini plant.
2. Metal detecting
Daging rajungan yang terdeksi mengandung fragmen logam dipisahkan
dan dibongkar. Kemudian dilakukan pengambilan logam tersebut dan dicatat asal
dari daging rajungan tersebut. Jika metal detector gagal mendeteksi keberadaan
fragmen logam maka dilakukan kalibrasi atau perbaikan terhadap alat tersebut
dengan cara pengecekan sensitifitas alat sehingga fragmen logam yang melewati
alat tersebut dapat terdeteksi keberadaannya.
3. Seaming
Apabila ditemukan keadaan kaleng atau plastic cup diluar ukuran standar
atau penutupan yang tidak sempurna maka proses seaming dihentikan sementara
dan dilakukan pengecekan terhadap mesin seamer. Selain itu kaleng atau plastic
cup yang tidak sempurna penutupannya dipisahkan. Daging rajungan yang berada
dalam kemasan tersebut dikeluarkan dan dikemas kembali.
4. Pasteurisasi
Jika suhu air tidak sesuai dengan standar maka dilakukan penyesuaian
suhu dengan standar yang telah ditetapkan.
5. Penyimpanan
Jika terjadi kenaikan suhu pada cold storage maka dilakukan pengaturan
suhu sesuai dengan batas yang sudah ditetapkan yaitu 0oC-3,3oC.
4.6.11 Tindakan Verifikasi
Verifikasi dalam rencana HACCP adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menjamin bahwa rencana HACCP dapat mengendalikan keamanan pangan secara
efektif (Dewanti dan Hariyadi, 2013). Prosedur verifikasi meliputi verifikasi
internal dan eksternal. Verifikasi internal berupa tindakan peninjauan ulang yang
dilakukan oleh pihak perusahaan sedangkan verifikasi eksternal biasanya
dilakukan oleh lembaga sertifikasi.
Verifikasi internal di PT. Pan Putra Samudra dilakukan oleh tim HACCP
untuk memastikan bahwa proses telah sesuai dengan HACCP plan sedangkan
verifikasi eksternal dilakukan satu tahun sekali yang dilakukan dengan
mengajukan surat ke dinas terkait untuk mendapatkan sertifikasi. Prosedur
verifikasi yang diterapkan di PT Pan Putra Samudra yaitu sebagai berikut:
1. Penerimaan bahan baku
a. Pengecekan catatan jumlah dan asal daging rajungan
b. Pengecekan hasil uji kandungan chloramphenicol daging rajungan
2. Metal detecting
Pengecekan lembar monitoring metal detecting setiap hari
3. Pasteurisasi
a. Pengecekan catatan suhu pusat daging, suhu pasteurisasi dan waktu
pasteurisasi setiap hari
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah

More Related Content

What's hot

PPT TEKNIK PENGOLAHAN MAKANAN
PPT TEKNIK PENGOLAHAN MAKANANPPT TEKNIK PENGOLAHAN MAKANAN
PPT TEKNIK PENGOLAHAN MAKANANNurainBalqis1
 
Teknik pengolahan pangan
Teknik pengolahan panganTeknik pengolahan pangan
Teknik pengolahan panganAgnescia Sera
 
Kd 3.11 verifikasi penerapan haccp 2020 pertemuan 2
Kd 3.11 verifikasi penerapan haccp 2020 pertemuan 2Kd 3.11 verifikasi penerapan haccp 2020 pertemuan 2
Kd 3.11 verifikasi penerapan haccp 2020 pertemuan 2Amirotul Khusna
 
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan PanganMateri 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan PanganSutyawan
 
Pengolahan ikan
Pengolahan ikanPengolahan ikan
Pengolahan ikanAguss Aja
 
Pertemuan 5. penurunan tingkat kesegaran ikan
Pertemuan 5. penurunan tingkat kesegaran ikanPertemuan 5. penurunan tingkat kesegaran ikan
Pertemuan 5. penurunan tingkat kesegaran ikanSyawalina Soerbakti
 
Kerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makananKerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makananAgnescia Sera
 
1457 sni 4110 2014.ikan beku
1457 sni 4110 2014.ikan beku1457 sni 4110 2014.ikan beku
1457 sni 4110 2014.ikan bekuBasyrowi Arby
 
Teknologi Fermentasi pada Brem
Teknologi Fermentasi pada BremTeknologi Fermentasi pada Brem
Teknologi Fermentasi pada BremNuruliswati
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Pembuatan Kecap Ikan
Pembuatan Kecap IkanPembuatan Kecap Ikan
Pembuatan Kecap IkanAdhea Tanlar
 
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapikutarni
 

What's hot (20)

PPT TEKNIK PENGOLAHAN MAKANAN
PPT TEKNIK PENGOLAHAN MAKANANPPT TEKNIK PENGOLAHAN MAKANAN
PPT TEKNIK PENGOLAHAN MAKANAN
 
5. proses thermal
5. proses thermal5. proses thermal
5. proses thermal
 
Teknik pengolahan pangan
Teknik pengolahan panganTeknik pengolahan pangan
Teknik pengolahan pangan
 
Ikan
IkanIkan
Ikan
 
Kd 3.11 verifikasi penerapan haccp 2020 pertemuan 2
Kd 3.11 verifikasi penerapan haccp 2020 pertemuan 2Kd 3.11 verifikasi penerapan haccp 2020 pertemuan 2
Kd 3.11 verifikasi penerapan haccp 2020 pertemuan 2
 
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan PanganMateri 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
 
Pengolahan ikan
Pengolahan ikanPengolahan ikan
Pengolahan ikan
 
Pertemuan 5. penurunan tingkat kesegaran ikan
Pertemuan 5. penurunan tingkat kesegaran ikanPertemuan 5. penurunan tingkat kesegaran ikan
Pertemuan 5. penurunan tingkat kesegaran ikan
 
2. Karakteristik Bahan Pangan
2. Karakteristik Bahan Pangan2. Karakteristik Bahan Pangan
2. Karakteristik Bahan Pangan
 
Kerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makananKerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makanan
 
Surimi
SurimiSurimi
Surimi
 
1457 sni 4110 2014.ikan beku
1457 sni 4110 2014.ikan beku1457 sni 4110 2014.ikan beku
1457 sni 4110 2014.ikan beku
 
Produk rumput laut
Produk rumput lautProduk rumput laut
Produk rumput laut
 
Iradiasi pangan
Iradiasi panganIradiasi pangan
Iradiasi pangan
 
Teknologi Fermentasi pada Brem
Teknologi Fermentasi pada BremTeknologi Fermentasi pada Brem
Teknologi Fermentasi pada Brem
 
SNI dan UKM
SNI dan UKMSNI dan UKM
SNI dan UKM
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
 
Susu
SusuSusu
Susu
 
Pembuatan Kecap Ikan
Pembuatan Kecap IkanPembuatan Kecap Ikan
Pembuatan Kecap Ikan
 
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
 

Viewers also liked

IDENTIFIKASI HAZZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PROSES PEMB...
IDENTIFIKASI HAZZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PROSES PEMB...IDENTIFIKASI HAZZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PROSES PEMB...
IDENTIFIKASI HAZZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PROSES PEMB...Hendra UzuMakhi
 
Anova 1way & uji lanjut
Anova 1way & uji lanjutAnova 1way & uji lanjut
Anova 1way & uji lanjutSuci Agustina
 
Its undergraduate-17589-paper
Its undergraduate-17589-paperIts undergraduate-17589-paper
Its undergraduate-17589-papermukmin91
 
75727714 laporan-taspen-cabang-malang
75727714 laporan-taspen-cabang-malang75727714 laporan-taspen-cabang-malang
75727714 laporan-taspen-cabang-malangrannni
 
Analisis parameter mutu
Analisis parameter mutuAnalisis parameter mutu
Analisis parameter mutuHenggar Dianto
 
Jurnl teknik
Jurnl teknikJurnl teknik
Jurnl teknikAlen Pepa
 
Tepung sukun
Tepung sukunTepung sukun
Tepung sukunBP4K
 
Jasa mengurus Surat PT (Perseroan Terbatas) tlp(08121942042), (081288416332)
Jasa mengurus Surat PT (Perseroan Terbatas)  tlp(08121942042), (081288416332)Jasa mengurus Surat PT (Perseroan Terbatas)  tlp(08121942042), (081288416332)
Jasa mengurus Surat PT (Perseroan Terbatas) tlp(08121942042), (081288416332)konsultan33092820
 
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurtAplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurtSawarni H
 
Pentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-Tebu
Pentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-TebuPentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-Tebu
Pentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-TebuIr. Zakaria, M.M
 
MENGURUS DOKUMEN TKA (Tenaga Kerja Asing)
MENGURUS DOKUMEN TKA (Tenaga Kerja Asing)MENGURUS DOKUMEN TKA (Tenaga Kerja Asing)
MENGURUS DOKUMEN TKA (Tenaga Kerja Asing)Jeklindo
 
UTS BUDIDAYA PETERNAKAN 2015
UTS BUDIDAYA PETERNAKAN 2015UTS BUDIDAYA PETERNAKAN 2015
UTS BUDIDAYA PETERNAKAN 2015Ir. Zakaria, M.M
 
Nugget ikan lele
Nugget ikan leleNugget ikan lele
Nugget ikan leleDhira A
 

Viewers also liked (20)

IDENTIFIKASI HAZZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PROSES PEMB...
IDENTIFIKASI HAZZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PROSES PEMB...IDENTIFIKASI HAZZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PROSES PEMB...
IDENTIFIKASI HAZZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PROSES PEMB...
 
Laporan haccp
Laporan haccpLaporan haccp
Laporan haccp
 
Anova 1way & uji lanjut
Anova 1way & uji lanjutAnova 1way & uji lanjut
Anova 1way & uji lanjut
 
Pmm teori haccp
Pmm teori haccpPmm teori haccp
Pmm teori haccp
 
Its undergraduate-17589-paper
Its undergraduate-17589-paperIts undergraduate-17589-paper
Its undergraduate-17589-paper
 
75727714 laporan-taspen-cabang-malang
75727714 laporan-taspen-cabang-malang75727714 laporan-taspen-cabang-malang
75727714 laporan-taspen-cabang-malang
 
Analisis parameter mutu
Analisis parameter mutuAnalisis parameter mutu
Analisis parameter mutu
 
Rancangan Pabrik Nugget Ayam
Rancangan Pabrik Nugget AyamRancangan Pabrik Nugget Ayam
Rancangan Pabrik Nugget Ayam
 
Jurnl teknik
Jurnl teknikJurnl teknik
Jurnl teknik
 
Tepung sukun
Tepung sukunTepung sukun
Tepung sukun
 
Abon ikan
Abon ikanAbon ikan
Abon ikan
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Jasa mengurus Surat PT (Perseroan Terbatas) tlp(08121942042), (081288416332)
Jasa mengurus Surat PT (Perseroan Terbatas)  tlp(08121942042), (081288416332)Jasa mengurus Surat PT (Perseroan Terbatas)  tlp(08121942042), (081288416332)
Jasa mengurus Surat PT (Perseroan Terbatas) tlp(08121942042), (081288416332)
 
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurtAplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt
 
Sekilas sni iso 17065
Sekilas sni iso 17065Sekilas sni iso 17065
Sekilas sni iso 17065
 
2 2-1-pb
2 2-1-pb2 2-1-pb
2 2-1-pb
 
Pentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-Tebu
Pentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-TebuPentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-Tebu
Pentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-Tebu
 
MENGURUS DOKUMEN TKA (Tenaga Kerja Asing)
MENGURUS DOKUMEN TKA (Tenaga Kerja Asing)MENGURUS DOKUMEN TKA (Tenaga Kerja Asing)
MENGURUS DOKUMEN TKA (Tenaga Kerja Asing)
 
UTS BUDIDAYA PETERNAKAN 2015
UTS BUDIDAYA PETERNAKAN 2015UTS BUDIDAYA PETERNAKAN 2015
UTS BUDIDAYA PETERNAKAN 2015
 
Nugget ikan lele
Nugget ikan leleNugget ikan lele
Nugget ikan lele
 

Similar to Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah

14. INTAN MAULUDIA-KOMPREHENSIF.pptx
14. INTAN MAULUDIA-KOMPREHENSIF.pptx14. INTAN MAULUDIA-KOMPREHENSIF.pptx
14. INTAN MAULUDIA-KOMPREHENSIF.pptxYusTika19
 
Gap Analysis Rancangan SMKP UKM Pengolahan Ikan
Gap Analysis Rancangan SMKP UKM Pengolahan Ikan Gap Analysis Rancangan SMKP UKM Pengolahan Ikan
Gap Analysis Rancangan SMKP UKM Pengolahan Ikan Sawarni H
 
PPTMBKMAGANGmbkmperusahaanlampungselatan.pdf
PPTMBKMAGANGmbkmperusahaanlampungselatan.pdfPPTMBKMAGANGmbkmperusahaanlampungselatan.pdf
PPTMBKMAGANGmbkmperusahaanlampungselatan.pdfWiwin34
 
Proposal kpa (inge krishna 18.4.07.063)-dikonversi
Proposal kpa (inge krishna   18.4.07.063)-dikonversiProposal kpa (inge krishna   18.4.07.063)-dikonversi
Proposal kpa (inge krishna 18.4.07.063)-dikonversiigustiayu
 
Penerapan konsep HACCP untuk produk perikanan
Penerapan konsep HACCP untuk produk perikananPenerapan konsep HACCP untuk produk perikanan
Penerapan konsep HACCP untuk produk perikananAdi Wibowo
 
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhx
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhxPPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhx
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhxHerlindamn
 
1718 gasal_CPMB.pptx
1718 gasal_CPMB.pptx1718 gasal_CPMB.pptx
1718 gasal_CPMB.pptxRetnoAdriyani
 
Pesentasi SOP HACCP '15.ppt
Pesentasi SOP HACCP '15.pptPesentasi SOP HACCP '15.ppt
Pesentasi SOP HACCP '15.pptsuci827264
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...Ahmad Alwhy
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...BdpWinarti
 
Hazard analysis critical control point (haccp)
Hazard analysis critical control point (haccp)Hazard analysis critical control point (haccp)
Hazard analysis critical control point (haccp)Septi Dwisidi Hapsari
 
371834604-Manajemen-k3-Di-Puskesmas-Budiman.ppt
371834604-Manajemen-k3-Di-Puskesmas-Budiman.ppt371834604-Manajemen-k3-Di-Puskesmas-Budiman.ppt
371834604-Manajemen-k3-Di-Puskesmas-Budiman.pptMiniTriyuliani1
 
1. Overview MFK sesuai SNARS 1.1.pdf
1. Overview  MFK sesuai SNARS 1.1.pdf1. Overview  MFK sesuai SNARS 1.1.pdf
1. Overview MFK sesuai SNARS 1.1.pdfpcrwahidin
 
Laporan PKL Legen.pdf
Laporan PKL Legen.pdfLaporan PKL Legen.pdf
Laporan PKL Legen.pdfLegendTren
 
Nova indriana laporan mal
Nova indriana laporan malNova indriana laporan mal
Nova indriana laporan malNovaIndriana
 
proses pembuatan nugget ikan tuna CV. Dewa Ruci Pacitan
proses pembuatan nugget ikan tuna CV. Dewa Ruci Pacitanproses pembuatan nugget ikan tuna CV. Dewa Ruci Pacitan
proses pembuatan nugget ikan tuna CV. Dewa Ruci PacitanAchmad Fathony
 
Budidaya Rumput Laut K. alvarezii
Budidaya Rumput Laut K. alvareziiBudidaya Rumput Laut K. alvarezii
Budidaya Rumput Laut K. alvareziiesri yanti
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...enda ganteng
 

Similar to Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah (20)

14. INTAN MAULUDIA-KOMPREHENSIF.pptx
14. INTAN MAULUDIA-KOMPREHENSIF.pptx14. INTAN MAULUDIA-KOMPREHENSIF.pptx
14. INTAN MAULUDIA-KOMPREHENSIF.pptx
 
Gap Analysis Rancangan SMKP UKM Pengolahan Ikan
Gap Analysis Rancangan SMKP UKM Pengolahan Ikan Gap Analysis Rancangan SMKP UKM Pengolahan Ikan
Gap Analysis Rancangan SMKP UKM Pengolahan Ikan
 
PPTMBKMAGANGmbkmperusahaanlampungselatan.pdf
PPTMBKMAGANGmbkmperusahaanlampungselatan.pdfPPTMBKMAGANGmbkmperusahaanlampungselatan.pdf
PPTMBKMAGANGmbkmperusahaanlampungselatan.pdf
 
Proposal kpa (inge krishna 18.4.07.063)-dikonversi
Proposal kpa (inge krishna   18.4.07.063)-dikonversiProposal kpa (inge krishna   18.4.07.063)-dikonversi
Proposal kpa (inge krishna 18.4.07.063)-dikonversi
 
Laporan PKL ALI 2015
Laporan PKL ALI 2015Laporan PKL ALI 2015
Laporan PKL ALI 2015
 
Penerapan konsep HACCP untuk produk perikanan
Penerapan konsep HACCP untuk produk perikananPenerapan konsep HACCP untuk produk perikanan
Penerapan konsep HACCP untuk produk perikanan
 
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhx
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhxPPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhx
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhx
 
1718 gasal_CPMB.pptx
1718 gasal_CPMB.pptx1718 gasal_CPMB.pptx
1718 gasal_CPMB.pptx
 
Pesentasi SOP HACCP '15.ppt
Pesentasi SOP HACCP '15.pptPesentasi SOP HACCP '15.ppt
Pesentasi SOP HACCP '15.ppt
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
 
Hazard analysis critical control point (haccp)
Hazard analysis critical control point (haccp)Hazard analysis critical control point (haccp)
Hazard analysis critical control point (haccp)
 
371834604-Manajemen-k3-Di-Puskesmas-Budiman.ppt
371834604-Manajemen-k3-Di-Puskesmas-Budiman.ppt371834604-Manajemen-k3-Di-Puskesmas-Budiman.ppt
371834604-Manajemen-k3-Di-Puskesmas-Budiman.ppt
 
1. Overview MFK sesuai SNARS 1.1.pdf
1. Overview  MFK sesuai SNARS 1.1.pdf1. Overview  MFK sesuai SNARS 1.1.pdf
1. Overview MFK sesuai SNARS 1.1.pdf
 
Laporan PKL Legen.pdf
Laporan PKL Legen.pdfLaporan PKL Legen.pdf
Laporan PKL Legen.pdf
 
Nova indriana laporan mal
Nova indriana laporan malNova indriana laporan mal
Nova indriana laporan mal
 
proses pembuatan nugget ikan tuna CV. Dewa Ruci Pacitan
proses pembuatan nugget ikan tuna CV. Dewa Ruci Pacitanproses pembuatan nugget ikan tuna CV. Dewa Ruci Pacitan
proses pembuatan nugget ikan tuna CV. Dewa Ruci Pacitan
 
Budidaya Rumput Laut K. alvarezii
Budidaya Rumput Laut K. alvareziiBudidaya Rumput Laut K. alvarezii
Budidaya Rumput Laut K. alvarezii
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...
 
Lap. skripsi anang
Lap. skripsi anangLap. skripsi anang
Lap. skripsi anang
 

More from Uswatun Khasanah

More from Uswatun Khasanah (6)

Laporan toksikologi
Laporan toksikologiLaporan toksikologi
Laporan toksikologi
 
Kinetika enzim
Kinetika enzimKinetika enzim
Kinetika enzim
 
Ppt tugas fermentasi
Ppt tugas fermentasiPpt tugas fermentasi
Ppt tugas fermentasi
 
Kecap dtpi
Kecap dtpiKecap dtpi
Kecap dtpi
 
Surimi dtpi
Surimi dtpiSurimi dtpi
Surimi dtpi
 
Pengantar oceanografi up welling
Pengantar oceanografi up wellingPengantar oceanografi up welling
Pengantar oceanografi up welling
 

Recently uploaded

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 

Recently uploaded (20)

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 

Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah

  • 1. PENERAPAN HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) PADA PENGALENGAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PT. PAN PUTRA SAMUDRA REMBANG, JAWA TENGAH PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN Oleh: USWATUN KHASANAH PROBOLINGGO – JAWA TIMUR FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015
  • 2.
  • 3. PENERAPAN HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) PADA PENGALENGAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PT. PAN PUTRA SAMUDRA REMBANG, JAWA TENGAH Praktek Kerja Lapang sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Oleh: USWATUN KHASANAH NIM. 141211131242 Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh.,DEA. HIDAYATUL UDCHIYAH NIP. 19520517 197803 2 001 Menyetujui, Dosen Pembimbing, Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si NIP. 19600912 198603 2 001
  • 4. PENERAPAN HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) PADA PENGALENGAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PT. PAN PUTRA SAMUDRA REMBANG, JAWA TENGAH Oleh : USWATUN KHASANAH NIM. 141211131242 Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat bahwa Praktek Kerja Lapang (PKL) ini, baik ruang lingkup maupun kualitasnya dapat diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan. Telah diujikan pada Tanggal 18 Juni 2015 KOMISI PENGUJI Ketua : Dr. Gunanti Mahasri., Ir., M.Si Anggota : Abdul Manan, S.Pi., M.Si Eka Saputra, S.Pi., M.Si Surabaya, 18 Juni 2015 Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Dekan, Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA. NIP. 19520517 197803 2 001
  • 5. RINGKASAN USWATUN KHASANAH. Penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) pada Pengalengan Rajungan (Portunus pelagicus) di PT. Pan Putra Samudra Rembang, Jawa Tengah. Dosen Pembimbing Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si. Rajungan merupakan salah satu komoditas ekspor perikanan Indonesia. Rajungan umumnya diekspor dalam bentuk segar, beku ataupun kaleng. Terdapat banyak perusahaan ekportir hasil pengolahan rajungan di Indonesia yang harus bersaing dengan perusahaan pengolahan rajungan yang ada di luar negeri untuk mendapatkan konsumen. Salah satu upaya Indonesia untuk meningkatkan daya saing adalah melakukan pengawasan mutu dengan menerapkan manajemen mutu berdasarkan konsep Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan pada tanggal 12 Januari-13 Februari 2015 di PT. Pan Putra Samudra Desa Sumurtawang, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Tujuan Praktek Kerja Lapang ini yaitu untuk mengetahui persyaratan dasar penerapan HACCP dan penerapan HACCP pada pengalengan rajungan. Metode kerja yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini yaitu metode deskriptif dengan pengambilan data meliputi data primer dan sekunder. Teknik pengambilan data meliputi observasi, wawancara dan partisipasi aktif. PT. Pan Putra Samudra merupakan salah satu perusahaan eksportir rajungan kaleng yang telah menerapkan HACCP. Sistem HACCP akan berjalan efektif dengan Good Manufacturing Practice (GMP) dan Sanitation Standard Operating Prosedure (SSOP). Pokok pembahasan penerapan GMP meliputi semua tahapan proses pengalengan rajungan yaitu penerimaan bahan baku, sortasi, pencampuran daging, pengalengan, seaming, pasteurisasi, pendinginan, pengepakan, penyimpanan dan distribusi. Sedangkan penerapan SSOP yang dibahas diantaranya keamanan air dan es, kebersihan permukaan yang kontak langsung dengan pangan, pencegahan kontaminasi silang, fasilitas cuci tangan, sanitasi dan toilet, pelabelan dan penyimpanan bahan kimia, pengendalian hama, dan penanganan limbah. Penerapan HACCP di PT. Pan Putra Samudra sudah dijalankan dengan baik berdasarkan 12 langkah penerapan HACCP yang meliputi pembentukan tim HACCP, deskripsi produk, identifikasi penggunaan, penyusunan diagram alir proses, pemeriksaan bagan alir proses, analisis bahaya, penetapan critical control point (CCP), penetapan batas kritis, penentuan prosedur monitoring, tindakan koreksi, tindakan verifikasi, dan penetapan dokumentasi dan pencatatan. Selain itu selalu dilakukan pengawasan pada setiap tahapan proses yang menjadi critical control point (CCP) yaitu tahap penerimaan bahan baku, metal detecting, seaming, pasteurisasi dan penyimpanan, sehingga dapat dikendalikan dengan cukup baik.
  • 6. SUMMARY USWATUN KHASANAH. Application of HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) in Canned Swimming Crab (Portunus pelagicus) in PT. Pan Putra Samudra Rembang, Central Java. Academic Advisor Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si. Swimming crab is one of Indonesia’s fishery export commodities. The swimming crab is generally export infresh, frozen or canned. There are many exporter of swimming crab processing companies in Indonesia which should be compete with foreign swimming crab processing companies to get customers. One of Indonesia's efforts to increase the competitiveness is applying quality control and management based on Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) concepts. The Field Practice Project was held on 12th January until 13th February 2015 at PT. Pan Putra Samudra, Sumurtawang Village, Kragan District, Rembang, Central Java. The purpose of this Field Practice Project was to get information about the basic requirements of HACCP application and HACCP application in canned swimming crab. The method which used is descriptive method by data collection including primary and secondary data. Data collection techniques include observation, interview and active participation. PT. Pan Putra Samudra is one of canned swimming crab exporter companies which have implemented the HACCP. HACCP system can be implemented effectively if this system applied along with Good Manufacturing Practice (GMP) and Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP). The application of GMP include the whole process of canned swimming crab meat such as receiving raw materials, sorting, mixing, canning, seaming, pasteurization, cooling, packing, storage and distribution. While the application of SSOP were discussed, such as water and ice safety, cleanliness of surfaces in direct contact with food, prevention cross contaminations, hand washing facilities, sanitation and toilets, labeling and storage chemicals, pest controls and waste handling. The application of HACCP in PT. PanPutra Samudra hasbeen applied well based on 12-stepsof HACCP application include the HACCP team formation, describe product, identify intended use, construct flowdiagram, on-site verification of flow diagram, identify hazard, establish critical control points (CCP), establishcritical limits, establish monitoring system, establish corrective actions, establish verification procedures, establish documentation and record keeping. In addition, always do monitoring of every step process which has critical control points (CCP) is receipt of raw materials, metal detecting, seaming, pasteurization and storage, so it can be controlled well enough.
  • 7. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan Pratek Kerja Lapang tentang Penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) pada Pengalengan Rajungan (Portunus pelagicus) di PT. Pan Putra Samudra Rembang, Jawa Tengah ini dapat terselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang yang telah dilaksanakan di PT. Pan Putra Samudra, Desa Sumurtawang, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 12 Januari 2015 - 13 Februari 2015. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan dan kesempurnaan laporan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga laporan Praktek Kerja Lapang ini bermanfaat dan memberikan informasi bagi semua pihak. Surabaya, 18 Juni 2015 Penulis
  • 8. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini, tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA. Selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya. 2. Ibu Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si selaku dosen pembimbing Praktek Kerja Lapang yang dengan sabar dan perhatian untuk membimbing penulis. 3. Bapak Abdul Manan, S.Pi.,M.Si selaku dosen penguji. 4. Bapak Eka Saputra, S.Pi.,M.Si selaku dosen penguji. 5. Bapak Agustono, Ir., M.Kes selaku coordinator Praktek Kerja Lapang. 6. Kedua orang tua tercinta Bapak Mahmud dan Ibu Mutmainnah serta adik tersayang NailinNi’mah yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan. 7. Bapak Daromi selaku Manager Produksi PT. Pan Putra Samudra Rembang, Jawa Tengah. 8. Semua karyawan PT. Pan Putra Samudra Rembang, Jawa Tengah yang telah membantu selama PKL terutama Bapak Asrofi, Bapak Harsono, Ibu Nur, Bapak Mukhlis, Bapak Ahmadi, Bapak Bowo, Bapak Roni, Bapak Edi, Bapak Agung, Bapak Sigit, Bapak Dariana, Bapak Syamsul, dll. 9. Widi, Ery, Erni, Aida, Nanik, Dovan, Sa’di, mbak Firda dan Fatim yang telah memberikan motivasi, bantuan, semangat dan menghibur. 10. Teman-teman FPK 2012 khususnya minat studi TIHP. 11. Semua pihak yang telah membantu selama kegiatan PKL dan penyusunan laporan PKL ini.
  • 9. DAFTAR ISI RINGKASAN ......................................................................................................v SUMMARY..........................................................................................................vi KATA PENGANTAR..........................................................................................vii UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................viii DAFTAR ISI .......................................................................................................ix DAFTAR TABEL.................................................................................................xi DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xiii I PENDAHULUAN ..............................................................................................1 1.1 Latar Belakang.............................................................................................1 1.2 Tujuan..........................................................................................................3 1.3 Manfaat........................................................................................................3 II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................4 2.1 Rajungan (Portunus pelagicus)...................................................................4 2.1.1 Klasifikasi............................................................................................4 2.1.2 Morfologi............................................................................................4 2.1.3 Habitat.................................................................................................5 2.2 Perkembangan Pengalengan Rajungan di Indonesia ...................................6 2.3 Persyaratan Dasar Penerapan HACCP........................................................6 2.3.1 Good Manufacturing Practice (GMP)...............................................6 2.3.2 Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)...........................7 2.4 Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)...................8 III PELAKSANAAN ..........................................................................................14 3.1 Tempat dan Waktu......................................................................................14 3.2 Metode Kerja...............................................................................................14 3.3 Metode Pengumpulan Data.........................................................................14 3.2.1 Data Primer.........................................................................................14 3.3.2 Data Sekunder.....................................................................................16 IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................17 4.1 Keadaan Umum Perusahaan ........................................................................17 4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan ...........................................................17 4.1.2 Lokasi dan Kondisi Geografi Perusahaan...........................................18 4.1.3 Struktur Organisasi..............................................................................18 4.1.4 Visi dan Misi Perusahaan....................................................................19 4.1.5 Ketenagakerjaan..................................................................................19 4.2 Sarana dan Prasarana...................................................................................21 4.2.1 Sarana.................................................................................................21 A. Sarana Utama Produksi..................................................................21 B. Sarana Pendukung Produksi...........................................................24 C. Peralatan Penunjang Produksi........................................................25
  • 10. 4.2.2 Prasarana.............................................................................................26 4.3 Tata Letak Perusahaan.................................................................................26 4.3.1 Lokasi Perusahaan..............................................................................26 4.3.2 Skema Ruang Produksi.......................................................................27 4.4 Proses Pengalengan Rajungan di PT. Pan Putra Samudra...........................28 4.5 Persyaratan Kelayakan Dasar dalam Penerapan HACCP di PT. Pan Putra Samudra.......................................................................................................29 4.5.1 Good Manufacturing Practices (GMP)..............................................30 4.5.2 Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)...........................41 4.6 Penerapan HACCP pada Pengalengan Rajungan.........................................47 4.6.1 Pembentukan Tim HACCP................................................................48 4.6.2 Deskripsi Produk................................................................................49 4.6.3 Identifikasi Penggunaan......................................................................51 4.6.4 Penyusunan Diagram Alir Proses.......................................................52 4.6.5 Pemeriksaan Bagan Alir Proses .........................................................52 4.6.6 Analisis Bahaya ..................................................................................54 4.6.7 Penetapan Critical Control Point (CCP) ...........................................54 4.6.8 Penetapan Batas Kritis (Critical Limit)..............................................57 4.6.9 Penentuan Prosedur Monitoring..........................................................58 4.6.10 Tindakan Koreksi.............................................................................60 4.6.11 Tindakan Verifikasi...........................................................................61 4.6.12 Penetapan Dokumenasi dan Pencatatan............................................62 V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................63 5.1 Kesimpulan...................................................................................................63 5.2 Saran............................................................................................................63 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................64 LAMPIRAN .........................................................................................................68
  • 11. DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Penentuan Signifikansi Bahaya .......................................................... 10 4.1 Tim HACCP PT. Pan Pura Samudra .................................................. 48 4.2 Deskripsi Produk................................................................................ 50 4.3 Penetapan CCP dengan Pohon Keputusan.......................................... 54 4.4 Batas Kritis Tiap Critical Control Point (CCP) ................................ 58
  • 12. DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1. Rajungan............................................................................................. 5 2.2. Diagram Pohon Keputusan CCP....................................................... 11 4.1. Daging Rajungan Jumbo.................................................................... 32 4.2. Daging Rajungan dalam Kaleng........................................................ 35 4.3. Daging Rajungan Claw Meat dalam Plastic cup.............................. 35 4.4. Diagram Alir Proses.......................................................................... 53
  • 13. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Peta Lokasi Praktek Kerja Lapang ..................................................... 68 2. Layout Proses PT. Pan Putra Samudra ............................................... 69 3. Struktur Organisasi PT. Pan Putra Samudra....................................... 70 4. Form Hasil Pengujian Mikrobiologi Bahan Baku.............................. 71 5. Form Hasil Pengujian Cloramphenicol Bahan Baku......................... 72 6. Form Hasil Metal Detecting .............................................................. 73 7. Form Hasil Pengecekan Double Seam............................................... 74 8. Form Hasil Pengecekan Suhu Tank Pasteurisasi dan Pendinginan..... 75 9. Form Hasil Pengecekan Suhu Ruang Pengepakan............................. 76 10. Form Hasil Pengecekan Suhu Cold Storage...................................... 77 11. Form Hasil Pengujian Sensori Produk Akhir..................................... 78 12. Form Hasil Pengujian Mikrobiologi Produk Akhir............................ 79 13. Form Hasil Pengujian Cloramphenicol Produk Akhir....................... 80 14. Analisis Bahaya Pengalengan Rajungan di PT. Pan Putra Samudra.. 81 15. Sertifikat Kelayakan Pengolahan........................................................ 85 16. Sertifikat HACCP .............................................................................. 86 17. Sertifikat Air dan Es Proses ............................................................... 87
  • 14. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era perdagangan bebas menyebabkan produk perikanan Indonesia menghadapi berbagai tantangan untuk meningkatkan daya saing, baik dalam mutu produk maupun efisiensi dalam produksi (Rahmawaty dkk., 2013). Ramadhani (2006) menambahkan bahwa dalam menghadapi persaingan dan menjaga kepercayaan konsumen pada suatu produk, perusahaan harus selalu menjaga mutu produk yang dihasilkan karena hanya produk bermutu yang akan berhasil mempertahankan posisi di pasar global. Oleh karena itu diperlukan suatu system pengendalian mutu yang baik bagi manajemen perusahaan sebagai usaha untuk menghasilkan produk yang lebih bermutu. Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu bahan baku yang mempunyai asam amino sebanyak 15 asam amino yang terdiri dari sembilan asam amino esensial dan enam asam amino non esensial. Jumlah total asam amino esensial daging rajungan segar adalah 6940 mg/100 g, sedangkan asam amino non esensial sebesar 6020 mg/100 g (Lingga, 2011). Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu komoditas ekspor perikanan Indonesia (Agustina, dkk., 2014). Ismiwarti (2005) menambahkan bahwa rajungan umumnya diekspor dalam bentuk segar, beku ataupun kaleng. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011) yang dikutip Rochima dan Hidayati (2012) ekspor rajungan sejak Januari-Agustus 2011 mencapai US$ 208,4 juta. Terdapat banyak perusahan eksportir di bidang pengolahan rajungan di Indonesia diantaranya PT. Windika Utama, PT. Pan Putra Samudra, PT. Kelola
  • 15. Mina Laut dan PT. Bumi Menara Internusa (Yusuf, 2007). Perusahaan eksportir hasil pengolahan rajungan di Indonesia harus bersaing baik dengan perusahaan yang ada di Indonesia maupun perusahan yang ada di luar negeri untuk mendapatkan konsumen. Salah satu upaya Indonesia untuk meningkatkan daya saing adalah melakukan pengawasan mutu dengan menerapkan manajemen mutu berdasarkan konsep Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) yang disesuaikan dengan kondisi pengolahan di Indonesia (Nuryani, 2006). Menurut Ramadhani (2013) HACCP merupakan sistem yang dirancang untuk mencegah terjadinya masalah kualitas produk pangan baik yang disebabkan oleh faktor biologis, kimia maupun fisik. HACCP mengutamakan kepada tindakan pencegahan dan identifikasi bahaya namun tidak mengandalkan kepada pengujian produk akhir (Koswara, 2009). PT. Pan Putra Samudra merupakan salah satu perusahaan eksportir produk rajungan dalam kaleng di Indonesia yang bersertifikat HACCP. Penerapan HACCP di perusahaan belum didukung sepenuhnya oleh karyawan, dimana masih ada sebagian karyawan yang belum disiplin dalam melaksanakan Good Manufacturing Practice (GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) yang merupakan persyaratan dasar penerapan HACCP. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperlukan Praktek Kerja Lapang untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dan mempelajari lebih luas mengenai penerapan HACCP di lapangan. Sistem HACCP mampu memberi jaminan kepada konsumen bahwa produk dalam keadaan aman, sehingga mampu meningkatkan daya saing produk di pasaran (Ramadhani, 2013).
  • 16. 1.2 Tujuan Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah : 1. Mengetahui Persyaratan Dasar penerapan HACCP di PT. Pan Putra Samudra Rembang, Jawa Tengah. 2. Mengetahui penerapan HACCP pada pengalengan rajungan (Portunus pelagicus) di PT. Pan Putra Samudra Rembang, Jawa Tengah. 1.3 Manfaat Praktek kerja lapang ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan menambah wawasan mengenai penerapan HACCP pada proses pengalengan rajungan serta memadukan teori yang diperoleh dengan kenyataan yang ada di lapangan, sehingga dapat memahami dan mengatasi permasalahan yang timbul di lapangan.
  • 17. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rajungan (Portunus pelagicus) 2.1.1 Klasifikasi Klasifikasi rajungan menurut Suwignyo dalam Mirzads (2009) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Ordo : Decapoda Famili : Portunidae Genus : Portunus Species : Portunus pelagicus 2.1.2 Morfologi Rajungan mempunyai karapas berbentuk bulat pipih dengan warna yang sangat menarik. Ukuran karapas lebih besar kearah samping dengan permukaan yang tidak terlalu jelas pembagian daerahnya. Sebelah kiri dan kanan karapas terdapat duri besar, jumlah duri sisi belakang mata sebanyak 9, 6, 5, atau 4 dan antara mata terdapat empat buah duri besar. Rajungan mempunyai lima pasang kaki jalan, sepasang kaki jalan pertama berukuran lebih besar daripada kaki jalan yang lain, disebut capit yang berfungsi untuk memegang dan memasukkan makanan kedalam mulut. Sepasang kaki terakhir mengalami modifikasi menjadi alat renang. Oleh sebab itu rajungan digolongkan kedalam kepiting berenang (swimming crab) (Suwignyo, 1989 dalam Mirzads, 2009). Rajungan memiliki perbedaan yang menyolok antara jantan dan betina. Rajungan jantan mempunyai tubuh lebih besar dan capitnya lebih panjang
  • 18. daripada betina (Suwignyo, 1989 dalam Mirzads, 2009). Menurut Juwana (2000) perbedaan lainnya adalah warna dasar, rajungan jantan berwarna biru dengan bercak putih terang, sedangkan betina berwarna dasar hijau kotor dengan bercak putih kotor. Perbedaan morfologi rajungan jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Rajungan (a) Jantan(b)Betina (Sumber; Svane and G. Hooper, 2004) 2.1.3 Habitat Juwana (2000) mengatakan bahwa Portunus pelagicus hidup di daerah pantai berpasir lumpur dan di perairan depan hutan mangrove. Portunus pelagicus membenamkan diri di dalam pasir. Nybakken (1986) dalam Jafar (2011) menambahkan bahwa rajungan hidup di daerah estuaria kemudian bermigrasi ke perairan yang bersalinitas lebih tinggi untuk menetaskan telurnya, dan setelah mencapai rajungan muda akan kembali ke estuaria.
  • 19. 2.2 Perkembangan Pengalengan Rajungan di Indonesia Pengolahan rajungan di Indonesia secara umum dapat dibagi dalam dua tahap yaitu proses pemasakan dan pemisahan daging dari cangkangnya yang dilakukan di mini plant serta proses pengalengan yang dilakukan di processing plant (Gunawan, 2000). Pengolahan rajungan skala mini plant terdiri dari beberapa tahapan yaitu penerimaan rajungan mentah dari nelayan atau pedagang, pencucian, perebusan, hingga pengupasan (Nugroho, 2012). Proses pengalengan rajungan di processing plant menurut Akhmadi (2006) meliputi penerimaan daging rajungan (receiving), pra-penyortiran, penyortiran, pengecekan akhir (final checking), pencampuran (mixing), pemasukan dalam kaleng, penimbangan, penutupan kaleng, pasteurisasi, pendinginan, pengepakan dan penyimpanan dingin. 2.3 Persyaratan Dasar Penerapan HACCP Persyaratan dasar bagi penerapan HACCP meliputi Good Manufacturing Practice (GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) (Thaheer, 2005). 2.3.1 Good Manufacturing Practice (GMP) Good Manufacturing Practice (GMP) adalah persyaratan dasar yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan untuk menghasilkan pangan yang bermutu dan aman secara konsisten. Persyaratan dalam GMP mencakup persyaratan untuk pekerja, bangunan dan fasilitas, peralatan, dan pengendalian proses. Persyaratan untuk pekerja bertujuan untuk menghindarkan kontaminasi oleh pekerja, khususnya kontaminasi bahaya mikrobiologi yang bisa berasal dari pekerja sendiri
  • 20. dan praktik yang salah serta bahaya fisik yakni perhiasan, barang personal yang mungkin dibawa oleh pekerja. Oleh karenanya persyaratan ini menetapkan program kebersihan, kesehatan pekerja, pelatihan dan pendidikan tentang sanitasi pada pekerja (Dewanti dan Hariyadi, 2013). Persyaratan untuk bangunan dan fasilitas mencakup tata letak untuk meminimalkan kontaminasi silang atau kontaminasi ulang, rancangan pabrik misalnya bangunan anti tikus, persyaratan dinding, lantai, atap, pintu, ventilasi, pecahayaan, gudang, fasilitas untuk karyawan (loker, seragam, sepatu, penutup rambut, kamar mandi, toilet), dan sebagainya, program pembersihan dan sanitasi bangunan serta pemeliharaan lingkungan. Persyaratan untuk peralatan juga mencakup tata letak peralatan yang meminimalkan kontaminasi, rancangan peralatan yang mudah dijangkau (accessible) dan mudah dibersihkan (cleanable) serta persyaratan tentang bahan peralatan yang diizinkan, dan persyaratan pembersihan serta sanitasi yang diantaranya terdiri dari jenis pembersih dan/atau sanitaiser yang dapat digunakan. Persyaratan tentang pengendalian proses mencakup prosedur penanganan bahan baku, pemeliharaan, pengolahan, penyimpanan, pengendalian hama, penanganan limbah, dan sebagainya (Dewanti dan Hariyadi, 2013). 2.3.2 Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) merupakan dokumen untuk tiap aspek yang berisi kebijakan tentang tiap aspek, prosedur atau tahapan yang diperlukan, rujukan yang digunakan, tindakan koreksi yang harus dilakukan jika ada penyimpangan serta penanggung jawabnya (Dewanti dan Hariyadi,
  • 21. 2013). Food and Drud Administration (FDA) mengusulkan delapan aspek atau kunci SSOP yang harus dibuat prosedurnya yaitu keamanan air, kebersihan permukaan yang kontak pangan, fasilitas sanitasi, pencegahan kontaminasi silang, pencegahan adulterasi, pelabelan senyawa toksik, kesehatan pekerja dan pengendalian hama (Thaheer, 2005). 2.4 Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah pendekatan pencegahan untuk mengendalikan semua bahaya (biologi, kimia, fisik) yang mungkin ada selama pengolahan pangan (Dewanti dan Hariyadi, 2013). Codex (1997) mengembangkan 12 (dua belas) langkah dalam rencana HACCP yang terdiri dari lima langkah awal persiapan dan diikuti dengan tujuh langkah berikutnya yang merupakan prinsip HACCP (Koswara, 2009). Langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pembentukan Tim HACCP Langkah pertama dalam penyusunan HACCP adalah membentuk tim yang terdiri dari beberapa anggota dengan latar belakang pendidikan atau pengalaman kerja yang berbeda (multi disiplin) (Koswara, 2009). Thaheer (2005) mengatakan bahwa tim HACCP adalah kelompok orang di dalam perusahaan yang bertugas untuk merancang, menerapkan, dan mengendalikan sistem HACCP. 2. Deskripsikan Produk Langkah kedua dalam penyusunan rencana HACCP adalah mendeskripsikan produk (Koswara, 2009). Deskripsi produk adalah informasi lengkap mengenai produk yang berisi tentang komposisi, sifat fisik atau kimia,
  • 22. metode pengolahan yang diterapkan, pengemasan, kondisi penyimpanan, daya tahan, cara distribusi, cara penyajian dan persiapan konsumsinya (Thaheer, 2005). 3. Identifikasi Rencana Penggunaan Pada tahap ini, tim HACCP mengidentifikasi cara penggunaan produk oleh konsumen, cara penyajian serta kelompok konsumen yang mengkonsumsi produk (Koswara, 2009). 4. Penyusunan Bagan Alir Penyusunan diagram alir merupakan langkah dasar dari tahap analisa bahaya (Ramadhani, 2013). Diagram alir disusun dengan tujuan untuk menggambarkan keseluruhan proses produksi (Koswara, 2009). Diagram alir yang dibuat harus mencakup semua tahapan di dalam operasional produksi (Thaheer, 2005). 5. Verifikasi Bagan Alir dilapangan Diagram alir proses yang harus diverifikasi ditempat, dapat dilakukan dengan cara mengamati aliran proses, kegiatan pengambilan sampel, wawancara, mengamati operasi rutin/non rutin (Koswara, 2009). 6. Analisa Bahaya Analisa bahaya meliputi kegiatan mengidentifikasikan bahaya dan penetapan kategori resiko (Thaheer, 2005). Identifikasi bahaya dilakukan dengan mendaftar semua bahaya potensial yang mungkin terjadi pada setiap tahap proses. Penentuan signifikansi bahaya dilakukan dengan mempetimbangkan peluang untuk setiap bahaya yang telah diidentifikasi dan tingkat keseriusannya. Penentuan signifikansi bahaya dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tahap selanjutnya
  • 23. setelah menganilisis bahaya adalah mengidentifikasi tindakan pencegahan yang mugkin dapat mengendalikan setiap bahaya (Koswara, 2009). Tabel 2.1. Penentuan Signifikansi Bahaya Peluang Terjadi Tingkat Keparahan L M H L LL ML HL M LM MM HM* H LH MH* HH* Sumber; Koswara, 2009 Keterangan: L= low, M= medium, H= high (*) Umumnya dianggap signifikan dan akan dipertimbangkan dalam penetapan CCP 7. Penentuan Titik Kendali Kritis atau CCP Titik kendali kritis atau CCP adalah suatu tahap dimana pengendalian dapat diterapkan dan bahaya keamanan pangan dapat dicegah, dihilangkan atau dikurangi sampai tingkat yang dapat diterima sehingga resiko dapat diminimalkan. CCP dapat ditentukan dengan menggunakan Diagram Pohon Keputusan CCP (CCP Decision Tree) (Koswara, 2009).
  • 24. Gambar 2.2. Diagram Pohon Keputusan CCP(Sumber; BSN, 1998) 8. Penentuan Batas Kritis disetiap CCP Budhiati (2004) mengatakan bahwa batas kritis adalah suatu kondisi tertentu yang digunakan untuk mengontrol atau mengendalikan hazard dalam CCP tertentu. Setiap CCP yang teridentifikasi maka harus ditentukan batas kritis (Koswara, 2009). Thaheer (2005) menambahkan bahwa batas kritis menunjukkan perbedaan antara produk yang aman dan tidak aman dan menjamin bahwa suatu CCP mengendalikan semua bahaya secara efektif. Batas kritis ditetapkan berdasarkan asal bahan baku, peraturan pemerintah, petunjuk teknis, peraturan
  • 25. negara importir, survey literature, uji coba dan saran tenaga ahli, yang harus diketahui dan ditetapkan sebelum penerapan HACCP (Budhiati, 2004). 9. Penetapan Monitoring disetiap CCP Prosedur monitoring adalah tahapan pengamatan atau pengukuran batas kritis secara terencana untuk menghasilkan rekaman yang tepat dan ditujukan untuk meyakinkan bahwa batas kritis tersebut mampu mempertahankan keamanan produk. Tim HACCP menentapkan rangkaian prosedur pemantauan untuk setiap batas kritis yang ditetapkan yang mencakup apa, siapa, dimana, kapan dan bagaiman pemantauan tersebut dilakukan (Koswara, 2009). 10. Penetapan Tindakan Koreksi disetiap penyimpangan Batas Kritis Tindakan koreksi adalah semua tindakan yang diambil jika hasil pemantauan pada CCP menunjukkan penyimpangan batas kritis (kehilangan kendali), karena jika kendali hilang maka produk menjadi tidak memenuhi syarat. Terdapat dua level tindakan koreksi yaitu tindakan segera (Immediete Action) dan tindakan pencegahan (Preventive Action). Tindakan segera (Immediete Action) adalah penyesuaian proses agar menjadi terkontrol kembali dan menangani produk yang dicurigai terkena dampak penyimpangan, sedangkan tindakan pencegahan (Preventive Action) adalah pertanggung jawaban untuk tindakan koreksi dan pencatatan tindakan koreksi (Koswara, 2009). 11. Penetapan Prosedur Verifikasi Verifikasi adalah suatu evaluasi untuk menetapkan kesesuaian suatu pelaksanan dengan rencana HACCP. Verifikasi memberi jaminan bahwa rencana HACCP telah sesuai dengan kegiatan operasional sehari-hari dan akan
  • 26. menghasilkan produk dengan mutu baik dan/atau aman untuk dikonsumsi (Koswara, 2009). Budhiati (2004) mengatakan bahwa verifikasi dibedakan menjadi dua yaitu verifikasi internal dan eksternal. Verifikasi internal adalah evaluasi yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan sendiri, sedangkan verifikasi eksternal adalah evaluasi yang dilakukan oleh pihak pemerintah yang dilakukan secara wajib dan rutin. 12. Penetapan Proses Pencatatan dan Dokumentasi Dokumen dan pencatatan adalah bukti tertulis bahwa suatu tindakan telah dilakukan. Dokumen tersebut dapat digunakan untuk keperluan inspeksi dan untuk mempelajari kerusakan yang mengakibatkan penyimpangan dan menemukan tindakan koreksi yang sesuai. Jenis dokumen yang harus ada dalam penyusunan rencana HACCP adalah (a) rencana HACCP dan semua materi pendukungnya (b) dokumen pemantauan (c) dokumen tindakan koreksi dan (d) dokumen verifikasi. Selesainya penyusunan sistem dokumentasi maka penyusunan rencana HACCP telah selesai (Koswara, 2009).
  • 27. III PELAKSANAAN 3.1 Tempat dan Waktu Praktek Kerja Lapang ini telah dilaksanakan di PT. Pan Putra Samudra (Plant Pandangan), Jl. Raya Rembang-Tuban KM 32 Desa Sumurtawang, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan Praktek Kerja Lapang dilaksanakan mulai tanggal 12 Januari-13 Februari 2015. 3.2 Metode Kerja Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2011). 3.3 Metode Pengumpulan Data Data yang diambil dalam Praktek Kerja Lapang ini berupa data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui beberapa metode dan cara pengamatan. 3.3.1 Data Primer Data primer merupakan data yang didapat dari sumber informan pertama yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Data primer ini dapat berupa catatan hasil wawancara, hasil observasi ke
  • 28. lapangan secara langsung dalam bentuk catatan tentang situasi atau kejadian serta data mengenai informan (Nazir,2011). A. Metode Observasi Metode observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subyek, obyek, atau kejadian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu yang diteliti (Sangadji dan Sopiah, 2010). Observasi pada Praktek Kerja Lapang ini dilakukan terhadap berbagai kegiatan yang berhubungan dengan penerapan HACCP pada pengalengan rajungan (Portunus pelagicus) meliputi proses sanitasi, penerimaan bahan baku, proses pengalengan rajungan, pengemasan dan penyimpanan hasil pengalengan. B. Wawancara Sangadji dan Sopiah (2010) mengemukakan bahwa wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survey yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian. Wawancara dilakukan dengan cara Tanya jawab dengan pegawai yang ada di lokasi mengenai sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi, tenaga kerja, proses produksi, pemasaran, permasalahan serta hambatan yang dihadapi dalam penerapan HACCP pada proses pengalengan rajungan (Portunus pelagicus) di PT. Pan Putra Samudra Rembang, Jawa Tengah. C. Partisipasi Aktif Partisipasi aktif adalah keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan yang dilakukan secara langsung di lapangan (Nazir, 2011). Kegiatan partisipasi aktif dilakukan dengan mengikuti secara langsung beberapa kegiatan yang dilakukan
  • 29. dalam penerapan HACCP pada pengalengan rajungan (Portunus pelagicus) meliputi proses sanitasi, penerimaan bahan baku, proses pengalengan, pengemasan dan penyimpanan hasil pengalengan. 3.3.2 Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain tidak langsung diperoleh dari peneliti dari subjek penelitiannya (Nazir, 2011). Data sekunder yang diperoleh dari Praktek Kerja Lapang antara lain sejarah perusahaan, visi- misi perusahaan, struktur organisasi dan ketenagakerjaan, tingkat pendidikan karyawan, serta deskripsi produk di PT. Pan Putra Samudra Rembang, Jawa Tengah.
  • 30. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan PT. Pan Putra Samudra pada awalnya bernama PT. Tonga Tiur Putra. Nama PT. Pan Putra Samudra diresmikan pada bulan Mei 2014. Pertama didirikan PT. Pan Putra Samudra bergerak di bidang usaha benur udang yang berlokasi di Bandengan, Jepara-Jawa Tengah. Namun, usaha benur udang sulit berkembang sehingga di awal tahun 1991 memperluas usahanya dengan memproduksi chiriment yaitu teri nasi kering yang diekspor ke Jepang. PT. Pan Putra Samudra membangun mini plant di wilayah Indonesia Barat dan Timur antara tahun 1991- 1994 dalam usaha menjalankan usaha baru tersebut. Sejak Januari 1991, PT. Pan Putra Samudra memindahkan aktivitas produksinya ke daerah Pandangan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang-Jawa Tengah. Canned Pasteurized Crab Meat yang kemudian direncanakan diekspor ke Amerika melalui Bryd International. PT. Pan Putra Samudra memulai ekspor Canned Crab Product pada tanggal 20 Desember 1999 dengan melakukan seluruh produksi di Pandangan Plant mulai dari penerimaan bahan baku sampai dengan penyimpanan produk akhir. PT. Pan Putra Samudra menerapkan metode baru yaitu memindahkan proses pengolahan bahan baku ke mini plant pada Agustus 2002. Mini plant yang dimiliki oleh PT. Pan Putra Samudra di Rembang, Lasem, Semarang, Tuban, Surabaya, Madura dan Cirebon. Jumlah mini plant saat ini sekitar 30 dari daerah Jawa maupun luar Jawa. Mini plant tersebut menjual daging rajungan rebus ke
  • 31. plant sesuai dengan perjanjian harga. Pengolahan lebih lanjut dilakukan di plant mulai dari penerimaan bahan baku, sortir, canning, seaming, pasteurisasi dan distribusi. 4.1.2 Lokasi dan Kondisi Geografi Perusahaan Perusahaan pengalengan rajungan di PT. Pan Putra Samudradibangun di atas tanah seluas kurang lebih satu hektar. PT. Pan Putra Samudra mempunyai beberapa bangunan yang meliputi ruang produksi dan ruang di luar unit produksi. Peusahaan ini terletak di Jalan Raya Rembang-Tuban Km 32, Desa Sumurtawang, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Selatan : Jalan raya Pantura Sebelah Timur : Perkampungan Sumurtawang Sebelah Barat : Sungai 4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan pengalengan rajungan PT. Pan putra Samudra dipimpin oleh seorang general of director yang membawahi dua orang manager yaitu plant manager dan field manager. Plant manager bertanggung jawab secara operasional dalam menjalankan perusahaan dan membawahi machine and engineering manager, production manager, quality assurance manager, kepala laboraturium, finance, vehicles, accounting,ware house dan security. Sedangkan production manager membawahi semua supervisor yang berhubungan dengan proses
  • 32. produksi yaitu supervisor receiving, supervisor sorting, supervisor metal detecting, supervisor canning, supervisor seaming, supervisor pasteurization, supervisor cassing, supervisor sanitation, dan supervisor ice cruser. Field manager membawahi semua area manager. Struktur organisasi PT. Pan Putra Samudra dapat dilihat pada Lampiran 3. 4.1.4 Visi dan Misi Perusahaan Visi dari PT. Pan Putra Samudra yaitu menjadi perusahaan seafood terpadu dan terbaik di dunia Internasional yang menghasilkan produk yang aman dan berkualitas. Sedangkan Misi dari PT. Pan Putra Samudra adalah memproduksi produk seafood yang mengikuti standar aturan keamanan pangan (Food Safety Regulatuion) baik Nasional maupun Internasional yang dilakukan oleh sumberdaya manusia dan manajemen yang professional untuk memenuhi kepuasan pelanggan. 4.1.5 Ketenagakerjaan Tenaga kerja di PT. Pan Putra Samudra terdiri dari beberapa divisi yaitu administrasi perkantoran, keamanan, pergudangan, sanitasi, receiving, sorting, canning, seaming, pasteurisasi, packing, stock, laboraturium dan transportasi dengan jumlah 250 orang. Tenaga kerja banyak berasal dari penduduk sekitar dengan rata-rata usia antara 19-45 tahun. Pendidikan pekerja sebagian besar lulusan dari SMP namun juga terdapat pekerja dengan pendidikan SD, SMA, D3 dan S1. Karyawan di PT. Pan Putra Samudra terbagi menjadi tiga yaitu karyawan
  • 33. tetap, karyawan harian lepas dan karyawan borongan. Untuk pembagiannya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja yang secara teratur memeperoleh hak- hak seperti upah dan cuti, meskipun tidak bekerja karena sesuatu hal yang tidak melanggar ketentuan, kedudukannya cukup kuat dalam hukum dimana pengusaha tidak dapat memutuskan hubungan kerja semaunya. 2) Tenaga kerja tidak tetap adalah tenaga kerja yang tidak memiliki hak dan kewajiban secara teratur dan akan kehilangan hak-hak tertentu apabila mereka tidak bekerja. 3) Tenaga kerja borongan adalah tenaga kerja yang menjalankan suatu pekerjaan tertentu atas perjanjian dan ketentuan yang jelas mengenai waktu dan harga pekerjaan. Pada saat pekerjaan tersebut selesai, maka putuslah hubungan kerja antara tenaga kerja dan pemberi kerja. Hari kerja karyawan di PT. Pan Putra Samudra adalah Senin-Minggu. Jam kerja dimulai dari pukul 08.00 WIB - 16.00 WIB (untuk karyawan receiving dimulai pukul 07.30 WIB) sedangkan untuk bagian kantor hari kerja adalah Senin-Sabtu dengan jam kerja sama yaitu pukul 08.00 WIB - 16.00 WIB. Waktu istirahat selama satu jam yaitu pukul 12.00 WIB - 13.00 WIB. Jam kerja tidak selalu sesuai dengan yang sudah ditentukan terkadang disesuaikan dengan jumlah bahan baku yang diproduksi. Jika produksi banyak maka jam kerja bertambah atau lembur. Apabila bahan baku sedikit maka jam kerja berkurang, sehingga karyawan dapat pulang lebih awal. PT. Pan Putra Samudra memberikan uang
  • 34. lembur dan uang konsumsi untuk karyawan yang lembur melebihi jam kerja yang seharusnya. 4.2 Sarana dan Prasarana 4.2.1 Sarana Sarana merupakan peralatan yang harus tersedia saat berlangsungnya suatu kegiatan proses pengalengan rajungan. Sarana yang dimiliki PT. Pan Putra Samudra antara lain: A. Sarana utama produksi Sarana utama produksi yang digunakan dalam pengalengan daging rajungan di PT. Pan Putra Samudra sebagai berikut: a. Cold storage Cold storage sebanyak enam buah yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan bahan baku dan produk akhir yang terdiri dari cold storage 1 digunakan untuk menyimpan bahan baku, cold storage 2, 3, dan 4 untuk penyimpanan sementara produk akhir yang siap untuk diekspor. Cold storage 5 untuk penyimpanan produk akhir yang diriject dan cold storage 6 untuk penyimpanan produk yang belum dikemas dalam master carton. b. Tempat penampung air (tandon) Tempat penampung air (tandon) sebanyak dua unit yang berfungsi untuk menampung air untuk keperluan produksi. c. Tank Tank terbuat dari stainless steel yang berukuran 420 x 70 x 70 cm. PT. Pan Putra Samudra mempunyai enam buah tank yang terdiri dari tiga buah hot tank
  • 35. yang digunakan untuk proses pemanasan pada saat pasteurisasi dan tiga buah cold tank yang digunakan untuk mendinginkan produk yang telah dipasteurisasi. Kapasitas masing-masing tank adalah 10 basket stainless steel atau sekitar 800- 1000 kaleng. d. Mesin penutup kaleng (seamer) Mesin penutup kaleng (seamer) dengan merk “Varin Food Machinery Co., LTD) sebanyak empat unit yang terdiri dari dua mesin untuk menutup kaleng yang berukuran 401x301 mm dan dua mesin untuk menutup kemasan plastic cup. Mesin seamer tersebut bekerja secara semi otomatis yang digerakkan oleh listrik dengan bantuan petugas khusus dibagian penutup kaleng. e. Mesin pengkodean Mesin pengkodean yang digunakan di PT. Pan Putra Samudra adalah jenis inkjet printing sebanyak satu unit dengan merk “Domino”. Bagian mesin yaitu message set up, line set up, dan printer set up. Message set up berfungsi mengatur penampilan dan posisi dari message pada permukaan produk. Line set up befungsi memasukkan parameter dari production line (conveyor) ke printer untuk menyamakan kerja printer dan conveyor. Printer set up berfungsi mengatur internal clock (jam dan tanggal). Cara kerja mesin pengkodean adalah berdasarkan prinsip fisika dari suatu cairan yang berada dalam tekanan, ultrasonic, vibration, dan gaya elektromagnetik. Kode yang terdapat setelah kaleng dilewatkan dalam mesin pengkodean tanggal produksi, nomor basket, kode buyer, kode perusahaan dan jenis daging.
  • 36. f. Shrink Shrink adalah mesin untuk menyegel penuh kemasan plastic cup dengan brand buyer. Shrink merupakan mesin rakitan dari pihak perusahaan. g. Ice crusher Ice crusher merupakan alat yang digunakan untuk menghancurkan es balok menjadi es curah.PT. Pan Putra Samudra mempunyai satu unit ice crusher. Ice crusher merupakan mesin rakitan yang terdiri dari dua bagian utama yaitu roll penggiling dan motor penggerak. h. Boiler Boiler yang digunakan menggunakan bahan bakar solar dengan dynamo sebagai penggerak. Boiler menghasilkan uap panas yang digunakan sebagai sumber panas pada proses pasteurisasi. Boiler yang dimiliki PT. Pan Putra Samudra sebanyak dua unit dengan merk “Maxitherm” dan “Omnical”, namun yang digunakan pada proses pasteurisasi hanya satu boiler. i. Timbangan Timbangan yang digunakan merupakan timbangan digital sebanyak dua jenis yang terdiri dari timbangan digital berkapasitas 300 kg di bagian penerimaan bahan baku untuk menimbang daging rajungan yang diterima dari mini plant dan timbangan digital berkapasitas 10 kg di bagian sortir dan canning.
  • 37. B. Sarana pendukung produksi a. Ruang kantor administrasi Ruang kantor administrasi letaknya terpisah dari unit produksi dan merupakan tempat aktivitas para karyawan, staf dan manager perusahaan untuk administrasi kantor. b. Gudang Gudang yang ada merupakan gudang kering. PT. Pan Putra Samudra mempunyai dua gudang yang terdiri dari gudang kaleng yang digunakan untuk penyimpanan kaleng, tutup kaleng, karton dan gudang yang digunakan untuk penyimpanan bahan kimia berupa sabun, chlorine dan pelumas. c. Laboraturium PT. Pan Putra Samudra menyediakan laboraturium dengan fasilitas pengujian dan kualifikasi tenaga kerja atau analisis yang memadai untuk mengadakan pengujian organoleptik, mikrobiologi dan chloramphenicol pada bahan baku dan produk akhir. d. Tenaga Listrik Sumber utama listrik di PT. Pan Putra Samudra berasal dari PLN dengan daya 350 kVA. PT. Pan Putra Samudra memiliki dua genset sebagai pengganti sumber listrik jika listrik dari PLN mati dengan daya masing-masing yaitu 350 kVA dan 500 kVA, tetapi hanya satu genset yang digunakan ketika listrik dari PLN mati. Kebutuhan listrik di PT. Pan Putra Samudra digunakan untuk penggunaan mesinproduksi, lampu penerangan dan kebutuhan administrasi lainnya.
  • 38. e. Sumber Air dan Saluran Air Sumber air merupakan bagian yang penting dalam proses pengalengan rajungan karena kualitas dan jumlah air yang dibutuhkan untuk proses mempengaruhi produk. Sumber air di PT. Pan Putra Samudra terdiri dari bak penampung air bersih dan sumur atau air tanah. Air dalam bak penampung air bersih diperoleh dari air yang dibeli dari daerah Lasem. Air tersebut digunakan untuk air proses dan sanitasi, sedangkan air dalam sumur digunakan untuk air toilet. Saluran air yang ada di PT. Pan Putra Samudra terdiri dari saluran air menuju ruang proses produksi, tank pasteurisasi, dan toilet. f. Saluran Pembuangan Air Saluran pembuangan air merupakan salah satu sarana yang penting pada proses pengalengan rajungan di PT. Pan Putra Samudra karena berfungsi untuk membuang air sanitasi dan sisa air produksi. Saluran pembuangan air di PT. Pan Putra Samudra dibagi menjadi dua bagian yaitu saluran pembuangan air dari ruang receiving dan sanitasi menuju sungai yang berada di sebelah timur pabrik dan saluran pembuangan air dari ruang proses menuju laut yang berada di belakang pabrik. C. Peralatan penunjang produksi Proses produksi pengalengan rajungan membutuhkan beberapa peralatan untuk menunjang kegiatan produksi. PT. Pan Putra Samudra mempunyai beberapa peralatan yang digunakan dalam produksi pengalengan rajungan yaitu keranjang yang terdiri dari keranjang plastik dan stainless steel, lori, meja stainless steel,
  • 39. toples plastik, nampan plastik, ember, blong, pisau satinless steel, pinset, kompresor, water spray, thermocouple, control panel, dan pallet plastik. 4.2.2 Prasarana Prasarana merupakan fasilitas yang menunjang dan melengkapi sarana. Prasarana yang dimiliki PT. Pan Putra Samudra meliputi: a) Transportasi Prasarana transportasi di PT. Pan Putra Samudra menggunakan mobil box untuk mengangkut bahan baku, mobil untuk mengantar karyawan yang rumahnya jauh dari perusahaan ketika pulang lembur, mobil untuk transportasi manager dan motor untuk transportasi supervisor. b) Komunikasi Alat komunikasi yang digunakan di PT. Pan Putra Samudra yaitu dengan menggunakan telepon untuk memperlancar kegiatan produksi dan pemasaran, handphone yang digunakan oleh seluruh pegawai untuk memperlancar penjagaan keamanan dan faximale yang ada pada kantor untuk kegiatan administrasi surat menyurat. 4.3 Tata Letak Perusahaan 4.3.1 Lokasi Perusahaan Nurdiansyah (2010) mengatakan bahwa lokasi suatu perusahaan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi jalur keluar dan masuk barang yang mendukung produksi serta kegiatan lainnya. PT. Pan Putra Samudra mempunyai lokasi yang cukup strategis karena berada di jalur pantura sehingga
  • 40. dapat mempermudah pengiriman bahan baku dan melakukan pendistribusian produk. Mudah dalam menyerap tenaga kerja karena lokasi perusahaan yang cukup dekat pemukiman penduduk. Selain itu fasilitas publik seperti komunikasi dapat dijangkau dengan mudah. Terdapat fasilitas penyediaan listrik dari PLN dan dekat dengan PDAM yang berasal dari daerah Lasem yang digunakan untuk proses pengalengan rajungan. Lokasi perusahaan yang dekat dengan sungai mempermudah pembuangan limbah cair yang telah ditreatment terlebih dahulu. 4.3.2 Skema Ruang Produksi Skema ruang produksi pengalengan rajungan PT. Pan Putra Samudra secara garis besar dibagi menjadi tujuh bagian, yaitu: 1. Ruang penerimaan bahan baku 2. Ruang sanitasi 3. Ruang untuk proses sortasi, canning sampai dengan proses seaming 4. Ruang untuk proses coding 5. Ruang untuk proses pasteurisasi 6. Gudang penyimpanan es 7. Ruang untuk proses pengepakan dan penyimpanan produk Skema ruang produksi pengalengan rajungan PT. Pan Putra Samudra dapat dilihat pada Lampiran 2.
  • 41. 4.4 Proses Pengalengan Rajungan di PT. Pan Putra Samudra Proses pengalengan rajungan di PT. Pan Putra Samudra terdiri dari beberapa tahapan proses. Produksi diawali dengan tahap penerimaan bahan baku. Bahan baku yang diterima berupa daging rajungan rebus yang dikemas dalam wadah toples, plastik maupun mika. Setiap satu wadah berisi jenis daging rajungan yang sama. Tahapan penerimaan bahan baku dilakukan penimbangan daging rajungan yang diterima dari supplier, pemisahan daging rajungan berdasarkan jenis dan pengecekan oraganoleptik meliputi warna, tekstur, bau dan rasa. Setelah dilakukan pengecekan organoleptik, bahan baku diproses ke tahap sortasi. Tahap sortasi daging rajungan dibedakan menjadi tiga bagian yaitu sortasi daging jumbo, claw meat dan blacklight. Sortasi daging jumbo untuk sortasi jenis daging jumbo, sortasi claw meat untuk sortasi jenis daging rajungan claw meat sedangkan blackligth untuk sortasi jenis daging rajungan special dan flower. Tujuan tahap sortasi adalah untuk mendapatkan daging rajungan dengan jenis, ukuran dan mutu yang seragam. Tahapan selanjutnya adalah proses pengalengan (canning). Ada berbagai proses yang dilakukan pada tahap canning. Proses pertama yaitu bahan baku harus melewati metal detector yang berfungsi untuk mendeteksi keberadaan fragmentlogam di dalam daging. Jika daging dinyatakan tidak mengandung fragment logam maka dilanjutkan ke tahap pencampuran (mixing). Pencampuran daging dilakukan berdasarkan permintaan buyer. Daging rajungan yang telah dicampur selanjutnya dimasukkan ke dalam kaleng atau plastic cup yang
  • 42. sebelumnya telah dibersihkan dan diberi kode serta ditambahkan Sodium Acid Pyrophosphate (SAPP). Proses terakhir pada tahap canning adalah penimbangan. Tahapan setelah proses canning adalah proses seaming yaitu penutupan kaleng atau plastic cup. Proses seaming dilakukan dengan menggunakan mesin seamer semi otomatis. Kaleng atau plastic cup yang telah ditutup selanjutnya dibawa ke ruang pasteurisasi untuk dipasteurisasi. Pasteurisasi dilakukan untuk membunuh mikroorganisme patogen untuk memperpanjang masa simpan rajungan kaleng atau plastic cup. Proses berikutnya setelah pasteurisasi adalah proses pendinginan. Rahardjo (2010) mengatakan bahwa pasteurisasi tidak mematikan semua mikroorganisme, tetapi hanya yang bersifat patogen dan tidak membentuk spora. Oleh karena itu, proses pasteurisasi sering diikuti dengan proses lain seperti pendinginan. Produk yang telah melalui proses pasteurisasi dan pendinginan selanjutnya dikemas ke dalam Master Carton (MC). Proses terakhir adalah penyimpanan produk di dalam cold storage dengan suhu 0 °C - 3,3 °C. Hal ini sesuai dengan SNI 6929.3:2010 bahwa penyimpanan daging rajungan kaleng pada penyimpanan suhu dingindengan tetap menjaga suhu produk 0 °C - 5 °C. 4.5 Persyaratan Kelayakan Dasar dalam Penerapan HACCP di PT. Pan Putra Samudra Persyaratan dasar dalam penerapan HACCP meliputi Good Manufacturing Practices (GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP).
  • 43. 4.5.1 Good Manufacturing Practices (GMP) Sarwono (2007) mengatakan bahwa GMP merupakan rencana produksi yang baik. GMP dilakukan mulai dari penerimaan sampai dengan produk didistribusikan kepada konsumen. Hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan konsumen jika membeli dan/atau mengkonsumsi pangan. Prosedur Good Manufacturing Practices (GMP) atau bagaimana cara berproduksi yang baik yang diterapkan di PT. Pan Putra Samudra adapun: a. Penerimaan Bahan Baku (Receiving Raw Material) Proses penerimaan bahan baku dilakukan penimbangan daging menggunakan timbangan digital dengan kapasitas 300 kg untuk mengetahui kesesuaian berat bahan baku dengan surat jalan yang diterima dari mini plant. Surat jalan yang diterima dari mini plant berisi keterangan antara lain nama/asal mini plant, tanggal produksi, tanggal pengiriman, jenis daging bahan baku dan berat/jumlah tiap jenis daging. Bahan baku yang diterima ditangani secara hati- hati, cepat, cermat, dan bersih. Proses penerimaan bahan baku juga dilakukan uji organoleptik. Perusahaan memiliki standar yang sudah sesuai dengan standar dari BSN (2010b) dalam pengujian organoleptik. Persyaratan bahan baku daging rajungan menurut BSN (2010b) yaitu secara organoleptik bahan baku harus mempunyai karakteristik kesegaran sekurang-kurangnya sebagai berikut: kenampakan utuh, bersih dancemerlang; bau segar, spesifik rajungan; tekstur padat dan kompak. Persyaratan secara umum bahan baku tidakboleh berasal dari perairan yang tercemar oleh pencemaran kimia, biologi dan fisika.
  • 44. Selain pengujian organoleptik perusahaan juga melakukan uji mikrobiologi dan uji kimia (kandungan chloramphenicol) yang dilakukan oleh analis laboraturium perusahaan. Standar yang digunakan untuk uji mikrobiologi bahan baku daging rajungan di PT. Pan Putra Samudra adalah Aerob Plate Count (APC) maksimal 105 cfu/gr. Hasil pengujian mikrobiologi bahan baku dicatat dalam form khusus dari perusahaan. Contoh form hasil pengujian mikrobiologi bahan baku dapat dilihat pada Lampiran 4. Sedangkan untuk uji kimiabahan baku mengandung chloramphenicol maksimal 0,150 ppb, standar ini lebih kecil dibandingkan standar dari Food and Drugs Administration (FDA) yaitu 0,200 ppb. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam pengujian. Hasil pengujian kandungan chloramphenicol tersebut dicatat dalam form khusus dari perusahaan. Contoh form hasil pengujian kandungan chloramphenicol dapat dilihat pada Lampiran 5. Proses penerimaan bahan baku juga dilakukan pengecekan suhu pusat daging rajungan dengan thermocouple, standar suhu pusat daging yang ditetapkan perusahaan yaitu 0 oC - 3,3 oC. b. Sortasi Dilakukan pengecekan sensori oleh quality controlpada proses sortasi.Penyortiran daging rajungan dilakukan dengan menggunakan pinset yang terbuat dari bahan stainless stell. Setiap meja sortasi disediakan bak yang berisi air dan larutan QT-50 2,2 % untuk mencuci tangan. Proses sortasi dilakukan dengan cepat dan cermat untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Selama proses sortasi karyawan tidak diperbolehkan bicara, makan atau minum.
  • 45. Bahan baku diberi es baik sebelum, selama dan setelah proses sortir untuk mempertahankan suhu daging yaitu maksimal 5 oC. Hal ini sesuai dengan pengolahan daging rajungan pasteurisasi dalam kaleng menurut SNI 6929.3:2010 yaitu suhu daging rajungan pada tahap sortasi dipertahankan pada suhu 0oC - 5oC. Pemberian es dilakukan dengan cara meletakkan es di bawah nampan sortir dengan tujuan agar es tidak kontak langsung dengan produk dan membasahi produk. Daging rajungan yang mengantri untuk disortasi disimpan dalam chill storage dengan suhu 0 oC - 3,3 oC. Contoh daging rajungan sebelum dan setelah disortasi dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Daging Rajungan Jumbo (A) Sebelum disotasi (B) Setelah disortasi c. Pencampuran (Mixing) Daging rajungan yang akan diproses ke dalam tahapan mixing harus melewati metal detector untuk mendeteksi keberadaan fragmen logam. Hasil pengecekan keberadaan logam dicatat dalam form khusus dari perusahaan. Contoh form hasil pendeteksian logam dapat dilihat pada Lampiran 6. Proses pencampuran dilakukan di atas nampan dimana di bagian bawah wadah terdapat es curah yang diletakkan di atas meja proses yang ditutupi plastik. Hal ini bertujuan untuk menjaga suhu daging rajungan.
  • 46. Daging dipisahkan menurut jenisnya kemudian dicampur dengan jenis daging yang sama dari berbagai mini plant untuk menyamakan jenis, ukuran dan menyeragamkan kondisi daging agar diperoleh mutu daging yang seragam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Akhmadi (2006) bahwa proses mixing merupakan pencampuran dari berbagai pemasok untuk mendapatkan kualitas daging yang baik. Pencampuran daging disesuaikan dengan permintaan buyer dimana hasil pencampuran tersebut dijadikan jenis daging dalam brand yang diminta oleh buyer. Quality control mencatat jam mixing dan asal daging (mini plant). d. Pengalengan (Canning) Proses pengalengan dibagi menjadi tiga tahapan yaitu pengkodean kaleng atau plastic cup, pengisian dalam kaleng atau plastic cup dan penimbangan.Kaleng atau plastic cupyang akan diberi kode disortir dan dibersihkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengkodean. Penyortiran kaleng atau plastic cup dilakukan di dalam gudang kering oleh bagian pergudangan. Penyortiran kaleng atau plastic cup dilakukan dengan memisahkan kaleng atau plastic cup yang rusak atau penyok dengan kaleng atau plastic cup yang baik atau sempurna. Kaleng atau plastic cup yang baik atau sempurna dimasukkan ke dalam keranjang kemudian dibawa ke ruang pengkodean dengan menggunakan lori. Kaleng dibersihkan dari kotoran atau benda asing dengan menggunakan kompresor. Kemudian bagian bawah kaleng atau plastic cup diberi kode dengan mesin inkjet printing. Kode pada kaleng atau plastic cup disesuaikan dengan jenis brand buyer. Kode tersebut menyebutkan informasi tentang kode Negara, kode plant, jenis daging, kode mixing, kode basket pasteurisasi dan kode tahun.
  • 47. Pemeriksaan hasil pengkodean dilakukan oleh operator mesin, jika terjadi kesalahan dalam pengkodean maka dilakukan penghapusan kode dengan menggunakan cleaner. Kaleng atau plastic cup yang telah diberi kode ditimbang terlebih dahulu menggunakan timbangan digital berkapasitas 10 kg sebelum dilakukan pengisian. Timbangan yang digunakan dikalibrasi setiap sebelum dan pada saat digunakan yaitu setiap penimbangan 80 kaleng serta setelah digunakan. Pengisian daging rajungan ke dalam kaleng atau plastic cup dilakukan secara manual. Pengisian disesuaikan dengan jenis daging yang diminta oleh buyer. Pengisian dilakukan dengan cepat agar daging rajungan tidak mengalami kemunduran mutu dan dilakukan dengan cermat agar jenis dan ukuran daging yang dimasukkan sesuai dengan ketentuan. Bagian bawah kaleng atau plastic cup diberi es curah yang disusun rapi pada setiap meja pada saat proses pengisian daging rajungan untuk tetap menjaga suhu produk. Pengisian daging colossal dan jumbo dalam kaleng atau plastic cup disusun rapi dari atas hingga bawah dengan jumlah yang tidak melebihi ketentuan. Misalnya daging colossal maksimal 45 pcs/lb dan jumbo maksimal 110 pcs/lb. Setiap kemasan kaleng atau plastic cup diberi Sodium Acid Pyrophosphate (SAPP) bubuk dengan cara mengisi daging rajungan setengah bagian kemasan kemudian ditambahkan SAPP sebanyak 1 - 1,4 gram dan diisi daging rajungan lagi sampai penuh. Tujuan penambahan SAPP adalah untuk mempertahankan warna daging rajungan dan mengurangi kehilangan cairan pada daging. Akhmadi
  • 48. (2006) mengatakan bahwa fungsi SAPP adalah sebagai pencegah terbentuknya warna biru (blueing). Dilakukan penimbangan akhir setelah pengisian daging selesai agar tidak terjadi kekurangan maupun kelebihan isi dalam kemasan kaleng atau plastic cup. Apabila hasil timbangan lebih berat dari berat yang sudah ditentukan yaitu 454- 456 gram/lb maka dilakukan pengurangan daging dan apabila berat kurang maka dilakukan penambahan daging. Contoh daging rajungan dalam kemasan kaleng dan plastic cup dapat dilihat pada gambar 4.2 dan 4.3. Gambar 4.2. Daging Rajungan dalam Kaleng (A) Special (B) Cocktail (C) Jumbo Gambar 4.3. Daging Rajungan Claw Meat dalam Plastic Cup e. Penutupan kaleng atau plastic cup (Seaming) Karyawan bagian seaming melakukan persiapan mesin dan pengujian hasil double seam sebelum melakukan penutupan kaleng atau cup plasctic. Tahap persiapan mesin yang dilakukan adalah pembersihan mesin dari sisa daging yang menempel dan pemberian bahan pelumas pada bagian roll mesin dimana pelumas yang dipakai bersifat food grade. Thaheer (2005) mengatakan bahwa pelumas,
  • 49. pembersih dan bahan dasar peralatan secara keseluruhan harus memiliki klasifikasi food grade. Jika diketahui terjadi kerusakan pada mesin seamer maka dilakukan perbaikan. Pengujian double seam perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan selama proses seaming atau kebocoran pada produk akibat seaming. Pengujian hasil double seam dilakukan setiap dua jam atau setiap penutupan 400 kaleng atau plastic cup. Pengujian tersebutmeliputi tinggi kaleng, countersink (kedalaman tutup kaleng), flange length (bibir kaleng), seam thickness (ketebalan seam), seam width (lebar seam), body hook (kait badan), cover hook (kait depan), free winkle (kerutan kaleng) dan overlap. Setiap parameter tersebut dicek menggunakan alat khusus seperti digital caliper yaitu alat untuk mengukur tinggi kaleng,micrometer sekrup yaitu alat untuk mengukur seam thickness, seam width, body hook, cover hook dan deal indicator yaitu alat untuk mengukur counter sink. Hasil pengecekan double seam dicatat dalam form khusus dari perusahaan. Contoh form hasil pengecekan penutupan kaleng dapat dilihat pada Lampiran 7. Penutupan kaleng atau plastic cup dilakukan dengan hati-hati dan teliti. Kaleng atau plastic cup yang akan diseaming diletakkan di atas basket yang dasarnya diberi es curah. Hal ini bertujuan untuk menjaga suhu produk dalam kaleng atau plastic cup agar tidak mengalami kemunduran mutu. f. Pasteurisasi Pasteurisasi adalah pemanasan untuk memperpanjang umur simpan bahan pangan dengan suhu di bawah 100 oC yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme seperti bakteri, kapang dan jamur serta menginaktivasi enzim
  • 50. yang terdapat dalam pangan itu sendiri (Sukasih dkk., 2009). Pasteurisasi di PT. Pan Putra Samudra dilakukan di dalam hot pasteurisasidengan menggunakan suhu 187 oF - 189 oF (86 oC - 87 oC) selama 140 menit untuk kaleng 16 oz, sedangkan pasteurisasi plastic cup 8 oz menggunakan suhu 183 oF - 185 oF selama 145 menit dan plastic cup 16 oz menggunakan suhu 183 oF - 185 oF selama 155 menit. Tank pasteurisasi dibersihkan dari kotoran sebelum proses pasteurisasi dilakukan, kemudian diisi air bersih. Dilakukan pemanasan air dalam tank dengan suhu sesuai dengan suhu pasteurisasi yang telah ditetapkan selama 30 menit. Proses pasteurisasi dilakukan dengan cara memasukkan keranjang yang berisi kaleng atau plastic cup hasil penutupan (seaming) ke dalam tank pasteurisasi yang telah berisi air bersih, kemudian ditutup dengan penutupnya. Proses pasteurisasi dilakukan dalam tiga buah tank pasteurisasi dengan kapasitas 10 keranjang stainless steel setiap tank. Selama proses pasteurisasi dilakukan pengukuran suhu tank pasteurisasi setiap lima menit untuk mengetahui penyimpangan suhu pada saat proses pasteurisasi berlangsung. Hasil pengukuran suhu tersebut dicatat dalam form khusus dari perusahaan. Contoh form pengecekan suhu tank pateurisasi dapat dilihat pada Lampiran 8. Selain melakukan pengukuran suhu hot tank juga dilakukan pengukuran suhu pusat daging setiap lima menit. Pengukuran suhu pusat daging dilakukan dengan cara menyiapkan empat kaleng atau plastic cup yang diberi lubang pada bagian tengah kemasan dan dipasang dengan jarum yang dihubungkan dengan thermocouple dimana suhu daging terkontrol oleh komputer setiap menit.
  • 51. g. Pendinginan Proses pendinginan dilakukan segera setelah produk dipasteurisasi. Sebelum proses pendinginan dilakukan, persiapan yang harus dilakukan adalah pembersihan tank pendinginan dari kotoran kemudian pengisian air dan es curah. Selain itu juga dilakukan pemberian chlorine 3 - 5 ppm untuk meminimalkan mikroba yang ada dalam tank pendinginantersebut. PT. Pan Putra Samudra menggunakan tiga buah tank untuk proses pendinginan produknya. Proses pendinginan dilakukan dengan suhu 32 oF - 38 oF selama 120 menit. Pada tank pendinginan juga dialiri gas yang berasal dari kompresor untuk meratakan suhu. Proses pendinginan berfungsi untuk membunuh bakteri thermofilik yang belum mati (Akhmadi, 2006). Adawyah (2008) menambahkan bahwa bakteri yang masih bertahan hidup akan mati dengan proses pendinginan. Selain itu pada proses pendinginan juga dilakukan pemantauan suhu air setiap lima menit dengan menggunakan termometer kemudian hasil pemantauan tersebut dicatat dalam form khusus dari perusahaan. Contoh form pengecekan suhu tank pendinginan dapat dilihat pada Lampiran 8. h. Pengepakan (Packing) Pengepakan dilakukan setelah produk dikeluarkan dari cold tank. Proses pengepakan dilakukan dengan cepat dan hati-hati di dalam ruangan pada suhu maksimal 20 oC. Suhu ruangan tersebut dicek setiap satu jam oleh karyawan bagian pengepakan dan dicatat dalam form khusus dari perusahaan. Contoh form pengecekan suhu ruang pengepakan dapat dilihat pada Lampiran 9. Produk dikemas dalam Master Carton (MC) yang sudah diberi kode. Kode tersebut harus
  • 52. berurutan sesuai dengan jenis daging dan brand buyer. Satu master carton diisi dengan enam atau 12 kaleng atau plastic cup sesuai dengan ketetapan dari buyer. Setelah produk dimasukkan ke dalam MC kemudian ditutup dengan lakban dan MC tersebut diberi label atau stiker yang memberi informasi tentang jenis produk, kode produksi dan brand. i. Penyimpanan Penyimpanan dilakukan dalam cold storage dengan suhu 0 oC - 3,3 oC. Penyimpanan produk menggunakan sistem FIFO (First In First Out) yaitu sistem dimana produk yang masuk pertama akan pertama keluar. Hal ini memudahkan pembongkaran ketika proses distribusi. BSN (2010c) mengatakan bahwa penataan produk rajungan kaleng dalam ruang penyimpanan diatur sehingga memudahkan pembongkaran. Penyusunan produk dalam cold storage dilakukan dengan cara menumpuk master carton dengan jenis produk dan brand yang sama seperti menumpuk batu bata dan diberi jarak antara dinding dengan master carton agar terjadi pemerataan suhu dan memperlancar sirkulasi udara dingin selama penyimpanan. Suhu di dalam cold storage tersebut dicek setiap satu jam oleh petugas penyimpanan dan dicatat dalam form khusus dari perusahaan. Contoh form hasil pengecekan suhu cold storage dapat dilihat pada Lampiran 10. j. Distribusi Proses distribusi dilakukan jika ada permintaan dari buyer. Jumlah produk di dalam cold storage yang akan diekspor dicek oleh supervisor stuffing sebelum dilakukan proses distribusi. Selain itu dilakukan pengujian sensori, mikrobiologi,
  • 53. dan chloramphenicol oleh analis laboraturium terhadap produk sebelum diekspor dan dicatat hasilnya dalam form khusus dari perusahaan. Contoh form pengujian sensori, mikrobiologi dan chloramphenicol produk dapat dilihat masing-masing pada Lampiran 11, 12 dan 13. Pengujian tersebut dilakukan untuk mengajukan sertifikat ekspor. Distribusi dilakukan dengan menggunakan kontainer berefrigerasi yang berukuran 20 feet (2200 MC) atau 40 feet (3225 MC). Sebelum memasukkan produk ke dalam kontainer, supervirsor stuffing (pengangkutan) melakukan pengecekan terhadap kondisi kontainer dengan melihat tahun pembuatan kontainer dan monitor penunjuk suhu dalam kontainer. Produk dapat dimasukkan ke dalam kontainer setelah kondisi kontainerdinyatakan baik. Produk di dalam kontainer disusun berdasarkan jenis produk (colossal, jumbo, dan lain-lain) dan nomor urut master carton yang sesuai dengan rancangan penyusunan produk di dalam kontainer yang dibuat oleh supervisor stuffing. Penataan master carton dalam kontainer menggunakan metode 7 - 6 yaitu peletakan tujuh master carton pada dasar kontainer kemudian diletakkan enam master carton di atasnya atau metode 11-10 yaitu peletakan 11 master carton pada dasar kontainer kemudian diletakkan 10 master carton di atasnya. Metode penyusunan 11-10 digunakan untuk produk plastic cup yang berukuran 16 oz sedangkan metode penyusunan 7-6 digunakan untuk produk kaleng 16 oz maupun produk plastic cup 8 oz. Suhu kontainer selama proses pengangkutan dipertahankan pada suhu 0oC.
  • 54. 4.5.2 Sanitation Standard Operating Prosedure (SSOP) Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) adalah salah satu persyaratan kelayakan dasar yang bertujuan untuk melakukan pengawasan terhadap kondisi sanitasi lingkungan agar prosedur yang dihasilkan aman berkaitan dengan semua sarana pengolahan, sarana kebersihan, personil dan lingkungan di Unit Pengolah Ikan (Susianawati, 2006). Sarwono (2007) menambahkan bahwa Sanitation Standard Operating Procedure mencakup aspek penting yang disyaratkan dalammemproduksi pangan mulai dari lokasi industri, lingkungan, bangunan, bahanbangunan, fasilitas, peralatan, karyawan produksi, penerimaan bahan danpengecekan kebersihan lingkungan perusahaan. Sanitation Standard Operating Prosedure (SSOP) atau prosedur operasi standar sanitasi yang diterapkan di PT. Pan Putra Samudra sebagai berikut: a. Keamanan Air dan Es Air yang digunakan dalam proses produksi pengalengan rajungan di PT. Pan Putra Samudra adalah air yang berasal dari air tanah yang telah dilakukan treatment dengan reserve osmosis (RO) dan air PDAM dari daerah Lasem yang telah teruji aman untuk digunakan. Penggunaan air telah memenuhi persyaratan, baik air yang digunakan untuk proses produksi, cuci tangan, cuci kaki, peralatan, lantai dan sebagainya. Darwis (2012) mengatakan bahwa air yang kontak langsung dengan pangan atau peralatan dan digunakan dalam proses produksi harus aman dan bersumber dari air bersih atau telah mengalami perlakuan terlebih dahulu (treatment).
  • 55. Es yang digunakan untuk proses produksi pengalengan rajungan di PT. Pan Putra Samudra dibeli dari pabrik es yang berada di sekitar daerah Rembang. Es tersebut terbuat dari air bersih dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Hariadi (1994) mengatakan bahwa es harus terbuat dari air bersih. Es berbentuk balok dan sebelum digunakan dihancurkan terlebih dahulu dengan mesin penghancur es. Pemeriksaan terhadap kualitas air dan es dilakukan oleh Dinas Perikanan dan Dinas Kesehatan Semarang setiap enam bulan. Sedangkan pengujian kualitas air dan es oleh perusahaan dilakukan setiap satu bulan. b. Kebersihan Permukaan yang Kontak Langsung dengan Pangan Peralatan yang digunakan pada proses produksidi PT. Pan Putra Samudra seperti meja kerja, toples, keranjang, nampan dan pisau merupakan peralatan yang halus, tahan air dan anti karat. Sanitasi peralatan dilakukan sebelum dan setelah proses oleh karyawan sanitasi.Sanitasi meja kerja dilakukan dengan cara menyemprot meja menggunakan air yang dicampurchlorine 100 ppm. Thaheer (2005) mengatakan bahwa penggunaan chlorine untuk permukaan yang kontak langsung dengan pangan adalah 100-200 ppm. Peralatan toples, keranjang, nampan dan pisau dicuci menggunakan air tawar, kemudian dicuci dengan larutan bloom sebagai pengganti detergen dan terakhir dicuci menggunakan campuran air dan larutan QT-50 sebanyak 2,2 %. Tujuan dari pencucian peralatan adalah untuk mengilangkan kotoran, daging rajungan yang menempel dan menghilangkan bakteri.
  • 56. c. Pencegahan Kontaminasi Silang Sarwono (2007) mengatakan bahwa tata letak ruang produksi berhubungan erat dengan kontaminasi silang terhadap pangan. Ruang produksi di PT. Pan Putra Samudra diberi sekat untuk setiap ruang proses seperti ruang penerimaan bahan baku, sortasi, canning, seaming, pasteurisasi, pengepakan dan penyimpanan sehingga dapat meminimalkan terjadinya kontaminasi silang dan tidak menggangu kelancaran serta aktivitas karyawan. Ramadhani (2013) mengatakan bahwa kontaminasi yang paling potensial bersumber dari karyawan. Oleh karena itu, karyawan diharuskan menggunakan perlengkapan kerja yaitu pakaian kerja, masker, sarung tangan, penutup kepala dan alas kaki karyawan setiap memasuki ruang proses. Pakaian kerja yang dipakai karyawan terdiri dari tiga jenis warna yaitu biru, orange dan ungu. Pakaian kerja warna biru dipakai pada hari Senin, Selasa, Jum’at dan Sabtu dan warna orange dipakai pada hari hari Rabu dan Kamis. Pakaian kerja warna ungu merupakan pakaian yang hanya dimiliki dan dipakai oleh karyawan sanitasi. Pakaian pekerja harus dicuci sendiri oleh karyawan setiap hari. Sedangkan pakaian kerja supervisor, quality control, quality assurance dan manager berwarna putih dan PT. Pan Putra Samudra menyediakan fasilitas laundry untuk mencuci pakaian tersebut. Masker dan penutup kepala yang dipakai karyawan terbuat dari bahan yang bisa digunakan berulang kali sehingga karyawan tidak perlu mengganti setiap hari tetapi hanya dicuci setiap hari. Sedangkan sarung tangan karyawan diberikan oleh petugas sanitasi setiap hari kepada karyawan sebelum memasuki
  • 57. ruang produksi. Apabila sarung tangan kotor, harus diganti dan karyawan meminta sarung tangan baru kepada petugas sanitasi. Selain itu, petugas sanitasi mengecek kelengkapan dan kebersihan pakaian karyawan sebelum memasuki ruang produksi. Setiap seminggu sekali dilakukan pengecekan terhadap kuku oleh petugas sanitasi terhadap karyawan. Karyawan juga dilarang menggunakan kosmetik karena pada kosmetik terdapat bahan kimia yang dapat mengkontaminasi produk dan untuk mengantisipasinya karyawan harus mencuci muka terlebih dahulu sebelum memasuki ruang produksi. Alas kaki karyawan juga harus dicuci dengan sabun sebelum memasuki ruang produksi dan harus melewati footbath yang berisi air dengan chlorine 200 ppm. Ketika karyawan keluar dari ruang produksi atau ke toilet, karyawan harus melepas pakaian kerja, masker, penutup kepala dan sarung tangan. Karyawan harus mencuci tangan sebelum dan setelah ke toilet, kemudian karyawan memakai perlengkapan kerjanya kembali dan memasuki ruang proses melalui footbath yang berisi air dengan chlorine 200 ppm. d. Fasilitas cuci tangan, sanitasi dan toilet Fasilitas cuci tangan di PT. Pan Putra Samudra ditempatkan di tempat yang mudah dijangkau seperti di sebelah pintu masuk ruang produksi, di dalam ruang produksi dan di sebelah toilet. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan sabun cair untuk cuci tangan tetapi tidak terdapat pengering atau blower dan lap tangan. Sedangkan fasilitasfootbath ditempatkan sebelum memasuki ruang
  • 58. produksi, sebelum memasuki ruang pasteurisasi dan sebelum memasuki ruang pengepakan. Toilet berjumlah enam buah yang terbagi menjadi tiga toilet pria dan tiga toilet wanita. Toilet terletak di luar ruang produksitetapi tidak dilengkapi dengan sabun dan lap tangan. Toilet selalu dijaga kebersihannya oleh petugas sanitasi, diberi tempat sampah di sepanjang toilet dan sebelum masuk toilet terdapat bak untuk cuci alas kaki dan tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun cair. Karyawan yang keluar dari toilet diwajibkan untuk cuci tangan dan cuci alas kaki. Jumlah toilet yang ada belum mencukupi untuk jumlah karyawan yang mencapai 250 orang. Seharusnya jumlah toilet disesuaikan dengan jumlah karyawan yaitu sebanyak 12 toilet. Winarno dan Surono (2002) mengatakan bahwa jumlah toilet yang dianjurkan untuk 100 orang karyawan adalah lima toilet. Sehingga perlu diadakan pembangunan toilet tambahandi PT. Pan Putra Samudra untuk menghindari terjadinya antrian karyawan di toilet yang akan menghambat proses produksi. e. Pelabelan dan Penyimpanan Bahan Kimia Bahan kimia, pembersih dan sanitaizer disimpan terpisah dari ruang pengolahan di PT. Pan Putra Samudra sehingga tidak mengakibatkan terjadinya kontaminasi dengan produk. Bahan kimia diberi label sesuai dengan merek masing-masing dan disimpan dengan baik di dalam ruangan khusus. Nurdiansyah (2010) mengatakan bahwa pemberian label pada bahan-bahan kimia penting untuk dilakukan guna mencegah kesalahan dan memonitor penggunaan. Bahan
  • 59. pembersih dan sanitaizer disimpan dalam ruang sanitasi dan diberi label, untuk cara penggunaan ditempel di ruang sanitasi. f. Pengendalian Hama Hama yang biasa terdapat dalam industri pangan dan memerlukan pengendalian adalah binatang pengerat seperti tikus, serta beberapa macam serangga seperti nyamuk, kecoa, semut, lalat dan lebah (Thaheer, 2005). PT. Pan Putra Samudra menggunakan alat yang berbeda untuk mengendalikan binatang pengerat dan serangga di dalam dan di luar ruang produksi. Pengendalian serangga di luar ruang produksi dengan memasang insect killer pada pintu masuk dan di dekat ruang penerimaan bahan baku, sedangkan di dalam bangunan dipasang Fliestop Stationpada pintu masuk ruang produksi, sisi pintu area receiving dan sisi pintu ruang pasteurisasi. Pengendalian tikus di dalam dan di luar bangunan juga menggunakan metode yang berbeda. Pengendalian tikus di luar bangunan menggunakan metode pengumpanan. Umpan yang dipasang adalah jenis racun kronis anticoagulant berbentuk batangan yang ditempatkan pada wadah khusus yaitu Rodent Bait Station (RBS). RBS yang terpasang di luar bangunan sebanyak 20 titik, dimana jarak antara titik satu dengan titik lain adalah 15 meter. Pengendalian tikus di area dalam bangunan adalah dengan menggunakan Pest Glue Trap (PGT) yang ditempatkan di sepanjang dinding dengan jarak antara 10-15 meter dan sebanyak 14 titik. Pengendalian hama di dalam bangunan juga dengan melakukan penyemprotan atau fogging pada malam hari setiap satu bulan sekali.
  • 60. g. Penanganan Limbah Limbah yang dihasilkan dari proses pengalengan rajungan di PT. Pan Putra Samudra meliputi limbah cair dan padat. Limbah cair berasal dari air yang digunakan selama proses produksi dan berasal dari lelehan es yang digunakan selama rantai dingin. Penanganan limbah cair di dalam ruang produksi yaitu dengan cara membuat selokan kecil yang diatasnya terdapat celah-celah kecil sehingga limbah yang masuk hanya limbah cair. Selokan kecil di dalam ruang produksi juga dapat mencegah genangan air sehingga kontaminasi silang akibat percikan air di lantai dapat diatasi. Marriot and Gravani (2006) mengatakan bahwa dalam limbah cair masih terdapat banyak zat organik yang dapat menyebabkan mikroorganisme tumbuh subur dan jika dialirkan langsung ke perairan maka dapat meningkatkan unsur hara di perairan, sehingga terjadi blooming mikroorganisme yang dapat menurunkan kadar oksigen terlarut (BOD) dan meyebabkan ikan mati. PT. Pan Putra Samudra sudah melakukan treatment terhadap limbah cair yang dihasilkan sebelum dialirkan ke sungai. Sedangkan limbah padat yang dihasilkan berupa sisa shell, inner carton, master carton, plastik, mika dan kaleng yang sudah tidak terpakai. Penanganan limbah padat yang dilakukanoleh PT. Pan Putra Samudra adalah dengan menjual limbah tersebut. 4.6 Penerapan HACCP pada Pengalengan Rajungan Penerapan prinsip-prinsip HACCP pada PT. Pan Putra Samudra terdiri dari tugas-tugas sebagai berikut:
  • 61. 4.6.1 Pembentukan Tim HACCP Tim HACCP pada PT. Pan Putra Samudra terdiri multidisplin seperti manager produksi, quality assurance, kepala laboraturium, supervisor sanitasi, dan supervisor bagian produksi yaitu supervisorsortir dan canning. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dewanti dan Hariyadi (2013) bahwa tim HACCP terdiri dari anggota dengan latar belakang pendidikan dan/atau keahlian yang berbeda (multi disiplin). Quality Assurance (QA) termasuk dalam ketua tim HACCP, hal ini dikarenakan QA bertugas untuk mereview apakah HACCP yang diterapkan pada perusahaan sudah sesuai dengan apa yang direncanakan. Anggota tim HACCP PT. Pan Putra Samudra dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4.1. Tim HACCP PT. Pan Putra Samudra No. Nama Pendidikan Jabatan Pendidikan Non Formal 1. Daryana STIPER Pertanian- Semarang Manager QA dan Koordinator HACCP HACCP dari Kementerian Kelautan dan Perikanan 2. Ariefudin Sigit Universitas Gadjah Mada-Yogyakarta Asisten QA - 3. Daromi APRIKA-JEPARA Manager Produksi HACCP dari Kementerian Kelautan dan Perikanan 4. Agung Hendi P. STM Analisis- Semarang Kepala Laboraturium Sertifikat kepala laboraturium dari departemen perikanan dan sertifikat HACCP dari Kementerian Kelautan dan Perikanan 5. Muklis A. UMS-Surakarta Supervisor Sortir dan Canning - 6. Edi SMA-Rembang Supervisor Sanitasi - 7. Nur Hidayat SMA-Rembang Manager Mesin -
  • 62. 8. Ahmadi SMA-Rembang Supervisor Seaming - 9. Roni SMA-Rembang Supervisor Pasteurisasi - 10. Syaiful SMA-Rembang Kepala Pergundangan - 11. Gunawan APRIKA-Jepara Manager Lapangan - Sumber; PT. Pan Putra Samudra 4.6.2 Deskripsi Produk Langkah selanjutnya dalam penerapan HACCP adalah deskripsi produk. Codex (1997) mengatakan bahwa deskripsi produk menjelaskan tentang karakteristik produk, struktur kimia/fisik, perlakuan pengolahan, pengemasan, umur simpan, cara penyimpanan dan metode pendistribusian. Krisnawati (2002) mengatakan bahwa deskripsi produk yang jelas dapat mengontrol penanganan produk akhir dengan baik sehingga menghasilkan produk yang aman dikonsumsi. Deskripsi produk yang diproduksi oleh PT. Pan Putra Samudra dapat dilihat pada Tabel 4.2.
  • 63. Tabel 4.2. Deskripsi Produk 1 Nama Produk Daging Rajungan Pasteurisasi 2 Bahan Baku Rajungan (Portunus pelagicus) 3 Asal Bahan Baku Daging rajungan berasal dari supplier dan mini plant, yang ditangkap dari Pulau Jawa, Laut Sumatera dan Laut Bangka Belitung. 4 Penerimaan Bahan Baku Daging rajungan yang berasal dari supplier atau mini plant yang diangkut oleh truk, didalam bak fiber dengan ditambahkan es curah, suhu disarankan lebih rendah dari 4,4oC/40oF. Bahan baku langsung diproses atau disimpan pada suhu dingin (0o -3,3oC/32o -38o F) 5 Produk Akhir Pasteurized Crab meat (Pasteurisasi Daging Rajungan). 6 Bahan Tambahan Makanan SAPP (Sodium Acid Pyrophosphate) 7 Alur Proses Penerimaan, pengecekan mutu atau penyimpanan dingin, pensortiran, pensortiran akhir, pendeteksi metal, penerimaan SAPP, penerimaan kaleng dan tutup, plastic cup dan tutup, pencampuran, pengisian, penimbangan, penutupan, pasteurisasi, pendinginan, pengemasan dan pelabelan, penyimpanan dingin, pemuatan dan pengkapalan 8 Jenis kemasan a. Kaleng Bahan : tin plate Ukuran : 401x301 b. Plastic cup Bahan : R35C-01 (Polypropylene Random Copolymer) Ukuran : 307x300 (8 oz), 401x308 (16 oz) c. Master Carton dan Inner Carton Material : corrugated carton box/Karton Dimension : 410mmx305mmx87mm Gramature : 200 K/150/200K Wax coated outside/Pelapis lilin melapisi bagian luar 9 Saran Penyimpanan Disimpan di ruangan pendingin pada suhu 0oC- 3,3oC (32oF - 38oF) 10 Masa Kadaluarsa 18 bulan pada kondisi dingin 11 Label/Spesifikasi Nama dan jenis produk, kode produksi, berat bersih, dan ukuran kaleng atau plastic cup, kandungan isi kaleng atau plastic cup, saran penyimpanan, negara asal, nama distributor dan daftar bahan tambahan 12 Penggunaan Siap saji
  • 64. Produk yang dihasilkan adalah produk yang dapat menyebabkan alergi pada orang tertentu (orang yang alergi terhadap crustacean), karena produk berasal dari bahan baku yang tergolong allergen yaitu rajungan (Portunus pelagicus) 13 Pesan Pencegahan Kesalahan Penanganan Produk ini adalah dalam kaleng dan plastic cup dan biasanya pembeli merasa produk tersebut stabil dan mereka mungkin tidak menyimpannya dalam refrigerasi dan ini merupakan kesalahan penanganan. Semua packaging (kaleng, plastic cup, master carton, inner) terdapat tulisan “Keep Refrigerated” (simpan dalam suhu refrigerasi) untuk mencegah kesalahan penanganan yang mengakibatkan bahaya yang bisa timbul 14 Konsumen Masyarakat umum Sumber; PT. Pan Putra Samudra 4.6.3 Identifikasi Penggunaan Produk rajungan kaleng pada PT. Pan Putra Samudra mempunyai segmen pasar untuk masyarakat umum. Produk rajungan kaleng ini merupakan produk siap saji (ready to eat) tanpa harus diolah lagi. Produk rajungan kaleng dapat menyebabkan alergi pada orang tertentu karena berasal dari bahan baku yang tergolong allergen yaitu rajungan. Konsumen diminta untuk menyimpan produk tersebut pada suhu 0oC-3,3oC pada saran penggunaanya. Kesalahan penanganan terhadap produk tersebut yang mungkin dilakukan konsumen adalah tidak menyimpannya dalam refrigerator karena merasa produk tersebut stabil dalam kemasan kaleng atau plastic cup. BSN (1998) menjelaskan bahwa identifikasi penggunaan harus didasarkan pada kegunaan yang diharapkan dari produk oleh konsumen.
  • 65. 4.6.4 Penyusunan Diagram Alir Proses Penyusunan diagram alir dilakukan oleh tim HACCP. Diagram alir menggambarkan seluruh rangkaian langkah proses yang terjadi sejak penerimaan bahan baku sampai produk akhir didistribusikan. Sarwono (2007) mengatakan bahwa penyusunan diagram alir penting untuk menentukan tahapan operasional yang akan dikendalikan. Diagram alir proses pengalengan rajungan dapat dilihat pada Gambar 4.7. 4.6.5 Pemeriksaan Bagan Alir Proses Diagram alir yang telah disusun diverifikasi oleh tim HACCP dengan turun langsung ke lapangan. Apabila ditemukan adanya kekurangan maka diagram alir yang telah disusun diperbaiki sesuai dengan kondisi lapangan (Dewanti dan Hariyadi, 2013). Tahapan ini sangat penting untuk mencegah bagan alir proses yang telah ditetapkan tidak sesuai dengan bagan alir proses yang ada di lapangan karena dapat membuat manual HACCP yang telah dibuat tidak dapat dilaksanakan dengan benar. Seluruh proses pengalengan rajungan yang ada di PT. Pan Putra Samudra sudah sesuai dengan diagram alir proses sebagaimana tertera dalam HACCP plan.
  • 66. Gambar 4.4. Diagram Alir Proses (Sumber; PT. Pan Putra Samudra) 7. Penerimaan SAPP 5. Pendeteksian Logam Fe : 2 mm, Non Fe : 2.5mm SS : 3.5 mm 8. Penerimaan kaleng dan tutup,plastic cup dan tutup2. Pengecekan Mutu 4. Penyortiran Akhir 3. Penyortiran 6. Pencampuran 12. Pasteurisasi Kaleng: 1870 F – 1890 F 140menit, Plastic cup: 8 oz 183 o F – 185 o F 145 menit, 16 oz 155 menit 13. Pendinginan 320 F – 380 F, 120 menit menit 14. Pengemasan dan Pelabelan Penyimpanan dalam Gudang Kering Penyaringan Penyimpanan dalam Gudang Kering Penyortiran dan Pembersihan Pengkodean 11. Penutupan Kaleng Kaleng : OL min 1,1 mm Plastic cup : OL min 0,76mm 16. Pemuatan dan Pengkapalan 320 F – 380 F 15. Penyimpanan Dingin 320 F – 380 F SAPP Cair / Bubuk 1-1,4 g/lb (16 oz) Penyimpanan Dingin 320 F – 38 o F Diluar spec, benda asing, over shell Analisa Produk Basi, residu CAP di atas batas kritis Dikerjakan lagi Rijek Ok Tidak 9. Pengisian 10. Penimbangan 16 oz: 454 g, 8oz: 227 g Rilis Produk Penerimaan Bahan Baku
  • 67. 4.6.6 Analisis Bahaya Sarwono (2007) mengatakan bahwa bahaya adalah faktor biologis, kimia atau fisik di dalam makanan yang dapat merugikan kesehatan konsumen. Analisis bahaya dilakukan pada tiap tahapan proses pengalengan rajungan. Analisis bahaya pada proses pengalengan rajungan dilakukan untuk mengetahui terlebih dahulu faktor penyebab bahaya dan bahaya potensial yang ditimbulkan, kemudian mengkategorikan bahaya tersebut apakah termasuk biologi, kimia atau fisik dan menetapkan resiko atau signifikansi bahaya yang teridentifikasi serta menetapkan tindakan pencegahan. Analisis bahaya pada proses pengalengan rajungan di PT. Pan Putra Samudra terdapat padaLampiran 14 4.6.7 Penetapan Critical Control Point (CCP) Penetapan Critical Control Point pada setiap tahapan proses pengalengan rajungan di PT. Pan Putra Samudra menggunakan pohon keputusan atau descision tree. CCP ditetapkan pada setiap tahapan proses mulai dari penerimaan bahan baku hingga penyimpanan produk akhir. Penetapan CCP pada proses pengalengan rajungan di PT. Pan Putra Samudra dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Penetapan CCP dengan Pohon Keputusan Tahapan Proses Bahaya Potensial Nyata P1* (Y/T) P2* (Y/T) P3* (Y/T) P4* (Y/T) CCP 1. Penerimaan bahan baku chloramphenicol Ya Ya - - CCP 2. Sortasi Shell dan benda asing Ya Tidak Ya Ya Bukan CCP 3. Metal Detecting Fragmen logam Ya Ya - - CCP 4. Seaming Bakteri patogen Ya Ya - - CCP 5. Pasteurisasi Pertumbuhan bakteri patogen Ya Ya - - CCP
  • 68. 6. Pendinginan Pertumbuhan bakteri patogen Ya Ya - - Bukan CCP 7. Pengepakan Pertumbuhan bakteri patogen Ya Tidak Tidak - Bukan CCP 8. Penyimpanan Pertumbuhan bakteri patogen Ya Tidak Ya Tidak CCP Keterangan: * P1= Apakah ada tindakan pencegahan pada tahap ini atau tahap berikutnya terhadap bahaya yang teridentifikasi? * P2: Apakah tahap ini dirancang khusus untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya hingga tingkatan yang dapat diterima? * P3: Dapatkah kontaminasi bahaya terjadi melebihi tingkatan yang dapat diterima atau dapat meningkat hingga tingkatan yang tidak dapat diterima? * P4: Apakah tahap berikutnya dapat menghilangkan bahaya atau mengurangi keberadaannya hingga tingkatan yang dapat diterima Berdasarkan hasil identifikasi CCP didapatkan lima tahapan proses yang ditetapkan sebagai CCP yaitu: 1) Penerimaan bahan baku Proses penerimaan bahan baku merupakan CCP pertama, dimana potensi bahaya yang paling nyata adalah kontaminasi bahan antibiotik chloramphenicol. Residu chloramphenicol pada daging rajungan tidak dapat dihilangkan pada tahapan proses selanjutnya dan hanya dapat dilakukan tindakan pencegahan. Oleh karena itu pada tahap penerimaan bahan baku dilakukan pengujian kandungan chloramphenicol. Apabila daging rajungan sudah terdeteksi mengandung chloramphenicol yang melebihi standar yang ditetapkan perusahaan, maka dikhawatirkan pada produk akhir nanti terdeteksi kandungan chloramphenicol yang lebih tinggi. 2) Metal detecting Bahaya potensial nyata yang dapat terjadi pada tahap metal detectingadalah adanya kandungan logam (fragment logam) pada daging karena kontaminasi logam selama proses. Bahaya kandungan logam yang dimaksud
  • 69. adalah steples, peniti, jarum, atau karat pada peralatan seperti pisau yang kontak langsung dengan produk. Kandungan logam tidak dapat dihilangkan pada tahapan proses selanjutnya dan hanya dapat dilakukan pencegahan. Oleh karena itu diperlukan metal detector yang berfungsi untuk mendeteksi kandungan logam yang mungkin ada di dalam produk. Kandungan logam yang mungkin terdeteksi antara lain Fe, Ss, dan Cu. Jika logam tersebut masuk ke dalam tubuh dapat menggangu kesehatan. Keakuratan mesin metal detector sangat mempengaruhi deteksi logam pada daging, sehingga mesin harus selalu dikalibrasi sebelum dan setelah digunakan. 3) Seaming Bahaya yang terjadi pada tahapan ini adalah kontaminasi bakteri patogen yang disebabkan oleh kebocoran kaleng karena penutupan kaleng yang kurang sempurna. Proses seaming ditetapkan sebagai CCP karena tidak ada tahapan proses selanjutnya yang dapat memperbaiki kebocoran kaleng tetapi hanya dapat dicegah dengan melakukan pengawasan pada proses tersebut. 4) Pasteurisasi Bahaya yang mungkin terjadi pada tahap pasteurisasi adalah pertumbuhan bakteri patogen tahan panas dan pemasakan yang berlebihan (over cooking). Jika suhu dan lamanya pasteurisasi tidak sesuai standar maka berpotensi besar terhadap pertumbuhan bakteri patogen dalam produk yang dapat membahayakan konsumen jika mengkonsumsi produk tersebut, sehingga diperlukan pengontrolan suhu dan waktu selama proses pasteurisasi berlangsung. Pengaturan suhu dan lamanya pasteurisasi yang sesuai dengan standar dapat menghambat pertumbuhan
  • 70. atau membunuh bakteri patogen pada produk. Selain itu juga dapat mengurangi resiko kerusakan produk baik dari segi fisik (tekstur dan warna) maupun dari segi kimia (kandungan gizi produk). 5) Penyimpanan Potensi bahaya pada tahapan penyimpanan adalah pertumbuhan bakteri patogen yang disebabkan karena kurangnya pengontrolan suhu. Selain itu juga dapat disebabkan oleh fluktuasi suhu yang terjadi di dalam cold storage. Jika terjadi pertumbuhan bakteri patogen pada produk maka akan mengurangi bahkan merusak mutu produk tersebut. Oleh karena itu petugas stock atau penyimpanan perlu melakukan pengontrolan suhu cold storage. 4.6.8 Penetapan Batas Kritis (Critical Limit) Batas kritis merupakan batas toleransi yang harus dipenuhi pada setiap penetapan CCP untuk mengendalikan bahaya secara efektif. Batas ini tidak boleh terlampaui karena sudah merupakan toleransi yang menjamin bahwa bahaya dapat dikontrol serta menjamin kemanan produk yang dihasilkan (Sarwono, 2007). Dewanti dan Hariyadi (2010) menambahkan bahwa batas kritis memisahkan antara hal aman dengan tidak aman. Batas kritis yang ditetapkan oleh PT. Pan Putra Samudra dapat dilihat pada Tabel 4.4. Batas kritis tersebut mengacu pada standar yang ditetapkan oleh perusahaan dan standar yang ditetapkan oleh buyer.
  • 71. Tabel 4.4. Batas Kritis Tiap Critical Control Point (CCP) No. Tahapan Proses Batas Kritis 1. Penerimaan Bahan Baku Chloramphenicol: 0,150 ppb 2. Metal Detecting Fe : Minimal 2mm Non Fe : Minimal 2,5 mm Ss : Minimal 3,5 mm 3. Seaming Overlap : Minimal 1,10 mm Kerutan kaleng (tightness) : 70-100% 4. Pasteurisasi Kaleng : suhu 187oF – 189oF selama 140 menit Plastic cup : suhu 183oF -185oF selama 145 menit 5. Penyimpanan Suhu 0oC -3,3oC 4.6.9 Penentuan Prosedur Monitoring Badan Standarisasi Nasional (1998) menjelaskan bahwa monitoring merupakan pengamatan terjadwal dari CCP yang dibandingkan terhadap batas kritisnya (Dewanti dan Hariyadi, 2013) menambahkan bahwa prosedur pemantauan mencakup apa yang akan dipantau, siapa yang melakukan pemantauan, kapan dilakukan pemantauan, dan bagaimana melakukan pemantauan. Prosedur monitoring terhadap CCP pada proses pengalengan rajungan di PT. Pan Putra Samudra yaitu sebagai berikut: 1. Penerimaan Bahan Baku Apa : Chloramphenicol Siapa : Analis laboraturium Kapan : Setiap bahan baku masuk untuk setiap supplier Bagaimana : Pengujian chloramphenicol dengan metode ELISA rida Screen 2. Metal Detecting Apa : Fragmen logam
  • 72. Siapa : Petugas metal detecting Kapan : Setelah dilakukan final checking Bagaimana : Pengecekan menggunakan mesin metal detector 3. Seaming Apa : Double seam, kondisi kaleng setelah ditutup Siapa : Supervisorseaming Kapan : Sebelum proses seaming dan setiap penutupan 400 kaleng atau plastic cup Bagaimana : Melakukan pengecekan mesin seamer 4. Pasteurisasi Apa : Suhu dan waktu pasteurisasi Siapa : Supervisor Pasteurisasi Kapan : Setiap lima menit Bagaimana : Melakukan monitoring suhu dengan computer 5. Penyimpanan Apa : Suhu cold storage Siapa : Petugas pengukuran suhu Kapan : Setiap satu jam sekali Bagaimana : Dilakukan monitoring terhadap suhu cold storage 4.6.10 Tindakan Koreksi Dewanti dan Hariyadi (2013) mengatakan bahwa jika tindakan monitoring gagal maka tindakan koreksi berfungsi untuk menjamin produk pangan yang
  • 73. dihasilkan aman. Tindakan koreksi yang dilakukan oleh PT. Pan Putra Samudra yaitu sebagai berikut: 1. Penerimaan bahan baku Jika bahan baku mengandung chloramphenicol melebihi standar yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu 0,150 ppb maka bahan baku akan dikembalikan ke supplier atau mini plant. 2. Metal detecting Daging rajungan yang terdeksi mengandung fragmen logam dipisahkan dan dibongkar. Kemudian dilakukan pengambilan logam tersebut dan dicatat asal dari daging rajungan tersebut. Jika metal detector gagal mendeteksi keberadaan fragmen logam maka dilakukan kalibrasi atau perbaikan terhadap alat tersebut dengan cara pengecekan sensitifitas alat sehingga fragmen logam yang melewati alat tersebut dapat terdeteksi keberadaannya. 3. Seaming Apabila ditemukan keadaan kaleng atau plastic cup diluar ukuran standar atau penutupan yang tidak sempurna maka proses seaming dihentikan sementara dan dilakukan pengecekan terhadap mesin seamer. Selain itu kaleng atau plastic cup yang tidak sempurna penutupannya dipisahkan. Daging rajungan yang berada dalam kemasan tersebut dikeluarkan dan dikemas kembali. 4. Pasteurisasi Jika suhu air tidak sesuai dengan standar maka dilakukan penyesuaian suhu dengan standar yang telah ditetapkan.
  • 74. 5. Penyimpanan Jika terjadi kenaikan suhu pada cold storage maka dilakukan pengaturan suhu sesuai dengan batas yang sudah ditetapkan yaitu 0oC-3,3oC. 4.6.11 Tindakan Verifikasi Verifikasi dalam rencana HACCP adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin bahwa rencana HACCP dapat mengendalikan keamanan pangan secara efektif (Dewanti dan Hariyadi, 2013). Prosedur verifikasi meliputi verifikasi internal dan eksternal. Verifikasi internal berupa tindakan peninjauan ulang yang dilakukan oleh pihak perusahaan sedangkan verifikasi eksternal biasanya dilakukan oleh lembaga sertifikasi. Verifikasi internal di PT. Pan Putra Samudra dilakukan oleh tim HACCP untuk memastikan bahwa proses telah sesuai dengan HACCP plan sedangkan verifikasi eksternal dilakukan satu tahun sekali yang dilakukan dengan mengajukan surat ke dinas terkait untuk mendapatkan sertifikasi. Prosedur verifikasi yang diterapkan di PT Pan Putra Samudra yaitu sebagai berikut: 1. Penerimaan bahan baku a. Pengecekan catatan jumlah dan asal daging rajungan b. Pengecekan hasil uji kandungan chloramphenicol daging rajungan 2. Metal detecting Pengecekan lembar monitoring metal detecting setiap hari 3. Pasteurisasi a. Pengecekan catatan suhu pusat daging, suhu pasteurisasi dan waktu pasteurisasi setiap hari