1. i
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil
Kultur Jaringan dengan Metode Longline di perairan Bungin Permai
Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara
Cultivation of Micropropagated Kappaphycus alvarezii (Doty) with Longline
Method in Bungin Permai Coastal Waters, Tinanggea Sub-District, South
Konawe Regency, South East Sulawesi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah
Manajemen Akuakultur Laut
OLEH:
AHMAD ALWI
I1A2 13 001
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
2. ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty)
Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan Metode
Longline di Perairan Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea,
Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara
Laporan Lengkap : Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah
Manajemen Akualkultur Laut
Nama : Ahmad Alwi
Stambuk : I1A2 13 001
Kelompok : I (Satu)
Jurusan : Budidaya Perairan
Laporan Lengkap ini,
Telah Diperiksa dan Disetujui oleh:
Dosen Koordinator Mata Kuliah
Prof. Dr. Ir. La Ode Muh. Aslan, M.Sc.
NIP. 19661210 199403 1 005
Kendari,........Juli 2017
Tanggal Pengesahan
3. iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Dusun Saluala, Desa Buntu Barana,
Kabupaten Enrekang, pada tanggal 07 Januari 1996. Penulis
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan
Abd. Rahman Reppe’ dan Yanti. Riwayat pendidikan
dimulai pada Tahun 2001 ketika diterima sebagai murid
SDN 297 Inpres Kambuno, Kabupaten Tana Toraja dan tamat pada Tahun 2007.
Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah pertama
di SMP Negeri 2 Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja dan tamat pada Tahun 2010,
setelah itu melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah atas di SMA Negeri 2
Mengkendek dan lulus pada Tahun 2013. Pada tahun yang sama melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi
Budidaya Perairan (BDP), Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
(FPIK), Universitas Halu Oleo (UHO), Kendari melalui jalur SNMPTN sekaligus
mendapat Beasiswa Bidikmisi. Pada tahun 2014-2016 penulis pernah jadi pengurus
lembaga kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan
(HMJ-BDP).
4. iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu WaTa’ala atas segala rahmat, karunia
dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja
Lapang (PKL) Budidaya Rumput Laut (K. alvarezii) Menggunakan Bibit Kultur
Jaringan, untuk memenuhi tugas PKL Manajemen Akuakultur Laut, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo, Kendari.
Ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. La Ode Muh. Aslan, M.Sc
selaku Koordinator Mata Kuliah yang telah membimbing dalam pembuatan blog dan
pemostingan laporan PKL di blog. Kakak Armin, S.Pi sebagai Asisten Pembimbing
yang telah memberikan arahan dan masukan layak diapresiasi, juga kepada teman-
teman yang telah membantu kelengkapan laporan PKL ini.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, harapan saran dan komentar yang dapat dijadikan sebagai
masukan dalam menyempurnakan kekurangan dalam susunan laporan ini untuk
dimasa yang akan datang dan semoga bermanfaat bagi perkembangan dalam ilmu
pengetahuan khususnya di bidang perikanan.
Kendari, Agustus 2017
Penulis
5. v
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil
Kultur Jaringan dengan Metode Longline di Perairan Bungin Permai,
Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara
ABSTRAK
Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan April-Juni
2017 di Desa Bungin Permai. PKL ini dimulai dari tahap asistensi praktikum, tahap
persiapan, mengikat bibit, proses penanaman, monitoring rumput laut, panen dan
pasca panen serta pemasaran. Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) rumput laut K.
alvarezii yang diamati selama PKL yaitu 3,84%/ hari. Rasio berat kering dan berat
basah adalah 1 : 6. Epifit seperti lumut dan Sargassum polychystum dan Hypnea
musciformis. Parameter kualitas air seperti suhu berkisar 28-31ºC sedangkan salinitas
berkisar antara 31-33 ppt. Harga pasar rumput laut K. alvarezii sekarang yaitu Rp
9.000/kg.
Kata Kunci: Rumput laut Kappaphycus alvarezii, Monitoring, LPS 3,84%/hari.
6. vi
Cultivation of Micropropagated Kappaphycus alvarezii (Doty) with Longline
Method in Bungin Permai Coastal Waters Tinanggea Sub-District, South
Konawe Regency, South East Sulawesi
ABSTRACT
This field aquaculture practices was carried out in Bungin Permai village for 3
months from April–Juni 2017. Practices process starting from preparation stage, tying
of sadhings, planting process, alga monitoring, harvest and post harvest, and
marketing. Specific growth rates (SGR) of K. alvarezii seaweed observed during field
works were 3.84% /day. Ratio of dried weight : wet weight of the harvested seaweed
was 1:6. Epiphytes such as Sargassum polychystum and Hypnea musciformis. Water
quality parameters such as temperature ranges 28-31o
C while salinity ranges from 31-
33 ppt. Seaweed market price K. alvarezii type with price Rp. 9.000/kg.
Keywords: Seaweed Kappaphycus alvarezii, Monitoring, SGR 3,84%/day.
7. vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
ABSTRACT...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah. ............................................................................... 2
C. Tujuan dan Kegunaan........................................................................... 2
II. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat ............................................................................... 4
B. Alat dan Bahan ..................................................................................... 4
C. Prosedur Kerja...................................................................................... 5
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil...................................................................................................... 12
1. Pengamatan Laju Prtumbuhan Spesifik.......................................... 12
2. Pengukuran Kualitas Air ................................................................ 12
3. Pengamatan Monitoring Rumput Laut ........................................... 13
4. Pasca Panen dan Pemasaran ........................................................... 15
B. Pembahasan ....................................................................................... 16
1. Pengamatan Laju Pertumbuhan Spesifik........................................ 16
2. Pengukuran Kualitas Air ................................................................ 17
3. Pengamatan Monitoring Rumput Laut ........................................... 17
4. Pasca Panen .................................................................................... 18
IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan............................................................................................ 20
B. Saran.................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA
8. viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
1 Persiapan Tali...................................................................................... 5
2 Alat Pemintal Tali Rumput Laut (Pintar)............................................ 6
3 Metode menggunakan Tali Nilon 1,5 mm dan jarak tanam antar
bibit (10 cm)........................................................................................ 6
4 Proses Persiapan Bibit......................................................................... 7
5 Kegiatan Monitoring Rumput Laut..................................................... 8
6 Kegiatan Pemanenan........................................................................... 9
7 Kegiatan Penjemuran dengan Metode Gantung.................................. 9
8 Kegiatan Penimbangan Rumput Laut untuk Kesesuaian Harga ......... 10
9 Epifit yang Melekat Pada Rumput Laut.............................................. 15
10 Perbandingan Hasil Rumput Laut....................................................... 16
9. ix
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
1 Alat dan Bahan yang digunakan Dalam PKL........................................ 4
2 Parameter Kualitas yang diukur Selama PKL........................................ 11
3 LPS Rumput Laut Hasil Budidaya......................................................... 12
4 Hasil Pengukuran Kualitas Air .............................................................. 12
10. 1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumput laut merupakan salah satu sumberdaya pesisir yang memiliki nilai
ekonomis cukup tinggi dan merupakan komoditas ekspor di sektor budidaya
perikanan Indonesia karena tingginya permintaan di pasar dunia. Oleh karena itu
kemampuan produksinya harus terus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan
pasar yang meningkat setiap tahunnya. Rumput laut Kappaphycus alvarezii sudah
umum dibudidayakan oleh petani di Indonesia dan dikenal dengan kualitasnya
yang baik dan banyak diminati oleh industri karena mengandung sumber
karagenan, agar-agar dan alginat yang cukup tinggi (Hermawan, 2015).
Di Indonesia khususnya Sulawesi Tenggara sektor budidaya laut telah
berkembang pesat. Budidaya rumput laut merupakan aktivitas budidaya laut yang
telah berkembang pada setiap kabupaten/kota se Provinsi Sulawesi Tenggara
(Aslan et al., 2015). Produksi utama rumput laut di Sulawesi Tenggara sampai
saat ini (>85%) didominasi oleh budidaya rumput laut jenis Kappaphycus
alvarezii dan Eucheuma denticulatum), yang sebagian besar menyuplai
permintaan pasar global untuk bahan baku (Sahrir, et al., 2014).
Konawe Selatan merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi
pengembangan usaha budidaya rumput laut di Sultra. Jenis rumput laut yang
paling banyak dibudidayakan di perairan Konawe Selatan adalah jenis K.
alvarezii, karena dapat diusahakan dengan modal rendah, menggunakan teknologi
untuk produksi dengan biaya murah, permintaan pasar yang tinggi, siklus
produksi yang singkat, metode pasca panen yang tidak terlalu sulit, serta
permintaan pasar masih terbuka (Asaf dkk., 2014).
11. 2
Salah satu parameter keberhasilan budidaya rumput laut adalah
pertumbuhan. Pertumbuhan merupakan salah satu aspek biologi yang harus
diperhatikan. Pertumbuhan K. alvarezii dipengaruhi faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan K. alvarezii antara lain
jenis, galur, bagian thallus dan umur. Sedangkan faktor eksternal yang
berpengaruh antara lain keadaan lingkungan fisik, kimiawi perairan dan
pengelolaan oleh manusia (Hermawan, 2015).
Berdasarkan latar belakang di atas maka untuk pemahaman yang lebih baik
tentang budidaya rumput laut sehingga perlu dilaksanakan kegiatan Praktek Kerja
Lapang (PKL) budidaya rumput laut K. alvarezii.
B. Rumusan Masalah
Bibit rumput laut hanya diambil dari hasil budidaya lokal yang tidak
diketahui kualitas dan umur pemanfaatannya. Bibit tersebut hanya pucuk muda
dari thallus, tetapi sel-sel rumput laut sudah tua sehingga kualitasnya semakin
menurun (Makmur dkk., 2016). Salah satu solusi untuk mendapatkan bibit unggul
adalah melalui metode kultur jaringan.
Rumput laut hasil kultur jaringan memiliki tingkat pertumbuhan lebih tinggi
dibandingkan menggunakan bibit rumput laut lokal petani yaitu 1,5-1,8 lebih
tinggi dibanding dengan tanaman lainnya ketika dibudidayakan di India,
sedangkan di Malaysia bibit yang berasal dari hasil kultur jaringan memiliki laju
pertumbuhan spesifik LPS sebesar 6,3 ± 01%/hari yang lebih tinggi dibanding
menggunakan bibit dari alam/petani (Yong et al., 2014).
Berdasarkan permasalahan di atas, perlu dilakukannya kegiatan budidaya
rumput laut menggunakaan bibit hasil rumput kultur jaringan di Perairan Desa
12. 3
Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea. Hasil yang diharapkan ini mampu
meningkatkan LPS dan menghasilkan kualitas yang bermutu baik
C. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan PKL ini yaitu untuk mengetahui teknik-teknik dalam budidaya
rumput laut K. alvarezii menggunakan bibit hasil kultur jaringan yang dipelihara
dengan metode longline.
Kegunaan dari kegiatan PKL ini adalah sebagai penambahan wawasan/
pengetahuan tentang pertumbuhan rumput laut K. alvarezii menggunakan bibit
hasil kultur jaringan yang dipelihara dengan metode longline
13. 4
II. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
PKL budidaya rumput laut ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu
April-Juni 2017 di Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten
Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Pemasaran hasil budidaya di CV. Sinar
Laut, Kelurahan Lapulu, Kendari.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada PKL ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam PKL
No. Alat dan bahan Kegunaannya
1. Alat
- Tali no. 4 mm (50 m) Tali longline
- Tali no. 1,5 mm Tempat mengikat rumput laut
- Lilin Membakar ujung tali no. 1,5 mm
- Alat Pintar Memudahkan pemasangan tali 1,5 mm pada
tali longline
- Pisau /Cutter Memotong tali dan bibit rumput laut
- Botol aqua Pelampung tali longline
- Penggaris Mengukur jarak ikat tali no. 1,5 mm
- Map Plastik Label nama
- Spidol Menulis nama label nama pada map plastik
- Baskom Wadah bibit
- Talenan Wadah penimbangan bibit
- Timbangan Analitik Menimbang bibit
- Handrefraktometer Mengukur salinitas
- Thermometer Mengukur suhu
2. Bahan
- Bibit rumput laut hasil
kultur jaringan (K.
alvarezIi)
Objek budidaya
14. 5
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan dalam PKL diantaranya adalah persiapan tali,
pengikatan bibit dan penanaman, pengontrolan, pemanenan, penjemuran dan
pemasaran.
1. Persiapan Tali
PKL diawali dengan persiapan tali. Tali ris yang telah dipotong degan
panjang 50 m, setelah itu mempersiapkan tali cincin dengan panjang ± 20 cm
kemudian kedua ujung diikat hingga membentuk cincin dan bagian ujung dibakar
agar tidak mudah terlepas.
Gambar 1. Persiapan tali rumput laut
Pemasangan tali cincin pada tali ris menggunakan alat bantu pemintal tali
rumput laut (pintar) untuk mempercepat pengikatan tali cincin setiap rumpun
(Gambar 2).
15. 6
Gambar 2. Alat pemintal tali rumput laut (Pintar). A) Tampak samping;
B) Tampak atas. Alat ini telah didaftarkan di Ditjen HAKI,
Kementerian Hukum dan HAM RI di Jakarta dengan no pendaftaran
paten: S00201607984 (Aslan dkk., 2016).
Sebelumnya pada setiap ujung tali disisakan jarak 30 cm. setiap rumpun
diberi jarak 10 cm (Gambar 3). Tali ris dibagi menjadi 8 bagian dan diberi label
nama sesuai dengan nama pada masing-masing anggota kelompok sebagai
pembatas.
Gambar 3. Metode menggunakan Tali Nilon 1,5 mm dan
jarak tanam antar bibit 10 cm (Aslan dkk., 2016).
A B
16. 7
2. Pengikatan Bibit Dan Penanaman
Bibit rumput laut yang digunakan adalah jenis K. alvarezzi hasil kultur
jaringan (Gambar 4a) sebagai organisme budidaya selanjutnya dipotong dan
ditimbang dengan berat bibit 10 g (Gambar 4b). Setelah penimbangan kemudian
diikatkan pada tali cincin sepanjang tali ris (Gambar 4c).
Setelah semua bibit rumput laut terikat, maka direndam menggunakan air
laut agar rumput laut tetap basah dan tidak stress sebelum ditanam pada lokasi
yang telah ditentukan dengan menggunakan metode longline (Gambar 4d).
Gambar 4. Proses persiapan bibit; A. Bibit hasil kultur jaringan; B. Penimbangan
bibit; C. Pengikatan bibit; dan D. Penanaman bibit.
A
C
B
D
17. 8
3. Monitoring
Monitoring dilakukan setiap hari Kamis dan Sabtu untuk membersihkan
rumput laut dari sampah, lumut dan epifit yang ada pada rumput laut dan
melakukan pengamatan kondisi perairan serta pertumbuhan rumput laut. Kegiatan
pengontrolan dapat dilihat pada (Gambar 5)
Gambar 5. Kegiatan monitoring rumput laut
4. Pemanenan
Pemanenan dilakukan dengan menggunakan perahu sebagai alat
pengangkut dilakukan dengan menarik tali ris rumput laut secara berurutan agar
tidak terjadi perontokan rumput laut. Rumput laut yang telah dipanen dibersihkan
dari kotoran yang mengganggu.
Sebagian dari rumput laut yang dijadikan sampel untuk ditimbang dan
dicatat hasilnya. Rumput laut kemudian dipacking/dimasukkan kedalam karung
plastik untuk kemudian diangkut dengan menggunakan perahu. Kegiatan
pemanenan dapat dilihat pada Gambar 6.
18. 9
Gambar 6. Kegiatan pemanenan rumput laut.
5. Penjemuran
Penjemuran rumput laut dilakukan dengan cara menggantung (hanging
method) dibawah terik matahari selama beberapa hari hingga kadar air dalam
rumput laut berkurang (Gambar 7). .
Gambar 7. Kegiatan penjemuran dengan metode gantung.
Rumput laut yang telah kering kemudian dipasarkan/dijual pada pedagang
rumput laut sesuai dengan harga pasaran rumput laut. Kegiatan pemasaran dapat
dilihat pada (Gambar 8).
19. 10
Gambar 8. Kegiatan penimbangan rumput laut untuk
kesesuain harga.
6. Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati selama kegiatan PKL tentang budidaya rumput laut
K. alvarezii menggunakan bibit hasil kultur jaringan sebagai berikut.
a. Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)
LPS dihitung menggunakan rumus berdasarkan (Yong et. al., 2013) dapat
dilihat pada persamaan sebagai berikut :
LPS = *(( ) ) +
Dimana :
LPS = Laju Pertumbuhan Spesifik (%)
Wt = Bobot rata-rata rumput laut pada waktu t (g)
W0 = Bobot rata-rata rumput laut pada waktu awal (g)
t = Waktu Pemeliharaan (Hari)
20. 11
b. Parameter Kualitas Air
Seabagai data penunjang dilakukan pengukuran beberapa parameter kualitas
air yaitu dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Parameter kualitas air yang dikukur selama PKL.
No. Parameter Alat Pengukuran
1 Suhu Thermometer 1 kali dalam seminggu
2 Salinitas Handrefraktometer 1 kali dalam seminggu
21. 12
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Pengamatan Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)
LPS dari rumput laut hasil kultur jaringan dengan menggunakan metode
longline selama 35 hari pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 3. LPS rumput laut hasil budidaya.
Penimbangan Berat awal
(Wo)
Berat Akhir
basah (Wt)
Berat akhir
kering (Wt) LPS
Rumpun 1 2 3 4
1 10 35.10 5,9 3.65
2 10 40.70 13,9 4.09
3 10 32.80 5,2 3.45
4 10 38.40 7,6 3.92
5 10 35.30 5,9 3.67
6 10 39.40 8,8 4.00
7 10 32.80 5,1 3.45
8 10 38.20 6,4 3.90
9 10 40.10 10,7 4.05
10 10 42.10 14,4 4.19
Rata-rata 37.49 8,39 3.84%
Keterangan: Wo = Berat Awal, Wt = Berat Akhir Basah dan Kering
LPS K. alvarezii yang diperoleh selama pemeliharaan 35 hari yaitu 3,84
%/hari dengan rasio berat kering yang dibagi dengan berat basah 1:6.
2. Pengukuran Kualitas Air
Hasil pengukuran kualitas selama pengontrolan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil pengukuran kualitas air selama PKL.
No. Hari/Tanggal Suhu (o
C) Salinitas (ppt)
1 22 April 2017 31 33
2 29 April 2017 30 31
3 06 Mei 2017 32 32
4 13 Mei 2017 28 31
22. 13
Tabel 3. Lanjutan
No. Hari/Tanggal Suhu (o
C) Salinitas (ppt)
5 20 Mei 2017 28 32
6 27 Mei 2017 29 33
Rata-rata 29,6 32
Suhu yang diperoleh di lokasi PKL budidaya rumput laut K. alvarezii
berkisar antara 28-31o
C dan salinitas berkisar antara 31-32 ppt.
3. Pengamatan Monitoring Rumput Laut
Monitoring rumput laut bertujuan untuk melihat pertumbuhan rumput laut
serta mengontrol tanaman-tanaman pengganggu yang melekat pada rumput laut.
Ada beberapa jenis tanaman pengganggu yang menempel pada rumput laut seperti
Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Tanaman-tanaman ini akan
mempengaruhi pertumbuhan rumput laut seperti menghalangi proses fotosintesis,
serta dapat menjadi penghalang bagi rumput laut dalam mendapatkan unsur hara.
Monitoring minggu pertama dilakukan pembersihan rumput laut dari lumut
yang menempel (9a). Monitoring kedua juga melakukan pembersihan rumput laut
serta tali bentangan dari lumut dan epifit (Gambar 9b). Selanjutnya monitoring
ketiga, juga melakukan pembersihan rumput laut dari epifit dan telur-telur ikan
yang menempel pada thallus rumput laut (Gambar 9c). Monitoring terakhir, juga
melakukan pembersihan thallus rumput laut dari berbagai tanaman pengganggu
sampai bersih (Gambar 9d). Proses monitoring dapat dilihat pada gambar 9 di
bawah ini.
23. 14
Gambar 9. Hasil monitoring rumput laut K. alvarezii per minggu. A) Monitoring
minggu pertama; B) Monitoring minggu kedua; C) Monitoring minggu
ketiga; D) Monitoring minggu keempat; E) Alga yang menempel pada
tali rumput laut (epifit); F) Epifit jenis Sargassum polychystum; H)
Epifit jenis Hypnea musciformis.
C D
A B
FE
G
24. 15
4. Hasil Pasca Panen dan Pemasaran
Rumput laut dijemur dengan cara digantung. Metode ini mempunyai
keunggulan yaitu rumput laut lebih cepat kering dan menghasilkan rumput yang
berkualitas. Terdapat perbedaan antara rumput laut yang kering dengan baik dan
tidak yaitu dapat dilihat dari segi warna.
Rumput laut yang kering dengan baik maka akan berwarna merah
kecoklatan (Gambar 10 B) dan jika digenggam akan terasa keras. Sedangkan
rumput laut yang tidak kering dengan baik warnanya terlihat kuning pucat dan
terasa lembab apabila digenggam (Gambar 10 A dan C).
Dari hasil penjemuran rumput laut kelompok satu dikategorikan berkualitas
buruk karena kondisi rumput masih belum kering sempurna serta adanya bagian
rumput laut yang berwarna kuning. Kualitas rendah yang diperoleh dalam PKL ini
karena setelah pemanenan rumput laut tidak langsung dijemur melainkan
didiamkan selama beberapa hari.
Gambar 10. Perbandingan hasil rumput laut kering; A. Rumput laut kualitas
buruk; B. Rumput laut kualitas bagus; C. Rumput laut kelompok 1.
Rumput laut yang telah dikeringkan kemudian dipasarkan pada pengumpul
rumput laut CV. Sinar Laut yang berlokasi di Kelurahan Lapulu, Kecamatan
A B C
25. 16
Abeli, Kota Kendari. Hasil penimbangan rumput laut kering yang didapatkan
kelompok 1 yaitu sebesar 1.3 kg dengan harga Rp. 9.000/kg.
B. Pembahasan
Budidaya rumput laut K. alvarezii dilakukan menggunakan metode longline
seperti yang biasa digunakan masyarakat setempat. Sedangkan bibit yang
digunakan berasal dari hasil kultur jaringan. Pada rumpun 1-10 berat bibit rumput
laut yang digunakan beratnya seragam yaitu 10 g. Menurut Pongarrang dkk.,
(2013), bibit yang dapat tumbuh dengan baik (bercabang banyak) dan tidak
mudah terserang penyakit. Bibit yang baik berasal dari tanaman yang subur,
bersih dan mempunyai titik tumbuh yang banyak. Penggunaan bibit sebaiknya
pada bagian ujung thallus karena pada ujung thallus terdapat banyak titik-titik
tumbuh.
1. Laju Perumbuhan Spesifik
LPS yang diperoleh rata-rata mencapai 3,84%/hari. Azizah (2017)
menemukan LPS 3.92%/hari, Yusliansyah (2017), LPS K.alvarezii rata-rata
mencapai 4,74%/hari. Nilai LPS diperoleh dari hasil pemeliharaan selama 35 hari
masih tergolong baik karena masih diatas 3% per hari. Menurut Hermawan
(2015), laju pertumbuhan rumput laut yang menguntungkan adalah berkisar antara
4-5%/hari. Aslan et al., (2014) menemukan LPS K. alvarezii yang tertinggi
didapatkan mencapai 5,94-6,56%/hari.
26. 17
2. Parameter Kualitas Air
Pengukuran kualitas air yang dilakukan selama PKL berlangsung adalah
salinitas dan suhu.. Dari data tersebut kondisi perairan lokasi budidaya masih
optimum untuk pertumbuhan rumput laut, kondisi salinitas yang tinggi
dipengaruhi keadaan suhu. Rahman dan Kolopita (2015), suhu yang baik untuk
pertumbuhan rumput laut adalah berkisar 26-30o
C, kondisi suhu pada 32o
C masih
memungkinkan rumput laut untuk tumbuh. Anggadiredja dkk., (2006) Suhu air
yang optimal disekitar tanaman rumput laut (Eucheuma cottonii) berkisar antara
26–30 0
C. Suhu yang optimal meningkatkan proses penyerapan nutrien sehingga
mempercepat pertumbuhan rumput laut karena akan memberikan kelancaran dan
kemudahan dalam metabolisme (Effendi, 2003). Aslan (2011) mengemukakan
bahwa, suhu perairan sangat penting dalam proses fotosintesis rumput laut. Suhu
yang optimal untuk pertumbuhan rumput laut K. alvarezii adalah berkisar 250
C-
300
C. Abdan dkk., (2013) bahwa, kisaran suhu untuk pertumbuhan optimal
rumput laut Eucheuma spinosum yaitu kisaran 280
C-300
C.
3. Monitoring Rumput Laut
Selama kegiatan monitoring dilakukan dengan membersihkan rumput laut
dari sampah, kotoran, epifit, telur ikan yang menempel pada batang rumput laut.
Syahlun dkk., (2013) kotoran yang menempel pada rumput laut menyebabkan
memudarnya pigmentasi sehingga menyebabkan rumput laut mudah patah dan
akhirnya mati. Kotoran yang terakumulasi merupakan habitat bagi bakteri yang
dapat menyerang dan menghambat pertumbuhan rumput laut. Selain itu dilakukan
pengontrolan untuk mengetahui pertumbuhan dari rumput laut yang dipelihara.
27. 18
Rumput laut yang hilang atau rusak karena terserang epifit atau arus air yang
kuat diganti dengan tanaman yang baru. Selain itu, dilakukan pula pemantauan
kualitas air, dan monitoring pertumbuhan. Selama kegiatan ditemukan alga lain
/epifit yang menempel dan pada rumput laut yaitu jenis Hypnea musciformis dan
Sargassum polycystum, alga ini dapat menggangu proses pertumbuhan rumput
laut karena persaingan unsur hara dalam perairan.
4. Pasca Panen dan Pemasaran
Penjemuran rumput laut dilakukan dengan cara digantung dibawah sinar
matahari langsung hingga kering. Menurut Nindhia dan Surata (2016), metode
gantung merupakan cara penjemuran yang lebih baik karena memiliki kadar
kotoran lebih rendah selain itu dengan cara digantung maka kadar garam yang
menempel akan minim, hal ini karena air yang mengandung garam cepat menetes
ke bawah. Tingkat kekeringan lebih merata, waktu pengeringan lebih cepat dan
hasil rumput laut kering utuh.
Dari hasil pengeringan kelompok satu masih dikategorikan rendah karena
kondisi rumput masih belum kering total serta adanya sebagian berwarna kuning.
Kualitas rendah yang diperoleh dalam PKL ini karena setelah pemanenan rumput
laut tidak langsung dijemur melainkan didiamkan selama beberapa hari. Rumput
laut yang dijemur dengan baik dan kualitasnya bagus warnanya akan menjadi
merah kecoklatan sedangkan kualitas rumput laut yang buruk berwarna kuning
pucat. Hasil penimbangan berat akhir kering didapatkan rata-rata 8,39 g, sehingga
perbandingan berat basah dengan berat kering diperoleh 1:6. Hal ini terjadi karena
hasil penjemuran belum kering sempurna atau sebagian rumput laut masih
mengandung air. Amiluddin, (2007) membagi kualitas rumput laut menjadi 2
28. 19
golongan yaitu kualitas standar dan rendah. Kualitas standar apabila mempunyai
berat kering bersih 70% dan penyusutan karaginan rumput laut bersih 40% serta
kekuatan gelnya 1,00, sedangkan kualitas rendah apabila berat kering bersih
hanya 60%, penyusutan karagenan bersih 30% dan kekuatan gel 0,60.
Ditambahkan pula Tamaheang dkk., (2017), bahwa semakin rendah kadar air
dalam rumput laut maka semakin baik kualitas rumput laut tersebut.
Kegiatan pemasaran rumput laut yang kering dijual kepada pengepul atau
pedagang rumput laut. Total rumput laut yang dijual setelah penimbangan
sebanyak 12 kg. Berdasarkan tempat pengepulan harga yang diberikan Rp 9.000,-
/kg. Data hasil pencarian diinternet (harga barang terbaru.top, 2017) harga rumput
laut saat ini ditawarkan dengan harga kisaran Rp 14.000an. Selain Jenis
Glacilaria sp., rumput laut jenis K. alvarezii juga ditawarkan dengan harga
kisaran Rp 12.000an.
29. 20
IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil PKL maka dapat disimpulkan bahwa LPS 3,84%/hari
dengan rasio perbandingan berat basah dan berat kering 1:6. Parameter kualitas air
yaitu Suhu berkisar antara 28-32o
C dan salinitas berkisar antara 31-33 ppt. Epifit
jenis Hypnea musciformis dan Sargassum polycystum. Harga rumput laut kering
Rp. 9000/kg.
B. Saran
PKL sebaiknya dilaksanakan selama 45 hari pemeliharaan menggunakan
rumput laut hasil kultur jaringan.
30. 21
DAFTAR PUSTAKA
Abdan, Rahman, A., Ruslaini. 2013. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap
Pertumbuhan dan Kandungan Karagenan Rumput Laut (Eucheuma
spinosum) Menggunakan Metode Longline. Jurnal Mina Laut Indonesia. 3
(12):113-123.
Amiluddin, N. M.. 2007. Kajian Pertumbuhan Dan Kandungan Karaginan
Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Yang Terkena Penyakit Ice Ice Di
Perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu. Intitut Pertanian Bogor. Bogor
Anggadiredja, T.J., Achmad, E., Purwanto, H., Sri, I. 2006. Rumput Laut
Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Komoditas Perikanan.
Penebar Swadaya, Jakarta. 174 hal.
Asaf, R., Makmur, dan Suhaemi R. A.. 2014. Upaya Peningkatan Produktivitas
Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Dengan Mengetahui Faktor
Pengelolaan Di Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Jurnal Riset Akuakultur. 9: 463-473.
Aslan, L.M., 2011. Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Indonesia.
Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar dalam Bidang Budidaya
Perikanan Tanggal 22 Januari 2011. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.Universitas Halu Oleo. Kendari. 50 hal.
Aslan, L.O.M., Sulistiani, E., Legit, D., Yusnaini. 2014. Growth Carrageenan
Yield of Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Gigarti-nales) from Tissue
Culture Seedlings using Different Planting Distances. Poster Session.
AOAIS 3rd
Asian Oceania Algae Innovation Summit. 17-20 November 14.
Daejeon, Korea.
Aslan, L.O.M., Iba, W., Bolu, L.R., Ingram, B.A., Gooley, G.J., Silva, S.S.D.
2015. Mariculture in SE Sulawesi Indonesia: Culture Practices and The
Sosioeconomic Aspects of The Major Commodities. Ocean & Coastal
Management: 116 : 44 – 57.
Aslan, L.O.M., Ruslaini., Iba, W., Armin., Sitti. 2016. Cara Budidaya Rumput
Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan.
Panduan Praktis Budidaya Rumput Laut No.1. FPIK-UHO. Kendari.
https://laodeaslan.wordpress.com/2017/06/29/cara-miara-agar-ma
maramba. Diakses Tanggal 09 Juli 2017. 4 hal.
Azizah, M.N. 2017. Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii menggunakan
Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline di Desa Bungin
Permai Kecamatan Tinanggea Sulawesi Tenggara. http:// mitaa
akuakultur. blogspot. co.id /2017/07/ budidaya-rumput-
lautkappaphycus_8.html. DiaksesTanggal 5 Agustus 2017. 35 hal.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisisus. Yogyakarta. 258 Hal.
Hermawan, D.. 2015. Pengaruh Perbedaan Strain Rumput Laut Kappaphycus
alvarezii Terhadap Laju Pertumbuhan Spesifik. Jurnal Perikanan dan
Kelautan 5: 71-78.
Makmur, Fahrur M. dan Susianingsih E.. 2016. Evaluasi Performansi Rumput
Laut Kappaphycus alvarezii Dari Bibit yang Berbeda di Perairan Konawe
Selatan, Sulawesi Tenggara 11 (2), 77-85.
31. 22
Nindhia, T. G. T. I. W. Surata. 2016. Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Pengembangan Kelompok Usaha Tani. Jurnal Udayana Mengabdi, volume
15 : 1. 7 hal.
Pongarrang, D., Rahman A. dan Iba W. 2013. Pengaruh Jarak Tanam dan Bobot
Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii)
Menggunakan Metode Vertikultur. Jurnal Mina Laut Indonesia. 3: 94-112.
Rahman, A. dan Kolopita, M. E. F.. 2015. Kondisi Lingkungan Perairan dan
Rumput Laut Kappaphycus alvarezii yang dibudidayakan di Desa
Jayakarsa, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal
Budidaya Perairan, 3: 93-100.
Sahrir, W.I., Aslan, L.O.M., Bolu, L.O.R., Gooley, G.J., Ingram, B.A., Silva,
S.S.D. 2014. Recent Trends in Mariculture in S.E. Sulawesi, Indonesia.
General Considerations. Aquac. Asia 19 (1) : 14-19.
Syahlun, Rahman, A. dan Ruslaini. 2013. Uji Pertumbuhan Rumput Laut
(Kappaphycus alvarezii) Strain Coklat dengan Metode Vertikultur. Jurnal
Mina Laut Indonesia. 1 (2) : 122-132.Taridisan, S.R.. 2007. Pertumbuhan
Rumput Laut (Eucheuma cottonii) yang Dibudidayakan dengan Jarak Ikat
dan Berat Awal yang Berbeda di Perairan Salibabu Kecamatan lirung
Selatan Kabupaten Kepulauan.
Tamaheang, T., Makapedua D. M. dan Berhimpon S.. 2017. Kualitas Rumput
Laut Merah (Kappaphycus alvarezii) Dengan Metode Pengeringan Sinar
Matahari Dan Cabinet Dryer, Serta Rendemen Semi-Refined
Carrageenan (SRC). Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan, 5 (1): 152-
157.
Yong, Y. S., Yong W.T.L., Thien, V.Y., Ng, S.N., Anton. 2013. Analysis of
Formulae for Determination of Seaweed Growth Rate. J Appl Phycol 25 :
1831-1824. DOI 10. 1007/s 10811-014-0289-3.
Yong, W. T. L., Chin, J. Y. Y., Yasir, S. 2014. Evaluation of Growth Rate and
Semi-refined Carrageenan Properties of Tissue-cultured Kappaphycus
alvarezii (Rhodophyta, Gigarti-nales). Phycological Research: 62 : 316-
321.
Yusliansyah. 2017. Budidaya Rumput Laut K. alvarezii Bibit Hasil Kultur
Dengan Metode Longline di Perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan
Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.
http://yusliansyah. blogspot. co. id/2017/08/ budidaya-rumput
lautkappaphycus.html. Diakses Tanggal 03 Agustus 2017. 31 hal.
http://hargabarangterbaru.top/harga-rumput-laut/. 2017. Harga Rumput
Laut terbaru Juni 2017. (diakses pada tanggal 20 Juni 2017, 16:30 WITA).