merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada perut ibu hamil untuk mengetahui apa yang ada d fundus, lateral kanan dan kiri uterus, menentukan sudah masuk pap atau belum dan untuk mengetahui seberapa jauh penurunan kepala
merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada perut ibu hamil untuk mengetahui apa yang ada d fundus, lateral kanan dan kiri uterus, menentukan sudah masuk pap atau belum dan untuk mengetahui seberapa jauh penurunan kepala
Mempelajari tentang pemeriksaan fisik thorax dengan cara inspeksi, pelpasi, perkusi dan auskultasi. serta harus mengetahui suara atau bunyi yang dihasilkan dan batas pemeriksaan antara jantung dan paru. maka perawat dapat mempelajari dan harus mengetahui tentang pemeriksaan paru dan jantung
Mempelajari tentang pemeriksaan fisik thorax dengan cara inspeksi, pelpasi, perkusi dan auskultasi. serta harus mengetahui suara atau bunyi yang dihasilkan dan batas pemeriksaan antara jantung dan paru. maka perawat dapat mempelajari dan harus mengetahui tentang pemeriksaan paru dan jantung
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisTenri Ashari Wanahari
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
SMF Ilmu Bedah
Universitas Sebelas Maret (UNS)/RSUD Dr. Moewardi, Solo, Indonesia
PEMERIKSAAN FISIK :
1. KONSEP DASAR PEMERIKSAAN FISIK
2. PEMERIKSAAN FISIK PER SISTEM
3. PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
4. PEMERIKSAAN FISIK BAYI DAN BALITA
5. 6 KESADRAN YANG TERJADI PADA BAYI NORMAL
6. APGAR SCORE
1. SISTEMATIKA UMUM PEMERIKSAAN FISIK
Dosen pembimbing : Oci Etry Nursanti,S.Kep.,Ns.,MMR
Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Marfenda dila a
2. Duaji iftinan a
3. Kharisma ladinda
4. Erni yunia nugroho
5. Ginta septiana
6. Apri lianto
7. Aisyah fitriani
8. Widian listanti
9. Esti apriyani
10. Ade panji nugroho
11. Aryanti
12. Mukharom
13. Nurul khasanah
14. Siti karina hardiyanti
15. Novieka dwi mahesa
16. Lutfi tri k
17. Anah nur aliyah
18. Tuminah
19. Mey ferdita s.p.
20. Khasbulloh
21. Joni koeswara
22. Rachmawati nur k.
23. Nilam marwati
24. Retno dwi jayanti
25. Irma susrini
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
2. SISTEMATIKA UMUM PEMERIKSAAN FISIK
A. KEADAAN/SITUASI UMUM
Keadaan umum menunjukkan kondisi pasien secara umum akibat
penyakit atau keadaan yang dirasakan pasien. Dilihat secara langsung oleh
pemeriksa dan dilakukan penilaian. Yang dapat dilakukan saat kontak
pertama, saat wawancara atau selama melakukan pemeriksaan yang lain.
Hal – hal yang perlu dikaji dan dicatat :
1. Penampilan umum : tegak/baik, lemah, sakit akut/kronis.
2. Tanda distress : merintih, berkeringat, gemetar
3. Warna kulit : pucat, sianosis, icterus
4. Tinggi dan bentuk tubuh : tinggi/pendek, berotot
5. Perkembangan seksual : rambut majah, suara, payudara
6. BB/TB pengukuran dan penampilan : kurus, gemuk , tinggi kurus
7. Postur dan gaya berjalan : ataksia, pincang, paralysis
8. Cara berpakaian, berhias dan kebersihan : rapi dan bersih
9. Bau badan dan napas : Alkohol, DM, uremia (keton),fetor hepatica
10. Ekspresi wajah : Tegang, rileks, takut, cemas
11. Bicara : lambat, serak, cepat,
B. TANDA-TANDA VITAL
Tanda-tanda vital adalah pengukuran tanda-tanda fungsi vital
tubuh yang paling dasar. Tanda vital utama antara lain :
1. Tekanan darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang mendorong darah terhadap
dinding arteri. Tekanan ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah
yang dipompa, dan ukuran serta fleksibilitas dari arteri, diukur dengan
alat pengukur tekanan darah (tensimeter) dan stetoskop. Tekanan darah
terus-menerus berubah tergantung pada aktivitas, suhu, makanan,
keadaan emosi, sikap, keadaan fisik, dan obat-obatan.
3. Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang
adalah:
Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg
Usia 1 - 6 bulan : 90/60 mmHg
Usia 6 - 12 bulan : 96/65 mmHg
Usia 1 - 4 tahun : 99/65 mmHg
Usia 4 - 6 tahun : 160/60 mmHg
Usia 6 - 8 tahun : 185/60 mmHg
Usia 8 - 10 tahun : 110/60 mmHg
Usia 10 - 12 tahun : 115/60 mmHg
Usia 12 - 14 tahun : 118/60 mmHg
Usia 14 - 16 tahun : 120/65 mmHg
Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg
Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg
2. Nadi
Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah
arteri yang berdasarkan systol dan dystole dari jantung. Denyut nadi
adalah jumlah denyut jantung, atau berapa kali jantung berdetak per
menit. Tempat untuk menghitung denyut nadi yaitu arteri radialis,
temporalis, carotis, femoralis, dorsalis pedis, politela, bracialis.
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang
adalah:
Bayi baru lahir : 140 kali per menit
Umur di bawah umur 1 bulan : 110 kali per menit
Umur 1 - 6 bulan : 130 kali per menit
Umur 6 - 12 bulan : 115 kali per menit
Umur 1 - 2 tahun : 110 kali per menit
Umur 2 - 6 tahun : 105 kali per menit
Umur 6 - 10 tahun : 95 kali per menit
Umur 10 - 14 tahun : 85 kali per menit
4. Umur 14 - 18 tahun : 82 kali per menit
Umur di atas 18 tahun : 60 - 100 kali per menit
Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit
3. Suhu
Suhu tubuh adalah derajat panas yang dihasilkan oleh tubuh
manusia sebagai keseimbangan pembakaran dalam tubuh dengan
pengeluaran panas melalui keringat, pernapasan, sisa-sisa pembuangan
dan penyinaran, hantaran dan convection.
Pemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di
dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi
melalui metabolisme darah. Suhu tubuh seseorang dapat diambil
melalui oral, dubur, aksilaris, telinga. Suhu tubuh normal seseorang
bervariasi, tergantung pada jenis kelamin, aktivitas, lingkungan,
makanan yang dikonsumsi, gangguan organ, waktu.
Suhu normal :
Bayi baru lahir : 36,1-37,7 0C
2 tahun : 37,2 0C
12 tahun : 37 0C
Dewasa : 36 0C
4. Pernapasan
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses
pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Menilai
frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau pola pernapasan. Tingkat
respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam posisi diam dan
hanya melibatkan menghitung jumlah napas selama satu menit dengan
menghitung berapa kali dada meningkat. Respirasi dapat meningkat
pada saat demam, berolahraga, emosi.
Jumlah pernapasan seseorang adalah:
Bayi baru lahir : 35-40 kali permenit
Bayi (6 bulan) : 30-50 kali permenit
Toddler (2 tahun) : 25-32 kali permenit
5. Anak-anak : 20-30 kali permenit
Remaja : 16-19 kali permenit
Dewasa : 12-20 kali permenit
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
Pemeriksaan yang dilakukan pada kulit kepala dan rambut adalah
inspeksi dan palpasi. Berikut ini adalah pemeriksaan pada kulit kepala
dan rambut.
a. Inspeksi
Lihat kebersihan kulit kepala, apakah ada ketombe, kutu
kepala, warna rambut, persebaran rambut kepala, dan bentuk
kepala. Beberapa kelainan pada wajah adalah sebagai berikut:
1) Eksoftalmos
Mata menonjol keluar disebabkan oleh peningkatan tekanan
intra-okuler (misalnya karena tumor pada orbital)
2) Akromegali
` Ditandai dengan membesarnya tulang kepala, terutama
tampak di dahi, hidung dan rahang bawah. Hidung, bibir, dan
telinga membesar karena hormon pertumbuhan yang terlalu
banyak.
Klien dengan peningkatan hormon adrenal atau yang
sedang menjalani terapi hormon adrenal, mungkin mengalami
sindrom Cushing, wajah berbentuk bundar (moon face) dengan
pertumbuhan rambut yang berlebihan.
Klien yang menderita gagal ginjal kronis memiliki wajah
yang pucat dan edema disekitar mata
Penyakit Parkinson menyebabkan penderitanya mengalami
kesulitan untuk berekspresi dan menggerakkan otot wajah (wajah
tampak kaku disebut Mask-like Face). Hal ini disebabkan oleh
kelainan neurologis yang bersifat degeneratif dan progresif.
6. b. Palpasi
Rasakan adanya massa pada kepala, adanya perubahan kontur
tengkorak , atau diskontinuitas tengkorak. Tanyakan apakah klien
merasa nyeri, minta klien untuk menunjukkan dan jangan lanjutkan
palpasi.
2. Mata
Memungkinkan diagnosis anemia, diabetes, hipertensi, keadaan
hiperviskositas, dan arteriosclerosis. Pemeriksaan fisik pada mata
terdiri atas inspeksi dan palpasi. Ada pemeriksaan khusus untuk
mengetahui fungsi persyarafan dan tajam penglihatan
a. Inspeksi
Inspeksi kelopak mata, bulu mata, bola mata, dan apartus
lakrimal. Inspeksi juga konjungitva, sklera, kornea, ruang anterior,
iris dan pupil. Gunakan oftalmoskop untuk mengkaji humor
vitreous dan retina.
1) Kesimetrisan kedua mata dan alis serta persebarannya
2) Perhatikan kondisi di sekitar mata, lihat warna kelopak mata
apakah tampak kantung mata.
3) Inspeksi Orbita dan Letak Mata
4) Perhatikanlah alis mata, yang tumbuh dengan sangat lambat.
Hilangnya sepertiga lateral alis mata kadang-kadang dijumpai
pada miksedema, suatu keadaan yang disebabkan oleh
kekurangan hormone tiroid. Dan pada bola mata perhatikanlah
apakah pasien menderita eksoftalmus atau tidak
5) Inspeksi Kelopak Mata
Kelopak mata harus konsisten dengan corak klien, dengan
tanpa oedema atau lesi. Lipatan palpebra harus simetris dengan
tidak ada kelambatan kelopak.
7. 6) Inspeksi Iris, Sklera dan Kornea
Inspeksi bentuk iris, yang harus tampak datar jika
dipandang dari samping, dan juga warnanya. Iris normal harus
bulat dan simetris.
Periksalah sclera untuk melihat peradangan dan perubahan
warna. Kornea dapat diperiksa secara langsung atau dengan
bantuan oftalmoskop.
7) Inspeksi pupil
Periksa kesamaan ukuran, bentuk, reaksi terhadap cahaya,
dan akomodasi pada pupil masing-masing mata.
8) inspeksi lapang pandang
9) pemeriksaan visus (ketajaman penglihatan)
b. Palpasi
Palpasi dengan perlahan adanya pembengkakan dan nyeri
tekan pada kelopak mata. Kemudian, palpasi bola mata dengan
menempatkan kedua ujung jari telunjuk di kelopak mata di atas
sklera sementara klien melihat ke bawah. Bola mata harus teras
sama keras.
Kemudian, palpasi kantong lakrinal dengan menekankan
jari telunjuk pada lingkar orbital bawah pada sisi yang paling dekat
dengan hidung klien. Sambil menekan, observasi adanya
regurgitasi abnormal materi purulen atau air mata yang berlebihan
pada punctum, yang dapat mengindikasikan adanya sumbatan
dalam duktus nasolakrimal.
3. Telinga
Pemeriksaan fisik dada pada telinga meliputi inspeksi, palpasi, dan
pemeriksaan tajam pendengaran. Pengkajian telinga secara umum
bertujuan untukmengetahui keadaan teling luar, saluran telinga,
gendang telinga/membrane tipani, dan pendengaran. Alta yang perlu
disiapkan dalam pengkajian antara lain otoskop, garpu tala dan arloji.
a. Inspeksi
8. 1) Lihat kesimetrisan kedua daun telinga
2) Lihat adanya luka/bekas luka pada telinga dan sekitarnya
3) Lihat apakah ada darah atau sekret yang keluar
4) Lihat apakah gendang telinga dalam kondisi utuh atau tidak.
b. Palpasi
1) Palpasi telinga pada daerah tragus, normalnya tidak akan terasa
nyeri
2) Jika terjadi nyeri kemungkinan ada infeksi di dalam saluran
telinga, selain itu warna tragus akan tampak memerah (radang)
3) Palpasi kelenjar limfe di sekitar aurikel
c. Pemeriksaan tajam pendengaran
1) Tes berbisik (whispering test)
2) Tes weber
3) Tes Rinne
4. Pemeriksaan Hidung Dan Sinus
Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui keadaan bentuk dan
fungsi tulang hidung. Pemeriksaan fisik hidung yaitu dengan cara
palpasi dan inspeksi. Pengkajian hidung dimulai dari bagian luar,
bagian dalam dan sinus-sinus. Alat yang perlu dipersiapkan antara lain
otoskop, speculum hidung, cermin, dan sumber penerangan.
Pemeriksaan yang dapat digunakan adalah pemeriksaan Rhinoskopi
anterior dan posterior.
a. Cara inspeksi dan palpasi hidung bagian luar serta palpasi sinus
1) amati hidung bagian luar dari sisi depan, samping dan atas,
perhatikan bentuk atau tulang hidung dari ketiga sisi.
2) Amati warna dan pembengkakan pada kulit hidung.
3) Amati kesimetrisan hidung
4) palpasi hidung luar, dan catat bila ditemukan ketidak
abnormalan kulit atau tulang hidung.
5) Palpasi sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis. Perhatikan
jika ada nyeri.
9. b. Cara inspeksi hidung bagian dalam
1) Elevasikan lubang hidung pasien dengan cara menekan hidung
pasien secara lembut dengan ibu jari anda, kemudian amati
bagian anterior lubang hidung.
2) Amati posisi septum nasi dan kemungkinan adanya perfusi.
3) Amati bagian konka nasalis inferior
4) Pasang ujung spekulum hidung pada lubang hidung sehingga
rongga hidung dapat diamati.
5) Amati bentuk dan posisi septum, kartilago, dan dinding-dinding
rongga hidung serta selaput lendir pada rongga hidung (warna,
sekresi, bengkak)
5. Pemeriksaan Mulut Dan Faring
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu inspeksi dan palpasi.
Pengamatan diawali dengan mengamati bibir, gigi, gusi, lidah, selaput
lendir, pipi bagian dalam, lantai dasar mulut, dan platum/ langit-langit
mulut, kemudian faring.
a. inspeksi mulut
1) Amati bibir untuk mengetahui adanya kelainan congenital, bibir
sumbing, warna bibir, ulkus, lessi dan massa.
2) Lanjutkan pada pengamatan gigi. Amati posisi, jarak, gigi
rahan atas dan bawah, ukuran, warna, lesi, atau adanya tumor
pada setiap gigi. Amati juga akar-akar gigi, dan gusi secara
khusus.
3) Perhatikan pula cirri-ciri umum sewaktu melakukan pengkajian
antara lain kenersihan mulut dan bau mulut.
4) Lanjutkan pengamatan pada lidah dan perhatikan
kesimetrisannya. amati kelurusan, warna, ulkus dan setiap ada
kelainan.
5) Amati warna, adanya pembengkakan, tumor, sekresi,
peradangan, ulkus, dan perdarahan pada selaput lendir semua
bagian mulut secara sistematis.
10. 6) Lalu lanjutkan pada inspeksi faring, dengan menganjurkan
pasien membuka mulut dan menekan lidah pasien kebawah
sewaktu pasien berkata “ah”. Amati kesimetrisan uvula pada
faring.
b. Cara palpasi mulut
Palpasi pada mulut dilakukan terutama bila dari inspeksi
belum diperoleh data yang meyakinkan. Tujuannya adalah
mengetahui bentuk dan setiap ada kelainan yang dapat
diketahui dengan palpasi, yang meliputi pipi, dasar mulut,
palatum, dan lidah.
1) Pegang pipi di antara ibu jari dan jari telunjuk. Palpasi pipi
secara sistematis, dan perhatikan adanya tumor atau
pembengkakan. Bila ada pembengkakan, tentukan menurut
ukuran, konsistensi, hubungan dengan daerah sekitarnya,
dan adanya nyeri.
2) Lanjutkan palpasi pada platum dengan jari telunjuk dan
rasakan adanya pembengkakan dan fisura.
3) Palpasi dasar mulut dengan cara minta pasien mengucapkan
“el”, kemudian lakukan palpasi pada dasar mulut secara
sistematis dengan jari telunjuk tangan kanan, catat bila
ditemukan pembengkakan.
4) Palpasi lidah dengan cara meminta pasien menjulurkan
lidah, pegang lidah dengan kasa steril menggunakan tangan
kiri. Dengan jari telunjuk tangan kanan, lakukan palpasi
lidah terutama bagian belakang dan batas-batas lidah.
c. Faring
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya hipermia,
edema, absesretrofaringeal, peritonsilar, atau lainnya. Edema
faring umunya ditandai dengan mukosa yang pucat dan sembab
dan pada difteri dapat ditentukan dengan adanya bercak putih
abu-abu yang sulit diangkat (pseudomembran).
11. 6. Pemeriksaan Leher
Tujuannya adalah mengetahui bentuk leher, serta organ-organ
penting yang berkaitan. Caranya yaitu dengan inspeksi dan palpasi.
Inspeksi leher Jaringan parut, massa, tortikolis
Palpasi kelnjar limfe Limfadenopati servikal karena inflamasi,
keganasan
Inspeksi dan palpasi
posisi trakea
Deviasi trakea karena massa leher atau
pneumotoraks
Inspeksi kelenjar tiroid: Abnormalitas kelenjar tiroid
Pada saat istirahat
Ketika pasien
menelan air
Dari arah belakang
pasien, palpasi kelenjar
tiroid, termasuk ismus
dan lobus lateral :
Pada saat istirahat
Ketka pasien
menelan air