1. Bukti Fisik 38 | Karya Tulis ilmiah Diklat -Priyo Raharjo 1
Deskripsi Peserta Latih Pelatihan
P2 Kusta bagi Petugas Ponkesdes Kabupaten Sumenep
(Karya Tulis Ilmiah)
PRIYO RAHARJO
Widyaiswara Madya
UPT Pelatihan Kesehatan Masyarakat Murnajati
Email: masupi09@gmail.com
Abstrak
Kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh organisme intraseluler obligat mycobacterium
leprae. Bakteri ini terutama menyerang kulit dan saraf tepi serta mengakibatkan ulserasi mutilasi
dan deformita, sehingga dapat menimbulkan masalah social, psikologis, dan ekonomi. Tujuan
penelitian ini mengetahui gambaran hasil kemampuan awal dan akhir peserta latih P2 Kusta bagi
petugas Ponkesdes Kabupaten Sumenep. Jumlah sampel sebanyak 30 orang adalah peserta latih.
Pengumpulan data dilakukan dengan memeriksa hasil tes kemampuan awal dan kemampuan
akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pelatihan ini ternyata dapat meningkatkan hasil
tes kemampuan yan cenderung semua soal meningkat. Hasil ini tentunya dapat menjadi rujukan
bagi pelatihan sejenis untuk tenaga ponkesdes yang sangat jarang menerima pelatihan.
1. Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
Penyakit kusta adalah penyakit infeksi
granulomatosa menahun yang
disebabkan oleh organisme intraseluler
obligat mycobacterium leprae
(Kementerian kesehatan RI, 2012).
Mycobacterium leprae ditemukan
pertama kali oleh Henrik Armauer
Hansen pada 28 Februari 1873
(Amiruddin, 2012) melalui penelitiannya.
Bakteri ini tidak hanya menyerang kulit
tetapi juga saraf dan membran mukosa.
Penyakit ini tergolong penyakit menular.
Daya tahan hidup kuman kusta mencapai
7 hari di luar tubuh manusia dengan
suhu yang bervariasi dan 46 hari pada
suhu kamar. Kuman kusta memiliki masa
inkubasi 2—5 tahun bahkan juga dapat
memakan waktu lebih dari 5 tahun
(Kemenkes RI, 2015).
Kusta merupakan penyakit yang
menyeramkan dan ditakuti oleh karena
adanya ulserasi mutilasi, dan deformitas
yang disebabkannya, sehingga menim-
bulkan masalah social, psikologis, dan
ekonomis. Penyakit kusta terdiri dari dua
tipe yaitu Paucibasillary (PB) dan
Multibacillary (MB). Sumber penularan
penyakit kusta adalah penderita kusta tipe
MB. Penyakit kusta ditularkan melalui
kontak langsung melalui kulit dan saluran
pernapasan secara berulang-ulang dan
dalam jangka wantu yang lama.
Penyakit kusta menjadi hal penting yang
harus diperhatikan oleh Indonesia, karena
jumlahnya masih tinggi. Pada tahun 2015
di Indonesia dilaporkan 17.202 kasus baru
kusta dengan 84,5% kasus diantaranya
merupakan tipe MB (Kemenkes RI, 2015).
Jawa timur merupakan provinsi yang
memberikan kontribusi terbesar terhadap
jumlah kasus kusta di Indonesia. Beberapa
2. Bukti Fisik 38 | Karya Tulis ilmiah Diklat -Priyo Raharjo 2
tahun terakhir, kabupaten yang berada
di pulau Madura merupakan daerah
dengan angka penderita kusta melebihi
standar yang ditetapkan WHO.
Salah satu tujuan dari pengobatan ini
adalah untuk mencegah terjadinya cacat
atau mencegah bertambahnya cacat
yang sudah ada sebelum pengobatan.
Petugas kesehatan merupakan ujung
tombak upaya pelayanan kesehatan.
Petugas kesehatan sebaiknya
mempunyai andil besar dalam
peningkatan kualitas kesehatan.
Tingginya angka penderita kusta
menunjukkan bahwa peran petugas
kesehatan masih perlu ditingkatkan
dalam penanggulangan kusta ini.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran hasil pelatihan
dengan melihat tes kemampuan awal
dan tes kemampuan akhir. Petugas
ponkesdes yang biasanya diisi oleh bidan
perawat, merupakan garda terdepan
dalam pelayanan kesehatan. Dengan
pelatihan ini diharapkan perawat
ponkesdes mempunyai bekal dalam
penatalaksaan penyakit kusta.
2. Metode Penelitian
2.1. Lokasi dan Sasaran Penelitian
Lokasi penelitian adalah Peserta yang
mengikuti Pelatihan P2 Kusta bagi
petugas Ponkesdes kabupaten sumenep
sebanyak 30 orang yang terdiri dari 1
orang bidan dan 29 orang perawat
ponkesdes.
2.2.Data yang dikumpulkan
Data hasil kemampuan penjajagan awal
sesuai dengan materi dan pokok bahasan
yang diajarkan. Kemudian dibandingkan
dengan penjajagan akhir pada setiap
materi.
2.3.Metode Pengumpulan Data
Data penelitian yang digunakan adalah
hasil kemampuan penjajagan awal peserta
dan penjajagan akhir yang dilakukan setiap
selesai modul. Data inilah yang dilakukan
analisis oleh peneliti untuk mendapatkan
gambaran kemampuan peserta dalam
pelatihan ini.
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Penelitian
3.1.1. Materi Pengantar Penyakit Kusta
Hasil jawaban peserta tentang pengantar
penyakit kusta yaitu soal nomor 1-5,
terlihat masih banyak jawaban peserta
yang salah. Untuk soal nomor 2, hanya 1
orang peserta yang menjawab salah.
Gambar 3.1.Hasil Jawaban peserta per soal
3.1.2. Materi awal pelatihan
Dari gambar 3.2 terlihat bahwa terjadi
peningkatan yang baik hasil tes awal dan
akhir pelatihan.
0.0
29.0
9.0
7.0
12.0
29.0
30.0 30.0 30.0 30.0
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
16.0
18.0
20.0
22.0
24.0
26.0
28.0
30.0
Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5
3. Bukti Fisik 38 | Karya Tulis ilmiah Diklat -Priyo Raharjo 3
Gambar 3.2. Hasil Jawaban peserta per soal
3.1.3. Materi Inti Pelatihan
Gambar 3.3. Hasil Jawaban peserta per soal
Dari gambar 3.3 terlihat bahwa terjadi
peningkatan yang baik hasil tes awal dan
akhir pelatihan.
3.1.4. Materi Inti Pelatihan
Dari gambar 3.3 terlihat bahwa memang
pemberian materi dapat meningkatkan
pengetahuan peserta latih.
Gambar 3.4. Hasil Jawaban peserta per soal
3.1.5. Materi Inti Pelatihan
Hasil jawaban peserta yang menjawab tes
kemampuan awal dan akhir ternyata
terlihat bahwa soal ini dapat dipahami.
Gambar 3.5.Hasil Jawaban peserta per soal
3.1.6. Materi Inti Pelatihan
Gambar 3.6. Hasil Jawaban peserta per soal
2.0
10.0
9.0
10.0
3.0
29.0
30.0 30.0 30.0 30.0
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
16.0
18.0
20.0
22.0
24.0
26.0
28.0
30.0
Soal 6 Soal 7 Soal 8 Soal 9 Soal
10
5.0
12.0
3.0
10.0
8.0
30.0
30.0 29.0
20.0
30.0
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
16.0
18.0
20.0
22.0
24.0
26.0
28.0
30.0
Soal
11
Soal
12
Soal
13
Soal
14
Soal
15
9.0
10.0
3.0
5.0
17.0
29.0
30.0
19.0
30.0
20.0
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
16.0
18.0
20.0
22.0
24.0
26.0
28.0
30.0
Soal
16
Soal
17
Soal
18
Soal
19
Soal
20
14.0
7.0
18.0
8.0
5.0
30.0
28.0 30.0
24.0
21.0
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
16.0
18.0
20.0
22.0
24.0
26.0
28.0
30.0
Soal
21
Soal
22
Soal
23
Soal
24
Soal
25
5.0
24.0
22.0
10.0
7.0
29.0
30.0 29.0 30.0 30.0
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
16.0
18.0
20.0
22.0
24.0
26.0
28.0
30.0
Soal
26
Soal
27
Soal
28
Soal
29
Soal
30
4. Bukti Fisik 38 | Karya Tulis ilmiah Diklat -Priyo Raharjo 4
Dari gambar 3.6 terlihat bahwa soal
nomor 27 dan 28 sebagian besar peserta
dapat menjawab.
3.2. Pembahasan
Pada intinya keberhasilan pembangunan
Indonesia sangat ditentukan oleh
ketersediaan sumber daya manusia yang
berkualitas. Pembangunan sektor
kesehatan merupakan salah satu unsur
penentu, untuk mendapatkan sumber
daya manusia yang berkualitas,
masyarakat harus bebas dari berbagai
penyakit, termasuk penyakit kusta.
Penyakit kusta menjadi hal penting yang
harus diperhatikan oleh Indonesia,
karena jumlahnya masih tinggi. Pada
tahun 2015 di Indonesia dilaporkan
17.202 kasus baru kusta dengan 84,5%
kasus diantaranya merupakan tipe MB.
Penyakit kusta merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang ada
di Indonesia dengan rangking tertinggi di
provinsi Jawa Timur. Sumenep
merupakan rangking tertinggi juga untuk
provinsi Jawa Timur.
Menurut Notoatmodjo (2013), upaya
adalah suatu usaha, ikhtiar (untuk
mencapai maksud, memecahkan
persoalan, mencari jalan keluar, dan
sebagainya). Ruang lingkup upaya
kesehatan melalui prinsip promosi
kesehatan meliputi aspek peningkatan
kesehatan (promotif), aspek pencegahan
penyakit (preventif), aspek pengobatan
(kuratif), dan aspek pemulihan kesehatan
(rehabilitative).
Keputusan menteri kesehatan nomor
128/Menkes/SK/2004 menjelaskan
bahwa dinas kesehatan sebagai induk
dari puskesmas berfungsi sebagai
regulator memegang peranan penting
dalam menentukan dan mengarahkan
puskesmas. Tugas utama puskesmas
dalam pelayanan kusta terintegrasi
adalah pengelolaan MDT, promosi
kesehatan terkait kusta serta monitoring
dan evaluasi.
Ada 2 cara penemuan penderita kusta,
yakni penemuan pasif dan penemuan aktif.
Sebagai seorang petugas kesehatan,
sebaiknya hasil pelatihan ini menjadikan
petugas kesehatan yang secara aktif
menemukan penderita kusta.
Pelayanan kusta di sumenep masih
mengandalkan peranan wasor. Wasor
merupakan satu-satunya pemegang
peranan penting dalam upaya
pemberantasan penyakit kusta. Oleh
sebab itu dengan adanya pelatihan ini bagi
petugas kesehatan lainnya (bidan dan
perawat) diharapkan penanganan kusta di
sumenep dapat lebih baik. Wasor dan
petugas kesehatan seharusnya bersama-
sama melakukan usaha dalam rangka
mengurangi angka pasien kusta.
Pada pelatihan ini petugas kesehatan
diberi bekal untuk menangani penderita
kusta, namun mereka tidak sepenuhnya
diberi tanggung jawab untuk melakukan
tatalaksana pengobatan penderita kusta.
Selanjutnya peserta latih akan diberi tugas
untuk melakukan deteksi dini dan
pelaporan pada petugas P2 kusta
puskesmas.
Hasil penilaian kemampuan awal peserta
terlihat masih ada soal yang seluruh
peserta latih salah dalam menjawabnya.
Soal nomor 1 mengenai kekebalan tubuh
yang efektif. Sedang soal mengenai kapan
pemeriksaan POD, alat yang digunakan
untuk tes rasa raba di telapak tangan, soal
mengenai kasus hanya 3 (tiga) orang yang
benar. Sedangkan soal mengenai salah
satu tanda/gejala pasien yang mengalami
reaksi berat, jawaban pada penilaian
kemampuan awal masih ada 10 (sepuluh)
orang yang benar, namun pada penilaian
kemampuan akhir, semua jawaban peserta
latih salah. Padahal kemampuan
mengenai tanda/gejala ini penting bagi
5. Bukti Fisik 38 | Karya Tulis ilmiah Diklat -Priyo Raharjo 5
peserta latih dalam mendeteksi pasien
kusta.
Hasil jawaban peserta tentang pengantar
penyakit kusta yaitu soal nomor 1-5,
terlihat masih banyak jawaban peserta
yang salah. Terutama soal nomor 1
mengenai system kekebalan tubuh yang
efektif melawan kuman kusta, semua
peserta tidak dapat menjawab dengan
benar. Namun untuk cara yang paling
efektif untuk memutuskan mata rantai
penularan penyakit kusta, hanya 1
peserta yang tidak dapat menjawab.
Jawaban yang benar adalah MDT. Jika
peserta sudah mengetahui pengobatan
kusta.
Hasil setiap pokok bahasan terlihat
bahwa ada 1 (satu) soal dari setiap pokok
bahasan yang penting, namun sebagian
besar peserta masih salah. Pokok
bahasan penemuan kasus malaria,
tentang sumber terjadinya kekambuhan
(relapse) hanya ada satu yang benar. Ini
tentunya harus mendapatkan perhatian.
Peserta latih selain untuk mendeteksi
dini penyakit kusta, juga akan
mengajarkan bagaimana cara merawat
diri untuk mencegah berlanjutnya cacat
ke tingkat yang lebih berat. Peran
peserta latih juga memberikan
pendidikan tentang perawatan luka.
Menurut Fatimah (2013), penderita kusta
harus bisa melakukan perawatan diri
dengan teratur agar kecacatan yang
sudah terlanjur terjadi tidak bertambah
parah. Menurut hasil penelitian
perawatan diri dapat mengurangi tingkat
keparahan.
Pengalaman merupakan keseluruhan
yang didapat seseorang dari peristiwa
yang dilaluinya, artinya pengalaman
seseorang dapat mempengaruhi perilaku
dalam kehidupannya. Pengalaman
merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan. Semakin
banyak pengalaman seseorang terhadap
suatu hal, maka akan semakin
bertambah pula pengetahuan seseorang
akan hal tersebut (Notoatmodjo, 2010).
Sekali lagi, penerapan hasil pelatihan di
lapangan lebih penting dibanding hasil
pelatihan, agar tujuan dari pembangunan
kesehatan dapat terwujud menjadikan
masyarakat sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2014.
Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2014.
Surabaya.
Farha. Siti. 2015. Peran petugas kesehatan
dalam upaya menekan penularan kusta di
Kabupaten Sampang (studi antropologis
tentang penderita kusta). Departemen
Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Airlangga. Surabaya.
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman
Nasional Program Pengendalian Penyakit
Kusta. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan.
Mulyadi. Arif dkk. 2017. Upaya penderita kusta
dalam mencegah peningkatan derajat
kecacatan. Jurnal Ners dan Kebidanan,
Volume 4, No.3, Desember. Malang.