SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
EVALUASI PROGRAM
KESEHATAN
KELOMPOK 3 :
Andre Kurniyawan (2305053)
Anggi Wahyuni (2305036)
Ayuliana Anggraini (2305035)
Dahlia Eka Okta (2305062)
Desy Resfita (2305059)
Emiyati Djafar (2305060)
Jayandra (2305058)
Nunik Vera Yudha (2305026)
Risda Simatupang (2305032)
Yulia Mandayanti Sijabat (2305034)
Dosen: Drs. Kiswanto, M.Kes, PH.D
Definisi
EVALUASI PROGRAM
KESEHATAN
• Evaluasi adalah kinerja terhadap standar untuk menentukan apakah program perlu
diperbaiki, dipertahankan, atau dihentikan (Provus).
• Evaluasi adalah bagian dari proses pengambilan keputusan, di mana informasi
tentang tindakan dan hasilnya dievaluasi secara sistematis berdasarkan norma dan
kriteria, untuk memilih alternatif tindakan di masa depan (Morris Scaefer).
• Evaluasi adalah cara sistematis untuk belajar dari pengalaman dan menggunakan
pelajaran yang didapat untuk meningkatkan kegiatan saat ini serta memilih alternatif
tindakan yang lebih baik di masa depan (WHO).
• Evaluasi Program Kesehatan adalah prosedur atau cara untuk membandingkan
informasi terkait kegiatan implementasi program atau hasil kerja dengan
suatu standar capaian yang sudah disepakati. Hasil dari evaluasi ini digunakan untuk
memperbaiki, mempertahankan, atau mengakhiri suatu program
HAMBATAN EVALUASI PROGRAM
KESEHATAN
 Keterbatasan Data
 Keterbatasan Sumber Daya
 Kesulitan dalam Mengukur Dampak Jangka
Panjang
 Perubahan Lingkungan
 Keterbatasan Metode Evaluasi
 Ketergantungan Pada Pihak Eksternal
 Ketidaksetujuan Stakeholder
 Keterbatasan Waktu
MANFAAT EVALUASI PROGRAM
KESEHATAN
 Meningkatkan Kualitas Program
 MENGUKUR Keberhasilan
 Mengidentifikasi Perubahan Yang Diperlukan
 Mendukung Pengambilan Keputusan
 Akutabilitas
 Pengembangan Program Lebih Lanjut
 Menghemat Sumber Daya
 Meningkatkan Transparansi
MODEL EVALUASI
PROGRAM KESEHATAN
• Dimensi Efektifitas
• Dimensi Efisiensi
• Dimensi Kecukupan
• Dimensi Kesamaan
• Dimensi Akuntabilitas
• Dimensi Dampak Jangka Panjang
• Dimensi Perubahan Lingkungan
• Dimensi Metode Evaluasi
 Menurut Stake, “Model Evaluasi Stake” dibagi
menjadi : evaluasi konteks, evaluasi masukan,
evaluasi proses dan evaluasi hasil.
..
.
LANGKAH-LANGKAH
EVALUASI
PROGRAM
01 Libatkan pemangku kepentingan
02
Penjelasan program
03 Desain evaluasi
04
Pengumpulan Data
05 Analisis Data
06
Kesimpulan dan pelaporan
07 Membangun budaya evaluasi.
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS PARU DENGAN
STRATEGI DOTS DI PUSKESMAS TANAH KALIKEDINDING SURABAYA
ABSTRACT
The Directly Observed Treatment, Short-course (DOTS) Strategy is a tuberculosis control program. This study aims to evaluate
the implementation of the DOTS program in Public Health Center (PHC) of Tanah Kalikedinding whose results are associated
with the achievement of tuberculosis indicators. This study uses a descriptive design with a population that is all lung specialist
doctors, tuberculosis officers, laboratory workers, and pulmonary tuberculosis patients. Sampling technique with purposive
sampling. Data collection by interview questionnaire and checklist. The variables of this study are case finding, treatment,
driving and inhibiting factors, recording and reporting, and outcomes based on tuberculosis indicators. The results showed
the Case Detection Rate (CDR) at 2013 was 112% meeting the national target ≥70%. This success was due to the selection of
up to 87.5% in suspected tuberculosis (cough> 2 weeks) and all patients were examined according to the diagnosis flow in the
guidelines of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia, while the Success Rate (SR) at 2013 was 65.5% under the
target ≥85%. This is due to the fact that there are still patients who do not have a Drug Supervisor (PMO). The reinforcing
factor is routine counseling by staff at the Public health center (PHC). The inhibiting factor is the distance to the PHC which most
of the patients are more than 1 km (65.6%). Recording and reporting using an electronic system and reported online. The
conclusion of the study is the need for drug swallowing supervision to improve the success of the treatment is expected that all
tuberculosis patients have PMO.
Keywords: directly observed treatment short-course strategy, case detection rate, success rate, evaluation, tuberculosis
5 INDIKATOR dari JURNAL ..
.
a. Penemuan kasus (penjaringan suspek, diagnosa pasien,
petugas penjaringan suspek, ketepatan menentukan
tipe pasien, alur diagnosa, dan pemeriksaan dahak).
b. Pengobatan (PMO, fungsi PMO, evaluasi PMO,
perubahan komposisi OAT pada fase lanjutan, dan
frekuensi pengambilan OAT).
c. Factor pendorong (penyuluhan dan media informasi).
d. Factor penghambat (jarak dan alat transportasi)
e. Pencatatan dan pelaporan program DOTS (Directly
Observed Treatment Short-course)
MASALAH PENELITIAN
 Penerapan program DOTS yang dititikberatkan pada puskesmas ternyata belum
menuai hasil yang menggembirakan, karena baru menjangkau sebagian kasus
TB yang ada. Indikator utama dalam strategi DOTS adalah angka penemuan
kasus (CDR) dan angka keberhasilan pengobatan (SR).
 Angka kesembuhan / Cure Rate di puskesmas Tanah Kalikedinding adalah 39,7%
belum memenuhi target nasional yaitu ≥ 85%. Begitu juga dengan angka
keberhasilan pengobatan / Success Rate (SR) di puskesmas Tanah Kalikedinding
adalah 65,5% belum memenuhi target nasional yaitu ≥ 85%.
 Kota Surabaya memiliki kasus TB terbanyak di Provinsi Jawa Timur dengan angka
penemuan kasus (CDR) antara 30–69% dengan jumlah kasus yaitu 3990 kasus,
diikuti Kabupaten Jember dengan 3334 kasus. Kematian TB di Kota Surabaya
diperkirakan mencapai 10.108 penderita BTA positif.
 Proporsi BTA (+) triwulan 1dan 2 sama 15% (diatas rata-rata Jawa Timur yaitu
9%). Proporsi TB anak yakni 3% (di bawah rata-rata di Jawa Timur yaitu 4%)
(Dinkes Jatim, 2012).
TUJUAN PENELITIAN
 Mengevaluasi strategi DOTS (Directly Observed Treatment
Short-course) terhadap kasus TB paru di Puskesmas Tanah
Kalikedinding Surabaya tahun 2013.
 Menggambarkan pelaksanaan strategi DOTS berdasarkan
penemuan kasus.
 Menggambarkan pelaksanaan strategi DOTS berdasarkan
pengobatan.
 Menggambarkan faktor pendorong
 Menggambarkan factor penghambat
 Menggambarkan pencatatan dan pelaporan program DOTS
 Mengidentifikasi capaian Puskesmas Tanah Kalikedinding.
METODE PENELITIAN
Rancang bangun penelitian menggunakan
pendekatan deskriptif. Pengumpulan data
dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
Pengumpulan data kuantitatif melalui formulir
pelaporan TB, wawancara dengan kuesioner
tertutup, dan checklist. Sedangkan
pengumpulan data secara kualitatif dengan
kuesioner gabungan tertutup dan terbuka
LANDASAN TEORI
1. Penemuan Kasus
 TB paru yaitu batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat
diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk
darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
meriang lebih dari satu bulan (Depkes RI, 2011).
 Pasien baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan atau empat minggu
(Depkes RI, 2011). Kompetensi dalam menentukan tipe pasien penting
sebagai penentu katagori obat anti tuberkulosis.
 Notoadmojo (2005), Pelatihan merupakan cara untuk membekali seseorang
yang mempunyai pendidikan formal sesuai dengan tugasnya, sehingga
dapat meningkatkan kualitas pekerjaannya dengan harapan agar seseorang
lebih mudah melaksanakan tugasnya. Pelatihan juga merupakan suatu
proses pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atau
keterampilan khusus seseorang atau kelompok orang agar kinerjanya
meningkat.
2. Pengobatan
 Pengobatan pasien tuberkulosis dengan sistem DOTS, salah satu yang
dianjurkan adalah adanya PMO untuk mengingatkan pasien dalam
keteraturan menjalani pengobatan tuberkulosis yang membutuhkan waktu
lama (Depkes RI, 2011).
 Obat anti tuberkulosis harus ditelan teratur sesuai dengan jadwal yang
sudah ditentukan oleh petugas kesehatan terutama pada fase awal
pengobatan untuk menghindari terjadinya kegagalan (Depkes RI, 2009).
 Angka kesembuhan berguna untuk mengetahui efektivitas obat ani
tuberkulosis standar DOTS ketika diberikan kepada pasien TB di suatu
komunitas (Depkes RI, 2011).
 Menurut Sagbakken (2008), kepatuhan terhadap pengobatan TB adalah
suatu pertimbangan penting dalam program pengendalian TB karena
pengobatan yang tidak lengkap dapat menyebabkan infeksi
berkepanjangan, resistensi obat, kambuh, dan kematian.
3. Faktor Pendorong dan Penghambat
 Keteraturan pengobatan dapat dipengaruhi oleh edukasi yang dilakukan petugas
kesehatan dan dokter, serta peningkatan komunikasi pada saat pasien berobat.
Petugas kesehatan juga diharapkan menghubungi pasien untuk mengontrol
keteraturan berobat (Muarif, 2010).
 Tingkat pengetahuan rendah merupakan faktor risiko keterlambatan penemuan
kasus TB (WHO, 2006).
 Pendidikan kesehatan adalah upaya menterjemahkan sesuatu yang telah diketahui
tentang kesehatan kedalam perilaku yang diinginkan dari perseorangan ataupun
masyarakat melalui proses pendidikan. (Notoatmodjo, 2002). Tidak semua
penderita tuberkulosis paru mengetahui akan penyakit tuberkulosis secara benar
dan pengobatan secara benar.
 Sisa penghasilan rumah tangga yang rendah dan lokasi tempat tinggal yang jauh
dari fasilitas pelayanan kesehatan menghambat pasien TB untuk segera
memeriksakan kesehatannya dan mempengaruhi keteraturan berobat karena harus
ada biaya yang dikeluarkan untuk transportasi (Ariyanto, 2010).
4. Pencatatan dan Pelaporan
 Sesuai dengan hasil penelitian Arisandi (2005),
dan Hutahaean (2009) bahwa peralatan non
OAT berhubungan dengan kualitas petugas TB
dan berdasarkan salah satu atribut surveilans
yaitu stabilitas, data pasien TB yang memiliki
stabilitas yang tinggi karena pelaporannya
menggunakan komputer dan aplikasi software
memiliki data yang sifat reabilitas dan
availabilitas juga tinggi.
HASIL
1. Gejala yang digunakan untuk penjaringan suspek saat pasien pertama kali
datang ke puskesmas adalah hampir seluruhnya (87,5%) adalah batuk > 2 minggu
kadang disertai darah dan 12,5% sisanya mengeluh radang tenggorokan, sesak
nafas, batuk darah selama 3 hari dan demam disertai penurunan berat badan
2. Angka kesembuhan / Cure Rate di puskesmas Tanah Kalikedinding adalah 39,7%
belum memenuhi target yaitu ≥ 85%. Begitu juga dengan angka keberhasilan
pengobatan / Success Rate (SR) di puskesmas Tanah Kalikedinding adalah 65,5%
belum memenuhi target yaitu ≥ 85%.
3. Sebagian besar (68,8%) pasien saat berkunjung ke Puskesmas tanah Kalikedinding
belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang TB selain dari petugas TB
diruang TB yaitu dari mahasiswa.
4. Jarak rumah ke Puskesmas Tanah Kalikedinding pada sebagian besar (65,6%)
pasien adalah > 1 km dan alat transportasi yang digunakan oleh hampir semua
(81,3%) responden adalah motor, sepeda dan becak.
5. Pencatatan dan pelaporan sudah lengkap menggunakan aplikasi software (SITT)
REKOMENDASI
 Kesadaran pasien TB diperlukan dalam kepatuhan meminum
OAT selama 6 bulan.
 Pelatihan bagi tenaga kesehatan untuk mendiagnosis TB,
sehingga memudahkan penjaringan kasus TB.
 Penyuluhan diberikan oleh nakes menggunakan media
informasi yang mudah dipahami.
 Penyuluhan diberikan secara berkala tidak hanya pada
kunjungan pertama diruang TB.
 SITT sudah berjalan dengan baik, diperlukan konsistensi
petugas dalam pengisian saat pasien berobat.
 Melaksanakan evaluasi PMO dilakukan secara rutin tidak
hanya oleh keluarga suami atau istri namun juga oleh petugas
kesehatan yang didokumentasikan.
..
.
Terima Kasih..

More Related Content

Similar to Kel.3_Evaluasi Program Kesehatan....pptx

Ppt hafidh proposal new
Ppt hafidh proposal newPpt hafidh proposal new
Ppt hafidh proposal newHafidh Bagus
 
Review Jurnal Tentang Penerapan Telenursing dalam Keperawatan
Review Jurnal Tentang Penerapan Telenursing dalam KeperawatanReview Jurnal Tentang Penerapan Telenursing dalam Keperawatan
Review Jurnal Tentang Penerapan Telenursing dalam KeperawatanBella Citra H
 
Pedoman%20nasional%20penanggulangan%20tb
Pedoman%20nasional%20penanggulangan%20tbPedoman%20nasional%20penanggulangan%20tb
Pedoman%20nasional%20penanggulangan%20tbrieogiq
 
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)Mamang Bagiansah
 
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pdf
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pdfBAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pdf
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pdftikusTTTT
 
Dokumentasi Keperawatan pada Tatanan Pelayanan Kesehetan
Dokumentasi Keperawatan pada Tatanan Pelayanan KesehetanDokumentasi Keperawatan pada Tatanan Pelayanan Kesehetan
Dokumentasi Keperawatan pada Tatanan Pelayanan Kesehetanpjj_kemenkes
 
Dokumentasi Keperawatan pada Tatanan Pelayanan Kesehetan
Dokumentasi Keperawatan pada Tatanan Pelayanan KesehetanDokumentasi Keperawatan pada Tatanan Pelayanan Kesehetan
Dokumentasi Keperawatan pada Tatanan Pelayanan Kesehetanpjj_kemenkes
 
Konsep PAGT - Monitoring dan Evaluasi
Konsep PAGT - Monitoring dan EvaluasiKonsep PAGT - Monitoring dan Evaluasi
Konsep PAGT - Monitoring dan EvaluasiRatnawati Sigamma
 
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013Dayu Agung Dewi Sawitri
 
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pptx
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pptxBAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pptx
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pptxKlinikBhayangkaraMed
 
Design buku pedoman tb 2012 revisi 3
Design buku pedoman tb 2012 revisi 3Design buku pedoman tb 2012 revisi 3
Design buku pedoman tb 2012 revisi 3DR Irene
 
PENGARUH STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI HARGA DIRI RENDAH TERHADAP PERUBAHAN...
PENGARUH STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI HARGA DIRI RENDAH TERHADAP PERUBAHAN...PENGARUH STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI HARGA DIRI RENDAH TERHADAP PERUBAHAN...
PENGARUH STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI HARGA DIRI RENDAH TERHADAP PERUBAHAN...Nanang Soleh
 
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...Aji Wibowo
 
mini project tb paru
mini project tb parumini project tb paru
mini project tb paruHari Kesuma
 
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan pjj_kemenkes
 
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan pjj_kemenkes
 

Similar to Kel.3_Evaluasi Program Kesehatan....pptx (20)

Ppt hafidh proposal new
Ppt hafidh proposal newPpt hafidh proposal new
Ppt hafidh proposal new
 
Review Jurnal Tentang Penerapan Telenursing dalam Keperawatan
Review Jurnal Tentang Penerapan Telenursing dalam KeperawatanReview Jurnal Tentang Penerapan Telenursing dalam Keperawatan
Review Jurnal Tentang Penerapan Telenursing dalam Keperawatan
 
Pedoman%20nasional%20penanggulangan%20tb
Pedoman%20nasional%20penanggulangan%20tbPedoman%20nasional%20penanggulangan%20tb
Pedoman%20nasional%20penanggulangan%20tb
 
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)
 
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pdf
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pdfBAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pdf
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pdf
 
Dokumentasi Keperawatan pada Tatanan Pelayanan Kesehetan
Dokumentasi Keperawatan pada Tatanan Pelayanan KesehetanDokumentasi Keperawatan pada Tatanan Pelayanan Kesehetan
Dokumentasi Keperawatan pada Tatanan Pelayanan Kesehetan
 
Dokumentasi Keperawatan pada Tatanan Pelayanan Kesehetan
Dokumentasi Keperawatan pada Tatanan Pelayanan KesehetanDokumentasi Keperawatan pada Tatanan Pelayanan Kesehetan
Dokumentasi Keperawatan pada Tatanan Pelayanan Kesehetan
 
Konsep PAGT - Monitoring dan Evaluasi
Konsep PAGT - Monitoring dan EvaluasiKonsep PAGT - Monitoring dan Evaluasi
Konsep PAGT - Monitoring dan Evaluasi
 
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
 
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pptx
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pptxBAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pptx
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pptx
 
Design buku pedoman tb 2012 revisi 3
Design buku pedoman tb 2012 revisi 3Design buku pedoman tb 2012 revisi 3
Design buku pedoman tb 2012 revisi 3
 
PENGARUH STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI HARGA DIRI RENDAH TERHADAP PERUBAHAN...
PENGARUH STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI HARGA DIRI RENDAH TERHADAP PERUBAHAN...PENGARUH STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI HARGA DIRI RENDAH TERHADAP PERUBAHAN...
PENGARUH STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI HARGA DIRI RENDAH TERHADAP PERUBAHAN...
 
puskesmas
puskesmaspuskesmas
puskesmas
 
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...
 
mini project tb paru
mini project tb parumini project tb paru
mini project tb paru
 
Jurnal lutfi.pptx
Jurnal lutfi.pptxJurnal lutfi.pptx
Jurnal lutfi.pptx
 
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
 
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
 
PPT Risalah bru.ppt
PPT Risalah bru.pptPPT Risalah bru.ppt
PPT Risalah bru.ppt
 
Surveilans Praktik Pelayanan Kebidanan
Surveilans Praktik Pelayanan KebidananSurveilans Praktik Pelayanan Kebidanan
Surveilans Praktik Pelayanan Kebidanan
 

Recently uploaded

obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandungobat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandungariniastuti020
 
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIStandar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIgermanaaprianineno
 
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasissupi412
 
158679843-Penyuluhan-Katarak-Koass-Mata.ppt
158679843-Penyuluhan-Katarak-Koass-Mata.ppt158679843-Penyuluhan-Katarak-Koass-Mata.ppt
158679843-Penyuluhan-Katarak-Koass-Mata.pptnabillasy1
 
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docx
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docxMAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docx
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docxcholiftiara1
 
obat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogor
obat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogorobat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogor
obat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogorariniastuti020
 
DIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptx
DIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptxDIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptx
DIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptxulfahyus
 
fisiologi haid dan bagaimana. Kita bersa
fisiologi haid dan bagaimana. Kita bersafisiologi haid dan bagaimana. Kita bersa
fisiologi haid dan bagaimana. Kita bersaAgusSupriyanto987244
 
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptxKONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptxrosintauli1
 
Kota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjk
Kota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjkKota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjk
Kota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjkklinikrizkiasyifa
 
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasiobat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasiariniastuti020
 
APLIKASI SIstem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga 2023.ppt
APLIKASI SIstem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga 2023.pptAPLIKASI SIstem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga 2023.ppt
APLIKASI SIstem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga 2023.pptrosintauli1
 

Recently uploaded (13)

obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandungobat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
 
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIStandar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
 
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
 
14# Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 1 bulan [087776558899]
14# Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 1 bulan [087776558899]14# Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 1 bulan [087776558899]
14# Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 1 bulan [087776558899]
 
158679843-Penyuluhan-Katarak-Koass-Mata.ppt
158679843-Penyuluhan-Katarak-Koass-Mata.ppt158679843-Penyuluhan-Katarak-Koass-Mata.ppt
158679843-Penyuluhan-Katarak-Koass-Mata.ppt
 
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docx
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docxMAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docx
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docx
 
obat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogor
obat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogorobat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogor
obat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogor
 
DIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptx
DIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptxDIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptx
DIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptx
 
fisiologi haid dan bagaimana. Kita bersa
fisiologi haid dan bagaimana. Kita bersafisiologi haid dan bagaimana. Kita bersa
fisiologi haid dan bagaimana. Kita bersa
 
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptxKONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
 
Kota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjk
Kota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjkKota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjk
Kota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjk
 
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasiobat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
 
APLIKASI SIstem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga 2023.ppt
APLIKASI SIstem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga 2023.pptAPLIKASI SIstem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga 2023.ppt
APLIKASI SIstem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga 2023.ppt
 

Kel.3_Evaluasi Program Kesehatan....pptx

  • 1. EVALUASI PROGRAM KESEHATAN KELOMPOK 3 : Andre Kurniyawan (2305053) Anggi Wahyuni (2305036) Ayuliana Anggraini (2305035) Dahlia Eka Okta (2305062) Desy Resfita (2305059) Emiyati Djafar (2305060) Jayandra (2305058) Nunik Vera Yudha (2305026) Risda Simatupang (2305032) Yulia Mandayanti Sijabat (2305034) Dosen: Drs. Kiswanto, M.Kes, PH.D
  • 2. Definisi EVALUASI PROGRAM KESEHATAN • Evaluasi adalah kinerja terhadap standar untuk menentukan apakah program perlu diperbaiki, dipertahankan, atau dihentikan (Provus). • Evaluasi adalah bagian dari proses pengambilan keputusan, di mana informasi tentang tindakan dan hasilnya dievaluasi secara sistematis berdasarkan norma dan kriteria, untuk memilih alternatif tindakan di masa depan (Morris Scaefer). • Evaluasi adalah cara sistematis untuk belajar dari pengalaman dan menggunakan pelajaran yang didapat untuk meningkatkan kegiatan saat ini serta memilih alternatif tindakan yang lebih baik di masa depan (WHO). • Evaluasi Program Kesehatan adalah prosedur atau cara untuk membandingkan informasi terkait kegiatan implementasi program atau hasil kerja dengan suatu standar capaian yang sudah disepakati. Hasil dari evaluasi ini digunakan untuk memperbaiki, mempertahankan, atau mengakhiri suatu program
  • 3. HAMBATAN EVALUASI PROGRAM KESEHATAN  Keterbatasan Data  Keterbatasan Sumber Daya  Kesulitan dalam Mengukur Dampak Jangka Panjang  Perubahan Lingkungan  Keterbatasan Metode Evaluasi  Ketergantungan Pada Pihak Eksternal  Ketidaksetujuan Stakeholder  Keterbatasan Waktu
  • 4. MANFAAT EVALUASI PROGRAM KESEHATAN  Meningkatkan Kualitas Program  MENGUKUR Keberhasilan  Mengidentifikasi Perubahan Yang Diperlukan  Mendukung Pengambilan Keputusan  Akutabilitas  Pengembangan Program Lebih Lanjut  Menghemat Sumber Daya  Meningkatkan Transparansi
  • 5. MODEL EVALUASI PROGRAM KESEHATAN • Dimensi Efektifitas • Dimensi Efisiensi • Dimensi Kecukupan • Dimensi Kesamaan • Dimensi Akuntabilitas • Dimensi Dampak Jangka Panjang • Dimensi Perubahan Lingkungan • Dimensi Metode Evaluasi  Menurut Stake, “Model Evaluasi Stake” dibagi menjadi : evaluasi konteks, evaluasi masukan, evaluasi proses dan evaluasi hasil.
  • 6. .. . LANGKAH-LANGKAH EVALUASI PROGRAM 01 Libatkan pemangku kepentingan 02 Penjelasan program 03 Desain evaluasi 04 Pengumpulan Data 05 Analisis Data 06 Kesimpulan dan pelaporan 07 Membangun budaya evaluasi.
  • 7. EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS PARU DENGAN STRATEGI DOTS DI PUSKESMAS TANAH KALIKEDINDING SURABAYA ABSTRACT The Directly Observed Treatment, Short-course (DOTS) Strategy is a tuberculosis control program. This study aims to evaluate the implementation of the DOTS program in Public Health Center (PHC) of Tanah Kalikedinding whose results are associated with the achievement of tuberculosis indicators. This study uses a descriptive design with a population that is all lung specialist doctors, tuberculosis officers, laboratory workers, and pulmonary tuberculosis patients. Sampling technique with purposive sampling. Data collection by interview questionnaire and checklist. The variables of this study are case finding, treatment, driving and inhibiting factors, recording and reporting, and outcomes based on tuberculosis indicators. The results showed the Case Detection Rate (CDR) at 2013 was 112% meeting the national target ≥70%. This success was due to the selection of up to 87.5% in suspected tuberculosis (cough> 2 weeks) and all patients were examined according to the diagnosis flow in the guidelines of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia, while the Success Rate (SR) at 2013 was 65.5% under the target ≥85%. This is due to the fact that there are still patients who do not have a Drug Supervisor (PMO). The reinforcing factor is routine counseling by staff at the Public health center (PHC). The inhibiting factor is the distance to the PHC which most of the patients are more than 1 km (65.6%). Recording and reporting using an electronic system and reported online. The conclusion of the study is the need for drug swallowing supervision to improve the success of the treatment is expected that all tuberculosis patients have PMO. Keywords: directly observed treatment short-course strategy, case detection rate, success rate, evaluation, tuberculosis
  • 8. 5 INDIKATOR dari JURNAL .. . a. Penemuan kasus (penjaringan suspek, diagnosa pasien, petugas penjaringan suspek, ketepatan menentukan tipe pasien, alur diagnosa, dan pemeriksaan dahak). b. Pengobatan (PMO, fungsi PMO, evaluasi PMO, perubahan komposisi OAT pada fase lanjutan, dan frekuensi pengambilan OAT). c. Factor pendorong (penyuluhan dan media informasi). d. Factor penghambat (jarak dan alat transportasi) e. Pencatatan dan pelaporan program DOTS (Directly Observed Treatment Short-course)
  • 9. MASALAH PENELITIAN  Penerapan program DOTS yang dititikberatkan pada puskesmas ternyata belum menuai hasil yang menggembirakan, karena baru menjangkau sebagian kasus TB yang ada. Indikator utama dalam strategi DOTS adalah angka penemuan kasus (CDR) dan angka keberhasilan pengobatan (SR).  Angka kesembuhan / Cure Rate di puskesmas Tanah Kalikedinding adalah 39,7% belum memenuhi target nasional yaitu ≥ 85%. Begitu juga dengan angka keberhasilan pengobatan / Success Rate (SR) di puskesmas Tanah Kalikedinding adalah 65,5% belum memenuhi target nasional yaitu ≥ 85%.  Kota Surabaya memiliki kasus TB terbanyak di Provinsi Jawa Timur dengan angka penemuan kasus (CDR) antara 30–69% dengan jumlah kasus yaitu 3990 kasus, diikuti Kabupaten Jember dengan 3334 kasus. Kematian TB di Kota Surabaya diperkirakan mencapai 10.108 penderita BTA positif.  Proporsi BTA (+) triwulan 1dan 2 sama 15% (diatas rata-rata Jawa Timur yaitu 9%). Proporsi TB anak yakni 3% (di bawah rata-rata di Jawa Timur yaitu 4%) (Dinkes Jatim, 2012).
  • 10. TUJUAN PENELITIAN  Mengevaluasi strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) terhadap kasus TB paru di Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya tahun 2013.  Menggambarkan pelaksanaan strategi DOTS berdasarkan penemuan kasus.  Menggambarkan pelaksanaan strategi DOTS berdasarkan pengobatan.  Menggambarkan faktor pendorong  Menggambarkan factor penghambat  Menggambarkan pencatatan dan pelaporan program DOTS  Mengidentifikasi capaian Puskesmas Tanah Kalikedinding.
  • 11. METODE PENELITIAN Rancang bangun penelitian menggunakan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data kuantitatif melalui formulir pelaporan TB, wawancara dengan kuesioner tertutup, dan checklist. Sedangkan pengumpulan data secara kualitatif dengan kuesioner gabungan tertutup dan terbuka
  • 12. LANDASAN TEORI 1. Penemuan Kasus  TB paru yaitu batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes RI, 2011).  Pasien baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan atau empat minggu (Depkes RI, 2011). Kompetensi dalam menentukan tipe pasien penting sebagai penentu katagori obat anti tuberkulosis.  Notoadmojo (2005), Pelatihan merupakan cara untuk membekali seseorang yang mempunyai pendidikan formal sesuai dengan tugasnya, sehingga dapat meningkatkan kualitas pekerjaannya dengan harapan agar seseorang lebih mudah melaksanakan tugasnya. Pelatihan juga merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atau kelompok orang agar kinerjanya meningkat.
  • 13. 2. Pengobatan  Pengobatan pasien tuberkulosis dengan sistem DOTS, salah satu yang dianjurkan adalah adanya PMO untuk mengingatkan pasien dalam keteraturan menjalani pengobatan tuberkulosis yang membutuhkan waktu lama (Depkes RI, 2011).  Obat anti tuberkulosis harus ditelan teratur sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan oleh petugas kesehatan terutama pada fase awal pengobatan untuk menghindari terjadinya kegagalan (Depkes RI, 2009).  Angka kesembuhan berguna untuk mengetahui efektivitas obat ani tuberkulosis standar DOTS ketika diberikan kepada pasien TB di suatu komunitas (Depkes RI, 2011).  Menurut Sagbakken (2008), kepatuhan terhadap pengobatan TB adalah suatu pertimbangan penting dalam program pengendalian TB karena pengobatan yang tidak lengkap dapat menyebabkan infeksi berkepanjangan, resistensi obat, kambuh, dan kematian.
  • 14. 3. Faktor Pendorong dan Penghambat  Keteraturan pengobatan dapat dipengaruhi oleh edukasi yang dilakukan petugas kesehatan dan dokter, serta peningkatan komunikasi pada saat pasien berobat. Petugas kesehatan juga diharapkan menghubungi pasien untuk mengontrol keteraturan berobat (Muarif, 2010).  Tingkat pengetahuan rendah merupakan faktor risiko keterlambatan penemuan kasus TB (WHO, 2006).  Pendidikan kesehatan adalah upaya menterjemahkan sesuatu yang telah diketahui tentang kesehatan kedalam perilaku yang diinginkan dari perseorangan ataupun masyarakat melalui proses pendidikan. (Notoatmodjo, 2002). Tidak semua penderita tuberkulosis paru mengetahui akan penyakit tuberkulosis secara benar dan pengobatan secara benar.  Sisa penghasilan rumah tangga yang rendah dan lokasi tempat tinggal yang jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan menghambat pasien TB untuk segera memeriksakan kesehatannya dan mempengaruhi keteraturan berobat karena harus ada biaya yang dikeluarkan untuk transportasi (Ariyanto, 2010).
  • 15. 4. Pencatatan dan Pelaporan  Sesuai dengan hasil penelitian Arisandi (2005), dan Hutahaean (2009) bahwa peralatan non OAT berhubungan dengan kualitas petugas TB dan berdasarkan salah satu atribut surveilans yaitu stabilitas, data pasien TB yang memiliki stabilitas yang tinggi karena pelaporannya menggunakan komputer dan aplikasi software memiliki data yang sifat reabilitas dan availabilitas juga tinggi.
  • 16. HASIL 1. Gejala yang digunakan untuk penjaringan suspek saat pasien pertama kali datang ke puskesmas adalah hampir seluruhnya (87,5%) adalah batuk > 2 minggu kadang disertai darah dan 12,5% sisanya mengeluh radang tenggorokan, sesak nafas, batuk darah selama 3 hari dan demam disertai penurunan berat badan 2. Angka kesembuhan / Cure Rate di puskesmas Tanah Kalikedinding adalah 39,7% belum memenuhi target yaitu ≥ 85%. Begitu juga dengan angka keberhasilan pengobatan / Success Rate (SR) di puskesmas Tanah Kalikedinding adalah 65,5% belum memenuhi target yaitu ≥ 85%. 3. Sebagian besar (68,8%) pasien saat berkunjung ke Puskesmas tanah Kalikedinding belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang TB selain dari petugas TB diruang TB yaitu dari mahasiswa. 4. Jarak rumah ke Puskesmas Tanah Kalikedinding pada sebagian besar (65,6%) pasien adalah > 1 km dan alat transportasi yang digunakan oleh hampir semua (81,3%) responden adalah motor, sepeda dan becak. 5. Pencatatan dan pelaporan sudah lengkap menggunakan aplikasi software (SITT)
  • 17. REKOMENDASI  Kesadaran pasien TB diperlukan dalam kepatuhan meminum OAT selama 6 bulan.  Pelatihan bagi tenaga kesehatan untuk mendiagnosis TB, sehingga memudahkan penjaringan kasus TB.  Penyuluhan diberikan oleh nakes menggunakan media informasi yang mudah dipahami.  Penyuluhan diberikan secara berkala tidak hanya pada kunjungan pertama diruang TB.  SITT sudah berjalan dengan baik, diperlukan konsistensi petugas dalam pengisian saat pasien berobat.  Melaksanakan evaluasi PMO dilakukan secara rutin tidak hanya oleh keluarga suami atau istri namun juga oleh petugas kesehatan yang didokumentasikan.