Membahas mengenai Kelangsungan Usaha dan Ancaman Kebangkrutan, Penyebab Kegagalan, Manfaat Informasi Kebangkrutan, Alat Pendeteksi Kebangkrutan, Analisis Altman Z-Score, Analisis Springate Score, Analisis Zmijewski Score
Akuntan sering dihadapkan pada berbagai masalah yang menyangkut transaksi yang memerlukan interpretasi atau analisa khusus seperti analisis ekonomi, social, hukum, statistic, dan politik. Misalnya,dalam akuntansi terdapat karakteristik kualitatif dan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, yaitu obyektif. Namun demikian, tidak ada ukuran yang pasti terhadap kualitas tersebut. Karena memang akuntansi bukan bersifat matematis yang memiliki obyektifitas mutlak.
Akuntan sering dihadapkan pada berbagai masalah yang menyangkut transaksi yang memerlukan interpretasi atau analisa khusus seperti analisis ekonomi, social, hukum, statistic, dan politik. Misalnya,dalam akuntansi terdapat karakteristik kualitatif dan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, yaitu obyektif. Namun demikian, tidak ada ukuran yang pasti terhadap kualitas tersebut. Karena memang akuntansi bukan bersifat matematis yang memiliki obyektifitas mutlak.
Materi pasar saham yang menjelaskan mengenai rasio finansial yang merupakan salah satu pertimbangan investasi dalam bentuk angka-angka yang dikalkukasi
Balanced Scorecard. Perkembangan di dalam dunia bisnis saat ini semakin kompetitif sehingga menyebabkan persaingan yang luar biasa. Selain itu juga membuat perubahan dalam hal lainnya seperti produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia (SDM) serta bagaimana cara penanganan suatu transaksi pada suatu perusahaan dengan para pelanggan atau antara perusahaan dengan perusahaan yang lainnya.
Investasi yang akan dilakukan perusahaan akan berpengaruh langsung terhadap kelancaran dan kelangsungan aktivitas operasional harian perusahaan. Perusahaan yang telah merencanakan untuk berproduksi pada kapasitas tertentu, memerlukan seperangkat alat pendukung yang mampu menunjang rencana kerja tersebut.
Membahas mengenai Akuntansi dan Penilaian Kinerja, EVA, Ukuran Kinerja, Langkah Perbaikan dan Manfaatnya, Keunggulan dan Kelamahan EVA, Residual Income, Biaya Modal (Cost Of Capital)
Membahas mengenai Hubungan diantara beberapa elemen, Marjin Kontribusi, Titik Impas, Biaya Diferensial, Manfaat Analisis Biaya Diferensial, Hubungan dengan Titik Impas, Biaya Konversi.
Penilaian kinerja adalah suatu proses yang dilakukan untuk menilai pelaksaan pekerjaan personel dan memberikan umpan balik bagi kesesuaian serta peningkatan kinerja tim. Dalam mencapai tujuan menciptakan kekayaan, manajemen perusahaan dibagi ke dalam beberapa fungsi yaitu Manajemen Strategis, Perencanaan dan Pengambilan Keputusan, Pengendalian Manajemen dan Operasi, serta Penyiapan Laporan Keuangan.
anggaran yang disusun dengan kemampuan untuk memberikan penyesuaian tolak ukur yang baik atas setiap perubahan tingkat aktivitas aktual yang dialami perusahaan. Untuk menyusun anggaran fleksibel, perusahaan harus membangun suatu rumus atau tarif tertentu dari setiap elemen biaya yang dibuat.
Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan metode pengendalian biaya.Biaya dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban dihubungkan dengan manajer yang memiliki wewenang untuk mengkonsumsi sumber daya.Karena sumber daya yang digunakan harus dinyatakan dalam satuan uang dan itu merupakan biaya, maka sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan satu metode pengendalian biaya yang memungkinkan manajemen untuk melakukan pengelolaan biaya.
penyusunan anggaran komprehensif adalah sangat penting untuk setiap organisasi, karena akan mendatangkan manfaat berupa adanya pendekatan secara sistematis terhdap kebijaksanaan manajemen, serta mempermudah diadakannya evaluasi tujuan akhir perusahaan secara kuantitatif.
Activity based costing adalah salah satu metode akuntansi yang dilakukan untuk meningkatkan informasi biaya yang lebih akurat dibanding metode konvensional. Titik berat penghitungan biaya menggunakan metode activity based costing terletak pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan suatu perusahaan dalam proses produksi.
PROYEKSI NERACA adalah prediksi jumlah dan rincian kekayaan yang akan dimiliki perusahaan beserta seluruh kewajibannya, baik kepada kreditor maupun kepada pemegang saham, pada suatu periode tertentu di masa mendatang
Apa itu SP2DK Pajak?
SP2DK adalah singkatan dari Surat Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau Keterangan yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pajak (KPP) kepada Wajib Pajak (WP). SP2DK juga sering disebut sebagai surat cinta pajak.
Apa yang harus dilakukan jika mendapatkan SP2DK?
Biasanya, setelah mengirimkan SPT PPh Badan, DJP akan mengirimkan SP2DK. Namun, jangan khawatir, dalam webinar ini, enforce A akan membahasnya. Kami akan memberikan tips tentang bagaimana cara menanggapi SP2DK dengan tepat agar kewajiban pajak dapat diselesaikan dengan baik dan perusahaan tetap efisien dalam biaya pajak. Kami juga akan memberikan tips tentang bagaimana mencegah diterbitkannya SP2DK.
Daftar isi enforce A webinar:
https://enforcea.com/
Dapat SP2DK,Harus Apa? enforce A
Apa Itu SP2DK? How It Works?
How to Response SP2DK?
SP2DK Risk Management & Planning
SP2DK? Surat Cinta DJP? Apa itu SP2DK?
How It Works?
Garis Waktu Kewajiban Pajak
Indikator Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak
SP2DK adalah bagian dari kegiatan Pengawasan Kepatuhan Pajak
Penelitian Kepatuhan Formal
Penelitian Kepatuhan Material
Jenis Penelitian Kepatuhan Material
Penelitian Komprehensif WP Strategis
Data dan/atau Keterangan dalam Penelitian Kepatuhan Material
Simpulan Hasil Penelitian Kepatuhan Material Umum di KPP
Pelaksanaan SP2DK
Penelitian atas Penjelasan Wajib Pajak
Penerbitan dan Penyampaian SP2DK
Kunjungan Dalam Rangka SP2DK
Pembahasan dan Penyelesaian SP2DK
How DJP Get Data?
Peta Kepatuhan dan Daftar Sasaran Prioritas Penggalian Potensi (DSP3)
Sumber Data SP2DK Ekualisasi
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Penghasilan PPh Badan vs DPP PPN
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Gaji , Bonus dll vs PPh Pasal 21
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Jasa, Sewa & Bunga vs PPh Pasal 23/2 & 4 Ayat (2)/15
Sumber Data SP2DK Mirroring
Sumber Data SP2DK Benchmark
Laporan Hasil P2DK (LHP2DK)
Simpulan dan Rekomendasi Tindak Lanjut LHP2DK
Tindak lanjut SP2DK
Kaidah utama SP2DK
How to Response SP2DK?
Bagaimana Menyusun Tanggapan SP2DK yang Baik
SP2DK Risk Management & Planning
Bagaimana menghindari adanya SP2DK?
Kaidah Manajemen Perpajakan yang Baik
Tax Risk Management enforce A APPTIMA
Tax Efficiency : How to Achieve It?
Tax Diagnostic enforce A Discon 20 % Free 1 month retainer advisory (worth IDR 15 million)
Corporate Tax Obligations Review (Tax Diagnostic) 2023 enforce A
Last but Important…
Bertanya atau konsultasi Tax Help via chat consulting Apps enforce A
Materi ini telah dibahas di channel youtube EnforceA Konsultan Pajak https://youtu.be/pbV7Y8y2wFE?si=SBEiNYL24pMPccLe
2. Garis Besar Presentasi
POKOK PEMBAHASAN
Kelangsungan Usaha dan Ancaman Kebangkrutan
Penyebab Kegagalan
Manfaat Informasi Kebangkrutan
Alat Pendeteksi Kebangkrutan
Analisis Altman Z-Score
Analisis Springate Score
Analisis Zmijewski Score
3. Kelangsungan
Usaha dan
Ancaman
Kebangkrutan
KEBANGKRUTAN
Diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam
menjalankan operasi untuk mencapai tujuannya.
Kegagalan ekonomis berarti pendapatan
perusahaan tidak mampu menutup biaya sendiri.
Sedangkan kegagalan keuangan berarti
perusahaan tidak dapat memenuhi
kewajibannya ketika harus dipenuhi, walaupun
total nilai aset melebihi kewajiban totalnya.
4. Kebangkrutan atau kegagalan keuangan perusahaan diartikan sebagai
ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya
pada saat jatuh tempo yang menyebabkan kebangkrutan ata kesulitan
likuiditas yang mungkin sebagai awal kebangkrutan.
Suatu perusahaan dianggap mengalami kebangkrutan atau kegagalan
keuangan ketika tingkat pengembalian yang diperoleh perusahaan lebih kecil
dari total biaya uang harus dikeluarkannya - dalam jangka panjang. Kesulitan
keuangan yang terus menerus dihadapi perusahaan karena biaya yang
dikeluarkan lebih besar dari pendapatannya akan mengancam kelangsungan
usaha perusahaan dalam jangka panjang. Akumulasi kesulitan mengelola
keuangan dalam jangka panjang akan mengakibatkan nilai aset yang lebih
kecil dibandingkan dengan kewajiban totalnya.
5. a. Perusahaan yang menghadapi technically insolvent, jika
perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya yang segera
jatuh tempo tetapi nilai aset perusahaan lebih tinggi daripada
utangnya.
3 Jenis Kegagalan
dalam perusahaan :
b. Perusahaan yang menghadapi legally insolvent, jika nilai aset
perusahaan lebih rencah daripada nilai utang perusahaan.
c. Perusahaan yang menghadapi kebangkrutan, yaitu jika tidak
dapat membayar utangnya dan oleh pengadilan dinyatakan pailit
6. Penyebab kegagalan
perusahaan digolongan :
Adanya utang yang terlalu besar sehingga memberikan beban tetap yang berat
bagi perusahaan
Adanya current liabilities yang terlalu besar di atas current assets
Lambatnya penagihan piutang atau banyaknya bad debt
Kesalahan dalam deviden policy
Tidak cukupnya dana-dana penyusutan
Kesalahan pengelolaan dibidang keuangan meliputi :
FAKTOR INTERNAL1.
7. Penyebab kegagalan
perusahaan digolongan :
Kesalahan dalam pemilihan tempat kedudukan perusahaan
Kesalahan dalam penentuan produk yang dihasilkan
Kesalahan dalam penentuan besarnya perusahaan
Kurang baiknya struktur organisasi perusahaan
Kesalahan dalam pemilihan pimpinan perusahaan
Kesalahan dalam kebijakan pembelian
Kesalahan dalam kebijakan produksi
Kesalahan dalam kebijakan pemasaran
Adanya ekspansi yang berlebih-lebihan
Kesalahan pengelolaan dibidang nonkeuangan meliputi :
FAKTOR INTERNAL1.
8. Penyebab kegagalan
perusahaan digolongan :
Penyebab eksternal adalah berbagai hal yang timbul dan berasal dari luar
perusahaan :
a. Kondisi perekonomian secara makro, baik domestik maupun internasional
b. Adanya persaingan yang ketat
c. Berkurangnya permintaan terhadap produk yang dihasilkannya
d. Turunnya harga-harga dan sebagainya
2. FAKTOR EKSTERNAL
11. ANALISIS ALTMAN
Z-SCORE
Adalah metode untuk memprediksi keberlangsungan hidup suatu perusahaan
dengan mengkombinasikan beberapa rasio keuangan yang umum dan
pemberian bobot yang berbeda satu dengan lainnya. Itu berarti dengan Z-
Score dapat diprediksi kemungkinan kebangkrutan suatu perusahaan.
Analisis Z-Score pertama kali dikemukakan oleh Edward I Altman pada tahun
1968 sebagai hasil penelitiannya. Setelah menyeleksi 22 rasio keuangan,
ditemukan 5 rasio yang dapat dikombinasikan untuk melihat perusahaan yang
bangkrut dan tidak bangkrut. Altman melakukan beberapa penelitian dengan
objek perusahaan yang berbeda kondisinya.
12. Rumus Z-Score pertama dihasilkan Altman pada tahun 1968. Rumus Altman lebih cocok
dgunakan untuk memprediksi keberlangsungan usaha perusahaan manufaktur yang go public.
Rumus pertama sebagai berikut :
13. Definisi dari diskriminasi Z (zeta) :
Rasio ini mengukur profitabilitas yaitu tingkat pengembalian atas aset yang dihitung dengan membagi laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT) tahunan perusahaan dengan total aset pada neraca akhir tahun.
Rasio profotabilitas yang mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, ditinjau dari
kemampuan perusahaan bersangkutan dalam memperoleh laba dibanding kecepatan perputaran operating
aset sebagai ukuran efisiensi usaha.
Mengukur likuiditas dengan membandingkan aset likuid bersih dengan total aset. Aset likuid bersih/modal kerja
adalah aset lancar dikurangi total kewajiban lancar (aset lancar - utang lancar).
C. RASIO X3 (EBIT : TOTAL ASET)
B. RASIO X2 (LABA DITAHAN : TOTAL ASET)
A. RASIO X1 (MODAL KERJA : TOTAL ASET)
Rasio ini mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aset untuk menghasilkan penjualan yang
merupakan operasi inti dari perusahaan untuk dapat menjaga kelangsungan hidupnya.
Rasio ini kebalikan dari utang per modal sendiri (DER). Nilai modal sendiri adalah nilai pasar modal sendiri yaitu
jumlah saham dikalikan dengan pasar saha per lembar sahamnya (jumlah lembar saham x harga pasar saham
E. RASIO X5 (PENJUALAN : TOTAL ASET)
D. RASIO X4 (NILAI SAHAM : TOTAL UTANG)
14. Dalam membentuk model ini hanya memasukkan perusahaan manufaktur yang go public saja.
Penelitian yang dilakukan Altman pada tahun 1946 sampai 1965 tentu saja berbeda dengan kondisi sekarang,
sehingga proporsi untuk setiap variabel sudang kurang tepat lagi untuk digunakan.
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Z-Score akan menghasilkan skor berbeda antara satu
perusahaan dengan perusahaan lainnya. Skor tersebut harus dibandingkan dengan standar penilaian berikut :
Z > 2,99 = Zona Aman
1,81 < Z > 2,99 = Zona Abu-abu
Z < 1,81 = Zona Berbahaya
Model kebangkrutan Altman memiliki sejumlah keterbatasan antara lain:
Pada tahun 1984, Altman melakukan penelitian diberbagai negara terhadap perusahaan manufaktur yang tidak
go public. Hasil penelitian tersebut menghasilkan rumusan Z-Score yang kedua sebagai berikut :
15. Rumus Z-Score lebih tepat digunakan untuk perusahaan manufaktur non go public, untuk itu Altman melakukan
penelitian di Mexico (negara berkembang) dengan harapan dapat digunakan dalam perusahaan go public dan
non go public
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Z-Score akan menghasilkan skor berbeda antara satu
perusahaan dengan perusahaan lainnya. Skor tersebut harus dibandingkan dengan standar penilaian berikut :
Z > 2,9 = Zona Aman
1,23 < Z > 2,9 = Zona Abu-abu
Z < 1,23 = Zona Berbahaya
Setelah melakukan penelitian perusahaan manufaktur dan menghasilkan 2 rumus pendeteksi kebangkrutan.
Rumus Z-Score terakhir merupakan rumus yang sangat fleksibel karena bisa digunakan untuk berbagai jenis
bidang usaha perusahaan, baik yang go public maupu tidak dan cocok digunakan di negara berkembang
seperti indonesia. Rumus Z-Score ketiga sebagai berikut :
16. Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Z-Score akan menghasilkan skor berbeda antara satu
perusahaan dengan perusahaan lainnya. Skor tersebut harus dibandingkan dengan standar penilaian berikut :
Z > 2,6 = Zona Aman
1,1 < Z > 2,6 = Zona Abu-abu
Z < 1,1 = Zona Berbahaya
Tiga penelitian yang dilakukan Altman dengan 3 objek penelitian yang berbeda menghasilkan tiga rumus
pendeteksi kebangkrutan yang berbeda. Tolak ukur ketiga rumus Z-Score digunakan untuk menilai
keberlangsungan hidup berbagai perusahaan :
17. Contoh Kasus
PT Jaya Perkasa perusahaan
distributor komputer di
Surabaya melaporkan laporan
keuangannya 4 tahun terakhir
sebagai berikut :
18. Contoh Kasus
PT Jaya Perkasa perusahaan
distributor komputer di
Surabaya melaporkan laporan
keuangannya 4 tahun terakhir
sebagai berikut :
19. Modal kerja dihitung dengan cara mengurangkan total aset lancar dengan total kewajiban lancar yang dimilikinya
(aset lancar - utang lancar). Sedangkan EBIT diperoleh dengan menambahkan laba (rugi) bersih dengan jumlah
pajak yang dibayar dan jumlah bunga yang dibayar (laba bersih + Pajak + bunga). Nilai Buku utang adalah jumlah
utang total yang menjadi kewajiban perusahaan pada saat ini.
Penjelasan :
Guna memprediksi keberlangsungan usaha perusahaan dimasa
datang, perusahaan menghitung potensi kebangkrutan, dengan
menggunakan rumus Altman Z-Score sebagai berikut :
20. Analisis Springate
Score
SPRINGATE SCORE
Metode untuk memprediksi keberlangsungan hidup
suatu perushaan dengan mengkombinasikan
beberapa rasio keuangan yang umum dengan
diberikan bobot yang berbeda satu dengan lainnya
Dihasilkan oleh Gordon L.V. Springate pada tahun 1978 sebagai
pengembangan dari Altman Z.Score. Model Springate adalah
model rasio yang menggunakan multiple discriminate analysis
(MDA)
Model Springate menekankan pada profitabilitas sebagai
komponen yang paling berpengaruh terhadap kebangkrutan.
Hasil penelitian menghasilkan rumus Springate Score sebagai
berikut :
21. Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus
Springate Score akan menghasilkan skor berbeda
antara satu perusahaan dengan perusahaan
lainnya. Skor tersebut harus dibandingkan dengan
standar penilaian berikut :
Z > 2,862 = Perusahaan Sehat
Z < 2,862 = Perusahaan Potensial Bangkrut
Jika nilai Z diatas 0,862, maka perusahaan
diklasifikasikan masi dalam kategori sehat. Jika nilai
Z dibawah 0,862 maka perusahaan dinilai sedang
berada dalam bahaya kebangkrutan.
22. KasusBerdasarkan data keuangan PT Jaya Perkasa, dengan
menggunakan Springate Score dalam memprediksi
kebangkrutan perusahaan.
Modal kerja dihitung dengan cara mengurangkan total aset lancar dengan total kewajiban
lancar yang dimilikinya (aset lancar - utang lancar). Sedangkan EBIT diperoleh dengan
menambahkan laba (rugi) bersih dengan jumlah pajak yang dibayar dan jumlah bunga
yang dibayar (laba bersih + Pajak + bunga). EBT diperoleh dengan menambahkan laba
(rugi) bersih dengan jumlah pajak yang dibayar (laba bersih + pajak)
dimana :
X1 = Modal Kerja : Total Aset
X2 = EBIT : Total Aset
X3 = EBT : Utang Lancar
X4 = Penjualan : Total Aset
23. Berdasarkan data selama 4 tahun tersebut, jika digunakan rumus Springate Score akan
dihasilkan nilai sebagai berikut :
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Springate Score akan menghasilkan
skor berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Skor tersebut
harus dibandingkan dengan standar penilaian berikut :
Z > 2,862 = Perusahaan Sehat
Z < 2,862 = Perusahaan Potensial Bangkrut
Membandingkan hasil perhitungan antara metode Altman Z Score dan Springate Score
terlihat berbeda. Dengan menggunakan Springate Score, perusahaan dinilai mulai
memasuki wilayah berbahaya dan berpotensi bangkrut pada tahun 2013 ketika sudah
memasuki tingkat kerugian yang besar. sedangkan pada tahun 2012 ketika laba yang
diperoleh perusahaan semakin kecil, hasil penilaian dengan metode ini masih
menghasilkan nilai positif. Pada tahun 2012, ketika menggunakan Altman Z Score,
Perusahaan sudah dinyatakan dalam wilayah berbahaya.
24. Analisis Zmijewski
Score
Zmijewski Score adalah metode untuk memprediksi
keberlangsungan hidup suatu perusahaan dengan
mengkombinasikan beberapa rasio keuangan umum yang
memberikan bobot yang berbeda satu dengan lainnya.
Zmijewski Score menggunakan analisisi rasio yang mengukur
kinerja, leverage dan likuiditas perusahaan untuk model prediksi
kebangkrutan yang dibangunnya. Model ini menekankan pada
jumlah utang sebagai komponen berpengaruh.
Model ini dihasilkan oleh Zmijewski pada tahun 1984 sebagai
pengembangan model yang telah ada sebelumnya. Berawal
memprediksi keberlangsungan hidup sebuah badan usaha.
25. KRITERIA YANG DIGUNAKAN DALAM METODE INI
SEMAKIN BESAR HASILNYA YANG DIDAPAT BERARTI
SEMAKIN BESAR PULA POTENSI KEBANGKRUTAN
PERUSAHAAN. DENGAN KATA LAIN, JIKA PERHITUNGAN
MENGHASILKAN NILAI POSITIF, MAKA PERUSAHAN
BERPOTENSI BANGKRUT. SEMAKIN BESAR NILAI
POSITIFNYA, SEMAKIN BESAR PULA POTENSI
KEBANGKRUTANNYA.
Model ini menekankan pada jumlah utang sebagai
komponen yang paling berpengaruh terhadap
kebangkrutan. Sedangkan model Springate dan Altman
lebih menekankan pada profitabilitas sebagai komponen
yang paling berpengaruh terhadap kebangkrutan.
Penelitian di Indonesia dengan menggunakan ketiga
model tersebut pada perusahaan di BEI yang mengalami
delisting menunjukkan bahwa model Zmijewski lebih
akurat dalam memprediksi delisting dibandingkan
metode Altman dan Springate.
26. KasusBerdasarkan data keuangan PT Jaya Perkasa, dengan
menggunakan Springate Score dalam memprediksi
kebangkrutan perusahaan.
Hasil penilaian nilai Z selama 4 tahun harus dibandingkan dengan tolak ukur niilai yang
dihasilkan oleh rumus Zmijewski Score yang akan menghasilan prediksi kebangkrutan. Bila
perhitungan menghasilkan nilai negatif, maka perusahaan tidak berpotensi bangkrut.
Sebaliknya bila perhitungan bernilai positif, maka perusahaan berpotensi bangkrut.
dimana :
X1 = Laba Bersih : Total Aset = ROA
X2 = Total Utang : Total Aset = Debt Ratio
X3 = Aset Lancar : Utang Lancar = Liquidity Ratio