SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
Download to read offline
No. Kode: DAR@/Profesional/1/4/2019
PENDALAMAN MATERI
KEGIATAN BELAJAR 2
Toleransi Linier dan Geometrik
Nama Penulis:
Yatin Ngadiyono
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2019
i
DAFTAR ISI
KEGIATAN BELAJAR 2: TOLERANSI .............................................................. 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Deskripsi Materi............................................................................................... 1
B. Relevansi.......................................................................................................... 1
C. Panduan Belajar ............................................................................................... 2
INTI......................................................................................................................... 3
A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan.............................................................. 3
B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan...................................................... 3
C. Pokok-Pokok Materi........................................................................................ 3
D. Uraian Materi................................................................................................... 5
1. Sistem Batas (Limits System) Toleransi........................................................ 5
2. Toleransi umum ......................................................................................... 10
3. Suaian......................................................................................................... 11
4. Sistem Basis Suaian ................................................................................... 13
5. Penulisan ukuran linear dari sebuah komponen......................................... 15
6. Toleransi pada Gambar Susunan................................................................ 17
PENUTUP............................................................................................................. 22
A. Forum Diskusi ........................................................................................ 22
B. Rangkuman............................................................................................. 22
TES FORMATIF KEGIATAN BELAJAR 2................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar Kerja........................................................................................ 4
Gambar 2. Denah tentang pengertian toleransi lubang dan poros .......................... 6
Gambar 3. Ilustrasi daerah toleransi........................................................................ 7
Gambar 4. Contoh Toleransi................................................................................... 9
Gambar 5. Penulisan toleransi lubang................................................................... 10
Gambar 6. Macam-macam suaian......................................................................... 12
Gambar 7. Toleransi suaian dinyatakan oleh lambang ISO................................. 16
Gambar 8. Toleransi suaian dan nilai penyimpangan........................................... 16
Gambar 9. Toleransi dinyatakan oleh nilai penyimpangan................................... 16
Gambar 10. Toleransi dinyatakan oleh nilai penyimpangan................................. 16
Gambar 11. Toleransi simetris.............................................................................. 16
Gambar 12. Penulisan toleransi............................................................................. 17
Gambar 13. Toleransi pada gambar suaian........................................................... 17
Gambar 14. Toleransi pada gambar susunan ........................................................ 17
Gambar 15. Toleransi pada ukuran sudut ............................................................. 18
Gambar 16. Bentuk kesalahan geometrik ......................................................................... 18
1
KEGIATAN BELAJAR 2: TOLERANSI
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Materi
Gambar teknik adalah bahasa visual yang harus jelas dan tepat dengan aturan
pasti. Sementara gambar kerja adalah gambar teknik yang digunakan selama proses
produksi. Oleh karena itu gambar kerja harus berisi semua informasi sebagai
pedoman dalam proses pembuatan dan perakitan produk. Informasi di gambar kerja
mencakup bentuk, ukuran, toleransinya dan prosesnya. Toleransi di gambar kerja
memberikan kejelasan pada pekerja berapa penyimpangan ukuran yang diijinkan.
Pada Kegiatan Belajar 2 ini kita akan mempelajari toleransi. Toleransi yang
dibahas adalah toleransi linier, suaian dan toleransi geometrik. Setelah mempelajari
kegiatan belajar ini, Anda peserta PPG diharapkan mampu memecahkan masalah
penerapan toleransi pada gambar part atau komponen mesin secara mandiri.
Pada modul ini saudara akan mempelajari cara pembuatan menerapkan
toleransi. Pada penerapan toleransi geometrik anda harus belajar mengaitkan
bagaimana mengkaitkan dengan cara pengukuran (metrology). Khusus untuk
peneraopan teori toleransi harus banyak berdiskusi dengan peserta lain dan mencari
sumber lain.. Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda peserta PPG
diharapkan mampu memecahkan masalah pekerjaan bentangan didasarkan pada
pemikiran logis, inovatif, dan bertanggung jawab atas hasilnya secara mandiri.
B. Relevansi
Materi toleransi merupakan materi workshop yang dirancang untuk
membekali Anda materi bidang membaca dan merencanakan gambar mesin, materi
ini harus dikuasi guru teknik. Sementara pada kegiatan belajar ini saudara akan
mempelajari toleransi. Anda tentu telah memahami bahwa bentangan adalah salah
satu faktor penentu kebenaran produk bagaimana menerapkan toleransi dan
dikaitkan dengan proses produksinya. Kesemuanya itu dapat dilihat dan dibaca dari
gambar kerja. Oleh karena itu guru teknik harus benar-benar memahi dan mampu
mengaplikasikan teori toleransi.
2
Keberhasilan pembelajaran teknik gambar mesin dan khususnya bentangan
dapat terwujud apabila kegiatan belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi
dan bermakna bagi peserta pelatihan. Faktor pembangkit motivasi belajar yang
efektif adalah keingin tahuan dan keyakinan akan kebenaran ilmu yang sedang
dipelajarinya. Untuk menampung hal ini, modul ini dilengkapi dengan sumber
belajar yang dapat dijadikan acuan belajar. Sumber belajar dapat diambil dari situs
online dan diberikan petunjuk dimana materi dapat diunduh atau dilihat.
C. Panduan Belajar
Untuk membantu pemahaman Kegiatan Belajar 1 tentang Bentangan ini
anda sebaiknya:
1. Mempelajari materi secara utuh (jangan beralih ke kegiatan belajar lain)
jika yang anda baca belum selesai.
2. Menggunakan kemampuan analisis dalam membaca dan kerjakan soal
latihan yang disediakan.
3. Apabila menemukan kesulitan, carilah kawan yang lebih memahami untuk
melakukan diskusi tentang materi sulit tersebut.
4. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam modul ini sangat tergantung
kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan. Untuk itu,
berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat.
Baiklah saudara perserta Diklat PPG, selamat belajar, semoga Anda sukses
memahami pengetahuan yang diuraikan dalam kegiatan belajar ini untuk bekal
bertugas sebagai guru yang baik.
3
INTI
A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Menguasai materi ajar pada bidang studi Teknik Mesin yang meliputi:
Teknik pemesinan; Teknik pengelasan; Teknik pengecoran Logam; Teknik
mekanik industri; Teknik perancangan dan gambar mesin; dan Teknik fabrikasi
Logam dan Manufaktur termasuk kewirausahan dan advance materials secara
bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan
“bagaimana” (penerapan dalam kehidupan sehari-hari) sehingga dapat membimbing
peserta didik SMK mencapai kompetensi keahlian yang dibutuhkan oleh DUDI
B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Menganalisis dan mengajarkan kompetensi-kompetensi terkait dengan
pemesinan Bubut (bubut bertingkat, tirus, ulir dan suaian), pemesinan Frais (frais
benda kerja bertingkat, frais roda gigi payung dan suaian), pemesinan Gerinda
(penggerindaan datar, penggerindaan selinder dan mengasah pahat bubut dan frais),
pemesinan CNC (pemrograman G-code) yang relevan dengan kebutuhan DUDI.
C. Pokok-Pokok Materi
1. Sistem batas toleransi
2. Suaian
3. Penyajian Toleransi
4. ToleransiGeometrik
4
Sumber: Precision Machining Technology by Hoffman, dkk.
Gambar 1. Gambar Kerja
5
D. Uraian Materi
Membuat suatu komponen mesin dituntut presisi agar didapat jaminan
fungsi dan mampu tukar. Coba perhatikan Gambar 1, gambar tersebut
mencantumkan sejumlah kriteria yang hars dipenuhi oleh produk jadi. Kedalaman
alur dengan toleransi ± 0.002 serta ada toleransi geometri di beberapa bidang.
Adanya persyaratan tersebut tentu membutuhkan proses pemesinan presisi.
Pengalaman menunjukkan bahwa tidak mudah untuk membuat ukuran presisi sesuai
permintaan, hal ini dimungkinkan karena:
(i) ketidakakuratan mesin dan peralatan,
(ii) ketidakakuratan proses pembuatan
(iii) kesalahan dalam pengukuran, dll.
Oleh karena itu, didalam aturan gambar kerja dikenal dimensi yang akan
berada di antara dua batas yang dapat diterima, yaitu ukuran maksimal dan minimal.
Sebuah sistem di mana suatu variasi ukuran diijinkan disebut sistem batas dan
penyimpangan yang diizinkan dan disebut toleransi. Studi tentang batas (limits),
toleransi, dan suaian adalah pengetahuan yang harus dimiliki juru gambar.
Pengetahuan tersebut akan mengarahkan pada sistem produksi masal. Untuk
memperkaya khasanah cobalah buka video di https://youtu.be/p2q-lGZJCZ4
1. Sistem Batas (Limits System) Toleransi
Setiap benda dibuat dengan memberikan batasan ukuran tertentu dan
batasan penyimpangan yang dijinkannya. Besarnya penyimpangan (ukuran
maksimal atau ukuran minimal) biasanya telah ditentukan. Penyimpangan ukuran
didasari pemikiran bahwa seorang operator mesin tidaklah mungkin menghasilkan
produk yang benar-benar tepat tanpa adanya kesalahan. Kontrol kualitas ukuran
menjadi kunci dalam merakit komponen satu dengan lainnya. Selanjutnya dua
ukuran ekstrim yang diizinkan di antara ukuran sebenarnya yang ada disebut batas.
Ukuran maksimum disebut batas atas dan ukuran minimum disebut batas bawah.
6
Gambar 2. Denah tentang pengertian toleransi lubang dan poros
Toleransi dilambangkan dengan dua simbol, simbol huruf dan simbol angka,
yang disebut kelas (Kelas IT). Gambar 4 menunjukkan ilustrasi grafis ukuran
toleransi atau penyimpangan mendasar untuk simbol huruf dan Tabel 1 daftar
toleransi fundamental dari berbagai kelas.
Hal ini dapat dilihat dari Gambar 3 bahwa simbol huruf berkisar dari A
ke ZC untuk lubang dan dari a ke zc untuk poros. Huruf I, L, O, Q, W dan i, l, o,
q, w belum digunakan. Juga jelas bahwa simbol-simbol surat ini mewakili tingkat
kedekatan zona toleransi (positif atau negatif) dengan ukuran dasar.
Demikian pula, dapat dilihat dari Tabel 1, bahwa ukuran dasar dari l mm
hingga 500 mm telah dibagi menjadi 13 langkah atau rentang. Untuk setiap
langkah nominal, ada 18 nilai toleransi, ditetapkan sebagai IT 01, IT 0 hingga IT
1 hingga IT 16, yang dikenal sebagai “Toleransi mendasar”.
Tabel 1. Daftar toleransi fundamental
7
Gambar 3. Ilustrasi daerah toleransi
8
Tabel. 2. Tabel Tingkat Toleransi Fundamental untuk ukuran 3 sampai 500 mm
Nilai toleransi fundamental mengacu pada standar ISO/R 286 dan rumus
untuk menghitung nilai toleransi standar IT adalah sebagai berikut:
Contoh, diameter lubang 100 mm, dengan kwalitas toleransi IT 7, maka
nilai toleransi adalah:
𝐷 = √80 𝑥 120 = 98 mm
Unit toleransi, 𝑖 = 0,45
3
√98 + 0,001 𝑥 98 = 2,172 µ𝑚
Untuk grade 7 (lihat tabel 2.2) maka didapat nilai toleransi 16i = 16 × 2.172 = 35 µ𝑚
9
Artinya:
Ukuran dasar
Batas ukuran
terbesar Batas
ukuran terkecil
Penyimpangan atas
= 50 mm
= 50 + 0,3 = 50,3
mm
= 50 + 0,2 = 50,2
mm
= 0,3 mm
Penerapan umum dalam pembacaan toleransi berdasarkan Gambar 2, untuk
lubang dan poros dapat diartikan bahwa:
Ukuran maksimum = ukuran dasar + penyimpangan atas
Ukuran minimal = ukuran dasar + penyimpangan bawah
Nilai toleransi = penyimpangan atas – penyimpangan bawah
Contoh penulisan toleransi:
Gambar 4. Contoh Toleransi
Tabel 2.3 Nilai Toleransi Standar untuk kwalitas 0,1; 0 dan 1
Kwalitas Toleransi IT 01 IT 0 IT 1
Nilai dalam micron, untuk D dalam µm 0,3 + 0,008D 0,5 + 0,012D 0,8 + 0,020D
Artinya:
Ukuran nominal
Ukuran dasar
Allowance maksimal
= 50 mm
= 50,000 mm
= 0,003 mm
10
2. Toleransi umum
Pekerjaan yang tidak memerlukan ketelitian khusus berlaku ketentuan
toleransi umum, pada gambar kerja, nilai penyimpangan yang diizinkan (nilai
toleransi umum) dicantumkan pada bagian atas gambar yang menyatakan
besarnya penyimpangan secara umum. Besarnya nilai toleransi umum ini
ditentukan oleh jenis pekerjaan dan tingkat ukuran nominal benda kerja. Untuk
lebih jelas perhatikan Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Nilai penyimpangan umum (ISO/R 286)
Ukuran nominal
…..(mm)
>0.5-3 >3-6 >6-30 >30-120 >120-315 >315-1000 >1000-2000
Penyimpangan
yang
diizinkan
Teliti ±0.05 ±0.05 ±0.1 ±0.15 ±0.2 ±0.3 ±0.5
Sedang ±0.1 ±0.1 ±0.2 ±0.3 ±0.5 ±0.8 ±1.2
Kasar - ±0.2 ±0.5 ±0.8 ±1.2 ±2 ±3
Tabel 5. Variasi yang diizinkan untuk ukuran sudut (ISO/R 286)
Panjang dari sisi
pendek
>0.5-3 >3-6 >6-30 >30-120
Variasi yang
diijinkan
derajat dan menit ±1° ±30’ ±20’ ±10’
Mm tiap 100 mm ±1.8 ±0.9 ±0.6 ±0.3
a. Pencantuman toleransi pada gambar keja
Pemberian toleransi pada gambar kerja dapat menggunakan angka,huruf
atau gabungan huruf dan angka lihat Gambar 5.
Gambar 5. Penulisan toleransi lubang.
11
3. Suaian
b. Pengertian suaian (Fit)
Suaian mengacu pada penyimpangan ukuran yang diijinkan pada
komponen mekanis yang berpasangan, penyimpangan bertujuan agar komponen
mudah dirakit dan bergerak relatif satu sama lain selama beroperasi normal.
c. Macam-macamsuaian
Berdasarkan kesesuaian ukuran lubang dengan ukuran poros, suaian
diklasifikasikan sebagai Suaian longgar (clereance fit), Suaian pas (transition fit),
Suaian sesak (interference fit).
1) Suaian longgar (clereance fit)
Suaian ini adalah tipe suaian yang memberikan izin adanya
kelonggaran antara dua komponen yang dirakit atau berpasangan
(Gambar 6)
2) Suaian transisi (transition fit),
Tipe suaian ini memungkinkan hasil rakitan yang sesak atau
longar, tentunya ini tergantung ukuran faktual pada saat komponen setelah
dirakit (Gambar 6).
3) Suaian sesak (interference fit).
Jika perbedaan antara lubang dan ukuran poros negatif sebelum
perakitan; sehingga komponen rakitan pastilah menghasilkan suaian yang
sesak.
12
Gambar 6. Macam-macam suaian
Kedudukan daerah toleransi terhadap garis nol, yang merupakan suatu
fungsi dari ukuran dasar, dinyatakan oleh sebuah lambang huruf (dalam beberapa
hal dengan dua huruf), yaitu huruf besar untuk lubang, dan huruf kecil untuk poros.
Lambang H mewakili lubang dasar dan lambang h mewakili poros dasar.
Sesuai dengan ini, jika lambang H dipakai untuk lubang, berarti sistim lubang dasar
yang dipakai.
Dengan demikian ukuran yang diberi toleransi didefinisikan oleh nilai
nominalnya diikuti oleh sebuah lambang, yang terdiri dari sebuah huruf (kadang-
kadang dua huruf) dan sebuah huruf.
Contoh :
Gabungan antara lambang-lambang untuk lubang dan poros
menentukan jenis suaiannya.
50g7 Berarti : diameter poros 50 mm, suaian longgar dalam sistim lubang dasar
dengan nilai toleransi dari tingkat IT 7.
13
4. Sistem Basis Suaian
Sistem basis (dasar) suaian adalah suatu acuan dasar yang digunakan
dalam menetapkan jenis basis suaian. Menurut sistem, ISO jenis basis suaian
dibedakan dua macam, yaitu Suaian sistem basis lubang dan Suaian sistem basis
poros.
a. Suaian sistem basis lubang
Suaian sistem basis lubang, daerah toleransi lubang berada pada H dengan
penyimpangan bawah dari lubang diambil sama dengan nol. Jika poros dan lubang
berpasangan, poros dengan berbagai penyimpangan harus disesuaikan dengan
ukuran lubang dasarnya.
Suaian sistem basis lubang ada 3 macam, yaitu:
1) Suaian longgar sistem basis lubang
Pada suaian longgar sistem basis lubang, apabila lubang dengan
daerah toleransi H dipasangkan/disesuaiakan terhadap poros dengan
daerah toleransi a, b, c, d, e, f dan g disebut suaian longgar sistem basis
lubang.
Contoh: ø 30 H7/f6
ø 60 H8/e6
2) Suaian paksa sistem basis lubang
Pada suaian paksa sistem basis lubang, apabila lubang dengan daerah
toleransi H dipasangkan terhadap poros dengan daerah toleransi n, p, r, s, t, u,
dan x disebut suaian paksa sistem basis lubang
Contoh: ø 80 H7/p6
ø 100 H7/t6
55 H8/g7: diameter 55 mm, suaian longgar dalam sistim lubang dasar
dengan nilai toleransi lubang tingkat IT 8 dan nilai toleransi poros tingkat IT 7.
60 H8-g7: diameter 60 mm, suaian pas dalam sistim lubang dasar
dengan nilai toleransi lubang tingkat IT 7 dan nilai toleransi poros tingkat IT 6.
14
3) Suaian pas sistem basis lubang
Pada suaian pas sistem basis lubang, apabila lubang dengan daerah
toleransi H dipasangkan terhadap poros dengan daerah toleransi h, js, k dan m
disebut Suaian pas sistem basis lubang
Contoh: ø 120 H6/h6
ø 140 H7/k6
Tabel 6. Suaian Sistem Basis Lubang
b. Suaian sistem basis poros
Suaian sistem basis poros, daerah toleransi lubang berada pada h
dijadikan dasar menetapkan jenis suaian, sedangkan lubang dengan berbagai
penyimpangan menyesuaiakan dengan ukuran poros dasarnya. Suaian sistem basis
poros ada 3 macam, yaitu:
1) Suaian longgar sistem basis lubang
Pada suaian longgar sistem basis poros, apabila poros dengan daerah toleransi
h dipasangkan pada lubang dengan daerah toleransi B, C, D, E, F dan G
hubungan keduanya disebut suaian longgar sistem basis poros.
Contoh: ø 50 h7/F7
ø 30 h8/E8
Lambang kualitas untuk poros
Lubang
dasar
Suaian Longgar Suaian Pas Suaian Paksa
b c d f
H7
g
4
5
6
6
(7)
H8
h
4
5
6
6
7
7
8
js
4
5
6
6
7
k
4
5
6
6
(7)
M
4
5
6
6
(7)
n p s u x
H5
H6
6
(6)
7
7
8
6
6
(7)
6
6
(7)
6
(7)
6
(7)
6
(7)
6
(7)
6
(7)
H9
8
9
8
9
8
9
H10 9
9 9
9 9
15
2) Suaian paksa sistem basis poros
Pada suaian paksa sistem basis poros, apabila poros dengan daerah toleransi
h dipasangkan pada lubang dengan daerah toleransi N, P, R, S, T,U dan X
hubungan keduanya disebut suaian paksa sistem basis poros
Contoh: ø 55 h6/P6
ø 100 h6/S7
3) Suaian pas sistem basis poros
Pada suaian pas sistem basis poros, apabila poros dengan daerah toleransi
h dipasangkan terhadap lubang dengan daerah toleransi H, Js, K, dan M
hubungan keduanya disebut Suaian pas sistem basis poros
Contoh: ø 110 h5/H6
ø 130 h6/K6
Tabel 7. Suaian Sistem Basis Poros
poro
s
Lambang kualitas untuk poros
Suaian Longgar Suaian Pas Suaian Paksa
B C D E F G H JS K M N P R S T U X
h5 4 4 4 4 4
h6 5 5 5 5 5
6 6 6 6 6 6 6 6
h7 (6) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
7 (7) 7 7 (7) (7) (7) (7) (7) (7) (7) (7) (7)
h8
7 7
8 8 8
9
h9 8 8
9 9 9 9
h10 9 9 9
5. Penulisan ukuran linear dari sebuah komponen
a. Toleransi suaian dengan lambang ISO
Komponen yang diberi ukuran dengan toleransi dinyatakan dalam
gambar teknik, seperti terlihat pada gambar 7.
b. Ukuran dasar
c. Lambang toleransi
16
Jika, di samping lambang-lambang, diperlukan mencantumkan nilai-nilai
penyimpangan, maka ini harus diperlihatkan dalam kurung (Gambar 8.),
atau tanpa kurung.
Gambar 7. Toleransi suaian dinyatakan oleh lambang ISO
Gambar 8. Toleransi suaian dan nilai penyimpangan
d. Toleransi dengan angka
Komponen yang diberi ukuran dengan toleransi dinyatakan dalam Gambar 9.
Gambar 9. Toleransi dinyatakan oleh nilai penyimpangan
e. Nilai-nilaipenyimpangan
Jika salah satu penyimpangan mempunyai nilai nol, maka ini hanya
dinyatakan oleh nilai nol (Gambar 10).
Gambar 10. Toleransi dinyatakan oleh nilai penyimpangan.
f. Toleransi simetris
Jika nilai toleransi keatas dan kebawah sama besarnya nilai toleransinya
hanya dituliskan sekali saja lihat gambar 11.
Gambar 11. Toleransi simetris
17
g. Penulisan toleransi plus - minus
Cara penulisan dengan toleransi plus- minus ada tiga car, yaitu unilateral,
bilateral-equal dan bilateral-unequel. Contoh dari ketiga system adala di
Gambar 12.
Unilateral Bilateral-Equal Bilateral-Unequal
Gambar 12. Penulisan toleransi
6. Toleransi pada Gambar Susunan
a. Toleransi dengan lambang ISO
Lambang toleransi untuk lubang ditempatkan di depan lambang untuk
poros (Gambar 13) dan di belakang ukuran nominal, yang hanya ditulis sekali.
Gambar 13. Toleransi pada gambar suaian
Gambar 14. Toleransi pada gambar susunan
18
b. Toleransi sudut
Aturan ukuran linier dapat juga diterapkan pada ukuran sudut (Gambar 15).
Gambar 15. Toleransi pada ukuran sudut
c. Toleransi Geometri dan Lambang-lambangnya
Toleransi linier tidak selalu cukup untuk menyediakan kontrol kualitas
yang diperlukan. Sebagai contoh, pada Gambar 16 a poros memiliki ukuran
diameter yang sama di semua posisi tetapi mungkin tidak semua sama di tiap titik
lingkar; pada Gambar. 16 b, komponen memiliki ketebalan yang sama di seluruh
tetapi tidak datar dan pada Gambar. 16 c, komponen berbentuk silidinris di semua
penampang tetapi tidak lurus. Bentuk komponen ini dapat dikontrol dengan cara
toleransi geometrik. Toleransi geometri mencakup toleransi bentuk, posisi,
tempat dan penyimpangan putar, seperti pada Tabel 8.
Gambar 16. Bentuk kesalahan geometrik
19
Untuk memperkaya khasanah cobalah buka video-video berikut:
https://youtu.be/kiSPOPnIxl0; https://youtu.be/a1QdrTT_1pY; dan
https://youtu.be/umtgJNiWyEw
Tabel 8. Lambang untuk sifat yang diberi toleransi
Berikut ini adalah penjelasan mengenai sifat yang diberi toleransi
1) Toleransi kelurusan adalah untuk menentukan daerah toleransi yang didalamnya
terdapat sumbu. Permukaan atau sumbu permukaan juga termasuk sebagai acuan
kelurusan.
2) Toleransi kerataan adalah untuk menentukan daerah toleransi yang
ditentukan oleh dua bidang sejajar.
3) Toleransi kebulatan adalah untuk menentukan daerah toleransi yang dibatasi
oleh dua lingkaran yang konsentris (sepusat)
20
4) Toleransi kesilindrisan adalah untuk menentukan daerah toleransi yang
dibatasi oleh dua silinder yang konsentris.
5) Toleransi profil adalah untuk menentukan suatu batas daerah
sepanjang profil dan didalamnya harus terdapat permukaan.
6) Toleransi ketirusan adalah untuk menentukan daerah toleransi yang
ditentukan oleh dua bidang sejajar pada sudut dasar.
7) Toleransi kesejajaran adalah untuk menentukan daerah toleransi yang
ditentukan oleh dua bidang sejajar atau garis sejajar terhadap bidang atau
sumbu banding.
8) Toleransi ketegak lurusan merupakan suatu keadaan permukaan, bidang
median atau sumbu pada 90° terhadap bidang atau sumbu banding
Kemungkinan daerah toleransi adalah berada dalam sebuah bidang atau
dua buah bidang, sebagai acuan dapat digunakan 8 (delapan) pilihan daerah
toleransi geometrik berikut:
1) Luas dalam lingkaran.
2) Luas antara dua lingkaran sepusat.
3) Luas antara dua garis berjarak sama, atau dua garis lurus sejajar.
4) Ruang dalam bola.
5) Ruang dalam silinder.
6) Ruang antara dua silinder bersumbu sama.
7) Ruang antara dua permukaan berjarak sama atau dua bidang sejajar.
8) Ruang dalam sebuah kubus.
21
Gambar 17. Daerah toleransi geometric berada di luasan dua garis lingkaran
(atau acuan a)
Gambar 17 adalah contoh dari aplikasi toleransi geometric dengan mengacu pada
aturan a, yaitu daerah toleransi dari penampang lintang yang dipertimbangkan
adalah dibatasi oleh dua lingkaran konsentris dengan perbedaan jari-jari sebesar t.
22
PENUTUP
A. Forum Diskusi
Gambar penerapan simbol toleransi di bawah ini terdiri dari beberapa simbol
toleransi. Perhatikanlah pada setiap anak panah merah yang mengedentifikasikan
makna yang berbeda-beda. Coba diskusikan bersama kolega saudara apakah arti dari
setiap gambar yang diberi anak panah.
Gambar 36. Penerapan simbol-simbol toleransi
B. Rangkuman
Komponen mesin pada umumnya dirakit dengan komponen lain.
Ketepatan ukuran dan bentuk menjadi kunci fungsi komponen tersebut. Sebagai
bahan pertimbangan dalam merencanakan dan mendesain produk dalam ke
gambar mesin membutuhkan beberapa pertimbangan, yaitu:
23
1. Merinci fungsi komponen berdasarkan rencana.
2. Buat daftar fungsi berdasarkan prioritas. Hanya satu fungsi harus memiliki
prioritas utama. Langkah ini bisa sulit, karena banyak bagian dirancang untuk
menggabungkan beberapa fungsi. Dalam contoh roda mesin pemotong
rumput kami, fungsinya dengan prioritas utama adalah memberikan mobilitas
produk.
3. Tentukan bingkai referensi datum. Langkah ini seharusnya didasarkan pada
daftar prioritas Anda. Ini bisa berarti membuat beberapa kerangka acuan,
masing-masing berdasarkan prioritas daftar Anda. Bingkai harus diatur dalam
salah satu, dua, atau tiga pesawat.
4. Pilihan kontrol. Dalam banyak kasus, beberapa kontrol akan dibutuhkan
(misalnya, runout, posisi, konsentrisitet, atau kekasaran). Mulailah dengan
kontrol yang paling sederhana. Dengan "paling sederhana" yang kami maksud
paling tidak membatasi. Bekerja dari yang paling tidak terbatas ke set kontrol
yang paling ketat.

More Related Content

What's hot

Diklat elemen mesin
Diklat elemen mesinDiklat elemen mesin
Diklat elemen mesinEko Purwanto
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirDewi Izza
 
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA)
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA) Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA)
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA) Abrianto Akuan
 
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambar
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambarPresentation1 menerapkan aturan teknik gambar
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambarAhmad Lubis
 
Pengukuran ulir bab4
Pengukuran ulir bab4Pengukuran ulir bab4
Pengukuran ulir bab4LAZY MAGICIAN
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosDewi Izza
 
Proses pembentukan
Proses pembentukanProses pembentukan
Proses pembentukan12luthfi
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cBayu Fajri
 
Proses pembentukan piston
Proses pembentukan pistonProses pembentukan piston
Proses pembentukan pistonFixri Pupone
 
Elemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi LurusElemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi LurusCharis Muhammad
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINDwi Ratna
 
mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)
mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)
mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)universitas negri yogyakarta
 
Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi Novia Fitriany
 
131223466 perhitungan-waktu-pemesinan-bubut
131223466 perhitungan-waktu-pemesinan-bubut131223466 perhitungan-waktu-pemesinan-bubut
131223466 perhitungan-waktu-pemesinan-bubutDidi sudiprayitna
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Abrianto Akuan
 
Ukuran etiket dan garis tepi menurut standar iso
Ukuran etiket dan garis tepi menurut standar isoUkuran etiket dan garis tepi menurut standar iso
Ukuran etiket dan garis tepi menurut standar isoThoharudin Hanafi
 
Metrologi Industri
Metrologi IndustriMetrologi Industri
Metrologi IndustriOpi Sumardi
 

What's hot (20)

Diklat elemen mesin
Diklat elemen mesinDiklat elemen mesin
Diklat elemen mesin
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
 
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA)
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA) Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA)
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA)
 
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambar
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambarPresentation1 menerapkan aturan teknik gambar
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambar
 
Pengukuran ulir bab4
Pengukuran ulir bab4Pengukuran ulir bab4
Pengukuran ulir bab4
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
 
Proses pembentukan
Proses pembentukanProses pembentukan
Proses pembentukan
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 c
 
Proses pembentukan piston
Proses pembentukan pistonProses pembentukan piston
Proses pembentukan piston
 
Tabel standard ulir
Tabel standard ulirTabel standard ulir
Tabel standard ulir
 
Rumus perhitungan roda gigi lurus
Rumus perhitungan roda gigi lurusRumus perhitungan roda gigi lurus
Rumus perhitungan roda gigi lurus
 
Elemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi LurusElemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi Lurus
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
 
mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)
mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)
mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)
 
Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi
 
131223466 perhitungan-waktu-pemesinan-bubut
131223466 perhitungan-waktu-pemesinan-bubut131223466 perhitungan-waktu-pemesinan-bubut
131223466 perhitungan-waktu-pemesinan-bubut
 
Uji kekerasan
Uji kekerasanUji kekerasan
Uji kekerasan
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)
 
Ukuran etiket dan garis tepi menurut standar iso
Ukuran etiket dan garis tepi menurut standar isoUkuran etiket dan garis tepi menurut standar iso
Ukuran etiket dan garis tepi menurut standar iso
 
Metrologi Industri
Metrologi IndustriMetrologi Industri
Metrologi Industri
 

Similar to Toleransi Linier dan Geometrik

Materi i teknik mesin m5 kb1
Materi i teknik mesin m5 kb1Materi i teknik mesin m5 kb1
Materi i teknik mesin m5 kb1PPGhybrid3
 
Materi i teknik mesin m5 kb3
Materi i teknik mesin m5 kb3Materi i teknik mesin m5 kb3
Materi i teknik mesin m5 kb3PPGhybrid3
 
Modul 4 dian haryanto 1407123394
Modul 4 dian haryanto 1407123394Modul 4 dian haryanto 1407123394
Modul 4 dian haryanto 1407123394dian haryanto
 
Las metal inert gas atau las
Las metal inert gas atau lasLas metal inert gas atau las
Las metal inert gas atau lasnur cholis
 
Kkkm2833 proses pembuatan nhj am
Kkkm2833 proses pembuatan nhj amKkkm2833 proses pembuatan nhj am
Kkkm2833 proses pembuatan nhj amAlHaziqHusaini
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitianSODRI UNJ
 
Rpp siklus 2 navis ari nugroho
Rpp siklus 2  navis ari nugrohoRpp siklus 2  navis ari nugroho
Rpp siklus 2 navis ari nugrohoNavis_Nugraha
 
Rpp kurikulum-2013-per-2b-pnjk-ukuran
Rpp kurikulum-2013-per-2b-pnjk-ukuranRpp kurikulum-2013-per-2b-pnjk-ukuran
Rpp kurikulum-2013-per-2b-pnjk-ukuranandri setiawan
 
Materi i teknik mesin m5 kb4
Materi i teknik mesin m5 kb4Materi i teknik mesin m5 kb4
Materi i teknik mesin m5 kb4PPGhybrid3
 
Menganalisis produktivitas
Menganalisis produktivitasMenganalisis produktivitas
Menganalisis produktivitasnovidian4
 
Repot penuh bengkel amirudin-
Repot penuh bengkel  amirudin-Repot penuh bengkel  amirudin-
Repot penuh bengkel amirudin-sppj1415
 
716453-1673359504 (1).pdf
716453-1673359504 (1).pdf716453-1673359504 (1).pdf
716453-1673359504 (1).pdfTriHutagalung2
 
Lk 4. strategi fasilitasi
Lk 4. strategi fasilitasiLk 4. strategi fasilitasi
Lk 4. strategi fasilitasishigate
 
Modul penggunaan dan pemeliharaan hidrometer
Modul penggunaan dan pemeliharaan hidrometerModul penggunaan dan pemeliharaan hidrometer
Modul penggunaan dan pemeliharaan hidrometerLeo Sausul
 
8.3 MODUL AJAR MENGOPERASIKAN APLIKASI PENGOLAH ANGKA-SPREADSHEET.pdf
8.3 MODUL AJAR MENGOPERASIKAN APLIKASI PENGOLAH ANGKA-SPREADSHEET.pdf8.3 MODUL AJAR MENGOPERASIKAN APLIKASI PENGOLAH ANGKA-SPREADSHEET.pdf
8.3 MODUL AJAR MENGOPERASIKAN APLIKASI PENGOLAH ANGKA-SPREADSHEET.pdfekofatwa68
 

Similar to Toleransi Linier dan Geometrik (20)

Materi i teknik mesin m5 kb1
Materi i teknik mesin m5 kb1Materi i teknik mesin m5 kb1
Materi i teknik mesin m5 kb1
 
Materi i teknik mesin m5 kb3
Materi i teknik mesin m5 kb3Materi i teknik mesin m5 kb3
Materi i teknik mesin m5 kb3
 
Modul 4 dian haryanto 1407123394
Modul 4 dian haryanto 1407123394Modul 4 dian haryanto 1407123394
Modul 4 dian haryanto 1407123394
 
Las metal inert gas atau las
Las metal inert gas atau lasLas metal inert gas atau las
Las metal inert gas atau las
 
Kkkm2833 proses pembuatan nhj am
Kkkm2833 proses pembuatan nhj amKkkm2833 proses pembuatan nhj am
Kkkm2833 proses pembuatan nhj am
 
ELEMEN 1.pdf
ELEMEN 1.pdfELEMEN 1.pdf
ELEMEN 1.pdf
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Rpp siklus 2 navis ari nugroho
Rpp siklus 2  navis ari nugrohoRpp siklus 2  navis ari nugroho
Rpp siklus 2 navis ari nugroho
 
laporanIsi 2(1)
laporanIsi 2(1)laporanIsi 2(1)
laporanIsi 2(1)
 
Rpp kurikulum-2013-per-2b-pnjk-ukuran
Rpp kurikulum-2013-per-2b-pnjk-ukuranRpp kurikulum-2013-per-2b-pnjk-ukuran
Rpp kurikulum-2013-per-2b-pnjk-ukuran
 
Termodinamika
TermodinamikaTermodinamika
Termodinamika
 
Termodinamika
TermodinamikaTermodinamika
Termodinamika
 
Materi i teknik mesin m5 kb4
Materi i teknik mesin m5 kb4Materi i teknik mesin m5 kb4
Materi i teknik mesin m5 kb4
 
Menganalisis produktivitas
Menganalisis produktivitasMenganalisis produktivitas
Menganalisis produktivitas
 
Repot penuh bengkel amirudin-
Repot penuh bengkel  amirudin-Repot penuh bengkel  amirudin-
Repot penuh bengkel amirudin-
 
716453-1673359504 (1).pdf
716453-1673359504 (1).pdf716453-1673359504 (1).pdf
716453-1673359504 (1).pdf
 
Lk 4. strategi fasilitasi
Lk 4. strategi fasilitasiLk 4. strategi fasilitasi
Lk 4. strategi fasilitasi
 
Proposal magang
Proposal magangProposal magang
Proposal magang
 
Modul penggunaan dan pemeliharaan hidrometer
Modul penggunaan dan pemeliharaan hidrometerModul penggunaan dan pemeliharaan hidrometer
Modul penggunaan dan pemeliharaan hidrometer
 
8.3 MODUL AJAR MENGOPERASIKAN APLIKASI PENGOLAH ANGKA-SPREADSHEET.pdf
8.3 MODUL AJAR MENGOPERASIKAN APLIKASI PENGOLAH ANGKA-SPREADSHEET.pdf8.3 MODUL AJAR MENGOPERASIKAN APLIKASI PENGOLAH ANGKA-SPREADSHEET.pdf
8.3 MODUL AJAR MENGOPERASIKAN APLIKASI PENGOLAH ANGKA-SPREADSHEET.pdf
 

More from PPGhybrid3

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5PPGhybrid3
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2PPGhybrid3
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1PPGhybrid3
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORPPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3PPGhybrid3
 

More from PPGhybrid3 (20)

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
 
AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1
 
AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2
 
AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3
 

Recently uploaded

Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 

Recently uploaded (20)

Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 

Toleransi Linier dan Geometrik

  • 1. No. Kode: DAR@/Profesional/1/4/2019 PENDALAMAN MATERI KEGIATAN BELAJAR 2 Toleransi Linier dan Geometrik Nama Penulis: Yatin Ngadiyono Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019
  • 2. i DAFTAR ISI KEGIATAN BELAJAR 2: TOLERANSI .............................................................. 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 A. Deskripsi Materi............................................................................................... 1 B. Relevansi.......................................................................................................... 1 C. Panduan Belajar ............................................................................................... 2 INTI......................................................................................................................... 3 A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan.............................................................. 3 B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan...................................................... 3 C. Pokok-Pokok Materi........................................................................................ 3 D. Uraian Materi................................................................................................... 5 1. Sistem Batas (Limits System) Toleransi........................................................ 5 2. Toleransi umum ......................................................................................... 10 3. Suaian......................................................................................................... 11 4. Sistem Basis Suaian ................................................................................... 13 5. Penulisan ukuran linear dari sebuah komponen......................................... 15 6. Toleransi pada Gambar Susunan................................................................ 17 PENUTUP............................................................................................................. 22 A. Forum Diskusi ........................................................................................ 22 B. Rangkuman............................................................................................. 22 TES FORMATIF KEGIATAN BELAJAR 2................................................................... 24 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27
  • 3. ii DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar Kerja........................................................................................ 4 Gambar 2. Denah tentang pengertian toleransi lubang dan poros .......................... 6 Gambar 3. Ilustrasi daerah toleransi........................................................................ 7 Gambar 4. Contoh Toleransi................................................................................... 9 Gambar 5. Penulisan toleransi lubang................................................................... 10 Gambar 6. Macam-macam suaian......................................................................... 12 Gambar 7. Toleransi suaian dinyatakan oleh lambang ISO................................. 16 Gambar 8. Toleransi suaian dan nilai penyimpangan........................................... 16 Gambar 9. Toleransi dinyatakan oleh nilai penyimpangan................................... 16 Gambar 10. Toleransi dinyatakan oleh nilai penyimpangan................................. 16 Gambar 11. Toleransi simetris.............................................................................. 16 Gambar 12. Penulisan toleransi............................................................................. 17 Gambar 13. Toleransi pada gambar suaian........................................................... 17 Gambar 14. Toleransi pada gambar susunan ........................................................ 17 Gambar 15. Toleransi pada ukuran sudut ............................................................. 18 Gambar 16. Bentuk kesalahan geometrik ......................................................................... 18
  • 4. 1 KEGIATAN BELAJAR 2: TOLERANSI PENDAHULUAN A. Deskripsi Materi Gambar teknik adalah bahasa visual yang harus jelas dan tepat dengan aturan pasti. Sementara gambar kerja adalah gambar teknik yang digunakan selama proses produksi. Oleh karena itu gambar kerja harus berisi semua informasi sebagai pedoman dalam proses pembuatan dan perakitan produk. Informasi di gambar kerja mencakup bentuk, ukuran, toleransinya dan prosesnya. Toleransi di gambar kerja memberikan kejelasan pada pekerja berapa penyimpangan ukuran yang diijinkan. Pada Kegiatan Belajar 2 ini kita akan mempelajari toleransi. Toleransi yang dibahas adalah toleransi linier, suaian dan toleransi geometrik. Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, Anda peserta PPG diharapkan mampu memecahkan masalah penerapan toleransi pada gambar part atau komponen mesin secara mandiri. Pada modul ini saudara akan mempelajari cara pembuatan menerapkan toleransi. Pada penerapan toleransi geometrik anda harus belajar mengaitkan bagaimana mengkaitkan dengan cara pengukuran (metrology). Khusus untuk peneraopan teori toleransi harus banyak berdiskusi dengan peserta lain dan mencari sumber lain.. Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda peserta PPG diharapkan mampu memecahkan masalah pekerjaan bentangan didasarkan pada pemikiran logis, inovatif, dan bertanggung jawab atas hasilnya secara mandiri. B. Relevansi Materi toleransi merupakan materi workshop yang dirancang untuk membekali Anda materi bidang membaca dan merencanakan gambar mesin, materi ini harus dikuasi guru teknik. Sementara pada kegiatan belajar ini saudara akan mempelajari toleransi. Anda tentu telah memahami bahwa bentangan adalah salah satu faktor penentu kebenaran produk bagaimana menerapkan toleransi dan dikaitkan dengan proses produksinya. Kesemuanya itu dapat dilihat dan dibaca dari gambar kerja. Oleh karena itu guru teknik harus benar-benar memahi dan mampu mengaplikasikan teori toleransi.
  • 5. 2 Keberhasilan pembelajaran teknik gambar mesin dan khususnya bentangan dapat terwujud apabila kegiatan belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi dan bermakna bagi peserta pelatihan. Faktor pembangkit motivasi belajar yang efektif adalah keingin tahuan dan keyakinan akan kebenaran ilmu yang sedang dipelajarinya. Untuk menampung hal ini, modul ini dilengkapi dengan sumber belajar yang dapat dijadikan acuan belajar. Sumber belajar dapat diambil dari situs online dan diberikan petunjuk dimana materi dapat diunduh atau dilihat. C. Panduan Belajar Untuk membantu pemahaman Kegiatan Belajar 1 tentang Bentangan ini anda sebaiknya: 1. Mempelajari materi secara utuh (jangan beralih ke kegiatan belajar lain) jika yang anda baca belum selesai. 2. Menggunakan kemampuan analisis dalam membaca dan kerjakan soal latihan yang disediakan. 3. Apabila menemukan kesulitan, carilah kawan yang lebih memahami untuk melakukan diskusi tentang materi sulit tersebut. 4. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam modul ini sangat tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat. Baiklah saudara perserta Diklat PPG, selamat belajar, semoga Anda sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam kegiatan belajar ini untuk bekal bertugas sebagai guru yang baik.
  • 6. 3 INTI A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Menguasai materi ajar pada bidang studi Teknik Mesin yang meliputi: Teknik pemesinan; Teknik pengelasan; Teknik pengecoran Logam; Teknik mekanik industri; Teknik perancangan dan gambar mesin; dan Teknik fabrikasi Logam dan Manufaktur termasuk kewirausahan dan advance materials secara bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan dalam kehidupan sehari-hari) sehingga dapat membimbing peserta didik SMK mencapai kompetensi keahlian yang dibutuhkan oleh DUDI B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Menganalisis dan mengajarkan kompetensi-kompetensi terkait dengan pemesinan Bubut (bubut bertingkat, tirus, ulir dan suaian), pemesinan Frais (frais benda kerja bertingkat, frais roda gigi payung dan suaian), pemesinan Gerinda (penggerindaan datar, penggerindaan selinder dan mengasah pahat bubut dan frais), pemesinan CNC (pemrograman G-code) yang relevan dengan kebutuhan DUDI. C. Pokok-Pokok Materi 1. Sistem batas toleransi 2. Suaian 3. Penyajian Toleransi 4. ToleransiGeometrik
  • 7. 4 Sumber: Precision Machining Technology by Hoffman, dkk. Gambar 1. Gambar Kerja
  • 8. 5 D. Uraian Materi Membuat suatu komponen mesin dituntut presisi agar didapat jaminan fungsi dan mampu tukar. Coba perhatikan Gambar 1, gambar tersebut mencantumkan sejumlah kriteria yang hars dipenuhi oleh produk jadi. Kedalaman alur dengan toleransi ± 0.002 serta ada toleransi geometri di beberapa bidang. Adanya persyaratan tersebut tentu membutuhkan proses pemesinan presisi. Pengalaman menunjukkan bahwa tidak mudah untuk membuat ukuran presisi sesuai permintaan, hal ini dimungkinkan karena: (i) ketidakakuratan mesin dan peralatan, (ii) ketidakakuratan proses pembuatan (iii) kesalahan dalam pengukuran, dll. Oleh karena itu, didalam aturan gambar kerja dikenal dimensi yang akan berada di antara dua batas yang dapat diterima, yaitu ukuran maksimal dan minimal. Sebuah sistem di mana suatu variasi ukuran diijinkan disebut sistem batas dan penyimpangan yang diizinkan dan disebut toleransi. Studi tentang batas (limits), toleransi, dan suaian adalah pengetahuan yang harus dimiliki juru gambar. Pengetahuan tersebut akan mengarahkan pada sistem produksi masal. Untuk memperkaya khasanah cobalah buka video di https://youtu.be/p2q-lGZJCZ4 1. Sistem Batas (Limits System) Toleransi Setiap benda dibuat dengan memberikan batasan ukuran tertentu dan batasan penyimpangan yang dijinkannya. Besarnya penyimpangan (ukuran maksimal atau ukuran minimal) biasanya telah ditentukan. Penyimpangan ukuran didasari pemikiran bahwa seorang operator mesin tidaklah mungkin menghasilkan produk yang benar-benar tepat tanpa adanya kesalahan. Kontrol kualitas ukuran menjadi kunci dalam merakit komponen satu dengan lainnya. Selanjutnya dua ukuran ekstrim yang diizinkan di antara ukuran sebenarnya yang ada disebut batas. Ukuran maksimum disebut batas atas dan ukuran minimum disebut batas bawah.
  • 9. 6 Gambar 2. Denah tentang pengertian toleransi lubang dan poros Toleransi dilambangkan dengan dua simbol, simbol huruf dan simbol angka, yang disebut kelas (Kelas IT). Gambar 4 menunjukkan ilustrasi grafis ukuran toleransi atau penyimpangan mendasar untuk simbol huruf dan Tabel 1 daftar toleransi fundamental dari berbagai kelas. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 3 bahwa simbol huruf berkisar dari A ke ZC untuk lubang dan dari a ke zc untuk poros. Huruf I, L, O, Q, W dan i, l, o, q, w belum digunakan. Juga jelas bahwa simbol-simbol surat ini mewakili tingkat kedekatan zona toleransi (positif atau negatif) dengan ukuran dasar. Demikian pula, dapat dilihat dari Tabel 1, bahwa ukuran dasar dari l mm hingga 500 mm telah dibagi menjadi 13 langkah atau rentang. Untuk setiap langkah nominal, ada 18 nilai toleransi, ditetapkan sebagai IT 01, IT 0 hingga IT 1 hingga IT 16, yang dikenal sebagai “Toleransi mendasar”. Tabel 1. Daftar toleransi fundamental
  • 10. 7 Gambar 3. Ilustrasi daerah toleransi
  • 11. 8 Tabel. 2. Tabel Tingkat Toleransi Fundamental untuk ukuran 3 sampai 500 mm Nilai toleransi fundamental mengacu pada standar ISO/R 286 dan rumus untuk menghitung nilai toleransi standar IT adalah sebagai berikut: Contoh, diameter lubang 100 mm, dengan kwalitas toleransi IT 7, maka nilai toleransi adalah: 𝐷 = √80 𝑥 120 = 98 mm Unit toleransi, 𝑖 = 0,45 3 √98 + 0,001 𝑥 98 = 2,172 µ𝑚 Untuk grade 7 (lihat tabel 2.2) maka didapat nilai toleransi 16i = 16 × 2.172 = 35 µ𝑚
  • 12. 9 Artinya: Ukuran dasar Batas ukuran terbesar Batas ukuran terkecil Penyimpangan atas = 50 mm = 50 + 0,3 = 50,3 mm = 50 + 0,2 = 50,2 mm = 0,3 mm Penerapan umum dalam pembacaan toleransi berdasarkan Gambar 2, untuk lubang dan poros dapat diartikan bahwa: Ukuran maksimum = ukuran dasar + penyimpangan atas Ukuran minimal = ukuran dasar + penyimpangan bawah Nilai toleransi = penyimpangan atas – penyimpangan bawah Contoh penulisan toleransi: Gambar 4. Contoh Toleransi Tabel 2.3 Nilai Toleransi Standar untuk kwalitas 0,1; 0 dan 1 Kwalitas Toleransi IT 01 IT 0 IT 1 Nilai dalam micron, untuk D dalam µm 0,3 + 0,008D 0,5 + 0,012D 0,8 + 0,020D Artinya: Ukuran nominal Ukuran dasar Allowance maksimal = 50 mm = 50,000 mm = 0,003 mm
  • 13. 10 2. Toleransi umum Pekerjaan yang tidak memerlukan ketelitian khusus berlaku ketentuan toleransi umum, pada gambar kerja, nilai penyimpangan yang diizinkan (nilai toleransi umum) dicantumkan pada bagian atas gambar yang menyatakan besarnya penyimpangan secara umum. Besarnya nilai toleransi umum ini ditentukan oleh jenis pekerjaan dan tingkat ukuran nominal benda kerja. Untuk lebih jelas perhatikan Tabel 4 berikut: Tabel 4. Nilai penyimpangan umum (ISO/R 286) Ukuran nominal …..(mm) >0.5-3 >3-6 >6-30 >30-120 >120-315 >315-1000 >1000-2000 Penyimpangan yang diizinkan Teliti ±0.05 ±0.05 ±0.1 ±0.15 ±0.2 ±0.3 ±0.5 Sedang ±0.1 ±0.1 ±0.2 ±0.3 ±0.5 ±0.8 ±1.2 Kasar - ±0.2 ±0.5 ±0.8 ±1.2 ±2 ±3 Tabel 5. Variasi yang diizinkan untuk ukuran sudut (ISO/R 286) Panjang dari sisi pendek >0.5-3 >3-6 >6-30 >30-120 Variasi yang diijinkan derajat dan menit ±1° ±30’ ±20’ ±10’ Mm tiap 100 mm ±1.8 ±0.9 ±0.6 ±0.3 a. Pencantuman toleransi pada gambar keja Pemberian toleransi pada gambar kerja dapat menggunakan angka,huruf atau gabungan huruf dan angka lihat Gambar 5. Gambar 5. Penulisan toleransi lubang.
  • 14. 11 3. Suaian b. Pengertian suaian (Fit) Suaian mengacu pada penyimpangan ukuran yang diijinkan pada komponen mekanis yang berpasangan, penyimpangan bertujuan agar komponen mudah dirakit dan bergerak relatif satu sama lain selama beroperasi normal. c. Macam-macamsuaian Berdasarkan kesesuaian ukuran lubang dengan ukuran poros, suaian diklasifikasikan sebagai Suaian longgar (clereance fit), Suaian pas (transition fit), Suaian sesak (interference fit). 1) Suaian longgar (clereance fit) Suaian ini adalah tipe suaian yang memberikan izin adanya kelonggaran antara dua komponen yang dirakit atau berpasangan (Gambar 6) 2) Suaian transisi (transition fit), Tipe suaian ini memungkinkan hasil rakitan yang sesak atau longar, tentunya ini tergantung ukuran faktual pada saat komponen setelah dirakit (Gambar 6). 3) Suaian sesak (interference fit). Jika perbedaan antara lubang dan ukuran poros negatif sebelum perakitan; sehingga komponen rakitan pastilah menghasilkan suaian yang sesak.
  • 15. 12 Gambar 6. Macam-macam suaian Kedudukan daerah toleransi terhadap garis nol, yang merupakan suatu fungsi dari ukuran dasar, dinyatakan oleh sebuah lambang huruf (dalam beberapa hal dengan dua huruf), yaitu huruf besar untuk lubang, dan huruf kecil untuk poros. Lambang H mewakili lubang dasar dan lambang h mewakili poros dasar. Sesuai dengan ini, jika lambang H dipakai untuk lubang, berarti sistim lubang dasar yang dipakai. Dengan demikian ukuran yang diberi toleransi didefinisikan oleh nilai nominalnya diikuti oleh sebuah lambang, yang terdiri dari sebuah huruf (kadang- kadang dua huruf) dan sebuah huruf. Contoh : Gabungan antara lambang-lambang untuk lubang dan poros menentukan jenis suaiannya. 50g7 Berarti : diameter poros 50 mm, suaian longgar dalam sistim lubang dasar dengan nilai toleransi dari tingkat IT 7.
  • 16. 13 4. Sistem Basis Suaian Sistem basis (dasar) suaian adalah suatu acuan dasar yang digunakan dalam menetapkan jenis basis suaian. Menurut sistem, ISO jenis basis suaian dibedakan dua macam, yaitu Suaian sistem basis lubang dan Suaian sistem basis poros. a. Suaian sistem basis lubang Suaian sistem basis lubang, daerah toleransi lubang berada pada H dengan penyimpangan bawah dari lubang diambil sama dengan nol. Jika poros dan lubang berpasangan, poros dengan berbagai penyimpangan harus disesuaikan dengan ukuran lubang dasarnya. Suaian sistem basis lubang ada 3 macam, yaitu: 1) Suaian longgar sistem basis lubang Pada suaian longgar sistem basis lubang, apabila lubang dengan daerah toleransi H dipasangkan/disesuaiakan terhadap poros dengan daerah toleransi a, b, c, d, e, f dan g disebut suaian longgar sistem basis lubang. Contoh: ø 30 H7/f6 ø 60 H8/e6 2) Suaian paksa sistem basis lubang Pada suaian paksa sistem basis lubang, apabila lubang dengan daerah toleransi H dipasangkan terhadap poros dengan daerah toleransi n, p, r, s, t, u, dan x disebut suaian paksa sistem basis lubang Contoh: ø 80 H7/p6 ø 100 H7/t6 55 H8/g7: diameter 55 mm, suaian longgar dalam sistim lubang dasar dengan nilai toleransi lubang tingkat IT 8 dan nilai toleransi poros tingkat IT 7. 60 H8-g7: diameter 60 mm, suaian pas dalam sistim lubang dasar dengan nilai toleransi lubang tingkat IT 7 dan nilai toleransi poros tingkat IT 6.
  • 17. 14 3) Suaian pas sistem basis lubang Pada suaian pas sistem basis lubang, apabila lubang dengan daerah toleransi H dipasangkan terhadap poros dengan daerah toleransi h, js, k dan m disebut Suaian pas sistem basis lubang Contoh: ø 120 H6/h6 ø 140 H7/k6 Tabel 6. Suaian Sistem Basis Lubang b. Suaian sistem basis poros Suaian sistem basis poros, daerah toleransi lubang berada pada h dijadikan dasar menetapkan jenis suaian, sedangkan lubang dengan berbagai penyimpangan menyesuaiakan dengan ukuran poros dasarnya. Suaian sistem basis poros ada 3 macam, yaitu: 1) Suaian longgar sistem basis lubang Pada suaian longgar sistem basis poros, apabila poros dengan daerah toleransi h dipasangkan pada lubang dengan daerah toleransi B, C, D, E, F dan G hubungan keduanya disebut suaian longgar sistem basis poros. Contoh: ø 50 h7/F7 ø 30 h8/E8 Lambang kualitas untuk poros Lubang dasar Suaian Longgar Suaian Pas Suaian Paksa b c d f H7 g 4 5 6 6 (7) H8 h 4 5 6 6 7 7 8 js 4 5 6 6 7 k 4 5 6 6 (7) M 4 5 6 6 (7) n p s u x H5 H6 6 (6) 7 7 8 6 6 (7) 6 6 (7) 6 (7) 6 (7) 6 (7) 6 (7) 6 (7) H9 8 9 8 9 8 9 H10 9 9 9 9 9
  • 18. 15 2) Suaian paksa sistem basis poros Pada suaian paksa sistem basis poros, apabila poros dengan daerah toleransi h dipasangkan pada lubang dengan daerah toleransi N, P, R, S, T,U dan X hubungan keduanya disebut suaian paksa sistem basis poros Contoh: ø 55 h6/P6 ø 100 h6/S7 3) Suaian pas sistem basis poros Pada suaian pas sistem basis poros, apabila poros dengan daerah toleransi h dipasangkan terhadap lubang dengan daerah toleransi H, Js, K, dan M hubungan keduanya disebut Suaian pas sistem basis poros Contoh: ø 110 h5/H6 ø 130 h6/K6 Tabel 7. Suaian Sistem Basis Poros poro s Lambang kualitas untuk poros Suaian Longgar Suaian Pas Suaian Paksa B C D E F G H JS K M N P R S T U X h5 4 4 4 4 4 h6 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 6 6 h7 (6) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 7 (7) 7 7 (7) (7) (7) (7) (7) (7) (7) (7) (7) h8 7 7 8 8 8 9 h9 8 8 9 9 9 9 h10 9 9 9 5. Penulisan ukuran linear dari sebuah komponen a. Toleransi suaian dengan lambang ISO Komponen yang diberi ukuran dengan toleransi dinyatakan dalam gambar teknik, seperti terlihat pada gambar 7. b. Ukuran dasar c. Lambang toleransi
  • 19. 16 Jika, di samping lambang-lambang, diperlukan mencantumkan nilai-nilai penyimpangan, maka ini harus diperlihatkan dalam kurung (Gambar 8.), atau tanpa kurung. Gambar 7. Toleransi suaian dinyatakan oleh lambang ISO Gambar 8. Toleransi suaian dan nilai penyimpangan d. Toleransi dengan angka Komponen yang diberi ukuran dengan toleransi dinyatakan dalam Gambar 9. Gambar 9. Toleransi dinyatakan oleh nilai penyimpangan e. Nilai-nilaipenyimpangan Jika salah satu penyimpangan mempunyai nilai nol, maka ini hanya dinyatakan oleh nilai nol (Gambar 10). Gambar 10. Toleransi dinyatakan oleh nilai penyimpangan. f. Toleransi simetris Jika nilai toleransi keatas dan kebawah sama besarnya nilai toleransinya hanya dituliskan sekali saja lihat gambar 11. Gambar 11. Toleransi simetris
  • 20. 17 g. Penulisan toleransi plus - minus Cara penulisan dengan toleransi plus- minus ada tiga car, yaitu unilateral, bilateral-equal dan bilateral-unequel. Contoh dari ketiga system adala di Gambar 12. Unilateral Bilateral-Equal Bilateral-Unequal Gambar 12. Penulisan toleransi 6. Toleransi pada Gambar Susunan a. Toleransi dengan lambang ISO Lambang toleransi untuk lubang ditempatkan di depan lambang untuk poros (Gambar 13) dan di belakang ukuran nominal, yang hanya ditulis sekali. Gambar 13. Toleransi pada gambar suaian Gambar 14. Toleransi pada gambar susunan
  • 21. 18 b. Toleransi sudut Aturan ukuran linier dapat juga diterapkan pada ukuran sudut (Gambar 15). Gambar 15. Toleransi pada ukuran sudut c. Toleransi Geometri dan Lambang-lambangnya Toleransi linier tidak selalu cukup untuk menyediakan kontrol kualitas yang diperlukan. Sebagai contoh, pada Gambar 16 a poros memiliki ukuran diameter yang sama di semua posisi tetapi mungkin tidak semua sama di tiap titik lingkar; pada Gambar. 16 b, komponen memiliki ketebalan yang sama di seluruh tetapi tidak datar dan pada Gambar. 16 c, komponen berbentuk silidinris di semua penampang tetapi tidak lurus. Bentuk komponen ini dapat dikontrol dengan cara toleransi geometrik. Toleransi geometri mencakup toleransi bentuk, posisi, tempat dan penyimpangan putar, seperti pada Tabel 8. Gambar 16. Bentuk kesalahan geometrik
  • 22. 19 Untuk memperkaya khasanah cobalah buka video-video berikut: https://youtu.be/kiSPOPnIxl0; https://youtu.be/a1QdrTT_1pY; dan https://youtu.be/umtgJNiWyEw Tabel 8. Lambang untuk sifat yang diberi toleransi Berikut ini adalah penjelasan mengenai sifat yang diberi toleransi 1) Toleransi kelurusan adalah untuk menentukan daerah toleransi yang didalamnya terdapat sumbu. Permukaan atau sumbu permukaan juga termasuk sebagai acuan kelurusan. 2) Toleransi kerataan adalah untuk menentukan daerah toleransi yang ditentukan oleh dua bidang sejajar. 3) Toleransi kebulatan adalah untuk menentukan daerah toleransi yang dibatasi oleh dua lingkaran yang konsentris (sepusat)
  • 23. 20 4) Toleransi kesilindrisan adalah untuk menentukan daerah toleransi yang dibatasi oleh dua silinder yang konsentris. 5) Toleransi profil adalah untuk menentukan suatu batas daerah sepanjang profil dan didalamnya harus terdapat permukaan. 6) Toleransi ketirusan adalah untuk menentukan daerah toleransi yang ditentukan oleh dua bidang sejajar pada sudut dasar. 7) Toleransi kesejajaran adalah untuk menentukan daerah toleransi yang ditentukan oleh dua bidang sejajar atau garis sejajar terhadap bidang atau sumbu banding. 8) Toleransi ketegak lurusan merupakan suatu keadaan permukaan, bidang median atau sumbu pada 90° terhadap bidang atau sumbu banding Kemungkinan daerah toleransi adalah berada dalam sebuah bidang atau dua buah bidang, sebagai acuan dapat digunakan 8 (delapan) pilihan daerah toleransi geometrik berikut: 1) Luas dalam lingkaran. 2) Luas antara dua lingkaran sepusat. 3) Luas antara dua garis berjarak sama, atau dua garis lurus sejajar. 4) Ruang dalam bola. 5) Ruang dalam silinder. 6) Ruang antara dua silinder bersumbu sama. 7) Ruang antara dua permukaan berjarak sama atau dua bidang sejajar. 8) Ruang dalam sebuah kubus.
  • 24. 21 Gambar 17. Daerah toleransi geometric berada di luasan dua garis lingkaran (atau acuan a) Gambar 17 adalah contoh dari aplikasi toleransi geometric dengan mengacu pada aturan a, yaitu daerah toleransi dari penampang lintang yang dipertimbangkan adalah dibatasi oleh dua lingkaran konsentris dengan perbedaan jari-jari sebesar t.
  • 25. 22 PENUTUP A. Forum Diskusi Gambar penerapan simbol toleransi di bawah ini terdiri dari beberapa simbol toleransi. Perhatikanlah pada setiap anak panah merah yang mengedentifikasikan makna yang berbeda-beda. Coba diskusikan bersama kolega saudara apakah arti dari setiap gambar yang diberi anak panah. Gambar 36. Penerapan simbol-simbol toleransi B. Rangkuman Komponen mesin pada umumnya dirakit dengan komponen lain. Ketepatan ukuran dan bentuk menjadi kunci fungsi komponen tersebut. Sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan dan mendesain produk dalam ke gambar mesin membutuhkan beberapa pertimbangan, yaitu:
  • 26. 23 1. Merinci fungsi komponen berdasarkan rencana. 2. Buat daftar fungsi berdasarkan prioritas. Hanya satu fungsi harus memiliki prioritas utama. Langkah ini bisa sulit, karena banyak bagian dirancang untuk menggabungkan beberapa fungsi. Dalam contoh roda mesin pemotong rumput kami, fungsinya dengan prioritas utama adalah memberikan mobilitas produk. 3. Tentukan bingkai referensi datum. Langkah ini seharusnya didasarkan pada daftar prioritas Anda. Ini bisa berarti membuat beberapa kerangka acuan, masing-masing berdasarkan prioritas daftar Anda. Bingkai harus diatur dalam salah satu, dua, atau tiga pesawat. 4. Pilihan kontrol. Dalam banyak kasus, beberapa kontrol akan dibutuhkan (misalnya, runout, posisi, konsentrisitet, atau kekasaran). Mulailah dengan kontrol yang paling sederhana. Dengan "paling sederhana" yang kami maksud paling tidak membatasi. Bekerja dari yang paling tidak terbatas ke set kontrol yang paling ketat.