SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat,
nikmat dan karuniaNYA, karena dengan rahmat dan hidayahNYA saya
dapat menyelesaikan makalah pengelasan dari mata kuliah Teknik
Pengelasan oleh Bapak Dodi Yulanto S.T., M.T guna memperoleh salah
satu prasyaratan pemberian nilai oleh mata kuliah bersangkutan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini adalah
berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari semua pihak baik moril
maupun materil. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati,
penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada yang pihak-pihak yang
telah membantu.
Semoga amal kebajikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat
pahala
dan mendapat amal yang di ridhoi oleh Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa karya sederhana ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik untuk perbaikan makalah
ini akan penulis terima dengan senang hati dan yang terakhir. Semoga
karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amien.
Pekanbaru, 10 Maret 2010
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar...................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................3
1.2 Tujuan Penyusunan............................................................................3
1.3 Teknik Penyusunan............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengelasan……………………………………………..5
2.2 Cara Pengelasan dan Pemotongan………………………………5
2.3 Proses Pengelasan…………………………………………………………6
2.4 Proses-proses
Pengelasan…………………………………………………..10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………17
3.2 Saran……………………………………………………………………..17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknik pengelasan secara sedeerhana telah diketemukan dalam
rentang waktu antara 4000 sampai 3000 SM. Setelah energi listik
diergunakan dengan mudah, teknologi pengelasan maju dengan pesatnya
sehingga manjadi suatu teknik yang mutahir. Hingga saat ini telah
dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan.
Pada tahap-tahap permulaan dari pengembangan teknologi las
biasanya pengelasan hanya digunakan pada sambungan-sambungan dari
reparasi yang kurang penting. Tapi setelah melalui pengalaman dan
praktek yang banyak dan waktu yang lama maka sekarang penggunaan
proses-proses pengelasan dan penggunaan konstruksi-konstruksi las
merupakan hal yang umum disemua negara di dunia.
Terwujudnya standar-standar teknik pengelasan akan membatu
memperluas ruang lingkup pemakaian sambungan las dan memperbesar
ukuran bangunan konstruksi yang dapat di las. Dengan kemajuan yang
dapat dicapai sampai saat ini, teknologi las memegang peranan penting
dalam masyarakat industri modren.
Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi
sebenarnya didalamnya banyak masalah-masalah yang harus diatasi
dimana pemecahannya memerlukan bermacam-macam pengetahuan.
Karena itu didalam pengelasan, pengetahuan harus turut serta
mendampingi praktek. Secara lebih terperinci dapat dikatakan bahwa
perancangan konstruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las,
harus direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan, cara
pemeriksaan, bahan las, dan jenis yang akan digunakan, berdasarkan
fungsi dan bagian-bagian bangunan atau mesin yang dirancang.
1.2 Tujuan Penyusunan
Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai
dalam penyusunan ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian pengelasan.
2. Untuk mengetahui cara pengelasan dan pemotongan.
3. Untuk mengetahui peralatan yang digunakan dalam proses
pengelasan.
1.3 Teknik Penyusunan
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini
dengan menggunakan studi webset
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengelasan
Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen)
adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang
dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, las adalah
sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan
energi panas. Dalam proses penyambungan ini adakalanya disertai
dengan tekanan dan material tambahan (filler material).
2.2 Cara Pengelasan dan Pemotongan
Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian
yang digunakan dalam bidang las, ini disebabkan karena perlu adanya
kesepakatan dalam hal-hal tersebut. Secara konvensional cara-cara
pengklasifikasi tersebut pada waktu ini dapat dibagi dua golongan, yaitu
klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan (sumber panas) dan
klasifikasi berdasarkan cara kerja.
Ditinjau berdasarkan sumber panasnya klasifikasi pengelasan dapat
dibedakan tiga:
1. Mekanik
2. Listrik
3. Kimia
Berdasarkan cara kerjanya klasifikasi pengelasan dapat dibagi dalam tiga
kelas utama yaitu : pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian.
1. Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan
dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik
atau sumber api gas yang terbakar.
2. Pengelasan tekan adalah pcara pengelasan dimana sambungan
dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu.
3. Pematrian adalah cara pengelasan diman sambungan diikat dan
disatukan dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik
cair rendah. Dalam hal ini logam induk tidak turut mencair.
2.3 Proses Pengelasan
Las gastungsten (Las TIG) adalah proses pengelasan dimana
busur nyala listirk ditimbulakan oleh elektroda tungsten (elektroda tak
terumpan) dengan benda kerja logam. Daerah pengelasan dilindungi oleh
gas lindung (gas tidak aktif) agar tidak berkontaminasi dengan udara luar.
Kawat las dapat ditambahkan atau tidak tergantung dari bentuk
sambungan dan ketebalan benda kerja yang akan dilas. Perangkat yang
dipakai dalam pengelasan las gastungs ten adalah:
1. Mesin
Mesin las AC/DC merupakan mesin las pembangkit arus AC/DC
yang digunakan di dalam pengelasan las gas tungsten. Pemilihan arus AC
atau DC biasanya tergantung pada jenis logam yang akan dilas.
2. Tabung gas lindung
Adalah tabung tempat penyimpanan gas lindung seperti argon dan
helium yang digunakan di dalam mengelas gastungs ten.
`
3. Regulator gas lindung
Adalah pengatur tekanan gas yang akan digunalan di dalam
pengelasan gan tungsten. Pada regulator ini biasanya ditunjukkan
tekanan kerja dan tekanan gas di dalam tabung.
4. Flowmeter untuk gas
Dipakai untuk menunjukkan besarnya aliran gas lindung yang di
pakai di dalam pengelasan gastungs
5. Selang gas dan perlengkapan pengikatnya
Berfungsi sebagai pengubung gas dari tabung menuju pembakar
las. Sedangkan perangkat pengikat berfungsi mengikat selang dari tabung
menuju mesin las dan dari mesin las menuju pembakar las.
6. Kabel elektroda dan selang
Berfungsi menghantarkan arus dari mesin las menuju stang las,
begitu juga aliran gas dari mesin las menuju stang. Kabel masa berfungsi
untuk menghantarkan arus ke benda kerja.
7. Stang las (welding torch)
Berfungsi untuk menyatukan system untuk menyatukan system las
yang berupa penyalaan busur dan perlindungan gas lindung selama
dilakukan pengelasan.
8. Elektroda tungsten
Berfungsi sebagai pembangkit busur nyala selama dilakukan
pengelasan. Elektroda ini tidak berfugsi sebagai bahan tambah.
9. Kawat las
Berfungsi sebagai bahan tambah. Tambahan kawat jika bahan dasar
yang dipanasi dengan busur tungsten sudah mendekati cair.
10. Assesories
Pilihan dapat berupa system pendinginan air untuk pekerjaan
pengelasan berat, rheostat kaki, dan pengatur waktu busur.
Las Tungsten
Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) atau sering juga disebut Tungsten
Inert Gas (TIG) merupakan salah satu dari bentuk las busur listrik (Arc
Welding) yang menggunakan inert gas sebagai pelindung dengantungsten
atauwolfram sebagai electrode. Skema dari GTAW dapat dilihat dalam
gambar dibawah. Penjelasan ini dikerjakan secara manual maupun
otomatis.
Gambar. Skema pengelasan (TIG (tungsten iner gas)
Electrode pada GTAW termasuk elektode tidak terumpan (non
consumable) berfungsi sebagai tempat tumpuan terjadinya busur listrik.
GTAW mampu menghasilkam las yang berkualitas tinggi pada hampir
semua jenis logam mampu las. Biasanya ini digunakan pada stainless
steel dan logam ringan lainnya seperti aluminium, magnesium dan lain-
lain. Hasil pengelasan pada teknik ini cukup baik tapi membutuhkan
kemampuan yang tinggi.
Pada pengelasan TIG ini tenaga yang dibutuhkan adalah tenaga
listrik baik AC maupun DC. Tenaga listrik hanya digunakan sebagai
pemanas dan hanya untuk membuat busur nyala pada elektoda, bagian-
bagian pendukung lainya masih disuplai dari alat lain. Peralatan yang
sering digunakan sebagai pendukung dari las TIG ini adalah tabung gas
Argon maupun gas lain dapat melindungi proses pengelasan dari
pengaruh udara luar.
2.4 Proses-proses Pengelasan
a. Las listrik dengan elektroda berselaput (SMAW)
Las listrik ini menggunakan elektroda berelaput sebagai bahan
tambahan. Busur listrik yang terjadi di antara ujung elektroda dan bahan
dasar akan mencairkan ujung elektroda dan sebagaian bahan dasar.
Selaput elektroda yang turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas
yang melindungi ujung elekroda kawah las, busur listrik terhadap
pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda yang membeku akan
menutupi permukaan las yang juga berfungsi sebagai pelindung terhadap
pengaruh luar.
Perbedaan suhu busur listrik tergantung pada tempat titik
pengukuran, misal pada ujung elektroda bersuhu 3400° C, tetapi pada
benda kerja dapat mencapai suhu 4000° C.
Keuntungan
SMAW adalah proses las busur paling sederhana dan paling serba guna.
Karena sederhana dan mudah dalam mengangkut peralatan dan
perlengkapannya, membuat proses SMAW ini mempunyai aplikasi luas
mulai dari refinery piping hingga pipelines, dan bahkan untuk pengelasan
di bawah laut guna memperbaiki struktur anjungan lepas pantai. SMAW
bisa dilakukan pada berbagai posisi atau lokasi yang bisa dijangkau
dengan sebatang elektroda. Sambungan-sambungan pada daerah
dimana pandangan mata terbatas masih bisa di las dengan cara
membengkokkan elektroda. Proses SMAW digunakan untuk mengelas
berbagai macam logam ferrous dan non ferrous, termasuk baja carbon
dan baja paduan rendah, stainless steel, paduan-paduan nikel, cast iron,
dan beberapa paduan tembaga.
Kelemahan
Meskipun SMAW adalah proses pengelasan dengan daya guna tinggi,
proses ini mempunyai beberapa karakteristik dimana laju pengisiannya
lebih rendah dibandingkan proses pengelasan semi-otomatis atau
otomatis. Panjang elektroda tetap dan pengelasan mesti dihentikan
setelah sebatang elektroda terbakar habis. Puntung elektroda yang tersisa
terbuang, dan waktu juga terbuang untuk mengganti–ganti elektroda. Slag
atau terak yang terbentuk harus dihilangkan dari lapisan las sebelum
lapisan berikutnya didepositkan. Langkah-langkah ini mengurangi efisiensi
pengelasan hingga sekitar 50 %.
Asap dan gas yang terbentuk merupakan masalah, sehingga diperlukan
ventilasi memadai pada pengelasan di dalam ruang tertutup. Pandangan
mata pada kawah las agak terhalang oleh slag pelindung dan asap yang
menutupi endapan logam. Dibutuhkan juru las yang sangat terampil untuk
dapat menghasilkan pengelasan berkualitas radiography apabila
mengelas pipa atau plat hanya dari arah satu sisi
b. Las Listrik TIG
Pengelasan ini pertama kali ditemukan di USA (1940), berawal dari
pengelasan paduan untuk bodi pesawat terbang. Prinsip : Panas dari
busur terjadi diantara elektrode tungsten dan logam induk akan
meleburkan logam pengisi ke logam induk di mana busurnya dilindungi
oleh gas mulia (Ar atau He).
Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas = Tungsten Gas Mulia)
menggunakan elektroda wolfram yang bukan merupakan bahan tambah.
Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda wolfram dan bahan dasar
merupakan sumber panas, untuk pengelasan. Titik cair elektroda wolfram
sedemikian tingginya sampai 3410° C, sehingga tidak ikut mencair pada
saat terjadi busur listrik. Tangkai listrik dilengkapi dengan nosel keramik
untuk penyembur gas pelindung yang melindungi daerah las dari luar
pada saat pengelasan.
Sebagian bahan tambah dipakai elektroda tampa selaput yang
digerakkan dan didekatkan ke busur yang terjadi antara elektroda wolfram
dengan bahan dasar. Sebagai gas pelindung dipakai gas inert seperti
argon, helium atau campuran dari kedua gas tersebut yang pemakainnya
tergantung dari jenis logam yang akan dilas.
Tangkai las TIG biasanya didinginkan dengn air yang bersirkulasi.
Pembakar las TIG terdiri dari :
1) Penyedia arus,
2) Pengembali air pendingi,
3) Penyedia air pendingin,
4) Penyedia gas argon,
5) Lubang gas argon ke luar,
6) Pencekam elektroda,
7) Moncong keramik atau logam,
8) Elektroda tungsten,
9) Semburan gas pelindung.
Keuntungan :
Digunakan untuk Alloy Steel, Stainless Steel maupun paduan Non
Ferrous: Ni, Cu, Al (Air Craft). Disamping itu mutu las bermutu tinggi, hasil
las padat, bebas dari porositas dan dapat untuk mengelas berbagai posisi
dan ketebalan. Proses GTAW menghasilkan pengelasan bermutu tinggi
pada bahan-bahan ferrous dan non ferrous. Dengan teknik pengelasan
yang tepat, semua pengotor yang berasal dari atmosfir dapat dihilangkan.
Keuntungan utama dari proses ini yaitu, bisa digunakan untuk membuat
root pass bermutu tinggi dari arah satu sisi pada berbagai jenis bahan.
Oleh karena itu GTAW digunakan secara luas pada pengelasan pipa,
dengan batasan arus mulai dari 5 hingga 300 amp, menghasilkan
kemampuan lebih besar untuk mengatasi masalah pada posisi
sambungan yang berubah-ubah seperti celah akar. Sebagai contoh, pada
pipa tipis (dibawah 0,20 inci) dan logam-logam lembaran, arus bisa diatur
cukup rendah sehingga pengendalian penetrasi dan pencegahan
terjadinya terbakar tembus (burnt through) lebih mudah dari pada
pengerjaan dengan proses menggunakan elektroda terbungkus.
Kecepatan gerak yang lebih rendah dibandingkan dengan SMAW akan
memudahkan pengamatan sehingga lebih mudah dalam mengendalikan
logam las selama pengisian dan penyatuan.
Kelemahan.
Kelemahan utama proses las GTAW yaitu laju pengisian lebih rendah
dibandingkan dengan proses las lain umpamanya SMAW. Disamping itu,
GTAW butuh kontrol kelurusan sambungan yang lebih ketat, untuk
menghasilkan pengelasan bermutu tinggi pada pengelasan dari arah satu
sisi. GTAW juga butuh kebersihan sambungan yang lebih baik untuk
menghilangkan minyak, grease, karat, dan kotoran-kotoran lain agar
terhindar dari porosity dan cacat-cacat las lain. GTAW harus dilindungi
secara berhati-hati dari kecepatan udara di atas 5 mph untuk
mempertahankan perlindungan inert gas di atas kawah las.
c. Las Listrik Submerged (SAW)
Las listriksubmerged yang umumnya otomatis atau semi otomatis
menggunakan fluksi serbuk untuk pelindung dari pengaruh udara luar.
Busur listrik di antara ujung elektroda dan bahan dasar di dalam timbunan
fluksi sehingga tidak terjadi sinar las keluar seperti biasanya pada las
listrik lainya. Operator las tidak perlu menggunakan kaca pelindung mata
(helm las).
Pada waktu pengelasan, fluksi serbuk akan mencair dan membeku
dan menutup lapian las. Sebagian fluksi serbuk yang tidak mencair dapat
dipakai lagi setelah dibersihkan dari terak-terak las. Elektora yang
merupakan kawat tampa selaput berbentuk gulungan (roll) digerakan maju
oleh pasangan roda gigi yang diputar oleh motor listrik.
Mesin las ini dapat menggunakan sumber listrik AC yang lamban
dan DC dengan tegangan tetap bila menggunakan listrik AC. Perlu
adanya pengaturan kecepatan pengumpanan kawat las yang dapat
diubah-ubah untuk mendapatkan panjang busur yang diperlukan. Bila
menggunakan sumber listrik DC dengan tegangan tetap, kecepatan
pengumpanan dapat dibuat tetap dan biasanya menggunakan polaritas
balik (DCRP). Mesin las dengan listrik DC kadang-kadang digunakan
untuk mengelas pelat tipis dengan kecepatan tinggi atau untuk
pengelasan dengan elekroda lebih dari satu.
Keuntungan Las Busur Rendam:
Kualitas Las baik, Penetrasi cukup, Bahan las hemat, Tidak perlu operator
terampil, Dapat memakai arus yang tinggi.
Kerugian Las Busur Rendam:
Sulit menentukan hasil seluruh pengelasan, Posisi pengelasan hanya
horizontal, dan Penggunaan sangat terbatas.
d. Las Listrik MIG
Seperti halnya pad alas listrik TIG, pad alas listrik MIG juga panas
ditimbulkan oleh busur listrik antara dua electron dan bahan dasar.
Elektroda merupakan gulungan kawat yang berbentuk rol yang geraknya
diatur oleh pasangan roda gigi yang digerakkan oleh motor listrik. Gerakan
dapat diatur sesuai dengan keperluan. Tangkai las dilengkapi dengan
nosel logam untuk menghubungkan gas pelindung yang dialirkan dari
botol gas melalui slang gas.
Gas yang dipakai adalah CO2 untuk pengelasan baja lunak dan
baja. Argon atau campuran argon dan helium untuk pengelasan
aluminium dan baja tahan karat. Proses pengelasan MIG ini dadpat
secara semi otomatik atau otomatik. Semi otomatik dimaksudkan
pengelasan secara manual, sedangkan otomatik adalah pengelasan yang
seluruhnya dilaksanakan secara otomatik. Elektroda keluar melalui tangkai
bersama- sama dengan gas pelindung.
Keuntungan
Proses pengelasan GMAW dapat dikerjakan secara semi-otomatis atau
otomatis. Asap dan percikan las pada GMAW hubungan singkat lebih
sedikit dibandingkan dengan SMAW, juga tidak ada slag yang harus
dibersihkan setelah pengelasan selesai. Kecepatan pengelasan dan laju
pengisian sama atau bisa lebih besar dari pada SMAW. Larutan logam las
umumnya lebih rendah karena penetrasi GMAW lebih dangkal. Dengan
panas masukan rendah dan penetrasi yang dangkal, logam-logam tipis
lebih mudah disambung dan sambungan yang memiliki celah root lebih
lebar akan lebih mudah dilas. Pada fabrikasi pipa-pipa di bengkel, root
pass bermutu tinggi dapat dikerjakan lebih cepat pada berbagai posisi dan
pada umumnya dengan biaya lebih rendah.
GMAW spray transfer dan globular transfer mempunyai kawah las yang
lebih mudah dilihat, sama halnya dengan las busur teknik hubungan
singkat (short circuiting arc) tetapi tanpa slag. Karena tidak ada flux dan
relatif sedikit jumlahdeoxidizer yang diberikan pada kawat, lebih sedikit
pekerjaan membersihkan yang diperlukan setelah pengelasan selesai.
Keseragaman panjang busur dipertahankan dengan cara membuat
sumber listrik memiliki tegangan konstan. Proses las GMAW mempunyai
laju pengisian lebih besar pada pengelasan paduan-paduan ferrous dan
non-ferrous. Proses ini cocok dipergunakan pada las kampuh dan
pengelasan untuk membuat lapisan anti karat pada stainless steel, nickel
based alloys dan paduan-paduan tembaga seperti aluminum bronze.
Kelemahan.
Peralatan las GMAW lebih mahal, dan lebih rumit dalam pemasangan dan
perawatan, dibandingkan dengan SMAW. Biaya kawat las dan shielding
gas bisa menjadi lebih mahal dibandingkan dengan elektroda terbungkus,
tetapi hal ini bisa diimbangi karena produktivitas yang tinggi dan sedikitnya
pemborosan.Shielding gas pada pengelasan GMAW dapat terganggu
karena pengaruh tiupan angin, sehingga harus diambil tindakan
pencegahan apabila kecepatan angin lebih dari 5 mph. Pelindung angin
atau tirai khusus dapat dipakai untuk menahan atau mengurangi tiupan
angina, sehingga kecepatannya cukup rendah untuk menjaga shielding
gas secara memadai.
Memperbesar aliran gas untuk mengimbangi pengaruh tiupan angin yang
berlebihan, akan menimbulkan masalah lain yang lebih buruk, karena
akan timbul turbulensi disekitar busur yang akan menarik udara
disekitarnya.
GMAW memerlukan ruang gerak yang lebih besar terhadap benda kerja
karena pengaruh ukuran welding gun dannozzle. Pada umumnya alat
pengumpan kawat harus ditempatkan sedekat mungkin dengan benda
kerja. Short-circuiting welding dapat dipakai untuk mengelas root pass
dengan cara butt weld atau sambungan bercabang tetapi harus dikontrol
ketat saat melakukan fill pass, karena ada resiko non-fusion atau cold lap.
Ketika melakukan fill pass pada pengelasan pipa dengan cara butt weld,
pengelasan hanya dilakukan dengan cara las naik yaitu antara posisi jam
10 dan jam 2, dimana pipa bisa ditahan tetap oleh kuda- kuda penyangga
(posisi 5G) atau diputar (1G). Proses pengelasan ini tidak cocok
dikerjakan pada fillet weld apabila tebal logam lebih dari 1/4 inch, dan
pada umumnya tidak digunakan untuk fabrikasi pressure vessel, tangki
atau palang-palang struktur.
Lack of fusion yang terletak diantara lapisan-lapisan las sukar dideteksi
dengan radiography dan karena pengaruh kontrol yang buruk dari proses
hubungan singkat ini, masalah LOF menjadi cukup berat, sehingga
membuat beberapa fabrikator meninggalkan proses pengelasan ini.
Dibandingkan dengan proses las SMAW, pengelasanshort-circuiting butuh
kebersihan, dan kelurusan sambungan serta penggerindaan tack weld
yang lebih baik guna mendapatkan hasil pengelasan root pass bermutu
tinggi. LOF tidak akan menjadi masalah jika panas masukan dibuat lebih
tinggi pada GMAW spray transfer atau globular transfer. Pada GMAW
spray transfer, terdapat radiasi busur yang banyak. Hal ini tidak
menyenangkan bagi juru las dan membuat proses ini lebih cocok untuk las
otomatis pada beberapa aplikasi. Pengelasan GMAWspray
transfer terbatas pada pengelasan posisi datar dan horizontal saja karena
kawah las lebih besar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah
ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang
dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Berdasarkan cara kerjanya
klasifikasi pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas utama yaitu :
pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian. Pada pengelasan TIG
ini tenaga yang dibutuhkan adalah tenaga listrik baik AC maupun DC.
Tenaga listrik hanya digunakan sebagai pemanas dan hanya untuk
membuat busur nyala pada elektoda, bagian-bagian pendukung lainya
masih disuplai dari alat lain. Peralatan yang sering digunakan sebagai
pendukung dari las TIG ini adalah tabung gas Argon maupun gas lain
dapat melindungi proses pengelasan dari pengaruh udara luar. Membuat
proses SMAW ini mempunyai aplikasi luas mulai dari refinery piping
hingga pipelines, dan bahkan untuk pengelasan di bawah laut guna
memperbaiki struktur anjungan lepas pantai.
3.2 Saran
Makalah ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat luas yang ingin
mengetahui tentang teknik pengelasan dan bermanfaat kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
http://agamweld.blogspot.com/2009/06/pendahuluan-definisi-pengelasan-
menurut.html
https://blogteknik12.blogspot.co.id/2017/07/makalah-las-tig-atau-gtaw.html
MENGHITUNG KEBUTUHAN KAWAT LAS
Untuk menghitung kawat las yang diperlukan digunakan rumus :
G ( Jumlah Kawat Las ) = GL x P / DE
GL = Berat Logam Las per Satuan Panjang ( Meter )
P = Jumlah Panjang Sambungan Las
DE = Deposition Efficiency
Apa sih Deposition Efficiency itu ??????
Deposition Effisiensi adalah perbandingan antara Jumlah Logam Las yang
dihasilkan dengan Jumlah kawat las yang dipakai dan dinyatakan dalam
persen.
DE = Berat Logam Las ( Weld Metal ) / Berat Kawat Las yang dipakai (
Electrode Used )
Biasanya, data Deposition Efficiency ini dikeluarkan oleh masing-masing
perusahaan pembuat kawat las, namun secara rata-rata nilai rata-rata (
Average Value ) Deposition Efficiency untuk masing-masing proses
pengelasan adalah sebagai berikut:
Proses Pengelasan % Deposition Eff
SAW 99%
GMAW (98%Ar, 2% O2 ) 98%
GMAW (75% Ar, 25%CO2 ) 96%
GMAW ( 99,99% CO2 ) 93 %
Metal Core Wire 93%
FCAW ( Gas-Shielded ) 86%
FCAW ( Self Shielded ) 78%
SMAW ( Panjang 300 mm ) 59%
SMAW ( Panjang 350 mm ) 62%
SMAW ( Panjang 450 mm ) 66%
Catatan :
Untuk Process SMAW, sisa electrode yang terbuang 5 cm/Batang.
Jika kita kembalikan ke kasus diatas,
Berat Logam Las per Meter adalah : 0,251 Kg/Meter
Panjang las nya = 1000 m
Jumlah Logam las = 0,251 x 1000 = 251 Kg.
Jumlah kawat las yang harus dipesan sesuai dengan proses pengelasan
yang dipakai adalah sebagai berikut :
Proses Pengelasan Kawat Las yang
Dipesan ( Kg )
SAW 253 Kg
GMAW (98%Ar, 2% O2 ) 256 Kg
GMAW (75% Ar, 25%CO2 ) 261 Kg
GMAW ( 99,99% CO2 ) 270 Kg
Metal Core Wire 270 Kg
FCAW ( Gas-Shielded ) 292 Kg
FCAW ( Self Shielded ) 322 Kg
SMAW ( Panjang 300 mm ) 425 Kg
SMAW ( Panjang 350 mm ) 404 Kg
SMAW ( Panjang 450 mm ) 380 Kg

More Related Content

What's hot

Mesin Konvensional
Mesin KonvensionalMesin Konvensional
Mesin KonvensionalElis Wahyuni
 
Laporan Praktikum Teknik Las Ari Satriadi Helmi (Teknik Mesin Universitas Ind...
Laporan Praktikum Teknik Las Ari Satriadi Helmi (Teknik Mesin Universitas Ind...Laporan Praktikum Teknik Las Ari Satriadi Helmi (Teknik Mesin Universitas Ind...
Laporan Praktikum Teknik Las Ari Satriadi Helmi (Teknik Mesin Universitas Ind...Ari Satriadi Helmi
 
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiAli Hasimi Pane
 
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingElemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingDewi Izza
 
Makalah Poros dan Pasak
Makalah Poros dan PasakMakalah Poros dan Pasak
Makalah Poros dan PasakHari Hidayat
 
Presentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutPresentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutEssyKarundeng
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINDwi Ratna
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Abrianto Akuan
 
Mesin 4 langkah & 2 langkah
Mesin 4 langkah & 2 langkahMesin 4 langkah & 2 langkah
Mesin 4 langkah & 2 langkahRock Sandy
 
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalModul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalAli Hasimi Pane
 
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorModul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorAli Hasimi Pane
 
Modul Teknik Pemesinan Frais
Modul Teknik Pemesinan FraisModul Teknik Pemesinan Frais
Modul Teknik Pemesinan FraisBambang Utama
 
Dasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesinDasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesinRinaldi Sihombing
 

What's hot (20)

Mesin Konvensional
Mesin KonvensionalMesin Konvensional
Mesin Konvensional
 
Laporan Praktikum Teknik Las Ari Satriadi Helmi (Teknik Mesin Universitas Ind...
Laporan Praktikum Teknik Las Ari Satriadi Helmi (Teknik Mesin Universitas Ind...Laporan Praktikum Teknik Las Ari Satriadi Helmi (Teknik Mesin Universitas Ind...
Laporan Praktikum Teknik Las Ari Satriadi Helmi (Teknik Mesin Universitas Ind...
 
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
 
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingElemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
 
Makalah Poros dan Pasak
Makalah Poros dan PasakMakalah Poros dan Pasak
Makalah Poros dan Pasak
 
Presentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutPresentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin Bubut
 
2.1,9.14 contoh soal 1
2.1,9.14  contoh soal 12.1,9.14  contoh soal 1
2.1,9.14 contoh soal 1
 
pemesinan konvensional
pemesinan konvensionalpemesinan konvensional
pemesinan konvensional
 
TEGANGAN
TEGANGANTEGANGAN
TEGANGAN
 
Poros dan Pasak
Poros dan PasakPoros dan Pasak
Poros dan Pasak
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)
 
Laporan Praktikum Pemesinan
Laporan Praktikum PemesinanLaporan Praktikum Pemesinan
Laporan Praktikum Pemesinan
 
Deformasi
DeformasiDeformasi
Deformasi
 
LAS LISTRIK
LAS LISTRIKLAS LISTRIK
LAS LISTRIK
 
Mesin 4 langkah & 2 langkah
Mesin 4 langkah & 2 langkahMesin 4 langkah & 2 langkah
Mesin 4 langkah & 2 langkah
 
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalModul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
 
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorModul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
 
Modul Teknik Pemesinan Frais
Modul Teknik Pemesinan FraisModul Teknik Pemesinan Frais
Modul Teknik Pemesinan Frais
 
Dasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesinDasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesin
 

Similar to Pengelasan makalah.docx

Mig welding indonesia
Mig welding indonesiaMig welding indonesia
Mig welding indonesiaNur Ilham
 
Teori pengelasan dan fabrikasi
Teori pengelasan dan fabrikasiTeori pengelasan dan fabrikasi
Teori pengelasan dan fabrikasiAmal Mulia
 
Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01
Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01
Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01Oktavian Kusumawardhana
 
PENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdf
PENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdfPENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdf
PENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdfRahma750999
 
Teori pengelasan dasar SMAW & GMAW untuk SMK kelas XI
Teori pengelasan dasar SMAW & GMAW untuk SMK kelas XITeori pengelasan dasar SMAW & GMAW untuk SMK kelas XI
Teori pengelasan dasar SMAW & GMAW untuk SMK kelas XIAnthonSalim
 
Las busur-gas
Las busur-gasLas busur-gas
Las busur-gaspapa bo
 
Its undergraduate-7858-2703100008-bab1
Its undergraduate-7858-2703100008-bab1Its undergraduate-7858-2703100008-bab1
Its undergraduate-7858-2703100008-bab1abdi_harahap
 
Teknik pelapisan dengan metode arc metal inert gas
Teknik pelapisan dengan metode arc metal inert gasTeknik pelapisan dengan metode arc metal inert gas
Teknik pelapisan dengan metode arc metal inert gasAgus Cahyono
 
23 maradu (2)
23 maradu (2)23 maradu (2)
23 maradu (2)Alen Pepa
 

Similar to Pengelasan makalah.docx (20)

Joint Process
Joint ProcessJoint Process
Joint Process
 
Mig welding indonesia
Mig welding indonesiaMig welding indonesia
Mig welding indonesia
 
Teori pengelasan dan fabrikasi
Teori pengelasan dan fabrikasiTeori pengelasan dan fabrikasi
Teori pengelasan dan fabrikasi
 
Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01
Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01
Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01
 
Mesin las
Mesin lasMesin las
Mesin las
 
PENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdf
PENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdfPENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdf
PENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdf
 
Teori pengelasan dasar SMAW & GMAW untuk SMK kelas XI
Teori pengelasan dasar SMAW & GMAW untuk SMK kelas XITeori pengelasan dasar SMAW & GMAW untuk SMK kelas XI
Teori pengelasan dasar SMAW & GMAW untuk SMK kelas XI
 
Las busur-gas
Las busur-gasLas busur-gas
Las busur-gas
 
Its undergraduate-7858-2703100008-bab1
Its undergraduate-7858-2703100008-bab1Its undergraduate-7858-2703100008-bab1
Its undergraduate-7858-2703100008-bab1
 
MATERI_TEKNIK_PENGELASAN.pptx
MATERI_TEKNIK_PENGELASAN.pptxMATERI_TEKNIK_PENGELASAN.pptx
MATERI_TEKNIK_PENGELASAN.pptx
 
Welding consumables fix 1
Welding consumables fix 1Welding consumables fix 1
Welding consumables fix 1
 
Teknik pelapisan dengan metode arc metal inert gas
Teknik pelapisan dengan metode arc metal inert gasTeknik pelapisan dengan metode arc metal inert gas
Teknik pelapisan dengan metode arc metal inert gas
 
Modul las
Modul lasModul las
Modul las
 
Teknik Pengelasan
Teknik Pengelasan Teknik Pengelasan
Teknik Pengelasan
 
las-listrik.pptx
las-listrik.pptxlas-listrik.pptx
las-listrik.pptx
 
23 maradu (2)
23 maradu (2)23 maradu (2)
23 maradu (2)
 
23 maradu
23 maradu23 maradu
23 maradu
 
penyambungan
penyambunganpenyambungan
penyambungan
 
Alat Potong Gas
Alat Potong GasAlat Potong Gas
Alat Potong Gas
 
Sambungan Las( X TMP 3) SMK N 2 KEBUMEN 2014-2015
Sambungan Las( X TMP 3) SMK N 2 KEBUMEN 2014-2015Sambungan Las( X TMP 3) SMK N 2 KEBUMEN 2014-2015
Sambungan Las( X TMP 3) SMK N 2 KEBUMEN 2014-2015
 

Recently uploaded

PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxYehezkielAkwila3
 
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxAhli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxarifyudianto3
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxHamidNurMukhlis
 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx185TsabitSujud
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxdjam11
 
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranMateri Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranSintaMarlina3
 
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia IndustriTransfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industririzwahyung
 
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfKelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfVardyFahrizal
 

Recently uploaded (9)

PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
 
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxAhli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
 
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranMateri Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
 
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia IndustriTransfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
 
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfKelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
 

Pengelasan makalah.docx

  • 1. KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, nikmat dan karuniaNYA, karena dengan rahmat dan hidayahNYA saya dapat menyelesaikan makalah pengelasan dari mata kuliah Teknik Pengelasan oleh Bapak Dodi Yulanto S.T., M.T guna memperoleh salah satu prasyaratan pemberian nilai oleh mata kuliah bersangkutan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini adalah berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari semua pihak baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada yang pihak-pihak yang telah membantu. Semoga amal kebajikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat pahala dan mendapat amal yang di ridhoi oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahwa karya sederhana ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini akan penulis terima dengan senang hati dan yang terakhir. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amien. Pekanbaru, 10 Maret 2010
  • 2. DAFTAR ISI Kata Pengantar...................................................................................................1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...................................................................................3 1.2 Tujuan Penyusunan............................................................................3 1.3 Teknik Penyusunan............................................................................4 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Pengelasan……………………………………………..5 2.2 Cara Pengelasan dan Pemotongan………………………………5 2.3 Proses Pengelasan…………………………………………………………6 2.4 Proses-proses Pengelasan…………………………………………………..10 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan………………………………………………………………17 3.2 Saran……………………………………………………………………..17
  • 3. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknik pengelasan secara sedeerhana telah diketemukan dalam rentang waktu antara 4000 sampai 3000 SM. Setelah energi listik diergunakan dengan mudah, teknologi pengelasan maju dengan pesatnya sehingga manjadi suatu teknik yang mutahir. Hingga saat ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan. Pada tahap-tahap permulaan dari pengembangan teknologi las biasanya pengelasan hanya digunakan pada sambungan-sambungan dari reparasi yang kurang penting. Tapi setelah melalui pengalaman dan praktek yang banyak dan waktu yang lama maka sekarang penggunaan proses-proses pengelasan dan penggunaan konstruksi-konstruksi las merupakan hal yang umum disemua negara di dunia. Terwujudnya standar-standar teknik pengelasan akan membatu memperluas ruang lingkup pemakaian sambungan las dan memperbesar ukuran bangunan konstruksi yang dapat di las. Dengan kemajuan yang dapat dicapai sampai saat ini, teknologi las memegang peranan penting dalam masyarakat industri modren.
  • 4. Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya didalamnya banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana pemecahannya memerlukan bermacam-macam pengetahuan. Karena itu didalam pengelasan, pengetahuan harus turut serta mendampingi praktek. Secara lebih terperinci dapat dikatakan bahwa perancangan konstruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las, harus direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan, cara pemeriksaan, bahan las, dan jenis yang akan digunakan, berdasarkan fungsi dan bagian-bagian bangunan atau mesin yang dirancang. 1.2 Tujuan Penyusunan Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengertian pengelasan. 2. Untuk mengetahui cara pengelasan dan pemotongan. 3. Untuk mengetahui peralatan yang digunakan dalam proses pengelasan. 1.3 Teknik Penyusunan Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini dengan menggunakan studi webset
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Pengelasan Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Dalam proses penyambungan ini adakalanya disertai dengan tekanan dan material tambahan (filler material). 2.2 Cara Pengelasan dan Pemotongan Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan dalam bidang las, ini disebabkan karena perlu adanya kesepakatan dalam hal-hal tersebut. Secara konvensional cara-cara pengklasifikasi tersebut pada waktu ini dapat dibagi dua golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan (sumber panas) dan klasifikasi berdasarkan cara kerja.
  • 6. Ditinjau berdasarkan sumber panasnya klasifikasi pengelasan dapat dibedakan tiga: 1. Mekanik 2. Listrik 3. Kimia Berdasarkan cara kerjanya klasifikasi pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas utama yaitu : pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian. 1. Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber api gas yang terbakar. 2. Pengelasan tekan adalah pcara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu. 3. Pematrian adalah cara pengelasan diman sambungan diikat dan disatukan dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini logam induk tidak turut mencair.
  • 7. 2.3 Proses Pengelasan Las gastungsten (Las TIG) adalah proses pengelasan dimana busur nyala listirk ditimbulakan oleh elektroda tungsten (elektroda tak terumpan) dengan benda kerja logam. Daerah pengelasan dilindungi oleh gas lindung (gas tidak aktif) agar tidak berkontaminasi dengan udara luar. Kawat las dapat ditambahkan atau tidak tergantung dari bentuk sambungan dan ketebalan benda kerja yang akan dilas. Perangkat yang dipakai dalam pengelasan las gastungs ten adalah: 1. Mesin Mesin las AC/DC merupakan mesin las pembangkit arus AC/DC yang digunakan di dalam pengelasan las gas tungsten. Pemilihan arus AC atau DC biasanya tergantung pada jenis logam yang akan dilas. 2. Tabung gas lindung Adalah tabung tempat penyimpanan gas lindung seperti argon dan helium yang digunakan di dalam mengelas gastungs ten. `
  • 8. 3. Regulator gas lindung Adalah pengatur tekanan gas yang akan digunalan di dalam pengelasan gan tungsten. Pada regulator ini biasanya ditunjukkan tekanan kerja dan tekanan gas di dalam tabung. 4. Flowmeter untuk gas Dipakai untuk menunjukkan besarnya aliran gas lindung yang di pakai di dalam pengelasan gastungs
  • 9. 5. Selang gas dan perlengkapan pengikatnya Berfungsi sebagai pengubung gas dari tabung menuju pembakar las. Sedangkan perangkat pengikat berfungsi mengikat selang dari tabung menuju mesin las dan dari mesin las menuju pembakar las. 6. Kabel elektroda dan selang Berfungsi menghantarkan arus dari mesin las menuju stang las, begitu juga aliran gas dari mesin las menuju stang. Kabel masa berfungsi untuk menghantarkan arus ke benda kerja. 7. Stang las (welding torch) Berfungsi untuk menyatukan system untuk menyatukan system las yang berupa penyalaan busur dan perlindungan gas lindung selama dilakukan pengelasan.
  • 10. 8. Elektroda tungsten Berfungsi sebagai pembangkit busur nyala selama dilakukan pengelasan. Elektroda ini tidak berfugsi sebagai bahan tambah. 9. Kawat las Berfungsi sebagai bahan tambah. Tambahan kawat jika bahan dasar yang dipanasi dengan busur tungsten sudah mendekati cair. 10. Assesories Pilihan dapat berupa system pendinginan air untuk pekerjaan pengelasan berat, rheostat kaki, dan pengatur waktu busur. Las Tungsten Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) atau sering juga disebut Tungsten Inert Gas (TIG) merupakan salah satu dari bentuk las busur listrik (Arc Welding) yang menggunakan inert gas sebagai pelindung dengantungsten atauwolfram sebagai electrode. Skema dari GTAW dapat dilihat dalam gambar dibawah. Penjelasan ini dikerjakan secara manual maupun otomatis.
  • 11. Gambar. Skema pengelasan (TIG (tungsten iner gas) Electrode pada GTAW termasuk elektode tidak terumpan (non consumable) berfungsi sebagai tempat tumpuan terjadinya busur listrik. GTAW mampu menghasilkam las yang berkualitas tinggi pada hampir semua jenis logam mampu las. Biasanya ini digunakan pada stainless steel dan logam ringan lainnya seperti aluminium, magnesium dan lain- lain. Hasil pengelasan pada teknik ini cukup baik tapi membutuhkan kemampuan yang tinggi. Pada pengelasan TIG ini tenaga yang dibutuhkan adalah tenaga listrik baik AC maupun DC. Tenaga listrik hanya digunakan sebagai pemanas dan hanya untuk membuat busur nyala pada elektoda, bagian- bagian pendukung lainya masih disuplai dari alat lain. Peralatan yang sering digunakan sebagai pendukung dari las TIG ini adalah tabung gas Argon maupun gas lain dapat melindungi proses pengelasan dari pengaruh udara luar.
  • 12. 2.4 Proses-proses Pengelasan a. Las listrik dengan elektroda berselaput (SMAW) Las listrik ini menggunakan elektroda berelaput sebagai bahan tambahan. Busur listrik yang terjadi di antara ujung elektroda dan bahan dasar akan mencairkan ujung elektroda dan sebagaian bahan dasar. Selaput elektroda yang turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elekroda kawah las, busur listrik terhadap pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda yang membeku akan menutupi permukaan las yang juga berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar. Perbedaan suhu busur listrik tergantung pada tempat titik pengukuran, misal pada ujung elektroda bersuhu 3400° C, tetapi pada benda kerja dapat mencapai suhu 4000° C. Keuntungan SMAW adalah proses las busur paling sederhana dan paling serba guna. Karena sederhana dan mudah dalam mengangkut peralatan dan perlengkapannya, membuat proses SMAW ini mempunyai aplikasi luas mulai dari refinery piping hingga pipelines, dan bahkan untuk pengelasan di bawah laut guna memperbaiki struktur anjungan lepas pantai. SMAW bisa dilakukan pada berbagai posisi atau lokasi yang bisa dijangkau dengan sebatang elektroda. Sambungan-sambungan pada daerah
  • 13. dimana pandangan mata terbatas masih bisa di las dengan cara membengkokkan elektroda. Proses SMAW digunakan untuk mengelas berbagai macam logam ferrous dan non ferrous, termasuk baja carbon dan baja paduan rendah, stainless steel, paduan-paduan nikel, cast iron, dan beberapa paduan tembaga. Kelemahan Meskipun SMAW adalah proses pengelasan dengan daya guna tinggi, proses ini mempunyai beberapa karakteristik dimana laju pengisiannya lebih rendah dibandingkan proses pengelasan semi-otomatis atau otomatis. Panjang elektroda tetap dan pengelasan mesti dihentikan setelah sebatang elektroda terbakar habis. Puntung elektroda yang tersisa terbuang, dan waktu juga terbuang untuk mengganti–ganti elektroda. Slag atau terak yang terbentuk harus dihilangkan dari lapisan las sebelum lapisan berikutnya didepositkan. Langkah-langkah ini mengurangi efisiensi pengelasan hingga sekitar 50 %. Asap dan gas yang terbentuk merupakan masalah, sehingga diperlukan ventilasi memadai pada pengelasan di dalam ruang tertutup. Pandangan mata pada kawah las agak terhalang oleh slag pelindung dan asap yang menutupi endapan logam. Dibutuhkan juru las yang sangat terampil untuk dapat menghasilkan pengelasan berkualitas radiography apabila mengelas pipa atau plat hanya dari arah satu sisi
  • 14. b. Las Listrik TIG Pengelasan ini pertama kali ditemukan di USA (1940), berawal dari pengelasan paduan untuk bodi pesawat terbang. Prinsip : Panas dari busur terjadi diantara elektrode tungsten dan logam induk akan meleburkan logam pengisi ke logam induk di mana busurnya dilindungi oleh gas mulia (Ar atau He). Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas = Tungsten Gas Mulia) menggunakan elektroda wolfram yang bukan merupakan bahan tambah. Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda wolfram dan bahan dasar merupakan sumber panas, untuk pengelasan. Titik cair elektroda wolfram sedemikian tingginya sampai 3410° C, sehingga tidak ikut mencair pada saat terjadi busur listrik. Tangkai listrik dilengkapi dengan nosel keramik untuk penyembur gas pelindung yang melindungi daerah las dari luar pada saat pengelasan. Sebagian bahan tambah dipakai elektroda tampa selaput yang digerakkan dan didekatkan ke busur yang terjadi antara elektroda wolfram dengan bahan dasar. Sebagai gas pelindung dipakai gas inert seperti argon, helium atau campuran dari kedua gas tersebut yang pemakainnya tergantung dari jenis logam yang akan dilas. Tangkai las TIG biasanya didinginkan dengn air yang bersirkulasi. Pembakar las TIG terdiri dari : 1) Penyedia arus, 2) Pengembali air pendingi, 3) Penyedia air pendingin, 4) Penyedia gas argon,
  • 15. 5) Lubang gas argon ke luar, 6) Pencekam elektroda, 7) Moncong keramik atau logam, 8) Elektroda tungsten, 9) Semburan gas pelindung. Keuntungan : Digunakan untuk Alloy Steel, Stainless Steel maupun paduan Non Ferrous: Ni, Cu, Al (Air Craft). Disamping itu mutu las bermutu tinggi, hasil las padat, bebas dari porositas dan dapat untuk mengelas berbagai posisi dan ketebalan. Proses GTAW menghasilkan pengelasan bermutu tinggi pada bahan-bahan ferrous dan non ferrous. Dengan teknik pengelasan yang tepat, semua pengotor yang berasal dari atmosfir dapat dihilangkan. Keuntungan utama dari proses ini yaitu, bisa digunakan untuk membuat root pass bermutu tinggi dari arah satu sisi pada berbagai jenis bahan. Oleh karena itu GTAW digunakan secara luas pada pengelasan pipa, dengan batasan arus mulai dari 5 hingga 300 amp, menghasilkan kemampuan lebih besar untuk mengatasi masalah pada posisi sambungan yang berubah-ubah seperti celah akar. Sebagai contoh, pada pipa tipis (dibawah 0,20 inci) dan logam-logam lembaran, arus bisa diatur cukup rendah sehingga pengendalian penetrasi dan pencegahan terjadinya terbakar tembus (burnt through) lebih mudah dari pada pengerjaan dengan proses menggunakan elektroda terbungkus. Kecepatan gerak yang lebih rendah dibandingkan dengan SMAW akan memudahkan pengamatan sehingga lebih mudah dalam mengendalikan logam las selama pengisian dan penyatuan.
  • 16. Kelemahan. Kelemahan utama proses las GTAW yaitu laju pengisian lebih rendah dibandingkan dengan proses las lain umpamanya SMAW. Disamping itu, GTAW butuh kontrol kelurusan sambungan yang lebih ketat, untuk menghasilkan pengelasan bermutu tinggi pada pengelasan dari arah satu sisi. GTAW juga butuh kebersihan sambungan yang lebih baik untuk menghilangkan minyak, grease, karat, dan kotoran-kotoran lain agar terhindar dari porosity dan cacat-cacat las lain. GTAW harus dilindungi secara berhati-hati dari kecepatan udara di atas 5 mph untuk mempertahankan perlindungan inert gas di atas kawah las. c. Las Listrik Submerged (SAW) Las listriksubmerged yang umumnya otomatis atau semi otomatis menggunakan fluksi serbuk untuk pelindung dari pengaruh udara luar. Busur listrik di antara ujung elektroda dan bahan dasar di dalam timbunan fluksi sehingga tidak terjadi sinar las keluar seperti biasanya pada las listrik lainya. Operator las tidak perlu menggunakan kaca pelindung mata (helm las). Pada waktu pengelasan, fluksi serbuk akan mencair dan membeku dan menutup lapian las. Sebagian fluksi serbuk yang tidak mencair dapat dipakai lagi setelah dibersihkan dari terak-terak las. Elektora yang merupakan kawat tampa selaput berbentuk gulungan (roll) digerakan maju oleh pasangan roda gigi yang diputar oleh motor listrik.
  • 17. Mesin las ini dapat menggunakan sumber listrik AC yang lamban dan DC dengan tegangan tetap bila menggunakan listrik AC. Perlu adanya pengaturan kecepatan pengumpanan kawat las yang dapat diubah-ubah untuk mendapatkan panjang busur yang diperlukan. Bila menggunakan sumber listrik DC dengan tegangan tetap, kecepatan pengumpanan dapat dibuat tetap dan biasanya menggunakan polaritas balik (DCRP). Mesin las dengan listrik DC kadang-kadang digunakan untuk mengelas pelat tipis dengan kecepatan tinggi atau untuk pengelasan dengan elekroda lebih dari satu. Keuntungan Las Busur Rendam: Kualitas Las baik, Penetrasi cukup, Bahan las hemat, Tidak perlu operator terampil, Dapat memakai arus yang tinggi. Kerugian Las Busur Rendam: Sulit menentukan hasil seluruh pengelasan, Posisi pengelasan hanya horizontal, dan Penggunaan sangat terbatas. d. Las Listrik MIG Seperti halnya pad alas listrik TIG, pad alas listrik MIG juga panas ditimbulkan oleh busur listrik antara dua electron dan bahan dasar. Elektroda merupakan gulungan kawat yang berbentuk rol yang geraknya
  • 18. diatur oleh pasangan roda gigi yang digerakkan oleh motor listrik. Gerakan dapat diatur sesuai dengan keperluan. Tangkai las dilengkapi dengan nosel logam untuk menghubungkan gas pelindung yang dialirkan dari botol gas melalui slang gas. Gas yang dipakai adalah CO2 untuk pengelasan baja lunak dan baja. Argon atau campuran argon dan helium untuk pengelasan aluminium dan baja tahan karat. Proses pengelasan MIG ini dadpat secara semi otomatik atau otomatik. Semi otomatik dimaksudkan pengelasan secara manual, sedangkan otomatik adalah pengelasan yang seluruhnya dilaksanakan secara otomatik. Elektroda keluar melalui tangkai bersama- sama dengan gas pelindung. Keuntungan Proses pengelasan GMAW dapat dikerjakan secara semi-otomatis atau otomatis. Asap dan percikan las pada GMAW hubungan singkat lebih sedikit dibandingkan dengan SMAW, juga tidak ada slag yang harus dibersihkan setelah pengelasan selesai. Kecepatan pengelasan dan laju pengisian sama atau bisa lebih besar dari pada SMAW. Larutan logam las umumnya lebih rendah karena penetrasi GMAW lebih dangkal. Dengan panas masukan rendah dan penetrasi yang dangkal, logam-logam tipis lebih mudah disambung dan sambungan yang memiliki celah root lebih lebar akan lebih mudah dilas. Pada fabrikasi pipa-pipa di bengkel, root
  • 19. pass bermutu tinggi dapat dikerjakan lebih cepat pada berbagai posisi dan pada umumnya dengan biaya lebih rendah. GMAW spray transfer dan globular transfer mempunyai kawah las yang lebih mudah dilihat, sama halnya dengan las busur teknik hubungan singkat (short circuiting arc) tetapi tanpa slag. Karena tidak ada flux dan relatif sedikit jumlahdeoxidizer yang diberikan pada kawat, lebih sedikit pekerjaan membersihkan yang diperlukan setelah pengelasan selesai. Keseragaman panjang busur dipertahankan dengan cara membuat sumber listrik memiliki tegangan konstan. Proses las GMAW mempunyai laju pengisian lebih besar pada pengelasan paduan-paduan ferrous dan non-ferrous. Proses ini cocok dipergunakan pada las kampuh dan pengelasan untuk membuat lapisan anti karat pada stainless steel, nickel based alloys dan paduan-paduan tembaga seperti aluminum bronze. Kelemahan. Peralatan las GMAW lebih mahal, dan lebih rumit dalam pemasangan dan perawatan, dibandingkan dengan SMAW. Biaya kawat las dan shielding gas bisa menjadi lebih mahal dibandingkan dengan elektroda terbungkus, tetapi hal ini bisa diimbangi karena produktivitas yang tinggi dan sedikitnya pemborosan.Shielding gas pada pengelasan GMAW dapat terganggu karena pengaruh tiupan angin, sehingga harus diambil tindakan pencegahan apabila kecepatan angin lebih dari 5 mph. Pelindung angin
  • 20. atau tirai khusus dapat dipakai untuk menahan atau mengurangi tiupan angina, sehingga kecepatannya cukup rendah untuk menjaga shielding gas secara memadai. Memperbesar aliran gas untuk mengimbangi pengaruh tiupan angin yang berlebihan, akan menimbulkan masalah lain yang lebih buruk, karena akan timbul turbulensi disekitar busur yang akan menarik udara disekitarnya. GMAW memerlukan ruang gerak yang lebih besar terhadap benda kerja karena pengaruh ukuran welding gun dannozzle. Pada umumnya alat pengumpan kawat harus ditempatkan sedekat mungkin dengan benda kerja. Short-circuiting welding dapat dipakai untuk mengelas root pass dengan cara butt weld atau sambungan bercabang tetapi harus dikontrol ketat saat melakukan fill pass, karena ada resiko non-fusion atau cold lap. Ketika melakukan fill pass pada pengelasan pipa dengan cara butt weld, pengelasan hanya dilakukan dengan cara las naik yaitu antara posisi jam 10 dan jam 2, dimana pipa bisa ditahan tetap oleh kuda- kuda penyangga (posisi 5G) atau diputar (1G). Proses pengelasan ini tidak cocok dikerjakan pada fillet weld apabila tebal logam lebih dari 1/4 inch, dan pada umumnya tidak digunakan untuk fabrikasi pressure vessel, tangki atau palang-palang struktur. Lack of fusion yang terletak diantara lapisan-lapisan las sukar dideteksi dengan radiography dan karena pengaruh kontrol yang buruk dari proses
  • 21. hubungan singkat ini, masalah LOF menjadi cukup berat, sehingga membuat beberapa fabrikator meninggalkan proses pengelasan ini. Dibandingkan dengan proses las SMAW, pengelasanshort-circuiting butuh kebersihan, dan kelurusan sambungan serta penggerindaan tack weld yang lebih baik guna mendapatkan hasil pengelasan root pass bermutu tinggi. LOF tidak akan menjadi masalah jika panas masukan dibuat lebih tinggi pada GMAW spray transfer atau globular transfer. Pada GMAW spray transfer, terdapat radiasi busur yang banyak. Hal ini tidak menyenangkan bagi juru las dan membuat proses ini lebih cocok untuk las otomatis pada beberapa aplikasi. Pengelasan GMAWspray transfer terbatas pada pengelasan posisi datar dan horizontal saja karena kawah las lebih besar.
  • 22. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Berdasarkan cara kerjanya klasifikasi pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas utama yaitu : pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian. Pada pengelasan TIG ini tenaga yang dibutuhkan adalah tenaga listrik baik AC maupun DC. Tenaga listrik hanya digunakan sebagai pemanas dan hanya untuk membuat busur nyala pada elektoda, bagian-bagian pendukung lainya masih disuplai dari alat lain. Peralatan yang sering digunakan sebagai pendukung dari las TIG ini adalah tabung gas Argon maupun gas lain dapat melindungi proses pengelasan dari pengaruh udara luar. Membuat proses SMAW ini mempunyai aplikasi luas mulai dari refinery piping hingga pipelines, dan bahkan untuk pengelasan di bawah laut guna memperbaiki struktur anjungan lepas pantai. 3.2 Saran Makalah ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat luas yang ingin mengetahui tentang teknik pengelasan dan bermanfaat kita semua.
  • 24. MENGHITUNG KEBUTUHAN KAWAT LAS Untuk menghitung kawat las yang diperlukan digunakan rumus : G ( Jumlah Kawat Las ) = GL x P / DE GL = Berat Logam Las per Satuan Panjang ( Meter ) P = Jumlah Panjang Sambungan Las DE = Deposition Efficiency Apa sih Deposition Efficiency itu ?????? Deposition Effisiensi adalah perbandingan antara Jumlah Logam Las yang dihasilkan dengan Jumlah kawat las yang dipakai dan dinyatakan dalam persen. DE = Berat Logam Las ( Weld Metal ) / Berat Kawat Las yang dipakai ( Electrode Used ) Biasanya, data Deposition Efficiency ini dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan pembuat kawat las, namun secara rata-rata nilai rata-rata ( Average Value ) Deposition Efficiency untuk masing-masing proses pengelasan adalah sebagai berikut: Proses Pengelasan % Deposition Eff
  • 25. SAW 99% GMAW (98%Ar, 2% O2 ) 98% GMAW (75% Ar, 25%CO2 ) 96% GMAW ( 99,99% CO2 ) 93 % Metal Core Wire 93% FCAW ( Gas-Shielded ) 86% FCAW ( Self Shielded ) 78% SMAW ( Panjang 300 mm ) 59% SMAW ( Panjang 350 mm ) 62% SMAW ( Panjang 450 mm ) 66% Catatan : Untuk Process SMAW, sisa electrode yang terbuang 5 cm/Batang. Jika kita kembalikan ke kasus diatas, Berat Logam Las per Meter adalah : 0,251 Kg/Meter Panjang las nya = 1000 m Jumlah Logam las = 0,251 x 1000 = 251 Kg. Jumlah kawat las yang harus dipesan sesuai dengan proses pengelasan yang dipakai adalah sebagai berikut : Proses Pengelasan Kawat Las yang Dipesan ( Kg ) SAW 253 Kg
  • 26. GMAW (98%Ar, 2% O2 ) 256 Kg GMAW (75% Ar, 25%CO2 ) 261 Kg GMAW ( 99,99% CO2 ) 270 Kg Metal Core Wire 270 Kg FCAW ( Gas-Shielded ) 292 Kg FCAW ( Self Shielded ) 322 Kg SMAW ( Panjang 300 mm ) 425 Kg SMAW ( Panjang 350 mm ) 404 Kg SMAW ( Panjang 450 mm ) 380 Kg