SlideShare a Scribd company logo
oleh:
Dessy Melinda (1200361)
Jeffa Lianto V.B. (1204833)
Ngadiyono (1204829)
Yuyun Desfrita Azura (1205562)
Pembahasan
Pengertian Bimbingan dan Konseling
Kondisi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Landasan Psikologis Bimbingan dan Konseling
Landasan Sosiologis Bimbingan dan Konseling
Landasan Pedagogis Bimbingan dan Konseling
Landasan Agama Bimbingan dan Konseling
Landasan Perkembangan IPTEK Bimbingan dan Konseling
Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan
“counseling” . Istilah “guidance” mengandung arti 1) mengarahkan (to
direct), 2) memandu (to pilot), 3) mengelola (to manage), dan 4) menyetir
(to steer).
Shertzer dan Stone (1971:40) mengartikan bimbingan sebagai “…
process of helping an individual to understand himself and his world
(proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri
dan lingkungannya)”.
Lebih lanjut untuk memudahkan ingatan kita tentang pengertian umum bimbingan, Prayitno (2004)
(Sukardi, 2008: 2) mengemukakan akronim sebagai unsur-unsur pokok dalam sebuah proses bimbingan, yaitu:
B = bantuan
I = individu
M = mandiri
B = bahan
I = interaksi
N = nasihat
G = gagasan
A = alat dan asuhan
N = norma
Dengan memasukkan semua unsur di atas dapat dikatakan bahwa bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada individu atau kelompok agar mereka
dapat mandiri melalui berbagai bahan, interaksi, nasihat, gagasan, alat, dan
asuhan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku.
Adapun pengertian konseling menurut Robinson (M. Surya dan Rohman N.,
1986:25) adalah sebagai semua bentuk hubungan antara dua orang, dimana yang
seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mempu menyesuaikan diri secara efektif
terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.
Pietrofesa dan kawan-kawan (1980:75) mengemukakan ciri-ciri konseling
professional sebagai berikut:
a. Konseling merupakan suatu hubungan professional yang diadakan oleh
seorang konselor yang sudah dilatih untuk pekerjaannya itu.
b. Dalam hubungan yang bersifat professional itu, klien mempelajari
keterampilan pengambilan keputusan, pemecahan masalah, serta tingkah laku
atau sikap-sikap baru.
c. Hubungan professional itu dibentuk berdasarkan kesukarelaan antara klien
dan konselor.
Untuk memudahkan ingatan kita tentang pengertian umum konseling maka Prayitno (2004) (Sukardi, 2008:
5) mengemukakan akronim dari unsur-unsur pokok yang ada dalam usaha konseling, yaitu;
K = kontak
O = orang
N = menangani
S = masalah
E = expert (ahli)
L = laras
I = integrasi
N = norma
G = guna
Dengan demikian, pengertian konseling adalah kontak antara dua orang
(yaitu konselor dan konseli) untuk menangani masalah konseli, dalam
suasana keahlian yang laras dan terintegrasi, berdasarkan norma-norma
yang berlaku, untuk tujuan-tujuan yang berguna bagi konseli.
2. Kondisi Bimbingan dan Konseling (BK) di Sekolah
Berbicara tentang pendidikan nasional atau sekolah di negara ini, yang sering menjadi
sorotan adalah masalah nilai atau kemampuan kognitif siswa, bangunan sekolah, dan
kesejahteraan guru. Jarang sekali isu kepribadian siswa yang dijadikan sorotan, apalagi peran
guru Bimbingan dan Konseling atau konselor sekolah dalam pembentukan pribadi siswa.
Bimbingan Konseling seolah menjadi topik yang tidak menarik untuk dibicarakan.
Padahal, jika kita merujuk ke negara yang pendidikannya maju, seperti Amerika Serikat,
Singapura, bahkan Malaysia, peran guru BK sangat diperhatikan. Sedangkan di Indonesia isu
tentang BK menjadi isu yang belum terlalu menjadi sorotan, kalaupun ada, namun bukanlah
menjadi sorotan nasional tetapi hanya sekedar sorotan lingkup daerah saja. Gerakan yang
terlihat malah dari daerah, bahkan dari sekolah-sekolah. Isu BK seperti ini mengakibatkan
sekolah-sekolah tidak memiliki paradigma yang tunggal terhadap BK.
Ada beberapa paradigma yang berkaitan dengan BK di sekolah:
1. Sekolah yang sadar betul pentingnya BK untuk membangun karakter siswa.
2. Sekolah yang sadar akan kedudukan BK dalam pembentukan pribadi siswa,
tetapi tidak didukung oleh materi, tenaga dan yayasan atau pemerintah.
3. Sekolah yang masih menerapkan manajemen BK “jadul”.
4. Sekolah yang belum memiliki manajemen BK.
Motif dan Motivasi
Konflik dan Frustasi
Sikap, Pembawaan dan Lingkungan, dan Perkembangan Individu
Penyesuaian Diri
Belajar
Kepribadian
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan
seseorang berperilaku.
Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,baik
dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu
(motivasi ekstrinsik), menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas
tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.
motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh
individu semenjak dia lahir, seperti: rasa lapar, bernafas dan sejenisnya
motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh
pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali individu
menghadapi beberapa macam motif yang saling
bertentangan satu sama lain. Dengan demikian
individu tersebut berada dalam keadaan konflik
psikis, yaitu suatu pertentangan batin, suatu
kebimbangan, suatu keragu-raguan untuk
memutuskan motif mana yang akan diambil.
Motif-motif yang dihadapi individu itu kadang
positif, kadang negatif dan kadang campuran
keduanya.
Konflik
mendekat-mendekat
Konflik
menjauh-menjauh
Konflik
mendekat-menjauh
Menurut Syamsu Yusuf, frustasi dapat
diartikan sebagai kekecewaan dalam diri
individu yang disebabkan oleh tidak
tercapainya keinginan.
Pengertian lain dari frustasi adalah
perasaan kecewa yang mendalam karena
tujuan yang dikehendaki tidak kunjung
terlaksana.
Frustasi Lingkungan
Frustasi Pribadi
Frustasi Konflik
Marah, bertindak
secara eksplosif,
berperasaan tak
berdaya,
kemunduran,
tertekan, dan
lain sebagainya.
• Thurstone (Yusuf, 2009: 169) berpendapat bahwa sikap
merupakan suatu tingkatan afeksi, baik bersifat positif
maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek
psikologis, seperti: simbul, prase, slogan, orang, lembaga,
cita-cita dan gagasan.
• Sarlito Wirawan Sarwono (Yusuf, 2009: 169)
mengemukakan bahwa “sikap adalah kesiapan seseorang
bertindak terhadap hal-hal tertentu”.
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang
membentuk dan mempengaruhi perilaku individu.
Pembawaan yaitu segala sesuatu
yang dibawa sejak lahir dan
merupakan hasil dari keturunan,
yang mencakup aspek psiko-fisik,
seperti struktur otot, warna kulit,
golongan darah, bakat,
kecerdasan, atau ciri-ciri-
kepribadian tertentu. Pembawaan
pada dasarnya bersifat potensial
yang perlu dikembangkan dan
untuk mengoptimalkan dan
mewujudkannya bergantung pada
lingkungan dimana individu itu
berada.
Lingkungan, ada individu yang
dibesarkan dalam lingkungan
yang kondusif dengan sarana dan
prasarana yang memadai,
sehingga segenap potensi bawaan
yang dimilikinya dapat
berkembang secara optimal.
Namun ada pula individu yang
hidup dan berada dalam
lingkungan yang kurang kondusif
dengan sarana dan prasarana yang
serba terbatas sehingga segenap
potensi bawaan yang dimilikinya
tidak dapat berkembang dengan
baik.dan menjadi tersia-siakan.
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan
berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal)
hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik,
bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial.
Menurut Syamsu Yusuf (2009: 172) faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan individu meliputi: Hereditas atau keturunan, lingkungan, dan
kelompok teman sebaya.
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai
aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat
arah perkembangan individu itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan
faktor pembawaan dan lingkungan.
Proses penyesuaian diri,
menimbulkan berbagai masalah
terutama bagi diri sendiri.
Jika individu berhasil memenuhi
kebutuhannya sesuai dengan
lingkungannya dan tanpa
menimbulkan gangguan atau
kerugian bagi lingkungannya,
hal itu disebut
”well adjusted” atau
penyesuaian dengan baik.
Dan sebaliknya jika individu
gagal dalam proses penyesuaian
diri tersebut disebut
“maladjusted” atau salah suai.
Individu
KebutuhanLingkungan
Penyesuaian
Diri
Penyesuaian
Normal
Penyesuaian
Menyimpang
Secara psiklogis belajar dapat diartikan sebagai proses memperoleh perubahan tingkah laku,
baik dalam kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Dalam kegiatan belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri maupun
pengajar. Bagi siswa sendiri, masalah-masalah belajar yang mungkin timbul misalnya
pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar, mempergunakan buku-buku pelajaran, memilih
mata pelajaran yang cocok dan sebagainya.
Mengidentifikasi Kasus
Mengidentifikasi Letak Masalah
Mengidentifikasi Faktor-faktor
Penyebab Masalah
Prognosis
Treatment
Langkah-
langkah
dalam
membantu
mengatasi
masalah
belajar
Kecerdasan Kreativitas Stres
Terdapat kecerdasan
majemuk, kecerdasan
emosional, dan
kecerdasan spiritual
sebagai gambaran
dari seorang individu
tersebut.
Bagaimana mereka
dalam bersikap,
mengendalikan diri,
mengatasi sebuah
masalah, dan lain
sebagainya.
Kreativitas dapat
diartikan sebagai
kemampuan untuk
menciptakan
sesuatu produk yang
baru, atau
kemampuan untuk
memberikan
gagasan-gagasan
yang baru dan
menerapkannya
dalam pemecahan
masalah.
Stres meruapakan
fenomena psikofisik
yang dapat dialami oleh
setiap orang.
Stres pada umumnya
berdampak negatif pada
individu, seperti marah,
menghilangkan rasa
percaya diri, bahkan
depresi. Namun stres
juga berdampak positif
dengan dapat mendorong
individu untuk
melakukan sesuatu.
4. Landasan Sosiologis (Sosial-Budaya) Bimbingan dan Konseling
Faktor-faktor sosial budaya yang menimbulkan kebutuhan akan bimbingan
menurut John J. Pietrofesa dkk.,(1980); M. Surya & Rochman N.,(1986); dan
Rochman N., (1987) adalah sebagai berikut;
1. Perubahan Konstelasi Keluarga
2. Perkembangan Pendidikan
3. Dunia Kerja
4. Perkembangan Kota Metropolitan
5. Perkembangan Komunikasi
6. Seksisme dan Rasisme
7. Kesehatan Mental
8. Perkembangan Teknologi
9. Kondisi Moral dan Keagamaan
10.Kondisi sosial Ekonomi
5. Landasan Pedagogis Bimbingan dan Konseling
Sunaryo kartadinata (2011: 23) mengemukakan bahwa bimbingan dan
konseling adalah upaya pedagogis untuk memfasilitasi perkembangan individu
dari kondisi apa adanya kepada kondisi bagaimana seharusnya sesuai dengan
potensi yang dimiliki oleh setiap individu, sehingga bimbingan dan konseling
adalah sebuah upaya normatif.
Tohirin (2007: 103) mengatakan bahwa landasan bimbingan dan
konseling setidaknya berkaitan dengan:
(1) Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan
merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan,
(2) Pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling, dan
(3) Pendidikan sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling.
6. Landasan Agama Bimbingan dan Konseling
1.Hakikat Manusia Menurut Agama
2.Peranan Agama
a. Memelihara Fitrah
b. Memelihara Jiwa
c. Memelihara Akal
d. Memelihara Keturunan
3. Persyaratan Konselor
Prayitno dan Erman Amti mengemukakakan persyaratan bagi
konselor, yaitu sebagai berikut;
a. Konselor hendaklah orang yang beragama dan mengamalkan dengan baik
keimanan dan ketaqwaannya sesuai dengan agama yang dianutnya.
b. Konselor sedapat-dapatnya mampu mentransfer kaidah-kaidah agama
secara garis besar yang relevan dengan masalh klien.
c. Konselor harus benar-benar memperhatikan dan menghormati agama
klien.
7. Landasan Ilmiah dan Teknologi (Perkembangan IPTEK)
1. Keilmuan Bimbingan dan Konseling
Tohirin (2007: 101) mengatakan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling
merupakan kegiatan professional yang dilaksanakan atas dasar keilmuan baik yang
menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan kegiatannya, maupun pengembangannya.
2. Peran Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling
Ilmu bimbingan dan konseling bersifat multireferensial, artinya suatu disiplin
ilmu dengan rujukan atau referensi dari ilmu-ilmu lain seperti psikologi, ilmu
pendidikan, ilmu sosiologi, antropologi, ekonomi, ilmu agama, ilmu hukum, filsafat,
dan lain-lain.
3. Pengembangan Bimbingan Konseling Melalui Penelitian
Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling boleh
jadi dapat dikembangkan melalui proses pemikiran dan perenungan, namun
pengembangan yang lebih lengkap dan teruji didalam praktek adalah apabila
pemikiran dan perenungan itu memperhatikan pula hasil-hasil penelitian
dilapangan.
8. Sejarah bimbingan dan konseling di Indonesia
Pelayanan Konseling dalam system pendidikan Indonesia mengalami
beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan
Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama
menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK
sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru
diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian
disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir di
dalamnya. Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001.
Sejarah bimbingan dan konseling di Indonesia
Sebelum merdeka
Dekade 40-an
SUMBER REFERENSI
Kartadinata, Sunaryo. (2011). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling Sebagai Upaya Pedagogis.
Bandung: UPI Press
Sukardi, Dewa Ketut Drs. MBA. MM. dan Desak P.E. Nila Kusmwati, S.Si, M.Si. (2008). Proses
Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Syamsu, Yusuf Dr., L.N. dan Dr. A. Juntika Nurihsan. (2009). Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Rosda
Tohirin, Drs. M. Pd. (2007). Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/11/kedudukan-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah-90963.html
(diakses tanggal 23 Februari 2015)
http://kadosorehari.blogspot.com/2013/04/semua-tentang-bk.html (diakses tanggal 23 Februari 2015)

More Related Content

What's hot

Konsep belajar dan pembelajaran
Konsep belajar dan pembelajaranKonsep belajar dan pembelajaran
Landasan fisiologis dan Landasan religius
Landasan fisiologis dan Landasan religiusLandasan fisiologis dan Landasan religius
Landasan fisiologis dan Landasan religius
Donny kurnianto
 
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOK
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOKKONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOK
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOK
Nur Arifaizal Basri
 
Landasan bimbingan dan konseling
Landasan bimbingan dan konselingLandasan bimbingan dan konseling
Landasan bimbingan dan konselingIndra Gunawan
 
Asas pendidikan di indonesia
Asas pendidikan di indonesiaAsas pendidikan di indonesia
Asas pendidikan di indonesiawidemulia
 
PSIKOLOGI PENDIDIKAN,"PERSPEKTIF PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN INDIVIDU SERTA PE...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN,"PERSPEKTIF PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN INDIVIDU SERTA PE...PSIKOLOGI PENDIDIKAN,"PERSPEKTIF PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN INDIVIDU SERTA PE...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN,"PERSPEKTIF PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN INDIVIDU SERTA PE...
Dadang DjokoKaryanto
 
Psikologi perkembangan kognitif anak pada 3 tahun pertama
Psikologi perkembangan kognitif anak pada 3 tahun pertamaPsikologi perkembangan kognitif anak pada 3 tahun pertama
Psikologi perkembangan kognitif anak pada 3 tahun pertama
Asep Egok
 
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-KanakPermasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
An Rachma
 
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusiaPandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
Lia Oktafiani
 
Prinsip dan asas belajar dan pembelajran
Prinsip dan asas belajar dan pembelajranPrinsip dan asas belajar dan pembelajran
Prinsip dan asas belajar dan pembelajranMha AMha Aathifah
 
Konsep perkembangan dalam konstelasi
Konsep perkembangan dalam konstelasiKonsep perkembangan dalam konstelasi
Konsep perkembangan dalam konstelasi
arlanridfan farid
 
Isi makalah intelegensi
Isi makalah intelegensiIsi makalah intelegensi
Isi makalah intelegensi
Devia Titania
 
Faktor pendidikan
Faktor pendidikanFaktor pendidikan
Faktor pendidikanAlizar Ali
 
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Sosial Albert BanduraTeori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Sosial Albert BanduraAlfiramita Hertanti
 
Ppt teori humanistik
Ppt teori humanistikPpt teori humanistik
Ppt teori humanistik
Rinatun4e
 
Bahan ajar 4 pilar-pilar pendidikan
Bahan ajar 4   pilar-pilar pendidikanBahan ajar 4   pilar-pilar pendidikan
Bahan ajar 4 pilar-pilar pendidikan
Daniel Saroengoe
 
LANGKAH LANGKAH MELAKUKAN KONSELING REHABILITASI KLINIS
LANGKAH LANGKAH MELAKUKAN KONSELING REHABILITASI KLINISLANGKAH LANGKAH MELAKUKAN KONSELING REHABILITASI KLINIS
LANGKAH LANGKAH MELAKUKAN KONSELING REHABILITASI KLINIS
Husna Sholihah
 
Konseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikKonseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikAyu W. Shepty
 

What's hot (20)

Konsep belajar dan pembelajaran
Konsep belajar dan pembelajaranKonsep belajar dan pembelajaran
Konsep belajar dan pembelajaran
 
Landasan fisiologis dan Landasan religius
Landasan fisiologis dan Landasan religiusLandasan fisiologis dan Landasan religius
Landasan fisiologis dan Landasan religius
 
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOK
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOKKONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOK
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOK
 
Landasan bimbingan dan konseling
Landasan bimbingan dan konselingLandasan bimbingan dan konseling
Landasan bimbingan dan konseling
 
Asas pendidikan di indonesia
Asas pendidikan di indonesiaAsas pendidikan di indonesia
Asas pendidikan di indonesia
 
PSIKOLOGI PENDIDIKAN,"PERSPEKTIF PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN INDIVIDU SERTA PE...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN,"PERSPEKTIF PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN INDIVIDU SERTA PE...PSIKOLOGI PENDIDIKAN,"PERSPEKTIF PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN INDIVIDU SERTA PE...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN,"PERSPEKTIF PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN INDIVIDU SERTA PE...
 
Psikologi perkembangan kognitif anak pada 3 tahun pertama
Psikologi perkembangan kognitif anak pada 3 tahun pertamaPsikologi perkembangan kognitif anak pada 3 tahun pertama
Psikologi perkembangan kognitif anak pada 3 tahun pertama
 
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-KanakPermasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
 
7. prinsip bk
7. prinsip bk7. prinsip bk
7. prinsip bk
 
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusiaPandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
 
Prinsip dan asas belajar dan pembelajran
Prinsip dan asas belajar dan pembelajranPrinsip dan asas belajar dan pembelajran
Prinsip dan asas belajar dan pembelajran
 
Konsep perkembangan dalam konstelasi
Konsep perkembangan dalam konstelasiKonsep perkembangan dalam konstelasi
Konsep perkembangan dalam konstelasi
 
Isi makalah intelegensi
Isi makalah intelegensiIsi makalah intelegensi
Isi makalah intelegensi
 
Faktor pendidikan
Faktor pendidikanFaktor pendidikan
Faktor pendidikan
 
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Sosial Albert BanduraTeori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
 
Pengertian pendidikan
Pengertian pendidikanPengertian pendidikan
Pengertian pendidikan
 
Ppt teori humanistik
Ppt teori humanistikPpt teori humanistik
Ppt teori humanistik
 
Bahan ajar 4 pilar-pilar pendidikan
Bahan ajar 4   pilar-pilar pendidikanBahan ajar 4   pilar-pilar pendidikan
Bahan ajar 4 pilar-pilar pendidikan
 
LANGKAH LANGKAH MELAKUKAN KONSELING REHABILITASI KLINIS
LANGKAH LANGKAH MELAKUKAN KONSELING REHABILITASI KLINISLANGKAH LANGKAH MELAKUKAN KONSELING REHABILITASI KLINIS
LANGKAH LANGKAH MELAKUKAN KONSELING REHABILITASI KLINIS
 
Konseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikKonseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistik
 

Viewers also liked

Dimensi tiga
Dimensi tigaDimensi tiga
Dimensi tiga
Ngadiyono Ngadiyono
 
Bangun ruang
Bangun ruangBangun ruang
Bangun ruang
Ngadiyono Ngadiyono
 
Bilangan bulat
Bilangan bulatBilangan bulat
Bilangan bulat
Ngadiyono Ngadiyono
 
Teori Bilangan Pertemuan ke 8
Teori Bilangan Pertemuan ke 8Teori Bilangan Pertemuan ke 8
Teori Bilangan Pertemuan ke 8Ngadiyono Ngadiyono
 
media matematika Soccer translasi
media matematika Soccer translasimedia matematika Soccer translasi
media matematika Soccer translasi
Ngadiyono Ngadiyono
 
Perkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didikPerkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didikNgadiyono Ngadiyono
 
bilangan bulat
bilangan bulatbilangan bulat
bilangan bulat
Ngadiyono Ngadiyono
 
materi matematika Perbandingan
materi matematika Perbandingan materi matematika Perbandingan
materi matematika Perbandingan
Ngadiyono Ngadiyono
 
Model transportasi
Model transportasiModel transportasi
Model transportasi
Ngadiyono Ngadiyono
 
Irisan bangun ruang
Irisan bangun ruangIrisan bangun ruang
Irisan bangun ruang
Ngadiyono Ngadiyono
 
PPT Luas Permukaan Tabung (Kelas VIII SMP)
PPT Luas Permukaan Tabung (Kelas VIII SMP)PPT Luas Permukaan Tabung (Kelas VIII SMP)
PPT Luas Permukaan Tabung (Kelas VIII SMP)
Atik Latifah
 
alat permainan matematika
alat permainan matematikaalat permainan matematika
alat permainan matematika
Ngadiyono Ngadiyono
 

Viewers also liked (14)

Dimensi tiga
Dimensi tigaDimensi tiga
Dimensi tiga
 
Bangun ruang
Bangun ruangBangun ruang
Bangun ruang
 
Bilangan bulat
Bilangan bulatBilangan bulat
Bilangan bulat
 
Teori Bilangan Pertemuan ke 8
Teori Bilangan Pertemuan ke 8Teori Bilangan Pertemuan ke 8
Teori Bilangan Pertemuan ke 8
 
media matematika Soccer translasi
media matematika Soccer translasimedia matematika Soccer translasi
media matematika Soccer translasi
 
Perkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didikPerkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didik
 
bilangan bulat
bilangan bulatbilangan bulat
bilangan bulat
 
Teori penaksiran1
Teori penaksiran1Teori penaksiran1
Teori penaksiran1
 
materi matematika Perbandingan
materi matematika Perbandingan materi matematika Perbandingan
materi matematika Perbandingan
 
Model transportasi
Model transportasiModel transportasi
Model transportasi
 
teori bilangan pert 1
teori bilangan pert 1teori bilangan pert 1
teori bilangan pert 1
 
Irisan bangun ruang
Irisan bangun ruangIrisan bangun ruang
Irisan bangun ruang
 
PPT Luas Permukaan Tabung (Kelas VIII SMP)
PPT Luas Permukaan Tabung (Kelas VIII SMP)PPT Luas Permukaan Tabung (Kelas VIII SMP)
PPT Luas Permukaan Tabung (Kelas VIII SMP)
 
alat permainan matematika
alat permainan matematikaalat permainan matematika
alat permainan matematika
 

Similar to makna dan posisi serta urgensi bimbingan dan konseling dalam praktek pendidikan

Landasan psikologi pendidikan 2
Landasan psikologi pendidikan 2Landasan psikologi pendidikan 2
Landasan psikologi pendidikan 2
Rahmat Saputra
 
Profesi kependidikan
Profesi kependidikanProfesi kependidikan
Profesi kependidikan
Dhany Damopolii
 
makalah binbingan konseling anak
makalah binbingan konseling anakmakalah binbingan konseling anak
makalah binbingan konseling anakLuckbeng Sherarankge
 
Latar belakang perlunya bk syatria adymas pranajaya
Latar belakang perlunya bk   syatria adymas pranajayaLatar belakang perlunya bk   syatria adymas pranajaya
Latar belakang perlunya bk syatria adymas pranajaya
Adymaz
 
Hakikat BK
Hakikat BKHakikat BK
Hakikat BKMitha Ye Es
 
Tugas makalah b. indonesia januari 20011
Tugas makalah b. indonesia januari 20011Tugas makalah b. indonesia januari 20011
Tugas makalah b. indonesia januari 20011Setyo Gonzalez
 
Makul Etika Profesi Kelompok 7 KEPRIBADIAN, KONSEP DIRI, DAN CITRA DIRI
Makul Etika Profesi Kelompok 7 KEPRIBADIAN, KONSEP DIRI, DAN CITRA DIRIMakul Etika Profesi Kelompok 7 KEPRIBADIAN, KONSEP DIRI, DAN CITRA DIRI
Makul Etika Profesi Kelompok 7 KEPRIBADIAN, KONSEP DIRI, DAN CITRA DIRI
Pet-pet
 
Makalah perkembangan peserta didik
Makalah perkembangan peserta didikMakalah perkembangan peserta didik
Makalah perkembangan peserta didik
Erik Kuswanto
 
Bimbingan Konseling.pptx
Bimbingan Konseling.pptxBimbingan Konseling.pptx
Bimbingan Konseling.pptx
WeldingSMKN1Losarang
 
SOSiologi dwi.pdf
SOSiologi dwi.pdfSOSiologi dwi.pdf
SOSiologi dwi.pdf
AnisSelviani
 
Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik
Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta DidikPeran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik
Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik
wiyadnya
 
perkembangan dan faktor yang mempengaruhi psikologi pendidikan
perkembangan dan faktor yang mempengaruhi psikologi pendidikanperkembangan dan faktor yang mempengaruhi psikologi pendidikan
perkembangan dan faktor yang mempengaruhi psikologi pendidikan
Risa Octaviani
 
LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN
LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN
LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN
Muhammad Alfiansyah Alfi
 
LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN
LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN
LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN
Muhammad Alfiansyah Alfi
 
Makalah bimbingan pribadi
Makalah bimbingan pribadiMakalah bimbingan pribadi
Makalah bimbingan pribadi
Nasroedin Najib
 
Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan KonselingBimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling
husnulks
 

Similar to makna dan posisi serta urgensi bimbingan dan konseling dalam praktek pendidikan (20)

Landasan psikologi pendidikan 2
Landasan psikologi pendidikan 2Landasan psikologi pendidikan 2
Landasan psikologi pendidikan 2
 
3. pengertian bk
3. pengertian bk3. pengertian bk
3. pengertian bk
 
Profesi kependidikan
Profesi kependidikanProfesi kependidikan
Profesi kependidikan
 
3. pengertian bk
3. pengertian bk3. pengertian bk
3. pengertian bk
 
makalah binbingan konseling anak
makalah binbingan konseling anakmakalah binbingan konseling anak
makalah binbingan konseling anak
 
Bk
BkBk
Bk
 
Latar belakang perlunya bk syatria adymas pranajaya
Latar belakang perlunya bk   syatria adymas pranajayaLatar belakang perlunya bk   syatria adymas pranajaya
Latar belakang perlunya bk syatria adymas pranajaya
 
Hakikat BK
Hakikat BKHakikat BK
Hakikat BK
 
Tugas makalah b. indonesia januari 20011
Tugas makalah b. indonesia januari 20011Tugas makalah b. indonesia januari 20011
Tugas makalah b. indonesia januari 20011
 
Makul Etika Profesi Kelompok 7 KEPRIBADIAN, KONSEP DIRI, DAN CITRA DIRI
Makul Etika Profesi Kelompok 7 KEPRIBADIAN, KONSEP DIRI, DAN CITRA DIRIMakul Etika Profesi Kelompok 7 KEPRIBADIAN, KONSEP DIRI, DAN CITRA DIRI
Makul Etika Profesi Kelompok 7 KEPRIBADIAN, KONSEP DIRI, DAN CITRA DIRI
 
Makalah perkembangan peserta didik
Makalah perkembangan peserta didikMakalah perkembangan peserta didik
Makalah perkembangan peserta didik
 
Pentaksiran holistik
Pentaksiran holistikPentaksiran holistik
Pentaksiran holistik
 
Bimbingan Konseling.pptx
Bimbingan Konseling.pptxBimbingan Konseling.pptx
Bimbingan Konseling.pptx
 
SOSiologi dwi.pdf
SOSiologi dwi.pdfSOSiologi dwi.pdf
SOSiologi dwi.pdf
 
Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik
Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta DidikPeran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik
Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik
 
perkembangan dan faktor yang mempengaruhi psikologi pendidikan
perkembangan dan faktor yang mempengaruhi psikologi pendidikanperkembangan dan faktor yang mempengaruhi psikologi pendidikan
perkembangan dan faktor yang mempengaruhi psikologi pendidikan
 
LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN
LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN
LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN
 
LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN
LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN
LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN
 
Makalah bimbingan pribadi
Makalah bimbingan pribadiMakalah bimbingan pribadi
Makalah bimbingan pribadi
 
Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan KonselingBimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling
 

More from Ngadiyono Ngadiyono

media pembelajaran matematika
media pembelajaran matematikamedia pembelajaran matematika
media pembelajaran matematika
Ngadiyono Ngadiyono
 
Teori Bilangan Pertemuan ke 7
Teori Bilangan Pertemuan ke 7Teori Bilangan Pertemuan ke 7
Teori Bilangan Pertemuan ke 7Ngadiyono Ngadiyono
 
Teori Bilangan Pertemuan ke 6
Teori Bilangan Pertemuan ke 6Teori Bilangan Pertemuan ke 6
Teori Bilangan Pertemuan ke 6Ngadiyono Ngadiyono
 
Teori Bilangan Pertemuan ke 5
Teori Bilangan Pertemuan ke 5Teori Bilangan Pertemuan ke 5
Teori Bilangan Pertemuan ke 5Ngadiyono Ngadiyono
 
Teori Bilangan Pertemuan ke 3
Teori Bilangan Pertemuan ke 3Teori Bilangan Pertemuan ke 3
Teori Bilangan Pertemuan ke 3Ngadiyono Ngadiyono
 
eori Bilangan TPertemuan ke 2
eori Bilangan TPertemuan ke 2eori Bilangan TPertemuan ke 2
eori Bilangan TPertemuan ke 2Ngadiyono Ngadiyono
 
Bab 7. pengujian_hipotesa1
Bab 7. pengujian_hipotesa1Bab 7. pengujian_hipotesa1
Bab 7. pengujian_hipotesa1Ngadiyono Ngadiyono
 
Kalkulus dan konsep yang berkaitan
Kalkulus dan konsep yang berkaitanKalkulus dan konsep yang berkaitan
Kalkulus dan konsep yang berkaitanNgadiyono Ngadiyono
 
transformasi smp
transformasi smptransformasi smp
transformasi smp
Ngadiyono Ngadiyono
 

More from Ngadiyono Ngadiyono (17)

media pembelajaran matematika
media pembelajaran matematikamedia pembelajaran matematika
media pembelajaran matematika
 
Teori Bilangan Pertemuan ke 7
Teori Bilangan Pertemuan ke 7Teori Bilangan Pertemuan ke 7
Teori Bilangan Pertemuan ke 7
 
Teori Bilangan Pertemuan ke 6
Teori Bilangan Pertemuan ke 6Teori Bilangan Pertemuan ke 6
Teori Bilangan Pertemuan ke 6
 
Teori Bilangan Pertemuan ke 5
Teori Bilangan Pertemuan ke 5Teori Bilangan Pertemuan ke 5
Teori Bilangan Pertemuan ke 5
 
Teori Bilangan Pertemuan ke 3
Teori Bilangan Pertemuan ke 3Teori Bilangan Pertemuan ke 3
Teori Bilangan Pertemuan ke 3
 
eori Bilangan TPertemuan ke 2
eori Bilangan TPertemuan ke 2eori Bilangan TPertemuan ke 2
eori Bilangan TPertemuan ke 2
 
Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesisPengujian hipotesis
Pengujian hipotesis
 
Bab 7. pengujian_hipotesa1
Bab 7. pengujian_hipotesa1Bab 7. pengujian_hipotesa1
Bab 7. pengujian_hipotesa1
 
Raker
RakerRaker
Raker
 
Kalkulus dan konsep yang berkaitan
Kalkulus dan konsep yang berkaitanKalkulus dan konsep yang berkaitan
Kalkulus dan konsep yang berkaitan
 
Alat penilaian
Alat penilaianAlat penilaian
Alat penilaian
 
Kualitas alat evaluasi
Kualitas alat evaluasiKualitas alat evaluasi
Kualitas alat evaluasi
 
Pendahuluan
PendahuluanPendahuluan
Pendahuluan
 
Taksonomi bloom
Taksonomi bloomTaksonomi bloom
Taksonomi bloom
 
Kualitas alat evaluasi
Kualitas alat evaluasiKualitas alat evaluasi
Kualitas alat evaluasi
 
Aljabar linear-2
Aljabar linear-2Aljabar linear-2
Aljabar linear-2
 
transformasi smp
transformasi smptransformasi smp
transformasi smp
 

Recently uploaded

PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
haryonospdsd011
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
lastri261
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 

Recently uploaded (20)

PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 

makna dan posisi serta urgensi bimbingan dan konseling dalam praktek pendidikan

  • 1. oleh: Dessy Melinda (1200361) Jeffa Lianto V.B. (1204833) Ngadiyono (1204829) Yuyun Desfrita Azura (1205562)
  • 2. Pembahasan Pengertian Bimbingan dan Konseling Kondisi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Landasan Psikologis Bimbingan dan Konseling Landasan Sosiologis Bimbingan dan Konseling Landasan Pedagogis Bimbingan dan Konseling Landasan Agama Bimbingan dan Konseling Landasan Perkembangan IPTEK Bimbingan dan Konseling Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling
  • 3. 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan “counseling” . Istilah “guidance” mengandung arti 1) mengarahkan (to direct), 2) memandu (to pilot), 3) mengelola (to manage), dan 4) menyetir (to steer). Shertzer dan Stone (1971:40) mengartikan bimbingan sebagai “… process of helping an individual to understand himself and his world (proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya)”.
  • 4. Lebih lanjut untuk memudahkan ingatan kita tentang pengertian umum bimbingan, Prayitno (2004) (Sukardi, 2008: 2) mengemukakan akronim sebagai unsur-unsur pokok dalam sebuah proses bimbingan, yaitu: B = bantuan I = individu M = mandiri B = bahan I = interaksi N = nasihat G = gagasan A = alat dan asuhan N = norma
  • 5. Dengan memasukkan semua unsur di atas dapat dikatakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu atau kelompok agar mereka dapat mandiri melalui berbagai bahan, interaksi, nasihat, gagasan, alat, dan asuhan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku. Adapun pengertian konseling menurut Robinson (M. Surya dan Rohman N., 1986:25) adalah sebagai semua bentuk hubungan antara dua orang, dimana yang seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mempu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.
  • 6. Pietrofesa dan kawan-kawan (1980:75) mengemukakan ciri-ciri konseling professional sebagai berikut: a. Konseling merupakan suatu hubungan professional yang diadakan oleh seorang konselor yang sudah dilatih untuk pekerjaannya itu. b. Dalam hubungan yang bersifat professional itu, klien mempelajari keterampilan pengambilan keputusan, pemecahan masalah, serta tingkah laku atau sikap-sikap baru. c. Hubungan professional itu dibentuk berdasarkan kesukarelaan antara klien dan konselor.
  • 7. Untuk memudahkan ingatan kita tentang pengertian umum konseling maka Prayitno (2004) (Sukardi, 2008: 5) mengemukakan akronim dari unsur-unsur pokok yang ada dalam usaha konseling, yaitu; K = kontak O = orang N = menangani S = masalah E = expert (ahli) L = laras I = integrasi N = norma G = guna
  • 8. Dengan demikian, pengertian konseling adalah kontak antara dua orang (yaitu konselor dan konseli) untuk menangani masalah konseli, dalam suasana keahlian yang laras dan terintegrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku, untuk tujuan-tujuan yang berguna bagi konseli.
  • 9. 2. Kondisi Bimbingan dan Konseling (BK) di Sekolah Berbicara tentang pendidikan nasional atau sekolah di negara ini, yang sering menjadi sorotan adalah masalah nilai atau kemampuan kognitif siswa, bangunan sekolah, dan kesejahteraan guru. Jarang sekali isu kepribadian siswa yang dijadikan sorotan, apalagi peran guru Bimbingan dan Konseling atau konselor sekolah dalam pembentukan pribadi siswa. Bimbingan Konseling seolah menjadi topik yang tidak menarik untuk dibicarakan. Padahal, jika kita merujuk ke negara yang pendidikannya maju, seperti Amerika Serikat, Singapura, bahkan Malaysia, peran guru BK sangat diperhatikan. Sedangkan di Indonesia isu tentang BK menjadi isu yang belum terlalu menjadi sorotan, kalaupun ada, namun bukanlah menjadi sorotan nasional tetapi hanya sekedar sorotan lingkup daerah saja. Gerakan yang terlihat malah dari daerah, bahkan dari sekolah-sekolah. Isu BK seperti ini mengakibatkan sekolah-sekolah tidak memiliki paradigma yang tunggal terhadap BK.
  • 10. Ada beberapa paradigma yang berkaitan dengan BK di sekolah: 1. Sekolah yang sadar betul pentingnya BK untuk membangun karakter siswa. 2. Sekolah yang sadar akan kedudukan BK dalam pembentukan pribadi siswa, tetapi tidak didukung oleh materi, tenaga dan yayasan atau pemerintah. 3. Sekolah yang masih menerapkan manajemen BK “jadul”. 4. Sekolah yang belum memiliki manajemen BK.
  • 11. Motif dan Motivasi Konflik dan Frustasi Sikap, Pembawaan dan Lingkungan, dan Perkembangan Individu Penyesuaian Diri Belajar Kepribadian
  • 12. Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku. Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik), menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan. motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti: rasa lapar, bernafas dan sejenisnya motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya.
  • 13. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali individu menghadapi beberapa macam motif yang saling bertentangan satu sama lain. Dengan demikian individu tersebut berada dalam keadaan konflik psikis, yaitu suatu pertentangan batin, suatu kebimbangan, suatu keragu-raguan untuk memutuskan motif mana yang akan diambil. Motif-motif yang dihadapi individu itu kadang positif, kadang negatif dan kadang campuran keduanya. Konflik mendekat-mendekat Konflik menjauh-menjauh Konflik mendekat-menjauh Menurut Syamsu Yusuf, frustasi dapat diartikan sebagai kekecewaan dalam diri individu yang disebabkan oleh tidak tercapainya keinginan. Pengertian lain dari frustasi adalah perasaan kecewa yang mendalam karena tujuan yang dikehendaki tidak kunjung terlaksana. Frustasi Lingkungan Frustasi Pribadi Frustasi Konflik Marah, bertindak secara eksplosif, berperasaan tak berdaya, kemunduran, tertekan, dan lain sebagainya.
  • 14. • Thurstone (Yusuf, 2009: 169) berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis, seperti: simbul, prase, slogan, orang, lembaga, cita-cita dan gagasan. • Sarlito Wirawan Sarwono (Yusuf, 2009: 169) mengemukakan bahwa “sikap adalah kesiapan seseorang bertindak terhadap hal-hal tertentu”.
  • 15. Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri- kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada. Lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik.dan menjadi tersia-siakan.
  • 16. Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Menurut Syamsu Yusuf (2009: 172) faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu meliputi: Hereditas atau keturunan, lingkungan, dan kelompok teman sebaya. Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.
  • 17. Proses penyesuaian diri, menimbulkan berbagai masalah terutama bagi diri sendiri. Jika individu berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya dan tanpa menimbulkan gangguan atau kerugian bagi lingkungannya, hal itu disebut ”well adjusted” atau penyesuaian dengan baik. Dan sebaliknya jika individu gagal dalam proses penyesuaian diri tersebut disebut “maladjusted” atau salah suai. Individu KebutuhanLingkungan Penyesuaian Diri Penyesuaian Normal Penyesuaian Menyimpang
  • 18. Secara psiklogis belajar dapat diartikan sebagai proses memperoleh perubahan tingkah laku, baik dalam kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dalam kegiatan belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri maupun pengajar. Bagi siswa sendiri, masalah-masalah belajar yang mungkin timbul misalnya pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar, mempergunakan buku-buku pelajaran, memilih mata pelajaran yang cocok dan sebagainya. Mengidentifikasi Kasus Mengidentifikasi Letak Masalah Mengidentifikasi Faktor-faktor Penyebab Masalah Prognosis Treatment Langkah- langkah dalam membantu mengatasi masalah belajar
  • 19. Kecerdasan Kreativitas Stres Terdapat kecerdasan majemuk, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual sebagai gambaran dari seorang individu tersebut. Bagaimana mereka dalam bersikap, mengendalikan diri, mengatasi sebuah masalah, dan lain sebagainya. Kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu produk yang baru, atau kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan yang baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Stres meruapakan fenomena psikofisik yang dapat dialami oleh setiap orang. Stres pada umumnya berdampak negatif pada individu, seperti marah, menghilangkan rasa percaya diri, bahkan depresi. Namun stres juga berdampak positif dengan dapat mendorong individu untuk melakukan sesuatu.
  • 20. 4. Landasan Sosiologis (Sosial-Budaya) Bimbingan dan Konseling Faktor-faktor sosial budaya yang menimbulkan kebutuhan akan bimbingan menurut John J. Pietrofesa dkk.,(1980); M. Surya & Rochman N.,(1986); dan Rochman N., (1987) adalah sebagai berikut; 1. Perubahan Konstelasi Keluarga 2. Perkembangan Pendidikan 3. Dunia Kerja 4. Perkembangan Kota Metropolitan
  • 21. 5. Perkembangan Komunikasi 6. Seksisme dan Rasisme 7. Kesehatan Mental 8. Perkembangan Teknologi 9. Kondisi Moral dan Keagamaan 10.Kondisi sosial Ekonomi
  • 22. 5. Landasan Pedagogis Bimbingan dan Konseling Sunaryo kartadinata (2011: 23) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah upaya pedagogis untuk memfasilitasi perkembangan individu dari kondisi apa adanya kepada kondisi bagaimana seharusnya sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh setiap individu, sehingga bimbingan dan konseling adalah sebuah upaya normatif.
  • 23. Tohirin (2007: 103) mengatakan bahwa landasan bimbingan dan konseling setidaknya berkaitan dengan: (1) Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan, (2) Pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling, dan (3) Pendidikan sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling.
  • 24. 6. Landasan Agama Bimbingan dan Konseling 1.Hakikat Manusia Menurut Agama 2.Peranan Agama a. Memelihara Fitrah b. Memelihara Jiwa c. Memelihara Akal d. Memelihara Keturunan
  • 25. 3. Persyaratan Konselor Prayitno dan Erman Amti mengemukakakan persyaratan bagi konselor, yaitu sebagai berikut; a. Konselor hendaklah orang yang beragama dan mengamalkan dengan baik keimanan dan ketaqwaannya sesuai dengan agama yang dianutnya. b. Konselor sedapat-dapatnya mampu mentransfer kaidah-kaidah agama secara garis besar yang relevan dengan masalh klien. c. Konselor harus benar-benar memperhatikan dan menghormati agama klien.
  • 26. 7. Landasan Ilmiah dan Teknologi (Perkembangan IPTEK) 1. Keilmuan Bimbingan dan Konseling Tohirin (2007: 101) mengatakan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan professional yang dilaksanakan atas dasar keilmuan baik yang menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan kegiatannya, maupun pengembangannya. 2. Peran Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling Ilmu bimbingan dan konseling bersifat multireferensial, artinya suatu disiplin ilmu dengan rujukan atau referensi dari ilmu-ilmu lain seperti psikologi, ilmu pendidikan, ilmu sosiologi, antropologi, ekonomi, ilmu agama, ilmu hukum, filsafat, dan lain-lain.
  • 27. 3. Pengembangan Bimbingan Konseling Melalui Penelitian Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling boleh jadi dapat dikembangkan melalui proses pemikiran dan perenungan, namun pengembangan yang lebih lengkap dan teruji didalam praktek adalah apabila pemikiran dan perenungan itu memperhatikan pula hasil-hasil penelitian dilapangan.
  • 28. 8. Sejarah bimbingan dan konseling di Indonesia Pelayanan Konseling dalam system pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir di dalamnya. Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001.
  • 29. Sejarah bimbingan dan konseling di Indonesia Sebelum merdeka Dekade 40-an
  • 30. SUMBER REFERENSI Kartadinata, Sunaryo. (2011). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling Sebagai Upaya Pedagogis. Bandung: UPI Press Sukardi, Dewa Ketut Drs. MBA. MM. dan Desak P.E. Nila Kusmwati, S.Si, M.Si. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Syamsu, Yusuf Dr., L.N. dan Dr. A. Juntika Nurihsan. (2009). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda Tohirin, Drs. M. Pd. (2007). Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/11/kedudukan-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah-90963.html (diakses tanggal 23 Februari 2015) http://kadosorehari.blogspot.com/2013/04/semua-tentang-bk.html (diakses tanggal 23 Februari 2015)