AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
SOSiologi dwi.pdf
1. MAKALAH KELOMPOK
“PERBEDAAN INDIVIDU”
DISUSUN OLEH :
Ketuaa : Dhea Dwi Friyanka
Anggotaa:
1. Akbar Rian Danda
2. Alan ardiansyah
3. Alya agustin
4. Andriyanto
5. Bebza melani
6. Egika lovita dwi agustin
7. Aryanda tryakma
2. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
Dalam dunia pendidikan terdapat berbagai macam factor, yang faktor yang lain dengan
satunya memiliki andil dalam pendidikan. Salah satu tugas yang diemban oleh para pendidik
adalah memahami akan berbagai faktor pendukung pendidikan tersebut. Diantara berbagai
faktor tersebut adalah bagaimana para pendidik bisa memahami akan situasi dan kondisi, baik
lingkungan maupun peserta didik itu sendiri.
Peserta didik sebagai obyek dari pendidikan sangat urgen untuk diperhatikan dari
berbagai faktor. Faktor tersebut yang harus diperhatikan adalah tahap perkembangan dari
peserta didik tersebut. Diantara perkembangan perserta didik tersebut adalah bagaimana dari
individu dan karakteriststiknya.
Dari paparan singkat diatas, maka kami akan mencoba menyajikan dalam tulisan ini
apakah itu sebenarnya individu dan karakteristiknya. Sebab dalam dunia pendidikan kita perlu
untuk mengetahui segala perkembangan peserta didik termasuk dari individu-individu dan
karakteristik peserta didik tersebut.
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami perbedaan-
perbedaan yang terdapat pada setiap individu, baik dari segi kemampuan, minat, maupun
sikapnya.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa itu induvidu?
2. Bagaimana perbedaan yang terjadi pada setiap individu?
3. Bagaimana perbedaan setiap individu dalam hal kemampuan?
4. Bagaimana perbedaan setiap individu dalam hal minatnya?
5. Bagaimana perbedaan setiap individu dalam hal sikapnya?
3. BAB II. PEMBAHASAN
Kegiatan belajar mengajar dikelas bukanlah hanya sebuah kegiatan transfer ilmu semata,
tapi lebih jauh lagi dalam hal penyiapan dan pembentukan generasi yang lebih kompenten pada
bidang yang pilihnya. Dibutuhkan dukungan dari semua aspek yang menjadi faktor penentu
keberhasilan kegiatan belajar mengajar disekolah dan salah satunya adalah tingkat kemampuan
guru dalam menemukan dan melayani perbedaan individu siswa yang mengalami kesulitan
belajar. Dalam upaya meningkatkan pelayanan pendidikan terhadap siswa yang masing-masing
individunya berbeda, maka seorang guru yang profesional harus memiliki kemampuan untuk
mengatasi hal-hal yang dapat menghambat tercapainya tujuan pembelajaran.
A. Pengertian Individu
Dalam kamus Echols & Shadaly (1975), individu adalah kata benda dari individual yang
berarti orang, perseorangan, dan oknum. Berdasarkan pengertian di atas dapat dibentuk suatu
lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang
dimilikinya dan akan membawaperubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam
kebiasaan dan sikap-sikapnya.
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan.
Pada awal kehidupannya bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum
peduli dengan apa saja yang terjadi diluar dirinya. Ia sudah senang bila kebutuhan fisiknya
sudah terpenuhi. Dalam perkembangan selanjutnya maka ia akan mulai mengenal
lingkungannya, membutuhkan alat komunikasi (bahasa), membutuhkan teman, keamanan dan
seterusnya. Semakin besar anak tersebut semakin banyak kebutuhan non fisik atau psikologis
yang dibutuhkannya.
Dari bahasa bemacam-macam aspek perkembangan individu, dikenal ada dua fakta yang
menonjol, yaitu:
(i) Semua manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di dalam pola perkembangannya.
(ii) Di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia secara biologis
dan sosial, tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda.
Setiap orang, apakah ia seorang anak atau seorang dewasa, dan apakah ia berada di dalam
suatu kelompok atau seorang diri, ia disebut individu. Individu menunjukkan kedudukan
seseorang sebagai orang perorangan atau perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang
berkaitan dengan orang perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan.
Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut perbedaan
individu atau perbedaan individual. Maka “perbedaan” dalam “perbedaan individual” menurut
Landgren (1980: 578) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun
psikologis.
Seorang guru setiap tahun ajaran baru selalu menghadapi siswa-siswa yang berbeda satu
sama lain. Siswa-siswa yang berada di dalam sebuah kelas, tidak terdapat seorang pun yang
4. sama. Mungkin sekali dua orang dilihatnya hampir sama atau mirip, akan tetapi pada kenyata-
annya jika diamati benar-benar antara keduanya tentu terdapat perbedaan. Perbedaan yang
segera dapat dikenal oleh seorang guru tentang siswanya adalah perbedaan fisiknya, seperti
tinggi badan, bentuk badan, warna kulit, bentuk muka, dan semacamnya. Dari fisiknya seorang
guru cepat mengenal siswa di kelasnya satu per satu. Ciri lain yang segera dapat dikenal adalah
tingkah laku masing-masing siswa, begitu pula suara mereka. Ada siswa yang lincah, banyak
gerak, pendiam, dam sebagainya. Ada siswa yag nada suaranya kecil dan ada yang besar atau
rendah, ada yang berbicara cepat dan ada pula yang pelan-pelan. Apabila ditelusuri secara
cermat siswa yang satu dengan yang lain memiliki sifat psikis yang berbeda-beda.
Upaya pertama yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan individu, sebelum
dilakukan pengukuran kapasitas mental yang mempengaruhi penilaian sekolah, adalah
menghitung umur kronologi. Seorang anak memasuki sekolah dasar pada umur 6 tahun dan ia
diperkirakan dapat mengalami kemajuan secara teratur dalam tugas-tugas sekolahnya dilihat
dalam kaitannya dengan faktor umur. Selanjutnya ada anggapan bahwa semua anak diharapkan
mampu menangkap/ mengerti bahan-bahan pelajaran yang mempunyai kesamaan materi dan
penyajiannya bagi semua siswa pada kelas yang sama. Ketidakmampuan yang jelas tampak
pada siswa untuk menguasai bahan pelajaran umumnya dijelaskan dengan pengertian faktor-
faktor seperti kemalasan atau sikap keras kepala. Penjelasan itu tidak mendasarkar, kenyataan
bahwa para siswa memang berbeda dalam hal kemampuan mereka untuk menguasai satu atau
lebih bahan pelajaran dan mungkin berada dalam satu tingkat perkembangan.
Telah disadari bahwa perbedaan-perbedaaan antara satu dengan lainnya dan juga
kesamaan-kesamaan di antara mereka merupakan ciri-ciri dari semua pelajaran pada suatu
tingkatan belajar. Sebab-sebab dan pengaruh perbedaan individu ini dan sejauh mana tingkat
tujuan pendidikan, isi dan teknik-teknik pendidikan ditetapkan, hendaknya disesuaikan dengan
perbedaan-perbedaan tersebut, tampaknya hal ini telah mendapat banyak perhatian dari para
ahli ilmu jiwa dan petugas sekolah.
Inteligensi mempengaruhi penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya, orang
lain dan dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf intreligensinya semakin baik penyesuaian dirinya
dan lebih mampu bereaksi terhadap rangsangan lingkungan atau orang lain dengan cara yang
dapat diterima. Hal ini jelas akan meningkatkan konsep dirinya, demikian pula sebaliknya
.Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan meningkatkan prestisenya.
Jika prestisenya meningkat maka konsep dirinya akan berubah (Syaiful, 2008).
Status sosial seseorang mempengaruhi bagaimana penerimaan orang lain terhadap
dirinya. Penerimaan lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri seseorang. Penerimaan
lingkungan terhadap seseorang cenderung didasarkan pada status sosial ekonominya. Maka
dapat dikatakan individu yang status sosialnya tinggi akan mempunyai konsep diri yang lebih
positif dibandingkan individu yang status sosialnya rendah. Hal ini didukung oleh penelitian
Rosenberg terhadap anak-anak dari ekonomi sosial tinggi menunjukkan bahwa mereka
memiliki konsep diri yang tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari status
ekonomi rendah. Hasilnya adalah 51 % anak dari ekonomi tinggi mempunyai konsep diri yang
5. tinggi. Dan hanya 38 % anak dari tingkat ekonomi rendah memiliki tingkat konsep diri yang
tinggi.
B. Karakteristik Individu
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan
karakteristik yang memperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan
karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis
maupun faktor sosial psikologis.
Natur dan nature merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan
karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat
perkembangan. Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu
garis keturunan ayah dan garis keturunan ibu. Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi
kehidupan yang baru, maka secara berkesinambungan dipengaruhi oelh bermacam-macam
faktor lingkungan yang merangsang.
C. Perbedaan Individu
Makna “perbedaan” dan “perbedaan individual” menurut Lindgren (1980) menyangkut
variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis.
Adapun bidang-bidang dari perbedaannya yakni:
1. Perbedaan kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu
pengetahuan dan tehnologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang hasil pengamatan atau
penyerapan atas suatu obyek. Berarti ia menguasai segala sesuatu yang diketahui, dalam arti
pada dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik
untuk menjadi miliknya.
2. Perbedaan kecakapan bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam
kehidupan. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa
merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan
kata dan kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis. Kemampuan berbaha sangat
dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan serta faktor fisik (organ bicara).
3. Perbedaan Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psiko-motorik merupakan kemampuan untuk
melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat untuk
melakukan kegiatan.
4. Perbedaan Latar Belakang
Perbedaaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar
atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan.
5. Perbedaan Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut
akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat
sebaliknya bakat tidak berkembang sama, manakala lingkungan tidak memberi kesempatan
untuk berkembang, dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya.
6. 6. Perbedaan Kesiapan Belajar
Perbedaan latar belakang, yang mliputi perbedaan sisio-ekonomi sosio cultural, amat
penting artinya bagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak
selalu berada pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih
luas. Setiap individu siswa berbeda satu dengan lainnya, hal ini pengaruhi banyak faktor yang
membentuk kepribadian setiap siswa. Perbedaan individu siswa dapat dikelompokan menjadi:
· Perbedaan vertikal yaitu perbedaan pada segi fisik setiap individu, misal; tinggi - sedang -
pendek, gemuk - sedang - kurus, seha - tidak sehat dan lain sebagainya.
· Perbedaan horizontal yaitu perbedaan pada segi psikis dan sosial setiap individu, misal;
kemampuan, bakat, minat, emosi, hasil belajar dan lain sebagainya.
Perbedaan individu diatas dipengaruhi oleh :
(1) Faktor Keturunan (Bakat)
(2) Faktor Lingkungan.
Perbedaan ini merupakan hal penting yang harus diketahui oleh guru karena perbedaan
ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan metode belajar yang tepat dalam proses
belajar mengajar dikelas. Guru haruslah teliti dalam mencari dan menemukan perbedaan yang
ada pada siswa, terutama perbedaan-perbedaan yang menonjol. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan dalam proses belajar mengajar dan dalam memberikan pelayanan terhadap siswa
agar mampu menemukan dan mengembangkan potensi yang ada dimiliki oleh siswa.
5.1 Perbedaan Kemampuan
Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam
suatu pekerjaan. Kemampuan adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan
seseorang. Tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama dalam menerima materi yang
diajarkan oleh seorang guru. Guru hendaknya memberikan perhatian khusus terhadap siswa-
siswa yang memiliki tingkat kemampuan rendah dengan berusaha menemukan dan mengatasi
kesulitan belajar siswa dengan men-diagnosis kesulitan belajar siswa tersebut. Dan jika tingkat
kesulitan belajarnya sangat sulit diidentifikasi maka tidak ada salahnya kita meminta bantuan
guru lain atau guru yang berkompeten dalam hal ini dan ini biasanya guru bimbingan dan
penyuluhan.
Setelah guru menemukan perbedaan-perbedaan dari setiap individu, maka langkah
berikutnya adalah melakukan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran yang
disesuaikan dengan perbedaan tersebut agar setiap individu mampu berkembang sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan yang dimiliki oleh masing-masing individu siswa. Mengajar siswa
dengan kemampuan belajar cepat akan berbeda dengan mengajar siswa dengan kemampuan
belajar kurang/lambat. Kemampuan yang berbeda dari setiap individu memerlukan pelayanan
tersendiri bagi guru dalam upaya penyesuaian program pengajaran yang akan dibuat dan
dilaksanakan.
Tetapi hal ini tidaklah mudah bahkan sangat sulit dilaksanakan bagi mereka yang belum
terbiasa dalam upaya pelayanan terhadap perbedaan individu siswa. Kesulitan-kesulitan yang
7. paling mudah kita temukan dalam lingkungan disekitar kita misalnya; terbatasnya waktu yang
disediakan oleh sekolah dalam suatu pertemuan pembelajaran di kelas akan membuat guru
tidak maksimal dalam menemukan dan melayani siswa sesuai dengan perbedaan setiap
individu walaupun hal ini sudah direncanakan dalam program pengajaran yang akan atau
sedang dilaksanakan.
Jika kesulitan-kesulitan yang dihadapi ini memang sangat sulit dipecahkan maka guru
tidak perlu memaksakan diri sampai diluar batas kemampuannya. Minimal guru mampu
melaksanakan pada tahap yang dapat dilaksanakannya, misal; terhadap siswa yang memiliki
kemampuan cepat dalam menyerap materi pelajaran maka guru bisa saja memberinya materi
atau tugas tambahan untuk dikerjakannya diluar sekolah, sedangkan siswa yang memiliki
kemampuan kurang maka guru dapat memberinya materi yang sesuai untuknya. Siswa yang
memiliki bakat menonjol bisa di beri kesempatan atau di beri fasilitas untuk
mengembangkannya sedangkan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar maka perlu
dibantu agar siswa tersebut dapat mengatasi kesulitannya. Dan silahkan kembangkan menurut
keadaan dan kemampuan dilingkungan sekolahnya masing-masing.
5.2 Perbedaan Minat
Minat adalah seberapa besar seorang individu merasa suka atau tidak
kepada suatu rangsangan. Minat adalah dorongan yang kuat bagi seseorang
untuk melakukan segala sesuatu yang menjadi keinginannya. Minat
merupakan faktor yang dapat mengarahkan bakat dan keberadaannya
merupakan faktor utama dalam pengembangan bakat.
Bakat merupakan kondisi atau kualitas yang dimiliki seseorang, yang
memungkinkan seseorang tersebut akan berkembang pada masa mendatang. Bakat bisa
diartikan sebagai kemampuan bawaan yang berupa potensi
(potential ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Bakat
merupakan potensi bawaan yang masih membutuhkan latihan agar dapat
terwujud secara nyata. Bakat merupakan potensi terpendam dalam diri seseorang. Agar bakat
dapat muncul perlu digali, ditemukan, dilatih, dan dikembangkan. Bakat memungkinkan
seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi harus ditunjang dengan
minat, latihan, pengertian, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan. Bakat tidak selalu identik
disertai minat. Bakat yang tidak disertai minat, maupun minat yang tidak disertai bakat, akan
menimbulkan gap. Bila orang tua tidak cukup cermat dengan hal ini akan
berdampak buruk bagi anak. Atas dasar bakat yang dimilikinya, maka
seseorang akan mampu menunjukkan kelebihan dalam bertindak dan
menguasai serta memecahkan masalah dibandingkan orang lain. Seseorang
yang memiliki bakat akan cepat dapat diamati karena kemampuan yang ia
miliki akan berkembang dengan pesat.
8. 5.3 Perbedaan Sikap
Menurut Prasetyo dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengemukakan bahwa: Faktor-
faktor yang mempengaruhi sikap sosial adalah sebagai berikut:
1. Faktor Indogen
Faktor indogen adalah faktor yang mempengaruhi sikap sosial anak yang datang dari
dalam dirinya sendiri. Faktor pada diri anak itu sendiri seperti faktor imitasi, sugesti,
identifikasi, simpati. Dalam hal ini dapat dibedakan menjadi tiga faktor yaitu:
a). Faktor Sugesti
Sugesti adalah proses seorang individu didalam berusaha menerima tingkah laku maupun
prilaku orang lain tanpa adanya kritikan terlebih dahulu. Sehubungan dengan hal ini pula baik
tidaknya sikap sosial anak dipengaruhi oleh sugestinya, artinya apakah individu tersebut mau
menerima tingkah laku maupun prilaku orang lain, seperti perasaan senang, kerjasama. Dapat
dikatakan sugesti dapat mempengaruhi sikap sosial seseorang sedangkan anak yang tidak
mampu bersugesti cenderung untuk tidak mau menerima keadaan orang lain, seperti tidak
merasakan penderitaan orang lain, tidak bisa bekerjasama dengan orang lain dan sebagainya.
b). Faktor Identifikasi
Identifikasi dilakukan kepada orang lain yang dianggapnya ideal atau sesuai dengan
dirinya. Anak yang mengidentifikasikan dirinya dirinya seperti orang lain akan mempengaruhi
perkembangan sikap sosial seseorang, seperti anak cepat merasakan keadaan atau
permasalahan orang lain yang mengalami suatu problema. Selanjutnya dalam buku Psikologi
Sosial dijelaskan bahwa: “Anak yang menggangap keadaan dirinya seperti persoalan orang lain
ataupun keadaan orang lain seperti keadaan dirinya akan menunjukkan prilaku sikap sosial
yang positif, mereka lebih mudah merasakan keadaan orang sekitarnya, sedangkan anak yang
tidak mau mengidentifika-sikan dirinya lebih cenderung menarik diri dalam bergaul sehingga lebih
sulit untuk merasakan keadaan orang lain” (Sarwono, 1997 : 88).
Seseorang yang berusaha mengidentifikasikan diri dengan keadaan orang lain akan
lebih mampu merasakan keadaan orang lain, daripada seorang anak yang tidak mau
mengidentifikasikan dirinya dengan orang lain yang cenderung mampu merasakan keadaan
orang lain.
c). Faktor Imitasi
Imitasi dapat mendorong seseorang untuk berbuat baik. Sikap seseorang yang berusaha
meniru bagaimana orang yang merasakan keadaan orang lain maka ia berusaha meniru
bagaimana orang yang merasakan sakit, sedih, gembira, dan sebagainya. Hal ini penting
didalam membentuk rasa kepedulian sosial seseorang. Anak-anak yang meniru keadaan orang
lain, akan cenderung mampu bersikap sosial, daripada yang tidak mampu meniru keadaan
orang lain. Imitasi dapat mempengaruhi sikap sosial seseorang, dimana seseorang yang
berusaha meniru (imitasi) keadaan orang lain akan lebih peka dalam merasakan keadaan orang
lain, apakah orang sekitarnya itu dalam keadaan susah, senang ataupun gembira.
2. Faktor Eksogen
Faktor eksogen adalah faktor yang mempengaruhi sikap sosial anak dari luar dirinya
sendiri. Dalam hal ini menurut Soetjipto dan Sjafioedin dalam bukunya Metodologi Ilmu
Pengetahuan Sosial dijelaskan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi sikap sosial anak
9. yaitu: faktor yang berasal dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan
sekolah.
a). Faktor Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dari anak dari keluarga pulalah anak
menerima pendidikan karenanya keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam
perkembangan anak. Keluarga yang baik akan memberikan pengaruh yang baik terhadap
perkembangan anak, demikian pula sebaliknya. Anak yang tidak mendapatkan kasih sayang,
perhatian, keluarga yang tidak harmonis, yang tidak memanjakan anak-anaknya dapat mem-
pengaruhi sikap sosial bagi anak-anaknya. Keharmonisan dalam keluarga, anak yang
mendapatkan kasih sayang serta keluarga yang selalu memberikan perhatian kepada anak-
anaknya merupakan peluang yang cukup besar didalam mempengaruhi timbulnya sikap sosial
bagi anak-anaknya.
b). Faktor Lingkungan Sekolah
Keadaan sekolah seperti cara penyajian materi yang kurang tepat serta antara guru
dengan murid mempunyai hubungan yang kurang baik akan menimbulkan gejala kejiwaan
yang kurang baik bagi siswa yang akhirnya mempengaruhi sikap sosial seorang siswa. Ada
beberapa faktor lain disekolah yang dapat mempengaruhi sikap sosial siswa yaitu tidak adanya
disiplin atau peraturan sekolah yang mengikat siswa untuk tidak berbuat hal-hal yang negatif
ataupun tindakan yang menyimpang. Faktor lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi
sikap sosial siswa adalah cara penyajian materi, prilaku maupun sikap dari para gurunya, tidak
adanya disiplin atau peraturan-peraturan sekolah yang betul-betul mengikat siswa.
c). Faktor Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan tempat berpijak para remaja sebagai makhluk sosial.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa melepaskan diri dari masyarakat. Anak dibentuk
oleh lingkungan masyarakat dan dia juga sebagai anggota masyarakat, kalau lingkungan
sekitarnya itu baik akan berarti sangat membantu didalam pembentukkan keperibadian dan
mental seorang anak, begitu pula sebaliknya kalau lingkungan sekitarnya kurang baik akan
berpengaruh kurang baik pula terhadap sikap sosial seorang anak, seperti tidak mau
merasakan keadaan orang lain.
10. BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah guru menemukan perbedaan-perbedaan dari setiap individu, maka langkah
berikutnya adalah melakukan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran yang
disesuaikan dengan perbedaan tersebut agar setiap individu mampu berkembang sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan yang dimiliki oleh masing-masing individu siswa. Mengajar siswa
dengan kemampuan belajar cepat akan berbeda dengan mengajar siswa dengan kemampuan
belajar kurang/lambat. Kemampuan yang berbeda dari setiap individu memerlukan pelayanan
tersendiri bagi guru dalam upaya penyesuaian program pengajaran yang akan dibuat dan
dilaksanakan.
3.2 Saran
Perbedaan individu merupakan hal penting yang harus diketahui oleh guru karena
perbedaan ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan metode belajar yang tepat dalam
proses belajar mengajar dikelas. Guru haruslah teliti dalam mencari dan menemukan perbedaan
yang ada pada siswa, terutama perbedaan-perbedaan yang menonjol. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan dalam proses belajar mengajar dan dalam memberikan pelayanan terhadap siswa
agar mampu menemukan dan mengembangkan potensi yang ada dimiliki oleh siswa.
11. DAFTAR PUSTAKA
Dalyono. M. 2007. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta Jakarta.
Depoter, Bobbi & Mike Hernachi 1999, Quantum Learning
Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Kaifa, Bandung
Hartono S., 1999. Perkembangan Peserta Didik, Rineka Cipta, Jakarta
Makmun.S.A. 2003. Psikologi Pendidikan. Rosda Karya Remaja. Bandung
Nawawi, Hadori. 2000. Intereksi Sosial. Jakarta : Gunung Agung.
Purwanto, N. 1998. Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1997. Psikologi Sosial. Yogyakarta : Andi
Semiawan C, 1977. Perspektif Pendidikan Anak Berbaka., Grasindo Jakarta
Soetjipto dan Sjaefieoden,. 1994. Metodologi Ilmu Sosial. Jakarta
Suryabrata, S. 2010.Psikologi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Utami Munandar. U, 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka
Cipta Jakarta.