Makalah ini membahas tentang OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) pada tiga tanaman yaitu jarak, karet, dan kelapa sawit. Pada jarak, OPT utamanya adalah Ferrisia virgata (kutu putih) yang menyerang bagian pucuk, buah, dan daun. Pada karet, OPT yang diulas adalah Oidium heveae yang menyebabkan penyakit embun tepung, serta Corynespora cassiicola yang menyebabkan penyakit gugur daun.
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
Makalah_67 laporan praktikum 9. opt tanaman sawit, karet dan jarak
1. MAKALAH LAPORAN TEKNIK PERLINDUNGAN TANAMAN II
OPT TANAMAN SAWIT, KARET , DAN JARAK
disusun untuk memenuhi mata kuliah teknik perlindungan tanaman II
Semester Ganjil / Tahun 2009
Kelompok 6
Raden Bondan E B (150110080162)
Hari Akbar M (150110080156)
Indah Meutia (150110080125)
Listhy Prischasari (150110080137)
Fajar Darussalam (150110080132)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2. BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) telah lama dikenal masyarakat Indonesia,
yaitu semasa penjajahan oleh bangsa Jepang pada tahun 1942. Pada masa itu masyarakat
diperintahkan untuk menanam jarak pagar di pekarangannya untuk dimanfaatkan sebagai
bahan bakar kendaraan perang bangsa Jepang. Oleh karena itu tidak mustahil kalau tanaman
jarak pagar memiliki beberapa nama daerah (lokal) antara lain jarak budeg, jarak gundul,
jarak cina (Jawa); baklawah, nawaih (NAD); dulang (Batak); jarak kosta (Sunda); jarak kare
(Timor); peleng kaliki (Bugis); kalekhe paghar (Madura); jarak pager (Bali); lulu mau, paku
kase, jarak pageh (Nusa Tenggara); kuman nema (Alor); jarak kosta, jarak wolanda, bindalo,
bintalo, tondo utomene (Sulawesi); dan ai huwa kamala, balacai, kadoto (Maluku). Tanaman
jarak pagar termasuk perdu dengan tinggi 1 – 7 m, bercabang tidak teratur. Batangnya
berkayu, silindris dan bila terluka akan mengeluarkan getah.
Tanaman karet dapat tumbuh baik dan berproduksi yang tinggi pada kondisi tanah dan
iklim. Di dataran rendah sampai dengan ketinggian 200 m diatas permukaan laut, suhu
optimal 280 c. Jenis tanah mulai dari vulkanis muda, tua dan aluvial sampai tanah gambut
dengan drainase dan aerase yang baik, tidak tergenang air. pH tanah bervariasi dari 3,0-8,0.
Curah hujan 2000 - 4000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 100 -150 hari
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang.
Radikula (bakar akar) pada bibit terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam bulan
terus-menerus dan panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit terus
berkembang. Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada
pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar
tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond)
yang menyerupai bulu burung atau ayam. Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun
sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan
berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat Setiap jenis kelapa sawit
memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji dura afrika panjangnya 2-3 cm dan bobot
rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji kelapa sawit
umumnya memiliki periode dorman (masa non-aktif).
Ketiga tanaman diatas memiliki jenis OPT yang berbeda , dengan tingkat karakteristik
dan pengendalian berbeda. Beberapa diantaranya Ferrisia virgata pada jarak, Oidium heveae
pada karet, Pestalotia pada sawit dan lain-lain
3. BAB II
PEMBAHASAN
OPT Tanaman Jarak
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha curcas Lin
1. Ferrisia virgata (kutu putih)
Terdapat di daerah tropis dan bersifat polifag (mempunyai inang yang
banyak).Serangga hama ini dikenal dengan kutu lamtoro atau "lamtoro luis"
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Homoptera,
Famili : Pseudococcidae
Genus : Ferrisia
Spesies : Ferrisia virgata
Morfologi
Ciri-ciri dari serangga ini adalah serangga betina berbentuk oval panjang dengan
sepasang garis panjang di ujung abdomen dan benang lilin yang panjang di sekeliling
tubuhnya (Gambar 1b) dan kutu betina menghasilkan 200 – 450 telur. Serangga jantan
bersayap (Kalshoven, 1981). Telur diletakan disamping serangga dewasa dan nimfa
4. berkembang di dekatnya. Kutu betina berbentuk lonjong dan berwarna coklat.
Panjang bagan 5 mm dan lebar 2,5 mm. Tubuh bagian atas ditutupi oleh tepung lilin.
Kutu jantan berwarna cokelat gelap, mempunyai sayap satu pasang dan pada ujung
abdomen terdapat dua helai benang panjang.
Daur Hidup
Siklus hidup berlangsung kurang lebih selama 40 hari (Schreiner, 2000).Telur kutu
lamtoro mempunyai bentuk lonjong dan ukuran yang panjangnya 0,35 mm dan lebar
0,12 mm, Jumlah telur berkisar 300-400 butir. Embrio telah berkembang di dalam
tubule induknya dan beberapa jam setelah dikeluarkan telur akan menetas. Nimfa
pada awalnya tidak berlilin tetapi secara berangsur-angsur ditutupi lilin.
Perkembangan nimfa berkisar 36-39 hari. Kutu lamtoro menyerang bagian pucuk,
buah dan daun tanaman dengan sedikit naungan disukai oleh kutu ini. Serangga betina
bertelur dan nimfa-nimfa yang baru keluar aktif, setelah mengisap serangga ini
umumnya menetap.
Gejala
Serangga ini menyerang daun muda maupun tua, batang, cabang dan tunas tanaman.
Kutu ini menyukai bagian batang, sehingga batang dan cabang dari bibit lada
dipenuhi oleh kutu ini yang mempunyai lilin putih. Pada populasi yang tinggi dimana
kutu menutupi batang dan ranting, daun-daun atas dapat rontok. Sedangkan pada
populasi rendah tidak memperlihatkan gejala pada tanaman. Pada musim kemarau
kutu ini sulit ditemukan pada bagian tanaman sebelah atas, tetapi biasanya ditemukan
pada daun atau ranting yang dekat dengan permukaan tanah.
Tanaman Inang
Jarak, kopi, coklat dan kakao (Kashoven, 1981) dan ubi jalar, ketela pohon, jeruk,
jambu biji (Schreiner, 2000).
Penyebaran
Di lapangan, kedua kutu putih tersebut juga seringkali ditemukan. Hanya larva instar
pertama yang bergerak aktif, setelah mengisap serangga ini cenderung menetap.
Serangga-serangga tersebut seringkali berasosiasi dengan semut.
Distribusi kutu ini dibantu oleh semut, sehingga memungkinkan terjadinya penularan
penyakit di lapangan. Selain itu, perpindahan serangga dimungkinkan melalui angin,
sehingga penularan juga dibantu oleh angin.
Pengendalian dan Ambang Kendali
5. Penggunaan pestisida nabati, Hasil penelitian penanggulangan kutu putih pada
tanaman lada di rumah kaca dengan ekstrak jarak, ekstrak mimba dan inksektisida
sintetik selama tiga bulan menunjukkan ekstrak jarak cukup efektif menekan
tumbuhnya kutu putih (Balfas dan Mustika, 2005).
Berdasarkan hasil penularan sebanyak dari 5 serangga ekor per tanaman (yang
telah diberi makan pada tanaman sakit) mampu menghasilkan gejala sebesar 35%
(Balfas dan Mustika, 2004; Balfas et al., 2003).
OPT Tanaman Karet
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis Mull.Arg (Van Steenis, dkk.2006)
1. Penyakit embun tepung (Oidium heveae)
a. Klasifikasi
Kingdom : Mycetae
Divisi : Eumycota
Kelas : Hypomycetes
Ordo : Moniliaceae
Famili : -
Genus : Oidium
Spesies : Oidium heveae
6. b. Gejala
Penyakit gugur daun ini disebabkan oleh jamur Oidium Heveae. Penyakit ini
mengakibatkan kerusakan pada tanaman dipembibitan, tanaman muda dan
menghasilkan. Jamur menyerang daun muda yang masih bewarna cokelat.
Daun yang terserang terlihat bewarna hitam, lemas mengeriput, dan berlendir.
Dibawah permukaan daun terdapat bercak putih seperti tepung halus yang
terdiri dari atas benang hifa dan dan spora jamur. Pada serangan lanjut daun
akar gugur dan tinggal tangkainya saja. Serangan jamur pada daun tua ditandai
dengan adanya bercak kekuningan pada helaian daun dan terdapat tepung
halus bewarna putih dipermukaan tetapi daun-daun tersebut tidak banyak
gugur. Serangan berat jamur mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat
dan tingkat produksi yang menurun. Jamur ini juga menyerang bunga tanaman
sehingga produksi biji juga menurun.
c. Habitat
Serangan penyakit biasanya berlangsung pada waktu daun muda terbentuk
bersamaan dengan hujan rintik-rintik atau kabut dipagi hari pada awal musim
hujan. Serangan berat pada umumnya terjadi pada klon peka dan kebun yang
terdapat pada ketinggian dia atas 200 mdari permukaan air laut.
d. Penyebaran
Penularan jamur berlangsung dengan perantaraan spora yang diterbangkan
oleh angin dan embun jarak jauh .
e. Pengendalian
a. Klon-klon yang rentan sebaiknya tidak ditanam didaerah yang rawan
penyakit gugur daun Oidium.
7. b. Menghindari serangan jamur Oidium Heveae dengan merangsang
pembentukan daun baru lebih awal. Tanaman yang terlambat gugur alami dan
diperkirakan akan membentuk daun baru pada awal musim hujan perlu diberi
pupuk tambahan nitrogen satu kali dosis anjuran. Pupuk nitrogen berfungsi
untuk merangsang pembentukan daun baru lebih awal sehingga diharapkan
daun tanaman telah menjadi hijau pada waktu jamur Oidium Heveae timbul
pada awal musim hujan. Perlu diperhatikan bahwa sebaiknya pupuk tersebut
dibenamkan kedalam tanah agar mudah diserap akar tanaman.
c. Melindungi daun tanaman dari serangan Oidium Heveae dengan fungisida
Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC, Belerang, atau Tilt 250 EC. Penggunaan
fungisida dilakukan seminggu sekali sebanyak lima kali, dimulai pada waktu
10% pohon dalam kebun membentuk daun baru dan telah terlihat gejala
serangan Oidium Heveae berupa bercak hitam atau cokelat atau embun tepung
bewarna putih pada daun tanaman. Penggunaan belerang(10-15kg/ha)
dilakukan dengan cara penghembusan dengan alat penghembus bermotor pada
pada pagi hari agar fungisida mudah melekat pada permukaan daun yang
masih basah dan tidak diterbangkan oleh angin. Sedangkan penggunaan
Bayleton 250 EC, Bayfidan 250 EC atau Tilt 250 EC dilakukan dengan alat
penyemprot bermotor atau alat Pengabut ( fulsfog atau dynafog ).
2. Penyakit Corynespora (C.cassiicola).
a. Klasfikasi
Kingdom : Mycetae
Divisi : Eumycota
Kelas : Hypomycetes
Ordo : Dematiaceae
Famili : -
Genus : Corynespora
Spesies : Corynespora cassiicola
8. b. Gejala
Penyakit gugur daun Corynespora disebabkan oleh jamur Corynespora
cassicola yang menyerang daun karet muda maupun tua. Gejala serangan pada
daun cokelat masih belum tampak tetapi sesudah daun menjadi hijau muda
gejala mulai terlihat berupa bercak hitam kemudian berkembang seperti
menyirip daun mejadi lemas dan pucat pada bagian ujungnya mati dan
menggulung pada daun tua. Bercak hitam tersebut akan tampak seperti tulang
ikan dan akan makin meluas mengikuti urat daun dan kadang-kadang tidak
teratur. Bagian pusat bercak bewarna cokelat atau kelabu kering dan berlubang
selanjutnya daun akan menjadi kuning atau cokelat kemerahan dan akhirnya
gugur. Jamur ini menyerang tangkai dan daun muda. Serangan jamur biasanya
berlangsung lambat dan gugur daun biasanya baru terjadi 2 -3 bulan setelah
infeksi jamur. Pengguguran daun akan berlangsung secara terus menerus
sepanjang tahun sehingga pertumbuhan terhambat, tidak dapat disadap dan
lambat laun tanaman akan mati. Serangan sering terjadi pada kebun-kebun
yang terdapat didataran rendah dengan keadaan iklim agak basah. Penularan
jamur berlangsung dengan penyebaran spora yang diterbangkan oleh angin
dalam kondisi agak lembab pada siang hari , jamur ini mempunyai banyak
tumbuhan inang seperti ketela pohon, akasia, angsana, papaya, beberapa
rumputan dan lain-lain .
c. Pengendalian
a. Tidak menanam klon yang rentan pada daerah rawan serangan jamur.
Dianjurkan menanam beberapa klon anjuran dalam suatu hamparan kebun
9. untuk mengurangi resiko kerugian akibat serangan jamur.
b. Memberikan pupuk ekstra dengan menambah dosis KCL (1,5 x dosis
anjuran ) untuk meningkatkan kemampuan tanaman menahan serangan jamur.
c. Melindungi tanaman dengan penyemprotan fungisida Antracol 70 WP,
Bavisitin 50 WP, Benlate 50 WP, Daconil 75 WP atau Dithane M-45 dengan
alat semprot punggung. Penyemprotan dilakukan seminggu sekali dimulai
pada waktu tanaman berdaun cokelat sampai hijau. Penggunaan fungisida
hanya dapat dilakukan di pembibitan dalam polybeg sedangkan pada tanaman
dilapangan dianggap tidak menguntungkan.
d. Tanaman yang produksinya sangany rendah karena serangan berat terus-
menerus sebaiknya diganti dengan klon yang tahan terhadap penyakit gugur
daun Corynespora.
OPT Tanaman Sawit
Taksonomi
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis
1. Kutu putih (Mealy bugs)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Hemiptera
Famili :
Genus :
Spesies :
Bagian Terserang : daun
Stadia yang merugikan : ulat dan dewasa
10. a. Morfologi
Betina dewasa berbentuk oval, panjang 1/5-1/3 inchi, memiliki benang /
selaput berwarna putih. Hama bergerak sangat lambat di bawah permukaan
atau samping daun, dan bersembunyi di daerah tertentu pada daun.
Termasuk serangga bertipe mulut penusuk dan penghisap.
b. Gejala
Aphids/kepik dan mealy bugs/kutu bulu putih biasanya tidak menjadi
masalah, namun demikian dapat membuat daun berubah bentuk (distorsi)
jika muncul dalam jumlah banyak. Aphids/kepik dapat ditemukan di
bagian tengah (axis) daun dan dilihat iebih dekat akan nampak.
Keberadaan semut sering merupakan indikasi adanya aphids. Mealy
bugs/kutu bulu putih berukuran lebih besar dari aphid/kepik dan
mempunyai lapisan seperti bulu putih/lilin. Gejala serangga seperti pada
aphid. Hama menyerang pucuk tanaman, ketiak daun, bunga, dan batang
tanaman. Pertumbuhan tanaman terhambat. Terdapat bintik-bintik hitam
disekitar permukaan daun
11. c. Daur hidup
Telur dihasilkan sepanjang tahun, telur menetas dalam 2 minggu, dewasa
muda memiliki siklus hidup 6-8 minggu. Beberapa generasi dapat muncul
pada tahun yang sama.
d. Habitat
Tempat lembab
e. Penyebaran
Dibantu oleh semut yang tertarik dengan embun madu yang dikeluarkan
kutu putih.
f. Pengendalian
Dimethoate 40% (20 ml/20 liter air + surfaktan. Semprotkan sampai basah
terutama pada permukaan bawah daun.Hama ini menyukai tempat yang
lembap, karena itu jika ditemui gejala segera renggakan jarak
antaratanaman agar sinar matahari bisa masuk. Secara kimiawi dengan
menyemprotkan insektisida berbahan aktif diafentiuron, dan klopirifos
seperti Pegasus dan Dursban
2. Belalang (Valanga nigricornis)
12. a. Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Orthoptera
Famili : Locustidae
Genus : Valanga
Spesies : Valanga nicricornis
b. Gejala
Terdapat bekas gigitan pada bagian tepi daun yang terserang. Belalang
kayu dapat menyebabkan kerugian hasil ± 20 – 25%, karena belalang
tersebut berpindah dari satu kebun ke kebun lainnya bila tanaman sudah
habis dimakannya. Batang dan cabang tanaman sering patah akibat
gigitannya sehingga pertumbuhan tanaman terganggu. Belalang biasanya
memakan daun mulai dari pinggir atau tengah sehingga terbentuk bekas
gigitan melingkar atau lonjong. Adakalanya belalang ini juga merusak
batang dan ranting tanaman.
c. Morfologi
Warna tubuh kuning bercampur hitam, thorax (dada) berbintik hitam kecil,
perut (abdomen) berwarna kuning hingga kehitaman tua
d. Daur hidup
Umumnya belalang bertelur awal musim kemarau dan menetas pada awal
musim hujan , yaitu Oktober dan November. Telur menetas 5-7,5 bulan.
90 butir telur diletakkan di kantong dengan panjang 2-3 cm, lalu
dimasukkan ke lubang tanah dengan kedalaman 5-8 cm. Lubang kemudian
diisi dengan massa berbuih yang dapat mengeras.
e. Pengendalian
13. a. Pengendalian dapat dilakukan dengan mendatangkan burung
pemangsanya
b. Pengolahan tanah,belalang kayu yang meletakkan telurnya di dalam
tanah, pengolahan tanah yang baik dapat membunuh telur belalang
sebelum menetas
c. Menggunakan musuh alami seperti cendawan Metarrhizium anisopliae
(Anon, 1985).
3. Pestalotia sp
Klasifikasi
Kingdom : Mycetae
Divisi :
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus : Pestalotia
Spesies : Pestalotia sp
Gejala
Bercak pada daun yang tidak beraturan berwarna abu-abu pada pusatnya
(Pestalotia sp.), coklat (Helminthosporium sp.) dan hitam pada sisi atas dan
bawah daun (Gloesporium sp.).
14. Jamur menyebabkan penyakit pada petiole daun dan ujung daun , dan
menimbulkan munculnya bercak daun. Tidak seperti pathogen bercak lainnya,
Pestalotiopsis menyerang semua bagian daun dari bawah sampai atas. Jamur
ini membutuhkan luka yang berasal dari pathogen primer untuk penetrasi
tanaman inang.
Siklus Hidup
Bercak dimulai dengan ukuran kecil dan berwarna kuning, cokelat tua atau
hitam. Lalu bercak berkembang berdasarkan pengaruh lingkungan. Sering kali
bercak berubah warna menjadi keabuan dengan garis luar hitam.
Bagian daun terinfeksi (bercak keabuan dengan garis luar hitam)
Pengendalian
mengurangi kelembaban yang berasal dari tanaman pelindung, memotong
bagian yang terserang dan menyemprotkan fungisida Bayfidan 250
EC/Baycolar 300 EC dengan konsentrasi 0.1-0.2 %.
15. DAFTAR PUSTAKA
Balfas, R. dan I. Mustika, 2004. Penularan penyakit kerdil pada tanaman lada oleh Ferrisia
virgata. Makalah disampaikan pada Seminar PERSADA. Bogor, 5 Juli 2004.
Balfas, R., Supriadi, T.L. Mardiningsih dan Endang Sugandi, 2002. Penyebab dan serangga
vektor penyakit keriting pada tanaman lada. Jurnal Penelitian tanaman Industri 8(1): 7 – 11.
http://adensiregar.blogspot.com/2008/11/hama-dan-penyakit-pembibitan-kelapa.html
http://bibitkaret.blogspot.com/2009/05/c-penyakit-daun.html
http://go-organik-2010.blogspot.com/2008/08/teknis-budidaya-jarak.html