Laporan praktikum pengelolaan tanaman industri mengenai pengelolaan tanaman singkong. Laporan ini menjelaskan hama, penyakit dan gulma yang menyerang tanaman singkong beserta gejalanya. Laporan juga menjelaskan upaya pengendalian yang dilakukan seperti penyemprotan insektisida, fungisida, dan herbisida. Rekomendasi pengendalian hama, penyakit dan gulma meliputi penanaman varietas tahan, menjaga kebersihan lahan
1. Laporan Praktikum Pengelolaan Tanaman Industri
Acara IV. Pengelolaan OPT
Nama Mahasiswa : Bustanul Adi Pranoto
NIM : A1D019151
Kelas : F
NO Uraian Foto/Dokumentasi
1. Nama komoditas pilihan :
Singkong (Manihot esculenta)
2. No Hama Tanaman Singkong Foto/Dokumentasi
1.
Tungau Merah
(Tetranycbus urticae Koch).
2.
Belalang (Locusta migratoria L.)
3.
Rayap (Captotermes spp.)
3. No Penyakit Tanaman Singkong Foto/Dokumentasi
1.
Bercak Daun Baur
(Cercospora visoeae)
2.
Antraknose
(Gloeosporium manihotis)
3.
Bercak Daun Putih
(Phaeoramularia manihotis)
4. No Gulma Tanaman Singkong Foto/Dokumentasi
1.
Althernanthera sessillis L.
2.
Portulaca oleracia L.
3.
Borreria alata
5. 3. Deskripsi Kegiatan pemeliharaan yang diterapkan pada tanaman industri (dilengkapi
dokumentasi)
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk pergantian bibit yang mati, tidak tumbuh tunas atau
tidak tumbuh dengan baik dengan bibit baru. Biasanya pengecekan tanaman
singkong 7 sampai 10 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan dengan cara
mencabut dan diganti, penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari disaat
cuaca tidak terlalu panas.
2. Penyiangan
Penyiangan merupakan kegiatan membuang tanaman pengganggu, tanaman liar
dan semua jenis rumput yang hidup di sekitar tanaman singkong. Penyiangan
dilakukan minimal 2 kali pada satu musim. 5 sampai 10 minggu hari setelah tanam
merupakan periode tanaman singkong harus bebas dari tanaman pengganggu
(gulma).
3. Pemupukan
Jika tanaman singkong kurang subur maka diperlukan pemupukan susulan.
Pemupukan dilakukan ketika tanaman singkong berusia 2 atau3 bulan. Pemupukan
dilakukan dengan jarak 25-30 cm dari batang tanaman. Pemupukan susulan bisa
lakukan sampai 2 kali dalam satu musim tanam, tergantung kesuburan tanaman.
4. Pengairan dan Penyiraman
Pada musim kering penyiraman dilakukan dengan sistem genangan dengan tujuan
agar air dapat meresap ke tanah karena jika dilakukan dengan menyiram langsung
dapat merusak gundukan tanah di pangkal pohon. Tanaman singkong umur 4-5
bulan hari setelah tanam selalu dalam keadaan lembab, tapi tidak terlalu becek.
6. 4. Deskripsi Pengelolaan OPT yang dilakukan (dilengkapi dokumentasi)
1. Tungau Merah (Tetranycbus urticae Koch).
Gejala serangan Tungau Merah diawali dengan terlihatnya spot (bercak) kuning
sepanjang tulang daun bawah dan tengah. Bercak tersebut kemudian menyebar ke
seluruh permukaan daun sehingga daun berwarna kemerahan, coklat atau seperti
karat. Berawaldari basal daun, daun-daun yang terserang parah akhirnya kering,
dan terjadi kerontokan seluruh daun.pada tanaman yang terserang parah, umbi
yang dihasilkan umumnya berukuran kecil dan secara langsung akan
mempengaruhi kuantitas hasil tanaman.
Pengendaliannya : Menyemprotkan air beberapa kali agar tungau larut tercuci
bersama air, menanam seawal mungkin pada musim penghujan, pengendalian
secara kimiawi (pestisida) dan pengendalian secara biologi memberikan musuh
alami seperti family Coccinellidae, Staphylinidae, Cecidomyiidae, dan
Anthocoridae.
2. Belalang (Locusta migratoria L.)
Gejala kerusakan pada umumnya berupa gerekan pada daun yang tidak
teratur. Selain daun, serangga ini juga mamakan tangkai daun. Pada tingkat
serangan yang parah daun tanaman dapat rusak berat.
Pengendaliannya dengan cara kultur teknis, membajak lahan agar telur
belalang terpapar dan dimakan predator dan beberapa musuh alami antara
berupa semut dan larva kumbang Mylabris dan Epicauta memangsa telur.
3. Rayap (Captotermes spp.)
Pada bibit yang baru ditanam, rayap akan mengerat dan mamakan batang bibit
(Stek) ubi kayu sehingga pertumbuhan stek terganggu bahkan mati. Pada
pertanaman yang lebih tua, rayap akan memakan akar dan masuk ke dalam batang
menyebabkan batang menjadi lemah dan mudah patah (rapuh). Serangan rayap
umumnya terjadi pada musim kemarau. Ketika rayap menyerang akar tanaman,
gejala kerusakan awal adalah layu.
Tanaman akan mati ketika terjadi gerekan dalam akar tunggang, batang, dan
cabang, karena distribusi dan pergerakan nutrisi dalam sistem vaskular dalam
7. Tanaman terganggu. Pada pohon buah-buahan dan tanaman berkayu yang lain,
serangan dimulai dari adanya lubang kecil atau retak atau kayu mati terserang
hama serangga atau luka pemangkasan. Rayap terutama memakan kayu. Tapi
spesies lain mengumpulkan rumput hijau dan biji bijian untuk disimpan di
lumbung dalam sarang mereka sebagai cadangan makanan bagi nimfa.
Pengendalian : secara kultur teknis (membajak sawah untuk menghancurkan
sarang rayap agar terpapar dan dimakan predator, sanitasi dan membersihkan
lahan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya dan rotasi tanaman untuk mengurangi
penumpukan rayap.) Secara kimiawi (Menyerbuki bibit yang akan ditanam
dengan insektisida, dan menaburkan insektisida carbofuran ke dalam tanah).
4. Bercak Daun Baur (Cercospora visoeae)
Di lapang penyakit lebih banyak menyerang pada daun yang tua disbanding
daun muda. Gejala berupa bercak berukuran besar (mencapai seperlima
luas daun), berwarna coklat tanpa batas yang jelas. Seringkali bercak pada
ujung daun, berbentuk seperti huruf V terbalik. Permukaan atas bercak
berwarna coklat merata, tetapi permukaan bawah pada pusat bercak
berwarna coklat terdapat warna keabu-abuan yang sebetulnya merupakan
spora jamur. Sering pada satu daun terserang bersama penyakit bercak
coklat.
Pengendalian : Mengatur jarak tanam agar tidak terlalu rapat dan
mengurangi kelembaban dan penyemprotaan dengan fungisida.
5. Antraknose (Gloeosporium manihotis)
Penyakit antraknose terutama terdapat pada permukaan batang, tangkai daun dan
daun. Pada permukaan batang nampak adanya tonjolan kecil semacam bisul.
Penyakit ini disebut juga sebagai penyakit kanker batang. Pangkal tangkai daun
yang sakit mudah patah sehingga daun menjadi layu. Serangan yang parah
menyebabkan mati pucuk dan pada bagian gabus teradi pengkerutan. Kanker
batang akibat dari penyakit antraknose juga menyebabkan mati pucuk dan batang
mudah patah.
8. Pengendalian : Gunakan bibit sehat dan penggunaan bibit dari batang yang
terinfeksi, mencelupkan stek ke dalam larutan fungisida sebelum ditanam, dan
tidak menanam pada saat masih banyak turun hujan.
6. Bercak Daun Putih (Phaeoramularia manihotis)
Gejala berupa bercak kecil, bulat berwarna putih atau coklat kekuningan dengan
dikelilingi lingkaran yang transparan. Pada bagian tengah bercak terdapat bagian
yang berwarna keabu-abuan yang banyak menghasilkan spora jamur. Umumnya
penyakit menyerang daun ubi kayu yang terdapat di bagian bawah (daun tua),
namun pada varietan yang rentan juga menyerang daun muda dibagian atas.
Pengendalian : Mengatur jarak tanam agar tidak terlalu rapat dan mengurangi
kelembaban dan penyemprotan fungisida.
7. Althernanthera sessillis L.
Gulma ini dikenal dengan nama daerah Toloa (Sunda) atau Kremeh (Jawa).
Merupakan gulma semusim, perakarannya kuat, seringkali membentuk
akar. Gulma ini telah tersebar luas di seluruh Indonesia. Umumnya
menyukai tanah yang lemabab, sepanjang parit atau lahan bero. Secara
umum gulma ini kurang berarti, namun kadang-kadang pada populasi yang
tinggi cukup merepotkan.
Pengendalian : Secara mekanis dengan cara mencabut dan membenamkan
ke dalam tanah dan apabila diperlukan penyemprotan herbisida Amitrole
(1-1,5 kg bahan aktif/ha), MPCA (0,5-1 kg ba/ha).
8. Portulaca oleracia L.
Gulma ini dikenal dengan beberapa nama antara lain krokot, gelang, atau
jalu-jalu tiki. Gulma ini merupakan gulma semak, yang batangnya beruas
berwarna merah kecoklatan. Berkembang biak dengan biji dan bagian
vegetatif tanaman (batang). Krokot tumbuh di dataran rendah sampai
dataran tinggi.
Pengendalian : Disiang dengan cara dicabut dengan tangan, dikoret dengan
sabit dan disemprot dengan herbisida atrazine 2,4-3,2 kg/ha, ametryn 2,4-
3,2 kg/ha, paraquat, glyphosat.
9. 9. Borreria alata
Gulma ini dikenal dengan nama rumput stawar. Gulma ini banyak
ditemukan pada daerah dengan musim kemarau pendek, pada lahan yang
mendapatkan sinar matahari penuh atau agak ternaungi, di tepi jalan atau
di steep riverbanks. Tumbuh mulai di dataran rendah hingga ketinggian
1600 m dpl. Lebih menyukai tanah berpasir, namun juga tumbuh pada
tanah yang kurang subur. Perkembangbiakan dengan biji, yang
penyebarannya dibantu oleh aliran air.
Pengendalian : Secara mekanis dengan mencabut dan mebenamkan dalam
tanah dalam-dalam dan apabila diperlukan semprot dengan herbisida
glyphosat, paraquat dengan interval penyemprotan 5 minggu.
10. 5. Rekomendasi pengendalian pengendalian hama, penyakit, dan gulma (dilengkapi
dengan pustaka acuan)
Upaya untuk mengatasi kerusakan yang disebabkan oleh OPT
mulaJMMMMMMHmula dilakukan dengan cara sederhana seperti membunuh dengan
cara fisik dan mekanik. Tetapi dengan semakin banyaknya populasi manusia maka luas
lahan pertanian juga semakin meningkat sehingga pengendalian dengan cara sederhana
tersebut dipandang tidak mampu lagi mengatasi laju populasi OPT yang semakin
meningkat pada luas lahan pertanian yang semakin luas. Sejalan dengan perkembangan
pengetahuan upaya pengendalian OPT telah dikembangkan, misalnya melalui teknik
bercocok tanam, penggunaan tanaman tahan, penggunaan agen biokontrol seperti
antagonis, parasitoid dan predator.
Cara pengendalian hama/penyakit dapat dilakukan dengan :
Menanam bibit yang sehat, bebas infestasi hama/penyakit.
Menanam varietas yang tahan atau agak tahan.
Tidak menanam di lahan yang terinfestasi hama/penyakit atau menundah
sehingga populasi hama tersebut menjadi rendah.
Tidak membasmi musuh alami dari hama dengan menggunakan pestisida selektif
misalnya Thuricide dengan bahan aktif Bacillus thuringiensis, untuk
mengendalikan hama.
Menggunakan insektisida apabila serangan berat dan diperkirakan tanaman tidak
mampu recover tanpa perlakuan tersebut.
11. Badan Penelitian dan Pengembangan Penelitian (2018). OPT Pada UbiKayu dan Pengendaliannya.
Hidayat, N.,& Hidayat, I. P. (1994). Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Penerbit Trigenda Karya.
Jakarta.