1. MAKALAH
ENDOMIKORIZA (Fungi Mycoriza Arbuskular)
Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Mikrobiologi dan Bioteknologi Pertanian II
Semester Genap Tahun 2010
Kelompok 7
Putri Eka Risti (150110080080)
Amalia Purdianty (150110080122)
Raden Bondan E B (150110080162)
Herdian Satrya (150110080205)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI F
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2. 2 | P a g e
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Keberadaan fungi atau cendawan sangat berlimpah dan mempunyai peranan yang sangat
penting di alam termasuk dalam bidang pertanian.Pemanfaatan mikoriza merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produktivitas lahan kritis. Mikoriza ialah
simbiosis mutualistik antara cendawan dengan akar tumbuhan (Brundrett, 1996). Dalam simbiosis
mikoriza, cendawan mendapatkan unsur karbon dari tumbuhan, sedangkan tumbuhan
mendapatkan air dan mineral dari cendawan, terutama fosfat.Cendawan mikoriza termasuk ke
dalam filum Zigomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota. Umumya mikoriza dibedakan dalam
tiga kelompok, yaitu: endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada jenis tanaman
pertanian), ektomikoriza (pada jenis tanaman kehutanan), dan ektendomikoriza (Harley and
Smith, 1983).
Endomikoriza merupakan jamur yang masuk ke dalam sel korteks dari akar serabut
(feeder roots), tidak membentuk selubung yang padat dan akar yang terinfeksi tidak membesar
serta membentuk vesikula (struktur khas berbentuk oval) dan arbuskular (system percabangan
hifa) yang besar di dalam sel korteks, sehingga sering disebut VAM (Vesicular-Arbuscular
Miccorhizal), sebagai contoh jenis Globus dan Acaulospora (Thorn 1997). Selain itu
Endomikoriza adalah jamur mikoriza yang bagian-bagian pentingnya berada dalam jaringan akar.
Umumnya endomikoriza dapat digunakan untuk tanaman budidaya semusim dan
ektomikoriza untuk tanaman budidaya tahunan. Walaupun begitu tidak menutup kemungkinan
untuk menggunakan keduanya secara berkebalikan.
3. 3 | P a g e
a. Arbuskula
i. Merupakan hifa bercabang halus yang dibentuk oleh percabangan dikotomi yang
berulang-ulang.
ii. Bentuk menyerupai pohon dari dalam sel inang (Pattimahu, 2004).
iii. Arbuskula dewasa terletak dekat pada sumber unit kolonisasi tersebut
iv. Struktur ini mulai terbentuk 2-3 hari setelah infeksi, diawali dengan penetrasi
cabang hifa lateral yang dibentuk oleh hifa ekstraseluler dan intraseluler ke
dalam dinding sel inang.
v. Arbuskula dengan cepat mengalami desintegrasi atau terjadi lisis/pecah dan
membebaskan P ke tanaman inang.
vi. Luas permukaan arbuskula aktif secara metabolik per meter akar berkurang
dengan waktu, sedangkan hifa mempunyai area permukaan lebih besar sesudah
63 hari setelah tanam (Smith dan Smith, 1995).
vii. Struktur yang bersifat labil di dalam akar tanaman. Sifat kelabilan tersebut sangat
tergantung pada metabolisme tanaman, bahan makanan dan intensitas radiasi
matahari (mosse, 1981; Brundrett, 2003).
viii. Pembentukan struktur tersebut dipengaruhi jenis tanaman, umur tanaman, dan
morfologi akar tanaman (Dickson dkk, 1999).
4. 4 | P a g e
Anatomical structure of a Pedicularis palustris haustorium (cross section)
attacking a host root (longitudinal).
b. Vesikel
i. Terbentuk dari pembengkakan hifa internal secara terminal dan interkalar,
ii. Berbentuk bulat telur, dan berisi banyak senyawa lemak
iii. Sebagai organ penyimpanan cadangan makanan.
iv. Sebagai organ reproduksi dan struktur tahan , ketika berkembang menjadi
klamidospora.
v. Saat kondisi tertentu berperan sebagai spora atau alat untuk mempertahankan
kehidupan cendawan.
vi. Pembentukan vesikel diawali dengan adanya perkembangan sitoplasma, hifa
yang menjadi lebih padat, multinukleat dan mengandung partikel lipid dan
glikogen. Sitoplasma menjadi semakin padat melalui proses kondensasi, dan
organel semakin sulit untuk dibedakan sejalan dengan akumulasi lipid selama
maturasi (proses pendewasaan).
5. 5 | P a g e
vii. Vesikel biasanya dibentuk lebih banyak di luar jaringan korteks pada daerah
infeksi yang sudah tua, dan terbentuk setelah pembentukan arbuskul. Jika suplai
metabolik dari tanaman inang berkurang, cadangan makanan itu akan digunakan
oleh cendawan sehingga vesikua mengalami degenerasi. Pada ordo Glomales
tidka semua genus memiliki vesikula.
viii. Gigaspora dan Scutellospora adalah dua genus yang tidak membentuk vesikula di
dalam akar. Oleh karena itu, ada dua pendapat yaitu ada yang menyebut
cendawan mikoriza vesikulaarbuskula dan ada pla yang menggunakan istilah
FMA . Nama vesikula-arbuskula tampaknya berdasrkan karakteristik struktur
arbuskula yang terdapat di dalam sel-sel korteks dan vesikula yang terdapat di
dalam atau di antara sel-sel korteks akar tanaman (Brundrett, 2003).
c. Spora dan Hifa Ekternal
i. Terbentuk pada ujung hifa ekternal
ii. Dibentuk secara tunggal, berkelompok atau di dalam sporokarp tergantung
pada jenis cendawannya.
iii. Perkecambahan spora sangat sensitif tergantung kandungan logam berat di
dalam tanah dan juga kandungan Al. kandungan Mn juga mempengaruhi
pertumbuhan miselium
iv. Distribusi hifa eksternal ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan abiotik dan
biotik seperti sifat kimia, fisika tanah, kandungan bahan norganik , mikroflora
dan mikrofauna (Sylvia, 1990).
1. Mekanisme FMA dengan akar tanaman
6. 6 | P a g e
Menurut Bonfante dan Bianciotto (1995) , fase kontak dan proses
infeksi FMA dengan akar tanaman sebagai berikut. Pada keadaan tidak ada
tanaman inang, hifa yang terbentuk dari spora sebelum simbiosis
(presimbiotik) berhenti tumbuh dan akhirnya mati. Adanya akar tanaman
inang, jamur melalui hifanya akan kontak dengan tanaman inang dan mulai
proses simbiotik.
Fase kontak dimulai dengan kejadian seperti pertentangan
pertumbuhan jamur dengan akar tanaman, pola percabangan akar baru, dan
pada akhirnya terbentuk apresorium. Apresorium merupakan struktur penting
dalam siklus hidup FMA . Hal ini diinterpretasikan sebagai kejadian kunci
bagi pengenalan interaksi yang berhasil dengan bakal calon tanaman inang.
Fase kontak akan diikuti dengan fase simbiotik.
Sejak fase itu, jamur menyempurnakan proses morfogenesis
kompleks dengan memproduksi hifa interseluler dan intraseluler, vesikula,
dan arbuskula. Aspek morfologi fase itu secara luas dapat dilacak dengan
amenggunakan kombinasi mikroskop sinar dan elektron.
Selanjutnya menurut Linderman (1996), hifa jamur mengisi korteks
akar, bercabang-cabang diantara sel-sel dan titik penetrasinya. Bentuk yang
khusus pada jamur adalah struktur seperti “haustorium) (arbuskula atau
kumparan hifa) di dalam sel korteks, dipisahkan dari sitoplasma inang oleh
membran sel inang dan dinding sel jamur
a. Spora CMA berkecambah dan menginfeksi akar tanaman.
b. Dalam jaringan akar, FMA ini tumbuh dan berkembang
membentuk hifa-hifa yang panjang dan bercabang yang
memiliki jangkauan lebih luas dibandingkan akar tanaman.
c. Hifa FMA tersebut yang berperan dalam penyerapan
unsure hara bagi tanaman.
B. Fungsi
Kemampuan untuk menyerap unsur hara baik makro maupun mikro. Akar yang mempunyai
mikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagi tanaman.
Hifa eksternal pada mikoriza dapat menyerap unsur fosfat dari dalam tanah, dan segera diubah
menjadi senyawa polifosfat.
C. Klasifikasi
7. 7 | P a g e
FMA bersimbiosis dengan akar tanaman, serta merupakan cendawan simbiotik obligat yang
termasuk ke dalam kelas Zygomycetes dan ordo Glomalaes. Glomales mencakup dua sub ordo
yaitu Glomineae dan Gigasporineae. Sub ordo Glomineae terdiri dari dua famili yaitu Glomaceae
dengan genus Glomus dan Sclerosystis, dan Acaulosporaceae dengan genus Acaulospora dan
Entrophospora. Sub ordo Gigasporineae terdiri atas satu famili, yaitu Gigasporaceae dengan
genus Gigaspora dan Scutellospora (Smith dan Read, 1997). Cendawan itu bersimbiosis dengan
tanaman yang termasuk ke dalam divisio Angiospermae, Gymnoaspermae, Bryophyta dan
Pteridophyta.
8. 8 | P a g e
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Peranan dalam Bidang Pertanian
a. Bioprotector
Secara umum berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan
patogen tular tanah serta membantu pertumbuhana tanaman di tanah yang tercemar
logam berat seperti lahan bekas tambang (bioremidiator) (Linderman, 1996; Setiadi,
2000). Meningkatkan ketahanan tumbuhan terhadap infeksi patogen dan parasit akar
disebabkan oleh kemampuan FMA memproduksi antibiotika untuk mencegah
patogen tanah (Quimet dkk, 1996).
Pengaruh Mikoriza terhadap tanaman
o Tanaman yang berasosiasi dengan FMA akan mengalami
perubahan dalam morfologi dan fisiologi untuk menahan
serangan patogen akar. Salah satu prosesnya disebut lignifikasi.
o Lignifikasi dinding sel tanaman inang akan menghambat
serangan patogen akar dan perubahan secara fisiologis pada
tanaman yang bermikoriza meningkatkan konsentrasi P dan K
serta hara lain sehingga akan menurunkan kepekaan tanaman
terhadap serangan hama dan penyakit. Pada tanaman yang
bermikoriza, mengandung isoflavonoid lebih tinggi sehingga
tanaman lebih tahan terhadap serangan karena senyawa tersebut
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen tanah.
Endomikoriza Anggrek dan Atsiri
o Hifa simbion yang menembus sel dan asosiasinya dengan
sitoplasma.
o Jamur endomikoriza mengandung enzim yang dapat
menghancurkan selulose dinding sel. (Krupa dan Fries (1971))
akar yang bermikoriza dapat memproduksi bahan atsiri yang
bersifat fungistatik lebih banyak dibanding dengan akar yang
tidak bermikoriza. Bila terdapat dalam jumlah cukup banyak
dapat membatasi perkembangan jamur ektomikoriza hingga
keadaan simbiotik terjadi. Dengan demikian bahan atsiri dan
9. 9 | P a g e
bukan atsiri dapat menahan patogen dalam akar, sedang bahan
atsiri dapat menahan patogen di dalam rhizosfer.
b. Tahan Kekeringan
i. Resistensi akar terhadap gerakan air menurun sehingga transport air ke akar
meningkat
ii. Unsur P meningkat sehinnga daya tahan tanaman terhadap kekeringan
meningkat. Tanaman dengan kekurangan P biasanya peka terhadap
kekeringan.
iii. Hifa eksternal cendawan berfungsi menjangkau air jauh ke dalam tanah
sehingga tanaman dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan (Auge, 2001). Selain itu menyebabkan FMA efektif dalam
mengagregasi butir tanah sehingga kemampuan tanah menyimpan air
bertambah.
c. Penyerapan Unsur Hara
i. Unsur hara yang diserap tanaman yang terinfeksi FMA terutama P, yang
diperlukan tanaman dalam jumlah relatif banyak, tetapi ketersediaannya pada
tanah-tanah masam menjadi terbatas sehingga salah satu faktor pembatas
dalam meningkatkan produktivitas tanaman. Unsur mikro lainnya seperti Cu,
Zn, dan B dapat ditingkatkan penyerapannya pada tanaman yang berasosiasi
dengan mikoriza (Marschner, 1992 ; David dan Nilsen, 2000).
ii. FMA sebagai pengefisienan pupuk anorganik
(Quimet dkk (1996)) mengungkapkan bahwa akar yang terinfeksi mikoriza
mampu menigkatkan penyerapan NH4 + dan NO3- serta Mg. Ruiz – Lozano
10. 10 | P a g e
, dkk (1995) menyatakan FMA meningkatkan ketahanan tanaman pada
kondisi kahat air melalui peningkatan penyerapan hara, transpirasi daun dan
efisiensi penggunaan air sehingga terjadi penurunan nisbah akar terhadap
pupuk. Hal ini menunjukkan fotosintesis tanaman meningkat dan fotosintat
lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan pupuk. Kemampuan FMA
disebut juga alat biologis pengefisienan pupuk anorganik.
B. Teknik Produksi Inokulan
A. Identifiksi Spesies FMA berdasarkan karakter spora, arsitektur dari dinding spora,
morfologi hifa.
1. Pot – Culture Propagation. Tidak seperti halnya jamur saprofitik, produksi dalam
skala besar dari FMA inokulum, mengingat status simbiotiknya yang obligat,
memerlukan kontrol dan optimisasi baik pada pertumbuhan inang dan perkembangan
jamur. Ukuran mikroskopis dari FMA, bersama dengan proses identifikasi kompleks
juga berkontribusi pada kesukaran propagasi inokulum. Tahapannya meliputi :
a. Isolasi dari strain kultur murni FMA . Strains kultur murni dapat diperoleh
dari spora yang berkecambah dan kolonisasi akar pada tanaman inang.
Strains FMA dapat juga dikembangkan dari segmen kolonisasi akar yang
diisolasi langsung dari tanaman yang ada di lapangan. Masalah yang
ditemukan pada FMA adalah spora dapat dengan mudah menjadi dormansi
dan angka perkecambahan menurun secara drastis. Perlakuan temperatur
dingin dapat digunakan untuk memecahkan dormansi.
b. Memilih tanaman inang. Kriteria yang sangat penting diperlukan dalam
memilih tanaman inang yang berpotensi untuk bersimbiosis dengan mikoriza
(diantaranya kapasitasnya dalam berkoloni dengan strains FMA dan
meningkatkan pertumbuhannya dan sporulasi nya), toleran untuk tumbuh
dibawah kondisi chamber dan greenhouse dan sistem perakaran intensif
dibuat dari solid tetapi juga akar yang non lignifikasi (non-lignified root).
c. Kondisi pertumbuhan yang optimum. Pasteurisais, penguapan atau iradiasi
substrat pertumbuhan diperlukan untuk menghindari kontaminasi kultur yang
dapat berpengaruh pada kualitas inokulum. Substrat dengan aerasi baik
direkomendasikan, seperti tekstur tanah berpasir yang kasar dicampur dengan
vermiculite atau perlite atau Turface. Nutrisi mineral yang tidak mencukupi
akan berpengaruh pada perkembangan jamur. Taraf P optimum yang
bervariasi dengan tanaman inang dan kultivasi strains jamur dan kelebihan
11. 11 | P a g e
ketersediaan P dapat menghambat propagasi FMA. Kalium, nitrogen,
magnesium dan rasio mikro elemen lainnya dapat berpenagruh pada
perkembanagan inokulum, terutama ketika substrat pertumbuhan lamban
digunakan dan pemupukan tanaman dilakukan secara buatan. Faktor edafik
lainnya seperti pH, temperature tanah intensitas cahaya, kelembaban relatif
dan aerasi lingkungan juga harus dikontrol untuk mengoptimalkan propagasi
FMA.
Propagation cycle of FMA. a. Spores of (i) Gigaspora, (ii) Glomus,
(iii)Entrophospora, and (iv) Acaulospora; b. germinating spore; c. hyphal
network and spores; d. hypha and spores around root; e. hyphal penetration
inside root; f. intracellular arbuscules; g. intraradical vesicles; h. colonized
plant.
2. Propagasi secara In Vitro dengan kultur organ akar.
Kultur Organ akar berisi penghilangan akar yang berkembang biak di bawah kondisi
axenic pada media hara sintetik (gambar 2d) yang berisi suplemen dengan vitamin,
mineral, dan karbohidrat. Kultur selanjutnya dari kultur akar yang vigor melalui
transformasi akar oleh bakteri Agrobacterium rhizogenesi Conn. Beberapa spesies
dans trains telah berhasil dipropagasi secara in vitro dengan media pertumbuhan
sintetik dan kondisi pertumbuhan yang bervariasi, dan dicobakan dengan pembagian
solid dan liquid vessel. Spesifik strains tunggal tersedia dapat digunakan secara
langsung sebagai strating bahan untuk skala besar produksi inokulum. Satu petridish
12. 12 | P a g e
cukup untuk mengembangbiakan seribu spora dan bermeter-meter hifa dalam 4
bulan.
In vitro propagation. a. Isolated spores; b. germinating colonized root segment; c.
carrot root in culture; d. FMA root-organ culture; e. closer view of an FMA root-
organ culture.
B. Tahapan Pembibitan
1. Pembibitan Vegetatif
CMA diberikan pada saat pemindahan bibit dari tahap perakaran
ke tahap aklimatisasi (ke polybag atau polytube). CMA sebanyak 2-5
gr dimasukkan ke dalam lubang penanaman bibit. Untuk produksi bibit
dalam skala besar aplikasi pemberian CMA ini dapat dicampur secara
merata ke media bibit, sehingga akan efisien waktu, biaya dan tenaga.
13. 13 | P a g e
2. Pembibitan generative
Pemberian CMA dapat diberikan dalam tiga cara tergantung
kepada besar kecilnya benih dan kuantitas produksi bibit :
Sistem lapisan : cara ini sangat cocok untuk biji-bijian yang
berukuran kecil. Pada bak perkecambahan, pada lapisan paling
bawah diisi dengan media perkecambahan setebal 10 cm,
kemudian dilapisi dengan inokulan CMA setebal 0,5-1,0 cm
dan dilapisi lagi dengan media perkecambahan setebal 0,5 cm.
Biji-biji yang akan dikecambahkan ditabur pada lapisan atas
secar merata, kemudian ditutup dengan media perkecambahan
setebal 0,5 cm.
Sistem campur (molen) : Cara ini sangat cocok untuk produksi
bibit dalam skala besar seperti hutan tanaman Acacia mangium
atau Acacia crassicarpa yang ada di Sumatera dan Kalimantan.
14. 14 | P a g e
BAB 3
KESIMPULAN
Endomikoriza merupakan jamur yang masuk ke dalam sel korteks dari akar serabut
(feeder roots), tidak membentuk selubung yang padat dan akar yang terinfeksi tidak membesar
serta membentuk vesikula dan arbuskular yang besar di dalam sel korteks, sehingga sering
disebut dengan VAM (Vesicular-Arbuscular Miccorhizal)
Kemampuan untuk menyerap unsur hara baik makro maupun mikro. Akar yang
mempunyai mikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia
bagi tanaman. FMA bersimbiosis dengan akar tanaman, serta merupakan cendawan simbiotik
obligat yang termasuk ke dalam kelas Zygomycetes dan ordo Glomalaes. Peranan dalam Bidang
Pertanian sebagai bioprotector, tahan kekeringan dan penyerapan unsur hara
Teknik produksi inokulan terbagi dua yaitu identifiksi spesies fma berdasarkan karakter
spora, arsitektur dari dinding spora, morfologi hifa (pot – culture propagation, dan propagasi
secara in vitro dengan kultur organ akar) dan tahapan pembibitan (pembibitan vegetatif dan
generative)
15. 15 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Ali, G.M., E.F. Husin, N. Hakim dan Kusli, 1997. Pemberian mikoriza vesicular asbuskular untuk
meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat tanaman padi gogo pada tanah Ultisols dengan perunut
32P. p. 597-605 dalam Subagyo et al (Eds). Prosiding Kongres Nasional VI HITI, Jakarta, 12-15
Desmber 1995.
Imas, T., R.S. Hadioetomo, A.W. Gunawan dan Y. Setiadi, 1989. Mikrobiologi Tanah II.
Depdikbud Ditjen Dikti, Pusat Antar Universitas Bioteknologi, IPB.
http://library.usu.ac.id/download/fp/hutan-delvian2.pdf
http://bdpunib.org/jipi/artikeljipi/edkhus2/371.pdf
http://www.pustaka-deptan.go.id/inovasi/kl07104.pdf
http://www.docstoc.com/docs/22705323/Pemanfaatan-Cendawan-Mikroza-Arbuskula-Untuk-
Memacu-Pertumbuhan
http://www.dephut.go.id/files/Erdy.pdf