SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH
ENDOMIKORIZA (Fungi Mycoriza Arbuskular)
Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Mikrobiologi dan Bioteknologi Pertanian II
Semester Genap Tahun 2010
Kelompok 7
Putri Eka Risti (150110080080)
Amalia Purdianty (150110080122)
Raden Bondan E B (150110080162)
Herdian Satrya (150110080205)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI F
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2 | P a g e
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Keberadaan fungi atau cendawan sangat berlimpah dan mempunyai peranan yang sangat
penting di alam termasuk dalam bidang pertanian.Pemanfaatan mikoriza merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produktivitas lahan kritis. Mikoriza ialah
simbiosis mutualistik antara cendawan dengan akar tumbuhan (Brundrett, 1996). Dalam simbiosis
mikoriza, cendawan mendapatkan unsur karbon dari tumbuhan, sedangkan tumbuhan
mendapatkan air dan mineral dari cendawan, terutama fosfat.Cendawan mikoriza termasuk ke
dalam filum Zigomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota. Umumya mikoriza dibedakan dalam
tiga kelompok, yaitu: endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada jenis tanaman
pertanian), ektomikoriza (pada jenis tanaman kehutanan), dan ektendomikoriza (Harley and
Smith, 1983).
Endomikoriza merupakan jamur yang masuk ke dalam sel korteks dari akar serabut
(feeder roots), tidak membentuk selubung yang padat dan akar yang terinfeksi tidak membesar
serta membentuk vesikula (struktur khas berbentuk oval) dan arbuskular (system percabangan
hifa) yang besar di dalam sel korteks, sehingga sering disebut VAM (Vesicular-Arbuscular
Miccorhizal), sebagai contoh jenis Globus dan Acaulospora (Thorn 1997). Selain itu
Endomikoriza adalah jamur mikoriza yang bagian-bagian pentingnya berada dalam jaringan akar.
Umumnya endomikoriza dapat digunakan untuk tanaman budidaya semusim dan
ektomikoriza untuk tanaman budidaya tahunan. Walaupun begitu tidak menutup kemungkinan
untuk menggunakan keduanya secara berkebalikan.
3 | P a g e
a. Arbuskula
i. Merupakan hifa bercabang halus yang dibentuk oleh percabangan dikotomi yang
berulang-ulang.
ii. Bentuk menyerupai pohon dari dalam sel inang (Pattimahu, 2004).
iii. Arbuskula dewasa terletak dekat pada sumber unit kolonisasi tersebut
iv. Struktur ini mulai terbentuk 2-3 hari setelah infeksi, diawali dengan penetrasi
cabang hifa lateral yang dibentuk oleh hifa ekstraseluler dan intraseluler ke
dalam dinding sel inang.
v. Arbuskula dengan cepat mengalami desintegrasi atau terjadi lisis/pecah dan
membebaskan P ke tanaman inang.
vi. Luas permukaan arbuskula aktif secara metabolik per meter akar berkurang
dengan waktu, sedangkan hifa mempunyai area permukaan lebih besar sesudah
63 hari setelah tanam (Smith dan Smith, 1995).
vii. Struktur yang bersifat labil di dalam akar tanaman. Sifat kelabilan tersebut sangat
tergantung pada metabolisme tanaman, bahan makanan dan intensitas radiasi
matahari (mosse, 1981; Brundrett, 2003).
viii. Pembentukan struktur tersebut dipengaruhi jenis tanaman, umur tanaman, dan
morfologi akar tanaman (Dickson dkk, 1999).
4 | P a g e
Anatomical structure of a Pedicularis palustris haustorium (cross section)
attacking a host root (longitudinal).
b. Vesikel
i. Terbentuk dari pembengkakan hifa internal secara terminal dan interkalar,
ii. Berbentuk bulat telur, dan berisi banyak senyawa lemak
iii. Sebagai organ penyimpanan cadangan makanan.
iv. Sebagai organ reproduksi dan struktur tahan , ketika berkembang menjadi
klamidospora.
v. Saat kondisi tertentu berperan sebagai spora atau alat untuk mempertahankan
kehidupan cendawan.
vi. Pembentukan vesikel diawali dengan adanya perkembangan sitoplasma, hifa
yang menjadi lebih padat, multinukleat dan mengandung partikel lipid dan
glikogen. Sitoplasma menjadi semakin padat melalui proses kondensasi, dan
organel semakin sulit untuk dibedakan sejalan dengan akumulasi lipid selama
maturasi (proses pendewasaan).
5 | P a g e
vii. Vesikel biasanya dibentuk lebih banyak di luar jaringan korteks pada daerah
infeksi yang sudah tua, dan terbentuk setelah pembentukan arbuskul. Jika suplai
metabolik dari tanaman inang berkurang, cadangan makanan itu akan digunakan
oleh cendawan sehingga vesikua mengalami degenerasi. Pada ordo Glomales
tidka semua genus memiliki vesikula.
viii. Gigaspora dan Scutellospora adalah dua genus yang tidak membentuk vesikula di
dalam akar. Oleh karena itu, ada dua pendapat yaitu ada yang menyebut
cendawan mikoriza vesikulaarbuskula dan ada pla yang menggunakan istilah
FMA . Nama vesikula-arbuskula tampaknya berdasrkan karakteristik struktur
arbuskula yang terdapat di dalam sel-sel korteks dan vesikula yang terdapat di
dalam atau di antara sel-sel korteks akar tanaman (Brundrett, 2003).
c. Spora dan Hifa Ekternal
i. Terbentuk pada ujung hifa ekternal
ii. Dibentuk secara tunggal, berkelompok atau di dalam sporokarp tergantung
pada jenis cendawannya.
iii. Perkecambahan spora sangat sensitif tergantung kandungan logam berat di
dalam tanah dan juga kandungan Al. kandungan Mn juga mempengaruhi
pertumbuhan miselium
iv. Distribusi hifa eksternal ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan abiotik dan
biotik seperti sifat kimia, fisika tanah, kandungan bahan norganik , mikroflora
dan mikrofauna (Sylvia, 1990).
1. Mekanisme FMA dengan akar tanaman
6 | P a g e
Menurut Bonfante dan Bianciotto (1995) , fase kontak dan proses
infeksi FMA dengan akar tanaman sebagai berikut. Pada keadaan tidak ada
tanaman inang, hifa yang terbentuk dari spora sebelum simbiosis
(presimbiotik) berhenti tumbuh dan akhirnya mati. Adanya akar tanaman
inang, jamur melalui hifanya akan kontak dengan tanaman inang dan mulai
proses simbiotik.
Fase kontak dimulai dengan kejadian seperti pertentangan
pertumbuhan jamur dengan akar tanaman, pola percabangan akar baru, dan
pada akhirnya terbentuk apresorium. Apresorium merupakan struktur penting
dalam siklus hidup FMA . Hal ini diinterpretasikan sebagai kejadian kunci
bagi pengenalan interaksi yang berhasil dengan bakal calon tanaman inang.
Fase kontak akan diikuti dengan fase simbiotik.
Sejak fase itu, jamur menyempurnakan proses morfogenesis
kompleks dengan memproduksi hifa interseluler dan intraseluler, vesikula,
dan arbuskula. Aspek morfologi fase itu secara luas dapat dilacak dengan
amenggunakan kombinasi mikroskop sinar dan elektron.
Selanjutnya menurut Linderman (1996), hifa jamur mengisi korteks
akar, bercabang-cabang diantara sel-sel dan titik penetrasinya. Bentuk yang
khusus pada jamur adalah struktur seperti “haustorium) (arbuskula atau
kumparan hifa) di dalam sel korteks, dipisahkan dari sitoplasma inang oleh
membran sel inang dan dinding sel jamur
a. Spora CMA berkecambah dan menginfeksi akar tanaman.
b. Dalam jaringan akar, FMA ini tumbuh dan berkembang
membentuk hifa-hifa yang panjang dan bercabang yang
memiliki jangkauan lebih luas dibandingkan akar tanaman.
c. Hifa FMA tersebut yang berperan dalam penyerapan
unsure hara bagi tanaman.
B. Fungsi
Kemampuan untuk menyerap unsur hara baik makro maupun mikro. Akar yang mempunyai
mikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagi tanaman.
Hifa eksternal pada mikoriza dapat menyerap unsur fosfat dari dalam tanah, dan segera diubah
menjadi senyawa polifosfat.
C. Klasifikasi
7 | P a g e
FMA bersimbiosis dengan akar tanaman, serta merupakan cendawan simbiotik obligat yang
termasuk ke dalam kelas Zygomycetes dan ordo Glomalaes. Glomales mencakup dua sub ordo
yaitu Glomineae dan Gigasporineae. Sub ordo Glomineae terdiri dari dua famili yaitu Glomaceae
dengan genus Glomus dan Sclerosystis, dan Acaulosporaceae dengan genus Acaulospora dan
Entrophospora. Sub ordo Gigasporineae terdiri atas satu famili, yaitu Gigasporaceae dengan
genus Gigaspora dan Scutellospora (Smith dan Read, 1997). Cendawan itu bersimbiosis dengan
tanaman yang termasuk ke dalam divisio Angiospermae, Gymnoaspermae, Bryophyta dan
Pteridophyta.
8 | P a g e
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Peranan dalam Bidang Pertanian
a. Bioprotector
Secara umum berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan
patogen tular tanah serta membantu pertumbuhana tanaman di tanah yang tercemar
logam berat seperti lahan bekas tambang (bioremidiator) (Linderman, 1996; Setiadi,
2000). Meningkatkan ketahanan tumbuhan terhadap infeksi patogen dan parasit akar
disebabkan oleh kemampuan FMA memproduksi antibiotika untuk mencegah
patogen tanah (Quimet dkk, 1996).
Pengaruh Mikoriza terhadap tanaman
o Tanaman yang berasosiasi dengan FMA akan mengalami
perubahan dalam morfologi dan fisiologi untuk menahan
serangan patogen akar. Salah satu prosesnya disebut lignifikasi.
o Lignifikasi dinding sel tanaman inang akan menghambat
serangan patogen akar dan perubahan secara fisiologis pada
tanaman yang bermikoriza meningkatkan konsentrasi P dan K
serta hara lain sehingga akan menurunkan kepekaan tanaman
terhadap serangan hama dan penyakit. Pada tanaman yang
bermikoriza, mengandung isoflavonoid lebih tinggi sehingga
tanaman lebih tahan terhadap serangan karena senyawa tersebut
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen tanah.
Endomikoriza Anggrek dan Atsiri
o Hifa simbion yang menembus sel dan asosiasinya dengan
sitoplasma.
o Jamur endomikoriza mengandung enzim yang dapat
menghancurkan selulose dinding sel. (Krupa dan Fries (1971))
akar yang bermikoriza dapat memproduksi bahan atsiri yang
bersifat fungistatik lebih banyak dibanding dengan akar yang
tidak bermikoriza. Bila terdapat dalam jumlah cukup banyak
dapat membatasi perkembangan jamur ektomikoriza hingga
keadaan simbiotik terjadi. Dengan demikian bahan atsiri dan
9 | P a g e
bukan atsiri dapat menahan patogen dalam akar, sedang bahan
atsiri dapat menahan patogen di dalam rhizosfer.
b. Tahan Kekeringan
i. Resistensi akar terhadap gerakan air menurun sehingga transport air ke akar
meningkat
ii. Unsur P meningkat sehinnga daya tahan tanaman terhadap kekeringan
meningkat. Tanaman dengan kekurangan P biasanya peka terhadap
kekeringan.
iii. Hifa eksternal cendawan berfungsi menjangkau air jauh ke dalam tanah
sehingga tanaman dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan (Auge, 2001). Selain itu menyebabkan FMA efektif dalam
mengagregasi butir tanah sehingga kemampuan tanah menyimpan air
bertambah.
c. Penyerapan Unsur Hara
i. Unsur hara yang diserap tanaman yang terinfeksi FMA terutama P, yang
diperlukan tanaman dalam jumlah relatif banyak, tetapi ketersediaannya pada
tanah-tanah masam menjadi terbatas sehingga salah satu faktor pembatas
dalam meningkatkan produktivitas tanaman. Unsur mikro lainnya seperti Cu,
Zn, dan B dapat ditingkatkan penyerapannya pada tanaman yang berasosiasi
dengan mikoriza (Marschner, 1992 ; David dan Nilsen, 2000).
ii. FMA sebagai pengefisienan pupuk anorganik
(Quimet dkk (1996)) mengungkapkan bahwa akar yang terinfeksi mikoriza
mampu menigkatkan penyerapan NH4 + dan NO3- serta Mg. Ruiz – Lozano
10 | P a g e
, dkk (1995) menyatakan FMA meningkatkan ketahanan tanaman pada
kondisi kahat air melalui peningkatan penyerapan hara, transpirasi daun dan
efisiensi penggunaan air sehingga terjadi penurunan nisbah akar terhadap
pupuk. Hal ini menunjukkan fotosintesis tanaman meningkat dan fotosintat
lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan pupuk. Kemampuan FMA
disebut juga alat biologis pengefisienan pupuk anorganik.
B. Teknik Produksi Inokulan
A. Identifiksi Spesies FMA berdasarkan karakter spora, arsitektur dari dinding spora,
morfologi hifa.
1. Pot – Culture Propagation. Tidak seperti halnya jamur saprofitik, produksi dalam
skala besar dari FMA inokulum, mengingat status simbiotiknya yang obligat,
memerlukan kontrol dan optimisasi baik pada pertumbuhan inang dan perkembangan
jamur. Ukuran mikroskopis dari FMA, bersama dengan proses identifikasi kompleks
juga berkontribusi pada kesukaran propagasi inokulum. Tahapannya meliputi :
a. Isolasi dari strain kultur murni FMA . Strains kultur murni dapat diperoleh
dari spora yang berkecambah dan kolonisasi akar pada tanaman inang.
Strains FMA dapat juga dikembangkan dari segmen kolonisasi akar yang
diisolasi langsung dari tanaman yang ada di lapangan. Masalah yang
ditemukan pada FMA adalah spora dapat dengan mudah menjadi dormansi
dan angka perkecambahan menurun secara drastis. Perlakuan temperatur
dingin dapat digunakan untuk memecahkan dormansi.
b. Memilih tanaman inang. Kriteria yang sangat penting diperlukan dalam
memilih tanaman inang yang berpotensi untuk bersimbiosis dengan mikoriza
(diantaranya kapasitasnya dalam berkoloni dengan strains FMA dan
meningkatkan pertumbuhannya dan sporulasi nya), toleran untuk tumbuh
dibawah kondisi chamber dan greenhouse dan sistem perakaran intensif
dibuat dari solid tetapi juga akar yang non lignifikasi (non-lignified root).
c. Kondisi pertumbuhan yang optimum. Pasteurisais, penguapan atau iradiasi
substrat pertumbuhan diperlukan untuk menghindari kontaminasi kultur yang
dapat berpengaruh pada kualitas inokulum. Substrat dengan aerasi baik
direkomendasikan, seperti tekstur tanah berpasir yang kasar dicampur dengan
vermiculite atau perlite atau Turface. Nutrisi mineral yang tidak mencukupi
akan berpengaruh pada perkembangan jamur. Taraf P optimum yang
bervariasi dengan tanaman inang dan kultivasi strains jamur dan kelebihan
11 | P a g e
ketersediaan P dapat menghambat propagasi FMA. Kalium, nitrogen,
magnesium dan rasio mikro elemen lainnya dapat berpenagruh pada
perkembanagan inokulum, terutama ketika substrat pertumbuhan lamban
digunakan dan pemupukan tanaman dilakukan secara buatan. Faktor edafik
lainnya seperti pH, temperature tanah intensitas cahaya, kelembaban relatif
dan aerasi lingkungan juga harus dikontrol untuk mengoptimalkan propagasi
FMA.
Propagation cycle of FMA. a. Spores of (i) Gigaspora, (ii) Glomus,
(iii)Entrophospora, and (iv) Acaulospora; b. germinating spore; c. hyphal
network and spores; d. hypha and spores around root; e. hyphal penetration
inside root; f. intracellular arbuscules; g. intraradical vesicles; h. colonized
plant.
2. Propagasi secara In Vitro dengan kultur organ akar.
Kultur Organ akar berisi penghilangan akar yang berkembang biak di bawah kondisi
axenic pada media hara sintetik (gambar 2d) yang berisi suplemen dengan vitamin,
mineral, dan karbohidrat. Kultur selanjutnya dari kultur akar yang vigor melalui
transformasi akar oleh bakteri Agrobacterium rhizogenesi Conn. Beberapa spesies
dans trains telah berhasil dipropagasi secara in vitro dengan media pertumbuhan
sintetik dan kondisi pertumbuhan yang bervariasi, dan dicobakan dengan pembagian
solid dan liquid vessel. Spesifik strains tunggal tersedia dapat digunakan secara
langsung sebagai strating bahan untuk skala besar produksi inokulum. Satu petridish
12 | P a g e
cukup untuk mengembangbiakan seribu spora dan bermeter-meter hifa dalam 4
bulan.
In vitro propagation. a. Isolated spores; b. germinating colonized root segment; c.
carrot root in culture; d. FMA root-organ culture; e. closer view of an FMA root-
organ culture.
B. Tahapan Pembibitan
1. Pembibitan Vegetatif
CMA diberikan pada saat pemindahan bibit dari tahap perakaran
ke tahap aklimatisasi (ke polybag atau polytube). CMA sebanyak 2-5
gr dimasukkan ke dalam lubang penanaman bibit. Untuk produksi bibit
dalam skala besar aplikasi pemberian CMA ini dapat dicampur secara
merata ke media bibit, sehingga akan efisien waktu, biaya dan tenaga.
13 | P a g e
2. Pembibitan generative
Pemberian CMA dapat diberikan dalam tiga cara tergantung
kepada besar kecilnya benih dan kuantitas produksi bibit :
Sistem lapisan : cara ini sangat cocok untuk biji-bijian yang
berukuran kecil. Pada bak perkecambahan, pada lapisan paling
bawah diisi dengan media perkecambahan setebal 10 cm,
kemudian dilapisi dengan inokulan CMA setebal 0,5-1,0 cm
dan dilapisi lagi dengan media perkecambahan setebal 0,5 cm.
Biji-biji yang akan dikecambahkan ditabur pada lapisan atas
secar merata, kemudian ditutup dengan media perkecambahan
setebal 0,5 cm.
Sistem campur (molen) : Cara ini sangat cocok untuk produksi
bibit dalam skala besar seperti hutan tanaman Acacia mangium
atau Acacia crassicarpa yang ada di Sumatera dan Kalimantan.
14 | P a g e
BAB 3
KESIMPULAN
Endomikoriza merupakan jamur yang masuk ke dalam sel korteks dari akar serabut
(feeder roots), tidak membentuk selubung yang padat dan akar yang terinfeksi tidak membesar
serta membentuk vesikula dan arbuskular yang besar di dalam sel korteks, sehingga sering
disebut dengan VAM (Vesicular-Arbuscular Miccorhizal)
Kemampuan untuk menyerap unsur hara baik makro maupun mikro. Akar yang
mempunyai mikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia
bagi tanaman. FMA bersimbiosis dengan akar tanaman, serta merupakan cendawan simbiotik
obligat yang termasuk ke dalam kelas Zygomycetes dan ordo Glomalaes. Peranan dalam Bidang
Pertanian sebagai bioprotector, tahan kekeringan dan penyerapan unsur hara
Teknik produksi inokulan terbagi dua yaitu identifiksi spesies fma berdasarkan karakter
spora, arsitektur dari dinding spora, morfologi hifa (pot – culture propagation, dan propagasi
secara in vitro dengan kultur organ akar) dan tahapan pembibitan (pembibitan vegetatif dan
generative)
15 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Ali, G.M., E.F. Husin, N. Hakim dan Kusli, 1997. Pemberian mikoriza vesicular asbuskular untuk
meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat tanaman padi gogo pada tanah Ultisols dengan perunut
32P. p. 597-605 dalam Subagyo et al (Eds). Prosiding Kongres Nasional VI HITI, Jakarta, 12-15
Desmber 1995.
Imas, T., R.S. Hadioetomo, A.W. Gunawan dan Y. Setiadi, 1989. Mikrobiologi Tanah II.
Depdikbud Ditjen Dikti, Pusat Antar Universitas Bioteknologi, IPB.
http://library.usu.ac.id/download/fp/hutan-delvian2.pdf
http://bdpunib.org/jipi/artikeljipi/edkhus2/371.pdf
http://www.pustaka-deptan.go.id/inovasi/kl07104.pdf
http://www.docstoc.com/docs/22705323/Pemanfaatan-Cendawan-Mikroza-Arbuskula-Untuk-
Memacu-Pertumbuhan
http://www.dephut.go.id/files/Erdy.pdf

More Related Content

What's hot

Materi Biosfer BAB 1 kelas XI IPS
Materi Biosfer BAB 1 kelas XI IPSMateri Biosfer BAB 1 kelas XI IPS
Materi Biosfer BAB 1 kelas XI IPSAdam Maulana Aji
 
Hama dan penyakit karet
Hama dan penyakit karetHama dan penyakit karet
Hama dan penyakit karetIlham Johari
 
Syaratan Tumbuh Tanaman Hortikultura
Syaratan Tumbuh Tanaman HortikulturaSyaratan Tumbuh Tanaman Hortikultura
Syaratan Tumbuh Tanaman HortikulturaRozi Aziz
 
Pengolahan tanah terpadu
Pengolahan tanah terpaduPengolahan tanah terpadu
Pengolahan tanah terpaduBima Andika
 
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRI
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRIPERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRI
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRIPuan Habibah
 
Jamur penyebab antraknosa pada mangga
Jamur penyebab antraknosa pada manggaJamur penyebab antraknosa pada mangga
Jamur penyebab antraknosa pada manggaEla Afellay
 
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi TanamanPeranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanamanita wahyu
 
Sistem pertanian terpadu
Sistem pertanian terpaduSistem pertanian terpadu
Sistem pertanian terpaduIeke Ayu
 
Laporan praktikum manajemen agroekosistem
Laporan praktikum manajemen agroekosistemLaporan praktikum manajemen agroekosistem
Laporan praktikum manajemen agroekosistemfahmiganteng
 
KONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIRKONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIREDIS BLOG
 
Persemaian tanaman
Persemaian tanamanPersemaian tanaman
Persemaian tanamanAli Babang
 
Bab iii metode pengelolaan tanah
Bab iii metode pengelolaan tanahBab iii metode pengelolaan tanah
Bab iii metode pengelolaan tanahAndrew Hutabarat
 
Teknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomatTeknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomatYosep Setiawan
 
Laporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benihLaporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benihTidar University
 
7. introduksi jenis tanaman
7. introduksi jenis tanaman7. introduksi jenis tanaman
7. introduksi jenis tanamanGusroni Wibowo
 

What's hot (20)

Materi Biosfer BAB 1 kelas XI IPS
Materi Biosfer BAB 1 kelas XI IPSMateri Biosfer BAB 1 kelas XI IPS
Materi Biosfer BAB 1 kelas XI IPS
 
Hama dan penyakit karet
Hama dan penyakit karetHama dan penyakit karet
Hama dan penyakit karet
 
Nature vs agroeco
Nature vs agroecoNature vs agroeco
Nature vs agroeco
 
Syaratan Tumbuh Tanaman Hortikultura
Syaratan Tumbuh Tanaman HortikulturaSyaratan Tumbuh Tanaman Hortikultura
Syaratan Tumbuh Tanaman Hortikultura
 
Pengolahan tanah terpadu
Pengolahan tanah terpaduPengolahan tanah terpadu
Pengolahan tanah terpadu
 
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRI
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRIPERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRI
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRI
 
Jamur penyebab antraknosa pada mangga
Jamur penyebab antraknosa pada manggaJamur penyebab antraknosa pada mangga
Jamur penyebab antraknosa pada mangga
 
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi TanamanPeranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
 
Sistem pertanian terpadu
Sistem pertanian terpaduSistem pertanian terpadu
Sistem pertanian terpadu
 
Makalah sayur bayam
Makalah sayur bayamMakalah sayur bayam
Makalah sayur bayam
 
Laporan praktikum manajemen agroekosistem
Laporan praktikum manajemen agroekosistemLaporan praktikum manajemen agroekosistem
Laporan praktikum manajemen agroekosistem
 
Kalium
KaliumKalium
Kalium
 
KONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIRKONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIR
 
Persemaian tanaman
Persemaian tanamanPersemaian tanaman
Persemaian tanaman
 
12 irigasi tetes
12   irigasi tetes12   irigasi tetes
12 irigasi tetes
 
Bab iii metode pengelolaan tanah
Bab iii metode pengelolaan tanahBab iii metode pengelolaan tanah
Bab iii metode pengelolaan tanah
 
Teknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomatTeknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomat
 
Laporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benihLaporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benih
 
7. introduksi jenis tanaman
7. introduksi jenis tanaman7. introduksi jenis tanaman
7. introduksi jenis tanaman
 
Makalah jambu mete di kabupaten muna
Makalah jambu mete di kabupaten munaMakalah jambu mete di kabupaten muna
Makalah jambu mete di kabupaten muna
 

Viewers also liked

Viewers also liked (8)

Basidio
BasidioBasidio
Basidio
 
Distributor mukomuko pupuk npk caping tani
Distributor mukomuko pupuk npk caping taniDistributor mukomuko pupuk npk caping tani
Distributor mukomuko pupuk npk caping tani
 
Isolasi dan morfologi koloni bakteri
Isolasi  dan  morfologi koloni bakteriIsolasi  dan  morfologi koloni bakteri
Isolasi dan morfologi koloni bakteri
 
EKTODERM DAN ENDODERM
EKTODERM DAN ENDODERMEKTODERM DAN ENDODERM
EKTODERM DAN ENDODERM
 
PROPOSAL BISNIS
PROPOSAL BISNISPROPOSAL BISNIS
PROPOSAL BISNIS
 
Konsep Mikologi: Fungi
Konsep Mikologi: FungiKonsep Mikologi: Fungi
Konsep Mikologi: Fungi
 
Hormon kelenjar adrenalin
Hormon kelenjar adrenalinHormon kelenjar adrenalin
Hormon kelenjar adrenalin
 
Laporan hasil pengamatan jamur mikroskopis
Laporan hasil pengamatan jamur mikroskopisLaporan hasil pengamatan jamur mikroskopis
Laporan hasil pengamatan jamur mikroskopis
 

Similar to Makalah_29 Makalah fma kel 7 biotek 2 t.1

Mikrobiologi_pertanian_rtf.ppt
Mikrobiologi_pertanian_rtf.pptMikrobiologi_pertanian_rtf.ppt
Mikrobiologi_pertanian_rtf.pptLenniFitri1
 
Mikologi ppt
Mikologi pptMikologi ppt
Mikologi ppttochi run
 
Jamurbiologi.pptx
Jamurbiologi.pptxJamurbiologi.pptx
Jamurbiologi.pptxalfahri9
 
Biologi jamur : klasifikasi, karakter, dan fungsi jamur. istik, .pptx
Biologi jamur  : klasifikasi, karakter, dan fungsi jamur. istik,   .pptxBiologi jamur  : klasifikasi, karakter, dan fungsi jamur. istik,   .pptx
Biologi jamur : klasifikasi, karakter, dan fungsi jamur. istik, .pptxvinm2245
 
BAHAN BACAAN BAB 3-2 Fungi.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-2 Fungi.pdfBAHAN BACAAN BAB 3-2 Fungi.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-2 Fungi.pdfWan Na
 
BAHAN BACAAN BAB 3-2 Fungi.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-2 Fungi.pdfBAHAN BACAAN BAB 3-2 Fungi.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-2 Fungi.pdfWan Na
 
Ringkasan biology semester 1
Ringkasan biology semester 1Ringkasan biology semester 1
Ringkasan biology semester 1Hulwatun Nissa
 
Fungippt
FungipptFungippt
Fungipptthali74
 
Laporan Praktikum Dasar Perlindungan Hutan
Laporan Praktikum Dasar Perlindungan HutanLaporan Praktikum Dasar Perlindungan Hutan
Laporan Praktikum Dasar Perlindungan HutanPasyaman_07
 
Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)
Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)
Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)itatriewahyuni
 
Pengaruh Biosis Terhadap Tumbuhan Dan Hasil tanaman
Pengaruh Biosis Terhadap Tumbuhan Dan Hasil tanamanPengaruh Biosis Terhadap Tumbuhan Dan Hasil tanaman
Pengaruh Biosis Terhadap Tumbuhan Dan Hasil tanamanLeman Shah Mizatie
 
Biologi tanah(ptpsp)
Biologi tanah(ptpsp)Biologi tanah(ptpsp)
Biologi tanah(ptpsp)annisaroshi
 
Simbiosis fungi
Simbiosis fungiSimbiosis fungi
Simbiosis fungifrezki123
 
Basidiomycota.pptx
Basidiomycota.pptxBasidiomycota.pptx
Basidiomycota.pptxmaulidinapk
 

Similar to Makalah_29 Makalah fma kel 7 biotek 2 t.1 (20)

Mikrobiologi_pertanian_rtf.ppt
Mikrobiologi_pertanian_rtf.pptMikrobiologi_pertanian_rtf.ppt
Mikrobiologi_pertanian_rtf.ppt
 
Presentasi fungi
Presentasi fungiPresentasi fungi
Presentasi fungi
 
Mikologi ppt
Mikologi pptMikologi ppt
Mikologi ppt
 
Jamurbiologi.pptx
Jamurbiologi.pptxJamurbiologi.pptx
Jamurbiologi.pptx
 
Biologi jamur : klasifikasi, karakter, dan fungsi jamur. istik, .pptx
Biologi jamur  : klasifikasi, karakter, dan fungsi jamur. istik,   .pptxBiologi jamur  : klasifikasi, karakter, dan fungsi jamur. istik,   .pptx
Biologi jamur : klasifikasi, karakter, dan fungsi jamur. istik, .pptx
 
Mikr3
Mikr3Mikr3
Mikr3
 
Bakteri dan fungi
Bakteri dan fungiBakteri dan fungi
Bakteri dan fungi
 
BAHAN BACAAN BAB 3-2 Fungi.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-2 Fungi.pdfBAHAN BACAAN BAB 3-2 Fungi.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-2 Fungi.pdf
 
BAHAN BACAAN BAB 3-2 Fungi.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-2 Fungi.pdfBAHAN BACAAN BAB 3-2 Fungi.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-2 Fungi.pdf
 
Ringkasan biology semester 1
Ringkasan biology semester 1Ringkasan biology semester 1
Ringkasan biology semester 1
 
Fungi by POSLEN SIMBOLON, SPd
Fungi by POSLEN SIMBOLON, SPdFungi by POSLEN SIMBOLON, SPd
Fungi by POSLEN SIMBOLON, SPd
 
Fungippt
FungipptFungippt
Fungippt
 
Laporan Praktikum Dasar Perlindungan Hutan
Laporan Praktikum Dasar Perlindungan HutanLaporan Praktikum Dasar Perlindungan Hutan
Laporan Praktikum Dasar Perlindungan Hutan
 
Fauna Tanah.pptx
Fauna Tanah.pptxFauna Tanah.pptx
Fauna Tanah.pptx
 
Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)
Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)
Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)
 
Pengaruh Biosis Terhadap Tumbuhan Dan Hasil tanaman
Pengaruh Biosis Terhadap Tumbuhan Dan Hasil tanamanPengaruh Biosis Terhadap Tumbuhan Dan Hasil tanaman
Pengaruh Biosis Terhadap Tumbuhan Dan Hasil tanaman
 
Biologi tanah(ptpsp)
Biologi tanah(ptpsp)Biologi tanah(ptpsp)
Biologi tanah(ptpsp)
 
Simbiosis fungi
Simbiosis fungiSimbiosis fungi
Simbiosis fungi
 
Mikroganismes
MikroganismesMikroganismes
Mikroganismes
 
Basidiomycota.pptx
Basidiomycota.pptxBasidiomycota.pptx
Basidiomycota.pptx
 

More from Bondan the Planter of Palm Oil

Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 5
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   5Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   5
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 5Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 4
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   4Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   4
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 4Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 3
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   3Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   3
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 3Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 2
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   2Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   2
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 2Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environmentRingkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environmentBondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 46)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 46)Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 46)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 46)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 45)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 45)Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 45)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 45)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan (bagian 44)
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan  (bagian 44)Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan  (bagian 44)
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan (bagian 44)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii (bagian 43)
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii  (bagian 43)Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii  (bagian 43)
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii (bagian 43)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)Bondan the Planter of Palm Oil
 

More from Bondan the Planter of Palm Oil (20)

Struktur Divisi Perkebunan Kelapa Sawit.pptx
Struktur Divisi Perkebunan Kelapa Sawit.pptxStruktur Divisi Perkebunan Kelapa Sawit.pptx
Struktur Divisi Perkebunan Kelapa Sawit.pptx
 
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
 
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 5
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   5Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   5
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 5
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 4
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   4Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   4
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 4
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 3
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   3Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   3
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 3
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 2
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   2Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   2
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 2
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environmentRingkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 46)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 46)Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 46)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 46)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 45)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 45)Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 45)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 45)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan (bagian 44)
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan  (bagian 44)Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan  (bagian 44)
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan (bagian 44)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii (bagian 43)
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii  (bagian 43)Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii  (bagian 43)
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii (bagian 43)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
 

Recently uploaded

Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawassuprihatin1885
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdferlita3
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIgloriosaesy
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfNurSriWidyastuti1
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxKurnia Fajar
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..widyakusuma99
 
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptxBUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptxDWIHANDOYOPUTRO2
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER MULYADI.A S.Pd.,M.Pd.pdf
LAPORAN EKSTRAKURIKULER MULYADI.A S.Pd.,M.Pd.pdfLAPORAN EKSTRAKURIKULER MULYADI.A S.Pd.,M.Pd.pdf
LAPORAN EKSTRAKURIKULER MULYADI.A S.Pd.,M.Pd.pdfpkbmattariqpaud
 
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptxSolusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptxAgungRomadhon3
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxEkoPutuKromo
 
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptxPresentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptxDWIHANDOYOPUTRO2
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...AgusRahmat39
 
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.pptperumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.pptAryLisawaty
 
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisaiKonflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisaimuhammadmasyhuri9
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxkinayaptr30
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comFathan Emran
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaagusmulyadi08
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptDedi Dwitagama
 

Recently uploaded (20)

Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptxBUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER MULYADI.A S.Pd.,M.Pd.pdf
LAPORAN EKSTRAKURIKULER MULYADI.A S.Pd.,M.Pd.pdfLAPORAN EKSTRAKURIKULER MULYADI.A S.Pd.,M.Pd.pdf
LAPORAN EKSTRAKURIKULER MULYADI.A S.Pd.,M.Pd.pdf
 
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptxSolusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptxPresentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.pptperumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
 
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisaiKonflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 

Makalah_29 Makalah fma kel 7 biotek 2 t.1

  • 1. MAKALAH ENDOMIKORIZA (Fungi Mycoriza Arbuskular) Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Mikrobiologi dan Bioteknologi Pertanian II Semester Genap Tahun 2010 Kelompok 7 Putri Eka Risti (150110080080) Amalia Purdianty (150110080122) Raden Bondan E B (150110080162) Herdian Satrya (150110080205) PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI F FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR
  • 2. 2 | P a g e BAB 1 PENDAHULUAN A. Pengertian Keberadaan fungi atau cendawan sangat berlimpah dan mempunyai peranan yang sangat penting di alam termasuk dalam bidang pertanian.Pemanfaatan mikoriza merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produktivitas lahan kritis. Mikoriza ialah simbiosis mutualistik antara cendawan dengan akar tumbuhan (Brundrett, 1996). Dalam simbiosis mikoriza, cendawan mendapatkan unsur karbon dari tumbuhan, sedangkan tumbuhan mendapatkan air dan mineral dari cendawan, terutama fosfat.Cendawan mikoriza termasuk ke dalam filum Zigomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota. Umumya mikoriza dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu: endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada jenis tanaman pertanian), ektomikoriza (pada jenis tanaman kehutanan), dan ektendomikoriza (Harley and Smith, 1983). Endomikoriza merupakan jamur yang masuk ke dalam sel korteks dari akar serabut (feeder roots), tidak membentuk selubung yang padat dan akar yang terinfeksi tidak membesar serta membentuk vesikula (struktur khas berbentuk oval) dan arbuskular (system percabangan hifa) yang besar di dalam sel korteks, sehingga sering disebut VAM (Vesicular-Arbuscular Miccorhizal), sebagai contoh jenis Globus dan Acaulospora (Thorn 1997). Selain itu Endomikoriza adalah jamur mikoriza yang bagian-bagian pentingnya berada dalam jaringan akar. Umumnya endomikoriza dapat digunakan untuk tanaman budidaya semusim dan ektomikoriza untuk tanaman budidaya tahunan. Walaupun begitu tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan keduanya secara berkebalikan.
  • 3. 3 | P a g e a. Arbuskula i. Merupakan hifa bercabang halus yang dibentuk oleh percabangan dikotomi yang berulang-ulang. ii. Bentuk menyerupai pohon dari dalam sel inang (Pattimahu, 2004). iii. Arbuskula dewasa terletak dekat pada sumber unit kolonisasi tersebut iv. Struktur ini mulai terbentuk 2-3 hari setelah infeksi, diawali dengan penetrasi cabang hifa lateral yang dibentuk oleh hifa ekstraseluler dan intraseluler ke dalam dinding sel inang. v. Arbuskula dengan cepat mengalami desintegrasi atau terjadi lisis/pecah dan membebaskan P ke tanaman inang. vi. Luas permukaan arbuskula aktif secara metabolik per meter akar berkurang dengan waktu, sedangkan hifa mempunyai area permukaan lebih besar sesudah 63 hari setelah tanam (Smith dan Smith, 1995). vii. Struktur yang bersifat labil di dalam akar tanaman. Sifat kelabilan tersebut sangat tergantung pada metabolisme tanaman, bahan makanan dan intensitas radiasi matahari (mosse, 1981; Brundrett, 2003). viii. Pembentukan struktur tersebut dipengaruhi jenis tanaman, umur tanaman, dan morfologi akar tanaman (Dickson dkk, 1999).
  • 4. 4 | P a g e Anatomical structure of a Pedicularis palustris haustorium (cross section) attacking a host root (longitudinal). b. Vesikel i. Terbentuk dari pembengkakan hifa internal secara terminal dan interkalar, ii. Berbentuk bulat telur, dan berisi banyak senyawa lemak iii. Sebagai organ penyimpanan cadangan makanan. iv. Sebagai organ reproduksi dan struktur tahan , ketika berkembang menjadi klamidospora. v. Saat kondisi tertentu berperan sebagai spora atau alat untuk mempertahankan kehidupan cendawan. vi. Pembentukan vesikel diawali dengan adanya perkembangan sitoplasma, hifa yang menjadi lebih padat, multinukleat dan mengandung partikel lipid dan glikogen. Sitoplasma menjadi semakin padat melalui proses kondensasi, dan organel semakin sulit untuk dibedakan sejalan dengan akumulasi lipid selama maturasi (proses pendewasaan).
  • 5. 5 | P a g e vii. Vesikel biasanya dibentuk lebih banyak di luar jaringan korteks pada daerah infeksi yang sudah tua, dan terbentuk setelah pembentukan arbuskul. Jika suplai metabolik dari tanaman inang berkurang, cadangan makanan itu akan digunakan oleh cendawan sehingga vesikua mengalami degenerasi. Pada ordo Glomales tidka semua genus memiliki vesikula. viii. Gigaspora dan Scutellospora adalah dua genus yang tidak membentuk vesikula di dalam akar. Oleh karena itu, ada dua pendapat yaitu ada yang menyebut cendawan mikoriza vesikulaarbuskula dan ada pla yang menggunakan istilah FMA . Nama vesikula-arbuskula tampaknya berdasrkan karakteristik struktur arbuskula yang terdapat di dalam sel-sel korteks dan vesikula yang terdapat di dalam atau di antara sel-sel korteks akar tanaman (Brundrett, 2003). c. Spora dan Hifa Ekternal i. Terbentuk pada ujung hifa ekternal ii. Dibentuk secara tunggal, berkelompok atau di dalam sporokarp tergantung pada jenis cendawannya. iii. Perkecambahan spora sangat sensitif tergantung kandungan logam berat di dalam tanah dan juga kandungan Al. kandungan Mn juga mempengaruhi pertumbuhan miselium iv. Distribusi hifa eksternal ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan abiotik dan biotik seperti sifat kimia, fisika tanah, kandungan bahan norganik , mikroflora dan mikrofauna (Sylvia, 1990). 1. Mekanisme FMA dengan akar tanaman
  • 6. 6 | P a g e Menurut Bonfante dan Bianciotto (1995) , fase kontak dan proses infeksi FMA dengan akar tanaman sebagai berikut. Pada keadaan tidak ada tanaman inang, hifa yang terbentuk dari spora sebelum simbiosis (presimbiotik) berhenti tumbuh dan akhirnya mati. Adanya akar tanaman inang, jamur melalui hifanya akan kontak dengan tanaman inang dan mulai proses simbiotik. Fase kontak dimulai dengan kejadian seperti pertentangan pertumbuhan jamur dengan akar tanaman, pola percabangan akar baru, dan pada akhirnya terbentuk apresorium. Apresorium merupakan struktur penting dalam siklus hidup FMA . Hal ini diinterpretasikan sebagai kejadian kunci bagi pengenalan interaksi yang berhasil dengan bakal calon tanaman inang. Fase kontak akan diikuti dengan fase simbiotik. Sejak fase itu, jamur menyempurnakan proses morfogenesis kompleks dengan memproduksi hifa interseluler dan intraseluler, vesikula, dan arbuskula. Aspek morfologi fase itu secara luas dapat dilacak dengan amenggunakan kombinasi mikroskop sinar dan elektron. Selanjutnya menurut Linderman (1996), hifa jamur mengisi korteks akar, bercabang-cabang diantara sel-sel dan titik penetrasinya. Bentuk yang khusus pada jamur adalah struktur seperti “haustorium) (arbuskula atau kumparan hifa) di dalam sel korteks, dipisahkan dari sitoplasma inang oleh membran sel inang dan dinding sel jamur a. Spora CMA berkecambah dan menginfeksi akar tanaman. b. Dalam jaringan akar, FMA ini tumbuh dan berkembang membentuk hifa-hifa yang panjang dan bercabang yang memiliki jangkauan lebih luas dibandingkan akar tanaman. c. Hifa FMA tersebut yang berperan dalam penyerapan unsure hara bagi tanaman. B. Fungsi Kemampuan untuk menyerap unsur hara baik makro maupun mikro. Akar yang mempunyai mikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagi tanaman. Hifa eksternal pada mikoriza dapat menyerap unsur fosfat dari dalam tanah, dan segera diubah menjadi senyawa polifosfat. C. Klasifikasi
  • 7. 7 | P a g e FMA bersimbiosis dengan akar tanaman, serta merupakan cendawan simbiotik obligat yang termasuk ke dalam kelas Zygomycetes dan ordo Glomalaes. Glomales mencakup dua sub ordo yaitu Glomineae dan Gigasporineae. Sub ordo Glomineae terdiri dari dua famili yaitu Glomaceae dengan genus Glomus dan Sclerosystis, dan Acaulosporaceae dengan genus Acaulospora dan Entrophospora. Sub ordo Gigasporineae terdiri atas satu famili, yaitu Gigasporaceae dengan genus Gigaspora dan Scutellospora (Smith dan Read, 1997). Cendawan itu bersimbiosis dengan tanaman yang termasuk ke dalam divisio Angiospermae, Gymnoaspermae, Bryophyta dan Pteridophyta.
  • 8. 8 | P a g e BAB 2 PEMBAHASAN A. Peranan dalam Bidang Pertanian a. Bioprotector Secara umum berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan patogen tular tanah serta membantu pertumbuhana tanaman di tanah yang tercemar logam berat seperti lahan bekas tambang (bioremidiator) (Linderman, 1996; Setiadi, 2000). Meningkatkan ketahanan tumbuhan terhadap infeksi patogen dan parasit akar disebabkan oleh kemampuan FMA memproduksi antibiotika untuk mencegah patogen tanah (Quimet dkk, 1996). Pengaruh Mikoriza terhadap tanaman o Tanaman yang berasosiasi dengan FMA akan mengalami perubahan dalam morfologi dan fisiologi untuk menahan serangan patogen akar. Salah satu prosesnya disebut lignifikasi. o Lignifikasi dinding sel tanaman inang akan menghambat serangan patogen akar dan perubahan secara fisiologis pada tanaman yang bermikoriza meningkatkan konsentrasi P dan K serta hara lain sehingga akan menurunkan kepekaan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Pada tanaman yang bermikoriza, mengandung isoflavonoid lebih tinggi sehingga tanaman lebih tahan terhadap serangan karena senyawa tersebut dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen tanah. Endomikoriza Anggrek dan Atsiri o Hifa simbion yang menembus sel dan asosiasinya dengan sitoplasma. o Jamur endomikoriza mengandung enzim yang dapat menghancurkan selulose dinding sel. (Krupa dan Fries (1971)) akar yang bermikoriza dapat memproduksi bahan atsiri yang bersifat fungistatik lebih banyak dibanding dengan akar yang tidak bermikoriza. Bila terdapat dalam jumlah cukup banyak dapat membatasi perkembangan jamur ektomikoriza hingga keadaan simbiotik terjadi. Dengan demikian bahan atsiri dan
  • 9. 9 | P a g e bukan atsiri dapat menahan patogen dalam akar, sedang bahan atsiri dapat menahan patogen di dalam rhizosfer. b. Tahan Kekeringan i. Resistensi akar terhadap gerakan air menurun sehingga transport air ke akar meningkat ii. Unsur P meningkat sehinnga daya tahan tanaman terhadap kekeringan meningkat. Tanaman dengan kekurangan P biasanya peka terhadap kekeringan. iii. Hifa eksternal cendawan berfungsi menjangkau air jauh ke dalam tanah sehingga tanaman dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (Auge, 2001). Selain itu menyebabkan FMA efektif dalam mengagregasi butir tanah sehingga kemampuan tanah menyimpan air bertambah. c. Penyerapan Unsur Hara i. Unsur hara yang diserap tanaman yang terinfeksi FMA terutama P, yang diperlukan tanaman dalam jumlah relatif banyak, tetapi ketersediaannya pada tanah-tanah masam menjadi terbatas sehingga salah satu faktor pembatas dalam meningkatkan produktivitas tanaman. Unsur mikro lainnya seperti Cu, Zn, dan B dapat ditingkatkan penyerapannya pada tanaman yang berasosiasi dengan mikoriza (Marschner, 1992 ; David dan Nilsen, 2000). ii. FMA sebagai pengefisienan pupuk anorganik (Quimet dkk (1996)) mengungkapkan bahwa akar yang terinfeksi mikoriza mampu menigkatkan penyerapan NH4 + dan NO3- serta Mg. Ruiz – Lozano
  • 10. 10 | P a g e , dkk (1995) menyatakan FMA meningkatkan ketahanan tanaman pada kondisi kahat air melalui peningkatan penyerapan hara, transpirasi daun dan efisiensi penggunaan air sehingga terjadi penurunan nisbah akar terhadap pupuk. Hal ini menunjukkan fotosintesis tanaman meningkat dan fotosintat lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan pupuk. Kemampuan FMA disebut juga alat biologis pengefisienan pupuk anorganik. B. Teknik Produksi Inokulan A. Identifiksi Spesies FMA berdasarkan karakter spora, arsitektur dari dinding spora, morfologi hifa. 1. Pot – Culture Propagation. Tidak seperti halnya jamur saprofitik, produksi dalam skala besar dari FMA inokulum, mengingat status simbiotiknya yang obligat, memerlukan kontrol dan optimisasi baik pada pertumbuhan inang dan perkembangan jamur. Ukuran mikroskopis dari FMA, bersama dengan proses identifikasi kompleks juga berkontribusi pada kesukaran propagasi inokulum. Tahapannya meliputi : a. Isolasi dari strain kultur murni FMA . Strains kultur murni dapat diperoleh dari spora yang berkecambah dan kolonisasi akar pada tanaman inang. Strains FMA dapat juga dikembangkan dari segmen kolonisasi akar yang diisolasi langsung dari tanaman yang ada di lapangan. Masalah yang ditemukan pada FMA adalah spora dapat dengan mudah menjadi dormansi dan angka perkecambahan menurun secara drastis. Perlakuan temperatur dingin dapat digunakan untuk memecahkan dormansi. b. Memilih tanaman inang. Kriteria yang sangat penting diperlukan dalam memilih tanaman inang yang berpotensi untuk bersimbiosis dengan mikoriza (diantaranya kapasitasnya dalam berkoloni dengan strains FMA dan meningkatkan pertumbuhannya dan sporulasi nya), toleran untuk tumbuh dibawah kondisi chamber dan greenhouse dan sistem perakaran intensif dibuat dari solid tetapi juga akar yang non lignifikasi (non-lignified root). c. Kondisi pertumbuhan yang optimum. Pasteurisais, penguapan atau iradiasi substrat pertumbuhan diperlukan untuk menghindari kontaminasi kultur yang dapat berpengaruh pada kualitas inokulum. Substrat dengan aerasi baik direkomendasikan, seperti tekstur tanah berpasir yang kasar dicampur dengan vermiculite atau perlite atau Turface. Nutrisi mineral yang tidak mencukupi akan berpengaruh pada perkembangan jamur. Taraf P optimum yang bervariasi dengan tanaman inang dan kultivasi strains jamur dan kelebihan
  • 11. 11 | P a g e ketersediaan P dapat menghambat propagasi FMA. Kalium, nitrogen, magnesium dan rasio mikro elemen lainnya dapat berpenagruh pada perkembanagan inokulum, terutama ketika substrat pertumbuhan lamban digunakan dan pemupukan tanaman dilakukan secara buatan. Faktor edafik lainnya seperti pH, temperature tanah intensitas cahaya, kelembaban relatif dan aerasi lingkungan juga harus dikontrol untuk mengoptimalkan propagasi FMA. Propagation cycle of FMA. a. Spores of (i) Gigaspora, (ii) Glomus, (iii)Entrophospora, and (iv) Acaulospora; b. germinating spore; c. hyphal network and spores; d. hypha and spores around root; e. hyphal penetration inside root; f. intracellular arbuscules; g. intraradical vesicles; h. colonized plant. 2. Propagasi secara In Vitro dengan kultur organ akar. Kultur Organ akar berisi penghilangan akar yang berkembang biak di bawah kondisi axenic pada media hara sintetik (gambar 2d) yang berisi suplemen dengan vitamin, mineral, dan karbohidrat. Kultur selanjutnya dari kultur akar yang vigor melalui transformasi akar oleh bakteri Agrobacterium rhizogenesi Conn. Beberapa spesies dans trains telah berhasil dipropagasi secara in vitro dengan media pertumbuhan sintetik dan kondisi pertumbuhan yang bervariasi, dan dicobakan dengan pembagian solid dan liquid vessel. Spesifik strains tunggal tersedia dapat digunakan secara langsung sebagai strating bahan untuk skala besar produksi inokulum. Satu petridish
  • 12. 12 | P a g e cukup untuk mengembangbiakan seribu spora dan bermeter-meter hifa dalam 4 bulan. In vitro propagation. a. Isolated spores; b. germinating colonized root segment; c. carrot root in culture; d. FMA root-organ culture; e. closer view of an FMA root- organ culture. B. Tahapan Pembibitan 1. Pembibitan Vegetatif CMA diberikan pada saat pemindahan bibit dari tahap perakaran ke tahap aklimatisasi (ke polybag atau polytube). CMA sebanyak 2-5 gr dimasukkan ke dalam lubang penanaman bibit. Untuk produksi bibit dalam skala besar aplikasi pemberian CMA ini dapat dicampur secara merata ke media bibit, sehingga akan efisien waktu, biaya dan tenaga.
  • 13. 13 | P a g e 2. Pembibitan generative Pemberian CMA dapat diberikan dalam tiga cara tergantung kepada besar kecilnya benih dan kuantitas produksi bibit : Sistem lapisan : cara ini sangat cocok untuk biji-bijian yang berukuran kecil. Pada bak perkecambahan, pada lapisan paling bawah diisi dengan media perkecambahan setebal 10 cm, kemudian dilapisi dengan inokulan CMA setebal 0,5-1,0 cm dan dilapisi lagi dengan media perkecambahan setebal 0,5 cm. Biji-biji yang akan dikecambahkan ditabur pada lapisan atas secar merata, kemudian ditutup dengan media perkecambahan setebal 0,5 cm. Sistem campur (molen) : Cara ini sangat cocok untuk produksi bibit dalam skala besar seperti hutan tanaman Acacia mangium atau Acacia crassicarpa yang ada di Sumatera dan Kalimantan.
  • 14. 14 | P a g e BAB 3 KESIMPULAN Endomikoriza merupakan jamur yang masuk ke dalam sel korteks dari akar serabut (feeder roots), tidak membentuk selubung yang padat dan akar yang terinfeksi tidak membesar serta membentuk vesikula dan arbuskular yang besar di dalam sel korteks, sehingga sering disebut dengan VAM (Vesicular-Arbuscular Miccorhizal) Kemampuan untuk menyerap unsur hara baik makro maupun mikro. Akar yang mempunyai mikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagi tanaman. FMA bersimbiosis dengan akar tanaman, serta merupakan cendawan simbiotik obligat yang termasuk ke dalam kelas Zygomycetes dan ordo Glomalaes. Peranan dalam Bidang Pertanian sebagai bioprotector, tahan kekeringan dan penyerapan unsur hara Teknik produksi inokulan terbagi dua yaitu identifiksi spesies fma berdasarkan karakter spora, arsitektur dari dinding spora, morfologi hifa (pot – culture propagation, dan propagasi secara in vitro dengan kultur organ akar) dan tahapan pembibitan (pembibitan vegetatif dan generative)
  • 15. 15 | P a g e DAFTAR PUSTAKA Ali, G.M., E.F. Husin, N. Hakim dan Kusli, 1997. Pemberian mikoriza vesicular asbuskular untuk meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat tanaman padi gogo pada tanah Ultisols dengan perunut 32P. p. 597-605 dalam Subagyo et al (Eds). Prosiding Kongres Nasional VI HITI, Jakarta, 12-15 Desmber 1995. Imas, T., R.S. Hadioetomo, A.W. Gunawan dan Y. Setiadi, 1989. Mikrobiologi Tanah II. Depdikbud Ditjen Dikti, Pusat Antar Universitas Bioteknologi, IPB. http://library.usu.ac.id/download/fp/hutan-delvian2.pdf http://bdpunib.org/jipi/artikeljipi/edkhus2/371.pdf http://www.pustaka-deptan.go.id/inovasi/kl07104.pdf http://www.docstoc.com/docs/22705323/Pemanfaatan-Cendawan-Mikroza-Arbuskula-Untuk- Memacu-Pertumbuhan http://www.dephut.go.id/files/Erdy.pdf