KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb..
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP POLITIK”.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Raha, Desember 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 3
1. Pengetian Globalisasi.............................................................................. 3
2. Dampak Globalisasi Terhadap Bidang Politik Di Indonesia................... 4
3. Langkah Langkah Yang Perlu Diambil Indonesia Dalam Menghadapi
Dampak Globalisasi.................................................................................. 8
BAB III PENUTUP..................................................................................... 10
A. Kesimpulan.......................................................................................... 10
B. Saran.............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 11
1. Uji Unsur-Unsur Protein
Setelah dilakukan pengujian unsur-unsur protein, dapat disimpulkan bahwa albumin mengandung unsur protein, yaitu nitrogen dan oksigen. Susu mengandung nitrogen, hidrogen, dan oksigen. Tempe mengandung nitrogen, hidrogen, oksigen, dan karbon. Seadngkan kuning telur mengandung nitrogen, oksigen, dan karbon.
2. Uji Kelarutan Albumin
Protein albumin dapat larut pada air (H2O), asam (HCl), basa (NaOH), dan garam encer (NaCO3). Karena semua campuran tidak menghasilkan endapan. Namun kelarutan protein akan berkurang jika ditambahkan garam anorganik, karena terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan molekul protein untuk mengikat air.
3. Uji Biuret
Pada uji biuret yang menghasilkan warna soft ungu adalah albumin. Albumin mengandung dua atau lebih ikatan peptida, sehingga ikatan peptidanya panjang. Namun pada kuning telur, susu, dan tempe menghasilkan warna biru dikarenakan kadar protein setiap bahan berbeda, sehingga jumlah ikatan peptidanya berbeda. Hal ini mengakibatkan warna yang dihasilkan akan berbeda juga.
4. Uji Nnhidrin
Albumin, susu, tempe, dan kuning telur menunjukkan adanya warna ungu yang menunjukkan kadar protein tinggi karena ikatan peptidanya panjang. Warna ungu juga berarti protein tersebut mempunyai gugus asam amino bebas. Sedangkan pada arginin, warna yang dihasilkan bening artinya tidak menunjukkan adanya asam amino bebas.
Amfibia atau amfibi, umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan. Amfibi mempunyai ciri-ciri: Amfibi merupakan satu-satunya vertebrata yang mengalami metamorfosis lengkap
1. Uji Unsur-Unsur Protein
Setelah dilakukan pengujian unsur-unsur protein, dapat disimpulkan bahwa albumin mengandung unsur protein, yaitu nitrogen dan oksigen. Susu mengandung nitrogen, hidrogen, dan oksigen. Tempe mengandung nitrogen, hidrogen, oksigen, dan karbon. Seadngkan kuning telur mengandung nitrogen, oksigen, dan karbon.
2. Uji Kelarutan Albumin
Protein albumin dapat larut pada air (H2O), asam (HCl), basa (NaOH), dan garam encer (NaCO3). Karena semua campuran tidak menghasilkan endapan. Namun kelarutan protein akan berkurang jika ditambahkan garam anorganik, karena terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan molekul protein untuk mengikat air.
3. Uji Biuret
Pada uji biuret yang menghasilkan warna soft ungu adalah albumin. Albumin mengandung dua atau lebih ikatan peptida, sehingga ikatan peptidanya panjang. Namun pada kuning telur, susu, dan tempe menghasilkan warna biru dikarenakan kadar protein setiap bahan berbeda, sehingga jumlah ikatan peptidanya berbeda. Hal ini mengakibatkan warna yang dihasilkan akan berbeda juga.
4. Uji Nnhidrin
Albumin, susu, tempe, dan kuning telur menunjukkan adanya warna ungu yang menunjukkan kadar protein tinggi karena ikatan peptidanya panjang. Warna ungu juga berarti protein tersebut mempunyai gugus asam amino bebas. Sedangkan pada arginin, warna yang dihasilkan bening artinya tidak menunjukkan adanya asam amino bebas.
Amfibia atau amfibi, umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan. Amfibi mempunyai ciri-ciri: Amfibi merupakan satu-satunya vertebrata yang mengalami metamorfosis lengkap
1.
Semua Coretan Kuliah
Home
Laporan Mikrobiologi Pengamatan Jamur Mikroskopis
19:45 Laporan Mikrobiologi No comments
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Diantara tumbuhan rendah, maka golongan ganggang (alga) dan golongan fungi
merupakan kelanjutan dari golongan bakteri. Golongan ganggang itu langsung nebjadi
keelanjutan bakteri hal ini masih sangat sulit untuk ditentukan. Peninjauan secara morfologi
dan fisiologi menemukan suatu golongan bakteri, yaitu ordo chlamydobacterials. Yang dapat
dipandang sebagai pangkal pertumbuhan golongan ganggang. Hal ini dapat diketahui dari
sifat-sifat mengenai adanya lapisan lendir yang menyelubungi tubuh organisme tersebut.
Akan tetapi perkembangbiakannya menggunakan konidia dan hal ini lebih mendekati sifat-sifat
fungi (Waluyo, 2007).
Ada juga suatu fenomena yang menyebabkan orang menganggap bahwa jamur itu
sebenarnya ganggang yang kehilangan klorofil. Hal ini jelas nampak pada golongan
ganggang hijau dalam hubungannya dengan jamur ganggang Phycomycetes (Dwidjoseputro,
1994).
Golongan jamur itu demikian luasnya, sehingga penguasaannya dibidang ilmu
pengetahuan memerlukan keahlian tersendiri, dibidang itu disebut mikologi. Hanya jamur-jamur
tingkat rendah (mikro fungi) masuk bidang mikrobiologi ( Dwidjoseputro, 1994).
Golongan jamur mencakup lebih dari pada 55000 spesies. Jumlah ini jauh melebihi
jumlah spesies bekteri. Tentang klasifikasi belum ada kesatuan pendapat yang menyeluruh di
antara para sarjana taksonomi. Bakteri dan jamur merupakan golongan tumbuh-tumbuhan
yang tubuhnya tidak mempunyai differensial (Swidjoseputro, 1994).
Oleh karena itu dilakukan uji pengamatan jamur mikroskopis ini agar para praktikan
dapat mengetahui jenis-jenis fungi mikroskopis, mengetahui perbedaan struktur morfologi
fungi aniseluler dan fungi berfilamen.
2. 1.2.Tujuan
Mengetahui cara identifikasi jamur
Mengetahui jenis-jenis fungi mikroskopis
Mengetahui spesies fungi dari roti berjamur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah jamur atau fungi selau dikaitkan dengan suatu penyakit. Karena memang masih
kurang difahami masyarakat luas. Fungi ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan.
Fungi berperan penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena mampu mendaur ulang
unsur-unsur di alam yang diperlukan untuk hidup lainnya (Gandjar, 1999).
Peran fungi dalam kehidupan kita sehari-hari antara lain dapat disebutkan dibidang
pertanian dan perkebunan menyebabkan penyakit pada tanaman ekonomi seperti padi,
jagung, kentang, kopi, the, coklat, kelapa dan karet; di bidang kehutanan merusak kayu dan
hasil olahannya, akan tetapi fungi justru diperlukan dalam penguburan lahan, di bidang
farmasi fungi dimanfaatkan untuk menghasilkan aneka enzim dan senyawa asam organik
tertentu, di bidang kedokteran sejumlah fungi memang phatogen bagi mannusia antara lain
menyebabkan alergi dan dermatomikosis, di bidang kesehatan masyarakat spora fungi dii
udara menyebabkan pengotoran udara yang bila dihirup menyebabkan batuk-batuk dan alergi
disamping itu diketahui pula bahwa fungi dapat merusak lingkungan, cat minyak bumi,
kertas, dan tekstil (Gandjar,1999).
Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal,
eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, bereproduksi seksual dan aseksual dalam
dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan makanannya
berbeda dari organisme eukariotik lainnya yaitu melalui absorbsi (Gandjar, 1999).
Sebagian besar tubuh fungi terdiri atas benang-benang yang disebut hifa yang saling
berhubungan berjalin semacam jala, yaitu miselium. Miselum dapat dibedakan atas miselium
vegetatif yang berfungsi menyerap nutrien dari lingkungan dan miselium fertil yang
berfungsi dalam reproduksi (Gandjar, 1999).
Fungi dapat ditemukan pada aneka substrat, baik dilingkungan darat, perairan maupun
udara. Tidaklah sulit menemukan fungi di alam, karena bagian vegetatifnya yang umumnya
berupa miselium berwarna putih dan mudah terlihat pada substrat yang membusuk.
3. Konidianya atau tubuh buahnya dapat mempunyai warna (merah, hitam, jingga, kuning,
kream, putih, abu-abu, coklat, kebiru-biruan dan sebagainya). Pada daun, batang kertas,
tekstil, kulit dan lain lain. Tubuh buah fungi lebih mencolok karena dapat langsung diilihat
dengan mata kasat, sedangkan miselium vegetatif yang menyerap makanan hanya dapat
dilhat menggunakan mikroskop(Gandjar, 1999)
Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai ciri yang khas, yakni berupa
benang tunggal atau yang bercabang-cabang yang disebut dengan hifa. Fungi merupakan
organisme eukariotik yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
1. Mempunyai spoora
2. Memproduksi spora
3. Tidak mempunyai klorofil sehingga tidak berfotosintesis
4. Dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual
5. Tubuh berfilamen dan dinding sel mengandung kitin, glukan, selulosa dan manan (Waluyo,
2007)
Fungi dibedakan menjadi dua golongan yakni: kapang dan khamir. Kapang
merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium. Sedangkan khamir merupakan
fungi bersel tunggal dan tidak berfilamen. Fungi merupakan organisme menyerupai tanaman,
tetapi mempunyai beberapa perbedaan, yakni:
Tidak mempunyai klorofil
Mempunyai dinding sel dengan kompossi berbeda
Berkembang biak dengan spora
Tidak mempunyai cabang, batang, akar dan daun
Tidak mempunyai sistem vaskuler seperti pada tanaman
Bersifat multiseluler tidak mempunyai pembagian fungsi masing-masing bagian seperti pada
tanaman.
Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula bersifat saprofit. Parasit apabila dalam
memenuhi kebutuhan makanannya dengan mengambil dari benda hidup yang ditumpanginya.
Sedangkan bersifat saprofit apabila memperoleh makanan dari benda mati dan tidak
merugikan benda itu sendiri. Fungi mensintesis protein dengan mengambil sumber karbon
dan karbohodrat (misalnya glukosa, sukrosa atau maltosa)., sumber nitrogen dari bahan
organik atau anorganik, dan mineral dari substratnya . ada juga beberapa fungi yang dapat
mensintesis vitamin-vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
4. sendiri. Tetapi ada juga yang tidak dapat mensintesis sendiri, sehingga harus mendapatkan
dari substrat, misalkan thaimin dan biotin (Waluyo,2007).
Fungi multiseluler atau kapang mempunyai miselia atau fillamen dan
pertumbuhannya dalam bahan makanan mudah sekali dilihat, yakni seperti kapas.
Pertumbuhan fungi mula-mula berwarna putih, tetapi bila telah memproduksi apora maka
akan terbentuk berbagi warna tergantung dari jenis kapang. Sifat-sifat yang penampakan
mikroskopik ataupun makroskopik digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi kapang
(Waluyo, 2007).
Kapang dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan struktur hifa, yaitu hifa
tidak bersekat atau nonseptat dan hifa bersekat atau septat yang membagi hifa dalam mangan-mangan,
dimana setiap mangan mempunyai inti satu atau lebih. Dinding penyekat pada
kapang disebut dengan septum yang tidak tertutup rapat sehingga sitoplasma masih dapat
bebas bergerak dari satu ruang ke ruang lainnya. Kapang bersepta yaitu terutama kelas
Ascomycetes. Sedangkan kapang tak bersepta yakni kelas Phycomycetes. Kapang yang tak
bersepta intinya tersebar disepanjang septa (Waluyo, 2007).
Baik jamur yang bersahaja maupun jamur yang tingkat tinggi tubuhnya mempunyai
ciri yang khas, yaitu berupa benang tunggal bercabang-cabang yang disebut miselium. Atau
berupa kumpulan benang-benang yang dapat menjadi satu. Hanya golongan ragi itu tubuhnya
berupa sel-sel tunggal. Ciri kedua ialah jamur tidak mempunyai klorofil, sehingga hidupnya
terpaksa heterotrof. Sifat ini menguatkan pendapat bahwa jamur itu merupakan kelanjutan
bakteri di dalam evolusi (Dwidjoseputro, 1994)
Golongan jamur mencangkup lebih daripada 55000 spesies, jumlah ini jauh lebih
banyak dari spesies bakteri. Tentang klasifikasinya belum ada kesatuan pendapat yang
menyeluruh dari para sarjana taksononi. Bakteri dan jamur merupakan golongan tumbuh-tumbuhan
yang tubuhnya tidak mempunyai diferensiasi. Oleh karena itu disebut tumbuhan
talus (thallophyta) lengkapnya thallopyta yang tidak berklorofil (Dwidjoseputro, 1994).
Beberapa fungi, meskipun sapiofitik dapat juga menyerbu inang yang hidup lalu
tumbuh dengan subur disitu sebagai parasit. Sebagai parasit mereka menimbulkan penyakit
pada tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. Akan tetapi diantara sekitar 500.000 spesies
cendawan, hanya kurang lebih 100 yang patogenik terhadap manusia. kematian infeksi oleh
cendawan selain penyakit kulit sangat tinggi. Hal ini boleh jadi disebabkan oleh diagnosis
yang terlambat atau yang salah selama penyakit itu menjalar atau karena tidak tersediannya
antibiotik. Antibiotik non toksik yang secara medis tepat guna. Banayak cendawan patogenik,
misalnya Histoplasma Capsulatum, yang menyebabkan histoplasmosis (nfeksi mikosis pada
5. sistem retikolendotelium yang meliputi banyak organ). Dapat juga hidup sebagai saprofit,
fungsi deperti itu menunjukan dimorfisme : artinya mereka dapat ada dalam bentuk uniseluler
seperti halnya khamir ataupun dalam bentuk bening (filamen) seperti halnya kapang. Fase
khamir timbul bilamana organisme itu hidup sebagai parasit atau patogen dalam jaringan,
sedangkan bentuk kapang bila organisme itu merupakan saprofit dalam tanah atau dalam
medium laboratorium. Identifikasi laboratorium untuk cendawan – cendawan patogenik
acapkali tergantung kepada dapat tidaknya dimorfisme ini dipertunjukan (Pelczar. 2006).
Cendawan dapat bertahan dalam keadaan alam sekitar yang tidak menguntukan
dibandingkan dengan jasad – jasad renik lainnya lebih kurang mampu. Sebagai contoh,
khamir dan kapang dapat tumbuh dalam suatu substrat atau medium berisikan konsentrasi
gula yang dapat menghambat kebanyakan bakteri. Demikian pula, kapang dan khamir
umumnya dapat bertahan terhadap keadaan yang lebih asam dari pada kebanyakan mikroba
yang lain(Pelczar. 2006)
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini yang berjudul ”Pengamatan Jamur Mikroskopis” dilaksanakan pada
hari Rabu 5 Mei 2011 pukul 10.00-12.00 WITA dan dilanjutkan lagi pada hari Jum’at 7 Mei
2011 pukul 10.00-12.00 WITA di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1.Alat-alat
Cawan petri
Cover glass
Jarum ose
Bunsen
Gelas objek
Pinset
Beaker gelas
Inkubator
Kater / silet
6. Kertas label
Mikroskop
3.2.2.Bahan-bahan
Roti berjamur
Media PDA
Alkohol 70%
3.3 Cara kerja metode Block Square Slide
1. Disterilkan tangan dengan alkohol 70%
2. Dipijarkan tepi cawan petri yang berisi media PDA
3. Fiksasi Jarum ose
4. Diambil secara aseptis 1 block media PDA
5. Diletakkan kedalam cawan petri yang telah diletakkan sebelumnya gelas objek
6. Difiksasi jarum ose
7. Diambil pada bagian roti yang berjamur
8. Dioleskan pada keempat sisi pinggiran block media PDA
9. Fiksasi Jarum ose
10. Diambil satu cover glass, dicelupkan dalam alkohol 70% lalu difiksasi
11. Diletakkan diatas media Block
12. Inkubasi selama 2 x 24 jam dengan suhu 30oC
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
4.1. Hasil Pengamatan
4.1.1. Tabel hasil pengamatan jamur mikroskopis
Objek Keterangan
Nama : Aspergillus sp
Warna : Hijau kekuning-kuningan
Bentuk : Bulat (coccus)
Sampel : Roti
7. 4.2. Pembahasan
Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal,
eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, bereproduksi seksual dan aseksual dalam
dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan makanannya
berbeda dari organisme eukariotik lainnya yaitu melalui absorbsi (Gandjar, 1999).
Sebagian besar tubuh fungi terdiri atas benang-benang yang disebut hifa yang saling
berhubungan berjalin semacam jala, yaitu miselium. Miselum dapat dibedakan atas miselium
vegetativ yang berfungsi nenyerap nutrien dari lingkungan dan miselium fertil yang
berfungsi dalam reproduksi (Gandjar, 1999).
Fungi merupakan organisme eukariotik yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
1. Mempunyai spoora
2. Memproduksi spora
3. Tidak mempunyai klorofil sehingga tidak berfotosintesis
4. Dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual
5. Tubuh berfilamen dan dinding sel mengandung kitin, glukan, selulosa dan manan (Waluyo,
2007)
Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula bersifat saprofit. Parasit apabila dalam
memenuhi kebutuhan makanannya dengan mengambil dari benda hidup yang ditumpanginya.
Sedangkan bersifat saprofit apabila memperoleh makanan dari benda mati dan tidak
merugikan benda itu sendiri. Fungi mensintesis protein dengan mengambil sumber karbon
dan karbohodrat. sumber nitrogen dari bahan organik atau anorganik, dan mineral dari
substratnya (Waluyo,2007).
Fungi merupakan organisme menyerupai tanaman, tetapi mempunyai beberapa
perbedaan, yakni:
Tidak mempunyai klorofil
Mempunyai dinding sel dengan kompossi berbeda
Berkembang biak dengan spora
Tidak mempunyai cabang, batang, akar dan daun
Tidak mempunyai sistem vaskuler seperti pada tanaman
Bersifat multiseluler tidak mempunyai pembagian fungsi (Waluyo, 2007).
Fungi dibedakan menjadi dua golongan yakni
Kapang
8. Fungi multiseluler atau kapang mempunyai miselia atau fillamen dan pertumbuhannya
dalam bahan makanan mudah sekali dilihat, yakni seperti kapas (Waluyo, 2007).
Kapang dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan struktur hifa, yaitu hifa
tidak bersekat atau nonseptat dan hifa bersekat atau septat yang membagi hifa dalam mangan-mangan,
dimana setiap mangan mempunyai inti satu atau lebih (Waluyo, 2007).
Secara lamiah kapang berkembang biak dengan berbagai cara, baik aseksual dengan
pembelahan, penguncupan atau pembentukkan spora dapat pula secara seksual dengan
pembelahan nukleus dari kedua induknya (Waluyo, 2007).
Khamir
Khamir termasuk cendawan, tetapi berbeda dengan kapang karena bentuknya yang
terutama uniseluler. Reproduksi vegetativ terjadi dengan cara pertunasan. Sebagian sel
tunggal khamir tumbuh dan berkembang biak lebih cepat dibanding kapang yang tubuh
dengan pembentukkan filamen (Waluyo, 2007).
Sel khamir mempunyai ukuran yang bervariasi yaitu dengan panjang 1-5 mm sampai 20-
50 mm, dan lebar 1-10 mm. bentuk khamir bermacam-macam, yaitu bulat, oval, silinder,
ogival yaitu bulat panjang dengan salah satu ujung runcing, segitiga melengkung, berbentuk
batat, bentuk apikal atau lemon, membentuk psedomiselium dan sebagianya (waluyo, 2007).
Pada praktikum kali ini digunakan sampel dari roti berjamur, ditanam (diinokulasi) pada
media PDA, yang di inkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 30oC. setelah diinkubasi selama 2
x 24 jam diamati dengan mikroskop, didapatkan fungi berkonidia yang memiliki ciri-ciri
morfologis berwarna hijau kekuning-kuningan berbentuk bulat-bulat dan berspora. Dari ciri-ciri
ini dapat disimpulkan bahwa fungi ini termasuk Aspergilus sp. Karena memiliki ciri-ciri
morfologis berwarna hijau kekuning-kuningan dan berspora. Kebanyakan spesies ini sering
menyebabkan kerusakan makanan, tetapi beberapa spesies digunakan digunakan dalam
fermentasi makanan Aspergillus yang dapat menyebabkan kerusakan makanan adalah
Aspergillus repens, kapang ini mampu tumbuh baik pada substrat dengan konsentrasi gula
dan garam tinggi. Ciri-ciri spesifik Aspergillus adalah: (1) Hifa, septat, miselium bercabang
sedangkan hifa yang muncul diatas permukaan umumnya merupakan hifa fertil, (2) koloni
berkelompok, (3) konidiofora septat atau nonseptat muncul dari “foot cell” yakni sel
miselium yang membengkok dan berdinding tebal, (4) konidiofora membengkak menjadi
vesikel pada ujungnya, membawa sterigmata dimana tumbuh konidia, (5) sterigmata atau
fialida biasanya sederhana berwarna, (6) berupa spesies tumbuh baik pada suhu 37oC atau
lebih, (7) konidia membentuk rantai yang berwarna hijau, coklat atau hitam (Waluyo, 2007).
9. Aspergillus sp sangat aerobik dan ditemukan hampir disemua lingkungan yang kaya
oksigen. Dimana mereka umumnya tumbuh sebagai cetakan pada permukaan substrat.
Sebagai akibat dari tekanan oksigen yang tinggi (Waluyo, 2007).
Klasifikasi lmiah:
Domain : Eukarya
Kerajaan : Jamur
Filum : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Order : Eurotiales
Keluarga : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus sp
Pada praktikum kali ini digunakan metode block square slide. Dimana media PDA
dibuat dengan ketipisan sekitas 2 mm, kemudian dibentuk seperti dadu dengan ukuran 1 x 1
cm. keuntungan dari penggunaan metode ini adalah kita dapat lebih mudah mengamati dari
fungi yang dihasilkan karena penggunaan metode aquare sampel yang digunakan diletakkan
dipinggairan block. Karena penggunaan (peletakkan) sampel dicetakkan dipinggir maka akan
lebih mudah mengamatinya.
Dalam praktikum kali ini mungkin saja terjadi faktor kesalahan. Misalnya pada saat
pengolesan sampel tidak begitu teliti sehingga dapat mengakibatkan sampel tidak melekat
pada media sehingga dapat mengakibatkan tidak adanya pertumbuhan fungi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat ditari kesimpulan bahwa:
Cara mengidentifikasi dasar jamur adalah dengan mengamati bentuk koloni, diameter, tepi
koloni, permukaannya, konsistensinya, warna, pembentukkan pigmen dalam media dan
apakah koloni tumbuh pada permukaan atau dalam media
Jenis-jenis fungi yaitu:
o Yeast / ragi / khamir
o Fillamentus fungi
10. o Cendawan (mushroom)
Dari praktikum kali ini didapatkan bahwa spesies dari roti berjamur adalah Aspergillus sp.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum ini tidak hanya menggunakan satu sampel, tetapi sampel lain
juga. Misalnya pada buah jeruk agar para praktikum mengetahui perbedaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D.1994. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan
Gandjar, Indrawati.1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta : UI Press
Pelczar, Micheal. 2006. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press
Waluyo, Lud.2007. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Older Post Home
0 komentar:
Post a Comment
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Search
Popular
Tags
Blog Archives
Translate
Powered by Translate
Popular Posts
Laporan Kimia Dasar I Pembuatan Larutan
Laporan Mikrobiologi Pewarnaan dan Cara-cara Pewarnaan
Laporan Kimia Dasar I Stoikiometri
Laporan Kimia Dasar II Pembuatan dan Sifat-sifat Koloid
Laporan Kimia Dasar I Pemisahan dan Pemurnian