Mengkaji alQuran adalah menjadi kewajipan umat Islam. Mengetahui akan ilmu seperti sebab turun ayat, aturan surah dan ayat, pembukuan mushaf, cara bacaan , ahraf alQuran, tarannum dll ilmu berkaitan.AlQuran adalahMukjizat hinnga ke akhir zaman
2. POWERPOINT TELAH DISEDIAKAN UNTUK
ISMA CAW. KUANTAN OLEH AHLI ISMA
CAW. KUANTAN UNTUK DIMANFAATKAN OLEH
MUSLIMIN DAN MUSLIMAT YANG
MERASAKAN BAHAWA ILMU YANG
DISAMPAIKAN INI BERMANFAAT .
TERUSKAN USAHA GIGIH BERDAKWAH
SECARA SUNNAH , BERJEMAAH , TELUS ,
DAN BERSISTEMATIK
TERIMA KASIH KEPADA
SAHABAT-SHABAT YANG TELAH MEMBERI
SEMANGAT DAN KEINGINAN
UNTUK MENCARI HIKMAH YANG HILANG
3. 3
7 b.)
ILMU DHOBT AL-QURAN
IAITU SEJARAH
MELETAK TANDA DAN
BARIS KEPADA HURUF-
HURUF
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
4. 4
Rasm Al Qur’an
1. Definisi Rasm Al Qur’an (Rasm Usmani)
Adalah tata cara menuliskan Al Qur’an yg ditetapkan pada
masa Khalifah Usman bin Affan.
Mushaf Usman ditulis dengan kaidah-kaidah sbb :
a. Al Hadzf
b. Al Ziyadah
c. Al Hamzah
d. Badal
e. Washal dan Fashl
f. Kata yang dapat dibaca dua bunyi
5. 5
2. Pendapat para Ulama tentang Rasm Al Qur’an
a. Rasm Usmani bersifat Tauqifi, yakni bukan produk budaya manusia yg
wajib diikuti oleh siapa saja ketika menulis Al Qur’an.
b. Rasm Usmani bersifat bukan Tauqifi, tetapi merupakan kesepakatan
cara penulisan yg di setujui Usman dan diterima umat sehingga wajib
diikuti oleh siapa saja ketika menulis Al Qur’an.
c. Rasm Usmani bersifat bukan Tauqifi. Tidak ada halangan untuk
menyalahinya tatkala suatu generasi sepakat menggunakan cara tertentu
untuk menulis Al Qur’an yg berlainan dengan Rasm Usmani.
3. Kaitan Al Qur’an dengan qira’at (cara membaca Al Qur’an)
Disebabkan keberadaan Mushaf Usmani yang tidak berharakat dan
bertitik maka hal itu membuka peluang untuk membacanya dengan
berbagai qira’at seperti qira’ah tujuh (sab’ah), qira’ah sepuluh, dan qira’ah
empat belas.
6. 6
DHABTUL QURAN
Suatu ilmu yang memberi tanda kepada huruf2 Al-
Quran dari segi harakah (baris), sukun (tanda
mati), syaddah (sabdu), mad (panjang).
Alamat atau tanda-tanda yang terlibat dengan
dhabt pada huruf-huruf al-Quran dari segi
bentuk, warna dan tempat meletakkannya
ialah;
Harakah , Sukun , Syaddah , Mad, Hamzah
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
7. 7
KEPENTINGAN DHABTUL QURAN
i) Menghilangkan keraguan dan kesamaran pada huruf-
huruf al-Quran supaya tidak bertukar huruf yang bersabdu
atau tidak, yang mana mati dan berbaris.
ii.) Dapat mengenal hukum tajwid.
iii.) Dapat membaca al-Quran dengan betul dan tepat
iv.) Ilmu yang membahaskan tanda atau lambang bagi
membunyikan sesuatu huruf atau bacaan.dari segi betuk
huruf, I’rab baris dua, fathah, dhammah, kasrah, tanda
sukun, tanda sabdu, tanda panjang…..
Antara lambang bacaan yang terpenting terbahagi kepada
2 kategori:
1.) lambang untuk huruf berbeza (titik)
2.) lambang atau tanda perubahan bunyi baris (tanda
baris)
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
10. • Berikut adalah sebagian pendapat para ulama’
• Sebagian besar ulama’ berpendapat, tujuh huruf
adalah tujuh jenis dialek Arab, dimana masing-
masing bahasa tersebut berma’na sama. Tujuh
jenis dialek Arab tersebut adalah Quraysy,
Hudzail, Tsakif, Hawazan, Qinanah, Tamim dan
Yaman.
• Sebuah pendapat mangatakan, tujuh huruf
adalah tujuh jenis bahasa Arab dengan mana
Alqur’an diturunkan. Namun, yang paling
dominan digunakan Alqur’an adalah bahasa
Quraysy.
• Pendapat lain mengatakan, tujuh huruf adalah
tujuh perkara yang terkandung dalam Alquran,
antara lain perintah, larangan, janji, ancaman,
bantahan, kisah-kisah dan perumpamaan.
11. 11
1. Menguatkan ketentuan hukum
C. Urgensi Mempelajari Qira’at dan Pengaruhnya
Dalam Istinbat (Penetapan Hukum)
2. Menarjih hukum yang di perselisihkan para ulama
3. Menggabungkan dua ketentuan hukum yang berbeda
4. Menunjukkan dua ketentuan hukum yang berbeda dalam kondisi
yang berbeda pula
5. Dapat memberikan penjelasan terhadap suatu kata di dalam
Al Qur’an yang mungkin sulit dipahami maknanya.
12. 12
QIRA’AT AL QUR’AN
A. Definisi Qira’at
1. Perbedaan cara melafalkan ayat, perihal tafkhim, tarqiq
imalah, idgham, izhar, isyba’, mad, qasar, tasydid, dan takhfif.
B. Latar belakang munculnya Qira’at
2. Perbedaan dialek masing-masing daerah
Qira’at secara etimologis berarti bacaan atau cara membaca
Secara terminologis berarti pengetahuan tentang beragam
cara melafalkan kata atau kalimat yang terdapat di dalam Al
Qur’an yang memilki aturan tersendiri.
3. Khalifah Utsman mengirimkan Al Qur’an ke berbagai daerah
13. 13
1. Nafi Ibnu Nu’aim (70-169 H)
Qira’ah yang termasyhur adalah Qira’ah Sab’ah
2. Abdullah Ibnu Katsir Al Makki (45-120 H)
3. Abu Amr Ibnu Al-Ala (48-154 H)
4. Abdullah Ibnu Amir (21-118 H)
5. Asim Al-Asad W. 127 H
6. Hamzah Al-Kufi
Disebut Qira’ah sab’ah karena disandarkan
kepada imam qira’at yang tujuh
Mereka itu adalah :
7. Al Kisai Al-Farisi
14. • Berikut adalah sebagian pendapat para ulama’
• Sebagian besar ulama’ berpendapat, tujuh huruf
adalah tujuh jenis dialek Arab, dimana masing-
masing bahasa tersebut berma’na sama. Tujuh
jenis dialek Arab tersebut adalah Quraysy,
Hudzail, Tsakif, Hawazan, Qinanah, Tamim dan
Yaman.
• Sebuah pendapat mangatakan, tujuh huruf
adalah tujuh jenis bahasa Arab dengan mana
Alqur’an diturunkan. Namun, yang paling
dominan digunakan Alqur’an adalah bahasa
Quraysy.
• Pendapat lain mengatakan, tujuh huruf adalah
tujuh perkara yang terkandung dalam Alquran,
antara lain perintah, larangan, janji, ancaman,
bantahan, kisah-kisah dan perumpamaan.
15. 15
1. Menguatkan ketentuan hukum
C. Urgensi Mempelajari Qira’at dan Pengaruhnya
Dalam Istinbat (Penetapan Hukum)
2. Menarjih hukum yang di perselisihkan para ulama
3. Menggabungkan dua ketentuan hukum yang berbeda
4. Menunjukkan dua ketentuan hukum yang berbeda dalam kondisi
yang berbeda pula
5. Dapat memberikan penjelasan terhadap suatu kata di dalam
Al Qur’an yang mungkin sulit dipahami maknanya.
17. 17
AL MUHKAM DAN AL MUTASYABIH
A. Definisi
Al Muhkam secara etimologis berarti melarang dan
menyempurnakan sesuatu
Secara terminologis berarti kalimat yang memberikan
makna yang jelas dan dapat dijangkau oleh pemahaman
akal
Al Mutasyabih secara etimologis berarti keraguan,
kemiripan atau kebingungan
Secara terminologis berarti sesuatu yang memberikan
makna yang tidak jelas, tidak dapat berdiri sendiri dan
membutuhkan keterangan yang lain
18. 18
1. Mempermudah menafsirkan suatu ayat dan mengambil hukum
ayat-ayat Al Qur’an
D. Arti penting dan Urgensi mempelajari Ayat Al Muhkam
dan Al Mutasyabih
2. Para Mufassir dan Fuqaha dapat mengambil hikmahnya dan
sekuat tenaga untuk mendapatkan kejelasan maknanya
meskipun dengan cara menta’wilkan/ mentarjihkan
3. Para Mufasir dalam mendalami suatu ayat bukan saja dari segi
huruf dan kalimat saja, namun dapat memahami satu kalimat dari
bayan dan keindahan balaghahnya.
4. Para Mufassir dalam menterjemahkan makna ayat-ayat Al
Mutasyabih dapat menggambarkan secara abstrak bukan secara fisik
dalam hal menyarikan sifat-sifat ayat.
19. 19
- Sebagian ulama berpendapat bahwa ayat mutasyabih tidak
dapat diketahui kecuali hanya oleh Allah
B. Sikap para Ulama Terhadap Ayat-ayat Muhkamat dan Mutasyabihat
مجي الذنوب يغفر هللا إنعا
- Al Raghib Al Ashfahani berpendapat bahwa ayat-ayat
Mutasyabih terbagi menjadi tiga bagian :
Mereka mencoba mengembalikan ayat mutasyabih
kepada ayat muhkam. Seperti firman Allah SWT:
1. ayat-ayat yang tidak dapat dijangkau maksudnya oleh akal manusia
dan hanya Allah SWT sendiri yang mengetahui
2. ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum atau bahasa dan dapat
diketahui oleh العلم فى الراسخون
3. ayat-ayat yang hanya diketahui oleh ulama-ulama tertentu yang
sudah mendalami Ilmu ayat ( العلم فى الراسخون )
20. 20
1. Bentuk yang terdiri dari satu huruf
Fawatih Al Suwar
2. Bentuk yang terdiri dari dua huruf
3. Pembukaan surat yang terdiri dari tiga huruf
4. Pembukaan surat yang terdiri dari empat huruf
5. Pembukaan surat yang terdiri dari lima huruf
Ciri-cirinya Banyak surat-suratnya yang dimulai dengan huruf-
huruf muqothaah dan terdapat pada pembukaan
surat
Macam-macam bentuk Fawatih Al Suwar
21. 21
Pembukaan-pembukaan surat atau potongan surat ini termasuk
ayat-ayat Mutasyabihat maka, memiliki dua pendapat para ulama
1.) Pendapat yang pertama :
Pendapat para Ulama tentang Fawatih Al Suwar
Ulama memahaminya sebagai rahsia yang hanya
diketahui oleh Allah SWT. Ini pendapat yang
terkuat.
2.) Pendapat yang kedua :
Memandang huruf-huruf di awal surat-surat
sebagai huruf-huruf yang mengandung
pengertian yang dapat dipahami oleh manusia.
22. 22
TAFSIR, TAKWIL, DAN TERJEMAH
Definisi Tafsir, Takwil, dan Terjemah
Kata Tafsir diambil dari kata َرَّسَف-ُرِّسَفُي-اًرْيِّسْفَت yang
berarti keterangan atau uraian
Menurut istilah berarti ilmu mengenai bagaimana cara
pengucapan lafazh2 Al Qur’an serta cara mengungkapkan
petunjuk kandungan2 hukum, dan makna2 yang
terkandung di dalamnya.
Kata Takwil diambil dari kata َلََّوأ–ُلَِّوُُي–ًلْيِّوََْت yang berarti
menerangkan atau menjelaskan
Menurut istilah berarti mengembalikan sesuatu kepada
Ghayahnya, yakni menerangkan apa yang dimaksud.
23. 23
KLASIFIKASI TAFSIR
Tafsir bi Al Ma’tsur adalah penafsiran
Al,Qur’an yang mendasarkan pada penjelasan
Al Qur’an, Rasul, pasa Sahabat melalui
ijtihadnya dan aqwal tabi’in.
Tafsir bi Al
Ma’tsur
Tafsir bi Al
Ra’yi
24. 24
Keistimewaan
tafsir bi al ma’tsur
1. Menekankan pentingnya bahasa dalam memahami
Al Qur’an
2. Memaparkan ketelitian redaksi ayat ketika
menyampaikan pesan-pesannya
3. Membatasi para mufasir agar tidak terjerumus
dalam subyektifitas yang berlebihan
Kelemahan
tafsir bi al
ma’tsur
a. Terjadi wadh dalam tafsir
b. Masuknya unsur israiliyyat
c. Penghilangan sanad
d. Para mufasir mudah terjerumus ke dalam uraian
kebahasaan dan kesastraan yang bertele-tele
sehingga pesan pokok Al Qur’an menjadi tidak jelas
e. Seringkali konteks turunnya ayat atau sisi kronologis
turunnya ayat-ayat hukum yang dipahami dari uraian
(nasikh-mansukh)
25. 25
Tafsir bi Al Ra’yi adalah penafsiran Al,Qur’an yang mendasarkan
pada ijtihad dan pemikiran mufasir yang telah mengetahui bahasa
arab dan metodenya, dalil hukum yang ditunjukkan serta
problema penafsiran. Seperti asbab an-nuzul, nasikh-mansukh
Sebab munculnya tafsir bi Al-Ra’yi
Adanya interaksi umat islam dengan peradaban yunani yang
banyak menggunakan akal
26. 26
Mengenai keabsahan tafsir bi Al-
Ra’yi para ulama berbeda pendapat
dan menjadi dua kelompok
Kelompok yang
melarang
Kelompok yang
mengizinkan
Apa pendapat Ulama Tentang Keabsahan
27. 27
1. Memaksakan diri mengetahui makna yang dikehendaki
Allah pada suatu ayat tanpa memenuhi syarat untuk itu
2. Mencoba menafsirkan ayat yan maknanyha hanya
diketahui Allah (otoritas Allah semata)
3. Menafsirkan ayat Al Qur’an dengan disertai hawa nafsu
dan sikap istihsan
4. Menafsirkan AlQur’an dengan memastikan bahwa makna
yang dikehendaki Allah adalah demikian …. Tanpa didukung
dalil.
Tafsir bi Ar Ra’yi dapat diterima selama
menghindari hal-hal berikut :
28. 28
1. Menafsirkan Al Qur’an berdasarkan
ra’yi berarti membicarakn firman Allah
tanpa pengetahuan
2. Yang berhak menjelaskan Al
Qur’an hanyalah Allah
3. Rasulullah SAW. Bersabda : “siapa
saja menafsirkan Al Qur’an atas
dasar pikirannya semata, atau atas
asar sesuatu yanhg belum
diketahuinya, maka bersiap-siaplah
mengambil tempat dineraka.
4. Adanya tradisi di kalangan sahabat
dan tabi’in untuk berhati-hati ketika
berbicara tentang penafsiran Al Qur’an.
Argumentasi kelompok yang meLARANGkan
29. 29
1. Di dalam AlQur’an banyak ayat-ayat yang
menyerukan untuk mendalami kandungan
Al Qur’an
2. Mengapa ijtihad diperbolehkan? Nabi tidak
menjelaskan setiap ayat Al Qur’an
3. Para sahabat sering berselisih pendapat
mengenai penafsiran suatu ayat.
4. Rasulullah pernah berdo’a untuk Ibnu Abbas.
Doa tersebut berbunyi :
التأويل وعلمه الدين ىف فقه اللهم
“ ya Allah berilah pehaman agama kepada Ibnu
Abbas dan ajarilah ia takwil ”
Argumentasi kelompok yang mengIZINkan
30. 30
Arti Terjemah adalah salinan dari bahasa ke bahasa lain atau
memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain.
a. Terjemah maknawiyah tafsiriyah
Penerjemahan terbagi menjadi 3 corak
b. Terjemah harfiyah bi al-mitsli
c. Terjemah harfiyah bi duni al-mitsli
31. 31
TAFSIR
1. Lebih umum dan lebih banyak
digunakan untuk lafazh dan kosakata
dalam kitab-kitab yang diturunkan
Allah dan kitab-kitab yang lainnya
2. Menerangkan makna lafazh yang
tak menerima selain dari satu arti
3. Menetapkan apa yang dikehendaki
ayat dan menerapkan seperti yang
dikehendaki Allah
4. Menerangkan makna lafazh, baik
berupa hakikat atau majaz
TAKWIL
1. Lebih banyak dipergunakan makna
dan kalimat dalam kitab-kitab yang
diturunkan Allah saja
2. Menetapkan makna yang
dikehendaki suatu lafazh yang dapat
menerima banyak makna karena
didukung oleh dalil
3. Menyeleksi salah satu makna yang
mungkin diterima oleh suatu ayat
tanpa meyakinkah bahwa itulah yang
dekehendaki Allhah
4. Menafsirkan batin lafazh
PERBEDAAN TAFSIR DAN TAKWIL
35. 35
Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu
hendak mengerjakan sembahyang (padahal kamu
berhadas kecil), maka (berwuduklah) iaitu
basuhlah muka kamu, dan kedua belah tangan
kamu meliputi siku, dan sapulah sebahagian dari
kepala kamu, dan basuhlah kedua belah kaki kamu
meliputi buku lali;
36. 2.Ilmu I’rab al-Quran
• Saidina Ali B. Abi Talib merupakan orang pertama mulanya
mengembangkan ilmu I’rab ini.
• Beliau meminta Abu Aswad al-Du’ali agar membuat kaedah
bahasa Arab.
• Tujuannya untuk menjaga kesucian dan ketinggian bahasa
tersebut.
• Sehingga abad ke-5 Hijrah barulah muncul kitab yang lengkap
berkaitan dengan al I’rab al-Quran.
• Diantara tokoh ulamak yang terlibat seperti- Abu Amar al-Dani
(Tafsir Bi al-Qira’at al-Sab’I dan kitab al-Muhkam Fi al-Nuqat)
dan Ali B. Ibrahim (KItab al-I’rab al-Quran)
37. PengajiantafsirAl-Quran
oleh parasahabat:
• Diantara para mufasir yang terkenal di
kalangan para shahabat Nabi adalah
empat khalifah, Ibnu Mas’ud, Ibnu
Abbas, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit,
Abu Musa al-Asy’ari dan Abdullah bin
az-Zubair.
38. Yang termasyhur dalam bidang tafsir:
1) Abdullah bin Abbas (Makkah)
2) Abdullah bin Mas’ud (Kufah/Iraq)
3) Ubay bin Ka’ab (Madinah)
39. • Di antara murid-murid Ibnu Abbas
yang cukup termasyhur adalah Said
bin Jubair, Mujahid, Ikrimah maula
Ibnu Abbas, Thawus bin Kisan al
Yamani dan Atha’ bin Rabah.
40. • Murid Ubay bin Ka’ab yang popular
di Madinah adalah Zaid bin Aslam,
Abul Aliyah dan Muhammad bin
Ka’ab al Qurazhi.
41. • Di Iraq terdapat beberapa murid Abdullah
bin Mas’ud yang juga terkenal sebagai
mufassir. Mereka yaitu Alqamah bin Qais,
Masruq bin al-Alda’, Aswad bin Yazid,
Amir asy-Sya’bi, Hasan al-Bashri dan
Qatadah bin Di’amah as-Sadusi.
42. • Adapun jenis ilmu yang diriwayatkan
dari mereka itu mencakup: ilmu tafsir,
ilmu gharib al-Qur’an, ilmu asbab an-
nuzul, ilmu makkiyah dan madaniyah
dan ilmu nasikh-mansukh.
43. • Metode penyampaian ilmu
pengetahuan pada waktu itu, yang
berlangsung sejak abad pertama
hingga abad ke-2 sampai abad ke-3
Hijriah, lebih banyak mengandalkan
metode sima‘ī (pendengaran),
musyāfahah (penyampaian secara
oral/lisan).
44. Tahap penulisandan pembukuan:
• Penyampaian ilmu-ilmu al-Qur’an
melalui tulis-menulis dalam arti
pembukuan, diperkirakan baru
muncul sekitar abad ke-3 atau
ke-4 Hijriah.
45. • Dalam bidang ilmu asbāb al-nuzul,
tercatat nama ‘Alī Ibn al-Madinī
• (234 H)—guru Imam al-Bukhārī—yang
mengarang asbāb al-nuzūl
• Abū ‘Ubaid al-Qāsim ibn Salām yang
menulis tentang al-Nāsikh wa al-
Mansūkh.
• Ibn Qutaybah (276 H) menyusun
tentang musykilah (problematika) al-
Qur’an.
46. Sedangkan dari ulama-ulama abad ke-4 Hijriah, dan seterusnya,masing-
masing tercatat nama-nama:
• Abū Bakr al-Sijistānī (330 H) dalam bidang Gharīb
al-Qur’ān,
• Abū Bakr al-Baqilānī (403 H) menyusun I’jāz al-
Qur’ān,
• ‘Alī ibn Sa‘īd al-Hūfī (430 H) dalam bidang I‘rāb al-
Qur’ān,
• al-Māwardī (450 H) menulis tentang amtsāl al-
Qur’ān,
47. • Abū al-Qāsim ‘Abd al-Rahmān
yang lebih populer dengan sebutan al-
Siblī (abad ke-6) dalam bidang Mubhamat
al-Qur’an,
• al-‘Izz ibn ‘Abd al-Salām (660 H) dalam
bidang majāz al-Qur’ān, dan
• ‘Alam al-Dīn al-Sakhāwī (643 H) dalam
bidang ‘ilm al-qirā’āt dan aqsām al-
Qur’ān.
48. • Khususnya dalam bidang tafsir,
orang pertama sebagai penulis kitab
tafsir al-Qur’an dalam bentuk karangan
yang sesungguhnya ialah:
Muhammad ibn Jarīr al-Thabari
(w. 310 H) dengan karya Jami’ al-Bayan
fi Tafsir al-Qur’an (Himpunan
penjelasan dalam tafsir a-Quran).
49. • Menurut al-Zarqānī, istilah ini
berdasarkan opini masyarakat umum
baru muncul pada abad ke-7 Hijriah.
Di perpustakaan Dār al-Kutub al-
Mishriyyah, al-Zarqānī menjumpai
sebuah kitab yang ditulis oleh ‘Ali Ibn
Ibrāhīm Ibn Sa‘īd al-Hūfī (w. 330 H)
yang diberi nama al-Burhān fī ‘Ulūm
al-Qur’ān sebanyak 30 jilid.
50. • Dengan demikian, istilah ‘ulūm al-Qur’ān
telah lahir sekitar dua abad lebih lama,
yakni abad ke-5 atau bahkan abad ke-4
dari pada pendapat umum.
51. Pada abad ke-6 Hijriah:
• Ibn al-Jauzī (w. 597 H), menyusun dua
kitab Funūn al-Afnān fī-‘Ulūm al-Qur’ān
• al-Mujtabā fī ‘Ulūm Tata‘allaq bi al-Qur’ān.
• Alam al-Sakhāwī (w. 641 H) menyusun
buku Jamāl al-Qurrā’,
• Abū Syāmah (w. 665 H) mengarang kitab
al-Mursyid al-Wajīz fī mā Yata‘allaq bi al-
Qur’ān al-‘Azīz.
52. Pada abad ke-8:
• Badr al-Dīn al-Zarkasyī menyusun
al-Burhān fī-‘Ulūm al-Qur’ān,
• al-Bulqinī menyusun karya besar Mawāqi‘
al-‘Ulūm min Mawāqi‘ al-Nujūm.
54. Dikalangan para ulama kontemporerlahir
beberapa buku tentang ilmu ilmu Al Qur’an semisal:
• Mabāhits fī ‘Ulūm al-Qur’ān karya
Muhammad Shubhī al-Shālih,
• Mabāhits fī ‘Ulūm al-Qur’ān tulisan Mannā’
al-Qaththān,
• Min Rawāi‘ al-Qur’ān buah pena Muhammad
Sa‘īd Ramadhān al-Būthī,
• al-Tibyān fī ‘Ulūm al-Qur’an karya
Muhammad ‘Ālī al-Shābūnī, dan lain-lain.
56. 56
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
Para Sahabat Yang Terkenal Di Dalam Ilmu Tafsir
1.) Ali bin Abu Talib 2.) Abdullah bin Mas'ud 3.) Abdullah bin Abbas
Para Tabi’in Yang Terkenal Dalam Ilmu Tafsir
1.) Penduduk Mekah - pengikut Ibnu Abbas seperti Mujahid,
Ikrimah dan Ata’ bin Abi Rabah.
2.) Penduduk Madinah - pengikut Ubai bin Ka‘b seperti Zaid
bin Aslam, Abu al-Darda’ dan Muhammad bin Ka‘b al-
Qurazi.
3.) Penduduk Kufah - pengikut Ibnu Mas‘ud seperti Qatadah,
‘Alqamah dan al-Sya‘bi.
57. 57
TAFSIR, TAKWIL, DAN TERJEMAH
Definisi Tafsir, Takwil, dan Terjemah
Kata Tafsir diambil dari kata َرَّسَف-ُرِّسَفُي-اًرْيِّسْفَت yang berarti keterangan
atau uraian
Menurut istilah berarti ilmu mengenai bagaimana cara pengucapan
lafazh-lafazh Al Qur’an serta cara mengungkapkan petunjuk kandungan-
kandungan hukum, dan makna-makna yang terkandung di dalamnya.
Kata Takwil diambil dari kata َلََّوأ–ُلَِّوُُي–ًلْيِّْوََت yang berarti menerangkan
atau menjelaskan
Menurut istilah berarti mengembalikan sesuatu kepada Ghayahnya, yakni
menerangkan apa yang dimaksud.
58. 58
Sumber penafsiran bi al ma’tsur
1. Al Qur’an
2. Otoritas hadits Nabi
3. Otoritas penjelasan sahabat
4. Otoritas penjelasan tabi’in
59. 59
Periode pertumbuhan tafsir bi Al Ma’tsur
a. Periode I, masa Nabi, sahabat dan permulaan masa tabi’in.
b. Periode II, masa pemerintahan Umar bin Abd Aziz
c. Periode III, masa dimulainya penyusunan kitab tafsir al ma’tsur
60. 60
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
Syarat-Syarat Ahli Tafsir :
Para ulama telah menetapkan beberapa pra-syarat untuk
ahli tafsir.Hal ini penting untuk memastikan tafsiran yang
bakal dibuat benar-benar menepati syarak dan tidak ada
pihak sewenang-wenangnya menafsirkan ayat al-Quran
membabi buta. Secara amnya, terdapat sembilan syarat
1. Akidah yang luhur dan betul
2.Menghindarkan diri daripada hawa nafsu
3.Menafsirkan al-Quran dengan al-Quran terlebih dahulu
4.Disusuli menafsirkan al-Quran dengan al-Sunnah
61. 61
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
Sambungan.....Syarat-Syarat Ahli Tafsir
5.Menafsirkan dengan kata-kata para sahabat sekiranya
tidak didapati dalam al-Quran mahupun al-Sunnah
6.Akhir sekali sekiranya tidak ada di dalam ketiga-tiga
peringkat ini bolehlah ditafsir dengan kata-kata tabi'in
7.Penguasaan dalam bahasa Arab serta ilmu2 yang
berkaitan dengannya
8.Penguasaan ilmu2 asas yang berkaitan dgn al-Quran,
seperti ilmu Qiraat, Tauhid, Usul Feqh dan Usul Tafsir
9.Kefahaman yang mendalam dan jitu yang
memungkinkan ahli tafsir memilih tafsiran yang paling
tepat.
62. 62
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
Ayat-Ayat Muhkam (Jelas) Dan Mutasyabih (Samar atau
Menyerupai)
Ayat-ayat al-Quran al-Karim terbahagi kepada 3 kategori:
1. Kategori pertama: al-Quran itu secara umumnya
muhkam (jelas). Yang dimaksudkan dengan muhkam
(jelas) di sini ialah ketepatan dan kualiti tinggi pada lafaz-
lafaz dan erti-ertinya.Al-Quran menggunakan bahasa dan
sastera yang amat fasih.Kesemua berita-beritanya benar
dan bermanfaat.Al-Quran tidak mengandungi penipuan,
percanggahan mahupun kata-kata kosong yang tidak
berguna.Kesemua hukum-hukumnya adil, tidak zalim,
tidak bercanggahan dan bukannya hukum yang tidak
relevan. Contohnya:
63. 63
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
•Firman Allah Ta‘ala (Hud 11:1) - Maksudnya: Alif lam ra
(inilah) sebuah kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan
rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan
dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui.
•Firman Allah Ta‘ala (Yunus 10:1) - Maksudnya: Alif lam ra
(inilah) ayat-ayat al-quran yang mengandungi hikmah.
•Firman Allah Ta‘ala ( al-Zukhruf 43:4) - Maksudnya: Dan
sesungguhnya al-Quran itu dalam kitab induk (Lauh
Mahfuz) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya)
dan amat banyak mengandungi hikmah.
64. 64
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
2. Kategori kedua: al-Quran itu secara umumnya
mutasyabihat (saling menyerupai). Yang dimaksudkan
dengan mutasyabih (menyerupai) ialah kesemua ayat-
ayatnya saling menyerupai dalam kesempurnaan, kualiti
tinggi dan tujuan-tujuan terpuji. Contohnya :
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik iaitu al-
Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang2,
gementar kerananya kulit orang-orang yang takut kepada
Tuhan mereka, kemudian menjadi tenang kulit dan hati
mereka di waktu mengingati Allah. (al-Zumar 39:23)
Kalau kiranya al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah
mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
(al-Nisa' 4:82)
65. 65
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
3. Kategori ketiga: sesetengah al-Quran itu secara khususnya
muhkam (jelas) dan sesetengah yang lainnya secara khususnya
mutasyabih (samar). Contohnya
Dialah yang menurunkan al-Kitab (al-Quran) kepada kamu.Di
antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat (jelas),itulah asas
(induk) bagi isi al-quran dan yang lainnya ayat-ayat
mutasyabihat (samar). Adapun orang-orang yang dalam hatinya
condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian
ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan
untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang
mengetahui takwilnya melainkan Allah.Dan orang-orang yang
mendalam ilmunya berkata "Kami beriman kepada ayat-ayat
yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi tuhan kami.”dan tidak
dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-
orang yang berakal. (Ali Imran 3:7)
66. 66
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
Sumpah (Al-Qasam)
Sumpah (di dalam al-Qur’an) ialah menekankan
sesuatu dengan menyebut benda yang agung dengan huruf
‘wau’ dan sebagainya. Huruf-huruf yang menjadi alat untuk
bersumpah adalah tiga iaitu:
1. Huruf ‘wau’. Contohnya firman Allah Ta‘ala (al-Zariyat
51:23) - Maksudnya:
Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang
dijanjikan itu benar-benar akan terjadi.
•Fi‘il (kata kerja) sumpah mestilah disembunyikan.
•Selepas ‘wau’ pula, mestilah disusuli kata nama zahir (ism
zahir).
67. 67
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
2. Huruf ‘ba’. Contohnya firman Allah Ta‘ala -
Aku bersumpah dengan hari Kiamat. ( al-Qiyamah 75:1)
Fi‘il (kata kerja) sumpah boleh dizahirkan sebagaimana dalam contoh
ini.
Fi‘il (kata kerja) sumpah boleh juga disembunyikan sebagaimana
dalam firman Allah Ta‘ala tentang Iblis -
Iblis menjawab “Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan
mereka semuanya.” (Sad 38:82)
•Selepas ‘ba’ boleh diikuti kata nama zahir (ism zahir) seperti dalam
contoh ini.
•Selepas ‘ba’ boleh juga diikuti ganti nama (dhamir) seperti dalam
contoh berikut:
اللهربيوبهأحلفلينصرنالمؤمنين.
“Allah tuhanku, aku bersumpah denganNya bahawa dia akan
menolong orang-orang yang beriman.”
68. 68
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
3. Huruf ‘ta’. Contohnya firman Allah Ta‘ala (al-Nahl 16:56) -
Maksudnya:
Demi Allah, sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa
yang telah kamu ada-adakan.
•Fi‘il (kata kerja) sumpah mestilah disembunyikah.
•Selepas ‘ta’ mestilah lafaz “Allah” atau “rabb” seperti:
الـكعـبةألحجنإنشاءهللاِّب َرَتـ.
Maksudnya: Demi Tuhan Ka‘bah, pasti aku akan menunaikan
haji insyaAllah.
70. 70
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
Jenis-Jenis Tafsir
Terdapat pelbagai jenis tafsir berdasarkan dua aspek
pembahagian iaitu :
a. Pembahagian tafsir dari aspek susunannya terbahagi
kepada dua iaitu :
1. Tafsir Tahlili
la adalah tafsiran al-Quran bersifat analisis. Ayat-ayat
disusun berdasarkan susunan yang terdapat dalam al-Quran
(tartib mushafi). Seterusnya perkataan-perkataan
ditafsirkan , ayat-ayat dikaitkan di antara satu sama lain,
dan makna ayat diterangkan. Ini merupakan bentuk lama
tafsir yang diketahui umum
71. 71
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
Jenis-Jenis Tafsir
2. Tafsir Maudhu'i (mengikut Tajuk)
Tafsiran dibuat berdasarkan tajuk-tajuk tertentu yang
terdapat dalam al-Quran, atau yang berkaitan dengannya.
Menurut Dr. 'Iffat as-Syarqawi, tafsir Maudhu'i ialah :
"mengumpulkan sekumpulan ayat-ayat al-Quran yang
membahaskan satu topik perbincangan pada satu tempat,
kemudian ditafsirkan"[7] .
Ada yang berpendapat bahawa tafsiran yang tidak mengikut
kaedah-kaedah tafsir yang terdapat dalam ilmu Usul Tafsir,
termasuk dalam kategori tafsir maudhu'i, walaupun tafsiran
dibuat mengikut susunan mushaf.
72. 72
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
Jenis-Jenis Tafsir (dari aspek sumber )
Pembahagian tafsir dari aspek sumber pula terbahagi tiga :
1. Tafsir bi al-Ma'thur[9]
Tafsiran ayat al-Quran dengan ayat yang lain. Termasuk
dalam kategori ini ialah qiraat yang mentafsirkan qiraat
yang lain.
Begitu juga tafsir yang diriwayatkan daripada Nabi
Muhammad s.a.w. dan para sahabat baginda.Di samping
itu, ulama' juga memasukkan tafsiran yang dibuat oleh
tabi'in dalam kategori ini.
73. 73
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
Jenis-Jenis Tafsir (dari aspek sumber )
2. Tafsir bi al-Ra'y[10]
la adalah tafsiran al-Quran dengan ijtihad selepas
mengetahui selok belok :
1.) bahasa Arab dan perkara-perkara yang berkaitan
dengannya.
2.) ilmu asbab an-nuzul
3.) nasikh wal mansukh
4.) serta ilmu-ilmu lain yang perlu diketahui oleh ahli tafsir.
74. 74
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
Jenis-Jenis Tafsir (dari aspek sumber )
3. Tafsir Isyari (Isyarat)
la adalah pentakwilan ayat-ayat al-Quran yang tidak bertepatan
dengan zahir ayat tersebut, berdasarkan isyarat-isyarat seni
(ilham) yang boleh diketahui oleh ahli-ahli tafsir. Walau
bagaimanapun, ia boleh dikaitkan dengan kehendak zahir ayat.
Ada ayat iaitu ْنِّمًاابَب ْرَأْمُهَناَبْهُر َوْمُه َارَبْحَأواُذَخَّتاِّ َّاّلِّنُوُد) ]. Ayat ini
menyebut bahawa orang-orang Kristian menyembah ulama2
dan rahib2 mereka.Namun, pada zahirnya mereka tidak
berbuat demikian.Cuma, mereka mengikut segala perintah-
perintah ahli-ahli agama tersebut dengan menghalalkan yang
haram dan sebaliknya.
75. 75
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
Pertama, Tafsir Bil Ma’tsur atau Bir-Riwayah
Beberapa contoh kitab tafsir yang menggunakan metode
ini:
1. Tafsir At-Tobary ((جامعالبيانفيتأويألىالقران terbit 12 jilid
2. Tafsir Ibnu Katsir (تفسيرالقرانالعظيم ) dengan 4 jilid
3. Tafsir Al-Baghowy معالمالتنزيل )
4. Tafsir Imam As-Suyuty (الُدرالمنثورفيالتفسيربالمأثور ) terbit 6
jilid.
76. 76
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
Kedua, Tafsir Bir-Ra’yi (Diroyah)- dibagi menjadi dua bagian:
a.) Ar-Ro’yu al Mahmudah (penafsiran dengan akal yang
diperbolehkan) dengan beberapa syarat diantaranya:
1)- Ijtihad yang dilakukan tidak keluar dari nilai-nilai al-
Qur’an dan as-sunnah
2)- Tidak berseberangan penafsirannya dengan penafsiran bil
ma’tsur, Seorang mufassir harus menguasai ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan tafsir beserta perangkat-perangkatnya.
Contoh kitab tafsir yang menggunakan metodologi ini :
1. Tafsir Al-Qurtuby (الجامعألحكامالقران )
2. Tafsir Al-Jalalain ()تفسيرالجاللين
3. Tafsir Al-Baidhowy (.)أنوارالتنزيلوأسرارالتأويل
77. 77
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
b.) Ar-Ro’yu Al- mazmumah (penafsiran dengan akal yang
dicela / dilarang), karena bertumpu pada penafsiran makna
dengan pemahamannya sendiri.Dan istinbath (pegambilan
hukum) hanya menggunakan akal/logika semata yang tidak
sesuai dengan nilai-nilali syariat Islam. Kebanyakan metode
ini digunakan oleh para ahli:
1. Tafsir Zamakhsyary ( الكشافعنحقائقالتنزيلوعيوناألقاويلفيوجوهالتأويل )
2. Tafsir syiah “Dua belas”
(مرأةاألنوارومشكاةاألسرارللموليعبُداللطيفالكازاراني ) juga
معالبيانلعلومالقرانألبيالفضاللطبراسي
3. Tafsir As-Sufiyah dan Al-Bathiniyyah
حقائفالتفسيرللسلميوعرائسالبيانفيحقائقالقرانألبيمحمُدالشيرازي
79. 79
Nama2 Al Quran :
Al-Quran merupakan Kalam Allah yang mengandungi ayat-
ayat Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW
melalui malaikat Jibrail untuk disampaikan kepada semua
manusia. Al-Quran merupakan mukjizat yang paling agung
yang telah mendapat jaminan daripada Allah SWT akan
kekal terpelihara.
Terdapat lebih daripada 10 nama Al-Quran dirakamkan
oleh Allah dalam kitabNya. Nama-nama itu menepati ciri-
ciri dan kriteria Al-Quran itu sendiri.
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
80. 80
1. Al-Kitab (Kitab)
Perkataan Kitab di dalam bahasa Arab dengan baris tanwin di
akhirnya (kitabun) memberikan makna umum iaitu sebuah
kitab yang tidak tertentu. Apabila ditambah
dengan alif dan lam di depannya menjadi (Al Kitab) ia telah
berubah menjadi suatu yang khusus (kata nama tertentu).
Dalam hubungan ini, nama lain bagi Al-Quran itu disebut
oleh Allah adalah Al-Kitab.
Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya, (menjadi)
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (al-Baqarah: 2)
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
81. 81
2. Al-Hudaa (Petunjuk)
Allah SWT telah menyatakan bahawa Al-Quran itu adalah
petunjuk. Dalam satu ayat Allah menyatakan Al-Quran
sebagai Petunjuk bagi manusia (2:185) dan dalam satu ayat
yang lain Allah nyatakan ia sebagai Petunjuk bagi orang-orang
betaqwa. (3:138 )
Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya
diturunkan Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang benar dan yang batil) … (al-Baqarah: 185)
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
82. 82
3. Al-Furqan (Pembeda)
Allah SWT memberi nama lain bagi Al-Quran dengan Al-
Furqan beerti Al-Quran sebagai pembeda antara yang haq
dan yang batil. Mengenali Al-Quran maka kesannya
sewajarnya dapat mengenal Al-Haq dan dapat
membedakannya dengan kebatilan.
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-
Quran) kepada hambaNya (Muhammad) … (al-Furqan:
1)
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
83. 83
4. Ar-Rahmah (Rahmat)
Allah menamakan Al-Quran dengan rahmat kerana dengan
Al-Quran ini akan melahirkan iman dan hikmah. Bagi
manusia yang beriman dan berpegang kepada Al-Quran ini
mereka akan mencari kebaikan dan cenderung kepada
kebaikan tersebut.
Dan Kami turunkan dari Al-Quran (sesuatu) yang menjadi
penawar serta rahmat bagi orang-orang yang beriman,
sedangkan bagi orang-orang yang zalim (Al-Quran itu)
hanya akan menambah kerugian. (al-Isra: 82)
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
84. 84
5. An-Nuur (Cahaya)
Panduan yang Allah gariskan dalam Al-Quran menjadi
cahaya dalam kehidupan dengan mengeluarkan
manusia daripada taghut kepada cahaya kebenaran,
daripada kesesatan dan kejahilan kepada kebenaran
ilmu, daripada perhambaan sesame manusia kepada
mengabdikan diri semata-mata kepada Yang Maha
Mencipta dan daripada kesempitan dunia kepada
keluasan dunia dan akhirat.
Dengan kitab itulah Allah member petunjuk kepada
orang yang mengikuti keredhaanNya ke jalan
keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang itu dari kegelapaan kepada
cahaya dengan izinNya dan menunjukkan ke jalan yang
lurus. (al-Maidah: 16)
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
85. 85
6. Ar-Ruuh (Roh)
Allah SWT telah menamakan wahyu yang diturunkan kepada
rasulNya sebagai roh. Sifat roh adalah menghidupkan sesuatu.
Seperti jasad manusia tanpa roh akanmati, busuk dan tidak
berguna. Dalam hubungan ini, menurut ulama, Al-Quran
mampu menghidupkan hati-hati yang mati sehingga dekat
dengan Penciptanya.
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad)
Ruuh (Al-Quran) dengan perintah Kami, … (ash-Shura: 52)
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
86. 86
7. Asy-Syifaa’ (Penawar)
Allah SWT telah mensifatkan bahawa Al-Quran yang diturunkan
kepada umat manusia melalui perantara nabi Muhammad SAW
sebagai penawar dan penyembuh. Bila disebut penawar tentu
ada kaitannya dengan penyakit. Dalam tafsir Ibnu Kathir
dinyatakan bahawa Al-Quran adalah penyembuh dari penyakit-
pnyakit yang ada dalam hati manusia seperti syirik, sombong,
bongkak, ragu dan sebagainya.
Wahai manusia! Sungguh, telah Kami datangkan
kepadamu pelajaran (Al-Quran) dari Tuhanmu, penawar
bagi penyakit yang ada di dalam dada, dan petunjuk serta
rahmat bagi orang yang beriman. (Yunus: 57)
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
87. 87
8. Al-Haq (Kebenaran)
Al-Quran dinamakan dengan Al-Haq kerana dari awal hingga
akhirnya, kandungan Al-Quran adalah semuanya benar.
Kebenaran ini adalah datang daripada Allah yang mencipta
manusia dan mangatur system hidup manusia dan Dia Maha
Mengetahui segala-galanya. Oleh itu, ukuran dan pandangan
dari Al-Quran adalah sesuatu yang sebenarnya mesti diikuti dan
dijadikan priority yang paling utama dalam mempertimbangkan
sesuatu.
Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali
engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu.
(al-Baqarah: 147)
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
88. 88
9. Al-Bayaan (Keterangan)
Al-Quran adalah kitab yang menyatakan keterangan dan
penjelasan kepada manusia tentang apa yang baik dan buruk
untuk mereka. Menjelaskan antara yang haq dan yang batil,
yang benar dan yang palsu, jalan yang lurus dan jalan yang
sesat. Selain itu Al-Quran juga menerangkan kisah-kisah uma
terdahulu yang pernah mengingkari perintah Allah lalu
ditimpakan dengan berbagai azab yang tidak terduga.
Inilah (Al-Quran) suatu keterangan yang jelas untuk
semua manusia, dan menjadi petunjuk kepada seta
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. ( Aali-Imran:
138 )
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
89. 89
10. Al-Mau’izhah (Pengajaran)
Al-Quran yang diturunkan oleh Allah adalah untuk kegunaan
dan keperluan manusia, kerana manusia sentiasa memerlukan
peringatan dan pelajaran yang akan membawa mereka kembali
kepada tujuan penciptaan yang sebenarnya. Tanpa bahan-
bahan pengajaran dan peringatan itu, manusia akan terlalai dan
alpha dari tugasnya kerana manusia sering didorong oleh nafsu
dan dihasut oleh syaitan dari mengingati dan mentaati suruhan
Allah.
Dan sungguh Kami telah mudahkan Al-Quran untuk
peringatan, maka adakah orang yang mahu mengambil
pelajaran? (daripada Al-Quran ini).(al-Qamar: 22)
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
90. 90
11. Adz-Dzikr (Pemberi Peringatan)
Allah SWT menyifatkan Al-Quran sebagai adz-dzikra (peringatan)
kerana sebetulnya Al-Quran itu sentiasa memberikan peringatan
kepada manusia kerana sifat lupa yang tidak pernah lekang daripada
manusia. Manusia mudah lupa dalam berbagai hal, baik dalam
hubungan dengan Allah, hubungan sesame manusia mahupun lupa
terhadap tuntutan-tututan yang sepatutnya ditunaikan oleh manusia.
Oleh itu golongan yang beriman dituntut agar sentiasa mendampingi
Al-Quran. Selain sebagai ibadah, Al-Quran itu sentiasa
memperingatkan kita kepada tanggungjawab kita.
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan adz-zikra (Al-
Quran) dan Kamilah yang akan menjaganya (Al-Quran). (al-
Hijr: 9)
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
91. 91
12. Al-Busyraa (Berita Gembira)
Al-Quran sering menceritakan khabar gembira bagi
mereka yang beriman kepada Allah dan menjalani hidup
menurut kehendak dan jalan yang telah diatur oleh Al-
Quran. Khabar-khabar ini menyampaikan pengakhiran
yang baik dan balasan yang menggembirakan bagi orang-
orang yang patuh dengan intipati Al-Quran. Telalu banyak
janji-janji gembiran yang pasti dari Allah untuk mereka
yang beriman dengan ayat-ayatNya.
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN ILMU2NYA
97. 1. Bayan at-Taqrir
Bayan taqrir sering disebut juga
"bayan ta'kid" atau "bayan istbat",
adalah pernyataan hadis Nabi yang
menetapkan dan memperkuat apa
yang telah diterangkan dan
ditetapkan al-Qur'an.
98. • Contohnya hadis tentang "melihat hilal
(bulan tanggal satu) sebagai tanda mulai
berpuasa dan idul fitri" sebagai berikut:
ْوُم ْوُصَف َل َالِّهلْا واُمُتْيَأَر اَذِّإُه ْوُمُتْيَأَر اَذِّإ َو اَأَفا ْوُرِّطْف
"Apabila kalian melihat bulan, maka
berpuasalah, dan jika kalian
melihatnya (yang kedua kalinya)
maka berbukalah" (HR.Muslim)
99. Hadis di atas memperkuat, menegaskan
dan menetapkan (mentaqrir) hukum
yang terkandung dalam firman Allah
SWT sebagai berikut:
ْلَف َرْهَّشال ُمُكنِّم َُدِّهَش نَمَفُُْمُصَي
"… karena itu, barangsiapa diantara
kamu ada yang menyakisakan bulan,
maka berpuasalah…" (QS. al-Baqarah:
185)
100. 2. Bayan al-Tafsir
Bayan tafsir adalah hadis Nabi
berfungsi untuk memberikan rincian
dan tafsiran terhadap ayat-ayat yang
Bersifat mujmal (global), memberi
batasan (taqyid) ayat yang bersifat
mutlak, menkhususkan (takhsish)
pada ayat yang masih umum.
101. contohnya hadis Nabi berikut:
ا ْوُّلَصُا ىِّن ْوُمُتْيَأَر اَمَكىِّلَص
"Shalatlah sebagaimana engkau
melihat aku shalat" (HR. Bukhari)
Hadis ini menjelaskan dan merinci
bagaimana mendirikan shalat.
102. Dalam al-Qur'an tidak dijelaskan secara
rinci tentang bagaimana teknik pelaksaan
perintah shalat. Salah satu ayat tersebut
adalah firman Allah sebagai berikut:
َةاَكَّالز واُتآ َو َة َالَّصال واُميِّقَأ َوِّكاَّالر َََم واُعَك ْار َوَينِّع
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat,
dan rukuklah beserta orang yang rukuk"
(QS. Al-Baqarah: 43)
103. 3. Bayan at-Tasyri`
Bayan at-tasyri` adalah mewujudkan suatu
hukum/ajaran yang tidak didapati dalam
al-qur`an.
Misalnya hadis yang berbicara tentang
penetapan haramnya mengumpulkan
wanita bersaudara untuk menjadi istri,
hukum suf'ah, hukum merajam penzina
yang masih perawan, dan hukum tentang
waris bagi seorang anak.
104. Contoh lainnya adalah hadis berikut:
َع ُهللا ىَلَص ُهللا ُل ْوُسَر ىَهَنْنَع َمَّلَس َو ُِّْيَلْيِّذ ِّلُك
ِّاعَبِّسال َنِّم ٍبَان
"Rasulullah SAW melarang memakan
daging binatang buas yang
mempunyai taring" (HR. Muslim dari
Ibnu Abbas)
105. 4. Bayan al-Nasakh
Kata nasakh secara bahasa berarti `ibthal
(membatalkan), izalah (menghilangkan),
tahwil (memindahkan) dan taghyir
(mengubah).
Ketentuan yang datang kemudian
menghapus ketentuan yang datang
terdahulu, krn yang terakhir dianggap
lebih luas dan cocok dengan nuansanya.
106. Salah satu contoh yang biasa diajukan
oleh para ulama, ialah hadis berbunyi :
لوارث صية الو.
“Tidak ada wasiat bagi ahli waris”.
Hadis ini menurut mereka menasakh isi
firman Allah SWT :
107. خيرا ترك إن الموت أحُدكم حضر إذا عليكم كتب
على حقا بالمعروف واألقربين للوالُدين الوصية
المتقين
“diwajibkan atas kamu, apabila seseorang
diantara kamu kedatangan (tanda-tanda)
maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak,
berwasiat untuk ibu bapa dan karib
kerabatnya secara ma’ruf (ini adalah)
kewajiban atas orang-orang yang bertakwa”.
(QS. Al-Baqarah: 180).