2. Ulumul Qur’an adalah ilmu yang membahas
masalah-masalah yang berhubungan dengan al-
Qur’an dari segi asbabun nuzul, pengumpulan
dan penertiban al-Qur’an, makkiah madaniyah,
nasikh mansukh, muhkam mutasyabih dan lain
sebagainya yang berhubungan dengan al-Qur’an.
Ulumul qur’an kadang disebut juga dengan
usulut tafsir (dasar-dasar tafsir) karena yang
dibahas berkaitan dengan beberapa masalah
yang harus diketahui seorang mufassir sebagai
sandaran dalam menafsirkan al-Qur’an.
3. Menurut Hasbi al-Shiddieqi, ulumul qur’an terdapat enam
komponen:
1. Nuzul (tempat dan waktu turunnya) seperti asbabun
nuzul dan makki dan madani.
2. Sanad, baik yang mutawatir, ahad dan syadz bentuk-
bentuk qira’ah dll.
3. Ada’ al-Qira’ah seperti waqaf, ibtida’, madd, idgham dll.
4. Pembahasan tentang lafadh al-Qur’an seperti majaz,
musytarak, muradif dll.
5. Pembahasan makna al-Qur’an yang berhubungan dengan
hukum seperti ‘am, khas, mutlaq, muqayyad, manthuq,
mafhu,m, dll.
6. Pembahasan makna al-Qur’an yang berhubungan dengan
lafadh seperti fasl, wasl, ijaz, itnab dll.
4. Menurut Dr. M. Quraish Shihab, materi-materi cakupan ulumul qur’an
terdapat 4 komponen:
Komponen pertama (Pengenalan terhadap al-Qur’an) mencakup : (a)
Sejarah al-Qur’an, (b) Rasm al-Qur’an, (c) I’jaz al-Qur’an, (d) Munasabah
al-Qur’an, (e) qushah al-Qur’an, (f) jadal al-Qur’an, (g) aqsam al-Qur’an,
(h) amtsal al-Qur’an,(i) nasikh dan mansukh, (j) muhkam dan
mutasyabih, (k) al-qiraat, dan sebagainya.
Komponen kedua (Kaida-kaidah tafsir) mencakup : (a) ketentuan-
ketentuan yang harus diperhatikan dalam menafsirkan al-Qur’an, (b)
sistematika yang hendaknya ditempuh dalam menguraikan penafsiran,
dan (c) patokan-patokan khusus yang membantu pemahaman ayat-ayat
al-Qur’an,baik dari ilmu-ilmu bantu, seperti bahasa dan ushul fiqhi,
maupun yang ditarik langsung dari penggunaan al-Qur,an. Sebagai
contoh, dapat dikemukakan kaidah-kaidah berikut : (a) kaidah ism dan
fi’il, (b) kaidah ta’rif dan tankir, (c) kaidah istifham dan macam-
macamnya, (d) ma’aniy al-huruf seperti : asa; la’alla, in, iza; dan lain-
lain, (e) kaidah su’al dan jawab, (f) kaidah pengulangan, (g) kaidah
perintah sesudah larangan, (h) kaidah penyebutan nama dalam kishah,
(j) kaidah penggunaan kata dan uslub al-Qur’an, dan lain-lain.
5. Komponen ketiga (metode-metode tafsir) mencakup
metode-metode tafsir yang dikemukakan oleh ulama
mutaqaddim dengan ketiga coraknya : al-ra’yu, al-
ma’tsur, al-isyariy, disertai penjelasan tentang
syarat-syarat diterimanya suatu penafsiran serta
metode pengembangannya, dan juga mencakup juga
metode mutaakhir dengan keempat macamnya :
tahliliy, ijmaliy, muqarran, maudhu’iy. Komponen
keempat (kitab tafsir dan para mufassir) mencakup
pembahasan tentang kitab-kitab tafsir baik yang
lama maupun yang baru, yang berbahasa arab,
inggris, atau indonesia, dengan mempelajari biografi,
latar belakang dan kecenderungan pengarangnya,
metode dan prinsip-prinsip yang digunakan, serta
keistimewaan dan kelemahannya.
6. Tanpa mempelajari Uluumul Qur-an sebenarnya seseorang akan
kesulitan memahami makna yang terkandung dalam Al Qur-an,
bahkan bisa jadi malah tersesatkan. Apalagi ada 2 jenis ayat
yaitu ayat-ayat muhkamaat dan mutsayabihaat. Sejak masa nabi
Muhammad pun, terkadang sahabat memerlukan penjelasan nabi
apa yang dimaksud dalam ayat-ayat tertentu. Sehingga muslimin
yang hidup jauh sepeninggal Nabi S.a.w, terutama bagi yang
ingin memahami kandungan Al Qur-an dituntut untuk
mempelajari ilmu tersebut.
Adapun manfaat mempelajari Ulumul Qur’an antara lain adalah:
Mampu menguasai berbagai ilmu pendukung dalam rangka
memahami makna yang terkandung dalam al-Qur`an.
Membekali diri dengan persenjataan ilmu pengetahuan yang
lengkap, dalam rangka membela al-Qur`an dari berbagai
tuduhan dan fitnah yang muncul dari pihak lain.
7. Fase Sebelum Kodifikasi
Pada fase sebelum kodifikasi, ‘Ulumul Al-Qur’an kurang
lebih sudah merupakan benih yang kemunculannya sangat
dirasakan semenjak Nabi masih ada. Hal itu ditandai
dengan kegairahan para sahabat untuk mempelajari Al-
Qur’andengan sungguh-sungguh. Terlebih lagi, diantara
mereka – sebaimana yang diceritakan oleh Abu
Abdurrahman As-Sulami, ada kebiasaan untuk tidak
berpindah kepada ayat lain, sebelum benar-benar dapat
memahami dan mengamalkan ayat yang sedang
dipelajarinya. Mereka mempelajari sekaligus mengamalkan
ayat yang sedang dipelajarinya. Dan itulah sebabnya
mengapa Ibnu ‘Umar memerlukan waktu delapan tahun
hanya untuk menghafal surah Al-Baqarah.
8. Ketika Usman memerintahkan Zaid bin Tsabit
untuk mengkodifikasikan al-Qur’an
menggunakan bahasa arab Quraish maka
saat itulah muncul Ilmu Rasmil Qur’an.
Kemudian pada masa Ali bin Abi Thalib, Abul
Aswad ad-Du’ali diperintahkan untuk
meletakkan kaidah nahwu, cara pengucapan
yang tepat dan baku dan memberikan
ketentuan harokat pada al-Qur’an maka
mincullah Ilmu I’rabil Qur’an.
9. Tentang masa penyusunan ilmu-ilmu agama
yang dimulai sejak permulaan abad II H. para
ulama memberikan prioritas atas penyusunan
tafsir sebab tafsir merupakan induk ‘Ulumul Al-
Qur’an. Di antara ulama abad II H. yang
menyusun tafsir adalah:
Syu’bah Al-Hjjaj (w. 160 H.)
Sufyan bin ‘Uyainah (w. 198 H.)
Sufyan Ats-Tsauri (w. 161 H.)
Waqi’ bin Al-jarrh (128-197 H.)
Muqatil bin Sulaiman (w. 150 H.)
Ibnu Jarir Ath-Thabari (w. 310 H.)
10. Pada abad III H. selain tafsir dan ilmu tafsir, para
ulama mulai menyusun pula beberapa ilmu Al-
Qur’an (‘Ulumul Al-Qur’an), di antaranya:
‘Ali bin al-MAdini (w. 234 H.), gurunya Imam Al-
Bukhari, yang menyusun Ilmu Asbab An-Nuzul
Abu ubaid al-qasimi bin salam (w. 224 H.) yang
menyusun Ilmu Nasikh Wa Al-Mansukh, Ilmu
Qira’at, dan Fadha’il Al-Qur’an
Muhammad bin ayyub adh-durraits (w. 294 H.)
yang menyusun Ilmu Makki wa Al-Madani
Muhammad bin Khalaf Al-Marzuban (w. 309 H.)
yang menyusun kitab Al-Hawi Fi’ ‘Ulum Al-
Qur’an.
11. Pada abad IV H. mulai disusun Ilmu Gharib Al-Qur’an dan
beberapa kitab ‘Ulumul Al-Qur’an dengan memakai istilah
‘Ulum Al-Qur’an. Diantara ulama yang menyusun ilmu-
ilmu itu adalah:
Abu Bakar As-Sijistani (w.330 H.) yang menyusun kitab
Gharib Al-Qur’an
Abu bakar Muhammad bin Al-Qasim Al-Anbari (w. 328 H.)
yang menyusun kitab ‘Aja’ib ‘Ulum Al-Qur’an
Abu Al-Hasan Al-Asy’ari (w. 324 H.) yang menyusun kitab
Al-Mukhtazan fi’ ‘Ulum Al-Qur’an
Abu Muhammad Al-Qassab Muhammad bin Ali Al-Kurkhi
(w. 360 H.) yang menyusun kitab Nukat Al-Qur’an Ad-
Dallah ‘Ala Al-Bayan fi Anwa’ Al-‘Ulum Wa Al-Ahkam Al-
Munbi’ah ‘An Ikhtilaf Al-Anam
Muhammad bin ‘Ali Al-Adfawi (w. 388 H.) yang menyusun
kitab Al-Istighna’ fi’ ‘Ulum Al-Qur’an (20 jilid).
12. Pada abad V H. mulai disusun Ilmu I’jazil Qur’an, Ilmu
Amtsalil Qur’an dan Ilmu I’rab Al-Qur’an dalam satu kitab.
Di samping itu, penulisan kitab – kitab ‘Ulum Al-Qur’an
masih terus dilakukan oleh ulama masa ini. Di antara
ulama ulama yang berjasa dalam pengembangan ‘Ulum
Al-Qur’an pada masa ini adalah :
Abu Bakar al-Baqalani (w. 403 H) menyusun kitab I’jazul
Qur’an.
Al-Mawardi (w. 450 H) menyusun Amtsalul Qur’an.
‘Ali bin Ibrahim bin Sa’id al-Hufi (w. 430 H.), selain
mempelopori penyusunan I’rab Al-Qur’an, ia pun
menyusun kitab Al-Burhan fi’Ulum Al-Qur’an.
Abu ‘Amr Ad-Dani (w. 444 H.) yang menyusun kitab At-
Taisir fi Qira’at As-Sab’i dan kitab Al-Muhkam fi An-
Naqth.
13. Pada abad VI H. di samping terdapat ulama
yang meneruskan pengembangan ‘Ulumul Al-
Qur’an, juga terdapat ulama yang mulai
menyusun Ilmu Mubhamat Al-Qur’an, di
antaranya adalah:
Abu Al-Qasim bin ‘Abdurrahman As-Suhaili
(w. 581 H.) yang menyusun kitab Mubhamat
Al-Qur’an
Ibn Al-jauzi (w. 597 H.) yang menyusun kitab
Funun Al-Afnan fi ‘Aja’ib Al-Qur’an dan kitab
Al-Mujtaba’ fi ‘Ulum Tata’allaq bi Al-Qur’an.
14. Pada abad VII H. ilmu-ilmu Al-Qur’an terus
berkembang dengan mulai tersusunnya Ilmu Majas
Al-Qur’an dan Ilmu Qira’at. Di antara ulama abad VII
yang besar perhatiannya terhadap ilmu-ilmu ini
adalah:
Alamuddin As-Sakhawi (w. 643 H.), kitabnya
mengenai ilmu Qira’at dinamai Hidayat Al-Murtab fi
Mutasyabih dan kitab tentang Aqsamil Qur’an
Ibn ‘Abd As-Salam yang terkenal dengan nama Al-
‘Izz (w. 660 H.) yang mempelopori penulisan ilmu
Majaz Al-Qur’an dalam satu kitab
Abu Syamah (w. 655 H.) yang menyusun kitab Al-
Mursyid Al-Wajiz fi ‘Ulum Al-Qur’an Tata’allaq bi Al-
Qur’an Al-‘Aziz.
15. Pada abad VII H. muncullah beberapa ulama yang
menyusun ilmu-ilmu baru tentang Al-Qur’an,
sedangkan penulisan kitab-kitab tentang “Ulum Al-
Qur’an terus berjalan. Di antara mereka adalah:
Ibn Abi Al-isba’ yang menyusun Ilmu Badai’i Al-
Qur’an
Ibn Al-Qayyim (w. 752 H.) yang menyusun ilmu
Aqsam Al-Qur’an
Najmuddin ath-Thufi (w. 716 H.) yang menyusun
Ilmu Hujaj Al-Qur’an atau Ilmu Jadal Al-Qur’an
Badruddin Az-Zarkasyi (745-794 H.) yang menyusun
kitab Al-Burhan fi ‘ulum Al-Qur’an
Taqiyuddin Ahmad bin Taimiyah Al-Harrani (w. 728
H.) yang menyusun kitab Ushul Al-Tafsir.
16. Pada abad IX dan permulaan abad X H., makin
banyak karangan yang ditulis ulama tentang
Ulum Al-Qur’an. Pada masa ini, perkembangan
Ulum Al-Qur’an mencpai kesempurnaannya. Di
antara ulama yang menyusun Ulum Al-Qur’an
pada masa ini adalah:
Jalaluddin Al-Balqini (w. 824 H.) yang menyusun
kitab Mawaqi’ul ‘Ulum min Mawaqi’un Nujum.
Muhammad bin Sulaiman Al-Kafiyaji (w. 879 H.)
yang menyusun kitab At-Taisir fi Qawa’id At-
Tafsir
Jalaluddin ‘Abdurrahman bin Kamaluddin As-
Suyuthi (849-911H.) yang menyusun kitab Ath-
Tahbir fi ‘Ulum At-Tafsir.
17. Setelah memasuki abad XIV H., bangkitlah kembali
perhatian ulama dalam penyusunan kitab-kitab yang
membahas Al-Qur’an dari berbagai segi. Kebangkitan ini
di antaranya dipicuh oleh kegiatan ilmiah di Universitas
Al-Azhar Mesir, terutama ketika universitas ini membuka
jurusan-jurusan bidang studi yang menjadikan tafsir dan
hadits sebagai salah saatu jurusannya.
Pada abad ini ada sedikit pengembangan tema yang
dilakukan oleh para ulama dibandingkan pada abad-abad
sebelumnya. Pengembangan itu di antaranya berupa
penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa-bahasa Ajam.
Pada abad ini, perkembangan ‘Ulum Al-Qur’an diwarnai
oleh usaha-usaha menebarkan keraguan di seputar Al-
Qur’an yang dilakukan oleh kalangan orientalis atau oleh
orang islam itu sendiri yang dipengaruhi oleh orientalis.
Di antara Ulumul Qur’an yang lahir pada abad ini adalah:
18. Syekh Thahir Al-Jazairi yang menyusun kitab At-Tibyan fi’Ulum Al-Qur’an yang selesai pada
tahun 1335 H
Jamaluddin Al-Qasimy (w. 1332 H.) yang menyusun kitab Mahasin Al-Ta’wil
Muhammad ‘Abd Al-‘Azhim Az-Zarqani yang menyusun kitab Manahil Al-‘irfan fi’Ulum Al-
Qur’an (2 jilid)
Muhammad ‘Ali Salamah yang menyusun kitab Manhaj Al-Furqan fi’Ulum Al-Qur’an
Syeikh Tanthawi Jauhari yang menyusun kitab Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an dan Al-Qur’an wa
‘Ulum ‘Ashriyyah
Mushthafa Shadiq Ar-Rafi’I yang menyusun kitab I’jaz Al-Qur’an
Ustadz Sayyid Quthub yang menyusun kitab At-Tashwir Al-Fani fi Al-Qur’an
Ustadz Malik bin Nabi yang menyusun kitab Az-Zhahirah Al-Quraniyah.
Sayyid Imam Muhammad Rasyid Ridha yang menyusun kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Hakim (TAfsir
Al-Manar)
Syekh Muhammad ‘Abdullah Darraz yang menyusun kitab An-Naba’ Al-‘Azhim ‘an Al-Qur’an
Al-Karim: Nazharat Jadidah fi Al-Qur’an
DR. Subhi As-SAlih, Guru Besar Islamic Studies dan Fiqhu Lugah pada Fakultas Adab
Universitas Libanon, yang menyusun kitab Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an.
Syekh Mahmud Abu Daqiqi yang menyusun kitab ‘Ulum Al-Qur’an.
Syekh Muhammad ‘Ali Salamah, yang menyusun kitab Manhaj Al-Furqan fi’Ulum al-Qur’an.
Ustadz Muhammad Al-Mubarak yang menyusun kitab Al-Manhal Al-Khalid.
Muhammad Al-Ghazali yang menyusun kitab Nazharat fi Al-Qur’an.
Syekh Muhammad Musthafa Al-Maraghi yang menyusun sebuah risalah yang menerangkan
kebolehan kita menerjemahkan Al-Qur’an. Ia pun menulis kitab Tafsir Al-Maraghi
19. Pengumpulan hasil pembahasan dan bidang-
bidang tersebut mengenai semua atau sebagian
besar ilmu-ilmu al-Qur’an, menurut keterangan
az-Zarqani dalam kitabnya Manahilul ‘Irfan fi
Ulumil Qur’an, bahwa beliau menemukan di
perpustakaan mesir kitab yang ditulis oleh Ali bin
Ibrahim bin Sa’id al-Hufi (w. 430 H.) yang
berjudul al-Burhan fi Ulumil Qur’an. Al-Hufi
dianggap sebagai orang pertama yang menyusun
ulumul qur’an secara lengkap.
Kemudian Ibnul Jauzi (w. 597 H) dengan judul
Fununul Afnan fi ‘Aja’ib Ulumil Qur’an.
Kemudian muncul Badruddin al-Zarkasyi (w. 794
H) dengan kitabnya al-Burhan fi Ulumil Qur’an.
20. Jalaluddin al-Balqini (w. 824 H) memberikan
beberapa tambahan atas al-Burhan di dalam
kitabnya Mawaqi’ul Ulum min Mawaqi’in
Nujum.
Jalaluddin as-Suyuthi (w. 911 H) juga
menyusun sebuah kitab yang sangat populer
yaitu al-Itqan fi Ulumil Qur’an.