Dokumen tersebut membahas tentang definisi hadits, ilmu hadits, sejarah penghimpunan hadits, kedudukan hadits, pembagian hadits berdasarkan kualitas dan kuantitas periwayatan, serta signifikansi hadits dalam kehidupan masyarakat. Secara ringkas, dokumen tersebut membahas tentang konsep dan perkembangan ilmu hadits serta peranannya dalam kehidupan umat Islam.
Mantiq adalah sebuah ilmu yang membahas tentang alat dan formula berpikir, sehingga seseorang yang menggunakannya akan selamat dari cara berpikir salah.
Hidup bagi manusia berarti rangkaian keputusan yang tiada henti-hentinya. Keputusan itu adakalanya dikatakan dalam bentuk bahasa, adakalanya dinyatakan dalam bentuk tindakan dan adakalanya tinggal saja dalam batin manusia. Adapun keputusan tersebut merupakan hasil dari qiyas (Syllogisme), yaitu pengambilan kesimpulan dimana kita menarik dua macam keputusan (qadhiyah) yang mengandung ketidakpastian dan salah satunya harus universal, suatu keputusan ketiga yang kebenarannya sama dengan kebenaran yang ada pada keputusan kedua yang terdahulu itu.
Agar qiyas menjadi jalan pikiran yang lurus sehingga mencapai kebenaran, maka qiyas harus tunduk pada kebenaran ketentuan. Jika qiyas telah mengikuti aturan-aturan ini maka ia akan menghasilkan kebenaran logistik atau kebenaran formal. Sedangkan kebenaran objektif atau kebenaran materi akan tercapai jika premis-premisnya telah dibuktikan kebenarannya.
Manusia sebagai makhluk yang berpikir tidak akan lepas dari berpikir. Namun, saat berpikir, manusia seringkali dipengaruhi oleh berbagai tendensi, emosi, subyektifitas dan lainnya sehingga ia tidak dapat berpikir jernih, logis dan obyektif. Mantiq merupakan upaya agar seseorang dapat berpikir dengan cara yang benar, tidak keliru. Diantara pembelajaran ilmu mantiq yang takkalah pentingnya yaitu Qiyas istitsna’i. Kali ini kami coba membahas tentang pengertian qiyas istitsna’i dan pembagiannya.
Mantiq adalah sebuah ilmu yang membahas tentang alat dan formula berpikir, sehingga seseorang yang menggunakannya akan selamat dari cara berpikir salah.
Hidup bagi manusia berarti rangkaian keputusan yang tiada henti-hentinya. Keputusan itu adakalanya dikatakan dalam bentuk bahasa, adakalanya dinyatakan dalam bentuk tindakan dan adakalanya tinggal saja dalam batin manusia. Adapun keputusan tersebut merupakan hasil dari qiyas (Syllogisme), yaitu pengambilan kesimpulan dimana kita menarik dua macam keputusan (qadhiyah) yang mengandung ketidakpastian dan salah satunya harus universal, suatu keputusan ketiga yang kebenarannya sama dengan kebenaran yang ada pada keputusan kedua yang terdahulu itu.
Agar qiyas menjadi jalan pikiran yang lurus sehingga mencapai kebenaran, maka qiyas harus tunduk pada kebenaran ketentuan. Jika qiyas telah mengikuti aturan-aturan ini maka ia akan menghasilkan kebenaran logistik atau kebenaran formal. Sedangkan kebenaran objektif atau kebenaran materi akan tercapai jika premis-premisnya telah dibuktikan kebenarannya.
Manusia sebagai makhluk yang berpikir tidak akan lepas dari berpikir. Namun, saat berpikir, manusia seringkali dipengaruhi oleh berbagai tendensi, emosi, subyektifitas dan lainnya sehingga ia tidak dapat berpikir jernih, logis dan obyektif. Mantiq merupakan upaya agar seseorang dapat berpikir dengan cara yang benar, tidak keliru. Diantara pembelajaran ilmu mantiq yang takkalah pentingnya yaitu Qiyas istitsna’i. Kali ini kami coba membahas tentang pengertian qiyas istitsna’i dan pembagiannya.
Qawaid Fiqh adalah satu Science oleh Ulama Islam bagi mengeluarkan Hukum Fiqh. Ianya adalah Garis Sempadan dan Ungkapan yang mendalam dan Boleh di Gunakan secara Umum oleh Pencinta Islam dan Pendakwah sebagai petunjuk umum.
Aliran Ahmadiyah Qadiyaniyah didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad al-Qadiyani
Lahir di Qodyan India tahun 1839 M. wafat tahun 1908 M
Dia menyebarkan ajarannya dengan berbagai cara, dengan ceramah, karya tulis dan lainnya.
Di antara karya tulisnya berjudul ‘Menghilangkan Keraguan’, Mukjizat Ahmadiyah’, Argumentasi Ahmadiyah’, ‘Cahaya Islam’ dan lainnya
Berkat kepiawiannya dan dukungan penjajah sampai kemudian membentuk kelompok yang dikenal dengan ‘Ahmadiyah Al-Qodyaniah
Download font untuk hasil lebih menarik! *alaalaiklan
-chalkpaint
-Amandes Salées
-kindergaten
-Ether Cute Poison
-alphabetized cassette tapes
-DK Lemon Yellow Sun
-Notepaper Airplanes
Qawaid Fiqh adalah satu Science oleh Ulama Islam bagi mengeluarkan Hukum Fiqh. Ianya adalah Garis Sempadan dan Ungkapan yang mendalam dan Boleh di Gunakan secara Umum oleh Pencinta Islam dan Pendakwah sebagai petunjuk umum.
Aliran Ahmadiyah Qadiyaniyah didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad al-Qadiyani
Lahir di Qodyan India tahun 1839 M. wafat tahun 1908 M
Dia menyebarkan ajarannya dengan berbagai cara, dengan ceramah, karya tulis dan lainnya.
Di antara karya tulisnya berjudul ‘Menghilangkan Keraguan’, Mukjizat Ahmadiyah’, Argumentasi Ahmadiyah’, ‘Cahaya Islam’ dan lainnya
Berkat kepiawiannya dan dukungan penjajah sampai kemudian membentuk kelompok yang dikenal dengan ‘Ahmadiyah Al-Qodyaniah
Download font untuk hasil lebih menarik! *alaalaiklan
-chalkpaint
-Amandes Salées
-kindergaten
-Ether Cute Poison
-alphabetized cassette tapes
-DK Lemon Yellow Sun
-Notepaper Airplanes
ZAID bin Tsabit adalah salah satu sosok penting di dalam sejarah perjuangan Islam masa Nabi. Berbagai bidang ilmu dikuasainya, baik ilmu agama maupun ilmu pemerintahan (administrasi dan keuangan) serta mampu menguasai bahasa lain dalam waktu singkat. Beliau diakui sebagai ulama Madinah yang menguasai beberapa bidang ilmu antara lain Fiqih, Fatwa dan Faraidh atau Waris. Berikut ini beberapa kelebihan Zaid Bin Tsabit yang dikumpulkan dari
beberapa sumber yaitu :
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).pptFaizakbar251
Hadfits shahih ini hukumnya wajib diamalkan dan ulama ahli hadits membaginya kepada dua bagiian yaitu shahihg li dzatihi dan shahih li ghairihi. Perbedaan antara kedua bagian hadits ini terletak pada segi hafalan atau ingatan perawinya. Pada shahih li dzatihi, ingatan perwinya sempurna sedangkan pada hadits shahih li ghairihi, ingatan perawinya kurang sempurna.
2. Hadits
Nama Anggota Kelompok 4
1.Abdul Aziz Adha 1161001034
2. Agung Prayitno 1161001114
3. Akbar Imanullah 1161001028
4. Andre Kurniawan 1161001017
5. Auror Satria Nirvana 1161001090
6. Febriyani Rustanti 1161001002
7. Riska Dwinda Elsyah 1161001097
3. Definisi Hadits
Kata hadits berasal dari kata hadits , jamaknya ahadits,
hidtsan dan hudtsan.Namun yang terpopuler adalah ahadits,
dan lafal inilah yang sering dipakai oleh para ulama hadits
selama ini.
Dari segi bahasa kata ini memiliki
banyak arti, diantaranya al-jadid
(sesuatu yang baru) yang
merupakan lawan dari kata al-
qadim (sesuatu yang lama).Bisa
diartikan pula sebagai al-khabar
(berita) dan al-qarib (sesuatu yang
dekat).
4. ILMU HADITS
ILMU MEMINDAHKAN, MENCATAT, DAN
MENGUMPULKAN SEGALA SESUATU YANG BERKAITAN
DENGAN RASULLULLAH SAW, BAIK BERUPA PERKATAAN
YANG BELIAU UCAPKAN, AMALAN YANG BELIAU
KERJAKAN, SERTA KETETAPAN BELIAU (SEGALA SESUATU
YANG DILAKUKAN PARA SAHABAT DI DEPAN BELIAU DAN
RASULULLAH TIDAK MELARANGNYA)
5. Sejarah Penghimpunan Hadits
Pada masa Rasullulah SAW hadis belum ditulis secara resmi sebagaimana al-
Quran, apalagi dihimpun atau dikumpulkan. Pada masa nabi dan sahabat
,hadis terdokumentasi dalam hati sanubari para sahabatnya . Mereka belum
merasakan dan membayangkan kepentingan untuk menghimpun hadis.
Berita tentang prilaku Nabi Muhammad (sabda, perbuatan,
sikapdanpersetujuan) didapat dari seorang sahabat atau lebih yang
kebetulan hadir atau menyaksikan saat itu, berita itu kemudian disampaikan
kepada sahabat yang lain yang kebetulan sedang tidak hadir atau tidak
menyaksikan. Kemudian berita itu disampaikan kepada murid-muridnya
yang disebuttabi'in (satu generasi dibawah sahabat). Berita itu kemudian
disampaikan lagi kemurid-murid dari generasi selanjutnya lagi yaitu
paratabi'uttabi'in danseterusnya hingga sampai kepada pembukuan hadist
(mudawwin).
6. Meski pada awalnya al hadist hanya berada pada
ingatan para sahabat, namun ada sahabat yang
menuliskannya untuk kepentingan catatan pribadinya
(bukan untuk kepentingan umum). Di antaranya ialah:
'Abdullah bin 'Umar bin 'Ash (dalam himpunan As
Shadiqah)
'Ali bin Abi Thalib (dalam shahifahnya mengenai
hukum-hukum soal denda atau ganti rugi).
7. Beberapa penjelasan fungsi hadits :
a. Bayan Al-Taqrir.
Yang dimaksud dengan bayan ini adalah hadits berfungsi
menetapkan dan memperkuat apa yang telah diterangkan dalam
Al-qur’an. Fungsi hadis dalam hal ini hanya memperkokoh isi
kandungan Al-qur’an, Contohnya
“Apabila kalian melihat (ru’yah) bulan, maka berpuasalah, juga apabila
melihat (ru’yah) itu maka berbukalah.” (HR. Muslim)
Hadist ini mentaqrirkan surah Al-baqarah: 185
Artinya: Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri
tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada
bulanitu,…” (QS. Al-Baqarah:185)
b. Bayan Al-Tafsir.
Yang dimaksud bayan al-Tafsir adalah hadist yang berfungsi untuk
memberi penjelasan secara rinci terhadap ayat-ayat Al-qur’an
yang masih bersifat global (mujmal), memberikan batasan(taqyid)
ayat-ayat Al-qur’an yang bersifat mutlak, dan
mengkhususkan(takhsish) ayat-ayat Al-qur’an yang bersifat umum.
8. Kedudukan Hadits
Kedudukan hadits adalah sebagai sumber
hukum islam yang kedua setelah Al-Quran
Dalam salah satu pesan Rasulullah saw,
dalam sebuah hadits yang artinya :
“Aku tinggalkan dua pusaka untukmu
sekalian, yang kalian tidak akan akan
tersesat selagi kamu berpegang teguh
pada keduanya, yaitu berupa kitab
Allah dan Sunnah Rasul-Nya” (HR.
Malik)
Dalam suatu ayat, Allah SWT berfirman :
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman,
tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya dan kepada kitab yang Allah
turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab
yang Allah turunkan
sebelumnya.Barangsiapa yang kafir
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari
Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu
telah sesat sejauh-jauhnya. (Qs.
AnNisa’:136)
9. Kedudukan Hadits terhadap al- qur’an
Imam Ibnu Al Qoyyim mengatakan bahwa hubungan hadits
dengan al Qur`an ada tiga:
Pertama:
Memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh
Al Qur’an, sehingga keduanya (Al Qur’an dan Hadits) menjadi
sumber hukum untuk satu hal yang sama.
Kedua:
Memberikan rincian dan penjelasan
terhadap ayat-ayat Al Qur’an yang masih bersifat umum.
Ketiga:
Menetapkan hukum
atau aturan-aturan yang tidak didapati dalam Al Qur’an.
10. Pembagian Hadits dari Segi Kualitas
Hadits Shahih Hadits Hasan Hadits Dhaif
syarat-syarat hadits
shahih adalah :
sanadnya bersambung,
perawinya bersifat adil,
perawinya bersifat
dhabith, matannya
tidak syaz, dan
matannya tidak
mengandung ‘illat.
Hadits hasan adalah hadits yang
bersambung sanadnya,
diriwayatkan oleh perawi yang
adil, kurang sedikit kedhabitannya,
tidak ada keganjilan (syaz) dan
tidak ‘illat.
Hadits yang
tidak
memenuhi
sifat hadits
shahih
maupun
hasan.
11. Pembagian Hadits dari Segi Kuantitas Periwayatan
Hadits
Hadits mutawatir Hadits Ahad
12. Pengertian Hadist Mutawatir
Secara kebahasaan lafazh Mutawatir dapat
berarti Mutatabi’, yaitu sesuatu yang datang berikut
dengan kita, atau yang beriringan antara satu dengan
lainnya dengan tidak ada jaraknya.
Sedangkan menurut istilah ulama hadits
Mutawatir berarti:
"Hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak
yang mustahil bahwa mereka bersepakat untuk berbuat
dusta".
13. Syarat-syarat Hadits Mutawatir
1. Diriwayatkan oleh sejumlah besar
perawi
2. Adanya keseimbangan antar perawi
pada thabaqat (lapisan) pertama
dengan thabaqat berikutnya
3. Berdasarkan tanggapan pancaindra
4. Mustahil bersepakat berbohong
14. Hukum Hadits Mutawatir
Status dan hukum hadits
mutawatir adalah qat'i al-Wurud, yaitu
pasti keberadaannya dan menghasilkan
ilmu yang dharuri (pasti). Oleh karena
itu, adalah wajib bagi umat Islam untuk
menerima dan mengamalkannya. Dan
karenanya pula, orang yang menolak
hadits mutawatir dihukumkan kafir.
15. Hadits mutawatir
Lafzhi Ma’nawi ‘amali
Lafadz & makna
(sama)
Lafazd berlainan,
makna sama secara
umum
Berita tentang
amaliyah,
Contohnya, tata cara
sholat, zakat,
berpuasa
Contoh hadits mutawatir
lafdzi adalah:
Artinya “Barang siapa
yang sengaja berdusta
atas namaku, maka
tempat tinggalnya
adalah neraka”.
16. Pengertian Hadits Ahad
Kata ahad atau wahid berdasarkan segi
bahasa berarti satu, maka khobar ahad atau
khobar wahid berarti suatu berita yang
disampaikan oleh orang satu.
Menurut Istilah Hadits ahad adalah khobar
yang jumlah perowinya tidak sebanyak jumlah
perawi hadits mutawatir, artinya jumlah perawi
hadits ahad tidak mencapai jumlah perawi hadits
mutawatir
17. Oleh karena itu, para ulama bersepakat
bahwa hadits ahad dapat diterima asalkan
memenuhi syarat diterimanya hadits
(hadits maqbul)
Persyaratan yang dikemukakan para ulama
berkaitan dengan dua sisi, yaitu berkaitan
dengan para perawi hadits dan berkaitan
dengan substansi dari hadits.
18. persyaratan yang berkaitan dengan subtansi hadits,
antara lain:
1. Hendaknya sanad bersambung dari Rasulullah
2. Terhindar dari syuzuz (kejanggalan) dan ‘illat (cacat)
3. Hendaknya tidak bertentangan dengan as sunnah al
Masyhurah, baik yang berupa qauliyyah maupun
fi’liyyah
4. Hendaknya tidak bertentangan dengan perilaku
sahabat dan tabi’in.
5. Hendaknya sebagian ulama salaf tidak mencela
(mengkritik) hadits tersebut
6. Hendaknya dalam hadits tersebut tidak terdapat
penambahan matan dan sanadnya, yang tambahan
itu diriwayatkan secara mandiri dan menyalahi rawi-
rawi yang tsiqah.
19. Adapun yang berkaitan dengan perawi hadits
adalah :
1. Perawi harus adil
2. Perawi harus paham dengan hadis yang
disampaikan
3. Perawi harus melakukan dengan apa yang
telah diriwayatkan
4. Perawi harus menyampaikan hadits
dengan huruf-hurufnya
5. Perawi hendaknya mengetahui perubahan
makna hadits dari lafal hadits yang
sebenarnya.
20. Hadits Ahad
Hadits Masyhur
(hadits yang
diriwayatkan oleh 3
perawi atau lebih
namun tidak
mencapai
periwayat hadits
mutawwatir)
Hadits ‘Aziz
(hadits yang
diriwayatkan
oleh 2 perawi)
Hadits ghorib
(hadits yang
diriwayatkan
oleh seorang
perawi yang
menyendiri
dalam
periwayatannya)
21. Jenis-Jenis Kitab-Kitab Hadits
Kitab-kitab Hadis terbagi ke dalam berbagai
macam bentuk dan jenis yang berbeda-beda
sesuai tujuan dan fungsi disusunnya kitab
tersebut.
1.) Kitab Jami’ atau Jawami’
Adalah kitab yang berisi hadis-hadis berkenaan dengan bidang aqidah, ahkam,
riqaq, adab, tafsir, tarikh dan sirah, fitan dan manaqib.
2.) Kitab Al-Sunan dan al-Ahkam
Kitab Hadis yang disusun mengikuti tertib ilmu fiqih yang bermula dengan bab
Taharah, sembahyang dan seterusnya.
3.) Kitab Masanid dan Musnad
Kitab Hadis yang disusun berdasarkan nama-nama sahabat yang meriwayatkan
Hadis. Biasanya dimulai dengan nama sahabat yang pertama kali masuk Islam
atau menyesuaikan dengan urutan abjad.
22. Signifikansi Hadits dalam Kehidupan Masyarakat
1. Menjadikan al-Qur’an dan hadis sebagai imam
(ikutan) disetiap tindak tanduk dan aktifitas
kehidupan.
2. Beriman kepada semua hadis sahih dan hasan
dengan menjadikan keduanya sebagai dalil
dalam segenap perilaku kehidupan.
3. Beriman kepada sebahagian hadis dha’if
dalam arti mengamalkannya untuk menjadi
motivasi dan dorongan agar semakin taqwa
kepada Allah SWT.