SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
MATRIKS, RELASI DAN FUNGSI
Disusun Oleh:
Nama : Aisyah Turidho
NIM : 06022681923015
Mata Kuliah : Matematika Diskrit
DosenPengampuh : Cecil Hiltrimartin, M.Si, Ph.D
Dr. Hapizah, S.Pd, M.T
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2019
MATRIKS
Definisi 1. Matriks adalah susunan skalar elemen – elemen dalam bentuk baris dan kolom yang
ditempatkan pada kurung siku atau kurung biasa. Misal matriks 𝐴 dengan baris π‘š dan kolom 𝑛
(ordo: π‘š Γ— 𝑛) dapat ditulis:
𝐴 =
[
π‘Ž11 π‘Ž12 … π‘Ž1𝑛
π‘Ž21 π‘Ž22 … π‘Ž2𝑛
. . . .
. . . .
. . . .
π‘Ž π‘š1 π‘Ž π‘š2 … π‘Ž π‘šπ‘› ]
π‘Žπ‘–π‘— adalah elemen matriks 𝐴 pada baris ke-𝑖 dan kolom ke-𝑗
Jenis – Jenis Matriks
Nama Pengertian Contoh
Matriks Baris Matriks yang hanya terdiri dari satu baris. 𝐡 = [1 3 5]
Matriks Kolom Matriks yang hanya memiliki satu kolom
𝐾 = [
4
2
7
]
Matriks Persegi Matriks yang memiliki banyak baris dan
kolom yang sama 𝑃 = [
2 βˆ’9 1
2 5 3
9 7 βˆ’4
]
Matriks Segitiga Atas Matriks persegi yang mana semua elemen
di bawah diagonal utamanya adalah nol
(0) 𝐴 = [
4 1 3
0 βˆ’9 1
0 0 3
0 0 0
]
Matriks Segitiga Bawah Matriks persegi yang mana semua elemen
di atas diagonal utamanya adalah nol (0)
𝐡 = [
0 0 0
3 0 0
βˆ’9 2 0
6 1 7
]
Matriks Diagonal Matriks persegi yang semua elemennya
nol, kecuali pada diagonal utama 𝐷 = [
3 0 0
0 1 0
0 0 4
]
Matriks Skalar Matriks diagonal yang semua elemen
penyusun diagonal utamanya adalah
bilangan yang sama
𝑆 = [
2 0 0
0 2 0
0 0 2
]
Matriks Identitas Matriks skalar yang semua elemen pada
diagonal utamanya adalah 1 𝐼 = [
1 0 0
0 1 0
0 0 1
]
Matriks Nol Matriks yang semua elemenya adalah nol
𝑂 = [
0 0
0 0
]
Matriks Transpose Matriks yang diperoleh dengan menukar
elemen pada baris menjadi elemen pada
kolom.
Sifat – sifat matriks transpose:
a. ( 𝐴 + 𝐡) 𝑇 = 𝐴 𝑇 + 𝐡 𝑇
b. ( 𝐴𝐡) 𝑇 = 𝐡 𝑇 𝐴 𝑇
c. ( 𝐴 𝑇) 𝑇 = 𝐴
𝐴 = [
2 3 1
3 2 5
1 5 8
6 11 9
]maka
𝐴 𝑇
= [
2 3 1 6
3 2 5 11
1 5 8 9
]
Matriks Simetri Definisi:
Matriks persegi 𝐴 dikatakan simetri jika
𝐴 𝑇 = 𝐴
𝐴 = [
3 4 6 1
4 2 3 2
6 3 2 5
1 2 5 4
] maka
𝐴 𝑇
= [
3 4 6 1
4 2 3 2
6 3 2 5
1 2 5 4
]
𝐴 adalah matriks simetri
Matriks Skew-metri Definisi:
Matriks persegi 𝐴 dikatakan skew-metri
jika 𝐴 𝑇 = βˆ’π΄
𝐴 = [
0 βˆ’2 3
2 0 4
βˆ’3 βˆ’4 0
] maka
𝐴 𝑇
= [
0 2 βˆ’3
βˆ’2 0 βˆ’4
3 4 0
]
𝐴 adalah matriks skew-metri
Matriks Kompleks
Sekawan
Definisi:
Jika semua unsur π‘Ž 𝑖𝑗 dari suatu matriks 𝐴
diganti dengan kompleks sekawannya π‘Ž 𝑖𝑗̅̅̅̅,
maka matriks yang diperoleh dinamakan
kompleks sekawan dari 𝐴 dan dinyatakan
dengan 𝐴̅
𝐴 = [
1 + 2𝑗 𝑗
3 2 βˆ’ 3𝑗
] maka
𝐴̅ = [
1 βˆ’ 2𝑗 βˆ’π‘—
3 2 + 3𝑗
]
Matriks Invers Definisi:
𝐴 adalah suatu matriks persegi. B adalah
invers dari matriks (𝐡 = π΄βˆ’1). Jika
𝐴𝐡 = π΄π΄βˆ’1 = π΄βˆ’1 𝐴 = 𝐼
Dengan 𝐼 adalah matriks identitas.
Cara mendapatkan invers matriks:
ο‚· Untuk ordo 2 Γ— 2
Jika
οƒΊ

οƒΉ
οƒͺ


ο€½
dc
ba
A
, maka
οƒΊ

οƒΉ
οƒͺ


ο€­
ο€­
οƒ—ο€½ο€­
ac
bd
A
A
det
11
Contoh:
𝐴 = [
1 3 3
1 4 3
1 3 4
]
π΄βˆ’1
= [
7 βˆ’3 βˆ’3
βˆ’1 1 0
βˆ’1 0 1
]
ο‚· Untuk ordo 𝑛 Γ— 𝑛
π΄βˆ’1 =
1
det( 𝐴)
𝐴𝑑𝑗(𝐴)
𝐴𝑑𝑗( 𝐴)adalah adjoin darimatriks A, yang
elemen – elemennya berupa kofaktor –
kofaktor.
Operasi Matriks
Nama Keterangan Contoh
Kesamaan
Matriks
Definisi:
Dua buah matriks 𝐴 dan 𝐡 disebut sama jika
:
a. 𝐴 dan 𝐡 sejenis (memiliki ukuran yang
sama)
b. Setiap unsur yang seletak bernilai sama
𝐴 = [
1 3
6 4
] dan 𝐡 = [
1 3
6 4
]
Penjumlahan
Matriks
Definisi:
Jumlah dua matriks 𝐴 dan 𝐡 yang sejenis
adalah 𝐢 yang sejenis pula dimana 𝑐𝑖𝑗 =
π‘Ž 𝑖𝑗 + 𝑏𝑖𝑗
Sifat – sifatnya:
𝐴, 𝐡, 𝐢 matriks dengan ordo yang sama dan
𝑂 matriks nol dengan ordo yang sama
dengan matriks 𝐴, 𝐡, 𝐢.
1. Komutatif
𝐴 + 𝐡 = 𝐡 + 𝐴
2. Asosiatif
𝐴 + ( 𝐡 + 𝐢) = ( 𝐴 + 𝐡) + 𝐢
3. Identitas
𝐴 + 𝑂 = 𝑂 + 𝐴 = 𝐴
4. Lawan atau Invers
𝐴 + (βˆ’π΄) = βˆ’π΄ + 𝐴 = 𝑂
𝐴 = [
1 5 7
6 10 11
] ; 𝐡 = [
2 3 4
6 5 6
]
𝐴 + 𝐡 = [
1 + 2 5 + 3 7 + 4
6 + 6 10 + 5 11 + 6
]
= [
3 8 11
12 15 17
]
Pengurangan
Matriks
Definisi:
Pengurangan dua matriks 𝐴 dan 𝐡 yang
sejenis adalah 𝐢 yang sejenis pula dimana
𝑐𝑖𝑗 = π‘Ž 𝑖𝑗 βˆ’ 𝑏𝑖𝑗
𝐴 = [
6 10 12
3 4 8
1 6 5
]
𝐡 = [
2 3 4
1 6 8
7 8 1
]
𝐴 βˆ’ 𝐡 = [
6 βˆ’ 2 10 βˆ’ 3 12 βˆ’ 4
3 βˆ’ 1 4 βˆ’ 6 8 βˆ’ 8
1 βˆ’ 7 6 βˆ’ 8 5 βˆ’ 1
]
= [
4 7 8
4 βˆ’2 0
βˆ’6 βˆ’2 4
]
Perkalian
Matriks
dengan
Skalar
Definisi:
Jika 𝐴 = [π‘Ž 𝑖𝑗] dan π‘˜ adalah suatu bilangan
(skalar) hasil kali 𝐴 dan π‘˜ sebagai π‘˜π΄ =
π΄π‘˜ = [π‘˜π‘Ž 𝑖 𝑗]
Sifat – Sifatnya
Misalkan π‘˜ dan 𝑙 bilamgan realsedangkan 𝐴
dan 𝐡 matriks dengan ordo π‘š Γ— 𝑛
1. ( π‘˜ + 𝑙) 𝐴 = π‘˜π΄ + 𝑙𝐴
2. π‘˜( 𝐴 + 𝐡) = π‘˜π΄ + π‘˜π΅
3. ( π‘˜π‘™) 𝐴 = π‘˜(𝑙𝐴)
𝐡 = [
2 3 4
1 6 8
7 8 1
]
2𝐡 = 2 [
2 3 4
1 6 8
7 8 1
] = [
4 6 8
2 12 16
14 16 2
]
Perkalian
Matriks
Definisi:
Jika 𝐴 = [ π‘Ž 𝑖𝑗] berordo π‘š Γ— 𝑛 dan 𝐡 = [𝑏𝑖𝑗]
berordo 𝑛 Γ— 𝑝 maka hasil kali dari 𝐴 dan 𝐡
adalah 𝐢 = [𝑐𝑖𝑗] dengan ordo π‘š Γ— 𝑝
dimana:
𝑐𝑖𝑗 = βˆ‘ π‘Ž π‘–π‘˜ 𝑏 π‘˜π‘—
𝑛
π‘˜=1
𝐴 = [
6 10 12
3 4 8
1 6 5
]
𝐡 = [
2 3 4
1 6 8
7 8 1
]
𝐴 Γ— 𝐡 = [
6 10 12
3 4 8
1 6 5
] Γ— [
2 3 4
1 6 8
7 8 1
]
= [
12 + 10 + 84 18 + 60 + 96 24 + 80 + 12
6 + 4 + 56 9 + 24 + 64 12 + 32 + 8
2 + 6 + 35 3 + 36 + 40 4 + 48 + 5
]
= [
106 174 116
66 97 52
43 79 57
]
Determinan
Matriks
Determinan matriks adalah sebuah angka atau skalar dari matriks persegi yang diperoleh dari
elemen-elemen matriks tersebut dengan operasi tertentu.. Jika 𝐴 sebuah matriks maka
determinannya ditulis det(𝐴) atau |𝐴|
ο‚· Untuk ordo 2 Γ— 2
Jika A = (
π‘Ž11 π‘Ž12
π‘Ž21 π‘Ž22
) maka determinan matriks A adalah
Det(A) = | 𝐴| = π‘Ž11. π‘Ž22 βˆ’ π‘Ž12. π‘Ž21
Contoh:
A = [
3 4
3 6
]. Tentukan determinan dari A!
Penyelesaian:
det( 𝐴) = (3 Γ— 6) βˆ’ (4 Γ— 3) = 6
ο‚· Untuk ordo 3 Γ— 3
Bisa menggunakan aturan sarrus sebagai berikut
A = [
π‘Ž11 π‘Ž12 π‘Ž13
π‘Ž21 π‘Ž22 π‘Ž23
π‘Ž31 π‘Ž32 π‘Ž33
]
| 𝐴| = (π‘Ž12 π‘Ž21 π‘Ž33 + π‘Ž12 π‘Ž23 π‘Ž31 + π‘Ž13 π‘Ž21 π‘Ž32) – (π‘Ž11 π‘Ž22 π‘Ž33 + π‘Ž11 π‘Ž23 π‘Ž32 + π‘Ž13 π‘Ž22 π‘Ž31)
Contoh:
Tentukan determinan dari matriks B = [
βˆ’3 4 2
2 1 3
1 0 βˆ’1
]
Penyelesaian:
Untuk menentukan determinan dari B digunakan kaidah sarrus.
| 𝐡| = (π‘Ž12 π‘Ž21 π‘Ž33+ π‘Ž12 π‘Ž23 π‘Ž31+ π‘Ž13 π‘Ž21 π‘Ž32) – (π‘Ž11 π‘Ž22 π‘Ž33 + π‘Ž11 π‘Ž23 π‘Ž32+π‘Ž13 π‘Ž22 π‘Ž31) = (3 + 12
+ 0) – (-8 + 0 + 2)= 21
ο‚· Untuk ordo 𝑛 Γ— 𝑛
Perhatikan matriks persegi berikut:
Untuk mencari determinan 𝐴 dapat digunakan metode uraian laplace, dalam metode ini
terdapat 2 macam yaitu:
a. Menguraikan determinan menurut baris ke-𝑖
| 𝐴| = det( 𝐴) = βˆ‘(βˆ’1) 𝑖+𝑗 π‘Žπ‘–π‘— 𝑀𝑖 𝑗
𝑛
𝑗=1
b. Menguraikan determinan menurut kolom ke-𝑗
| 𝐴| = det( 𝐴) = βˆ‘(βˆ’1) 𝑖+𝑗 π‘Žπ‘–π‘— 𝑀𝑖 𝑗
𝑛
𝑖=1
Catatan:
1. π‘Ž 𝑖𝑗 adalah komponen determinan pada baris ke-𝑖 kolom ke-𝑗
2. 𝑀𝑖𝑗 adalah minor dari π‘Ž 𝑖𝑗 (determinan yang dibentuk dengan menghapus baris dan
kolom yang memuat π‘Ž 𝑖𝑗)
3. (βˆ’1) 𝑖+𝑗 𝑀𝑖𝑗 adalah kofaktor dari π‘Ž 𝑖𝑗
4. Dalam menentukan baris atau kolom yang akan dipakai sebagai dasar dalam penjabaran,
dilihat elemen-elemen yang menyusunnya. Dipilih baris atau kolom yang elemennya
menyederhanakan perhitungan. Kalau ada baris atau kolom yang memuat nol paling
banyak, baris atau kolom itulah yang dipilih. Jika elemen-elemnnya tidak ada yang nol
maka pemilihan baris/kolom bebas.
Contoh:
Tentukan determinan dari:
Penyelesaian:
RELASI DAN FUNGSI
RELASI
Relasi adalah himpunan pasangan berurutan. Himpunan pasangan terurut diperoleh dari perkalian
kartesian antara dua himpunan. Misal terdapat himpunan 𝐴 dan 𝐡, relasi antara kedua himpunan
tersebut disebut relasi biner.
Definisi 2. Relasi biner 𝑅 antara himpunan 𝐴 dan 𝐡 adalah himpunan bagian dari 𝐴 Γ— 𝐡. Ditulis:
𝑅 βŠ† (𝐴 Γ— 𝐡)
Daerah asal dan daerah hasil relasi bisa saja berasal dari himpunan yang sama.
Definisi 3. Relasi pada himpunan 𝐴 adalah relasi dari 𝐴 Γ— 𝐴
Contoh 1:
Misalkan 𝑃 = {2, 3, 4} dan 𝑄 = {2, 4, 8,9, 15}. Jika kita definisikan relasi 𝑅 dari 𝑃 ke 𝑄 dengan
(𝑝, π‘ž) ∈ 𝑅 jika 𝑝 habis dibagi π‘ž
Maka kita peroleh:
𝑅 = {(2,2), (2,4),(2,8),(3,9),(3,15), (4,4),(4,8)}
1. Dapat direpresentasikan dalam diagram panah
2. Dapat direpresentasikan dalam bentuk tabel
𝑃 𝑄
2 2
2 4
2 8
3 9
3 15
4 4
4 8
3. Dapat direpresentasikan dalam Matriks
Ingat cara merepresentasikan suatu relasi ke dalam matriks yaitu:
Misalkan 𝑅 adalah relasi dari 𝐴 = { π‘Ž1, π‘Ž2, … . , π‘Ž π‘š} dan 𝐡 = { 𝑏1, 𝑏2 , …. , 𝑏 𝑛}. Relasi 𝑅
dapat disajikan dengan matriks 𝑀 = [π‘š 𝑖𝑗]
Yang dalam hal ini:
π‘š 𝑖𝑗 = {
1,( π‘Žπ‘–, 𝑏𝑗) ∈ 𝑅
0, ( π‘Žπ‘–, 𝑏𝑗) βˆ‰ 𝑅
Berarti, pada contoh 1 tersebut π‘Ž1 = 2, π‘Ž2 = 3, π‘Ž3 = 4 dan 𝑏1 = 2, 𝑏2 = 4, 𝑏3 = 8, 𝑏4 =
9, 𝑏5 = 15
𝑀 = [
1 1 1 0 0
0 0 0 1 1
0 1 1 0 0
]
4. Dapat direpresentasikan dalam graf berarah
Graf berarah adalah Representasi secara grafis dari relasi suatu himpunan.Tiap elemen
himpunan dinyatakan dalam titik (simpul atau vertex)dan tiap pasangan terurut dinyatakan
dalam busur (arc) yang arahnya ditunjukkan dengan sebuah panah.
Jika (π‘Ž, 𝑏) ∈ 𝑅, maka sebuah busur dibuat dari simpul π‘Ž ke simpul 𝑏. Simpul π‘Ž adalah
simpul asal (initial vertex) dan simpul 𝑏 adalah simpul tujuan (terminal vertex).
Berarti, pada contoh 1 tersebut:
Busur yang memiliki simpul asal sama dengan simpul tujuan dinamakan kalang (loop).
Relasi Inversi
Definisi 4. Misalkan 𝑅 adalah relasi dari himpunan 𝐴 ke himpunan 𝐡. Inversi dari relasi 𝑅,
dilambangkan dengan π‘…βˆ’1
, adalah relasi dari 𝐡 ke 𝐴 yang didefinisikan oleh:
π‘…βˆ’1
= {(𝑏, π‘Ž)|(π‘Ž, 𝑏) ∈ 𝑅}
Contoh 2:
Inversi dari contoh 1 yaitu:
π‘…βˆ’1
= {(π‘ž, 𝑝)|(𝑝, π‘ž) ∈ 𝑅}
Jadi, π‘…βˆ’1
= {(2,2), (4,2),(8,2),(9,3),(15,3),(4,4), (8,4)}
Matriks yang merepresentasikan π‘…βˆ’1
adalah transpose dari matriks yang merepresentasi kan 𝑅.
Berarti dari contoh 1 dan 2, misal 𝑀 merepresentasikan 𝑅 dan 𝑁 merepresentasikan π‘…βˆ’1
maka:
Sifat – Sifat Relasi
Nama Definisi Contoh
Refleksif Relasi 𝑅 pada himpunan 𝐴
disebut refleksif jika (π‘Ž, π‘Ž) ∈
𝑅 untuk setiap π‘Ž ∈ 𝐴
Misalkan 𝐴 = {1,2,3,4} dan misalkan relasi pada
himpunan 𝐴 maka
a. 𝑅 =
{(1,1),(1,3),(2,1),(2,2),(3,3), (4,2), (4,3), (4,4)}
bersifat refleksif karena (1,1), (2,2), (3,3),(4,4) ∈
𝑅
b. 𝑅 = {(1,1),(2,2),(2,3),(4,2), (4,3), (4,4)} tidak
refleksif karena (3,3) βˆ‰ 𝑅
Simetrik
dan Anti-
simetrik
Relasi 𝑅 pada himpunan 𝐴
disebut simetrik jika (π‘Ž, 𝑏) ∈
𝑅 maka ( 𝑏, π‘Ž) ∈ 𝑅 untuk
semua π‘Ž, 𝑏 ∈ 𝐴
Sedangkan
Relasi 𝑅 pada himpunan 𝐴
disebut anti-simetrik jika
(π‘Ž, 𝑏) ∈ 𝑅 dan ( 𝑏, π‘Ž) ∈
𝑅 maka π‘Ž = 𝑏, untuk semua
π‘Ž, 𝑏 ∈ 𝐴
Misalkan 𝐴 = {1,2,3,4} dan misalkan relasi pada
himpunan 𝐴 maka
a. 𝑅 = {(1,1),(1,2),(2,1), (2,2), (2,4), (4,2), (4,4)}
bersifat simetrik karena (1,2), (2,1) ∈ 𝑅 dan (1 =
2,4), (4,2) ∈ 𝑅
b. 𝑅 = {(1,1),(2,2),(3,3)} bersifat anti-simetrik
karena (1,1) ∈ 𝑅 dan 1 = 1 , (2,2) ∈ 𝑅 dan 2 = 2,
serta (3,3) ∈ 𝑅 dan 3 = 3. Lihatlah bahwa 𝑅 juga
simetrik
Transitif Relasi 𝑅 pada himpunan 𝐴
disebut transitif jika (π‘Ž, 𝑏) ∈ 𝑅
dan ( 𝑏, 𝑐) ∈ 𝑅 maka ( π‘Ž, 𝑐) ∈
𝑅, untuk semua π‘Ž, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐴
Misalkan 𝐴 = {1,2,3,4} dan misalkan relasi pada
himpunan 𝐴 maka
a. 𝑅 = {(2,1),(3,1),(3,2),(4,1),(4,2), (4,3)}
bersifat transitif karena
(π‘Ž, 𝑏) (𝑏, 𝑐) (π‘Ž, 𝑐)
(3,2) (2,1) (3,1)
(4,2) (2,1) (4,1)
(4,3) (3,1) (4,1)
(4,3) (3,2) (4,2)
Semua pasangan dalam tabel tersebut merupakan ∈
𝑅
b. 𝑅 = {(1,1),(2,3),(2,4),(4,2)} tidak transitif
karena (2,4) dan (4,2) ∈ 𝑅 tetapi (2,2) βˆ‰ 𝑅 serta
(4,2) dan (2,3) ∈ 𝑅 tetapi (4,3) βˆ‰ 𝑅
Mengkombinasikan Relasi
Karena relasi biner merupakan himpunan pasangan terurut, maka operasi himpunan seperti irisan,
gabungan, selisih, dan beda setangkup antara dua relasi atau lebih juga berlaku.
Contoh 3:
Misalkan 𝐴 = { π‘Ž, 𝑏, 𝑐} dan 𝐡 = {π‘Ž, 𝑏, 𝑐, 𝑑}
Relasi 𝑅1 = {( π‘Ž, π‘Ž), ( 𝑏, 𝑏), ( 𝑐, 𝑐)}
Relasi 𝑅2 = {( π‘Ž, π‘Ž), ( π‘Ž, 𝑏),( π‘Ž, 𝑐), ( π‘Ž, 𝑑)}
a. 𝑅1⋂𝑅2 = {( π‘Ž, π‘Ž)}
b. 𝑅1 βˆͺ 𝑅2 = {( π‘Ž, π‘Ž), ( 𝑏, 𝑏), ( 𝑐, 𝑐), ( π‘Ž, 𝑏),( π‘Ž, 𝑐), ( π‘Ž, 𝑑)}
c. 𝑅1 βˆ’ 𝑅2 = {( 𝑏, 𝑏),( 𝑐, 𝑐)}
d. 𝑅2 βˆ’ 𝑅1 = {( π‘Ž, 𝑏),( π‘Ž, 𝑐), (π‘Ž, 𝑑)}
e. 𝑅1 βŠ• 𝑅2 = {( 𝑏, 𝑏),( 𝑐, 𝑐), ( π‘Ž, 𝑏),( π‘Ž, 𝑐),(π‘Ž, 𝑑)}
Komposisi Relasi
Misalkan 𝑅 adalah relasi dari himpunan 𝐴 ke himpunan 𝐡, dan 𝑆 adalah relasi dari himpunan 𝐡
ke himpunan 𝐢. Komposisi 𝑅 dan 𝑆, dinotasikan dengan π‘†π‘œπ‘…, adalah relasi dari 𝐴 ke 𝐢 yang
didefinisikan oleh:
π‘†π‘œπ‘… = {(π‘Ž, 𝑐)|π‘Ž ∈ 𝐴, 𝑐 ∈ 𝐢 dan βˆƒπ‘ ∈ 𝐡, ( π‘Ž, 𝑏) ∈ π‘…π‘‘π‘Žπ‘› (𝑏, 𝑐) ∈ 𝑆}
Contoh 4:
Misalkan: 𝑅 = {(1,2),(1,6),(2,4),(3,4), (3,6),(3,8)} adalah relasi dari himpunan {1, 2,3} ke
himpunan {2, 4, 6, 8} dan 𝑆 = {(2, 𝑒), (4, 𝑠), (4, 𝑑), (6, 𝑑), (8, 𝑒)} adalah relasi dari himpunan
{2, 4, 6, 8}ke himpunan {𝑠, 𝑑, 𝑒}
Maka komposisi relasi R dan S: π‘†π‘œπ‘… = {(1, 𝑒), (1, 𝑑), (2, 𝑠), (2, 𝑑), (3, 𝑠), (3, 𝑑), (3, 𝑒)}
Komposisi relasi R dan S lebih jelas jika diperagakan dengan diagram panah:
Relasi Kesetaraan dan Relasi Pengurutan Parsial
Definisi 5. Relasi 𝑅 pada himpunan 𝐴 disebut relasi kesetaraan jika ia refleksif, simetrik dan
transitif.
Definisi 6. Relasi 𝑅 pada himpunan 𝑆 disebut relasi pengurutan parsial jika ia refleksif, anti-
simetrik dan transitif. Himpunan 𝑆 bersama – sama dengan relasi 𝑅 disebut himpunan terurut
secara parsial dan dilambangkan (𝑆, 𝑅)
FUNGSI
Definisi 7. Misalkan 𝐴 dan 𝐡 himpunan. Relasi biner 𝑓 dari 𝐴 ke 𝐡 merupakan suatu fungsi jika
setiap elemen didalam 𝐴 dihubungkan dengan tepat satu elemen didalam 𝐡. Jika 𝑓 adalah fungsi
dari 𝐴 ke 𝐡 kita menuliskan:
𝑓: 𝐴 β†’ 𝐡
Yang artinya 𝑓 memetakan 𝐴 ke 𝐡
Macam – Macam Fungsi
Nama Definisi Ilustrasi
Fungsi satu – satu
(injektif)
Fungsi 𝑓 dikatakan satu –
satu (π‘œπ‘›π‘’ π‘‘π‘œ π‘œπ‘›π‘’) atau
injektif jika ada dua
elemen himpunan 𝐴 yang
memiliki bayangan yang
sama. Dengan kata lain,
jika π‘Ž dan 𝑏 adalah
anggota himpunan 𝐴,
maka 𝑓(π‘Ž) β‰  𝑓(𝑏)
bilaman π‘Ž β‰  𝑏 d. Jika
𝑓( π‘Ž) = 𝑓(𝑏) maka
implikasinya adalah π‘Ž =
𝑏
Fungsi pada atau
surjektif
Fungsi 𝑓 dikatakan pada
(onto) atau surjektif jika
setiap elemen himpunan 𝐡
merupakan bayangan dari
satu atau lebih elemen
himpunan 𝐴. Dengan kata
lain, seluruh 𝐡merupakan
jelajah dari 𝑓. Fungsi 𝑓
disebut pada himpunan 𝐡
Koresponden Satu – Satu
atau bijektif
Fungsi 𝑓 dikatakan
berkoresponden satu –
satu atau bijektif jika ia
fungsi satu – satu dan
fungsi pada
Fungsi Inversi
Jika 𝑓 berkoresponden satu – satu maka 𝑓 memiliki invers atau balikan. Fungsi inversi
dilambangkan: π‘“βˆ’1
. Misalkan π‘Ž ∈ 𝐴 dan 𝑏 ∈ 𝐡, maka π‘“βˆ’1( 𝑏) = π‘Ž jika 𝑓( π‘Ž) = 𝑏. Perhatikan
ilustrasi berikut:
Fungsi Komposisi
Misalkan 𝑔 adalah fungsi dari himpunan 𝐴 ke himpunan 𝐡, dan 𝑓 adalah fungsi dari himpunan 𝐡
ke himpunan 𝐢. Komposisi 𝑓 dan 𝑔, dinotasikan dengan π‘“π‘œπ‘”, adalah fungsi dari 𝐴 ke 𝐢 yang
didefinisikan oleh:
( π‘“π‘œπ‘”)( π‘Ž) = 𝑓(𝑔( π‘Ž))
Perhatikan ilustrasi berikut:
Contoh 5:
Diberikan fungsi: 𝑔 = {(1, 𝑒), (2, 𝑒), (3, 𝑣)} yang memetakan 𝐴 = {1,2,3} ke 𝐡 = {𝑒, 𝑣, 𝑀} dan
fungsi 𝑓 = {( 𝑒, 𝑦), ( 𝑣, π‘₯), ( 𝑀, 𝑧)} yang memetakan 𝐡 = { 𝑒, 𝑣, 𝑀} ke 𝐢 = {π‘₯, 𝑦𝑧, }
Fungsi komposisi dari 𝐴 ke 𝐢 adalah:
π‘“π‘œπ‘” = {(1, 𝑦), (2, 𝑦), (3, π‘₯)}

More Related Content

What's hot

integral fungsi kompleks
integral fungsi kompleksintegral fungsi kompleks
integral fungsi kompleksmarihot TP
Β 
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 03
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 03Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 03
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 03KuliahKita
Β 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarmaman wijaya
Β 
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )Kelinci Coklat
Β 
Relasi Rekurensi
Relasi RekurensiRelasi Rekurensi
Relasi RekurensiHeni Widayani
Β 
Supremum dan infimum
Supremum dan infimum  Supremum dan infimum
Supremum dan infimum Rossi Fauzi
Β 
Matematika Diskrit matriks relasi-dan_fungsi
Matematika Diskrit  matriks relasi-dan_fungsiMatematika Diskrit  matriks relasi-dan_fungsi
Matematika Diskrit matriks relasi-dan_fungsiSiti Khotijah
Β 
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluangBab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluangArif Windiargo
Β 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Arvina Frida Karela
Β 
Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensiAcika Karunila
Β 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilanganDia Cahyawati
Β 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linierAcika Karunila
Β 
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARNailul Hasibuan
Β 

What's hot (20)

integral fungsi kompleks
integral fungsi kompleksintegral fungsi kompleks
integral fungsi kompleks
Β 
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 03
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 03Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 03
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 03
Β 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabar
Β 
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Β 
Ring Polonomial
Ring PolonomialRing Polonomial
Ring Polonomial
Β 
relasi himpunan
relasi himpunanrelasi himpunan
relasi himpunan
Β 
Relasi Rekurensi
Relasi RekurensiRelasi Rekurensi
Relasi Rekurensi
Β 
Grup siklik
Grup siklikGrup siklik
Grup siklik
Β 
Jawaban Soal Latihan
Jawaban Soal LatihanJawaban Soal Latihan
Jawaban Soal Latihan
Β 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
Β 
Supremum dan infimum
Supremum dan infimum  Supremum dan infimum
Supremum dan infimum
Β 
Matematika Diskrit matriks relasi-dan_fungsi
Matematika Diskrit  matriks relasi-dan_fungsiMatematika Diskrit  matriks relasi-dan_fungsi
Matematika Diskrit matriks relasi-dan_fungsi
Β 
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluangBab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Β 
Himpunan matematika diskrit
Himpunan matematika diskritHimpunan matematika diskrit
Himpunan matematika diskrit
Β 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Β 
Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensi
Β 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
Β 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
Β 
ANALISIS REAL
ANALISIS REALANALISIS REAL
ANALISIS REAL
Β 
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
Β 

Similar to Matriks, relasi dan fungsi

BAB II - OPERASI MATRIKS.pptx
BAB II - OPERASI MATRIKS.pptxBAB II - OPERASI MATRIKS.pptx
BAB II - OPERASI MATRIKS.pptxsoegihbgt
Β 
Ppt media it
Ppt media itPpt media it
Ppt media itanggunoktari
Β 
Materi ajar matriks pdf
Materi ajar matriks pdfMateri ajar matriks pdf
Materi ajar matriks pdfLalu Irpahlan
Β 
Operasi matriks
Operasi matriksOperasi matriks
Operasi matriksAser Willi
Β 
Determinan matriks derajat dua, tiga, empat dan lebih tinggi
Determinan matriks derajat dua, tiga, empat dan lebih tinggiDeterminan matriks derajat dua, tiga, empat dan lebih tinggi
Determinan matriks derajat dua, tiga, empat dan lebih tinggiradar radius
Β 
Matriks dan determinan
Matriks dan determinanMatriks dan determinan
Matriks dan determinanJulianto Samudra
Β 
Menentukan generalized invers Mariks 3 x 3
Menentukan generalized invers Mariks 3 x 3Menentukan generalized invers Mariks 3 x 3
Menentukan generalized invers Mariks 3 x 3feralia goretti situmorang
Β 
PPT Matwa Bab 3 Matriks.pptx
PPT Matwa Bab 3 Matriks.pptxPPT Matwa Bab 3 Matriks.pptx
PPT Matwa Bab 3 Matriks.pptxFirdaAulia31
Β 
PPT_MATRIKS.pptx
PPT_MATRIKS.pptxPPT_MATRIKS.pptx
PPT_MATRIKS.pptxNawazzZz
Β 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3arman11111
Β 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3fitriana416
Β 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3pitrahdewi
Β 

Similar to Matriks, relasi dan fungsi (20)

BAB II - OPERASI MATRIKS.pptx
BAB II - OPERASI MATRIKS.pptxBAB II - OPERASI MATRIKS.pptx
BAB II - OPERASI MATRIKS.pptx
Β 
Ppt media it
Ppt media itPpt media it
Ppt media it
Β 
Materi ajar matriks pdf
Materi ajar matriks pdfMateri ajar matriks pdf
Materi ajar matriks pdf
Β 
Operasi matriks
Operasi matriksOperasi matriks
Operasi matriks
Β 
MATRIKS.pptx
MATRIKS.pptxMATRIKS.pptx
MATRIKS.pptx
Β 
3. matriks
3. matriks3. matriks
3. matriks
Β 
Determinan matriks derajat dua, tiga, empat dan lebih tinggi
Determinan matriks derajat dua, tiga, empat dan lebih tinggiDeterminan matriks derajat dua, tiga, empat dan lebih tinggi
Determinan matriks derajat dua, tiga, empat dan lebih tinggi
Β 
Matriks Kelas X
Matriks Kelas XMatriks Kelas X
Matriks Kelas X
Β 
Matriks dan determinan
Matriks dan determinanMatriks dan determinan
Matriks dan determinan
Β 
Matriks dan determinan
Matriks dan determinanMatriks dan determinan
Matriks dan determinan
Β 
Matriks dan determinan
Matriks dan determinanMatriks dan determinan
Matriks dan determinan
Β 
Buku siswa Materi Matriks
Buku siswa Materi MatriksBuku siswa Materi Matriks
Buku siswa Materi Matriks
Β 
Menentukan generalized invers Mariks 3 x 3
Menentukan generalized invers Mariks 3 x 3Menentukan generalized invers Mariks 3 x 3
Menentukan generalized invers Mariks 3 x 3
Β 
PPT Matwa Bab 3 Matriks.pptx
PPT Matwa Bab 3 Matriks.pptxPPT Matwa Bab 3 Matriks.pptx
PPT Matwa Bab 3 Matriks.pptx
Β 
PPT_MATRIKS.pptx
PPT_MATRIKS.pptxPPT_MATRIKS.pptx
PPT_MATRIKS.pptx
Β 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
Β 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
Β 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
Β 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
Β 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
Β 

More from Aisyah Turidho

Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)Aisyah Turidho
Β 
Ppt spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Ppt spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)Ppt spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Ppt spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)Aisyah Turidho
Β 
Sejarah perkembangan matematika
Sejarah perkembangan matematikaSejarah perkembangan matematika
Sejarah perkembangan matematikaAisyah Turidho
Β 
rpp operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
rpp operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)rpp operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
rpp operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)Aisyah Turidho
Β 
lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)Aisyah Turidho
Β 
lkpd prosedural operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
lkpd prosedural operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)lkpd prosedural operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
lkpd prosedural operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)Aisyah Turidho
Β 
Prota dan prosem SMP kelas 9
Prota dan prosem SMP kelas 9Prota dan prosem SMP kelas 9
Prota dan prosem SMP kelas 9Aisyah Turidho
Β 
RPP operasi bilangan berpangkat
RPP operasi bilangan berpangkatRPP operasi bilangan berpangkat
RPP operasi bilangan berpangkatAisyah Turidho
Β 
Silabus Perpangkatan dan bentuk akar
Silabus Perpangkatan dan bentuk akarSilabus Perpangkatan dan bentuk akar
Silabus Perpangkatan dan bentuk akarAisyah Turidho
Β 
Laporan Pertumbuhan Jagung
Laporan Pertumbuhan JagungLaporan Pertumbuhan Jagung
Laporan Pertumbuhan JagungAisyah Turidho
Β 
Cara membuat srikaya gula merah
Cara membuat srikaya gula merahCara membuat srikaya gula merah
Cara membuat srikaya gula merahAisyah Turidho
Β 
Cara Membuat Kripik Tela
Cara Membuat Kripik TelaCara Membuat Kripik Tela
Cara Membuat Kripik TelaAisyah Turidho
Β 
Makalah "pemanfaatan aplikasi geogebra pada pembelajaran matematika"
Makalah "pemanfaatan aplikasi geogebra pada pembelajaran matematika"Makalah "pemanfaatan aplikasi geogebra pada pembelajaran matematika"
Makalah "pemanfaatan aplikasi geogebra pada pembelajaran matematika"Aisyah Turidho
Β 
Makalah uji hipotesis
Makalah uji hipotesis Makalah uji hipotesis
Makalah uji hipotesis Aisyah Turidho
Β 
Uji Hipotesis ppt
Uji Hipotesis pptUji Hipotesis ppt
Uji Hipotesis pptAisyah Turidho
Β 
Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-
Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-
Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-Aisyah Turidho
Β 
soal dan pembahasan trigonometri
soal dan pembahasan trigonometrisoal dan pembahasan trigonometri
soal dan pembahasan trigonometriAisyah Turidho
Β 
makalah uji hipotesis dua rata rata
makalah uji hipotesis dua rata rata makalah uji hipotesis dua rata rata
makalah uji hipotesis dua rata rata Aisyah Turidho
Β 
Makalah uji hipotesis satu rata rata
Makalah uji hipotesis satu rata rataMakalah uji hipotesis satu rata rata
Makalah uji hipotesis satu rata rataAisyah Turidho
Β 

More from Aisyah Turidho (20)

Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Β 
Ppt spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Ppt spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)Ppt spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Ppt spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Β 
Lkpd spltv
Lkpd spltvLkpd spltv
Lkpd spltv
Β 
Sejarah perkembangan matematika
Sejarah perkembangan matematikaSejarah perkembangan matematika
Sejarah perkembangan matematika
Β 
rpp operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
rpp operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)rpp operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
rpp operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
Β 
lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
Β 
lkpd prosedural operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
lkpd prosedural operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)lkpd prosedural operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
lkpd prosedural operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
Β 
Prota dan prosem SMP kelas 9
Prota dan prosem SMP kelas 9Prota dan prosem SMP kelas 9
Prota dan prosem SMP kelas 9
Β 
RPP operasi bilangan berpangkat
RPP operasi bilangan berpangkatRPP operasi bilangan berpangkat
RPP operasi bilangan berpangkat
Β 
Silabus Perpangkatan dan bentuk akar
Silabus Perpangkatan dan bentuk akarSilabus Perpangkatan dan bentuk akar
Silabus Perpangkatan dan bentuk akar
Β 
Laporan Pertumbuhan Jagung
Laporan Pertumbuhan JagungLaporan Pertumbuhan Jagung
Laporan Pertumbuhan Jagung
Β 
Cara membuat srikaya gula merah
Cara membuat srikaya gula merahCara membuat srikaya gula merah
Cara membuat srikaya gula merah
Β 
Cara Membuat Kripik Tela
Cara Membuat Kripik TelaCara Membuat Kripik Tela
Cara Membuat Kripik Tela
Β 
Makalah "pemanfaatan aplikasi geogebra pada pembelajaran matematika"
Makalah "pemanfaatan aplikasi geogebra pada pembelajaran matematika"Makalah "pemanfaatan aplikasi geogebra pada pembelajaran matematika"
Makalah "pemanfaatan aplikasi geogebra pada pembelajaran matematika"
Β 
Makalah uji hipotesis
Makalah uji hipotesis Makalah uji hipotesis
Makalah uji hipotesis
Β 
Uji Hipotesis ppt
Uji Hipotesis pptUji Hipotesis ppt
Uji Hipotesis ppt
Β 
Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-
Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-
Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-
Β 
soal dan pembahasan trigonometri
soal dan pembahasan trigonometrisoal dan pembahasan trigonometri
soal dan pembahasan trigonometri
Β 
makalah uji hipotesis dua rata rata
makalah uji hipotesis dua rata rata makalah uji hipotesis dua rata rata
makalah uji hipotesis dua rata rata
Β 
Makalah uji hipotesis satu rata rata
Makalah uji hipotesis satu rata rataMakalah uji hipotesis satu rata rata
Makalah uji hipotesis satu rata rata
Β 

Recently uploaded

JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
Β 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
Β 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
Β 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
Β 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
Β 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
Β 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
Β 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
Β 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
Β 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
Β 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
Β 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
Β 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
Β 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
Β 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
Β 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
Β 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
Β 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
Β 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
Β 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
Β 

Recently uploaded (20)

JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
Β 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
Β 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Β 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
Β 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Β 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
Β 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Β 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Β 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
Β 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Β 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Β 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
Β 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Β 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
Β 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Β 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
Β 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Β 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Β 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Β 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Β 

Matriks, relasi dan fungsi

  • 1. MATRIKS, RELASI DAN FUNGSI Disusun Oleh: Nama : Aisyah Turidho NIM : 06022681923015 Mata Kuliah : Matematika Diskrit DosenPengampuh : Cecil Hiltrimartin, M.Si, Ph.D Dr. Hapizah, S.Pd, M.T FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG 2019
  • 2. MATRIKS Definisi 1. Matriks adalah susunan skalar elemen – elemen dalam bentuk baris dan kolom yang ditempatkan pada kurung siku atau kurung biasa. Misal matriks 𝐴 dengan baris π‘š dan kolom 𝑛 (ordo: π‘š Γ— 𝑛) dapat ditulis: 𝐴 = [ π‘Ž11 π‘Ž12 … π‘Ž1𝑛 π‘Ž21 π‘Ž22 … π‘Ž2𝑛 . . . . . . . . . . . . π‘Ž π‘š1 π‘Ž π‘š2 … π‘Ž π‘šπ‘› ] π‘Žπ‘–π‘— adalah elemen matriks 𝐴 pada baris ke-𝑖 dan kolom ke-𝑗 Jenis – Jenis Matriks Nama Pengertian Contoh Matriks Baris Matriks yang hanya terdiri dari satu baris. 𝐡 = [1 3 5] Matriks Kolom Matriks yang hanya memiliki satu kolom 𝐾 = [ 4 2 7 ] Matriks Persegi Matriks yang memiliki banyak baris dan kolom yang sama 𝑃 = [ 2 βˆ’9 1 2 5 3 9 7 βˆ’4 ] Matriks Segitiga Atas Matriks persegi yang mana semua elemen di bawah diagonal utamanya adalah nol (0) 𝐴 = [ 4 1 3 0 βˆ’9 1 0 0 3 0 0 0 ] Matriks Segitiga Bawah Matriks persegi yang mana semua elemen di atas diagonal utamanya adalah nol (0) 𝐡 = [ 0 0 0 3 0 0 βˆ’9 2 0 6 1 7 ] Matriks Diagonal Matriks persegi yang semua elemennya nol, kecuali pada diagonal utama 𝐷 = [ 3 0 0 0 1 0 0 0 4 ] Matriks Skalar Matriks diagonal yang semua elemen penyusun diagonal utamanya adalah bilangan yang sama 𝑆 = [ 2 0 0 0 2 0 0 0 2 ] Matriks Identitas Matriks skalar yang semua elemen pada diagonal utamanya adalah 1 𝐼 = [ 1 0 0 0 1 0 0 0 1 ] Matriks Nol Matriks yang semua elemenya adalah nol 𝑂 = [ 0 0 0 0 ]
  • 3. Matriks Transpose Matriks yang diperoleh dengan menukar elemen pada baris menjadi elemen pada kolom. Sifat – sifat matriks transpose: a. ( 𝐴 + 𝐡) 𝑇 = 𝐴 𝑇 + 𝐡 𝑇 b. ( 𝐴𝐡) 𝑇 = 𝐡 𝑇 𝐴 𝑇 c. ( 𝐴 𝑇) 𝑇 = 𝐴 𝐴 = [ 2 3 1 3 2 5 1 5 8 6 11 9 ]maka 𝐴 𝑇 = [ 2 3 1 6 3 2 5 11 1 5 8 9 ] Matriks Simetri Definisi: Matriks persegi 𝐴 dikatakan simetri jika 𝐴 𝑇 = 𝐴 𝐴 = [ 3 4 6 1 4 2 3 2 6 3 2 5 1 2 5 4 ] maka 𝐴 𝑇 = [ 3 4 6 1 4 2 3 2 6 3 2 5 1 2 5 4 ] 𝐴 adalah matriks simetri Matriks Skew-metri Definisi: Matriks persegi 𝐴 dikatakan skew-metri jika 𝐴 𝑇 = βˆ’π΄ 𝐴 = [ 0 βˆ’2 3 2 0 4 βˆ’3 βˆ’4 0 ] maka 𝐴 𝑇 = [ 0 2 βˆ’3 βˆ’2 0 βˆ’4 3 4 0 ] 𝐴 adalah matriks skew-metri Matriks Kompleks Sekawan Definisi: Jika semua unsur π‘Ž 𝑖𝑗 dari suatu matriks 𝐴 diganti dengan kompleks sekawannya π‘Ž 𝑖𝑗̅̅̅̅, maka matriks yang diperoleh dinamakan kompleks sekawan dari 𝐴 dan dinyatakan dengan 𝐴̅ 𝐴 = [ 1 + 2𝑗 𝑗 3 2 βˆ’ 3𝑗 ] maka 𝐴̅ = [ 1 βˆ’ 2𝑗 βˆ’π‘— 3 2 + 3𝑗 ] Matriks Invers Definisi: 𝐴 adalah suatu matriks persegi. B adalah invers dari matriks (𝐡 = π΄βˆ’1). Jika 𝐴𝐡 = π΄π΄βˆ’1 = π΄βˆ’1 𝐴 = 𝐼 Dengan 𝐼 adalah matriks identitas. Cara mendapatkan invers matriks: ο‚· Untuk ordo 2 Γ— 2 Jika οƒΊ  οƒΉ οƒͺ   ο€½ dc ba A , maka οƒΊ  οƒΉ οƒͺ   ο€­ ο€­ οƒ—ο€½ο€­ ac bd A A det 11 Contoh: 𝐴 = [ 1 3 3 1 4 3 1 3 4 ] π΄βˆ’1 = [ 7 βˆ’3 βˆ’3 βˆ’1 1 0 βˆ’1 0 1 ]
  • 4. ο‚· Untuk ordo 𝑛 Γ— 𝑛 π΄βˆ’1 = 1 det( 𝐴) 𝐴𝑑𝑗(𝐴) 𝐴𝑑𝑗( 𝐴)adalah adjoin darimatriks A, yang elemen – elemennya berupa kofaktor – kofaktor. Operasi Matriks Nama Keterangan Contoh Kesamaan Matriks Definisi: Dua buah matriks 𝐴 dan 𝐡 disebut sama jika : a. 𝐴 dan 𝐡 sejenis (memiliki ukuran yang sama) b. Setiap unsur yang seletak bernilai sama 𝐴 = [ 1 3 6 4 ] dan 𝐡 = [ 1 3 6 4 ] Penjumlahan Matriks Definisi: Jumlah dua matriks 𝐴 dan 𝐡 yang sejenis adalah 𝐢 yang sejenis pula dimana 𝑐𝑖𝑗 = π‘Ž 𝑖𝑗 + 𝑏𝑖𝑗 Sifat – sifatnya: 𝐴, 𝐡, 𝐢 matriks dengan ordo yang sama dan 𝑂 matriks nol dengan ordo yang sama dengan matriks 𝐴, 𝐡, 𝐢. 1. Komutatif 𝐴 + 𝐡 = 𝐡 + 𝐴 2. Asosiatif 𝐴 + ( 𝐡 + 𝐢) = ( 𝐴 + 𝐡) + 𝐢 3. Identitas 𝐴 + 𝑂 = 𝑂 + 𝐴 = 𝐴 4. Lawan atau Invers 𝐴 + (βˆ’π΄) = βˆ’π΄ + 𝐴 = 𝑂 𝐴 = [ 1 5 7 6 10 11 ] ; 𝐡 = [ 2 3 4 6 5 6 ] 𝐴 + 𝐡 = [ 1 + 2 5 + 3 7 + 4 6 + 6 10 + 5 11 + 6 ] = [ 3 8 11 12 15 17 ] Pengurangan Matriks Definisi: Pengurangan dua matriks 𝐴 dan 𝐡 yang sejenis adalah 𝐢 yang sejenis pula dimana 𝑐𝑖𝑗 = π‘Ž 𝑖𝑗 βˆ’ 𝑏𝑖𝑗 𝐴 = [ 6 10 12 3 4 8 1 6 5 ] 𝐡 = [ 2 3 4 1 6 8 7 8 1 ]
  • 5. 𝐴 βˆ’ 𝐡 = [ 6 βˆ’ 2 10 βˆ’ 3 12 βˆ’ 4 3 βˆ’ 1 4 βˆ’ 6 8 βˆ’ 8 1 βˆ’ 7 6 βˆ’ 8 5 βˆ’ 1 ] = [ 4 7 8 4 βˆ’2 0 βˆ’6 βˆ’2 4 ] Perkalian Matriks dengan Skalar Definisi: Jika 𝐴 = [π‘Ž 𝑖𝑗] dan π‘˜ adalah suatu bilangan (skalar) hasil kali 𝐴 dan π‘˜ sebagai π‘˜π΄ = π΄π‘˜ = [π‘˜π‘Ž 𝑖 𝑗] Sifat – Sifatnya Misalkan π‘˜ dan 𝑙 bilamgan realsedangkan 𝐴 dan 𝐡 matriks dengan ordo π‘š Γ— 𝑛 1. ( π‘˜ + 𝑙) 𝐴 = π‘˜π΄ + 𝑙𝐴 2. π‘˜( 𝐴 + 𝐡) = π‘˜π΄ + π‘˜π΅ 3. ( π‘˜π‘™) 𝐴 = π‘˜(𝑙𝐴) 𝐡 = [ 2 3 4 1 6 8 7 8 1 ] 2𝐡 = 2 [ 2 3 4 1 6 8 7 8 1 ] = [ 4 6 8 2 12 16 14 16 2 ] Perkalian Matriks Definisi: Jika 𝐴 = [ π‘Ž 𝑖𝑗] berordo π‘š Γ— 𝑛 dan 𝐡 = [𝑏𝑖𝑗] berordo 𝑛 Γ— 𝑝 maka hasil kali dari 𝐴 dan 𝐡 adalah 𝐢 = [𝑐𝑖𝑗] dengan ordo π‘š Γ— 𝑝 dimana: 𝑐𝑖𝑗 = βˆ‘ π‘Ž π‘–π‘˜ 𝑏 π‘˜π‘— 𝑛 π‘˜=1 𝐴 = [ 6 10 12 3 4 8 1 6 5 ] 𝐡 = [ 2 3 4 1 6 8 7 8 1 ] 𝐴 Γ— 𝐡 = [ 6 10 12 3 4 8 1 6 5 ] Γ— [ 2 3 4 1 6 8 7 8 1 ] = [ 12 + 10 + 84 18 + 60 + 96 24 + 80 + 12 6 + 4 + 56 9 + 24 + 64 12 + 32 + 8 2 + 6 + 35 3 + 36 + 40 4 + 48 + 5 ] = [ 106 174 116 66 97 52 43 79 57 ] Determinan Matriks Determinan matriks adalah sebuah angka atau skalar dari matriks persegi yang diperoleh dari elemen-elemen matriks tersebut dengan operasi tertentu.. Jika 𝐴 sebuah matriks maka determinannya ditulis det(𝐴) atau |𝐴|
  • 6. ο‚· Untuk ordo 2 Γ— 2 Jika A = ( π‘Ž11 π‘Ž12 π‘Ž21 π‘Ž22 ) maka determinan matriks A adalah Det(A) = | 𝐴| = π‘Ž11. π‘Ž22 βˆ’ π‘Ž12. π‘Ž21 Contoh: A = [ 3 4 3 6 ]. Tentukan determinan dari A! Penyelesaian: det( 𝐴) = (3 Γ— 6) βˆ’ (4 Γ— 3) = 6 ο‚· Untuk ordo 3 Γ— 3 Bisa menggunakan aturan sarrus sebagai berikut A = [ π‘Ž11 π‘Ž12 π‘Ž13 π‘Ž21 π‘Ž22 π‘Ž23 π‘Ž31 π‘Ž32 π‘Ž33 ] | 𝐴| = (π‘Ž12 π‘Ž21 π‘Ž33 + π‘Ž12 π‘Ž23 π‘Ž31 + π‘Ž13 π‘Ž21 π‘Ž32) – (π‘Ž11 π‘Ž22 π‘Ž33 + π‘Ž11 π‘Ž23 π‘Ž32 + π‘Ž13 π‘Ž22 π‘Ž31) Contoh: Tentukan determinan dari matriks B = [ βˆ’3 4 2 2 1 3 1 0 βˆ’1 ] Penyelesaian: Untuk menentukan determinan dari B digunakan kaidah sarrus. | 𝐡| = (π‘Ž12 π‘Ž21 π‘Ž33+ π‘Ž12 π‘Ž23 π‘Ž31+ π‘Ž13 π‘Ž21 π‘Ž32) – (π‘Ž11 π‘Ž22 π‘Ž33 + π‘Ž11 π‘Ž23 π‘Ž32+π‘Ž13 π‘Ž22 π‘Ž31) = (3 + 12 + 0) – (-8 + 0 + 2)= 21
  • 7. ο‚· Untuk ordo 𝑛 Γ— 𝑛 Perhatikan matriks persegi berikut: Untuk mencari determinan 𝐴 dapat digunakan metode uraian laplace, dalam metode ini terdapat 2 macam yaitu: a. Menguraikan determinan menurut baris ke-𝑖 | 𝐴| = det( 𝐴) = βˆ‘(βˆ’1) 𝑖+𝑗 π‘Žπ‘–π‘— 𝑀𝑖 𝑗 𝑛 𝑗=1 b. Menguraikan determinan menurut kolom ke-𝑗 | 𝐴| = det( 𝐴) = βˆ‘(βˆ’1) 𝑖+𝑗 π‘Žπ‘–π‘— 𝑀𝑖 𝑗 𝑛 𝑖=1 Catatan: 1. π‘Ž 𝑖𝑗 adalah komponen determinan pada baris ke-𝑖 kolom ke-𝑗 2. 𝑀𝑖𝑗 adalah minor dari π‘Ž 𝑖𝑗 (determinan yang dibentuk dengan menghapus baris dan kolom yang memuat π‘Ž 𝑖𝑗) 3. (βˆ’1) 𝑖+𝑗 𝑀𝑖𝑗 adalah kofaktor dari π‘Ž 𝑖𝑗 4. Dalam menentukan baris atau kolom yang akan dipakai sebagai dasar dalam penjabaran, dilihat elemen-elemen yang menyusunnya. Dipilih baris atau kolom yang elemennya menyederhanakan perhitungan. Kalau ada baris atau kolom yang memuat nol paling banyak, baris atau kolom itulah yang dipilih. Jika elemen-elemnnya tidak ada yang nol maka pemilihan baris/kolom bebas. Contoh: Tentukan determinan dari:
  • 9. RELASI DAN FUNGSI RELASI Relasi adalah himpunan pasangan berurutan. Himpunan pasangan terurut diperoleh dari perkalian kartesian antara dua himpunan. Misal terdapat himpunan 𝐴 dan 𝐡, relasi antara kedua himpunan tersebut disebut relasi biner. Definisi 2. Relasi biner 𝑅 antara himpunan 𝐴 dan 𝐡 adalah himpunan bagian dari 𝐴 Γ— 𝐡. Ditulis: 𝑅 βŠ† (𝐴 Γ— 𝐡) Daerah asal dan daerah hasil relasi bisa saja berasal dari himpunan yang sama. Definisi 3. Relasi pada himpunan 𝐴 adalah relasi dari 𝐴 Γ— 𝐴 Contoh 1: Misalkan 𝑃 = {2, 3, 4} dan 𝑄 = {2, 4, 8,9, 15}. Jika kita definisikan relasi 𝑅 dari 𝑃 ke 𝑄 dengan (𝑝, π‘ž) ∈ 𝑅 jika 𝑝 habis dibagi π‘ž Maka kita peroleh: 𝑅 = {(2,2), (2,4),(2,8),(3,9),(3,15), (4,4),(4,8)} 1. Dapat direpresentasikan dalam diagram panah
  • 10. 2. Dapat direpresentasikan dalam bentuk tabel 𝑃 𝑄 2 2 2 4 2 8 3 9 3 15 4 4 4 8 3. Dapat direpresentasikan dalam Matriks Ingat cara merepresentasikan suatu relasi ke dalam matriks yaitu: Misalkan 𝑅 adalah relasi dari 𝐴 = { π‘Ž1, π‘Ž2, … . , π‘Ž π‘š} dan 𝐡 = { 𝑏1, 𝑏2 , …. , 𝑏 𝑛}. Relasi 𝑅 dapat disajikan dengan matriks 𝑀 = [π‘š 𝑖𝑗] Yang dalam hal ini: π‘š 𝑖𝑗 = { 1,( π‘Žπ‘–, 𝑏𝑗) ∈ 𝑅 0, ( π‘Žπ‘–, 𝑏𝑗) βˆ‰ 𝑅 Berarti, pada contoh 1 tersebut π‘Ž1 = 2, π‘Ž2 = 3, π‘Ž3 = 4 dan 𝑏1 = 2, 𝑏2 = 4, 𝑏3 = 8, 𝑏4 = 9, 𝑏5 = 15 𝑀 = [ 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 ]
  • 11. 4. Dapat direpresentasikan dalam graf berarah Graf berarah adalah Representasi secara grafis dari relasi suatu himpunan.Tiap elemen himpunan dinyatakan dalam titik (simpul atau vertex)dan tiap pasangan terurut dinyatakan dalam busur (arc) yang arahnya ditunjukkan dengan sebuah panah. Jika (π‘Ž, 𝑏) ∈ 𝑅, maka sebuah busur dibuat dari simpul π‘Ž ke simpul 𝑏. Simpul π‘Ž adalah simpul asal (initial vertex) dan simpul 𝑏 adalah simpul tujuan (terminal vertex). Berarti, pada contoh 1 tersebut: Busur yang memiliki simpul asal sama dengan simpul tujuan dinamakan kalang (loop). Relasi Inversi Definisi 4. Misalkan 𝑅 adalah relasi dari himpunan 𝐴 ke himpunan 𝐡. Inversi dari relasi 𝑅, dilambangkan dengan π‘…βˆ’1 , adalah relasi dari 𝐡 ke 𝐴 yang didefinisikan oleh: π‘…βˆ’1 = {(𝑏, π‘Ž)|(π‘Ž, 𝑏) ∈ 𝑅} Contoh 2: Inversi dari contoh 1 yaitu: π‘…βˆ’1 = {(π‘ž, 𝑝)|(𝑝, π‘ž) ∈ 𝑅} Jadi, π‘…βˆ’1 = {(2,2), (4,2),(8,2),(9,3),(15,3),(4,4), (8,4)} Matriks yang merepresentasikan π‘…βˆ’1 adalah transpose dari matriks yang merepresentasi kan 𝑅. Berarti dari contoh 1 dan 2, misal 𝑀 merepresentasikan 𝑅 dan 𝑁 merepresentasikan π‘…βˆ’1 maka:
  • 12. Sifat – Sifat Relasi Nama Definisi Contoh Refleksif Relasi 𝑅 pada himpunan 𝐴 disebut refleksif jika (π‘Ž, π‘Ž) ∈ 𝑅 untuk setiap π‘Ž ∈ 𝐴 Misalkan 𝐴 = {1,2,3,4} dan misalkan relasi pada himpunan 𝐴 maka a. 𝑅 = {(1,1),(1,3),(2,1),(2,2),(3,3), (4,2), (4,3), (4,4)} bersifat refleksif karena (1,1), (2,2), (3,3),(4,4) ∈ 𝑅 b. 𝑅 = {(1,1),(2,2),(2,3),(4,2), (4,3), (4,4)} tidak refleksif karena (3,3) βˆ‰ 𝑅 Simetrik dan Anti- simetrik Relasi 𝑅 pada himpunan 𝐴 disebut simetrik jika (π‘Ž, 𝑏) ∈ 𝑅 maka ( 𝑏, π‘Ž) ∈ 𝑅 untuk semua π‘Ž, 𝑏 ∈ 𝐴 Sedangkan Relasi 𝑅 pada himpunan 𝐴 disebut anti-simetrik jika (π‘Ž, 𝑏) ∈ 𝑅 dan ( 𝑏, π‘Ž) ∈ 𝑅 maka π‘Ž = 𝑏, untuk semua π‘Ž, 𝑏 ∈ 𝐴 Misalkan 𝐴 = {1,2,3,4} dan misalkan relasi pada himpunan 𝐴 maka a. 𝑅 = {(1,1),(1,2),(2,1), (2,2), (2,4), (4,2), (4,4)} bersifat simetrik karena (1,2), (2,1) ∈ 𝑅 dan (1 = 2,4), (4,2) ∈ 𝑅 b. 𝑅 = {(1,1),(2,2),(3,3)} bersifat anti-simetrik karena (1,1) ∈ 𝑅 dan 1 = 1 , (2,2) ∈ 𝑅 dan 2 = 2, serta (3,3) ∈ 𝑅 dan 3 = 3. Lihatlah bahwa 𝑅 juga simetrik Transitif Relasi 𝑅 pada himpunan 𝐴 disebut transitif jika (π‘Ž, 𝑏) ∈ 𝑅 dan ( 𝑏, 𝑐) ∈ 𝑅 maka ( π‘Ž, 𝑐) ∈ 𝑅, untuk semua π‘Ž, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐴 Misalkan 𝐴 = {1,2,3,4} dan misalkan relasi pada himpunan 𝐴 maka a. 𝑅 = {(2,1),(3,1),(3,2),(4,1),(4,2), (4,3)} bersifat transitif karena (π‘Ž, 𝑏) (𝑏, 𝑐) (π‘Ž, 𝑐) (3,2) (2,1) (3,1) (4,2) (2,1) (4,1) (4,3) (3,1) (4,1) (4,3) (3,2) (4,2) Semua pasangan dalam tabel tersebut merupakan ∈ 𝑅 b. 𝑅 = {(1,1),(2,3),(2,4),(4,2)} tidak transitif karena (2,4) dan (4,2) ∈ 𝑅 tetapi (2,2) βˆ‰ 𝑅 serta (4,2) dan (2,3) ∈ 𝑅 tetapi (4,3) βˆ‰ 𝑅 Mengkombinasikan Relasi Karena relasi biner merupakan himpunan pasangan terurut, maka operasi himpunan seperti irisan, gabungan, selisih, dan beda setangkup antara dua relasi atau lebih juga berlaku.
  • 13. Contoh 3: Misalkan 𝐴 = { π‘Ž, 𝑏, 𝑐} dan 𝐡 = {π‘Ž, 𝑏, 𝑐, 𝑑} Relasi 𝑅1 = {( π‘Ž, π‘Ž), ( 𝑏, 𝑏), ( 𝑐, 𝑐)} Relasi 𝑅2 = {( π‘Ž, π‘Ž), ( π‘Ž, 𝑏),( π‘Ž, 𝑐), ( π‘Ž, 𝑑)} a. 𝑅1⋂𝑅2 = {( π‘Ž, π‘Ž)} b. 𝑅1 βˆͺ 𝑅2 = {( π‘Ž, π‘Ž), ( 𝑏, 𝑏), ( 𝑐, 𝑐), ( π‘Ž, 𝑏),( π‘Ž, 𝑐), ( π‘Ž, 𝑑)} c. 𝑅1 βˆ’ 𝑅2 = {( 𝑏, 𝑏),( 𝑐, 𝑐)} d. 𝑅2 βˆ’ 𝑅1 = {( π‘Ž, 𝑏),( π‘Ž, 𝑐), (π‘Ž, 𝑑)} e. 𝑅1 βŠ• 𝑅2 = {( 𝑏, 𝑏),( 𝑐, 𝑐), ( π‘Ž, 𝑏),( π‘Ž, 𝑐),(π‘Ž, 𝑑)} Komposisi Relasi Misalkan 𝑅 adalah relasi dari himpunan 𝐴 ke himpunan 𝐡, dan 𝑆 adalah relasi dari himpunan 𝐡 ke himpunan 𝐢. Komposisi 𝑅 dan 𝑆, dinotasikan dengan π‘†π‘œπ‘…, adalah relasi dari 𝐴 ke 𝐢 yang didefinisikan oleh: π‘†π‘œπ‘… = {(π‘Ž, 𝑐)|π‘Ž ∈ 𝐴, 𝑐 ∈ 𝐢 dan βˆƒπ‘ ∈ 𝐡, ( π‘Ž, 𝑏) ∈ π‘…π‘‘π‘Žπ‘› (𝑏, 𝑐) ∈ 𝑆}
  • 14. Contoh 4: Misalkan: 𝑅 = {(1,2),(1,6),(2,4),(3,4), (3,6),(3,8)} adalah relasi dari himpunan {1, 2,3} ke himpunan {2, 4, 6, 8} dan 𝑆 = {(2, 𝑒), (4, 𝑠), (4, 𝑑), (6, 𝑑), (8, 𝑒)} adalah relasi dari himpunan {2, 4, 6, 8}ke himpunan {𝑠, 𝑑, 𝑒} Maka komposisi relasi R dan S: π‘†π‘œπ‘… = {(1, 𝑒), (1, 𝑑), (2, 𝑠), (2, 𝑑), (3, 𝑠), (3, 𝑑), (3, 𝑒)} Komposisi relasi R dan S lebih jelas jika diperagakan dengan diagram panah: Relasi Kesetaraan dan Relasi Pengurutan Parsial Definisi 5. Relasi 𝑅 pada himpunan 𝐴 disebut relasi kesetaraan jika ia refleksif, simetrik dan transitif. Definisi 6. Relasi 𝑅 pada himpunan 𝑆 disebut relasi pengurutan parsial jika ia refleksif, anti- simetrik dan transitif. Himpunan 𝑆 bersama – sama dengan relasi 𝑅 disebut himpunan terurut secara parsial dan dilambangkan (𝑆, 𝑅) FUNGSI Definisi 7. Misalkan 𝐴 dan 𝐡 himpunan. Relasi biner 𝑓 dari 𝐴 ke 𝐡 merupakan suatu fungsi jika setiap elemen didalam 𝐴 dihubungkan dengan tepat satu elemen didalam 𝐡. Jika 𝑓 adalah fungsi dari 𝐴 ke 𝐡 kita menuliskan: 𝑓: 𝐴 β†’ 𝐡 Yang artinya 𝑓 memetakan 𝐴 ke 𝐡
  • 15. Macam – Macam Fungsi Nama Definisi Ilustrasi Fungsi satu – satu (injektif) Fungsi 𝑓 dikatakan satu – satu (π‘œπ‘›π‘’ π‘‘π‘œ π‘œπ‘›π‘’) atau injektif jika ada dua elemen himpunan 𝐴 yang memiliki bayangan yang sama. Dengan kata lain, jika π‘Ž dan 𝑏 adalah anggota himpunan 𝐴, maka 𝑓(π‘Ž) β‰  𝑓(𝑏) bilaman π‘Ž β‰  𝑏 d. Jika 𝑓( π‘Ž) = 𝑓(𝑏) maka implikasinya adalah π‘Ž = 𝑏 Fungsi pada atau surjektif Fungsi 𝑓 dikatakan pada (onto) atau surjektif jika setiap elemen himpunan 𝐡 merupakan bayangan dari satu atau lebih elemen himpunan 𝐴. Dengan kata lain, seluruh 𝐡merupakan jelajah dari 𝑓. Fungsi 𝑓 disebut pada himpunan 𝐡 Koresponden Satu – Satu atau bijektif Fungsi 𝑓 dikatakan berkoresponden satu – satu atau bijektif jika ia fungsi satu – satu dan fungsi pada Fungsi Inversi Jika 𝑓 berkoresponden satu – satu maka 𝑓 memiliki invers atau balikan. Fungsi inversi dilambangkan: π‘“βˆ’1 . Misalkan π‘Ž ∈ 𝐴 dan 𝑏 ∈ 𝐡, maka π‘“βˆ’1( 𝑏) = π‘Ž jika 𝑓( π‘Ž) = 𝑏. Perhatikan ilustrasi berikut:
  • 16. Fungsi Komposisi Misalkan 𝑔 adalah fungsi dari himpunan 𝐴 ke himpunan 𝐡, dan 𝑓 adalah fungsi dari himpunan 𝐡 ke himpunan 𝐢. Komposisi 𝑓 dan 𝑔, dinotasikan dengan π‘“π‘œπ‘”, adalah fungsi dari 𝐴 ke 𝐢 yang didefinisikan oleh: ( π‘“π‘œπ‘”)( π‘Ž) = 𝑓(𝑔( π‘Ž)) Perhatikan ilustrasi berikut: Contoh 5: Diberikan fungsi: 𝑔 = {(1, 𝑒), (2, 𝑒), (3, 𝑣)} yang memetakan 𝐴 = {1,2,3} ke 𝐡 = {𝑒, 𝑣, 𝑀} dan fungsi 𝑓 = {( 𝑒, 𝑦), ( 𝑣, π‘₯), ( 𝑀, 𝑧)} yang memetakan 𝐡 = { 𝑒, 𝑣, 𝑀} ke 𝐢 = {π‘₯, 𝑦𝑧, } Fungsi komposisi dari 𝐴 ke 𝐢 adalah: π‘“π‘œπ‘” = {(1, 𝑦), (2, 𝑦), (3, π‘₯)}