SlideShare a Scribd company logo
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Statistik merupakan salah satu ilmu yang sangat penting untuk dipelajari
agar dapat memudahkan seseorang dalam membuat suatu penelitian, observasi
ataupun riset yang berbentuk angka, mulai dari pengumpulan data, pengolahan
data, analisis data, hingga penyajian data yang akhir tujuannya ialah penarikan
kesimpulan.
Ada beberapa ilmuan yang menjelaskan tentang pengertian-pengertian statistik.
Diantaranya yaitu:
1. Modenhall
Statistik merupakan salah satu bidang sains yang berhubungan dengan ekstrasi
informasi dari sebuah data numerik dan digunakan untuk membuat keputusan dari
suatu populasi darimana data itu didapatkan.
2. Kendal & Stuart
Statistik merupakan cabang dari metode ilmiah yang berkaitan dengan
pengumpulan data yang dikumpulkan dengan mengukur sifat-sifat dari populasi
yang ditemukan.
3. Asher
Menurutnya statistik itu berkaitan dengan suatu langkah atau metode dalam
menarik sebuah kesimpulan dari hasil uji coba.
4. Mood, Graybill & Boes
Mereka mengemukakan bahwa statistik merupakan suatu teknologi dari salah
satu metode ilmiah dan berkaitan dengan percobaan, penyelidikan dan penarikan
kesimpulan.
5. Anderson & Bancroft
Mereka mengungkapkan statistik sebagai ilmu & seni perkembangan juga
metode yang paling tepat dan efektif dalam pengumpulan, mentabulasikan dan
menginterprestasikan data-data kuantitatif.
2
BAB II
DISTRIBUSI FREKUENSI
DISTRIBUSI FREKUENSI Merupakan suatu uraian atau ringkasan yang
dapat dibuat dalam bentuk tabel suatu kelompok data yang menunjukkan sebaran
data observasi dalam beberapa kelas. Sehingga ada dapat membentuk suatu tabel
frekuensi yang berisikan kategori-kategori Misalnya anda ingin membuat tabel
frekuensi nilai matapelajaran statistika pada kelas anda, dengan rentang nilai
tertentu.
Data yang telah diperoleh dari suatu penelitian yang masih berupa data
acak yang dapat dibuat menjadi data yang berkelompok, yaitu data yang telah
disusun ke dalam kelas-kelas tertentu. Daftar yang memuat data berkelompok
disebut distribusi frekuensi atau tabel frekuensi. Distribusi frekuensi adalah
susunan data menurut kelas interval tertentu atau menurut kategori tertentu dalam
sebuah daftar (Hasan, 2001).
Sebuah distribusi frekuensi akan memiliki bagian-bagian yang akan dipakai
dalam membuat sebuah daftar distribusi frekuensi. Bagian-bagian tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut (Hasan, 2001):
 Kelas-kelas (class) adalah kelompok nilai data atau variable dari suatu data
acak.
 Batas kelas (class limits) adalah nilai-nilai yang membatasi kelas yang satu
dengan kelas yang lain. Batas kelas merupakan batas semu dari setiap
kelas, karena di antara kelas yang satu dengan kelas yang lain masih
terdapat lubang tempat angka-angka tertentu. Terdapat dua batas kelas
untuk data-data yang telah diurutkan, yaitu: batas kelas bawah (lower class
limits) dan batas kelas atas (upper class limits).
 Tepi kelas disebut juga batas nyata kelas, yaitu batas kelas yang tidak
memiliki lubang untuk angka tertentu antara kelas yang satu dengan kelas
yang lain. Terdapat dua tepi kelas yang berbeda dalam pengertiannya dari
data, yaitu: tepi bawah kelas dan tepi atas kelas.
 Titik tengah kelas atau tanda kelas adalah angka atau nilai data yang tepat
terletak di tengah suatu kelas. Titik tengah kelas merupakan nilai yang
mewakili kelasnya dalam data. Titik tengah kelas = ½ (batas atas + batas
bawah) kelas.
 Interval kelas adalah selang yang memisahkan kelas yang satu dengan
kelas yang lain.
 Panjang interval kelas atau luas kelas adalah jarak antara tepi atas kelas
dan tepi bawah kelas.
 Frekuensi kelas adalah banyaknya data yang termasuk ke dalam kelas
tertentu dari data acak.
3
Komponen Distribusi Frekuensi
1. Kelas
2. Batas kelas
3. Interval kelas
1. Kelas Frekuensi
Kelas yang dimaksud adalah kelopok yang ditentukan dengan perhitungan
tertentu sehingga antar kelas memiliki aturan dan karakter yang sama.
2. Batas Kelas Distribusi Frekuensi
Batas kelas merupakan nilai yang berada pada tepi bawah atau tepi atas
suatu kelompok (kelas). Dengan demikian batas kelas terdiri dari batas atas dan
batas bawah.
3. Intervel Kelas
Interval kelas menunjukkan seberapa lebar suatu kelas pada tabel
distribusi frekuensi. misalnya sebuah kelas yang terbentuk 1-5 (maka panjang
intervalnya adalah 5)
Jenis Jenis Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi memiliki jenis-jenis yang berbeda untuk setiap
kriterianya. Berdasarkan kriteria tersebut, distribusi frekuensi dapat dibedakan
tiga jenis (Hasan, 2001):
1.Distribusi frekuensi biasa
Distribusi frekuensi yang berisikan jumlah frekuensi dari setiap kelompok
data. Distribusi frekuensi ada dua jenis yaitu distribusi frekuensi numerik dan
distribusi frekuensi peristiwa atau kategori.
2. Distribusi frekuensi relatif
Distribusi frekuensi yang berisikan nilai-nilai hasil bagi antara frekuensi
kelas dan jumlah pengamatan. Distribusi frekuensi relatif menyatakan proporsi
data yang berada pada suatu kelas interval, distribusi frekuensi relatif pada suatu
kelas didapatkan dengan cara membagi frekuensi dengan total data yang ada dari
pengamatan atau observasi.
4
3. Distribusi frekuensi kumulatif
Distribusi frekuensi yang berisikan frekuensi kumulatif (frekuensi yang
dijumlahkan). Distribusi frekuensi kumulatif memiliki kurva yang disebut ogif.
Ada dua macam distribusi frekuensi kumulatif yaitu distribusi frekuensi
kumulatih kurang dari dan distribusi frekuensi lebih dari.
Penyusunan Distribusi Frekuensi
Penyusunan suatu distribusi frekuensi perlu dilakukan tahapan penyusunan
data. Pertama melakukan pengurutan data-data terlebih dahulu sesuai urutan
besarnya nilai yang ada pada data, selanjutnya diakukan tahapan berikut ini
(Hasan, 2001).
1. Menentukan jangkauan (range) dari data. Jangkauan = data terbesar – data
terkecil.
2. Menentukan banyaknya kelas (k). Banyaknya kelas ditentukan dengan
rumus sturgess K = 1 + 3.3 log n; k (Keterangan: k = banyaknya kelas, n =
banyaknya data)
3. Menentukan panjang interval kelas. Panjang interval kelas (i) = Jumlah
Kelas (k)/ Jangkauan (R)
4. Menentukan batas bawah kelas pertama. Tepi bawah kelas pertama
biasanya dipilih dari data terkecil atau data yang berasal dari pelebaran
jangkauan (data yang lebih kecil dari data data terkecil) dan selisihnya
harus kurang dari panjang interval kelasnya.
5. Menuliskan frekuensi kelas didalam kolom turus atau tally (sistem turus)
sesuai banyaknya data.
Tahapan Membuat Tabel Distribusi Frekuensi
Tahapan-tahapan yang perlu anda lakukan untuk membuat tabel distribusi
frekuensi adalah sebagai berikut :
1. Membuat rentang atau selisih nilai terbesar dan terkecil.
2. Membuat jumlah kelas yang dapat diberi lambang k dengan menggunakan
rumus berikut :
k = 1 + 3.322 log n, n : menunjukkan banyaknya nilai observasi.
3. Selanjutnya anda tentukan jumlah interval kelas yang diberi lambang (c),
dengan rumus
5
KET :
k : Banyaknya kelas
Xn : Nilai observasi terbesar
X1 : Nilai observasi terkecil.
 Tahap terakhir adalah menentukan batas kelas (tepi bawah dan tepi atas)
Batas bawah kelas (tepi bawah) menunjukkan kisaran nilai data terkecil
pada suatu kelas (kelompok). Sedangkan batas atas kelas menunjukkan
kemungkinan nilai data terbesar dalam suatu kelas (kelompok).
Sebagai contoh :
Dalam sebuah kelas bahasa inggiris diperoleh nilai dari 40 siswa sebagai berikut:
50 53 74 73
75 76 58 67
74 74 73 72
72 73 73 72
79 71 70 75
78 52 74 74
75 74 72 74
75 74 72 68
79 71 79 69
71 70 70 79
Dari data tersebut ingin bibuat sebuah tabel frekuensi untuk menyajikan data
sebaran nilai dari ke 40 siswa saat ujian bahasa Inggris.
maka;
n =40
k=1+3.322n
k=6.322 ~ 6
c = (79-50)6=4.8~5
6
Kelas Frekuensi Tepi Bawah Tepi Atas
50-54 3 49,5 54,5
55-59 1 54,5 59,5
60-64 59,5 64,5
65-69 3 64,5 69,5
70-74 23 69,5 74,5
75-79 10 74,5 79,5
Tabel Distribusi Frekuensi Relatif dan Kumulatif
Untuk membentuk tabel frekuensi, anda dapat menggunakana persamaan yang
terdapat di dalam tabel berikut :
X F Fr Fk* Fk**
(1) (2) (3) (4) (5)
X1
X2
…
Xi
…
Xk
f1
f2
…
fi
…
fk
f1/n
f2/n
…
fi/n
…
fk/n
f1
f1 + f2
…
f1 + f2 + … + fi
…
f1 + f2 + … + fi + …
+ fk
f1 + f2 + … + fi + … + fk f2 + … + fi +
… + fk
…
f1 + fk
…
fk
Jumlah
7
BAB III
PENGUKURAN STATISTIK SAMPLE
1. Mean
Rata-rata atau Mean adalah ukuran statistik kecenderungan terpusat sama halnya
seperti Median dan Modus.
Rata-rata ada beberapa macam, yaitu rata-rata hitung (aritmatik), rata-rata
geometrik, rata-rata harmonik dan lain-lain. Tetapi jika hanya disebut dengan kata
“rata-rata” saja, maka rata-rata yang dimaksud adalah rata-rata hitung
(aritmatik).
RUMUS :
Keterangan:
= rata-rata hitung
xi = nilai sampel ke-i
n = jumlah sampel
Contoh soal rata-rata hitung :
Misalkan kita ingin mengetahui rata-rata tinggi badan siswa di suatu kelas.
Kita bisa mengambil sampel misalnya sebanyak 10 siswa dan kemudian diukur
tinggi badannya. Dari hasil pengukuran diperoleh data tinggi badan kesepuluh
siswa tersebut dalam ukuran sentimeter (cm) sebagai berikut.
172, 167, 180, 170, 169, 160, 175, 165, 173, 170
Dari data di atas dapat dihitung rata-rata dengan menggunakan rumus rata-rata :
sehingga
8
Rata-rata Ukur (Geometrik)
Rata-rata ukur (geometrik) adalah rata-rata yang diperoleh dengan
mengalikan semua data dalam suatu kelompok sampel, kemudian
diakarpangkatkan dengan jumlah data sampel tersebut. Secara matematis rata-rata
ukur (geometrik) dirumuskan seperti berikut ini.
Keterangan:
G = rata-rata ukur (geometrik)
n = jumlah sampel
Contoh soal rata-rata ukur :
Diketahui data suku bunga tabungan beberapa bank adalah sebagai berikut.
6.75, 5.75, 6.50, 6.25, 6.25, 6.10, 5.70, 5.90, 6.25, 5.60
Berapakah rata-rata ukur (geometrik) suku bunga bank-bank tersebut?
Jawab:
Rata-rata ukur (geometrik) bisa dihitung dengan menggunakan rumus pertama
atau kedua. Cara penghitungannya adalah sebagai berikut.
G = 6,095
Rata-rata Harmonik (Harmonic Average)
Rata-rata harmonik (harmonic average) adalah rata-rata yang dihitung
dengan cara mengubah semua data menjadi pecahan, dimana nilai data dijadikan
sebagai penyebut dan pembilangnya adalah satu, kemudian semua pecahan
tersebut dijumlahkan dan selanjutnya dijadikan sebagai pembagi jumlah data.
Rata-rata harmonik ini sering disebut juga dengan kebalikan dari rata-rata hitung
(aritmatik).
9
Secara matematis rata-rata harmonik dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan:
H = rata-rata harmonik
n = jumlah data sampel
xi = nilai data ke-i
Contoh soal rata-rata harmonis :
Suatu pertandingan bridge terdiri dari 10 meja. Pada pertandingan tersebut
ingin diketahui rata-rata lama bermain dalam 1 set kartu bridge. Pada
pertandingan pertamanya dihitung lama bermain untuk setiap set kartu di setiap
meja. Hasilnya adalah sebagai berikut (dalam menit).
7, 6, 8, 10, 8, 8, 9, 12, 9, 11
Berapakah rata-rata harmonik lama pertandingan tersebut?
Jawab:
Dari rumus dapat dihitung rata-rata harmonik adalah sebagai berikut.
Rata-rata Tertimbang (Terbobot)
Rata-rata tertimbang/terbobot (weighted average) adalah rata-rata yang
dihitung dengan memperhitungkan timbangan/bobot untuk setiap datanya. Setiap
penimbang/bobot tersebut merupakan pasangan setiap data.
Rumus rata-rata tertimbang/terbobot adalah sebagai berikut.
10
Keterangan:
= rata-rata tertimbang
xi = nilai data ke-i
wi = bobot data ke-i
n = jumlah data
Contoh soal rata-rata tertimbang :
2. MODUS
Modus adalah nilai yang mempunyai frekuensi paling banyak. Modus
tidak harus tunggal,artinya nilainya bisa lebih dari satu. Adapun cara
mencari modus untuk data tunggal tinggal dilihat frekuensinya.
Untuk data dalam daftar distribusi frekuensi, modus ditentukan dengan rumus :
Dengan;
b = batas bawah kelas modus yaitu kelas interval dengan frekuensi terbanyak
p = panjang interval kelas modus
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelum kelas modus
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudah kelas modus
Jika rumus di atas digunakan untuk mencari modus dari tabel di bawah ini
11
Maka diperoleh :
a. kelas modus = kelas ke-4
b. b = 59,5
c. b1 = 15 – 6 = 9
d. b2 = 15 – 13 = 2
e. p = 8
Rumus Modus dan Contoh Soalnya
Modus ialah nilai yang paling sering muncul atau nilai yang mempunyai
frekuensi tertinggi. Jika suatu data hanya mempunyai satu modus disebut
unimodal dan bila memiliki dua modus disebut bimodal, sedangkan jika memiliki
modus lebih dari dua disebut multimodal. Modus dilambangkan dengan Mo.
1) Modus data tunggal
Modus dari data tunggal adalah data yang sering muncul atau data dengan
frekuensi tertinggi. Perhatikan contoh soal berikut ini.
Contoh soal
Tentukan modus dari data di bawah ini.
2, 1, 4, 1, 1, 5, 7, 8, 9, 5, 5, 10
12
Penyelesaian
a) 1, 1, 1, 2, 4, 5, 5, 5, 7, 8, 9, 10
Data yang sering muncul adalah 1 dan 5. Jadi modusnya adalah 1 dan 5.
b) Berdasarkan data pada tabel, nilai yang memiliki frekuensi tertinggi adalah 6.
Jadi, modusnya adalah 6.
2) Modus data bergolong
Modus data bergolong dirumuskan sebagai berikut:
3. MEDIAN
Median adalah suatu nilai yang membagi distribusi data menjadi dua
bagian yang sama besar atau suatu nilai yang menbagi 50% frekuensi bagian atas
dan 50% frekuensi bagian bawah, sehingga frekuensi yang terdapat di atas sama
dengan frekuensi yang trdapat di bawah. Oleh karena itu median dari sejumlah
data tergantung pada frekuensinya bukan variasi nilai- nilainya.
Adapun cara mencari median, antara lain :
a. Data tunggal sebagian atau seluluh skornya berfrekuensi lebih dari satu
Sebelum dihitung mediannya, data diurutkan lebih dulu dari data yang terkecil ke
yang terbesar. Rumusan median untuk data tunggal dibedakan jadi dua, yaitu :
13
Contoh
1. Untuk contoh tabel sebelumnya dengan data 8 6 6 7 8 7 7 8 6 6.
Setelah data diurutkan diperoleh 6 6 6 6 7 7 7 8 8 8. Jumlah data genap sehingga
untuk mencari median digunakan rumus di atas dan diperoleh
2. Diketahui data sebagai berikut.
Tentukan median dari data di atas!
Untuk data di atas diketahui n ganjil, sehingga untuk mencari median
digunakan rumus pertama dan diperoleh :
b. Data kelompok ( dalam distribusi frekuensi)
Untuk data yang disusun dalam daftar distribusi frekuensi, median dihitung
dengan rumus :
14
dengan
b = batas bawah kelas median
p = panjang kelas median
n = jumlah data
F = jumlah frekuensi kumulatif sebelum kelas median
f = frekuensi kelas median
Contoh
Dari tabel sebelumnya diperoleh kelas median terletak pada interval ke-4,
sehingga diperoleh b = 59,5 ; p = 8; n = 50 ; F = 15 dan f = 15 akibatnya
Rumus Modus dan Contoh Soalnya
Modus ialah nilai yang paling sering muncul atau nilai yang mempunyai
frekuensi tertinggi. Jika suatu data hanya mempunyai satu modus disebut
unimodal dan bila memiliki dua modus disebut bimodal, sedangkan jika memiliki
modus lebih dari dua disebut multimodal. Modus dilambangkan dengan Mo.
1) Modus data tunggal
Modus dari data tunggal adalah data yang sering muncul atau data dengan
frekuensi tertinggi. Perhatikan contoh soal berikut ini.
Contoh soal
Tentukan modus dari data di bawah ini.
2, 1, 4, 1, 1, 5, 7, 8, 9, 5, 5, 10
15
Penyelesaian
a) 1, 1, 1, 2, 4, 5, 5, 5, 7, 8, 9, 10
Data yang sering muncul adalah 1 dan 5. Jadi modusnya adalah 1 dan 5.
b) Berdasarkan data pada tabel, nilai yang memiliki frekuensi tertinggi adalah 6.
Jadi, modusnya adalah 6.
2) Modus data bergolong
Modus data bergolong dirumuskan sebagai berikut:
C. Kelebihan dan Kekurangan Rata-rata, Median dan Modus
 Rata-rata
Kelebihan
1. Rata-rata lebih populer dan lebih mudah digunakan.
2. Dalam satu set data, rata-rata selalu ada dan hanya ada satu rata-rata.
3. Dalam penghitungannya selalu mempertimbangkan semua nilai data.
4. Tidak peka terhadap penambahan jumlah data.
5. Variasinya paling stabil.
6. Cocok digunakan untuk data yang homogen.
Kelemahan
1. Sangat peka terhadap data ekstrim. Jika data ekstrimnya banyak, rata-rata
menjadi kurang mewakili (representatif).
2. Tidak dapat digunakan untuk data kualitatif.
3. Tidak cocok untuk data heterogen.
16
 Median
Kelebihan
1. Tidak dipengaruhi oleh data ekstrim.
2. Dapat digunakan untuk data kualitatif maupun kuantitatif.
3. Cocok untuk data heterogen.
Kelemahan
1. Tidak mempertimbangkan semua nilai data.
2. Kurang menggambarkan rata-rata populasi.
3. Peka terhadap penambahan jumlah data.
 Modus
Kelebihan
1. Tidak dipengaruhi oleh data ekstrim.
2. Cocok digunakan untuk data kuantitatif maupun kualitatif.
Kelemahan
1. Modus tidak selalu ada dalam satu set data.
2. Kadang dalam satu set data terdapat dua atau lebih modus. Jika hal itu
terjadi modus menjadi sulit digunakan.
3. Kurang mempertimbangkan semua nilai.
4. Peka terhadap penambahan jumlah data.
D. Hubungan Antara Rata-rata Hitung (Mean), Median dan Modus
 Jika rata-rata, median dan modus memiliki nilai yang sama, maka nilai
rata-rata, median dan modus akan terletak pada satu titik dalam kurva
distribusi frekuensi. Kurva distribusi frekuensi tersebut akan terbentuk
simetris.
17
 Jika rata-rata lebih besar dari median, dan median lebih besar dari modus,
maka pada kurva distribusi frekuensi, nilai rata-rata akan terletak di
sebelah kanan, sedangkan median terletak di tengahnya dan modus di
sebelah kiri. Kurva distribusi frekuensi akan terbentuk menceng ke kiri.
 Jika rata-rata lebih kecil dari median, dan median lebih kecil dari modus,
maka pada kurva distribusi frekuensi, nilai rata-rata akan terletak di
sebelah kiri, sedangkan median terletak di tengahnya dan modus di
sebelah kanan. Kurva distribusi frekuensi akan terbentuk menceng ke
kanan.
 Jika kurva distribusi frekuensi tidak simetris (menceng ke kiri atau ke
kanan), maka biasanya akan berlaku hubungan antara rata-rata median dan
modus sebagai berikut. Rata-rata – Modus = 3 (Rata-rata – Median)
Varians
Dalam teori probabilitas dan statistika, varians (dari bahasa Inggris:
variance) atau ragam suatu peubah acak (atau distribusi probabilitas) adalah
ukuran seberapa jauh sebuah kumpulan bilangan tersebar. Varians nol
mengindikasikan bahwa semua nilai sama.
Varians selalu bernilai non-negatif: varians yang rendah mengindikasikan
bahwa titik data condong sangat dekat dengan nilai rerata (nilai ekspektasi) dan
antara satu sama lainnya, sementara varians yang tinggi mengindikasikan bahwa
titik data sangat tersebar disekitar rerata dan dari satu sama lainnya.
18
Pengukuran yang sama yaitu akar kuadrat dari varians, disebut juga
simpangan baku. Simpangan baku memiliki dimensi dan data yang sama, oleh
karena itu bisa dibandingkan dengan deviasi dari rerata.
Varians adalah salah satu pendeskripsi dari sebuah distribusi probabilitas.
Pada khususnya, varians adalah salah satu momen dari sebuah distribusi. Dalam
konteks tersebut, ia menjadi bagian dari pendekatan sistematis sebagai pembeda
antara distribusi probabilitas. Walau pendekatan lain telah dikembangkan, yang
berbasis momen lebih menguntungkan dalam kemudahan secara matematis dan
penghitungan.
Varians adalah salah satu parameter yang menjelaskan, antara lain,
distribusi probabilitas sebenarnya dari suatu populasi bilangan yang diobservasi,
atau distribusi probabilitas teoretis dari sebuah populasi yang tidak secara penuh
diobservasi di mana sebuah bilangan sampel diambil. Pada kasus terakhir, sebuah
sampel data dari distribusi dapat digunakan untuk membentuk sebuah estimasi
varians dari distribusi yang mendasarinya; pada kasus sederhana estimasi ini bisa
menjadi varians sampel.
Sebagai contoh, berikut adalah tampilan data:
10, 12, 15, 16 dan 12
Maka dapat dengan mudah dihitung rata-rata dari lima data di atas adalah (10 + 12
+ 15 + 16 + 12)/5 = 65/5 = 13. Varian dihitung berdasarkan kuadrat selisih dari
masing-masing data terhadap nilai rata-ratanya, sehingga:
(10-13)^2 + (12-13)^2 + (15-13)^2 + (16-13)^2 + (12-13)^2 = (-3)^2 + (-1)^2 +
2^2 + 3^2 + (-1)^2 = 9 + 1 + 4 + 9 + 1 = 24.
Jadi besarnya varian adalah 24 dibagi 5 (jumlah data jika merupakan
populasi) atau dibagi 5-1 = 4 jika merupakan sampel. Sehingga nilainya adalah
24/4 = 6 (dianggap merupakan sampel).
Dan jika akan dihitung standar deviasi maka akar kuadrat dari 6 yaitu sebesar
2,449.
Varian merupakan ukuran variabilitas data, yang berarti semakin besar
nilai varian berarti semakin tinggi fluktuasi data antara satu data dengan data yang
lain. Untuk jelasnya, perhatikan data gaji pada dua kelompok masyarakat di
bawah:
Kelompok kampung: 3 juta, 1 juta, 6 juta, 8 juta, rata-rata 4,5 juta
Kelompok perumahan: 4 juta, 5 juta, 4,2 juta, 4,8 juta, rata-rata 4,5 juta.
Empat orang dari dua kelompok diambil secara acak dan diambil data gaji
perbulannya. Kelompok pertama, terdiri dari empat orang warga kampung X,
yang pertama mempunyai gaji 3 juta, yang kedua 1 juta, yang ketiga 6 juta dan
yang keempat 8 juga, maka rata-ratanya adalah sebesar 4,5 juta.
19
Empat orang dari kelompok kedua, yaitu warga perumahan, yang pertama
mempunyai gaji 4 juta, yang kedua 5 juta, yang ketiga 4,2 juta dan yang keempat
4,8 juta dengan rata-rata 4,5 juta.
Tampak bahwa rata-rata kedua kelompok adalah sama yaitu sebesar 4,5
juta. Tampilan data dengan rata-rata, menimbulkan bias, karena seolah-olah
mempunyai rata-rata yang sama, sehingga kebijakan yang diambil dapat salah.
Jika kita menghitung varian dari kedua kelompok tersebut akan diperoleh bahwa
kelompok pertama mempunyai varian sebesar 29/3 = 9,67 dan untuk kelompok
kedua mempunyai varian sebesar 0,68/3 = 0,227.
Tampak bahwa varian kelompok satu (warga kampung) lebih tinggi dari
pada varian kelompok kedua (warga perumahan). Interpretasinya adalah bahwa
pendapatan warga kampung sangat berfluktuatif ada yang kecil ada yang sangat
besar. Akan tetapi pendapatan warga perumahan relatif sama dan mempunyai
tingkat ekonomi yang relatif sama antara satu warga dengan warga perumahan
yang lain. Dengan menyertakan nilai varian pada rata-rata akan memberikan
informasi yang lebih akurat. Demikian juga dengan standar deviasi, yang besarnya
merupakan akar kuadrat dari varian.
Pengertian Standar Deviasi
Standar deviasi adalah nilai statistik yang dimanfaatkan untuk menentukan
bagaimana sebaran data dalam sampel, serta seberapa dekat titik data individu
ke mean atau rata-rata nilai sampel.
Sebuah standar deviasi dari kumpulan data sama dengan nol menandakan
bahwa semua nilai dalam himpunan tersebut adalah sama. Sedangkan nilai deviasi
yang lebih besar menunjukkan bahwa titik data individu jauh dari nilai rata-rata.
Untuk cara menghitung standar deviasi, yang perlu dilakukan pertama-
tama adalah menghitung nilai rata-rata dari semua titik data. Rata-rata sama
dengan jumlah dari semua nilai dalam kumpulan data lalu dibagi dengan jumlah
total titik data tersebut.
Setelah itu langkah berikutnya adalah menghitung penyimpangan setiap
titik data dari rata-rata. Caranya dengan mengurangkan nilai dari nilai rata-rata.
Deviasi setiap titik data akan dikuadratkan dan dicari penyimpangan kuadrat
individu rata-rata. Lalu nilai yang dihasilkan disebut sebagai varians. Sedangkan
standar deviasi adalah akar kuadrat dari varians.
Fungsi Standar Deviasi
Biasanya standar deviasi dimanfaatkan oleh para ahli statistik atau orang
yang berkecimpung dalam dunia tersebut untuk mengetahui apakah sampel data
yang diambil mewakili seluruh populasi.
20
Sebab mencari data yang tepat untuk suatu populasi sangat sulit untuk
dilakukan. Maka dari itu perlu menggunakan sampel data yang dapat mewakili
seluruh populasi sehingga mempermudah untuk melakukan penelitian atau suatu
tugas.
Sebagai gambaran, jika seseorang ingin mengetahui berat badan anak laki-
laki berusia 10-12 tahun di suatu sekolah, maka yang perlu dilakukan adalah
mencari tahu berat beberapa orang dan menghitung rata-rata serta standar
deviasinya. Dari perhitungan tersebut akan diketahui nilai yang dapat mewakili
seluruh populasi.
Cara Menghitung Standar Deviasi Secara Manual
Dalam menghitung standar deviasi, ada beberapa metode yang bisa
dimanfaatkan. Seperti menghitungnya secara manual, dengan kalkulator dan
Excel. Akan kami jelaskan satu per satu. Tetapi untuk pertama-tama kita bahas
cara yang manual.
Untuk mengetahui cara menghitung standar deviasi maka ada dua rumus
yang harus diketahui, yakni rumus varian dan rumus standar deviasi. Berikut
adalah rumus yang bisa dipaka
Rumus Varian
Rumus Standar Deviasi
Selain rumus di atas, juga ada versi lain yang bisa Anda gunakan. Walaupun
rumus berbeda, hasil akhirnya tetap sama. Berikut adalah rumusnya:
Rumus Varian 2
21
Rumus Standar Deviasi 2
Keterangan:
s2 : Varian
s : Standar deviasi
xi : Nilai x ke-i
: Rata-rata
n : Ukuran sampel
Rumus Varian
Rumus Standar Deviasi
Selain rumus di atas, juga ada versi lain yang bisa Anda gunakan.
Walaupun rumus berbeda, hasil akhirnya tetap sama. Berikut adalah rumusnya:
Rumus Varian 2
22
Rumus Standar Deviasi 2
Keterangan:
s2 : Varian
s : Standar deviasi
xi : Nilai x ke-i
: Rata-rata
n : Ukuran sampel
Contoh Soal
Dalam suatu kelas, tinggi badan beberapa siswa dijadikan sampel. Berikut
adalah data sampel tersebut:
172, 167, 180, 170, 169, 160, 175, 165, 173, 170
Dari data di atas, dapat diketahui jumlah data (n) = 10 dan (n – 1) = 9. Langkah
berikutnya adalah menghitung komponen untuk rumus varian. Anda bisa
menyusun tabel seperti gambar di bawah ini.
Berdasarkan tabel di atas, langkah selanjutnya seperti yang tertulis berikut:
23
Jika dimasukkan ke dalam rumus varian, maka menjadi seperti ini:
Sudah diketahui bahwa nilai varian adalah 30,32. Maka dari itu untuk cara
menghitung standar deviasi hanya perlu mengakarkuadratkan nilai varian
tersebut.
s = √30,32 = 5,51
Maka hasil standar deviasi dari contoh di atas adalah 5,51.
Untuk data berkelompok, rumus yang digunakan tidak jauh berbeda. Supaya lebih
jelas silakan perhatikan rumus berikut ini:
Rumus Varian Data Berkelompok
24
Rumus Standar Deviasi Data Berkelompok
Contoh Soal
Dilakukan sebuah penelitian terhadap tinggi badan anak di suatu desa.
Hitung varian dan standar deviasi data tersebut.
Berdasarkan contoh di atas kita sudah mengetahui interval dan frekuensi
tiap kelas interval (fi). Maka langkah selanjutnya adalah membuat tabel lagi untuk
mengetahui banyaknya data, titik tengah, fixi dan fixi^2. Berikut adalah tabelnya.
25
Dari tabel di atas, dapat kita hitung:
Setelah itu kita bisa mengetahui varian data berkelompok dengan rumus yang
sudah ditulis di atas.
Sudah kita peroleh bahwa varian contoh di atas adalah 60,83. Sedangkan untuk
menghitung standar deviasi kita perlu mengakarkuadratkan angka varian.
s = √60,83 = 7,8
Jadi standar deviasi dari data berkelompok di atas adalah 7,8.
26
BAB 4
HIMPUNAN
Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang dapat didefinisikan
dengan jelas. Benda atau objek dalam himpunan disebut elemen atau anggota
himpunan. Dari defi nisi tersebut, dapat diketahui objek yang termasuk anggota
himpunan atau bukan.
Contoh himpunan:
• Himpunan warna lampu lalu lintas, anggota himpunannya adalah merah, kuning,
dan hijau.
• Himpunan bilangan prima kurang dari 10, anggota himpunannya adalah 2, 3, 5,
dan 7.
Contoh bukan himpunan:
• Kumpulan baju-baju bagus.
• Kumpulan makanan enak.
Jenis-Jenis Himpunan
1. Himpunan Bagian (Subset).
Himpunan A dikatakan himpunan bagian (subset) dari
himpunan B ditulis A ⊂ B ”, jika setiap anggota A merupakan anggota dari B.
Syarat :
A ⊂ B, dibaca : A himpunan bagian dari B
A ⊂ B, dibaca : A bukan himpunan bagian dari B
B ⊂ A dibaca : B bukan himpunan bagian dari A
B ⊂ A dibaca : B bukan himpunan bagian dari A
Contoh :
Misal A = { 1,2,3,4,5 }dan B = { 2,4} maka B ⊂ A
27
Sebab setiap elemen dalam B merupakan elemen dalam A, tetapi
tidak sebaliknya.
Penjelasan : Dari definisi diatas himpunan bagian harus mempunyai unsur
himpunan A juga merupakan unsur himpunan B.artinya kedua himpunan itu
harus saling berkaitan.
2. Himpunan Kosong (Nullset)
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai unsur anggota yang
sama sama sekali.
Syarat :
Himpunan kosong = A atau { } Himpunan kosong adalah tunggal
Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari setiap himpunan
Perhatikan : himpunan kosong tidak boleh di nyatakan dengan { 0 }.
Sebab : { 0 } ≠ { }
Penjelasan : dari definisi diatas himpunan kosong adalah himpunan yang
tidak mempunyai satupun anggota, dan biasanya himpunan kosong dinotasikan
dengan huruf yunani ø (phi).
3. Himpunan Semesta
Himpunan semesta biasanya dilambangkan dengan “U” atau “S” (Universum)
yang berarti himpunan yang memuat semua anggota yang dibicarakan atau kata
lainya himpunan dari objek yang sedang dibicarakan.
4. Himpunan Sama (Equal)
Bila setiap anggota himpunan A juga merupakan anggota himpunan B, begitu
pula sebaliknya.dinotasikan dengan A=B
Syarat : Dua buah himpunan anggotanya harus sama.
Contoh :
28
A ={ c,d,e} B={ c,d,e } Maka A = B
Penjelasan : Himpunan equal atau himpunan sama,memiliki dua buah himpunan
yang anggotanya sama misalkan anggota himpunan A {c,d,e} maka himpunan B
pun akan memiliki anggota yaitu { c,d,e }.
5. Himpunan Lepas
Himpunan lepas adalah suatu himpunan yang anggota-anggotanya tidak ada yang
sama.
Contoh C = {1, 3, 5, 7} dan D = {2, 4, 6} Maka himpunan C dan himpunan D
saling lepas.
Catatan : Dua himpunan yang tidak kosong dikatakan saling lepas jika kedua
himpunan itu tidak mempunyai satu pun anggota yang sama
6. Himpunan Komplemen (Complement set)
Himpunan komplemen dapat di nyatakan dengan notasi AC . Himpunan
komplemen jika di misalkan S = {1,2,3,4,5,6,7} dan A = {3,4,5} maka A ⊂ U.
Himpunan {1,2,6,7} juga merupakan komplemen, jadi AC = {1,2,6,7}. Dengan
notasi pembentuk himpunan ditulis :
AC = {x│x Є U, x Є A}
7. Himpunan Ekuivalen (Equal Set)
Himpunan ekuivalen adalah himpunan yang anggotanya sama banyak dengan
himpunan lain.
Syarat : Bilangan cardinal dinyatakan dengan notasi n (A) A≈B, dikatakan
sederajat atau ekivalen, jika himpunan A ekivalen dengan himpunan B,
Contoh :
A = { w,x,y,z }→n (A) = 4
B = { r,s,t,u } →n (B) = 4
29
Maka n (A) =n (B) →A≈B
Penjelasan : himpunan ekivalen mempunyai bilangan cardinal dari himpunan
tersebut, bila himpunan A beranggotakan 4 karakter maka himpunan B pun
beranggotakan 4.
1. Cara Penulisan Himpunan
Ada empat cara untuk menyatakan suatu himpunan
1. Dengan menyebutkan semua anggotanya (roster) yang diletakkan di dalam
sepasang tanda kurung kurawal, dan di antara setiap anggotanya
dipisahkan dengan tanda koma. Cara ini disebut juga cara Tabulasi.
Contoh: A = {a, i, u, e, o}
B = {Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu}
2. menyebutkan syarat anggota-anggotanya, cara ini disebut juga
cara Deskripsi.
Contoh: ambil bilangan asli kurang dari 5
A = bilangan asli kurang dari 5
3. Notasi Pembentuk Himpunan : dengan menuliskan ciri-ciri umum atau
sifat-sifat umum (role) dari anggotanya.
Contoh Soal :
Nyatakan dengan notasi himpunan dengan menuliskan tiap-tiap anggotanya dan
sifat-sifatnya himpunan berikut ini :
A adalah himpunan bilangan asli antara 1 dan 6
Penyelesaian :
A adalah himpunan bilangan asli antara 1 dan 6
Dengan menulis tiap-tiap anggotanya A = {2, 3, 4, 5}
30
Dengan menulis sifat-sifatnya A = {x | 1 < x < Asli}Î6,
4. Himpunan juga dapat di sajikan secara grafis (Diagram Venn)
Penyajian himpunan dengan diagram Venn ditemukan oleh seorang ahli
matematika Inggris bernama John Venn tahun 1881. Himpunan semesta
digambarkan dengan segiempat dan himpunan lainnya dengan lingkaran di dalam
segiempat tersebut.
Operasi Pada Himpunan
1. Gabungan
Gabungan (union) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang setiap
anggotanya merupakan anggota himpunan A atau himpunan B. Dinotasikan A B
Notasi : A B = {x | x Є A atau x Є B}
2. Irisan
Irisan (intersection) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang
setiap anggotanya merupakan anggota dari himpunan A dan anggota himpunan B.
Notasi : A B = {x | x Є A dan x Є B}
3. Komplemen
Komplemen himpunan A terhadap himpunan semesta S adalah himpunan
yang anggotanya merupakan anggota S yang bukan anggota A. Dinotasikan Ac
Notasi : Ac = {x | x Є S dan x Є A} atau
4. Selisih
Selisih himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya merupakan
anggota himpunan A dan bukan anggota himpunan B. Selisih himpunan A dan B
adalah komplemen himpunan B terhadap himpunan A. Dinotasikan A-B
Notasi : A – B = {x | x Є A dan x Є B}
5. Hasil Kali Kartesius ( cartesion Product )
31
Hasil kali kartesius himpunan A dan B, dinotasikan A x B, adalah himpunan
yang anggotanya semua pasangan terurut (a,b) dimana a anggota A dan b anggota
B. Secara matematis dituliskan : A x B = {(a,b)| a Є A dan b Є B}
1. Hukum Aljabar Himpunan
Hukum-hukum pada himpunan dinamakan Hukum –hukum aljabar himpunan.
cukup banyak hukum yang terdapat pada aljabar himpunan , tetapi disini hanya
dijabarkan 11 saja. Beberapa hukum tersebut mirip dengan hukum aljabar pada
sistem bilangan riil seperti a (b+c) = ab + ac , yaitu hukum distributif.
1. Hukum identitas:
A = A
A U = A
2. Hukum null/dominasi:
A =
A U = U
3. Hukum komplemen:
A = U
A =
4. Hukum idempoten:
A A = A
A A = A
5. Hukum involusi:
= A
6. Hukum penyerapan (absorpsi):
A (A B) = A
A (A B) = A
7. Hukum komutatif:
A B = B A
A B = B A
8. Hukum asosiatif:
A (B C) = (A B) C
A (B C) = (A B) C
9. Hukum distributif:
A (B C) = (A B) (A C)
A (B C) = (A B) (A C)
10. Hukum De Morgan:
=
=
11. Hukum 0/1
= U
= Æ
32
Terlihat bahwa hukum- hukum yang berlaku pada himpunan merupakan
analogi hukum –hukum logika , dengan operator menggantikan L (dan) ,
sedangkan operator menggantikan V ( atau ).
1. Prinsip inklusi dan eksklusi
Beberapa banyak anggota di dalam gabungan dua himpunan A dan B.
penggabungan dua buah himpunan menghasilkan himpunan baru yang elemen-
elemennya berasal dari himpunan A dan himpunan B. himpunan A dan himpunan
B mungkin saja memiliki elemen yang sama. Banyaknya elemen bersama antara
A dan B adalah |A | . setiap unsure yang sama itu telah dihitung dua kali , sekali
pada |A| dan sekali pada |B|, meskipun ia seharusnya dianggap sebagai satu buah
elemen di dalam |A | . karena itu , jumlah elemen hasil penggabungan seharusnya
adalah jumlah elemen di masing-masing himpunan dikurangi jumlah elemen di
dalam irisannya, atau |A| + B | -|A |
Prinsip ini dikenal dengan nama prinsip inklusi –eksklusi . sejumlah lemma dan
teorema yang berkaitan dengan prinsip ini dituliskan sebagai berikut:
a)Lemma 2.1. misalkan A dan B adalah himpunan berhingga yang saling
lepas (disjoint) , maka |A| + B |
b)Teorema 2.3 misalkan A dan B adalah himpunan berhingga
maka berhingga dan|A| + B | -|A |
c)Dengan cara yang sama , kita dapat menghitung jumlah elemen hasil
operasi beda setangkup |A| + B | -2 |A |.
Contoh :
Berapa banyaknya bilangan bulat antara 1 dan 100 yang habis dibagi 3 atau 5
Penyelelsaian :
Misalkan : A = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3
B = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 5
A himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3 dan 5 (yaitu himpunan
bilangan bulat yang habis dibagi oleh KPK dari 3 dan 5 yaitu 15 ).
Ø Yang ditanyakan adalah
Terlebih dahulu kita harus menghitung
|A| = [100/3] = 33 | B | = [100/5]= 20 |A | = [100/15] = 6
33
Untuk mendapatkan |A| + B | – |A | = 33 + 20 – 6 = 47
Jadi ada 47 buah bilangan yang habis dibagi 3 atau 5 .
Prinsip inklusi- eksklusi dapat dirampatkan untuk operasi lebih dari dua buah
himpunan. untuk tiga buah himpunan A, B, dan C berlaku teorema
berikut:Teorema 2.4 Misalkan A , B , dan C adalah himpunan yang berhingga
maka berhingga danSedangkan untuk empat buah himpunan
maka|A ∪ B ∪ C ∪ D| = |A| + |B| + |C| + |D| – |A ∩ B| – |A ∩ C| – |A ∩ D| –
|B ∩C| – |B ∩ D| – |C ∩ D| + |A ∩ B ∩ C| + |A ∩ B ∩ D| + |A ∩ C ∩ D| +
|B ∩ C∩ D |– |A ∩ B ∩ C ∩ D|
Contoh :
Sebanyak 1232 orang mahasiswa mengambil kuliah bahasa inggris , 879
orang mengambil kuliah bahasa perancis , dan 114 mengambil kuliah bahasa
jerman. Sebanyak 103 orang mengambil kuliah bahasa inggris dan perancis, 23
orang mengambil kuliah bahasa inggris dan jerman , dan 14 orang mengambil
kuliah bahasa perancis dan bahasa jerman. Jika 2092 orang mengambil paling
sedikit satu buah kuliah bahsa inggris, bahasa jerman ., dan perancis, berapa
banyak mahasiswa yang mengambil kuliah ketiga buah bahasa tersebut?
Penyelesaian :
Misalkan :
I = himpunan mahasiswa yang mengambil kuliah bahasa inggris.
P =himpunan mahasiswa yang mengambil kuliah bahasa perancis.
J = himpunan mahasiswa yang mengambil kuliah bahasa jerman.
Maka , |I | = 1232 |P | = 879 |J| = 114 | I P | = 103
| I J | = 23 | P J | = 14 dan |I ∪ P ∪ J| = 2092
Penyulihan nilai- nilai diatas pada persamaan
|I ∪ P ∪ J| = |I | + |P | + |J| – | I P | – | I J | – | P J | + |I P J|
2092 = 1232 + 879 + 114 – 103 – 23 -14 + |I P J|
Sehingga |I P J| = 7
Jadi ada 7 orang mahasiswa yang mengambil ketiga buah kuliah bahasa inggris ,
perancis dan jerman
34
DAFTAR PUSTAKA
https://suryana900.wordpress.com/2017/03/22/pengertian-himpunan/
http://www.konsultanstatistik.com/2009/04/no-comment.html
https://id.scribd.com/doc/225995276/Soal-Dan-Pembahasan-Menentukan-
Mean-Pada-Data-Tunggal-Atau-Kelompok
35

More Related Content

What's hot

Statistik_ Angka Indeks
Statistik_ Angka IndeksStatistik_ Angka Indeks
Statistik_ Angka Indeks
Puja Lestari
 
Pert 9-pemodelan-ekonometrika
Pert 9-pemodelan-ekonometrikaPert 9-pemodelan-ekonometrika
Pert 9-pemodelan-ekonometrika
wuri septi
 
04 regresi linier-sederhana
04 regresi linier-sederhana04 regresi linier-sederhana
04 regresi linier-sederhana
Fisheries and Marine Department
 
Pengantar statistika 4
Pengantar statistika 4Pengantar statistika 4
Pengantar statistika 4Az'End Love
 
Analisis korelasi-sederhana
Analisis korelasi-sederhanaAnalisis korelasi-sederhana
Analisis korelasi-sederhana
Mitha Viani
 
Teori pendugaan statistik presentasi
Teori pendugaan statistik presentasiTeori pendugaan statistik presentasi
Teori pendugaan statistik presentasi
Perum Perumnas
 
Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)
Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)
Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)
eyepaste
 
Statistika bisnis: Pendugaan Parameter
Statistika bisnis: Pendugaan ParameterStatistika bisnis: Pendugaan Parameter
Statistika bisnis: Pendugaan ParameterRetna Rindayani
 
Metode Perhitungan PDB
Metode Perhitungan PDBMetode Perhitungan PDB
Metode Perhitungan PDB
Indra Yu
 
Laporan Pratikum analisis regresi linier sederhana
Laporan Pratikum analisis regresi linier sederhanaLaporan Pratikum analisis regresi linier sederhana
Laporan Pratikum analisis regresi linier sederhana
gita Ta
 
Pendugaan Parameter
Pendugaan ParameterPendugaan Parameter
Pendugaan Parameter
Eko Mardianto
 
distribusi frekuensi.ppt
distribusi frekuensi.pptdistribusi frekuensi.ppt
distribusi frekuensi.ppt
surianimursal
 
DISTRIBUSI SAMPLING & TEOREMA NILAI TENGAH
DISTRIBUSI SAMPLING & TEOREMA NILAI TENGAHDISTRIBUSI SAMPLING & TEOREMA NILAI TENGAH
DISTRIBUSI SAMPLING & TEOREMA NILAI TENGAH
Universitas Qomaruddin, Gresik, Indonesia
 
Klasifikasi Data dan Tipe/Skala Pengukuran Data
Klasifikasi Data dan Tipe/Skala Pengukuran DataKlasifikasi Data dan Tipe/Skala Pengukuran Data
Klasifikasi Data dan Tipe/Skala Pengukuran Data
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 
3. deskripsi data ukuran pemusatan
3. deskripsi data ukuran pemusatan3. deskripsi data ukuran pemusatan
3. deskripsi data ukuran pemusatan
bagus nugroho
 
Pertemuan 4 (distribusi frekuensi)
Pertemuan 4 (distribusi frekuensi)Pertemuan 4 (distribusi frekuensi)
Pertemuan 4 (distribusi frekuensi)
reno sutriono
 
Statistik Angka Indeks
Statistik Angka IndeksStatistik Angka Indeks
Statistik Angka Indeks
Rizki Amalia
 
Ukuran penyebaran.ppt
Ukuran penyebaran.pptUkuran penyebaran.ppt
Ukuran penyebaran.ppt
Deby Andriana
 
Pengertian statistika ekonomi dan bisnis.ppt
Pengertian statistika ekonomi dan bisnis.pptPengertian statistika ekonomi dan bisnis.ppt
Pengertian statistika ekonomi dan bisnis.ppt
Deby Andriana
 
Distribusi Normal
Distribusi NormalDistribusi Normal
Distribusi Normal
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 

What's hot (20)

Statistik_ Angka Indeks
Statistik_ Angka IndeksStatistik_ Angka Indeks
Statistik_ Angka Indeks
 
Pert 9-pemodelan-ekonometrika
Pert 9-pemodelan-ekonometrikaPert 9-pemodelan-ekonometrika
Pert 9-pemodelan-ekonometrika
 
04 regresi linier-sederhana
04 regresi linier-sederhana04 regresi linier-sederhana
04 regresi linier-sederhana
 
Pengantar statistika 4
Pengantar statistika 4Pengantar statistika 4
Pengantar statistika 4
 
Analisis korelasi-sederhana
Analisis korelasi-sederhanaAnalisis korelasi-sederhana
Analisis korelasi-sederhana
 
Teori pendugaan statistik presentasi
Teori pendugaan statistik presentasiTeori pendugaan statistik presentasi
Teori pendugaan statistik presentasi
 
Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)
Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)
Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)
 
Statistika bisnis: Pendugaan Parameter
Statistika bisnis: Pendugaan ParameterStatistika bisnis: Pendugaan Parameter
Statistika bisnis: Pendugaan Parameter
 
Metode Perhitungan PDB
Metode Perhitungan PDBMetode Perhitungan PDB
Metode Perhitungan PDB
 
Laporan Pratikum analisis regresi linier sederhana
Laporan Pratikum analisis regresi linier sederhanaLaporan Pratikum analisis regresi linier sederhana
Laporan Pratikum analisis regresi linier sederhana
 
Pendugaan Parameter
Pendugaan ParameterPendugaan Parameter
Pendugaan Parameter
 
distribusi frekuensi.ppt
distribusi frekuensi.pptdistribusi frekuensi.ppt
distribusi frekuensi.ppt
 
DISTRIBUSI SAMPLING & TEOREMA NILAI TENGAH
DISTRIBUSI SAMPLING & TEOREMA NILAI TENGAHDISTRIBUSI SAMPLING & TEOREMA NILAI TENGAH
DISTRIBUSI SAMPLING & TEOREMA NILAI TENGAH
 
Klasifikasi Data dan Tipe/Skala Pengukuran Data
Klasifikasi Data dan Tipe/Skala Pengukuran DataKlasifikasi Data dan Tipe/Skala Pengukuran Data
Klasifikasi Data dan Tipe/Skala Pengukuran Data
 
3. deskripsi data ukuran pemusatan
3. deskripsi data ukuran pemusatan3. deskripsi data ukuran pemusatan
3. deskripsi data ukuran pemusatan
 
Pertemuan 4 (distribusi frekuensi)
Pertemuan 4 (distribusi frekuensi)Pertemuan 4 (distribusi frekuensi)
Pertemuan 4 (distribusi frekuensi)
 
Statistik Angka Indeks
Statistik Angka IndeksStatistik Angka Indeks
Statistik Angka Indeks
 
Ukuran penyebaran.ppt
Ukuran penyebaran.pptUkuran penyebaran.ppt
Ukuran penyebaran.ppt
 
Pengertian statistika ekonomi dan bisnis.ppt
Pengertian statistika ekonomi dan bisnis.pptPengertian statistika ekonomi dan bisnis.ppt
Pengertian statistika ekonomi dan bisnis.ppt
 
Distribusi Normal
Distribusi NormalDistribusi Normal
Distribusi Normal
 

Similar to Makalah Statistika, Ekonomi dan Bisnis II

Statistik ts
Statistik tsStatistik ts
Statistik ts
Achmad Sandrya
 
Ek107 121075-647-1
Ek107 121075-647-1Ek107 121075-647-1
Ek107 121075-647-1
Arga Nata
 
Makalah Statistika, Ekonomi dan Bisnis II
Makalah Statistika, Ekonomi dan Bisnis IIMakalah Statistika, Ekonomi dan Bisnis II
Makalah Statistika, Ekonomi dan Bisnis II
Widia Ratnasari Samosir
 
Modul Statistika I (lab 1-5)
Modul Statistika I (lab 1-5)Modul Statistika I (lab 1-5)
Modul Statistika I (lab 1-5)
Farhatunisa
 
Distribusi frekuensi 2
Distribusi frekuensi 2Distribusi frekuensi 2
Distribusi frekuensi 2
Muhammad Yusuf indrawan
 
Espa4123 statistika modul 3.1
Espa4123 statistika   modul 3.1Espa4123 statistika   modul 3.1
Espa4123 statistika modul 3.1Ratzman III
 
Statistika1
Statistika1Statistika1
Statistika1
kusnadiyoan
 
Pertemuan-2-Data-dan-Hipotesis.pptx
Pertemuan-2-Data-dan-Hipotesis.pptxPertemuan-2-Data-dan-Hipotesis.pptx
Pertemuan-2-Data-dan-Hipotesis.pptx
muhamadiskhak
 
distribusi frekuensi
distribusi frekuensidistribusi frekuensi
distribusi frekuensi
Fiqran Haruna
 
Distribusi frekuensi nicky dwi
Distribusi frekuensi nicky dwiDistribusi frekuensi nicky dwi
Distribusi frekuensi nicky dwi
Nicky Dwi Rarasati
 
Distribusi frekuensi m.eko pratama
Distribusi frekuensi m.eko pratamaDistribusi frekuensi m.eko pratama
Distribusi frekuensi m.eko pratama
mhd Eko pratama
 
Makalah Distribusi Frekuensi dan Jenis Grafik
Makalah Distribusi Frekuensi dan Jenis GrafikMakalah Distribusi Frekuensi dan Jenis Grafik
Makalah Distribusi Frekuensi dan Jenis Grafik
Insan Cahya Setia
 
Statistika presentasi staim
Statistika presentasi staimStatistika presentasi staim
Statistika presentasi staimYess Favor
 
Statistika presentasi staim
Statistika presentasi staimStatistika presentasi staim
Statistika presentasi staimYess Favor
 
Statistika 1 (penyajian data)
Statistika 1 (penyajian data)Statistika 1 (penyajian data)
Statistika 1 (penyajian data)
SigitSurya3
 
STATISTIK DESKRIPTIF.pdf
STATISTIK DESKRIPTIF.pdfSTATISTIK DESKRIPTIF.pdf
STATISTIK DESKRIPTIF.pdf
Anisyah Dewi Syah Fitri,M.Pd
 
Statistika hilda novi x mia 6
Statistika hilda novi   x mia 6Statistika hilda novi   x mia 6
Statistika hilda novi x mia 6
SMAN 2 PALANGKA RAYA
 
Statistik_Pertemuan_3_Distribusi_Frekuen.ppt
Statistik_Pertemuan_3_Distribusi_Frekuen.pptStatistik_Pertemuan_3_Distribusi_Frekuen.ppt
Statistik_Pertemuan_3_Distribusi_Frekuen.ppt
FegaNisrulwaqi
 

Similar to Makalah Statistika, Ekonomi dan Bisnis II (20)

Statistik ts
Statistik tsStatistik ts
Statistik ts
 
Statistika i (02)
Statistika i (02)Statistika i (02)
Statistika i (02)
 
Ukuran Pemusatan
Ukuran PemusatanUkuran Pemusatan
Ukuran Pemusatan
 
Ek107 121075-647-1
Ek107 121075-647-1Ek107 121075-647-1
Ek107 121075-647-1
 
Makalah Statistika, Ekonomi dan Bisnis II
Makalah Statistika, Ekonomi dan Bisnis IIMakalah Statistika, Ekonomi dan Bisnis II
Makalah Statistika, Ekonomi dan Bisnis II
 
Modul Statistika I (lab 1-5)
Modul Statistika I (lab 1-5)Modul Statistika I (lab 1-5)
Modul Statistika I (lab 1-5)
 
Distribusi frekuensi 2
Distribusi frekuensi 2Distribusi frekuensi 2
Distribusi frekuensi 2
 
Espa4123 statistika modul 3.1
Espa4123 statistika   modul 3.1Espa4123 statistika   modul 3.1
Espa4123 statistika modul 3.1
 
Statistika1
Statistika1Statistika1
Statistika1
 
Pertemuan-2-Data-dan-Hipotesis.pptx
Pertemuan-2-Data-dan-Hipotesis.pptxPertemuan-2-Data-dan-Hipotesis.pptx
Pertemuan-2-Data-dan-Hipotesis.pptx
 
distribusi frekuensi
distribusi frekuensidistribusi frekuensi
distribusi frekuensi
 
Distribusi frekuensi nicky dwi
Distribusi frekuensi nicky dwiDistribusi frekuensi nicky dwi
Distribusi frekuensi nicky dwi
 
Distribusi frekuensi m.eko pratama
Distribusi frekuensi m.eko pratamaDistribusi frekuensi m.eko pratama
Distribusi frekuensi m.eko pratama
 
Makalah Distribusi Frekuensi dan Jenis Grafik
Makalah Distribusi Frekuensi dan Jenis GrafikMakalah Distribusi Frekuensi dan Jenis Grafik
Makalah Distribusi Frekuensi dan Jenis Grafik
 
Statistika presentasi staim
Statistika presentasi staimStatistika presentasi staim
Statistika presentasi staim
 
Statistika presentasi staim
Statistika presentasi staimStatistika presentasi staim
Statistika presentasi staim
 
Statistika 1 (penyajian data)
Statistika 1 (penyajian data)Statistika 1 (penyajian data)
Statistika 1 (penyajian data)
 
STATISTIK DESKRIPTIF.pdf
STATISTIK DESKRIPTIF.pdfSTATISTIK DESKRIPTIF.pdf
STATISTIK DESKRIPTIF.pdf
 
Statistika hilda novi x mia 6
Statistika hilda novi   x mia 6Statistika hilda novi   x mia 6
Statistika hilda novi x mia 6
 
Statistik_Pertemuan_3_Distribusi_Frekuen.ppt
Statistik_Pertemuan_3_Distribusi_Frekuen.pptStatistik_Pertemuan_3_Distribusi_Frekuen.ppt
Statistik_Pertemuan_3_Distribusi_Frekuen.ppt
 

More from Widia Ratnasari Samosir

pPelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
pPelatihan dan Pengembangan Sumber Daya ManusiapPelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
pPelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Widia Ratnasari Samosir
 
Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya ManusiaPelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Widia Ratnasari Samosir
 
Revisi konvensasi kelompok 10
Revisi konvensasi kelompok 10Revisi konvensasi kelompok 10
Revisi konvensasi kelompok 10
Widia Ratnasari Samosir
 
Msdm seleksi baru kelompok 6
Msdm seleksi baru kelompok 6Msdm seleksi baru kelompok 6
Msdm seleksi baru kelompok 6
Widia Ratnasari Samosir
 
Manajemen Kerjss
Manajemen KerjssManajemen Kerjss
Manajemen Kerjss
Widia Ratnasari Samosir
 
Paradigma Sumber Daya Manusia
Paradigma Sumber Daya ManusiaParadigma Sumber Daya Manusia
Paradigma Sumber Daya Manusia
Widia Ratnasari Samosir
 
Integrasi
IntegrasiIntegrasi
Analisis Jabatan
Analisis JabatanAnalisis Jabatan
Analisis Jabatan
Widia Ratnasari Samosir
 
Perencanaan Laba
Perencanaan LabaPerencanaan Laba
Perencanaan Laba
Widia Ratnasari Samosir
 
Orientasi dan Penempatan
Orientasi dan PenempatanOrientasi dan Penempatan
Orientasi dan Penempatan
Widia Ratnasari Samosir
 
Belajar dari masa lalu
Belajar dari masa laluBelajar dari masa lalu
Belajar dari masa lalu
Widia Ratnasari Samosir
 
Because of you
Because of youBecause of you
Because of you
Widia Ratnasari Samosir
 
Really, LOVE?
Really, LOVE?Really, LOVE?
Makalah Agama: Etika Bisnis
Makalah Agama: Etika BisnisMakalah Agama: Etika Bisnis
Makalah Agama: Etika Bisnis
Widia Ratnasari Samosir
 
Etika Bisnis
Etika BisnisEtika Bisnis
SMP Negeri 1 JORLANG HATARAN
SMP Negeri 1 JORLANG HATARANSMP Negeri 1 JORLANG HATARAN
SMP Negeri 1 JORLANG HATARAN
Widia Ratnasari Samosir
 
PERANAN DAN KEDUDUKAN PEMERINTAH KELURAHAN DAN PEMERINTAHAN KELURAHAN DALAM M...
PERANAN DAN KEDUDUKAN PEMERINTAH KELURAHAN DAN PEMERINTAHAN KELURAHAN DALAM M...PERANAN DAN KEDUDUKAN PEMERINTAH KELURAHAN DAN PEMERINTAHAN KELURAHAN DALAM M...
PERANAN DAN KEDUDUKAN PEMERINTAH KELURAHAN DAN PEMERINTAHAN KELURAHAN DALAM M...
Widia Ratnasari Samosir
 
Etika bisnis ekonomi kristen
Etika bisnis ekonomi kristenEtika bisnis ekonomi kristen
Etika bisnis ekonomi kristen
Widia Ratnasari Samosir
 
Makalah agama: Etika Bisnis
Makalah agama: Etika BisnisMakalah agama: Etika Bisnis
Makalah agama: Etika Bisnis
Widia Ratnasari Samosir
 
Etika Bisnis
Etika BisnisEtika Bisnis

More from Widia Ratnasari Samosir (20)

pPelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
pPelatihan dan Pengembangan Sumber Daya ManusiapPelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
pPelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
 
Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya ManusiaPelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
 
Revisi konvensasi kelompok 10
Revisi konvensasi kelompok 10Revisi konvensasi kelompok 10
Revisi konvensasi kelompok 10
 
Msdm seleksi baru kelompok 6
Msdm seleksi baru kelompok 6Msdm seleksi baru kelompok 6
Msdm seleksi baru kelompok 6
 
Manajemen Kerjss
Manajemen KerjssManajemen Kerjss
Manajemen Kerjss
 
Paradigma Sumber Daya Manusia
Paradigma Sumber Daya ManusiaParadigma Sumber Daya Manusia
Paradigma Sumber Daya Manusia
 
Integrasi
IntegrasiIntegrasi
Integrasi
 
Analisis Jabatan
Analisis JabatanAnalisis Jabatan
Analisis Jabatan
 
Perencanaan Laba
Perencanaan LabaPerencanaan Laba
Perencanaan Laba
 
Orientasi dan Penempatan
Orientasi dan PenempatanOrientasi dan Penempatan
Orientasi dan Penempatan
 
Belajar dari masa lalu
Belajar dari masa laluBelajar dari masa lalu
Belajar dari masa lalu
 
Because of you
Because of youBecause of you
Because of you
 
Really, LOVE?
Really, LOVE?Really, LOVE?
Really, LOVE?
 
Makalah Agama: Etika Bisnis
Makalah Agama: Etika BisnisMakalah Agama: Etika Bisnis
Makalah Agama: Etika Bisnis
 
Etika Bisnis
Etika BisnisEtika Bisnis
Etika Bisnis
 
SMP Negeri 1 JORLANG HATARAN
SMP Negeri 1 JORLANG HATARANSMP Negeri 1 JORLANG HATARAN
SMP Negeri 1 JORLANG HATARAN
 
PERANAN DAN KEDUDUKAN PEMERINTAH KELURAHAN DAN PEMERINTAHAN KELURAHAN DALAM M...
PERANAN DAN KEDUDUKAN PEMERINTAH KELURAHAN DAN PEMERINTAHAN KELURAHAN DALAM M...PERANAN DAN KEDUDUKAN PEMERINTAH KELURAHAN DAN PEMERINTAHAN KELURAHAN DALAM M...
PERANAN DAN KEDUDUKAN PEMERINTAH KELURAHAN DAN PEMERINTAHAN KELURAHAN DALAM M...
 
Etika bisnis ekonomi kristen
Etika bisnis ekonomi kristenEtika bisnis ekonomi kristen
Etika bisnis ekonomi kristen
 
Makalah agama: Etika Bisnis
Makalah agama: Etika BisnisMakalah agama: Etika Bisnis
Makalah agama: Etika Bisnis
 
Etika Bisnis
Etika BisnisEtika Bisnis
Etika Bisnis
 

Recently uploaded

460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
JefryColter
 
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniahreksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
AhmadVikriKhoirulAna
 
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
EnforceA Real Solution
 
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptxModul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
MarkusPiyusmanZebua
 
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.pptKonsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
AchmadHasanHafidzi
 
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptxSesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
bidakara2016
 
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
hoiriyono
 
Makalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuangan
Makalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuanganMakalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuangan
Makalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuangan
MohammadAthianManan
 
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptxPPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
tikasianturi1410
 
MATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdf
MATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdfMATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdf
MATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdf
IGNATIUSOKIDEWABRATA
 
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdfPengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
fadilahsaleh427
 
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptxMETODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptxMETODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Anisa Rizki Rahmawati
 
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.pptPpt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
mariapasaribu13
 
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUPDJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
adjhe17ks1
 
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptxPendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
LidyaManuelia1
 

Recently uploaded (17)

460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
 
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniahreksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
 
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
 
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptxModul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
 
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.pptKonsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
 
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptxSesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
 
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
 
Makalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuangan
Makalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuanganMakalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuangan
Makalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuangan
 
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptxPPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
 
MATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdf
MATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdfMATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdf
MATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdf
 
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdfPengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
 
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptxMETODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
 
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptxMETODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
 
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
 
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.pptPpt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
 
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUPDJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
 
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptxPendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
 

Makalah Statistika, Ekonomi dan Bisnis II

  • 1. 1 BAB 1 PENDAHULUAN Statistik merupakan salah satu ilmu yang sangat penting untuk dipelajari agar dapat memudahkan seseorang dalam membuat suatu penelitian, observasi ataupun riset yang berbentuk angka, mulai dari pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, hingga penyajian data yang akhir tujuannya ialah penarikan kesimpulan. Ada beberapa ilmuan yang menjelaskan tentang pengertian-pengertian statistik. Diantaranya yaitu: 1. Modenhall Statistik merupakan salah satu bidang sains yang berhubungan dengan ekstrasi informasi dari sebuah data numerik dan digunakan untuk membuat keputusan dari suatu populasi darimana data itu didapatkan. 2. Kendal & Stuart Statistik merupakan cabang dari metode ilmiah yang berkaitan dengan pengumpulan data yang dikumpulkan dengan mengukur sifat-sifat dari populasi yang ditemukan. 3. Asher Menurutnya statistik itu berkaitan dengan suatu langkah atau metode dalam menarik sebuah kesimpulan dari hasil uji coba. 4. Mood, Graybill & Boes Mereka mengemukakan bahwa statistik merupakan suatu teknologi dari salah satu metode ilmiah dan berkaitan dengan percobaan, penyelidikan dan penarikan kesimpulan. 5. Anderson & Bancroft Mereka mengungkapkan statistik sebagai ilmu & seni perkembangan juga metode yang paling tepat dan efektif dalam pengumpulan, mentabulasikan dan menginterprestasikan data-data kuantitatif.
  • 2. 2 BAB II DISTRIBUSI FREKUENSI DISTRIBUSI FREKUENSI Merupakan suatu uraian atau ringkasan yang dapat dibuat dalam bentuk tabel suatu kelompok data yang menunjukkan sebaran data observasi dalam beberapa kelas. Sehingga ada dapat membentuk suatu tabel frekuensi yang berisikan kategori-kategori Misalnya anda ingin membuat tabel frekuensi nilai matapelajaran statistika pada kelas anda, dengan rentang nilai tertentu. Data yang telah diperoleh dari suatu penelitian yang masih berupa data acak yang dapat dibuat menjadi data yang berkelompok, yaitu data yang telah disusun ke dalam kelas-kelas tertentu. Daftar yang memuat data berkelompok disebut distribusi frekuensi atau tabel frekuensi. Distribusi frekuensi adalah susunan data menurut kelas interval tertentu atau menurut kategori tertentu dalam sebuah daftar (Hasan, 2001). Sebuah distribusi frekuensi akan memiliki bagian-bagian yang akan dipakai dalam membuat sebuah daftar distribusi frekuensi. Bagian-bagian tersebut akan dijelaskan sebagai berikut (Hasan, 2001):  Kelas-kelas (class) adalah kelompok nilai data atau variable dari suatu data acak.  Batas kelas (class limits) adalah nilai-nilai yang membatasi kelas yang satu dengan kelas yang lain. Batas kelas merupakan batas semu dari setiap kelas, karena di antara kelas yang satu dengan kelas yang lain masih terdapat lubang tempat angka-angka tertentu. Terdapat dua batas kelas untuk data-data yang telah diurutkan, yaitu: batas kelas bawah (lower class limits) dan batas kelas atas (upper class limits).  Tepi kelas disebut juga batas nyata kelas, yaitu batas kelas yang tidak memiliki lubang untuk angka tertentu antara kelas yang satu dengan kelas yang lain. Terdapat dua tepi kelas yang berbeda dalam pengertiannya dari data, yaitu: tepi bawah kelas dan tepi atas kelas.  Titik tengah kelas atau tanda kelas adalah angka atau nilai data yang tepat terletak di tengah suatu kelas. Titik tengah kelas merupakan nilai yang mewakili kelasnya dalam data. Titik tengah kelas = ½ (batas atas + batas bawah) kelas.  Interval kelas adalah selang yang memisahkan kelas yang satu dengan kelas yang lain.  Panjang interval kelas atau luas kelas adalah jarak antara tepi atas kelas dan tepi bawah kelas.  Frekuensi kelas adalah banyaknya data yang termasuk ke dalam kelas tertentu dari data acak.
  • 3. 3 Komponen Distribusi Frekuensi 1. Kelas 2. Batas kelas 3. Interval kelas 1. Kelas Frekuensi Kelas yang dimaksud adalah kelopok yang ditentukan dengan perhitungan tertentu sehingga antar kelas memiliki aturan dan karakter yang sama. 2. Batas Kelas Distribusi Frekuensi Batas kelas merupakan nilai yang berada pada tepi bawah atau tepi atas suatu kelompok (kelas). Dengan demikian batas kelas terdiri dari batas atas dan batas bawah. 3. Intervel Kelas Interval kelas menunjukkan seberapa lebar suatu kelas pada tabel distribusi frekuensi. misalnya sebuah kelas yang terbentuk 1-5 (maka panjang intervalnya adalah 5) Jenis Jenis Distribusi Frekuensi Distribusi frekuensi memiliki jenis-jenis yang berbeda untuk setiap kriterianya. Berdasarkan kriteria tersebut, distribusi frekuensi dapat dibedakan tiga jenis (Hasan, 2001): 1.Distribusi frekuensi biasa Distribusi frekuensi yang berisikan jumlah frekuensi dari setiap kelompok data. Distribusi frekuensi ada dua jenis yaitu distribusi frekuensi numerik dan distribusi frekuensi peristiwa atau kategori. 2. Distribusi frekuensi relatif Distribusi frekuensi yang berisikan nilai-nilai hasil bagi antara frekuensi kelas dan jumlah pengamatan. Distribusi frekuensi relatif menyatakan proporsi data yang berada pada suatu kelas interval, distribusi frekuensi relatif pada suatu kelas didapatkan dengan cara membagi frekuensi dengan total data yang ada dari pengamatan atau observasi.
  • 4. 4 3. Distribusi frekuensi kumulatif Distribusi frekuensi yang berisikan frekuensi kumulatif (frekuensi yang dijumlahkan). Distribusi frekuensi kumulatif memiliki kurva yang disebut ogif. Ada dua macam distribusi frekuensi kumulatif yaitu distribusi frekuensi kumulatih kurang dari dan distribusi frekuensi lebih dari. Penyusunan Distribusi Frekuensi Penyusunan suatu distribusi frekuensi perlu dilakukan tahapan penyusunan data. Pertama melakukan pengurutan data-data terlebih dahulu sesuai urutan besarnya nilai yang ada pada data, selanjutnya diakukan tahapan berikut ini (Hasan, 2001). 1. Menentukan jangkauan (range) dari data. Jangkauan = data terbesar – data terkecil. 2. Menentukan banyaknya kelas (k). Banyaknya kelas ditentukan dengan rumus sturgess K = 1 + 3.3 log n; k (Keterangan: k = banyaknya kelas, n = banyaknya data) 3. Menentukan panjang interval kelas. Panjang interval kelas (i) = Jumlah Kelas (k)/ Jangkauan (R) 4. Menentukan batas bawah kelas pertama. Tepi bawah kelas pertama biasanya dipilih dari data terkecil atau data yang berasal dari pelebaran jangkauan (data yang lebih kecil dari data data terkecil) dan selisihnya harus kurang dari panjang interval kelasnya. 5. Menuliskan frekuensi kelas didalam kolom turus atau tally (sistem turus) sesuai banyaknya data. Tahapan Membuat Tabel Distribusi Frekuensi Tahapan-tahapan yang perlu anda lakukan untuk membuat tabel distribusi frekuensi adalah sebagai berikut : 1. Membuat rentang atau selisih nilai terbesar dan terkecil. 2. Membuat jumlah kelas yang dapat diberi lambang k dengan menggunakan rumus berikut : k = 1 + 3.322 log n, n : menunjukkan banyaknya nilai observasi. 3. Selanjutnya anda tentukan jumlah interval kelas yang diberi lambang (c), dengan rumus
  • 5. 5 KET : k : Banyaknya kelas Xn : Nilai observasi terbesar X1 : Nilai observasi terkecil.  Tahap terakhir adalah menentukan batas kelas (tepi bawah dan tepi atas) Batas bawah kelas (tepi bawah) menunjukkan kisaran nilai data terkecil pada suatu kelas (kelompok). Sedangkan batas atas kelas menunjukkan kemungkinan nilai data terbesar dalam suatu kelas (kelompok). Sebagai contoh : Dalam sebuah kelas bahasa inggiris diperoleh nilai dari 40 siswa sebagai berikut: 50 53 74 73 75 76 58 67 74 74 73 72 72 73 73 72 79 71 70 75 78 52 74 74 75 74 72 74 75 74 72 68 79 71 79 69 71 70 70 79 Dari data tersebut ingin bibuat sebuah tabel frekuensi untuk menyajikan data sebaran nilai dari ke 40 siswa saat ujian bahasa Inggris. maka; n =40 k=1+3.322n k=6.322 ~ 6 c = (79-50)6=4.8~5
  • 6. 6 Kelas Frekuensi Tepi Bawah Tepi Atas 50-54 3 49,5 54,5 55-59 1 54,5 59,5 60-64 59,5 64,5 65-69 3 64,5 69,5 70-74 23 69,5 74,5 75-79 10 74,5 79,5 Tabel Distribusi Frekuensi Relatif dan Kumulatif Untuk membentuk tabel frekuensi, anda dapat menggunakana persamaan yang terdapat di dalam tabel berikut : X F Fr Fk* Fk** (1) (2) (3) (4) (5) X1 X2 … Xi … Xk f1 f2 … fi … fk f1/n f2/n … fi/n … fk/n f1 f1 + f2 … f1 + f2 + … + fi … f1 + f2 + … + fi + … + fk f1 + f2 + … + fi + … + fk f2 + … + fi + … + fk … f1 + fk … fk Jumlah
  • 7. 7 BAB III PENGUKURAN STATISTIK SAMPLE 1. Mean Rata-rata atau Mean adalah ukuran statistik kecenderungan terpusat sama halnya seperti Median dan Modus. Rata-rata ada beberapa macam, yaitu rata-rata hitung (aritmatik), rata-rata geometrik, rata-rata harmonik dan lain-lain. Tetapi jika hanya disebut dengan kata “rata-rata” saja, maka rata-rata yang dimaksud adalah rata-rata hitung (aritmatik). RUMUS : Keterangan: = rata-rata hitung xi = nilai sampel ke-i n = jumlah sampel Contoh soal rata-rata hitung : Misalkan kita ingin mengetahui rata-rata tinggi badan siswa di suatu kelas. Kita bisa mengambil sampel misalnya sebanyak 10 siswa dan kemudian diukur tinggi badannya. Dari hasil pengukuran diperoleh data tinggi badan kesepuluh siswa tersebut dalam ukuran sentimeter (cm) sebagai berikut. 172, 167, 180, 170, 169, 160, 175, 165, 173, 170 Dari data di atas dapat dihitung rata-rata dengan menggunakan rumus rata-rata : sehingga
  • 8. 8 Rata-rata Ukur (Geometrik) Rata-rata ukur (geometrik) adalah rata-rata yang diperoleh dengan mengalikan semua data dalam suatu kelompok sampel, kemudian diakarpangkatkan dengan jumlah data sampel tersebut. Secara matematis rata-rata ukur (geometrik) dirumuskan seperti berikut ini. Keterangan: G = rata-rata ukur (geometrik) n = jumlah sampel Contoh soal rata-rata ukur : Diketahui data suku bunga tabungan beberapa bank adalah sebagai berikut. 6.75, 5.75, 6.50, 6.25, 6.25, 6.10, 5.70, 5.90, 6.25, 5.60 Berapakah rata-rata ukur (geometrik) suku bunga bank-bank tersebut? Jawab: Rata-rata ukur (geometrik) bisa dihitung dengan menggunakan rumus pertama atau kedua. Cara penghitungannya adalah sebagai berikut. G = 6,095 Rata-rata Harmonik (Harmonic Average) Rata-rata harmonik (harmonic average) adalah rata-rata yang dihitung dengan cara mengubah semua data menjadi pecahan, dimana nilai data dijadikan sebagai penyebut dan pembilangnya adalah satu, kemudian semua pecahan tersebut dijumlahkan dan selanjutnya dijadikan sebagai pembagi jumlah data. Rata-rata harmonik ini sering disebut juga dengan kebalikan dari rata-rata hitung (aritmatik).
  • 9. 9 Secara matematis rata-rata harmonik dirumuskan sebagai berikut. Keterangan: H = rata-rata harmonik n = jumlah data sampel xi = nilai data ke-i Contoh soal rata-rata harmonis : Suatu pertandingan bridge terdiri dari 10 meja. Pada pertandingan tersebut ingin diketahui rata-rata lama bermain dalam 1 set kartu bridge. Pada pertandingan pertamanya dihitung lama bermain untuk setiap set kartu di setiap meja. Hasilnya adalah sebagai berikut (dalam menit). 7, 6, 8, 10, 8, 8, 9, 12, 9, 11 Berapakah rata-rata harmonik lama pertandingan tersebut? Jawab: Dari rumus dapat dihitung rata-rata harmonik adalah sebagai berikut. Rata-rata Tertimbang (Terbobot) Rata-rata tertimbang/terbobot (weighted average) adalah rata-rata yang dihitung dengan memperhitungkan timbangan/bobot untuk setiap datanya. Setiap penimbang/bobot tersebut merupakan pasangan setiap data. Rumus rata-rata tertimbang/terbobot adalah sebagai berikut.
  • 10. 10 Keterangan: = rata-rata tertimbang xi = nilai data ke-i wi = bobot data ke-i n = jumlah data Contoh soal rata-rata tertimbang : 2. MODUS Modus adalah nilai yang mempunyai frekuensi paling banyak. Modus tidak harus tunggal,artinya nilainya bisa lebih dari satu. Adapun cara mencari modus untuk data tunggal tinggal dilihat frekuensinya. Untuk data dalam daftar distribusi frekuensi, modus ditentukan dengan rumus : Dengan; b = batas bawah kelas modus yaitu kelas interval dengan frekuensi terbanyak p = panjang interval kelas modus b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelum kelas modus b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudah kelas modus Jika rumus di atas digunakan untuk mencari modus dari tabel di bawah ini
  • 11. 11 Maka diperoleh : a. kelas modus = kelas ke-4 b. b = 59,5 c. b1 = 15 – 6 = 9 d. b2 = 15 – 13 = 2 e. p = 8 Rumus Modus dan Contoh Soalnya Modus ialah nilai yang paling sering muncul atau nilai yang mempunyai frekuensi tertinggi. Jika suatu data hanya mempunyai satu modus disebut unimodal dan bila memiliki dua modus disebut bimodal, sedangkan jika memiliki modus lebih dari dua disebut multimodal. Modus dilambangkan dengan Mo. 1) Modus data tunggal Modus dari data tunggal adalah data yang sering muncul atau data dengan frekuensi tertinggi. Perhatikan contoh soal berikut ini. Contoh soal Tentukan modus dari data di bawah ini. 2, 1, 4, 1, 1, 5, 7, 8, 9, 5, 5, 10
  • 12. 12 Penyelesaian a) 1, 1, 1, 2, 4, 5, 5, 5, 7, 8, 9, 10 Data yang sering muncul adalah 1 dan 5. Jadi modusnya adalah 1 dan 5. b) Berdasarkan data pada tabel, nilai yang memiliki frekuensi tertinggi adalah 6. Jadi, modusnya adalah 6. 2) Modus data bergolong Modus data bergolong dirumuskan sebagai berikut: 3. MEDIAN Median adalah suatu nilai yang membagi distribusi data menjadi dua bagian yang sama besar atau suatu nilai yang menbagi 50% frekuensi bagian atas dan 50% frekuensi bagian bawah, sehingga frekuensi yang terdapat di atas sama dengan frekuensi yang trdapat di bawah. Oleh karena itu median dari sejumlah data tergantung pada frekuensinya bukan variasi nilai- nilainya. Adapun cara mencari median, antara lain : a. Data tunggal sebagian atau seluluh skornya berfrekuensi lebih dari satu Sebelum dihitung mediannya, data diurutkan lebih dulu dari data yang terkecil ke yang terbesar. Rumusan median untuk data tunggal dibedakan jadi dua, yaitu :
  • 13. 13 Contoh 1. Untuk contoh tabel sebelumnya dengan data 8 6 6 7 8 7 7 8 6 6. Setelah data diurutkan diperoleh 6 6 6 6 7 7 7 8 8 8. Jumlah data genap sehingga untuk mencari median digunakan rumus di atas dan diperoleh 2. Diketahui data sebagai berikut. Tentukan median dari data di atas! Untuk data di atas diketahui n ganjil, sehingga untuk mencari median digunakan rumus pertama dan diperoleh : b. Data kelompok ( dalam distribusi frekuensi) Untuk data yang disusun dalam daftar distribusi frekuensi, median dihitung dengan rumus :
  • 14. 14 dengan b = batas bawah kelas median p = panjang kelas median n = jumlah data F = jumlah frekuensi kumulatif sebelum kelas median f = frekuensi kelas median Contoh Dari tabel sebelumnya diperoleh kelas median terletak pada interval ke-4, sehingga diperoleh b = 59,5 ; p = 8; n = 50 ; F = 15 dan f = 15 akibatnya Rumus Modus dan Contoh Soalnya Modus ialah nilai yang paling sering muncul atau nilai yang mempunyai frekuensi tertinggi. Jika suatu data hanya mempunyai satu modus disebut unimodal dan bila memiliki dua modus disebut bimodal, sedangkan jika memiliki modus lebih dari dua disebut multimodal. Modus dilambangkan dengan Mo. 1) Modus data tunggal Modus dari data tunggal adalah data yang sering muncul atau data dengan frekuensi tertinggi. Perhatikan contoh soal berikut ini. Contoh soal Tentukan modus dari data di bawah ini. 2, 1, 4, 1, 1, 5, 7, 8, 9, 5, 5, 10
  • 15. 15 Penyelesaian a) 1, 1, 1, 2, 4, 5, 5, 5, 7, 8, 9, 10 Data yang sering muncul adalah 1 dan 5. Jadi modusnya adalah 1 dan 5. b) Berdasarkan data pada tabel, nilai yang memiliki frekuensi tertinggi adalah 6. Jadi, modusnya adalah 6. 2) Modus data bergolong Modus data bergolong dirumuskan sebagai berikut: C. Kelebihan dan Kekurangan Rata-rata, Median dan Modus  Rata-rata Kelebihan 1. Rata-rata lebih populer dan lebih mudah digunakan. 2. Dalam satu set data, rata-rata selalu ada dan hanya ada satu rata-rata. 3. Dalam penghitungannya selalu mempertimbangkan semua nilai data. 4. Tidak peka terhadap penambahan jumlah data. 5. Variasinya paling stabil. 6. Cocok digunakan untuk data yang homogen. Kelemahan 1. Sangat peka terhadap data ekstrim. Jika data ekstrimnya banyak, rata-rata menjadi kurang mewakili (representatif). 2. Tidak dapat digunakan untuk data kualitatif. 3. Tidak cocok untuk data heterogen.
  • 16. 16  Median Kelebihan 1. Tidak dipengaruhi oleh data ekstrim. 2. Dapat digunakan untuk data kualitatif maupun kuantitatif. 3. Cocok untuk data heterogen. Kelemahan 1. Tidak mempertimbangkan semua nilai data. 2. Kurang menggambarkan rata-rata populasi. 3. Peka terhadap penambahan jumlah data.  Modus Kelebihan 1. Tidak dipengaruhi oleh data ekstrim. 2. Cocok digunakan untuk data kuantitatif maupun kualitatif. Kelemahan 1. Modus tidak selalu ada dalam satu set data. 2. Kadang dalam satu set data terdapat dua atau lebih modus. Jika hal itu terjadi modus menjadi sulit digunakan. 3. Kurang mempertimbangkan semua nilai. 4. Peka terhadap penambahan jumlah data. D. Hubungan Antara Rata-rata Hitung (Mean), Median dan Modus  Jika rata-rata, median dan modus memiliki nilai yang sama, maka nilai rata-rata, median dan modus akan terletak pada satu titik dalam kurva distribusi frekuensi. Kurva distribusi frekuensi tersebut akan terbentuk simetris.
  • 17. 17  Jika rata-rata lebih besar dari median, dan median lebih besar dari modus, maka pada kurva distribusi frekuensi, nilai rata-rata akan terletak di sebelah kanan, sedangkan median terletak di tengahnya dan modus di sebelah kiri. Kurva distribusi frekuensi akan terbentuk menceng ke kiri.  Jika rata-rata lebih kecil dari median, dan median lebih kecil dari modus, maka pada kurva distribusi frekuensi, nilai rata-rata akan terletak di sebelah kiri, sedangkan median terletak di tengahnya dan modus di sebelah kanan. Kurva distribusi frekuensi akan terbentuk menceng ke kanan.  Jika kurva distribusi frekuensi tidak simetris (menceng ke kiri atau ke kanan), maka biasanya akan berlaku hubungan antara rata-rata median dan modus sebagai berikut. Rata-rata – Modus = 3 (Rata-rata – Median) Varians Dalam teori probabilitas dan statistika, varians (dari bahasa Inggris: variance) atau ragam suatu peubah acak (atau distribusi probabilitas) adalah ukuran seberapa jauh sebuah kumpulan bilangan tersebar. Varians nol mengindikasikan bahwa semua nilai sama. Varians selalu bernilai non-negatif: varians yang rendah mengindikasikan bahwa titik data condong sangat dekat dengan nilai rerata (nilai ekspektasi) dan antara satu sama lainnya, sementara varians yang tinggi mengindikasikan bahwa titik data sangat tersebar disekitar rerata dan dari satu sama lainnya.
  • 18. 18 Pengukuran yang sama yaitu akar kuadrat dari varians, disebut juga simpangan baku. Simpangan baku memiliki dimensi dan data yang sama, oleh karena itu bisa dibandingkan dengan deviasi dari rerata. Varians adalah salah satu pendeskripsi dari sebuah distribusi probabilitas. Pada khususnya, varians adalah salah satu momen dari sebuah distribusi. Dalam konteks tersebut, ia menjadi bagian dari pendekatan sistematis sebagai pembeda antara distribusi probabilitas. Walau pendekatan lain telah dikembangkan, yang berbasis momen lebih menguntungkan dalam kemudahan secara matematis dan penghitungan. Varians adalah salah satu parameter yang menjelaskan, antara lain, distribusi probabilitas sebenarnya dari suatu populasi bilangan yang diobservasi, atau distribusi probabilitas teoretis dari sebuah populasi yang tidak secara penuh diobservasi di mana sebuah bilangan sampel diambil. Pada kasus terakhir, sebuah sampel data dari distribusi dapat digunakan untuk membentuk sebuah estimasi varians dari distribusi yang mendasarinya; pada kasus sederhana estimasi ini bisa menjadi varians sampel. Sebagai contoh, berikut adalah tampilan data: 10, 12, 15, 16 dan 12 Maka dapat dengan mudah dihitung rata-rata dari lima data di atas adalah (10 + 12 + 15 + 16 + 12)/5 = 65/5 = 13. Varian dihitung berdasarkan kuadrat selisih dari masing-masing data terhadap nilai rata-ratanya, sehingga: (10-13)^2 + (12-13)^2 + (15-13)^2 + (16-13)^2 + (12-13)^2 = (-3)^2 + (-1)^2 + 2^2 + 3^2 + (-1)^2 = 9 + 1 + 4 + 9 + 1 = 24. Jadi besarnya varian adalah 24 dibagi 5 (jumlah data jika merupakan populasi) atau dibagi 5-1 = 4 jika merupakan sampel. Sehingga nilainya adalah 24/4 = 6 (dianggap merupakan sampel). Dan jika akan dihitung standar deviasi maka akar kuadrat dari 6 yaitu sebesar 2,449. Varian merupakan ukuran variabilitas data, yang berarti semakin besar nilai varian berarti semakin tinggi fluktuasi data antara satu data dengan data yang lain. Untuk jelasnya, perhatikan data gaji pada dua kelompok masyarakat di bawah: Kelompok kampung: 3 juta, 1 juta, 6 juta, 8 juta, rata-rata 4,5 juta Kelompok perumahan: 4 juta, 5 juta, 4,2 juta, 4,8 juta, rata-rata 4,5 juta. Empat orang dari dua kelompok diambil secara acak dan diambil data gaji perbulannya. Kelompok pertama, terdiri dari empat orang warga kampung X, yang pertama mempunyai gaji 3 juta, yang kedua 1 juta, yang ketiga 6 juta dan yang keempat 8 juga, maka rata-ratanya adalah sebesar 4,5 juta.
  • 19. 19 Empat orang dari kelompok kedua, yaitu warga perumahan, yang pertama mempunyai gaji 4 juta, yang kedua 5 juta, yang ketiga 4,2 juta dan yang keempat 4,8 juta dengan rata-rata 4,5 juta. Tampak bahwa rata-rata kedua kelompok adalah sama yaitu sebesar 4,5 juta. Tampilan data dengan rata-rata, menimbulkan bias, karena seolah-olah mempunyai rata-rata yang sama, sehingga kebijakan yang diambil dapat salah. Jika kita menghitung varian dari kedua kelompok tersebut akan diperoleh bahwa kelompok pertama mempunyai varian sebesar 29/3 = 9,67 dan untuk kelompok kedua mempunyai varian sebesar 0,68/3 = 0,227. Tampak bahwa varian kelompok satu (warga kampung) lebih tinggi dari pada varian kelompok kedua (warga perumahan). Interpretasinya adalah bahwa pendapatan warga kampung sangat berfluktuatif ada yang kecil ada yang sangat besar. Akan tetapi pendapatan warga perumahan relatif sama dan mempunyai tingkat ekonomi yang relatif sama antara satu warga dengan warga perumahan yang lain. Dengan menyertakan nilai varian pada rata-rata akan memberikan informasi yang lebih akurat. Demikian juga dengan standar deviasi, yang besarnya merupakan akar kuadrat dari varian. Pengertian Standar Deviasi Standar deviasi adalah nilai statistik yang dimanfaatkan untuk menentukan bagaimana sebaran data dalam sampel, serta seberapa dekat titik data individu ke mean atau rata-rata nilai sampel. Sebuah standar deviasi dari kumpulan data sama dengan nol menandakan bahwa semua nilai dalam himpunan tersebut adalah sama. Sedangkan nilai deviasi yang lebih besar menunjukkan bahwa titik data individu jauh dari nilai rata-rata. Untuk cara menghitung standar deviasi, yang perlu dilakukan pertama- tama adalah menghitung nilai rata-rata dari semua titik data. Rata-rata sama dengan jumlah dari semua nilai dalam kumpulan data lalu dibagi dengan jumlah total titik data tersebut. Setelah itu langkah berikutnya adalah menghitung penyimpangan setiap titik data dari rata-rata. Caranya dengan mengurangkan nilai dari nilai rata-rata. Deviasi setiap titik data akan dikuadratkan dan dicari penyimpangan kuadrat individu rata-rata. Lalu nilai yang dihasilkan disebut sebagai varians. Sedangkan standar deviasi adalah akar kuadrat dari varians. Fungsi Standar Deviasi Biasanya standar deviasi dimanfaatkan oleh para ahli statistik atau orang yang berkecimpung dalam dunia tersebut untuk mengetahui apakah sampel data yang diambil mewakili seluruh populasi.
  • 20. 20 Sebab mencari data yang tepat untuk suatu populasi sangat sulit untuk dilakukan. Maka dari itu perlu menggunakan sampel data yang dapat mewakili seluruh populasi sehingga mempermudah untuk melakukan penelitian atau suatu tugas. Sebagai gambaran, jika seseorang ingin mengetahui berat badan anak laki- laki berusia 10-12 tahun di suatu sekolah, maka yang perlu dilakukan adalah mencari tahu berat beberapa orang dan menghitung rata-rata serta standar deviasinya. Dari perhitungan tersebut akan diketahui nilai yang dapat mewakili seluruh populasi. Cara Menghitung Standar Deviasi Secara Manual Dalam menghitung standar deviasi, ada beberapa metode yang bisa dimanfaatkan. Seperti menghitungnya secara manual, dengan kalkulator dan Excel. Akan kami jelaskan satu per satu. Tetapi untuk pertama-tama kita bahas cara yang manual. Untuk mengetahui cara menghitung standar deviasi maka ada dua rumus yang harus diketahui, yakni rumus varian dan rumus standar deviasi. Berikut adalah rumus yang bisa dipaka Rumus Varian Rumus Standar Deviasi Selain rumus di atas, juga ada versi lain yang bisa Anda gunakan. Walaupun rumus berbeda, hasil akhirnya tetap sama. Berikut adalah rumusnya: Rumus Varian 2
  • 21. 21 Rumus Standar Deviasi 2 Keterangan: s2 : Varian s : Standar deviasi xi : Nilai x ke-i : Rata-rata n : Ukuran sampel Rumus Varian Rumus Standar Deviasi Selain rumus di atas, juga ada versi lain yang bisa Anda gunakan. Walaupun rumus berbeda, hasil akhirnya tetap sama. Berikut adalah rumusnya: Rumus Varian 2
  • 22. 22 Rumus Standar Deviasi 2 Keterangan: s2 : Varian s : Standar deviasi xi : Nilai x ke-i : Rata-rata n : Ukuran sampel Contoh Soal Dalam suatu kelas, tinggi badan beberapa siswa dijadikan sampel. Berikut adalah data sampel tersebut: 172, 167, 180, 170, 169, 160, 175, 165, 173, 170 Dari data di atas, dapat diketahui jumlah data (n) = 10 dan (n – 1) = 9. Langkah berikutnya adalah menghitung komponen untuk rumus varian. Anda bisa menyusun tabel seperti gambar di bawah ini. Berdasarkan tabel di atas, langkah selanjutnya seperti yang tertulis berikut:
  • 23. 23 Jika dimasukkan ke dalam rumus varian, maka menjadi seperti ini: Sudah diketahui bahwa nilai varian adalah 30,32. Maka dari itu untuk cara menghitung standar deviasi hanya perlu mengakarkuadratkan nilai varian tersebut. s = √30,32 = 5,51 Maka hasil standar deviasi dari contoh di atas adalah 5,51. Untuk data berkelompok, rumus yang digunakan tidak jauh berbeda. Supaya lebih jelas silakan perhatikan rumus berikut ini: Rumus Varian Data Berkelompok
  • 24. 24 Rumus Standar Deviasi Data Berkelompok Contoh Soal Dilakukan sebuah penelitian terhadap tinggi badan anak di suatu desa. Hitung varian dan standar deviasi data tersebut. Berdasarkan contoh di atas kita sudah mengetahui interval dan frekuensi tiap kelas interval (fi). Maka langkah selanjutnya adalah membuat tabel lagi untuk mengetahui banyaknya data, titik tengah, fixi dan fixi^2. Berikut adalah tabelnya.
  • 25. 25 Dari tabel di atas, dapat kita hitung: Setelah itu kita bisa mengetahui varian data berkelompok dengan rumus yang sudah ditulis di atas. Sudah kita peroleh bahwa varian contoh di atas adalah 60,83. Sedangkan untuk menghitung standar deviasi kita perlu mengakarkuadratkan angka varian. s = √60,83 = 7,8 Jadi standar deviasi dari data berkelompok di atas adalah 7,8.
  • 26. 26 BAB 4 HIMPUNAN Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang dapat didefinisikan dengan jelas. Benda atau objek dalam himpunan disebut elemen atau anggota himpunan. Dari defi nisi tersebut, dapat diketahui objek yang termasuk anggota himpunan atau bukan. Contoh himpunan: • Himpunan warna lampu lalu lintas, anggota himpunannya adalah merah, kuning, dan hijau. • Himpunan bilangan prima kurang dari 10, anggota himpunannya adalah 2, 3, 5, dan 7. Contoh bukan himpunan: • Kumpulan baju-baju bagus. • Kumpulan makanan enak. Jenis-Jenis Himpunan 1. Himpunan Bagian (Subset). Himpunan A dikatakan himpunan bagian (subset) dari himpunan B ditulis A ⊂ B ”, jika setiap anggota A merupakan anggota dari B. Syarat : A ⊂ B, dibaca : A himpunan bagian dari B A ⊂ B, dibaca : A bukan himpunan bagian dari B B ⊂ A dibaca : B bukan himpunan bagian dari A B ⊂ A dibaca : B bukan himpunan bagian dari A Contoh : Misal A = { 1,2,3,4,5 }dan B = { 2,4} maka B ⊂ A
  • 27. 27 Sebab setiap elemen dalam B merupakan elemen dalam A, tetapi tidak sebaliknya. Penjelasan : Dari definisi diatas himpunan bagian harus mempunyai unsur himpunan A juga merupakan unsur himpunan B.artinya kedua himpunan itu harus saling berkaitan. 2. Himpunan Kosong (Nullset) Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai unsur anggota yang sama sama sekali. Syarat : Himpunan kosong = A atau { } Himpunan kosong adalah tunggal Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari setiap himpunan Perhatikan : himpunan kosong tidak boleh di nyatakan dengan { 0 }. Sebab : { 0 } ≠ { } Penjelasan : dari definisi diatas himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai satupun anggota, dan biasanya himpunan kosong dinotasikan dengan huruf yunani ø (phi). 3. Himpunan Semesta Himpunan semesta biasanya dilambangkan dengan “U” atau “S” (Universum) yang berarti himpunan yang memuat semua anggota yang dibicarakan atau kata lainya himpunan dari objek yang sedang dibicarakan. 4. Himpunan Sama (Equal) Bila setiap anggota himpunan A juga merupakan anggota himpunan B, begitu pula sebaliknya.dinotasikan dengan A=B Syarat : Dua buah himpunan anggotanya harus sama. Contoh :
  • 28. 28 A ={ c,d,e} B={ c,d,e } Maka A = B Penjelasan : Himpunan equal atau himpunan sama,memiliki dua buah himpunan yang anggotanya sama misalkan anggota himpunan A {c,d,e} maka himpunan B pun akan memiliki anggota yaitu { c,d,e }. 5. Himpunan Lepas Himpunan lepas adalah suatu himpunan yang anggota-anggotanya tidak ada yang sama. Contoh C = {1, 3, 5, 7} dan D = {2, 4, 6} Maka himpunan C dan himpunan D saling lepas. Catatan : Dua himpunan yang tidak kosong dikatakan saling lepas jika kedua himpunan itu tidak mempunyai satu pun anggota yang sama 6. Himpunan Komplemen (Complement set) Himpunan komplemen dapat di nyatakan dengan notasi AC . Himpunan komplemen jika di misalkan S = {1,2,3,4,5,6,7} dan A = {3,4,5} maka A ⊂ U. Himpunan {1,2,6,7} juga merupakan komplemen, jadi AC = {1,2,6,7}. Dengan notasi pembentuk himpunan ditulis : AC = {x│x Є U, x Є A} 7. Himpunan Ekuivalen (Equal Set) Himpunan ekuivalen adalah himpunan yang anggotanya sama banyak dengan himpunan lain. Syarat : Bilangan cardinal dinyatakan dengan notasi n (A) A≈B, dikatakan sederajat atau ekivalen, jika himpunan A ekivalen dengan himpunan B, Contoh : A = { w,x,y,z }→n (A) = 4 B = { r,s,t,u } →n (B) = 4
  • 29. 29 Maka n (A) =n (B) →A≈B Penjelasan : himpunan ekivalen mempunyai bilangan cardinal dari himpunan tersebut, bila himpunan A beranggotakan 4 karakter maka himpunan B pun beranggotakan 4. 1. Cara Penulisan Himpunan Ada empat cara untuk menyatakan suatu himpunan 1. Dengan menyebutkan semua anggotanya (roster) yang diletakkan di dalam sepasang tanda kurung kurawal, dan di antara setiap anggotanya dipisahkan dengan tanda koma. Cara ini disebut juga cara Tabulasi. Contoh: A = {a, i, u, e, o} B = {Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu} 2. menyebutkan syarat anggota-anggotanya, cara ini disebut juga cara Deskripsi. Contoh: ambil bilangan asli kurang dari 5 A = bilangan asli kurang dari 5 3. Notasi Pembentuk Himpunan : dengan menuliskan ciri-ciri umum atau sifat-sifat umum (role) dari anggotanya. Contoh Soal : Nyatakan dengan notasi himpunan dengan menuliskan tiap-tiap anggotanya dan sifat-sifatnya himpunan berikut ini : A adalah himpunan bilangan asli antara 1 dan 6 Penyelesaian : A adalah himpunan bilangan asli antara 1 dan 6 Dengan menulis tiap-tiap anggotanya A = {2, 3, 4, 5}
  • 30. 30 Dengan menulis sifat-sifatnya A = {x | 1 < x < Asli}Î6, 4. Himpunan juga dapat di sajikan secara grafis (Diagram Venn) Penyajian himpunan dengan diagram Venn ditemukan oleh seorang ahli matematika Inggris bernama John Venn tahun 1881. Himpunan semesta digambarkan dengan segiempat dan himpunan lainnya dengan lingkaran di dalam segiempat tersebut. Operasi Pada Himpunan 1. Gabungan Gabungan (union) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang setiap anggotanya merupakan anggota himpunan A atau himpunan B. Dinotasikan A B Notasi : A B = {x | x Є A atau x Є B} 2. Irisan Irisan (intersection) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang setiap anggotanya merupakan anggota dari himpunan A dan anggota himpunan B. Notasi : A B = {x | x Є A dan x Є B} 3. Komplemen Komplemen himpunan A terhadap himpunan semesta S adalah himpunan yang anggotanya merupakan anggota S yang bukan anggota A. Dinotasikan Ac Notasi : Ac = {x | x Є S dan x Є A} atau 4. Selisih Selisih himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya merupakan anggota himpunan A dan bukan anggota himpunan B. Selisih himpunan A dan B adalah komplemen himpunan B terhadap himpunan A. Dinotasikan A-B Notasi : A – B = {x | x Є A dan x Є B} 5. Hasil Kali Kartesius ( cartesion Product )
  • 31. 31 Hasil kali kartesius himpunan A dan B, dinotasikan A x B, adalah himpunan yang anggotanya semua pasangan terurut (a,b) dimana a anggota A dan b anggota B. Secara matematis dituliskan : A x B = {(a,b)| a Є A dan b Є B} 1. Hukum Aljabar Himpunan Hukum-hukum pada himpunan dinamakan Hukum –hukum aljabar himpunan. cukup banyak hukum yang terdapat pada aljabar himpunan , tetapi disini hanya dijabarkan 11 saja. Beberapa hukum tersebut mirip dengan hukum aljabar pada sistem bilangan riil seperti a (b+c) = ab + ac , yaitu hukum distributif. 1. Hukum identitas: A = A A U = A 2. Hukum null/dominasi: A = A U = U 3. Hukum komplemen: A = U A = 4. Hukum idempoten: A A = A A A = A 5. Hukum involusi: = A 6. Hukum penyerapan (absorpsi): A (A B) = A A (A B) = A 7. Hukum komutatif: A B = B A A B = B A 8. Hukum asosiatif: A (B C) = (A B) C A (B C) = (A B) C 9. Hukum distributif: A (B C) = (A B) (A C) A (B C) = (A B) (A C) 10. Hukum De Morgan: = = 11. Hukum 0/1 = U = Æ
  • 32. 32 Terlihat bahwa hukum- hukum yang berlaku pada himpunan merupakan analogi hukum –hukum logika , dengan operator menggantikan L (dan) , sedangkan operator menggantikan V ( atau ). 1. Prinsip inklusi dan eksklusi Beberapa banyak anggota di dalam gabungan dua himpunan A dan B. penggabungan dua buah himpunan menghasilkan himpunan baru yang elemen- elemennya berasal dari himpunan A dan himpunan B. himpunan A dan himpunan B mungkin saja memiliki elemen yang sama. Banyaknya elemen bersama antara A dan B adalah |A | . setiap unsure yang sama itu telah dihitung dua kali , sekali pada |A| dan sekali pada |B|, meskipun ia seharusnya dianggap sebagai satu buah elemen di dalam |A | . karena itu , jumlah elemen hasil penggabungan seharusnya adalah jumlah elemen di masing-masing himpunan dikurangi jumlah elemen di dalam irisannya, atau |A| + B | -|A | Prinsip ini dikenal dengan nama prinsip inklusi –eksklusi . sejumlah lemma dan teorema yang berkaitan dengan prinsip ini dituliskan sebagai berikut: a)Lemma 2.1. misalkan A dan B adalah himpunan berhingga yang saling lepas (disjoint) , maka |A| + B | b)Teorema 2.3 misalkan A dan B adalah himpunan berhingga maka berhingga dan|A| + B | -|A | c)Dengan cara yang sama , kita dapat menghitung jumlah elemen hasil operasi beda setangkup |A| + B | -2 |A |. Contoh : Berapa banyaknya bilangan bulat antara 1 dan 100 yang habis dibagi 3 atau 5 Penyelelsaian : Misalkan : A = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3 B = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 5 A himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3 dan 5 (yaitu himpunan bilangan bulat yang habis dibagi oleh KPK dari 3 dan 5 yaitu 15 ). Ø Yang ditanyakan adalah Terlebih dahulu kita harus menghitung |A| = [100/3] = 33 | B | = [100/5]= 20 |A | = [100/15] = 6
  • 33. 33 Untuk mendapatkan |A| + B | – |A | = 33 + 20 – 6 = 47 Jadi ada 47 buah bilangan yang habis dibagi 3 atau 5 . Prinsip inklusi- eksklusi dapat dirampatkan untuk operasi lebih dari dua buah himpunan. untuk tiga buah himpunan A, B, dan C berlaku teorema berikut:Teorema 2.4 Misalkan A , B , dan C adalah himpunan yang berhingga maka berhingga danSedangkan untuk empat buah himpunan maka|A ∪ B ∪ C ∪ D| = |A| + |B| + |C| + |D| – |A ∩ B| – |A ∩ C| – |A ∩ D| – |B ∩C| – |B ∩ D| – |C ∩ D| + |A ∩ B ∩ C| + |A ∩ B ∩ D| + |A ∩ C ∩ D| + |B ∩ C∩ D |– |A ∩ B ∩ C ∩ D| Contoh : Sebanyak 1232 orang mahasiswa mengambil kuliah bahasa inggris , 879 orang mengambil kuliah bahasa perancis , dan 114 mengambil kuliah bahasa jerman. Sebanyak 103 orang mengambil kuliah bahasa inggris dan perancis, 23 orang mengambil kuliah bahasa inggris dan jerman , dan 14 orang mengambil kuliah bahasa perancis dan bahasa jerman. Jika 2092 orang mengambil paling sedikit satu buah kuliah bahsa inggris, bahasa jerman ., dan perancis, berapa banyak mahasiswa yang mengambil kuliah ketiga buah bahasa tersebut? Penyelesaian : Misalkan : I = himpunan mahasiswa yang mengambil kuliah bahasa inggris. P =himpunan mahasiswa yang mengambil kuliah bahasa perancis. J = himpunan mahasiswa yang mengambil kuliah bahasa jerman. Maka , |I | = 1232 |P | = 879 |J| = 114 | I P | = 103 | I J | = 23 | P J | = 14 dan |I ∪ P ∪ J| = 2092 Penyulihan nilai- nilai diatas pada persamaan |I ∪ P ∪ J| = |I | + |P | + |J| – | I P | – | I J | – | P J | + |I P J| 2092 = 1232 + 879 + 114 – 103 – 23 -14 + |I P J| Sehingga |I P J| = 7 Jadi ada 7 orang mahasiswa yang mengambil ketiga buah kuliah bahasa inggris , perancis dan jerman
  • 35. 35