SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
BAB I 
PENDAHULUAN 
1. Latar belakang 
Gulma merupakan tanaman pengganggu yang dapat merugikan bagi 
pertumbuhan dan hasil tanaman dan lingkungan perairan serta aspek lainnya. 
Beberapa sifat umum dari gulma adalah mempunyai kemampuan 
menyesuaikan diri (adaptasi) yang kuat dan mempunyai daya persaingan yang 
tinggi. Gulma merupakan tanaman pengganggu bagi para petani maka 
diperlukan usaha untuk mengendalikannya. pengendalian gulma (control) harus 
dibedakan dengan pemberantasan (eradication). Pengendalian gulma (weed 
control) dapat didefinisikan sebagai proses membatasi infestasi gulma 
sedemikian rupa sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif dan 
efisien. 
Dalam pengendalian gulma tidak ada keharusan untuk membunuh 
seluruh gulma, melainkan cukup menekan pertumbuhan dan atau mengurangi 
populasinya sampai pada tingkat dimana penurunan produksi yang terjadi tidak 
berarti atau keuntungan yang diperoleh dari penekanan gulma sedapat mungkin 
seimbang dengan usaha ataupun biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain 
pengendalian bertujuan hanya menekan populasi gulma sampai tingkat 
populasi yang tidak merugikan secara ekonomik atau tidak melampaui ambang 
ekonomik (economic threshold), sehingga sama sekali tidak bertujuan menekan 
populasi gulma sampai nol. 
Sedangkan pemberantasan merupakan usaha mematikan seluruh 
gulma yang ada baik yang sedang tumbuh maupun alat-alat reproduksinya, 
sehingga populasi gulma sedapat mungkin ditekan sampai nol. Pemberantasan 
gulma mungkin baik bila dilakukan pada areal yang sempit dan tidak miring, 
sebab pada areal yang luas cara ini merupakan sesuatu yang mahal dan pada 
tanah miring kemungkinan besar menimbulkan erosi. Eradikasi pada umumnya 
hanya dilakukan terhadap gulma-gulma yang sangat merugikan dan pada 
tempat-tempat tertentu.
Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha meningkatkan 
daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan 
tanaman pokok harus menjadi sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu 
mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu 
bersamaan dengan tanaman pokok. 
Pelaksanaan pengendalian gulma hendaknya didasari dengan 
pengetahuan yang cukup mengenai gulma yang bersangkutan. Apakah gulma 
tersebut bersiklus hidup annual, biennial ataupun perennial, bagaimana 
berkembang biaknya, bagaimana sistem penyebarannya, bagaimana dapat 
beradaptasi dengan lingkungan dan dimana saja distribusinya, bagaimana 
bereaksi terhadap perubahan lingkungan dan bagaimana tanggapannya 
terhadap perlakuan-perlakuan tertentu termasuk penggunaan zat–zat kimia 
berupa herbisida. 
Pengendalian gulma harus memperhatikan teknik pelaksanannya di 
lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis) dan 
kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya. 
2. Rumusan Masalah 
a. Bagaimana cara mengendalikan gulma secara hayati? 
b. Apa kelebihan dan kekurangan cara pengendalian gulma secara hayati? 
3. Tujuan 
Tujuan dari makalah ini adalah mengetahui cara pengendalian gulma 
secara hayati.
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Pengendalian gulma secara hayati 
Gulma menimbulkan kerugian-kerugian karena mengadakan persaingan 
dengan tanaman pokok, mengotori kualitas produksi pertanian, menimbulkan 
allelopathy, mengganggu kelancaran pekerjaan para petani, sebagai perantara atau 
sumber hama dan penyakit, mengganggu kesehatan manusia, menaikkan ongkos-ongkos 
usaha pertanian dan menurunkan produktivitas air. 
Pengendalian hayati (biological control) adalah penggunaan biota untuk 
melawan biota. Pengendalian hayati dalam arti luas mencakup setiap usaha 
pengendalian organisme pengganggu dengan tindakan yang didasarkan ilmu hayat 
(biologi). Berdasarkan hal ini maka penggunaan Legum Cover Crops (LCC) 
kadang-kadang juga dimasukkan sebagai pengendalian hayati. Pengendalian 
hayati adalah suatu taktik yang penting diantara taktik-taktik pengendalian yang 
lain. 
Pengendalian hayati pada gulma adalah suatu cara pengendalian dengan 
menggunakan musuh-musuh alami baik hama (insekta), penyakit (patogen), jamur 
dan sebagainya guna menekan pertumbuhan gulma. Hal ini biasa ditujukan 
terhadap suatu species gulma asing yang telah menyebar secara luas di suatu 
daerah. Pemberantasan gulma secara total bukanlah tujuan pengendalian hayati 
karena dapat memusnahkan agen-agen hayati yang lain. 
1. Pengendalian Alami dan Hayati 
Berdasarkan campur tangan yang terjadi maka dibedakan antara 
pengendalian alami dan pengendalian hayati. Perbedaan utama terletak pada 
ada atau tidaknya campur tangan manusia dalam ekosistem. Dalam 
pengendalian alami disamping musuh alami sebagai pengendali hayati masih 
ada iklim dan habitat sebagai faktor pengendali non hayati. Sedang pada 
pengendalian hayati ada campur tangan manusia yang mengelola gulma 
dengan memanipulasi musuh alaminya. 
Pengendalian hayati merupakan metode yang paling layak dan 
sekaligus paling sulit dipraktekkan karena memerlukan derajat ketelitian tinggi
dan serangkaian test dalam jangka waktu panjang (bertahun-tahun) sebelum 
suatu organ pengendali hayati dilepas untuk pengendalian suatu species gulma. 
Dasar pengendalian hayati adalah kenyataan bahwa di alam ada musuh-musuh 
alami yang mampu menekan beberapa species gulma. 
2. Musuh–musuh Alami Gulma 
Ada beberapa syarat utama yang dibutuhkan agar suatu makhluk dapat 
digunakan sebagai pengendali alami : 
a. Makhluk tersebut tidak merusak tanaman budidaya atau jenis tanaman 
pertanian lainnya, meskipun tanaman inangnya tidak ada. 
b. Siklus hidupnya menyerupai tumbuhan inangnya, misalnya populasi 
makhluk ini akan meningkat jika populasi gulmanya juga meningkat. 
c. Harus mampu mematikan gulma atau paling tidak mencegah gulma 
membentuk biji/berkembang biak. 
d. Mampu berkembang biak dan menyebar ke daerah-daerah lain yang 
ditumbuhi inangnya. 
e. Mempunyai adaptasi baik terhadap gulma inang dan lingkungan yang 
ditumbuhinya. 
Pengendalian hayati gulma telah dilakukan di masa pra-kemerdekaan 
yaitu di lembah Palu, Sulawesi Tengah terhadap gulta eksotik yaitu kaktus 
Opuntia spp. Agen hayati yang digunakan adalah kutu putih Dactylopius 
opuntiae yang diimpor dari Australia (1934) dan dibiakkan secara masal di 
Bogor. Pada tahun 1935 kutu putih tersebut dilepas di padang penggembalaan 
yang terinvestasi berat oleh kaktus tersebut. Dalam waktu 4 tahun kaktus 
tersebut hanya dijumpai secara sporadik di tepi hutan saja sehingga program ini 
dinilai berhasil secara sempurna. Program yang sama kemudian dilakukan di 
Lombok Timur pada tahun 1940 dengan tingkat keberhasilan yang sama. 
Kalshoven (1981 cit Sosromarsono, 2006). 
Walaupun tidak ada laporan resmi mengenai kasus yang nyaris 
berakibat fatal, dalam tahun 1939, sejenis kepik renda asli Amerika Selatan 
(Telenomaena scrupulosa) diimpor dari Australia dengan tujuan untuk 
mengendalikan Lantana camara. Pada waktu itu muncul pendapat yang
memperkirakan bahwa kepik itu mungkin akan menjadi hama pohon jati 
kemudian kepik tersebut tidak dibiakkan dan dimusnahkan. Rupanya, sejumlah 
kepik renda itu berhasil menyelinap keluar dari tempat pembiakkan dan dapat 
bertahan hidup dan berkembang biak pada Lantana camara yang tumbuh 
bersama-sama dengan tumbuhan liar lainnya. Pada dasawarsa berikutnya kepik 
renda itu memencar di seluruh daerah Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. 
Pada tahun 1945 kepik itu dilepas dengan sengaja di Pulau Timor 
untuk pengendalian Lantana camara di padang penggembalaan tetapi hasilnya 
negatif sehingga sampai saat ini peran kepik tersebut sebagai agen 
pengendalian hayati gulma kkurang mendapatkan perhatian. 
Ada 3 hal penting yang harus diperhatikan dalam pengendalian hayati 
di Indonesia. Pertama, Indonesia adalah negara kepulauan yang luas terdiri dari 
ribuan pulau yang mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi khususnya 
dalam fauna musuh alami yang mempunyai potensi untuk dapat dimanfaatkan 
sebagai pengendalian hayati OPT pertanian. Kedua, pengendalian hayati klasik 
terutama terhadap gulma eksotik yang menggunakan herbivor eksotik harus 
direncanakan dan dilaksanakan secara berhati-hati dan cermat. Kekhususan 
inang agen yang digunakan adalah faktor yang tidak dapat dikompromikan. 
Ketiga, pengendalian alami oleh musuh alami asli setempat harus dimanfaatkan 
semaksimal mungkin yang dapat dikombinasikan dengan taktik pengendalian 
dalam sistem PHT. 
Di masa kemerdekaan pengendalian hayati gulma mulai mendapat 
perhatian lagi sejak pertengahan 70-an dengan meningkatnya perhatian untuk 
mengendalikan gulma di perairan misalnya, eceng gondok. 
Mangoendihardjo et al (1977) merupakan pioner dalam inventarisasi 
serangga herbivor dan jamur yang berasosiasi dengan gulma air yaitu eceng 
gondok (Salvinia molesta), Pistia striatalis, Alternanthera philoxeroides, 
Ludwigia spp, Scripus grossus. Sebagian besar serangga yang ditemukan 
adalah herbivor umum dan sebagian lagi adalah hama tanaman budidaya. 
Agen hayati eksotik juga telah dicoba untuk mengendalikan gulma 
eksotik di Indonesia.Pada tahun 1970-an sejenis kumbang moncong penggerek
eceng gondok Neochetina eichhorniae di impor dari Florida dan di teliti 
sebagai calon agen hayati pengendali eceng gondok. Pada tahun 1979, 
kumbang moncong tersebut dilepaskan di Rawa Pening, Jawa Tengah dan 
dilaporkan dapat mapan serta memencar secara alami di daerah lain di Jawa 
Tengah. 
Meskipun kumbang tersebut dapat mapan tetapi tidak dapat 
mengendalikan eceng gondok secara efektif. Hal ini diduga salah satu faktor 
penyebabnya terutama di sungai dan danau ialah adanya kehanyutan koloni 
eceng gondok di musim hujan karena aliran air yang deras. Karena faktor 
itulah populasi kumbang turun drastis dan lambat pulih sedang populasi eceng 
gondok pulih secara cepat. 
Pengendalian hayati gulma yang paling belakangan ialah 
pengendalian Mimosa diplotricha dengan kutu loncat eksotik asal Brazil, 
Heteropsylla spinulosa yang diimpor dari Australia oleh Biotrop. Pelepasan 
pertama dilakukan di Sukabumi dan Bogor tahun 2003, dilaporkan bahwa kutu 
loncat tersebut dapat mapan di semua tempat pelepasan namun populasinya 
rendah. Salah satu sebabnya diduga bahwa terdapat parasitoid yang menyerang 
kutu tersebut. 
Kelebihan menggunakan cara pengendalian gulma secara hayati 
adalah aman bagi lingkungan sekitar, bersifat permanen, dan perlakuan pada 
tanaman mudah. Kerugian menggunakan cara pengendalian gulma secara 
hayati yaitu memerlukan modal investasi yang besar.
BAB III 
PENUTUP 
1. Kesimpulan 
Kesimpulan yang dapat diambil dari cara pengendalian gulma 
tanaman sebagai berikut: 
a. Gulma merupakan tumbuhan yang mengganggu proses pertumbuhan 
tanaman yang dikembangkan. 
b. Pengendalian hayati merupakan salah satu cara pengendalian gulma 
tanaman. 
c. Pengendalian mempunyai keunggulan yaitu bersifat aman bagi 
lingkungan dan hasilnya permanen 
d. Pengendalian gulma juga memiliki kekurangan yaitu memerlukan modal 
investasi yang besar 
e. Penegendalian gulma yang tepat dapat menambah jumlah produksi suatu 
tanaman. 
2. Saran 
Saran yang dapat diambil dari cara pengendalian gulma adalah: 
a. Penegendalian gulma harus dilaksanakan seefisien mungkin untuk 
mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA 
Alfi. 2013. Penegendalian gulma. Pertanian-pengendaian-gulma.html. Diakses 
pada tanggal 9 desember 2013 
Ronoprawiro, S. 1992. Gulma Sebagai Lawan dan Kawan Dalam Kehidupan 
Manusia. Pidato Pengukuhan Jabatan Gurubesar dalam Ilmu 
Pertanaian pada Fakultas Pertanian UGM. 13 Februari 1992. 
Yogyakarta. 23 hal. 
Soerjani, M., S. Tjitrosemito, dan Kasno. 1979. Pengendalian Terpadu Sebagai 
Usaha Pengendalian Penyakit Tanaman Dalam Hubungannya Dengan 
Masalah Gulma. Makalah Prasaran undangan (invited lecture) pada 
Konggres Nasional ke-5, Perhimpunan Fitopatologi Indonesia di 
Malang 18-20 Januari 1979. 19 hal. 
Sosromarsono, S. 2006. Pengendalian Hayati Organisme Pengganggu Tanaman di 
Indonesia: Pengalaman Enam Dasawarsa terakhir. Dalam 
Soemadihardjo, S. dan S.D. Sastrapradja (Penyunting): Enam 
Dasawarsa Ilmu dan Ilmuwan di Indonesia, Naturindo, Bogor. Hal 
155-184. 
Triharso, 1978. Beberapa gatra pengendalian penyakit tanaman dan kemungkinan 
penerapannya di Indonesia. Pidato pengukuhan sebagai Gurubesar 
dalam Ilmu Penyakit Tumbuhan pada Fakultas Pertanian UGM. 25 
Nop. 1978. Yogyakarta, 33 hal
KATA PENGANTAR 
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan 
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan 
makah ini dengan baik yang berjudul “ Pengendalian Gulma Secara Hayati”. 
Penyusunan makalah ini juga tidak lepas dari dukungan teman-teman serta 
dosen kami. Sehingga makalah ini terselesaikan dengan tepat waktu. 
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karna itu, kritik dan saran 
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan 
makalah ini. 
Raha, November 2014
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR................................................................................. 
DAFTAR ISI............................................................................................... 
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................... 
A. Latar Belakang................................................................................. 
B. Rumusan Masalah............................................................................ 
BAB II : PEMBAHASAN........................................................................... 
A. Pengendalian gulma secara hayati............................................... 
B. Pengendalian secara alami dan hayati......................................... 
C. Musuh- Musuh alami gulma.......................................................... 
BAB III : PENUTUP................................................................................... 
A. Kesimpulan........................................................................................... 
B. Saran..................................................................................................... 
DAFTAR PUSTAKA
Makalah perlintan gulma_arin-1

More Related Content

What's hot

Proposal PL adjie
Proposal PL adjieProposal PL adjie
Proposal PL adjieArta Adjie
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygzahrahoca
 
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)Irt Elims
 
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitLaporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitfahmiganteng
 
Tgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisidaTgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisidarizky hadi
 
Pengendalian Serangga ppt
Pengendalian Serangga pptPengendalian Serangga ppt
Pengendalian Serangga pptNuroni Harahap
 

What's hot (12)

Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Proposal PL adjie
Proposal PL adjieProposal PL adjie
Proposal PL adjie
 
Pengendalian hama
Pengendalian hamaPengendalian hama
Pengendalian hama
 
Pengendalian gulma
Pengendalian gulmaPengendalian gulma
Pengendalian gulma
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 
Pencemaran tanah&pestisida
Pencemaran tanah&pestisidaPencemaran tanah&pestisida
Pencemaran tanah&pestisida
 
Ipi161112
Ipi161112Ipi161112
Ipi161112
 
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
 
Arti penting gulma
Arti penting gulmaArti penting gulma
Arti penting gulma
 
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitLaporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
 
Tgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisidaTgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisida
 
Pengendalian Serangga ppt
Pengendalian Serangga pptPengendalian Serangga ppt
Pengendalian Serangga ppt
 

Similar to Makalah perlintan gulma_arin-1

Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaWarnet Raha
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiWarnet Raha
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiWarnet Raha
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumuloanisasptiany
 
Makalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventifMakalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventifWarnet Raha
 
Presentation hama
Presentation hamaPresentation hama
Presentation hamaAnggin N U
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIsumitrojait
 
Pengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewanPengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewanAde Maiditasari
 
Mata Kuliah 8: Dasar-Dasar Agronomi.pptx
Mata Kuliah 8: Dasar-Dasar Agronomi.pptxMata Kuliah 8: Dasar-Dasar Agronomi.pptx
Mata Kuliah 8: Dasar-Dasar Agronomi.pptxENTRYLEVEL
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatiixie_yeuw_jack
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAlfian Nopara Saifudin
 
ANCAMAN KELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI.docx
ANCAMAN KELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI.docxANCAMAN KELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI.docx
ANCAMAN KELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI.docxHabibimaulana2
 

Similar to Makalah perlintan gulma_arin-1 (20)

Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
 
Makalah perlintan gulma_arin-1
Makalah perlintan gulma_arin-1Makalah perlintan gulma_arin-1
Makalah perlintan gulma_arin-1
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Pengendalian gulma
Pengendalian gulmaPengendalian gulma
Pengendalian gulma
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
 
Makalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventifMakalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventif
 
Presentation hama
Presentation hamaPresentation hama
Presentation hama
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATI
 
Pengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewanPengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewan
 
Pengendalian hayati
Pengendalian hayatiPengendalian hayati
Pengendalian hayati
 
Mata Kuliah 8: Dasar-Dasar Agronomi.pptx
Mata Kuliah 8: Dasar-Dasar Agronomi.pptxMata Kuliah 8: Dasar-Dasar Agronomi.pptx
Mata Kuliah 8: Dasar-Dasar Agronomi.pptx
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat diht
 
ANCAMAN KELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI.docx
ANCAMAN KELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI.docxANCAMAN KELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI.docx
ANCAMAN KELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI.docx
 
Ekologi Fauna Tanah.pptx
Ekologi Fauna Tanah.pptxEkologi Fauna Tanah.pptx
Ekologi Fauna Tanah.pptx
 
Pengaruh hama keong mas
Pengaruh hama keong masPengaruh hama keong mas
Pengaruh hama keong mas
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Recently uploaded

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 

Recently uploaded (20)

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 

Makalah perlintan gulma_arin-1

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Gulma merupakan tanaman pengganggu yang dapat merugikan bagi pertumbuhan dan hasil tanaman dan lingkungan perairan serta aspek lainnya. Beberapa sifat umum dari gulma adalah mempunyai kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi) yang kuat dan mempunyai daya persaingan yang tinggi. Gulma merupakan tanaman pengganggu bagi para petani maka diperlukan usaha untuk mengendalikannya. pengendalian gulma (control) harus dibedakan dengan pemberantasan (eradication). Pengendalian gulma (weed control) dapat didefinisikan sebagai proses membatasi infestasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif dan efisien. Dalam pengendalian gulma tidak ada keharusan untuk membunuh seluruh gulma, melainkan cukup menekan pertumbuhan dan atau mengurangi populasinya sampai pada tingkat dimana penurunan produksi yang terjadi tidak berarti atau keuntungan yang diperoleh dari penekanan gulma sedapat mungkin seimbang dengan usaha ataupun biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain pengendalian bertujuan hanya menekan populasi gulma sampai tingkat populasi yang tidak merugikan secara ekonomik atau tidak melampaui ambang ekonomik (economic threshold), sehingga sama sekali tidak bertujuan menekan populasi gulma sampai nol. Sedangkan pemberantasan merupakan usaha mematikan seluruh gulma yang ada baik yang sedang tumbuh maupun alat-alat reproduksinya, sehingga populasi gulma sedapat mungkin ditekan sampai nol. Pemberantasan gulma mungkin baik bila dilakukan pada areal yang sempit dan tidak miring, sebab pada areal yang luas cara ini merupakan sesuatu yang mahal dan pada tanah miring kemungkinan besar menimbulkan erosi. Eradikasi pada umumnya hanya dilakukan terhadap gulma-gulma yang sangat merugikan dan pada tempat-tempat tertentu.
  • 2. Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman pokok harus menjadi sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman pokok. Pelaksanaan pengendalian gulma hendaknya didasari dengan pengetahuan yang cukup mengenai gulma yang bersangkutan. Apakah gulma tersebut bersiklus hidup annual, biennial ataupun perennial, bagaimana berkembang biaknya, bagaimana sistem penyebarannya, bagaimana dapat beradaptasi dengan lingkungan dan dimana saja distribusinya, bagaimana bereaksi terhadap perubahan lingkungan dan bagaimana tanggapannya terhadap perlakuan-perlakuan tertentu termasuk penggunaan zat–zat kimia berupa herbisida. Pengendalian gulma harus memperhatikan teknik pelaksanannya di lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis) dan kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya. 2. Rumusan Masalah a. Bagaimana cara mengendalikan gulma secara hayati? b. Apa kelebihan dan kekurangan cara pengendalian gulma secara hayati? 3. Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah mengetahui cara pengendalian gulma secara hayati.
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Pengendalian gulma secara hayati Gulma menimbulkan kerugian-kerugian karena mengadakan persaingan dengan tanaman pokok, mengotori kualitas produksi pertanian, menimbulkan allelopathy, mengganggu kelancaran pekerjaan para petani, sebagai perantara atau sumber hama dan penyakit, mengganggu kesehatan manusia, menaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian dan menurunkan produktivitas air. Pengendalian hayati (biological control) adalah penggunaan biota untuk melawan biota. Pengendalian hayati dalam arti luas mencakup setiap usaha pengendalian organisme pengganggu dengan tindakan yang didasarkan ilmu hayat (biologi). Berdasarkan hal ini maka penggunaan Legum Cover Crops (LCC) kadang-kadang juga dimasukkan sebagai pengendalian hayati. Pengendalian hayati adalah suatu taktik yang penting diantara taktik-taktik pengendalian yang lain. Pengendalian hayati pada gulma adalah suatu cara pengendalian dengan menggunakan musuh-musuh alami baik hama (insekta), penyakit (patogen), jamur dan sebagainya guna menekan pertumbuhan gulma. Hal ini biasa ditujukan terhadap suatu species gulma asing yang telah menyebar secara luas di suatu daerah. Pemberantasan gulma secara total bukanlah tujuan pengendalian hayati karena dapat memusnahkan agen-agen hayati yang lain. 1. Pengendalian Alami dan Hayati Berdasarkan campur tangan yang terjadi maka dibedakan antara pengendalian alami dan pengendalian hayati. Perbedaan utama terletak pada ada atau tidaknya campur tangan manusia dalam ekosistem. Dalam pengendalian alami disamping musuh alami sebagai pengendali hayati masih ada iklim dan habitat sebagai faktor pengendali non hayati. Sedang pada pengendalian hayati ada campur tangan manusia yang mengelola gulma dengan memanipulasi musuh alaminya. Pengendalian hayati merupakan metode yang paling layak dan sekaligus paling sulit dipraktekkan karena memerlukan derajat ketelitian tinggi
  • 4. dan serangkaian test dalam jangka waktu panjang (bertahun-tahun) sebelum suatu organ pengendali hayati dilepas untuk pengendalian suatu species gulma. Dasar pengendalian hayati adalah kenyataan bahwa di alam ada musuh-musuh alami yang mampu menekan beberapa species gulma. 2. Musuh–musuh Alami Gulma Ada beberapa syarat utama yang dibutuhkan agar suatu makhluk dapat digunakan sebagai pengendali alami : a. Makhluk tersebut tidak merusak tanaman budidaya atau jenis tanaman pertanian lainnya, meskipun tanaman inangnya tidak ada. b. Siklus hidupnya menyerupai tumbuhan inangnya, misalnya populasi makhluk ini akan meningkat jika populasi gulmanya juga meningkat. c. Harus mampu mematikan gulma atau paling tidak mencegah gulma membentuk biji/berkembang biak. d. Mampu berkembang biak dan menyebar ke daerah-daerah lain yang ditumbuhi inangnya. e. Mempunyai adaptasi baik terhadap gulma inang dan lingkungan yang ditumbuhinya. Pengendalian hayati gulma telah dilakukan di masa pra-kemerdekaan yaitu di lembah Palu, Sulawesi Tengah terhadap gulta eksotik yaitu kaktus Opuntia spp. Agen hayati yang digunakan adalah kutu putih Dactylopius opuntiae yang diimpor dari Australia (1934) dan dibiakkan secara masal di Bogor. Pada tahun 1935 kutu putih tersebut dilepas di padang penggembalaan yang terinvestasi berat oleh kaktus tersebut. Dalam waktu 4 tahun kaktus tersebut hanya dijumpai secara sporadik di tepi hutan saja sehingga program ini dinilai berhasil secara sempurna. Program yang sama kemudian dilakukan di Lombok Timur pada tahun 1940 dengan tingkat keberhasilan yang sama. Kalshoven (1981 cit Sosromarsono, 2006). Walaupun tidak ada laporan resmi mengenai kasus yang nyaris berakibat fatal, dalam tahun 1939, sejenis kepik renda asli Amerika Selatan (Telenomaena scrupulosa) diimpor dari Australia dengan tujuan untuk mengendalikan Lantana camara. Pada waktu itu muncul pendapat yang
  • 5. memperkirakan bahwa kepik itu mungkin akan menjadi hama pohon jati kemudian kepik tersebut tidak dibiakkan dan dimusnahkan. Rupanya, sejumlah kepik renda itu berhasil menyelinap keluar dari tempat pembiakkan dan dapat bertahan hidup dan berkembang biak pada Lantana camara yang tumbuh bersama-sama dengan tumbuhan liar lainnya. Pada dasawarsa berikutnya kepik renda itu memencar di seluruh daerah Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Pada tahun 1945 kepik itu dilepas dengan sengaja di Pulau Timor untuk pengendalian Lantana camara di padang penggembalaan tetapi hasilnya negatif sehingga sampai saat ini peran kepik tersebut sebagai agen pengendalian hayati gulma kkurang mendapatkan perhatian. Ada 3 hal penting yang harus diperhatikan dalam pengendalian hayati di Indonesia. Pertama, Indonesia adalah negara kepulauan yang luas terdiri dari ribuan pulau yang mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi khususnya dalam fauna musuh alami yang mempunyai potensi untuk dapat dimanfaatkan sebagai pengendalian hayati OPT pertanian. Kedua, pengendalian hayati klasik terutama terhadap gulma eksotik yang menggunakan herbivor eksotik harus direncanakan dan dilaksanakan secara berhati-hati dan cermat. Kekhususan inang agen yang digunakan adalah faktor yang tidak dapat dikompromikan. Ketiga, pengendalian alami oleh musuh alami asli setempat harus dimanfaatkan semaksimal mungkin yang dapat dikombinasikan dengan taktik pengendalian dalam sistem PHT. Di masa kemerdekaan pengendalian hayati gulma mulai mendapat perhatian lagi sejak pertengahan 70-an dengan meningkatnya perhatian untuk mengendalikan gulma di perairan misalnya, eceng gondok. Mangoendihardjo et al (1977) merupakan pioner dalam inventarisasi serangga herbivor dan jamur yang berasosiasi dengan gulma air yaitu eceng gondok (Salvinia molesta), Pistia striatalis, Alternanthera philoxeroides, Ludwigia spp, Scripus grossus. Sebagian besar serangga yang ditemukan adalah herbivor umum dan sebagian lagi adalah hama tanaman budidaya. Agen hayati eksotik juga telah dicoba untuk mengendalikan gulma eksotik di Indonesia.Pada tahun 1970-an sejenis kumbang moncong penggerek
  • 6. eceng gondok Neochetina eichhorniae di impor dari Florida dan di teliti sebagai calon agen hayati pengendali eceng gondok. Pada tahun 1979, kumbang moncong tersebut dilepaskan di Rawa Pening, Jawa Tengah dan dilaporkan dapat mapan serta memencar secara alami di daerah lain di Jawa Tengah. Meskipun kumbang tersebut dapat mapan tetapi tidak dapat mengendalikan eceng gondok secara efektif. Hal ini diduga salah satu faktor penyebabnya terutama di sungai dan danau ialah adanya kehanyutan koloni eceng gondok di musim hujan karena aliran air yang deras. Karena faktor itulah populasi kumbang turun drastis dan lambat pulih sedang populasi eceng gondok pulih secara cepat. Pengendalian hayati gulma yang paling belakangan ialah pengendalian Mimosa diplotricha dengan kutu loncat eksotik asal Brazil, Heteropsylla spinulosa yang diimpor dari Australia oleh Biotrop. Pelepasan pertama dilakukan di Sukabumi dan Bogor tahun 2003, dilaporkan bahwa kutu loncat tersebut dapat mapan di semua tempat pelepasan namun populasinya rendah. Salah satu sebabnya diduga bahwa terdapat parasitoid yang menyerang kutu tersebut. Kelebihan menggunakan cara pengendalian gulma secara hayati adalah aman bagi lingkungan sekitar, bersifat permanen, dan perlakuan pada tanaman mudah. Kerugian menggunakan cara pengendalian gulma secara hayati yaitu memerlukan modal investasi yang besar.
  • 7. BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari cara pengendalian gulma tanaman sebagai berikut: a. Gulma merupakan tumbuhan yang mengganggu proses pertumbuhan tanaman yang dikembangkan. b. Pengendalian hayati merupakan salah satu cara pengendalian gulma tanaman. c. Pengendalian mempunyai keunggulan yaitu bersifat aman bagi lingkungan dan hasilnya permanen d. Pengendalian gulma juga memiliki kekurangan yaitu memerlukan modal investasi yang besar e. Penegendalian gulma yang tepat dapat menambah jumlah produksi suatu tanaman. 2. Saran Saran yang dapat diambil dari cara pengendalian gulma adalah: a. Penegendalian gulma harus dilaksanakan seefisien mungkin untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
  • 8. DAFTAR PUSTAKA Alfi. 2013. Penegendalian gulma. Pertanian-pengendaian-gulma.html. Diakses pada tanggal 9 desember 2013 Ronoprawiro, S. 1992. Gulma Sebagai Lawan dan Kawan Dalam Kehidupan Manusia. Pidato Pengukuhan Jabatan Gurubesar dalam Ilmu Pertanaian pada Fakultas Pertanian UGM. 13 Februari 1992. Yogyakarta. 23 hal. Soerjani, M., S. Tjitrosemito, dan Kasno. 1979. Pengendalian Terpadu Sebagai Usaha Pengendalian Penyakit Tanaman Dalam Hubungannya Dengan Masalah Gulma. Makalah Prasaran undangan (invited lecture) pada Konggres Nasional ke-5, Perhimpunan Fitopatologi Indonesia di Malang 18-20 Januari 1979. 19 hal. Sosromarsono, S. 2006. Pengendalian Hayati Organisme Pengganggu Tanaman di Indonesia: Pengalaman Enam Dasawarsa terakhir. Dalam Soemadihardjo, S. dan S.D. Sastrapradja (Penyunting): Enam Dasawarsa Ilmu dan Ilmuwan di Indonesia, Naturindo, Bogor. Hal 155-184. Triharso, 1978. Beberapa gatra pengendalian penyakit tanaman dan kemungkinan penerapannya di Indonesia. Pidato pengukuhan sebagai Gurubesar dalam Ilmu Penyakit Tumbuhan pada Fakultas Pertanian UGM. 25 Nop. 1978. Yogyakarta, 33 hal
  • 9. KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makah ini dengan baik yang berjudul “ Pengendalian Gulma Secara Hayati”. Penyusunan makalah ini juga tidak lepas dari dukungan teman-teman serta dosen kami. Sehingga makalah ini terselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karna itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Raha, November 2014
  • 10. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR................................................................................. DAFTAR ISI............................................................................................... BAB I : PENDAHULUAN....................................................................... A. Latar Belakang................................................................................. B. Rumusan Masalah............................................................................ BAB II : PEMBAHASAN........................................................................... A. Pengendalian gulma secara hayati............................................... B. Pengendalian secara alami dan hayati......................................... C. Musuh- Musuh alami gulma.......................................................... BAB III : PENUTUP................................................................................... A. Kesimpulan........................................................................................... B. Saran..................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA