SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Gulma merupakan tanaman pengganggu yang dapat merugikan bagi
pertumbuhan dan hasil tanaman dan lingkungan perairan serta aspek lainnya.
Beberapa sifat umum dari gulma adalah mempunyai kemampuan
menyesuaikan diri (adaptasi) yang kuat dan mempunyai daya persaingan yang
tinggi. Gulma merupakan tanaman pengganggu bagi para petani maka
diperlukan usaha untuk mengendalikannya. pengendalian gulma (control) harus
dibedakan dengan pemberantasan (eradication). Pengendalian gulma (weed
control) dapat didefinisikan sebagai proses membatasi infestasi gulma
sedemikian rupa sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif dan
efisien.
Dalam pengendalian gulma tidak ada keharusan untuk membunuh
seluruh gulma, melainkan cukup menekan pertumbuhan dan atau mengurangi
populasinya sampai pada tingkat dimana penurunan produksi yang terjadi tidak
berarti atau keuntungan yang diperoleh dari penekanan gulma sedapat mungkin
seimbang dengan usaha ataupun biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain
pengendalian bertujuan hanya menekan populasi gulma sampai tingkat
populasi yang tidak merugikan secara ekonomik atau tidak melampaui ambang
ekonomik (economic threshold), sehingga sama sekali tidak bertujuan menekan
populasi gulma sampai nol.
Sedangkan pemberantasan merupakan usaha mematikan seluruh
gulma yang ada baik yang sedang tumbuh maupun alat-alat reproduksinya,
sehingga populasi gulma sedapat mungkin ditekan sampai nol. Pemberantasan
gulma mungkin baik bila dilakukan pada areal yang sempit dan tidak miring,
sebab pada areal yang luas cara ini merupakan sesuatu yang mahal dan pada
tanah miring kemungkinan besar menimbulkan erosi. Eradikasi pada umumnya
hanya dilakukan terhadap gulma-gulma yang sangat merugikan dan pada
tempat-tempat tertentu.
Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha meningkatkan
daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan
tanaman pokok harus menjadi sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu
mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu
bersamaan dengan tanaman pokok.
Pelaksanaan pengendalian gulma hendaknya didasari dengan
pengetahuan yang cukup mengenai gulma yang bersangkutan. Apakah gulma
tersebut bersiklus hidup annual, biennial ataupun perennial, bagaimana
berkembang biaknya, bagaimana sistem penyebarannya, bagaimana dapat
beradaptasi dengan lingkungan dan dimana saja distribusinya, bagaimana
bereaksi terhadap perubahan lingkungan dan bagaimana tanggapannya
terhadap perlakuan-perlakuan tertentu termasuk penggunaan zat–zat kimia
berupa herbisida.
Pengendalian gulma harus memperhatikan teknik pelaksanannya di
lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis) dan
kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara mengendalikan gulma secara hayati?
b. Apa kelebihan dan kekurangan cara pengendalian gulma secara hayati?
3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah mengetahui cara pengendalian gulma
secara hayati.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengendalian gulma secara hayati
Gulma menimbulkan kerugian-kerugian karena mengadakan persaingan
dengan tanaman pokok, mengotori kualitas produksi pertanian, menimbulkan
allelopathy, mengganggu kelancaran pekerjaan para petani, sebagai perantara atau
sumber hama dan penyakit, mengganggu kesehatan manusia, menaikkan ongkos-
ongkos usaha pertanian dan menurunkan produktivitas air.
Pengendalian hayati (biological control) adalah penggunaan biota untuk
melawan biota. Pengendalian hayati dalam arti luas mencakup setiap usaha
pengendalian organisme pengganggu dengan tindakan yang didasarkan ilmu hayat
(biologi). Berdasarkan hal ini maka penggunaan Legum Cover Crops (LCC)
kadang-kadang juga dimasukkan sebagai pengendalian hayati. Pengendalian
hayati adalah suatu taktik yang penting diantara taktik-taktik pengendalian yang
lain.
Pengendalian hayati pada gulma adalah suatu cara pengendalian dengan
menggunakan musuh-musuh alami baik hama (insekta), penyakit (patogen), jamur
dan sebagainya guna menekan pertumbuhan gulma. Hal ini biasa ditujukan
terhadap suatu species gulma asing yang telah menyebar secara luas di suatu
daerah. Pemberantasan gulma secara total bukanlah tujuan pengendalian hayati
karena dapat memusnahkan agen-agen hayati yang lain.
1. Pengendalian Alami dan Hayati
Berdasarkan campur tangan yang terjadi maka dibedakan antara
pengendalian alami dan pengendalian hayati. Perbedaan utama terletak pada
ada atau tidaknya campur tangan manusia dalam ekosistem. Dalam
pengendalian alami disamping musuh alami sebagai pengendali hayati masih
ada iklim dan habitat sebagai faktor pengendali non hayati. Sedang pada
pengendalian hayati ada campur tangan manusia yang mengelola gulma
dengan memanipulasi musuh alaminya.
Pengendalian hayati merupakan metode yang paling layak dan
sekaligus paling sulit dipraktekkan karena memerlukan derajat ketelitian tinggi
dan serangkaian test dalam jangka waktu panjang (bertahun-tahun) sebelum
suatu organ pengendali hayati dilepas untuk pengendalian suatu species gulma.
Dasar pengendalian hayati adalah kenyataan bahwa di alam ada musuh-musuh
alami yang mampu menekan beberapa species gulma.
2. Musuh–musuh Alami Gulma
Ada beberapa syarat utama yang dibutuhkan agar suatu makhluk dapat
digunakan sebagai pengendali alami :
a. Makhluk tersebut tidak merusak tanaman budidaya atau jenis tanaman
pertanian lainnya, meskipun tanaman inangnya tidak ada.
b. Siklus hidupnya menyerupai tumbuhan inangnya, misalnya populasi
makhluk ini akan meningkat jika populasi gulmanya juga meningkat.
c. Harus mampu mematikan gulma atau paling tidak mencegah gulma
membentuk biji/berkembang biak.
d. Mampu berkembang biak dan menyebar ke daerah-daerah lain yang
ditumbuhi inangnya.
e. Mempunyai adaptasi baik terhadap gulma inang dan lingkungan yang
ditumbuhinya.
Pengendalian hayati gulma telah dilakukan di masa pra-kemerdekaan
yaitu di lembah Palu, Sulawesi Tengah terhadap gulta eksotik yaitu kaktus
Opuntia spp. Agen hayati yang digunakan adalah kutu putih Dactylopius
opuntiae yang diimpor dari Australia (1934) dan dibiakkan secara masal di
Bogor. Pada tahun 1935 kutu putih tersebut dilepas di padang penggembalaan
yang terinvestasi berat oleh kaktus tersebut. Dalam waktu 4 tahun kaktus
tersebut hanya dijumpai secara sporadik di tepi hutan saja sehingga program ini
dinilai berhasil secara sempurna. Program yang sama kemudian dilakukan di
Lombok Timur pada tahun 1940 dengan tingkat keberhasilan yang sama.
Kalshoven (1981 cit Sosromarsono, 2006).
Walaupun tidak ada laporan resmi mengenai kasus yang nyaris
berakibat fatal, dalam tahun 1939, sejenis kepik renda asli Amerika Selatan
(Telenomaena scrupulosa) diimpor dari Australia dengan tujuan untuk
mengendalikan Lantana camara. Pada waktu itu muncul pendapat yang
memperkirakan bahwa kepik itu mungkin akan menjadi hama pohon jati
kemudian kepik tersebut tidak dibiakkan dan dimusnahkan. Rupanya, sejumlah
kepik renda itu berhasil menyelinap keluar dari tempat pembiakkan dan dapat
bertahan hidup dan berkembang biak pada Lantana camara yang tumbuh
bersama-sama dengan tumbuhan liar lainnya. Pada dasawarsa berikutnya kepik
renda itu memencar di seluruh daerah Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi.
Pada tahun 1945 kepik itu dilepas dengan sengaja di Pulau Timor
untuk pengendalian Lantana camara di padang penggembalaan tetapi hasilnya
negatif sehingga sampai saat ini peran kepik tersebut sebagai agen
pengendalian hayati gulma kkurang mendapatkan perhatian.
Ada 3 hal penting yang harus diperhatikan dalam pengendalian hayati
di Indonesia. Pertama, Indonesia adalah negara kepulauan yang luas terdiri dari
ribuan pulau yang mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi khususnya
dalam fauna musuh alami yang mempunyai potensi untuk dapat dimanfaatkan
sebagai pengendalian hayati OPT pertanian. Kedua, pengendalian hayati klasik
terutama terhadap gulma eksotik yang menggunakan herbivor eksotik harus
direncanakan dan dilaksanakan secara berhati-hati dan cermat. Kekhususan
inang agen yang digunakan adalah faktor yang tidak dapat dikompromikan.
Ketiga, pengendalian alami oleh musuh alami asli setempat harus dimanfaatkan
semaksimal mungkin yang dapat dikombinasikan dengan taktik pengendalian
dalam sistem PHT.
Di masa kemerdekaan pengendalian hayati gulma mulai mendapat
perhatian lagi sejak pertengahan 70-an dengan meningkatnya perhatian untuk
mengendalikan gulma di perairan misalnya, eceng gondok.
Mangoendihardjo et al (1977) merupakan pioner dalam inventarisasi
serangga herbivor dan jamur yang berasosiasi dengan gulma air yaitu eceng
gondok (Salvinia molesta), Pistia striatalis, Alternanthera philoxeroides,
Ludwigia spp, Scripus grossus. Sebagian besar serangga yang ditemukan
adalah herbivor umum dan sebagian lagi adalah hama tanaman budidaya.
Agen hayati eksotik juga telah dicoba untuk mengendalikan gulma
eksotik di Indonesia.Pada tahun 1970-an sejenis kumbang moncong penggerek
eceng gondok Neochetina eichhorniae di impor dari Florida dan di teliti
sebagai calon agen hayati pengendali eceng gondok. Pada tahun 1979,
kumbang moncong tersebut dilepaskan di Rawa Pening, Jawa Tengah dan
dilaporkan dapat mapan serta memencar secara alami di daerah lain di Jawa
Tengah.
Meskipun kumbang tersebut dapat mapan tetapi tidak dapat
mengendalikan eceng gondok secara efektif. Hal ini diduga salah satu faktor
penyebabnya terutama di sungai dan danau ialah adanya kehanyutan koloni
eceng gondok di musim hujan karena aliran air yang deras. Karena faktor
itulah populasi kumbang turun drastis dan lambat pulih sedang populasi eceng
gondok pulih secara cepat.
Pengendalian hayati gulma yang paling belakangan ialah
pengendalian Mimosa diplotricha dengan kutu loncat eksotik asal Brazil,
Heteropsylla spinulosa yang diimpor dari Australia oleh Biotrop. Pelepasan
pertama dilakukan di Sukabumi dan Bogor tahun 2003, dilaporkan bahwa kutu
loncat tersebut dapat mapan di semua tempat pelepasan namun populasinya
rendah. Salah satu sebabnya diduga bahwa terdapat parasitoid yang menyerang
kutu tersebut.
Kelebihan menggunakan cara pengendalian gulma secara hayati
adalah aman bagi lingkungan sekitar, bersifat permanen, dan perlakuan pada
tanaman mudah. Kerugian menggunakan cara pengendalian gulma secara
hayati yaitu memerlukan modal investasi yang besar.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari cara pengendalian gulma
tanaman sebagai berikut:
a. Gulma merupakan tumbuhan yang mengganggu proses pertumbuhan
tanaman yang dikembangkan.
b. Pengendalian hayati merupakan salah satu cara pengendalian gulma
tanaman.
c. Pengendalian mempunyai keunggulan yaitu bersifat aman bagi
lingkungan dan hasilnya permanen
d. Pengendalian gulma juga memiliki kekurangan yaitu memerlukan modal
investasi yang besar
e. Penegendalian gulma yang tepat dapat menambah jumlah produksi suatu
tanaman.
2. Saran
Saran yang dapat diambil dari cara pengendalian gulma adalah:
a. Penegendalian gulma harus dilaksanakan seefisien mungkin untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Alfi. 2013. Penegendalian gulma. Pertanian-pengendaian-gulma.html. Diakses
pada tanggal 9 desember 2013
Ronoprawiro, S. 1992. Gulma Sebagai Lawan dan Kawan Dalam Kehidupan
Manusia. Pidato Pengukuhan Jabatan Gurubesar dalam Ilmu
Pertanaian pada Fakultas Pertanian UGM. 13 Februari 1992.
Yogyakarta. 23 hal.
Soerjani, M., S. Tjitrosemito, dan Kasno. 1979. Pengendalian Terpadu Sebagai
Usaha Pengendalian Penyakit Tanaman Dalam Hubungannya Dengan
Masalah Gulma. Makalah Prasaran undangan (invited lecture) pada
Konggres Nasional ke-5, Perhimpunan Fitopatologi Indonesia di
Malang 18-20 Januari 1979. 19 hal.
Sosromarsono, S. 2006. Pengendalian Hayati Organisme Pengganggu Tanaman di
Indonesia: Pengalaman Enam Dasawarsa terakhir. Dalam
Soemadihardjo, S. dan S.D. Sastrapradja (Penyunting): Enam
Dasawarsa Ilmu dan Ilmuwan di Indonesia, Naturindo, Bogor. Hal
155-184.
Triharso, 1978. Beberapa gatra pengendalian penyakit tanaman dan kemungkinan
penerapannya di Indonesia. Pidato pengukuhan sebagai Gurubesar
dalam Ilmu Penyakit Tumbuhan pada Fakultas Pertanian UGM. 25
Nop. 1978. Yogyakarta, 33 hal
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makah ini dengan baik yang berjudul “ Pengendalian Gulma Secara Hayati”.
Penyusunan makalah ini juga tidak lepas dari dukungan teman-teman serta
dosen kami. Sehingga makalah ini terselesaikan dengan tepat waktu.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karna itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Raha, November 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
BAB II : PEMBAHASAN...........................................................................
A. Pengendalian gulma secara hayati...............................................
B. Pengendalian secara alami dan hayati.........................................
C. Musuh- Musuh alami gulma..........................................................
BAB III : PENUTUP...................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
Makalah perlintan gulma_arin-1

More Related Content

What's hot

Makalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventifMakalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventifSeptian Muna Barakati
 
Proposal PL adjie
Proposal PL adjieProposal PL adjie
Proposal PL adjieArta Adjie
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygzahrahoca
 
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitLaporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitfahmiganteng
 
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)Irt Elims
 
Tgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisidaTgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisidarizky hadi
 

What's hot (12)

Makalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventifMakalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventif
 
Proposal PL adjie
Proposal PL adjieProposal PL adjie
Proposal PL adjie
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitLaporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
 
Arti penting gulma
Arti penting gulmaArti penting gulma
Arti penting gulma
 
Pengendalian hama
Pengendalian hamaPengendalian hama
Pengendalian hama
 
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
 
Pencemaran tanah&pestisida
Pencemaran tanah&pestisidaPencemaran tanah&pestisida
Pencemaran tanah&pestisida
 
Pengendalian gulma
Pengendalian gulmaPengendalian gulma
Pengendalian gulma
 
Tgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisidaTgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisida
 
12phtpadisawah
12phtpadisawah12phtpadisawah
12phtpadisawah
 

Viewers also liked

Acte Sergi García
Acte Sergi GarcíaActe Sergi García
Acte Sergi Garcíaceipelspins
 
A casa mal assobrada por point
A casa mal assobrada por pointA casa mal assobrada por point
A casa mal assobrada por pointmarciammf
 
Presentació drets-dautoria-i-protecció-de-dades-1
Presentació drets-dautoria-i-protecció-de-dades-1Presentació drets-dautoria-i-protecció-de-dades-1
Presentació drets-dautoria-i-protecció-de-dades-1aliciaaguilarsanz
 
M L Final Presentation
M L Final PresentationM L Final Presentation
M L Final Presentationcep195
 
Nochesalvaje[1]...
Nochesalvaje[1]...Nochesalvaje[1]...
Nochesalvaje[1]...goli600
 
Kitchen utensils
Kitchen utensilsKitchen utensils
Kitchen utensilschefnuar
 
Esportius salo2012
Esportius salo2012Esportius salo2012
Esportius salo2012Escola
 
Hcd 130307074842-phpapp01
Hcd 130307074842-phpapp01Hcd 130307074842-phpapp01
Hcd 130307074842-phpapp01ditl
 
Five themes of geography
Five themes of geographyFive themes of geography
Five themes of geographyDarron Arlt
 
Revista escolar
Revista escolarRevista escolar
Revista escolarNuriaTIC
 
Copia de presentacio_enllestida
Copia de presentacio_enllestidaCopia de presentacio_enllestida
Copia de presentacio_enllestidaiviba
 
Proyecto De Aula
Proyecto De AulaProyecto De Aula
Proyecto De AulaMariela
 

Viewers also liked (20)

Acte Sergi García
Acte Sergi GarcíaActe Sergi García
Acte Sergi García
 
Mamiferrs
MamiferrsMamiferrs
Mamiferrs
 
A casa mal assobrada por point
A casa mal assobrada por pointA casa mal assobrada por point
A casa mal assobrada por point
 
Presentació drets-dautoria-i-protecció-de-dades-1
Presentació drets-dautoria-i-protecció-de-dades-1Presentació drets-dautoria-i-protecció-de-dades-1
Presentació drets-dautoria-i-protecció-de-dades-1
 
Planificación academica
Planificación academicaPlanificación academica
Planificación academica
 
M L Final Presentation
M L Final PresentationM L Final Presentation
M L Final Presentation
 
Projecte del pati
Projecte del patiProjecte del pati
Projecte del pati
 
Jurnal hanto
Jurnal hantoJurnal hanto
Jurnal hanto
 
Nochesalvaje[1]...
Nochesalvaje[1]...Nochesalvaje[1]...
Nochesalvaje[1]...
 
Bq
BqBq
Bq
 
Kitchen utensils
Kitchen utensilsKitchen utensils
Kitchen utensils
 
Esportius salo2012
Esportius salo2012Esportius salo2012
Esportius salo2012
 
Prova optativa 1 Gimcana Solidària de l'Estiu 2013
Prova optativa 1 Gimcana Solidària de l'Estiu 2013Prova optativa 1 Gimcana Solidària de l'Estiu 2013
Prova optativa 1 Gimcana Solidària de l'Estiu 2013
 
Hcd 130307074842-phpapp01
Hcd 130307074842-phpapp01Hcd 130307074842-phpapp01
Hcd 130307074842-phpapp01
 
Convocatassemextr2[1]
Convocatassemextr2[1]Convocatassemextr2[1]
Convocatassemextr2[1]
 
Five themes of geography
Five themes of geographyFive themes of geography
Five themes of geography
 
Revista escolar
Revista escolarRevista escolar
Revista escolar
 
Copia de presentacio_enllestida
Copia de presentacio_enllestidaCopia de presentacio_enllestida
Copia de presentacio_enllestida
 
Proyecto De Aula
Proyecto De AulaProyecto De Aula
Proyecto De Aula
 
Cuento grupal
Cuento grupalCuento grupal
Cuento grupal
 

Similar to Makalah perlintan gulma_arin-1

Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaSeptian Muna Barakati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiWarnet Raha
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiWarnet Raha
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumuloanisasptiany
 
Makalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventifMakalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventifWarnet Raha
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIsumitrojait
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAlfian Nopara Saifudin
 
Pengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewanPengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewanAde Maiditasari
 
Presentation hama
Presentation hamaPresentation hama
Presentation hamaAnggin N U
 
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanIr. Zakaria, M.M
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatiixie_yeuw_jack
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat dihtedikaputra
 
Mata Kuliah 8: Dasar-Dasar Agronomi.pptx
Mata Kuliah 8: Dasar-Dasar Agronomi.pptxMata Kuliah 8: Dasar-Dasar Agronomi.pptx
Mata Kuliah 8: Dasar-Dasar Agronomi.pptxENTRYLEVEL
 

Similar to Makalah perlintan gulma_arin-1 (20)

Makalah perlintan gulma_arin-1
Makalah perlintan gulma_arin-1Makalah perlintan gulma_arin-1
Makalah perlintan gulma_arin-1
 
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Pengendalian gulma
Pengendalian gulmaPengendalian gulma
Pengendalian gulma
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
 
Makalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventifMakalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventif
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATI
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat diht
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
 
Pengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewanPengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewan
 
Pengendalian hayati
Pengendalian hayatiPengendalian hayati
Pengendalian hayati
 
Presentation hama
Presentation hamaPresentation hama
Presentation hama
 
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii
 
Ekologi Fauna Tanah.pptx
Ekologi Fauna Tanah.pptxEkologi Fauna Tanah.pptx
Ekologi Fauna Tanah.pptx
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat diht
 
Mata Kuliah 8: Dasar-Dasar Agronomi.pptx
Mata Kuliah 8: Dasar-Dasar Agronomi.pptxMata Kuliah 8: Dasar-Dasar Agronomi.pptx
Mata Kuliah 8: Dasar-Dasar Agronomi.pptx
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Recently uploaded

Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdfAnonymous6yIobha8QY
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfArvinThamsir1
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfihsan386426
 

Recently uploaded (8)

Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
 

Makalah perlintan gulma_arin-1

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Gulma merupakan tanaman pengganggu yang dapat merugikan bagi pertumbuhan dan hasil tanaman dan lingkungan perairan serta aspek lainnya. Beberapa sifat umum dari gulma adalah mempunyai kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi) yang kuat dan mempunyai daya persaingan yang tinggi. Gulma merupakan tanaman pengganggu bagi para petani maka diperlukan usaha untuk mengendalikannya. pengendalian gulma (control) harus dibedakan dengan pemberantasan (eradication). Pengendalian gulma (weed control) dapat didefinisikan sebagai proses membatasi infestasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif dan efisien. Dalam pengendalian gulma tidak ada keharusan untuk membunuh seluruh gulma, melainkan cukup menekan pertumbuhan dan atau mengurangi populasinya sampai pada tingkat dimana penurunan produksi yang terjadi tidak berarti atau keuntungan yang diperoleh dari penekanan gulma sedapat mungkin seimbang dengan usaha ataupun biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain pengendalian bertujuan hanya menekan populasi gulma sampai tingkat populasi yang tidak merugikan secara ekonomik atau tidak melampaui ambang ekonomik (economic threshold), sehingga sama sekali tidak bertujuan menekan populasi gulma sampai nol. Sedangkan pemberantasan merupakan usaha mematikan seluruh gulma yang ada baik yang sedang tumbuh maupun alat-alat reproduksinya, sehingga populasi gulma sedapat mungkin ditekan sampai nol. Pemberantasan gulma mungkin baik bila dilakukan pada areal yang sempit dan tidak miring, sebab pada areal yang luas cara ini merupakan sesuatu yang mahal dan pada tanah miring kemungkinan besar menimbulkan erosi. Eradikasi pada umumnya hanya dilakukan terhadap gulma-gulma yang sangat merugikan dan pada tempat-tempat tertentu.
  • 2. Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman pokok harus menjadi sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman pokok. Pelaksanaan pengendalian gulma hendaknya didasari dengan pengetahuan yang cukup mengenai gulma yang bersangkutan. Apakah gulma tersebut bersiklus hidup annual, biennial ataupun perennial, bagaimana berkembang biaknya, bagaimana sistem penyebarannya, bagaimana dapat beradaptasi dengan lingkungan dan dimana saja distribusinya, bagaimana bereaksi terhadap perubahan lingkungan dan bagaimana tanggapannya terhadap perlakuan-perlakuan tertentu termasuk penggunaan zat–zat kimia berupa herbisida. Pengendalian gulma harus memperhatikan teknik pelaksanannya di lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis) dan kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya. 2. Rumusan Masalah a. Bagaimana cara mengendalikan gulma secara hayati? b. Apa kelebihan dan kekurangan cara pengendalian gulma secara hayati? 3. Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah mengetahui cara pengendalian gulma secara hayati.
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Pengendalian gulma secara hayati Gulma menimbulkan kerugian-kerugian karena mengadakan persaingan dengan tanaman pokok, mengotori kualitas produksi pertanian, menimbulkan allelopathy, mengganggu kelancaran pekerjaan para petani, sebagai perantara atau sumber hama dan penyakit, mengganggu kesehatan manusia, menaikkan ongkos- ongkos usaha pertanian dan menurunkan produktivitas air. Pengendalian hayati (biological control) adalah penggunaan biota untuk melawan biota. Pengendalian hayati dalam arti luas mencakup setiap usaha pengendalian organisme pengganggu dengan tindakan yang didasarkan ilmu hayat (biologi). Berdasarkan hal ini maka penggunaan Legum Cover Crops (LCC) kadang-kadang juga dimasukkan sebagai pengendalian hayati. Pengendalian hayati adalah suatu taktik yang penting diantara taktik-taktik pengendalian yang lain. Pengendalian hayati pada gulma adalah suatu cara pengendalian dengan menggunakan musuh-musuh alami baik hama (insekta), penyakit (patogen), jamur dan sebagainya guna menekan pertumbuhan gulma. Hal ini biasa ditujukan terhadap suatu species gulma asing yang telah menyebar secara luas di suatu daerah. Pemberantasan gulma secara total bukanlah tujuan pengendalian hayati karena dapat memusnahkan agen-agen hayati yang lain. 1. Pengendalian Alami dan Hayati Berdasarkan campur tangan yang terjadi maka dibedakan antara pengendalian alami dan pengendalian hayati. Perbedaan utama terletak pada ada atau tidaknya campur tangan manusia dalam ekosistem. Dalam pengendalian alami disamping musuh alami sebagai pengendali hayati masih ada iklim dan habitat sebagai faktor pengendali non hayati. Sedang pada pengendalian hayati ada campur tangan manusia yang mengelola gulma dengan memanipulasi musuh alaminya. Pengendalian hayati merupakan metode yang paling layak dan sekaligus paling sulit dipraktekkan karena memerlukan derajat ketelitian tinggi
  • 4. dan serangkaian test dalam jangka waktu panjang (bertahun-tahun) sebelum suatu organ pengendali hayati dilepas untuk pengendalian suatu species gulma. Dasar pengendalian hayati adalah kenyataan bahwa di alam ada musuh-musuh alami yang mampu menekan beberapa species gulma. 2. Musuh–musuh Alami Gulma Ada beberapa syarat utama yang dibutuhkan agar suatu makhluk dapat digunakan sebagai pengendali alami : a. Makhluk tersebut tidak merusak tanaman budidaya atau jenis tanaman pertanian lainnya, meskipun tanaman inangnya tidak ada. b. Siklus hidupnya menyerupai tumbuhan inangnya, misalnya populasi makhluk ini akan meningkat jika populasi gulmanya juga meningkat. c. Harus mampu mematikan gulma atau paling tidak mencegah gulma membentuk biji/berkembang biak. d. Mampu berkembang biak dan menyebar ke daerah-daerah lain yang ditumbuhi inangnya. e. Mempunyai adaptasi baik terhadap gulma inang dan lingkungan yang ditumbuhinya. Pengendalian hayati gulma telah dilakukan di masa pra-kemerdekaan yaitu di lembah Palu, Sulawesi Tengah terhadap gulta eksotik yaitu kaktus Opuntia spp. Agen hayati yang digunakan adalah kutu putih Dactylopius opuntiae yang diimpor dari Australia (1934) dan dibiakkan secara masal di Bogor. Pada tahun 1935 kutu putih tersebut dilepas di padang penggembalaan yang terinvestasi berat oleh kaktus tersebut. Dalam waktu 4 tahun kaktus tersebut hanya dijumpai secara sporadik di tepi hutan saja sehingga program ini dinilai berhasil secara sempurna. Program yang sama kemudian dilakukan di Lombok Timur pada tahun 1940 dengan tingkat keberhasilan yang sama. Kalshoven (1981 cit Sosromarsono, 2006). Walaupun tidak ada laporan resmi mengenai kasus yang nyaris berakibat fatal, dalam tahun 1939, sejenis kepik renda asli Amerika Selatan (Telenomaena scrupulosa) diimpor dari Australia dengan tujuan untuk mengendalikan Lantana camara. Pada waktu itu muncul pendapat yang
  • 5. memperkirakan bahwa kepik itu mungkin akan menjadi hama pohon jati kemudian kepik tersebut tidak dibiakkan dan dimusnahkan. Rupanya, sejumlah kepik renda itu berhasil menyelinap keluar dari tempat pembiakkan dan dapat bertahan hidup dan berkembang biak pada Lantana camara yang tumbuh bersama-sama dengan tumbuhan liar lainnya. Pada dasawarsa berikutnya kepik renda itu memencar di seluruh daerah Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Pada tahun 1945 kepik itu dilepas dengan sengaja di Pulau Timor untuk pengendalian Lantana camara di padang penggembalaan tetapi hasilnya negatif sehingga sampai saat ini peran kepik tersebut sebagai agen pengendalian hayati gulma kkurang mendapatkan perhatian. Ada 3 hal penting yang harus diperhatikan dalam pengendalian hayati di Indonesia. Pertama, Indonesia adalah negara kepulauan yang luas terdiri dari ribuan pulau yang mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi khususnya dalam fauna musuh alami yang mempunyai potensi untuk dapat dimanfaatkan sebagai pengendalian hayati OPT pertanian. Kedua, pengendalian hayati klasik terutama terhadap gulma eksotik yang menggunakan herbivor eksotik harus direncanakan dan dilaksanakan secara berhati-hati dan cermat. Kekhususan inang agen yang digunakan adalah faktor yang tidak dapat dikompromikan. Ketiga, pengendalian alami oleh musuh alami asli setempat harus dimanfaatkan semaksimal mungkin yang dapat dikombinasikan dengan taktik pengendalian dalam sistem PHT. Di masa kemerdekaan pengendalian hayati gulma mulai mendapat perhatian lagi sejak pertengahan 70-an dengan meningkatnya perhatian untuk mengendalikan gulma di perairan misalnya, eceng gondok. Mangoendihardjo et al (1977) merupakan pioner dalam inventarisasi serangga herbivor dan jamur yang berasosiasi dengan gulma air yaitu eceng gondok (Salvinia molesta), Pistia striatalis, Alternanthera philoxeroides, Ludwigia spp, Scripus grossus. Sebagian besar serangga yang ditemukan adalah herbivor umum dan sebagian lagi adalah hama tanaman budidaya. Agen hayati eksotik juga telah dicoba untuk mengendalikan gulma eksotik di Indonesia.Pada tahun 1970-an sejenis kumbang moncong penggerek
  • 6. eceng gondok Neochetina eichhorniae di impor dari Florida dan di teliti sebagai calon agen hayati pengendali eceng gondok. Pada tahun 1979, kumbang moncong tersebut dilepaskan di Rawa Pening, Jawa Tengah dan dilaporkan dapat mapan serta memencar secara alami di daerah lain di Jawa Tengah. Meskipun kumbang tersebut dapat mapan tetapi tidak dapat mengendalikan eceng gondok secara efektif. Hal ini diduga salah satu faktor penyebabnya terutama di sungai dan danau ialah adanya kehanyutan koloni eceng gondok di musim hujan karena aliran air yang deras. Karena faktor itulah populasi kumbang turun drastis dan lambat pulih sedang populasi eceng gondok pulih secara cepat. Pengendalian hayati gulma yang paling belakangan ialah pengendalian Mimosa diplotricha dengan kutu loncat eksotik asal Brazil, Heteropsylla spinulosa yang diimpor dari Australia oleh Biotrop. Pelepasan pertama dilakukan di Sukabumi dan Bogor tahun 2003, dilaporkan bahwa kutu loncat tersebut dapat mapan di semua tempat pelepasan namun populasinya rendah. Salah satu sebabnya diduga bahwa terdapat parasitoid yang menyerang kutu tersebut. Kelebihan menggunakan cara pengendalian gulma secara hayati adalah aman bagi lingkungan sekitar, bersifat permanen, dan perlakuan pada tanaman mudah. Kerugian menggunakan cara pengendalian gulma secara hayati yaitu memerlukan modal investasi yang besar.
  • 7. BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari cara pengendalian gulma tanaman sebagai berikut: a. Gulma merupakan tumbuhan yang mengganggu proses pertumbuhan tanaman yang dikembangkan. b. Pengendalian hayati merupakan salah satu cara pengendalian gulma tanaman. c. Pengendalian mempunyai keunggulan yaitu bersifat aman bagi lingkungan dan hasilnya permanen d. Pengendalian gulma juga memiliki kekurangan yaitu memerlukan modal investasi yang besar e. Penegendalian gulma yang tepat dapat menambah jumlah produksi suatu tanaman. 2. Saran Saran yang dapat diambil dari cara pengendalian gulma adalah: a. Penegendalian gulma harus dilaksanakan seefisien mungkin untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
  • 8. DAFTAR PUSTAKA Alfi. 2013. Penegendalian gulma. Pertanian-pengendaian-gulma.html. Diakses pada tanggal 9 desember 2013 Ronoprawiro, S. 1992. Gulma Sebagai Lawan dan Kawan Dalam Kehidupan Manusia. Pidato Pengukuhan Jabatan Gurubesar dalam Ilmu Pertanaian pada Fakultas Pertanian UGM. 13 Februari 1992. Yogyakarta. 23 hal. Soerjani, M., S. Tjitrosemito, dan Kasno. 1979. Pengendalian Terpadu Sebagai Usaha Pengendalian Penyakit Tanaman Dalam Hubungannya Dengan Masalah Gulma. Makalah Prasaran undangan (invited lecture) pada Konggres Nasional ke-5, Perhimpunan Fitopatologi Indonesia di Malang 18-20 Januari 1979. 19 hal. Sosromarsono, S. 2006. Pengendalian Hayati Organisme Pengganggu Tanaman di Indonesia: Pengalaman Enam Dasawarsa terakhir. Dalam Soemadihardjo, S. dan S.D. Sastrapradja (Penyunting): Enam Dasawarsa Ilmu dan Ilmuwan di Indonesia, Naturindo, Bogor. Hal 155-184. Triharso, 1978. Beberapa gatra pengendalian penyakit tanaman dan kemungkinan penerapannya di Indonesia. Pidato pengukuhan sebagai Gurubesar dalam Ilmu Penyakit Tumbuhan pada Fakultas Pertanian UGM. 25 Nop. 1978. Yogyakarta, 33 hal
  • 9. KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makah ini dengan baik yang berjudul “ Pengendalian Gulma Secara Hayati”. Penyusunan makalah ini juga tidak lepas dari dukungan teman-teman serta dosen kami. Sehingga makalah ini terselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karna itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Raha, November 2014
  • 10. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR................................................................................. DAFTAR ISI............................................................................................... BAB I : PENDAHULUAN....................................................................... A. Latar Belakang................................................................................. B. Rumusan Masalah............................................................................ BAB II : PEMBAHASAN........................................................................... A. Pengendalian gulma secara hayati............................................... B. Pengendalian secara alami dan hayati......................................... C. Musuh- Musuh alami gulma.......................................................... BAB III : PENUTUP................................................................................... A. Kesimpulan........................................................................................... B. Saran..................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA