PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
Makalah Informatif
1. MAKALAH INFORMATIF
INFORMASI SEPUTARAN GIRO BERDASARKAN
BANK INDONESIA
(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah presentation and negosiation skill)
Disusun Oleh:
Ade Fitriani
Nim.66120076
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERBANKAN
FAKULTAS EKONOMI
BANDUNG
2015
2. KATA PENGATAR
Penulis panjatkan puji dan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan rahmat yang telah dilimpahkan-Nya. Khususnya dalam penulisan
makalah ini. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari
persyaratan-persyaratan guna memperoleh nilai pada Mata Kuliah Presentation
And Negosiation Skill pada Program Studi Manajemen Perbankan.
Penulis menyadari bahwa baik dalam pengungkapan, penyajian dan
pemilihan kata-kata maupun pembahasan materi makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis mengharapkan
saran, kritik dan segala bentuk pengarahan dari semua pihak untuk perbaikan
makalah ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada:
1. Bpk Iwan Sophian.S.Sos, selaku dosen Mata Kuliah Presentation And
Negosiation Skill yang telah membantu memberikan penjelasan serta perhatian
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Ibu dan keluarga yang telah banyak memberikan perhatian, masukan maupun
dukungan moriil dan materiil atas terselesaikannya makalah ini.
3. Para teman-teman manajemen perbankan yang telah banyak memberikan
kontribusi sampai terselesaikannya makalah ini.
Hanya doa yang dapat penulis panjatkan semoga Tuhan berkenan
membalas semua kebaikan Bapak, Ibu, Saudara dan teman-teman sekalian. Akhir
kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Bandung, November 2015
Ade Fitriani
3. DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................5
1.1. Latar Belakang .............................................................................................5
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................6
1.3. Maksud dan Tujuan......................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................7
2.1. Pengertian Giro ............................................................................................7
2.1.1. Jenis-Jenis Rekening Giro .......................................................................7
2.1.1.1. Rekening Giro Berdasarkan Kepemilikan ..........................................8
2.1.1.2. Berdasarkan Jenis Valuta....................................................................8
2.1.1.3. Berdasarkan Tipe Rekening/Kode ......................................................8
2.1.2. Media Pembayaran Pada Giro .................................................................9
2.1.3. Departemen Giro ...................................................................................11
2.1.4. Pembukaan Rekening Giro (Koran) .....................................................11
2.1.5. Transaksi Pada Rekening Koran............................................................14
2.1.5.1. Penyetoran Rekening Koran .............................................................14
2.1.5.2. Penarikan Rekening Koran ...............................................................16
2.1.6. Perhitungan Jasa Giro............................................................................17
2.1.6.1. Saldo Terendah..................................................................................17
2.1.6.2. Saldo Rata-rata..................................................................................18
2.1.7. Perhitungan Bunga Pinjaman Pada PRK...............................................18
2.1.8. Penutupan Rekening..............................................................................18
2.2. Daftar Hitam Nasional Penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong........19
2.2.1. Penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong Masuk DHN ...................20
2.2.2. Penerbitan Daftar Hitam Nasional.........................................................20
2.2.3. Implikasi Daftar Hitam Nasional...........................................................21
2.2.4. Efek Pembatalan Identitas Rekening Yang Masuk DHN......................24
4. BAB III PENUTUP ............................................................................................26
3.1. Kesimpulan ................................................................................................26
3.2. Saran...........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
5. BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada dasawarsa terakhir ini, terjadi perkembangan yang sangat pesat
dalam dunia ekonomi termasuk dunia perbankan, yang kemudian menjadi
ekonomi yang sangat global. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga
sangat berdampak luas, khususnya dalam bertransaksi guna memenuhi kebutuhan
akan barang dan jasa. Keadaan ini menyebabkan banyaknya transaksi dan
sekaligus interaksi yang dilakukan oleh masyarakat modern baik dengan cara
yang sudah diatur dengan hukum dan perundang-undangan, maupun yang belum
diatur oleh perangkat hukum di Indonesia.
Sebagai contoh, dengan hadirnya berbagai alat dan sarana pembayaran
yang memudahkan seseorang untuk bertransaksi tanpa harus membawa sejumlah
uang, bahkan dengan kemuajuan teknologi internet, seseorang dapat mengadakan
transaksi dengan rekan bisnis tanpa harus bertemu secara langsung, atau cukup
dengan perangkat elektronik saja. Sistem pembayaran yang dulu harus
menggunakan uang kartal, kini masyarakat modern dapat menggunakan uang giral
yang tentunya lebih mudah, praktis dan aman. Pembayaran dengan uang kartal ini
dapat disebut dengan pembayaran dengan surat berharga.
Surat berharga adalah surat yang diadakan oleh seseorang guna
melaksanakan sebuah prestasi yang merupakan pembayaran dengan harga uang,
namun diwakilkan dengan suatu surat berharga yang didalamnya terdapat perintah
kepada pihak ke tiga atau penyataan sanggup untuk membayarkan sejumlah uang
kepada pemegang surat tersebut seperti pembayaran dengan menggunakan bilyet
giro, cek, wesel, LC dan lain sebagainya.
Bilyet giro sendiri adalah surat perintah dari nasabah kepada bank
penyimpan dana untuk memindahkan sejumlah dana dari rekening yang
bersangkutan kepada rekening-rekening pemegang yang disebut dengan bilyet
giro. Bilyet giro tidak diatur dalam KUHD, melaikan dalam SE BI No
28/332/UPG/1995.
6. 1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana cara membuat bilyet giro?
2. Bagaimana implikasi bagi pemilik bilyet giro jika identitasnya masuk daftar
hitam nasional?
1.3.Maksud dan Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka maksud dan tujuan makalah
ini dapat dirinci sebagai berikut:
1. Mengetahui lebih dalam lagi tentang inforamsi bilyet giro
2. Dapat mengetahui implikasi adanya daftar hitam nasional
7. BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Giro
Secara umum aplikasi giro relative lebih kompleks permasalahannya
ditinjau dari segi sistem bila dibandingkan dengan sistem aplikasi tabungan,
deposito, atau pinjaman sehingga perlu diberi batasan ruang lingkup materi sesuai
dengan tujuan praktikum. Ruang lingkup disusun sedemikian rupa agar
mempunyai dasar pengoperasian sistem aplikasi giro. Pada makalah aplikasi giro
ini, makalah ini lebih dititik beratkan pada permasalah penipuan pada transaksi
giro, penyelesaian dan daftar hitam nasional pada rekening giro.
Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006:97) Giro adalah
adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menerbitkan cek untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk pemindahbukuan,
sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya dapat digunakan sebagai alat
pembayaran.
Berdasarkan Pasal 1 ayat 7 UU no.7 tahun 1992. Giro adalah simpanan
yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran dan penarikannya dilakukan setiap
saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya
atau dengan cara pemindahbukuan. Yang dimaksud dengan sarana perintah
pembayaran lainnya adalah surat bukti penerimaan transfer, nota kredit dan nota
debet.
2.1.1. Jenis-jenis Rekening Giro
2.1.1.1.Rekening Giro Berdasarkan Kepemilikan
Rekening giro berdasarkan kepemilikan terdiri dari rekening pribadi atau
perorangan, rekening atas nama badan atau perusahaan, dan rekening atas nama
badan atau gabungan (Joint Account). Rekening perorangan adalah rekening yang
tercatat atas nama pribadi sesorang (1 orang) yang berhak mengeluarkan cek pada
rekening tersebut.
Rekening atas nama badan dan atau perusahaan adalah rekening yang
tercatat atas nama badan atau perusahaan tersebut, yaitu:
1. Perusahaan (PT, CV, BUMN, dll)
8. 2. Instansi pemerintah
3. Yayasan atau koperasi
4. Bentuk badan hokum lainnya.
Rekening gabungan (Joint Account) adalah rekening giro yang tercatat atas
nama beberapa orang atau beberapa badan yang mempunyai hak yang sama dan
bersama-sama dalam transaksi gironya.
2.1.1.2.Berdasarkan Jenis Valuta
Rekening giro berdasarkan jenis valuta yang digunakan terdiri dari giro
rupiah dan giro valas atau valuta asing, misalnya Dollar Amerika, Yen, dsb.
Perbedaan antara kedua jenis giro tersebut umumnya adalah tingkat suku bunga
atau jasa gironya.
2.1.1.3.Berdasarkan tipe rekening/kode
Klasifikasi tipe rekening giro ini didasarkan pada sifat transaksi atau
fasilitas yang diberikan dan kondisi neracanya pada Bank. Pembagian ini bisa
berubah-rubah tergantung pada factor-faktor tersebut. Jenis-jenis rekening giro
tersebut secara lengkap adalah sebagai berikut:
1. Giro Aktif
2. Pinjaman Rekening Koran/PRK
3. PRK Instant Kredit
4. Giro Bank
5. Giro Non Aktif
6. Cerukan
7. Kredit Usaha Kecil (KUK)
8. PRK Kewajiban Nasabah Lewat Waktu (KNLW)
9. PRK Instant KNLW
10. KUK KNLW
11. PRK KNLW Non-Accrual
12. Giro Blokir
13. PRK Instant KNLW Non-Accrual
14. KUK Instant KNLW Non-Accrual
9. 2.1.2. Media Pembayaran Pada Giro
Media pembayaran atau alat lalu lintas pembayaran giral adalah warkat-
warkat yang lazim digunakan sebagai alat penyetoran dan pengambilan atas
simpanan giro, serta sebagai alat penyetoran dan pengembalian kredit dalam
bentuk Rekening Koran. Media tersebut meliputi:
1. Cek
Adalah alat pembayaran sebagai perintah tak bersyarat untuk membayar
sejumlah uang tertentu (KUHD pasal 178).
Lebih jelasnya cek adalah suatu perintah pembayaran tidak bersyarat dari
penarik (nasabah) kepada bank untuk membayarkan sejumlah dana tertentu
kepada pembawa atau pihak yang identitasnya tercantum pada saat warkat
yang ditunjukkan atas beban rekening penarik. Contoh bentuk cek dan
informasi yang terkandung di dalamnya dapat dilihat pada gambar 1
BANK NO. HTS 126988
BANK ...
Tanggal .................................
Kepada ..................................
Untuk .....................................
Sisa Terakhir
Sisa Terakhir
Sisa Terakhir
Sisa Terakhir
Sisa Terakhir
Rp ..........
Rp ..........
Rp...........
Rp ..........
Rp ..........
CEK KANTOR PUSAT
BANK ....
No. HTS 12688
Bandung,
Bayarlah atas penyerahan Cek ini kepada: atau pembawa
Uang sejumlah rupiah
Rp.
Bea Materai
Lunas Tgl.:
04.01.99
TANDA TANGAN DAN CAP JANGAN MELEWATI GARIS INI Tanda tangan (dan cap perusahaan
“12688’302’”0017’:1003006376’”00
Gambar I.1. Cek (diolah)
10. Syarat formal berlakunya cek sehingga dapat diproses olah Bank sebagai
berikut:
a. Terdapat kata cek (cheque)
b. Nama bank tertarik
c. Penunjukan tempat pembayaran
d. Tanggal dan tempat penarikan cek
e. Tanda tangan penarik
2. Bilyet Giro
Bilyet Giro secara formal belum diatur di dalam KUHD. Tetapi Bilyet
Giro mempunyai definisi sebagai berikut:
Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah yang telah distandarisasi
bentuknya, kepada banyak penyimpan dana untuk memindah bukukan
sejumlah dama dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang
disebutkan namanya pada bank yang sama atau pada bank lainnya. Contoh
bentuk bilyet giro dan informasi-informasi yang terkandung didalamnya dapat
dilihat pada Gambar 2
11. No. ......................................
BILYET GIRO
BANK ...
Tanggal 22
Saldo B giro Rp.
Saldo Hari ini Rp.
Paraf/Sign
PERHATIAN
1. Guna mencegah hal-hal
yang merugikan Sdr. Maka
hendaknya mengisi BG ini
secara lengkap dan sejelas-
jelasnya. Risiko kerugian
yang mungkin timbul
sebagai akibat pengisian
BG yang tidak jelas
dan/atau tidak lengkap
menjadi tanggung jawab
Sdr. Dalam hal nama bank
penerima tidak
dicantumkan maka hal ini
diartikan bahwa Sdr.
Setuju dananya
dipindahkan ke Bank
mana saja atas nama si
penerima.
2. Penarik bilyet giro kosong
dapat dikenakan sanksi
administrasi antara lain
penutupan rekening giro
dan pencantuman yang
bersangkutan dalam daftar
hitam.
Diminta kepada Sdr. supaya pada tgl.
Memindah dana atas beban rekening kami
sejumlah
Rp.
Kepada rekening
Pada Bank
Dengan permintaan supaya bank ini
mengkreditkan rekening nasabah tersebut di
atas sejumlah
Rp
... BANK
BILYET GIRO
BANK ...
No. ..............................................
Jakarta, .......................................
Gambar I.2. bilyet giro (diolah)
2.1.3. Departemen Giro
Department Giro dalam suatu bank bertanggung jawab melakukan proses
administrasi dan pembukuan dari seluruh transaksi pendebetan maupun
pengkreditan rekening giro Koran atau Giro nasabah secara cepat, baik dan benar.
Giro secara periodic memberikan laporan “baki giro” kepada nasabah dan kepada
bagian lain untuk pengawasan intern. Yang dimaksudkan dengan baki giro adalah
laporan yang berupa catatan transaksi dari nasabah Giro yang setiap bulannya
harus diberikan kepada nasabah dan kepada bagian lain pada Bank untuk
pengawasan intern. Seksi Giro inipun bertanggung jawab untuk menyimpan dan
menyusun file yang menyangkut seluruh informasi tentang nasabah.
PERUM PERURI Tanda tangan (dan cap perusahaan
12. Setiap terjadi transaksi bagian ini akan melaksanakan pembuatan tiket
transaksi yang pada akhir hari akan melaksanakan rekapitulasi giro (membuat
daftar transaksi berdasarkan nomor kode transaksi) untuk dipindahkan kepadaa
jurnal kedalam buku besar (general ledger). Pada setiap akhir bulan rekening
Koran dicocokkan dengan General ledger. Rekening Koran dicetak sebanyak dua
lembar yaitu arsip bank dan nasabah berfungsi sebagai alat untuk penyesuaian
antara pembukaan transaksi giro yang dilaksanakan oleh bank dengan pembukaan
oleh nasabah.
Tugas lain seksi giro adalah pembukaan rekening Koran, penyetoran dana,
penarikan dana, penggantian nama dan/atau alamat nasabah dan sebagainya.
2.1.4. Pembukaan Rekening Giro (Koran)
Pembukaan rekening Koran adalah langkah pertama yang dilakukan
sebelum nasabah bisa melakukan transaksi melalui rekening Koran atau giro.
Langkah ini pada prinsipnya adalah membuat nomor rekening untuk nasabah
tersebut setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh nasabah pada pembukaan
rekening Koran tersebut, yaitu:
1. Identitas pemohon (KTP, SIM, PASPORT)
2. Dokumen lain berbentuk badan hokum (Akte Pendirian Perusahaan, NPWP,
SIUP, Referensi Bank Lain/jika ada).
3. Pengisian dan penandatanganan formulir pembukaan dan perjanjian rekening
Koran bermaterai.
4. Specimen tanda tangan.
5. Penyetoran awal dana rekening giro (Koran).
Informasi-informasi data nasabah tersebut sebelum diinput ke data base
computer oleh petugas Bank, terlebih dahulu harus dicatat pada formulir
pembukaan rekening Koran yang dilengkapi dengan perjanjian antara Bank
dengan nasabah. Contoh bentuk formulir tersebut dan informasi yang harus ada di
dalamnya dapat dilihat pada Gambar 1.3.
Bila semua persyaratan dalam pembukuan rekening Koran/giro telah
dipenuhi, nasabah dapat mengisi formulir permohonan pemilikan buku cek atau
13. bilyet giro yang dilakukan oleh nasabah atau orang yang berwenang mewakili
suatu badan hokum dengan persetujuan pembukaan rekening Koran dan contoh
tanda tangannya pada kartu specimen. Setelah itu nasabah dapat mengambil buku
cek/bilyet giro telah dihitung jumlah lembarnya dan dicatat nomor seri
perlembarnya disertai nomor rekening yang bersangkutan.
FORMULIR PEMBUKAAN REKENING
ACCOUNT OPENING FORM
CABANK/BRANCH:
NOMOR REKENING/ACCOUNT NUMBER: TANGGAL/DATE:
NAMA/NAME :
ALAMAT/ADDRESS:
TELEPHONE
[]
PT/NV
[]
FA/CV
[
]
UD/PD
[]
YAYASAN
[]
BADAN PEMERINTAH
LIMITED CO. PARTNERSHIP SOLE PROP UNICORPORATION GOVERNMENT REPR.
BIDANG USAHA
LINE OF BUSINESS
TGL. PENDIRIAN
DATE ESTABLISED
NOTARIS & NO. AKTE NOTARY
PUBLIC & DEED NUMBER
SUSUNAN DIREKSI/KOMISARIS/DIRECTORS/BOARD OF DIRECTORS
DIREKTUR/DIRECTORS KOMISARIS/BOARD OF DIRECTORS
REFERENSI
REFERENCES
:
TANDA TANGAN REFERENSI
REFERENCES SIGNATURE :
HUBUNGAN BANK LAINNYA/SEBELUMNYA
PREVIOUS/OTHER BANKERS :
SETORAN PERTAMA/FIRST DEPOSIT
INSTRUKSI KHUSUS/SPECIAL INSTRUCTIONS KAMI MENYATAKAN BAHWA KETERANGAN DI ATAS
ADALAH BENAR/I (WE) DECLARE THE ABOVE
INFORMATION CORRECT
...........................................................................................................
Tanda tangan pemohon/Signature of Applicant
HANYA UNTUK BANK/BANK USE ONLY
SERVICE ASSISTANT ACCOUNT OFFICER PEMIMPIN CABANG MANAGER
Gambar I.3. Formulir Pembukaan Rekening Giro (diolah)
14. 2.1.5. Transaksi Pada Rekening Koran
Setelah nasabah mempunyai nomor rekening Koran, langkah selanjutnya
adalah penyetoran dan penarikan nominal uang dan penggunaan dana tersebut
untuk selanjutnya. Proses penyetoran dan penarikan dana dari rekening Koran ini
disebut transaksi pada rekening Koran. Jumlah nominal untuk penyetoran ataupun
penarikan dana rekening tersebut ditetapkan sesuai dengan perjanjian dan sesuai
dengan jenis rekening korannya.
Pengertian transaksi terbagi menjadi dua kelompok, yaitu transaksi bagi
nasabah bank tersebut dan transaksi bagi non nasabah. Yang dimaksud dengan
transaksi non nasabah adalah transaksi kliring yang bukan nasabah Giro/PRK
(dapat berarti transaksi kliring untuk aplikasi lain misalnya aplikasi tabungan atau
deposito). Sedangkan transaksi nasabah menunjukkan transaksi tersebut dilakukan
pada rekening Koran.
Pengertian transaksi juga bisa dibedakan berdasarkan pihak yang
melakukan transaksi pada rekening Koran, yaitu transaksi yang dilakukan oleh
pihak Bank dan transaksi oleh nasabah. Transaksi oleh nasabah adalah penyetoran
dan penarikan tunai sedangkan transaksi oleh Bank contohnya adalah perhitungan
jasa giro dan pembebanan biaya administrasi.
2.1.5.1.Penyetoran Rekening Koran
Cara penyetoran dana pada rekening Koran, baik pada penyetoran awal
ataupun penyetoran pada periode berikutnya terdiri dari beberapa cara, yaitu:
1. Penyetoran tunai
2. Penyetoran pemindahbukuan
3. Transfer atau warkat kliring.
Penyetoran tunai berarti nasabah menyerahkan sejumlah nominal uang ke
bagian Cash and Teller untuk dimasukkan ke rekening Koran milik nasabah.
Penyetoran pemindahbukuan adalah memasukkan sejumlah nominal uang ke
dalam rekening Koran dari rekening lain milik nasabah, misalnya rekening
tabungan atau deposito pada Bank yang bersangkutan.
Jika penyetoran rekening Koran tersebut berasal nasabah lain yang berada
di bank lain maka jenis penyetoran ini disebut transfer atau warkat kliring. Media
yang digunakannya bisa berupa nota kredit atau cek atas nama bank lain tersebut.
15. Setiap jenis penyetoran tersebut harus dilengkapi dengan tiket kredit yang
merupakan bukti bahwa nasabah telah melakukan penyetoran. Contoh bentuk tiket
tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.4a dan 1.4b berikut:
BANK ...
Kantor :
Tanggal :
Nomor Cek Rp.
Jenis Setoran : [ ] Tunai [ ] Pemindah bukuan [ ] Kliring
Nama Rekening :
No. Rekening :
Terbilang :
[ ] Untuk diproses pada
hari kerja berikutnya
Nama dan tanda tangan penyetor
Gambar I.4a Slip Setoran Rekening Koran
BANK ...
Kantor :
Tanggal :
Nomor Cek Rp.
Jenis Setoran : [ ] Tunai [ ] Pemindah bukuan [ ] Kliring
Nama Rekening :
No. Rekening :
Terbilang :
[ ] Untuk diproses pada
hari kerja berikutnya
Nama dan tanda tangan penyetor
Gambar I.4b Slip Setoran Pinjaman Rekening Koran (diolah)
16. 2.1.5.2.Penarikan Rekening Koran
Proses penarikan rekening Koran dengan jumlah nominal tertentu bisa
dilakukan bila dana atau saldo efektifnya dalam rekening Koran tersebut telah
tersedia dalam rekening Koran.
Proses penarikan rekening Koran, sama seperti transaksi penyetoran terdiri
dari beberapa cara, yaitu:
1. Penarikan tunai,
2. Pemindahbukuan dan
3. Transfer atau warkat kliring.
Pemindahbukuan dilakukan untuk rekening yang ada pada satu kantor
bank atau dua kantor untuk bank yang sama (proses earmarking). Transaksi
earmarking perlu dikonfirmasi ke kantor cabang yang tertarik, biasanya dilakukan
melalui telepon. Pada earmarking tersebut, transaksi debet harus disetujui oleh
pihak yang berwenang dari cabang yang mempunyai rekening tersebut.
Pada transaksi penarikan tunai yang perlu diperhatikan adalah penarikan
dana rekening Koran dapat dilakukan setiap saat sepanjang saldo rekening
nasabah yang bersangkutan mencukupi. Proses penarikan juga harus dilengkapi
tiket debetnya sebagai bukti untuk nasabah dan petugas bank dalam proses
pembukuan transaksinya. Contoh bentuk tiket untuk penarikan rekening giro
dapat dilihat pada Gambar I.5
BANK ...
NOTA DEBET
No.Nota:
KODE TRANSAKSI Tanggal:
OFFSET Kepada Yth.
Hari ini telah kami Debet Rekening
Terbilang:
Gambar I.5 Penarikan Rekening Koran (diolah)
17. Penarikan dana rekening Koran yang mengakibat saldo menjadi negatif
(fasilitas overdraft) harus mendapatkan persetujuan dari Account Officer yang
bersangkutan sesuai dengan batas kewenangan dari pejabat yang lebih tinggi yang
ditulis pada refer item card1
dengan mencantumkan nama, nomor rekening,
tanggal penarikan, jumlah dalam angka dan huruf serta officer yang bersangkutan.
2.1.6. Perhitungan Jasa Giro
Salah satu pertimbangan nasabah membuka rekening Koran adalah
mengharapkan imbalan jasa dalam bentuk bunga atau jasa giro terdiri dari
perhitungan saldo terendah dan saldo rata-rata (rata-rata harian atau bulanan).
Tingkat suku bunga untuk menghitung jasa giro biasanya berlaku umum untuk
setiap nasabah yang membuka rekening Koran tetapi pada kondisi tertentu bank
memberikan tingkat suku bunga yang berbeda atau lebih tinggi untuk sekelompok
nasabah tertentu (prime customer). Factor pertimbangannya biasanya berdasarkan
jumlah nominal dananya yang relative sangat besar.
Sistem aplikasi giro yang akan dipakai ini menyediakan fasilitas
perhitungan jasa giro untuk semua cara diatas, yaitu saldo terendah dan saldo rata-
rata, serta tingkat suku bunga yang berbeda untuk prime customer.
2.1.6.1.Saldo Terendah
Perhitungan jasa giro berdasarkan saldo terendah adalah perhitungan
bunga pada satu rekening Koran selama satu bulan dengan jumlah bunganya
dihitung dengan mengalihkan tingkat suku bunga per bulan dengan saldo terendah
pada bulan tersebut. Rumus perhitungan jasa giro berdasarkan saldo terendah
adalah sebagai berikut:
Pada sistem aplikasi giro ini disediakan juga fasilitas perhitungan jasa giro
progresif yaitu jika saldo mencapai limit (batas) tertentu yang ditetapkan oleh
bank, disediakan bunga tambahan untuk perhitungan jasa giro. Persentase bunga
tambahan ini terdapat dalam tabel Pemeliaharaan persentase jasa giro pada menu
Head Teller.
1
refer item card adalah kartu yang menyatakan batas kewenangan seseorang
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
18. 2.1.6.2.Saldo Rata-rata
Perhitungan jasa giro berdasarkan saldo rata-rata dilakukan dengan
mengalihkan tingkat suku bunga dengan saldo rata-rata selama satu bulan. Jasa
giro berdasarkan saldo rata-rata adalah sebagai berikut:
2.1.7. Perhitungan Bunga Pinjaman Pada PRK
Perhitungan bunga pinjaman pada PRK yang dibebankan kepada nasabah
dilakukan dengan menggunakan saldo harian. Yang artinya bunga dihitung setiap
harinya dalam bulan tersebut. Karena
2.1.8. Penutupan Rekening
Pengertian penutupan rekening Koran ini terdiri dari dua macam yaitu
penutupan untuk sementara (blokir) dan penutupan selamanya. Secara umum,
penutupan rekening menunjukkan dua pengertian yang didasarkan pada factor
penyebabnya.
Pengertian pertama adalah penutupan atas kehendak nasabah sendiri
dengan pertimbangan tertentu, misalnya karena kehilangan buku cek atau bilyet
gironya sehingga dikhawatirkan disalahgunakan oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab.
Pengertian kedua mengandung aspek hukuman karena terjadinya
pelanggaran oleh nasabah. Pada kasus ini, pihak yang berinisiatif dalam
penutupan rekening adalah pihak bank itu sendiri atau pihak kepolisian ataupun
perintah pengadilan (kejaksanaan).
Jenis pelanggaran yang dilakukan oleh nasabah sehingga pihak bank
berinisiatif menutup rekening nasabah yang bersangkutan adalah pengeluaran cek
kosong dengan frekuensi tertentu dan interval waktu tertentu sesuai dengan
peraturan Bank Indonesia. Tindakan manajemen dari pihak bank dalam
menangani hal ini adalah peringatan pertama, peringatan kedua, dan pada kondisi
yang paling buruk adalah pencantuman nasabah yang bersangkutan ke dalam
black list sehingga nasabah tersebut selanjutnya tidak dapat dilayani oleh semua
Bank.
19. Tindakan teknis yang dilakukan pihak Bank berkaitan denan teknis
penggunaan rekening korannya adalah:
1. Mengusahakan untuk menarik kembali sisa buku cek/bilyet.
2. Meminta kepada nasabah untuk menyediakan dana apabila masih ada
cek/bilyet giro nasabah yang bersangkutan yang beredar, guna menamung
pembayaran cek/bilyet giro tersebut.
Permintaan penutupan rekening dari pihak kepolisian atau pengendalian
disebabkan karena alasan tindakan pidana atau perdata yang dilakukan oleh
nasabah. Contoh kasusnya adalah nasabah sedang dalam proses penutupan dalam
penggelapan uang. Dengan demikian, rekening Koran nasabah yang bersangkutan
ditutup sampai penyelesaian hukumnya tuntas.
2.2.Daftar Hitam Nasional Penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong
Penggunaan instrument cek dan/atau bilyet giro sebagai alat pembayaran
di Indonesia masih sangat diminati khususnya dilihat dari tingginya nilai nominal
perputaran cek dan/atau bilyet giro. Pembayaran dengan menggunakan cek
dan/atau bilyet giro ini relative aman dan nyaman dibandingkan dengan
menggunakan uang tunai. Namun dalam prakteknya belum dapat dilepaskan dari
permasalahan risiko gagal bayar akibat adanya cek dan/atau bilyet giro yang tidak
disediakan dananya secara cukup oleh penarikan2
atau dikenal dengan nama cek
dan/atau bilyet giro kosong.
Secara statistic persentase penarikan cek dan/atau bilyet giro kosong
memang relative kecil, namun hal tersebut masih tetap merupakan masalah yang
harus terus menerus menjadi perhatian untuk dapat diminimalkan. Upaya
penurunan tersebut dilakukan dalam rangka menjaga kepercayaan masyarakat
terhadap cek dan/atau bilyet giro sebagai alat pembayaran dan melindungi
kepentingan Pemegang2 cek dan/atau bilyet giro dalam menerima pembayaran.
Salah satu upaya dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mencegah
peredaran cek dan/atau bilyet giro kosong antara lain adalah dengan
diberlakukannya kebijakan pengenaan sanksi yang lebih proposional, baik melalui
penetapan kriteria yang lebih ketat maupun memberikan cakupan efektivitas
sanksi yang lebih luas menjadi secara nasional.
20. Kebijakan tersebut diterapkan sejak tanggal 1 Juli 2007 yaitu dengan
diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/29/PBI/2006 tanggal 20
Desember 2006 tentang Daftar Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro
Kosong dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/13/DASP taanggal 19 Juni
2007 perihal Daftar Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong.
Daftar Hitam Nasional adalah informasi mengenai identitas pemilik
rekening yang melakukan penarikan cek dan/atau bilyet giro kosong berlaku
secara nasional. Cek dan/atau bilyet giro kosong adalah cek dan/atau bilyet giro
yang ditunjukkan oleh Pemegang baik melalui kliring maupun melalui loket Bank
secara langsung (over the conter) dan ditolak pembayarannya atau
pemindahbukuannya oleh Bank dengan alasan penolakan “saldo rekening giro
tidak cukup” atau “rekening giro telah ditutup.”
2.2.1. Penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong masuk DHN
Pemilik rekening akan dicantumkan identitasnya dalam Daftar Hitam
Nasional jika:
1. Melakukan penarikan cek dan/atau bilyet giro kosong yang berbeda sebanyak
3 (tiga) lembar atau lebih dengan nilai nominal masing-masing dibawah Rp.
500.000.000.- (lima ratus juta rupiah) pada bank yang sama dalam jangka
waktu 6 (enam) bulan; atau
2. Melakukan penarikan cek dan/atau bilyet giro kosong 1 (satu) lembar dengan
nilai nominal Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) atau lebih.
2.2.2. Penerbitan Daftar Hitam Nasional
Daftar Hitam Nasional diterbitkan oleh Bank Indonesia c.q. Bagian
Kliring Jakarta melalui Sistem Informasi Daftar Hitam Nasional (DHN).
Berdasarkan laporan yang dikirim oleh Bank tertarik secara online. Berikut
penerbitan Daftar Hitam Nasional:
1. Cek dan/atau bilyet giro kosong pada periode-1 yaitu tanggal 1 sampai dengan
tanggal 15, disampaikan oleh Bank kepada Bank Indonesia mulai tanggal 16
sampai dengan paling lambat tanggal terakhir pada bulan yang bersangkutan,
diterbitkan dalam DHN pada tanggal 1 bulan berikutnya.
21. 2. Cek dan/bilyet giro kosong pada periode-2, yaitu tanggal 16 sampai dengan
tanggal berakhirnya pada bula yang bersangkutan, disampaikan olah Bank
kepada Bank Indonesia mulai tanggal 1 sampai dengan paling lambat 15 pada
bulan berikutnya, diterbitkan dalam DHN pada tanggal 16 pada bulan yang
sama dengan penyampaian laporan ke Bank Indonesia.
Jika pada penerbitan DHN pada tanggal 1 atau tanggal 16 adalah hari
Sabtu/Minggu/Hari libur nasional maka penerbitan DHN dilakukan pada hari
kerja berikutnya.
Cek dan/atau
Bilyet Giro Kosong
Komplikasi, proses dan Kirim
ke BI
Terbitkan Daftar Hitam
Nasional
Periode 1
Tgl.1 s.d tgl 15 Tgl.15 s.d akhir bulan Awal bulan berikutnya
Periode 2
Tgl.15 s.d akhir bulan Tgl.1 s.d 15 bulan berikutnya Tgl. 15
Gambar 1.6. Ilustrasi penyampaian laporan dan penerbitan Daftar Hitam Nasional
2.2.3. Implikasi Daftar Hitam Nasional
Pemilik rekening akan dikenakan sanksi pembekuan hak penggunaan cek
dan/atau bilyet giro selama 1 (satu) tahun sejak tanggal penerbitan Daftar Hitam
Nasional oleh Bank Tertarik dan Bank selaim Bank Tertarik. Berikut implikasi
dari pembekuan hak penggunaan cek dan/atau bilyet giro:
1. Pembekuan hak penggunaan cek dan/atau bilyet giro adalah hilangnya hak
nasabah atas penggunaan cek dan/atau bilyet giro.
2. Pembukuan hak penggunaan cek dan/atau bilyet giro tidak menyebabkan
penutupan rekening giro pemilik rekening sehingga pemilik rekening masih
dapat menggunakan sarana lain diluar cek dan/atau bilyet giro misalnya form
transfer dana atau slip penarikan tunai.
Proses di Bank Proses di Bank Indonesia
22. 3. Pembekuan hak penggunaan cek dan/atau bilyet giro dilakukan untuk seluruh
rekening giro yang dimiliki oleh pemilik oleh pemilik rekening baik berupa
rekening giro perorang, rekening giro gabungan maupun rekening giro yang
dimaksudkan hanya untuk menampung kredit/pinjaman.
Apabila nasabah/pemilik rekening yang identitasnya masuk Daftar Hitam
Nasional dan bila melakukan penarikan kembali cek dan/atau bilyet giro kosong
maka akan terkena sanksi sebagai berikut:
1. Seluruh rekening giro pemilik rekening di Bank Tertarik akan ditutup
2. Bank Tertarik akan mencantumkan kembali identitas pemilik rekening dalam
Daftar Hitam Nasional periode berikutnya.
Nasabah Bank Bank Indonesia
Gambar 1.7 Ilustrasi Proses Penerbitan DHN (diolah)
Ya
Tdk
Dana ada?
Kriteria
DHN?
Daftar Nasabah Penarik
Cek/BG Kososng
Informasi DHN
Penarikan Cek/BG
1
Via Kliring
Via Loket
Pembayaran Tunai/
Pemindahbukuan
Surat Peringatan Kepada
Pemilik Rekening
Pengenaan Sanksi
Kompilasi Daftar
Nasabah Penarik
Cek/BG Kosong
DHN
2a
3a
5
3b
4
Ya
a
Tdk
Tata usaha cek/BG Kosong
2b
23. Keterangan Gambar:
1. Nasabah melakukan penarikan cek dan/atau bilyet giro melalui kliring atau
loket Bank Tertarik (over the counter).
2. Cek/bilyet giro oleh Bank Tertarik akan diverifikasi terhadap kecukupkan
dana di rekening giro.
a. Jika dana pada rekening giro mencukupi, cek/bilyet giro dibayarkan secara
tunai atau dengan pemindahbukuan.
b. Jika dana pada rekening giro tidak mencukupi atau rekening telah ditutup.
Bank Tertarik:
1) Menatausahakan penarikan cek/Bilyet giro kosong.
2) Menyampaikan surat peringatan kepada pemilik rekening/nasabah.
3. Bank Tertarik melakukan verifikasi terhadap penarikan cek/bilyet giro kosong
yang telah memenuhi kriteria DHN. Jika memenuhi kriteria DHN maak:
a. Identitas nasabah akan dimasukkan ke dalam Daftar Hitam Individual
Bank (DHIB) untuk selanjutnya dilaporkan ke Bank Indonesia melalui
aplikasi SIDHN.
b. Bank tertarik mengenakan sanksi pembekuan hak penggunaan cek
dan/atau bilyet giro kepada nasabah atau melakukan penutupan rekening
nasabah.
4. Bank Indonesia melakukan kompilasi seluruh DHIB yang disampaikan Bank
Tertarik untuk selanjutnya diproses menjadi DHN dan dipublikasikan sesuai
periode yang ditetapkan.
5. Bank mengenakan sanksi pemberian hak penggunaan cek/biyet giro kepada
nasabahnya yang telah tercantum dalam DHN atau melakukan penutupan
rekening giro kepada nasabah yang telah melakukan penarikan cek/bilyet giro
kosong setelah identitasnya masuk dalam DHN.
24. 2.2.4. Efek Pembatalan Identitas Rekening yang Masuk DHN
Bank hanya melakukan pembatalan identitas pemilik rekening (rehabilitasi
DHN) jika terbukti:
1. Terdapat kesalahan administrasi yang dilakukan oleh bank tertarik;
2. Kewajiban pemilik rekening atas penarikan cek dan/atau bilyet giro kosong
pada pemegang telah dipenuhi dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah
tanggal penolakan;
3. Terdapat putusan pengadilan yang telah memiki kekuatan hukum tetap yang
menyatakan bahwa Bank harus membatalkan penolakan cek dan/atau bilyet
giro kosong;
4. Keadaan darurat yang mengakibatkan pemilik rekening tidak dapat memenuhi
kewajibannya atas penarikan cek dan/atau bilyet giro kosong; dan/atau
5. Pembayaran atau pemindahbukuan dari cek dan/atau bilyet giro kosong
diperuntukan bagi pemilik rekening itu sendiri.
Nasabah Bank Bank Indonesia
Gambar 1.8 Ilustrasi Proses Pembatalan Sanksi DHN (diolah)
Tdk
Tdk
Ya
a
Ya
a
Pengajuan Permohonan
Rehabilitasi DHN
Penolakan Rehabilitasi
DHN
Persetujuan
Rehabilitasi DHN
Pembatalan Sanksi
Verifikasi Permohonan
Penolakam Rehabilitasi
DHN
Memenuhi Persyaratan ?
Persetujuan Rehabilitasi
DHN
Pembatalan Pencantuman
Identitas Nasabah
Verifikasi dan Analisa
Permohonan
Buka akses SIDHN Untuk
Bank Update Data Nasabah
Database SIDHN
Memenuhi Persyaratan ?
1
3a
2
4a
6
4b
5
3b
4b
25. Keterangan Gambar:
1. Nasabah mengajukan permohonan rehabilitasi DHN kepada Bank Tertarik
2. Bank Tertarik melakukan verifikasi permohonan rehabilitasi DHN atas
kelengkapan dan kebenaran dokumen yang disampaikan oleh nasabah.
3. Jika hasil verifikasi atas permohonan nasabah:
a. Tidak lengkap dan benar, Bank Tertarik akan mengembalikan permohonan
rehabilitasi DHN tersebut kepada nasabah; atau
b. Sudah lengkap dan benar, Bank Tertarik akan meneruskan permohonan
rehabilitasi DHN tersebut ke Bank Indonesia untuk meminta persetujuan.
4. Bank Indonesia akan melakukan verifikasi terhadap permohonan rehabilitasi
DHN:
a. Dokumen permohonan rehabilitasi DHN akan dikembalikan ke Bank
Tertarik, jika belum memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen sesuai
ketentuan yang ditetapkan; atau
b. Dokumen permohonan rehabilitasi DHN akan diproses oleh Bank
Indonesia, jika telah memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen sesuai
ketentuan yang ditetapkan. Selanjutnya Bank Indonesia:
1) Menginformasikan kepada Bank Tertarik mengenai
persetujuan/penolakan rehabilitasi DHN, untuk selanjutnya Bank
Tertarik menginformasikannya ke nasabah yang bersangkutan.
2) Membuka akses aplikasi SIDHN untuk kepentingan Bank melakukan
rehabilitasi DHN.
5. Melalui Aplikasi SIDHN, Bank Tertarik melakukan rehabilitasi DHN.
6. Bank Tertarik melakukan pembatalan atas sanksi pembekuan hak penggunaan
cek dan/atau bilyet giro kosong kepada nasabah.
26. BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Giro berdasarkan pasal 1 huruf d adalah surat perintah dari nasabah kepada
bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening
pemegang disebutkan namanya pemindahan tersebut dilakukan secara kliring oleh
Bank Indonesia, hal ini diatur dalam peraturan Bank Indonesia.
Penarikan Bilyet Giro dibebankan kepada rekening penarik, yaitu nasabah
giro cabang bank yang bersangkutan yang ditunjuk pada bilyet giro tersebut.
Sedangkan tujuan pembayaran diberikan kepada rekening yang disebutkan, baik
rekening nasabah pada cabang bank itu sendiri, nasabah cabang lain dari bank
yang sama atau nasabah bak lain diluar bank tertarik. Dalam praktik, apabila
bilyet giro tersebut ditujukan kepada rekening pemegang yang bersangkutan
kepada bak lain, maka pengiriman dana kepada rekening pemegang tersebut
menggunakan sarana transfer.
Penerbitan bilyet giro yang dananya tidak cukup digolongkan sebagai
syarat untuk dapat dikatakan sebagai bilyet giro kosong, sanksi terhadap
penerbitan bilyet giro kosong adalah umumnya diberikan surat peringatan dari
Bank Indonesia yang kemudian apabila menerbitkan sampai 3 kali dalam waktu
kurang dari 6 bulan atau lebi dai Rp 1 M adalah akan dimasukkan ke dalam Daftar
Hitam Nasional (DHN) Bank Indonesia selama 1 tahun dan daftar hitam
menyebabkan seseorang tidak dapat melaksanakan aktivitas yang berkaitan
dengan perbankan sampai tuntaas masa hukumannya.
3.2. Saran
Adapun saran-saran dari hasil tulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan prosedur penerbitan bilyet giro lebih diperketat diingat dari
persyaratan yang memungkinkan nasabah sangat mudah masuk dalam daftar
hitam nasional (DHN).
27. 2. Saksi terhadap nasabah yang melakukan pelanggaran harus dimasukkan
kedalam daftar hitam nasional yang berlaku 1 tahun terhitung sejak diterbitkan
bilyet giro kosong sebanyak 3 kali.
28. DAFTAR PUSTAKA
M. Bahsan, Giro dan Bilyet Giro Perbankan Indonesia. PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2005
Budisantoso, dan Sigit. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi 2.
Jakarta: Salemba Empat.
www.bi.go.id/penarikan-cek-dan/atau-bilyet-giro-kosong/Contents/Default.aspx.
05 desember 2015.
www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/instrumen-nontunai/biyet-
giro/Contents/Default.aspx. 07 desember 2015