SlideShare a Scribd company logo
BAB I

                             PENDAHULUAN



1.1   LATAR BELAKANG


2.1   RUMUSAN MASALAH
      1. Apa yang dimaksud dengan perilaku?
      2. Bagaimana perubahan (adopsi) perilaku terjadi dan apa saja
        indikatornya?
      3. Bagaimana kesesuaian sikap dan perilaku?
      4. Bagaimana perilku masyrakat dengan pelayanan kesehatan?
3.1   TUJUAN
      1. Mengetahui pengertian perilaku.
      2. Mengetahui perubahan (adopsi) perilaku dan indikatornya.
      3. Mengetahui kesesuaian antara sikap dan perilaku.
      4. Mengetahui perilaku masyarakat dengan pelayanan kesehatan.




                                                                 Ranah Perilaku | 1
BAB II

                             PEMBAHASAN

2.1    PERILAKU

          Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
      rangsangan dari luar organism (orang), namun dalam memberikan respon
      sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
      bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa
      orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang
      membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan
      perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan memjadi dua yakni:

          1. Determinan atau faktor internal yakni karakteristik orang yang
      bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat
      kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
          2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik
      lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor
      lingkungan ini merupakan fakktor yang dominan yang mewarnai perilaku
      seseorang.
          Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah
      merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan
      hasil bersama atau resultant baik factor eksternal ataupun internal. Dengan
      perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai
      bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli
      psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 (tiga)
      domain, ranah atau kawasan yakni : a) kognitif (cognitive) , b) afektif
      (affective), c) psikomotor (psychcomotor). Dalam perkembangannya, teori
      Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan,
      yakni:




                                                                 Ranah Perilaku | 2
a) Pengetahuan ( Knowledge )
       Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan
  melibatkan indra pengelihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap.
  Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam
  setiap mengambil keputusan dan dala berperilaku. (S. Setiawati,
  2008:55)
       Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
  dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior).
  a) Proses Adopsi Perilaku
       Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
   didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
   tidak   didasari     oleh   pengetahuan.    Penelitian     Rogers   (1974)
   mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru,
   didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
   1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
       mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu,
   2. Interest , yakni orang mulai tertarik kepada stimulus,
   3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
       tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih
       baik lagi,
   4. Trial, orang mulai mencoba perilaku baru,
   5. Adoption,       subjek   telah   berperilaku     baru   sesuai   dengan
       pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
           Namun       demikian    dari   penelitian    selanjutnya    Rogers
   menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-
   tahap di atas.

           Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
   proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap
   positif yang positif, maka perilaku tersebut agar bersifat langgeng




                                                              Ranah Perilaku | 3
(long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

 Misalnya ketaatan memakan obat oleh penderita TB paru akan
 terlaksana sampai tuntas jika penderita tersebut mengetahui manfaat
 dari pengobatan TB paru dan penderita sadar bahwa kondisi kesehatan
 anggota keluarga yang lainnnya, dengan berobat tuntas penderita
 berkeyakinan akan dapat terbebas dari TB paru.

b) Tingkat pengetahuan di Dalam Domain Kognitif
   Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
   tingkatan.
   1.   Tahu (know)
        Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
        dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat
        ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik
        dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
        diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
        pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan
        untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
        antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
        menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan
        tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
   2.   Memahami (comprehension)
        Memahami        diartikan   sebagai   suatu kemampuan untuk
        menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
        dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
        yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
        menjelaskan,       menyebutkan        contoh,   menyimpulkan,
        meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
        Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan
        yang bergizi.


                                                        Ranah Perilaku | 4
3.   Aplikasi (application)
     Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untukmenggunakan
     materi yang telah      dipelajari pada situasi atau kondisi real
     (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi
     atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
     sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya
     dapat menggunakan rumus statistic dalam perhitungan-
     perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prisip
     siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam
     pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4.   Analisis (analysis)
     Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
     atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tapi masih
     dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu
     sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
     penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (
     membuat       bagan       ),    membedakan,        memisahkan,
     mengelompokkan dan sebagainya.
5.   Sintesis (synthesis)
     Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
     atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
     keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
     kemampuan untuk menyusun formulasi barudari formulasi-
     formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, sdapat
     merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan
     sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang
     telah ada.
6.   Evaluasi (evaluation)
     Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
     justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
     Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang


                                                     Ranah Perilaku | 5
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang
             telah ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak yang
             cukup gizi dengan anak yang kurang gizi, Dapat menanggapi
             terjadinya diare disuatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab
             mengapa ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.

             Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
             atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di
             ukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman
             pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
             kitasesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

b) Sikap ( attitude )
       Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari
   seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain
   tentang sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut.
   “ An individual’s social attitude is a syndrome of response consistency
   with regard to social object “ ( Campbell, 1950 ).
   “ A mental and neural state of rediness, organized through expertence,
   exerting a directive or dynamic influence up on the individuals
   response to all object and situation with wich it is related “ ( Allport,
   1954 ).
   “ Attitude entails an existing predisposition to response to social object
   which in interaction with situational and other dispositional variables,
   guides and direct the overt behavior of the individual “ ( Cardno.1995).
       Berdasarkan batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa
   manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya bias
   ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
   nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi              terhadap
   stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi
   yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah
   seorang ahli psikologis social, menyatakan bahwa sikap itu merupakan



                                                            Ranah Perilaku | 6
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek.
Diagram dibawah ini dapat lebih menjelaskan uraian tersebut.


                      Gambar 5.1 Manifestasi Sikap




                          Sumber: Azwar, 1995


a.   Komponen Pokok Sikap
     Dalam bagian lain alport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu
     mempunyai 3 komponen pokok.
     1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu
       object.
     2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
     3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
            Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk
     sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh
     ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang
     peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah
     mendengar tentang penyakit polio (penyebabnya, akibatnya,


                                                      Ranah Perilaku | 7
pencegahannya dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa
     ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena
     polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut
     bekerja sehingga ibu tersebut berniat mengimunisasikan anaknya
     untuk mencegah polio.

b.   Berbagai Tingkatan Sikap
     Sebagai halnya pengetahuan         sikap ini memiliki berbagai
     tingkatan.
     1. Menerima ( receiving )
       Menerima diartikan bahwa orang ( subjek ) mau dan
       memperhatikan stimulus yang diberikan ( object ). Misalnya
       sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan
       perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.
     2. Merespon ( responding )
       Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
       menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
       sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
       atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan
       itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.
     3. Menghargai ( valuing )
       Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
       suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya:
       seorang ibu yang mengajak ibu yang lain           ( tetangganya,
       saudaranya, atau sebagainya ) untuk pergi menimbangkan
       anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi adalah
       suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif
       terhadap gizi anak.
     4. Bertanggungjawab ( responsible )
       Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya
       dengan segala resiko yang merupakan sikap yang paling tinggi.



                                                        Ranah Perilaku | 8
Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun
          mendapat tentangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.
          Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak
          langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana
          pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.
          Misalnya, bagaimana pendapat anda tentang pelayanan dokter di
          Rumah Sakit Cipto? Secara langsung dapat dilakukan dengan
          pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat
          responden. Misalnya, apabila rumah ibu luas, apakah boleh
          digunakan untuk kegiatan posyandu? Atau saya akan menikah
          apabila saya sudah berumur 25 tahun (sangat setuju, tidak
          setuju, sangat tidak setuju ).


c) Praktik atau Tindakan (practice)
       Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
  behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata
  diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang memugkinkan,
  antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi
  harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan fasilitas imunisasi yang
  mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya.
  Disamping factor fasilitas juga diperlukan factor dukungan (support)
  dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua
  dan lain-lain. Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan.

  1.   Persepsi (perception)
       Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
       tindakan yang akan di ambil adalah merupakan praktik tingkat
       pertama Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang
       bergizi tinggi bagi anak balitanya.




                                                         Ranah Perilaku | 9
2.   Respon terpimpin (guided response)
            Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
            sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktik tingkat
            dua, Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar,
            mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya, lama
            memasak, menutup pancinya, dan sebagainya.
       3.   Mekanisme (mechanism)
            Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
            secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka
            ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang
            sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu tanpa
            menunggu perintah atau ajakan orang lain.
       4.   Adopsi (adoption)
            Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
            berkembang     dengan    baik.     Artinya   tindakan   itu    sudah
            dimodifikasikannya tanpa mengurangi            kebenaran tindakan
            tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang
            bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana.
            Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni
            dengan   wawancara      terhadap    kegiatan-kegiatan   yang   telah
            dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall).
            Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan
            mengopservasi tindakan atau kegiatan responden.


2.2   PERUBAHAN (ADOPSI) PERILAKU DAN INDIKATORNYA
            Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang
      kompleks dan memerlukan waktu yang relative lama. Secara teori
      perubahan perilaku atau sesorang menerima atau mengadopsi perilaku
      baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap.




                                                              Ranah Perilaku | 10
1.   Pengetahuan
         Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru) ia
     harus tau terlebih dahulu arti atau manfaat perilaku tersebut bagi
     dirinya atu keluarganya. Orang akn melakukan pemberantasan
     sarang nyamuk (PSN) apabila ia tau manfaat dan tujuan bagi
     kesehatan atau keluarganya, dan apa bahaya-bahayanya bila tidak
     melakukan PSN tersebut. Indikator-indicator apa yang akan
     digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadran
     terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi :
     a) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi
          Penyebab penyakit
          Gejala atau tanda-tanda penyakit
          Bagaimana cara pengobatannya, atau kemana              mencari
          pengobatan
          Bagaimana cara penularannya
          Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi dan
          sebagainya.
     b) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara
       hidup sehat, meliputi :
          Jenis-jenis makanan bergizi
          Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatan
          Pentingnya olahraga bagi kesehatan
          Penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman
          keras, narkoba dan sebagainya
          Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi dan sebagainya
          bagi kesehatan.
     c) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
          Manfaat air bersih
          Cara-cara     pembuangan      limbah   yang   sehat,   termasuk
          pembuangan kotoran yang sehat dan sampah



                                                         Ranah Perilaku | 11
Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat
           Akibat polusi ( polusi air, udara dan tanah ) bagi kesehatan dan
           sebagainya.
2.   Sikap
         Telah diuraikan di atas bahwa sikap adalah penilaian (bisa
     berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal
     ini dalah masalah kesehatan , termasuk penyakit). Setelah seseorang
     mengetahui stimulus atau objek proses selanjutnya akan menilai atau
     bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab
     itu indikator untuk sikap kesehatn juga sejalan dengan pengetahuan
     kesehatan seperti di atas yakni :
     a. Sikap terhadap sakit dan penyakit
        Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap,
        gejala atau tanda-tanda penyakit, penyrbab penyakit, cara
        penularan penyakit, cara pencegahan penyakit dan sebagainya.
     b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
        Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara
        pemeliharaan dan cara-cara (berperilaku) hidup sehat. Dengan
        perkataan lain pendapat atau penilaian terhadap makanan,
        minuman, olahraga, relaksasi (istirahat) atau istirahat cukup dan
        sebagainya bagi kesehatannya.
     c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan
        Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan
        dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau
        penilaian terhadap air bersih, pembuangan limbah, polusi dan
        sebagainya.
3.   Praktik atau tindakan ( practice )
        Setelah seseorang mengetahui stimulus       atau objek kesehatan,
     kemudian mengadakan penelitian atau pendapat terhadap apa yang
     diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau
     mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).


                                                         Ranah Perilaku | 12
Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat juga
dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior). Oleh sebab itu
indikator praktik kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut di
atas, yakni :
a) Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit
   Tindakan atau perilaku ini mencakup :
   a. Pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya, melakukan
      pengurasan bak mandi seminggu sekali, menggunakan masker
      ditempat kerja pada waktu berdebu dan sebagainya.
   b. Penyembuhan penyakit: misalnya, minum obat sesuai petunju
      dokter dsb.
b) Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
   Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain : mengonsumsi
   makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara
   teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras, narkoba dan
   sebagainya.
c) Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan
   Perilaku ini mencakup : membuang air besar di jamban,
   membuang sampah di tempat sampah, menggunakan air bersih
   untuk mandi, cuci, masak dan sebagainya.
         Secara Teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi
   perilaku baru itu mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan di
   atas, yakni mealui proses perubahan: pengetahuan (knowledge)-
   sikap (attitude)-praktik (practice) atau “ KAP “ (PSP). Beberapa
   penelitian telah membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya
   juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori
   di atas (KAP), bahkan di dalam praktik sehari-hari terjadi
   sebaliknya. Artinya, seseorang telah berperilaku positif, meskipun
   sakap dan pengetahuannya masih negatif.
         Cara mengukur indikator perilaku atau memperoleh data
   atau informasi tentang indikator-indikator perilaku tersebut, untuk


                                                    Ranah Perilaku | 13
pengetahuan, sikap, dan praktik agak berbeda. Untuk memperoleh
              data tentang pengetahuan dan sikap cukup dilakukan dengan
              wawancara, baik wawancara tersturktur, maupun wawancara
              mendalam, dan focus group discussion ( FGD ) khusus untuk
              penelitian kualitatif. Sedangkan untuk memperoleh data praktik
              atau perilaku yang paling akurat adalah melalui pengamatan
              (observasi). Namun dapat juga dilakukan melalui wawancara
              dengan pendekatan recall atau mengingat kembali perilaku yang
              telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu.
              Misalnya untuk mengetahui perilaku pemeriksaan kehamilan
              seorang ibu hamil ditanyakan apakah ibu memeriksakan
              kehamilannya pada waktu hamil anak yang terakhir.


2.3   KESESUAIAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU
          Pada umumnya siapapun akan puas bila dapat mewujudkan perilaku
      yang sesuai dengan sikapnya terhadap sesuatu.Orang yang senang
      menggambar (bersikap positif terhadap menggambar) bahkan puas saat
      bisa mewujudkan kesenangannya itu dengan membuat lukisan indah.
         Sebaliknya ,orang yang tidak menyetujui sesuatu,misalnya tindakan
      korupsi (bersikap negative terhadap korupsi), belum tentu bisa
      mewujudkan perilaku sesuai dengan sikapnya.belum tentu ia benar-benar
      tidak   melakukan    korupsi.Kondisi   ketidakberhasilan     mewujudkan
      perilaku yang sesuai dengan sikap ini dan dapat menimbulkan
      ketidakpuasan,tetapi mungkin juga tidak.Salah satu yang menentukan
      adalah norma subjektif orang yang bersangkutan.Bila ia menggenggam
      norma kuat mengenai korupsi itu akan menimbulkan ketidakpuasan
      terhadap diri sendiri namun bila norma tersebut tidak cukup kuat
      ,mungkin karena ada nilai-nilai lain yang lebih kuat (misalnya nilai
      ekonomi) ia tidak akan kecewa terhadap dirinya sendiri.




                                                                Ranah Perilaku | 14
a) Perilaku yang Direncanakan
        Seorang ahli psikologi Sosial Izek Ajzen,telah mengembangkan
   teori yang sangat penting untuk melihat keterkaitan antara sikap dan
   perilaku.Bagaimana memungkinkan sebuah sikap terwujud sebagai
   perilaku.digambarkannya dengan teori yang disebut “teori perilaku
   yang direncanakan “ ( theory of planned behavior).Teori ini memuat
   tenang asumsi bahwa tingkah laku seseorang ditampilkan karena
   danya alasan tertentu,yatu orang tersebut berfikr tentang konsekuensi
   tindakannya dan mengambil keputusan secara hati – hati untuk
   mencapai hasil tertentu dan menghindari hal-hal lain .
        Menurut teori tersebut intensi ( niat) merupakan komponen yang
   plaing penting dalam membantuk perilaku,dan lebih penting
   daripada sikap.Intensi sendiri merupakan hasil yang diperoleh dari
   gabungan tiga komponen lain,yakni sikap terhadap tingkah laku
   tertentu       (attitude),   yakin   dirinya     mampu     mengendalikan
   peyelundupan kemungkinannya ebih besar untuk mengembangkan
   niat dan betindak menyelundupkan BBM.
        Dalam kondisi berbeda ,misalnya orang yang posisinya di
   lingkaran pejabat yang menjadi otak penyelundupan BBm.Bila ia
   bersikap negative terhadap penyelundupan dan yakin dapat
   mengendalikan                perilakunya         untuk         menghindari
   keterlibatannya.Niatnya untuk melepaskan diri dan berperilaku
   antipenyelundupan BBM akan lebih kuat.
b) Peran Norma Subjektif
        Norma negative yang dimaksudkan oleh Ajzen adalah keyainan
   seseorang mengenai pa yang dilakukannya menurut pikiran orang
   lain.beserta     kekuatan     motivasinya   untuk    memenuhi      harapan
   tersebut.Untuk         melakukan       sesuatu      biasanya     seseorang
   mempertimbangkan harapan orang lain tersebut tidak sama
   pengaruhnya : ada yang berpengaruh sangat kuat dan ada yang
   cenderung diabaikan.Harapan dari orang lain yang berpengaruh lebih


                                                            Ranah Perilaku | 15
kuat,lebih memotivasi orang yang bersangkutaan untuk memenuhi
   harapan     tersebut.Bila     seseorang   bersiap   positif   terhadap
   penyelundupan BBM didukung oleh teman,namun sangat ditentang
   oleh suami/istri yang dicintai,besar kemungkinan niatnya untuk
   menyelundupkan menjadi berkurang,sebaliknya bila suami/istri yang
   dicintainya mendukung,orang tersebut akan lebih bulat untuk
   menyelundupkan BBM.
c) Penentu Perilaku
        Seperti telah dijelaskan dalam teori tentang perilaku yang
   direncanakan,tigakomponen,yaitu sikap terhadap tingkah laku,norma
   subjektif      dan          keyakinan     mampu        mengendalikan
   perilaku,berkombinasi dengan menetukan intensi ( niat) seseoran
   untuk menmpilkan perilaku tertentu.Selanjutnya seberapa besar
   kekuatn niat inilah yang menentukan terwujudnya perilaku.Langkah
   awal untuk berubah adalh menyadari diri.Bagaimanapun sikap awal
   kita terhadap perilaku tertentu,apakah senagn ( setuju) atau tidak
   senang ( tidak setuju),niat kita untuk membangun perilaku tertentu
   yang positif dapat diperkokoh dengan menyadari norma – norma
   agama yang pada dasarnya paling hakiki dalam melandasi perilaku
   kita sebagai orang yang bermartabat di Hadapan sang pencipta.
        Adanya ketidak sesuaian antara sikap dan perilaku sudah
   diketahui oleh para pakar sejak lama. Hartshone dan May (1928),
   misalnya menemukan bahwa kecurangan dalam hubungan dalam
   situasi tertentu (misalnya, menyontek ulangan), belum tentu
   berkolerasi dengan kecurangan dalam hubungan dengan situasi yang
   lain (misalnya, berbohong kepada kawan di luar kelas).
        La Piere (1934) melakukan penelitian pada tahun 1930-an yang
   terkenal sampai sekarang. Pada waktu itu, dengan ditemani seorang
   teman keturunan cina, ia berkeliling Amerika Serikat, mendatangi
   251 restoran, hotel, dan tempat-tempat umum lainnya dimana di
   semua tempat itu, ia hanya satu kali ditolak. 6 bulan kemudian, ia


                                                        Ranah Perilaku | 16
mengirim surat kepada semua tempat yang sudah ia kunjungi tersebut
dengan satu pertanyaan, “ Apaka anda mau menerima tamu dari Ras
Cina?” dari 128 yang membalas, 90% menjawab, “Tidak!”. Jelaslah
bahwa sikap pemilik hotel, restoran, dan tempat-tempat umum itu
tidak konsisten dengan perilaku mereka.
         Penelitian   terhadap      sejumlah     mahasiswa       di   Indonesia
membuktikan bahwa hubungan antara nilai religius dan keserba
bolehan seksual lebih kuat bagi mereka yang menganut nilai-nilai
religious secara intrinsik (tidak terpengaruh oleh faktor luar).
Sementara bagi yang nilai religiusnya lebih ekstrinsik (dipengaruhi
faktor-faktor luar), hubungannya lebih lemah (Wardhana, 1993).
         Karena banyak penelitian membuktikan bahwa sikap tidak
meramalkan perilaku, pendapat bahwa dalam psikologi tidak perlu
digunakan konsep sikap (sebagai faktor internal atau laten), tetapi
langsung saja diteliti perilakunya (Wicker, 1969). Pendirian yang
pada umumnya dianut oleh kaum behavioris ini juga berlaku untuk
sifat.     Menurut     mereka       sifat   kepribadian   juga    tidak   dapat
memprakirakan perilaku. Oleh karena itu, tidak ada gunanya
menggunakan tes-tes proyeksi, teknik psikoanalisis dan psikoterapi.
Dikhawatirkan         psikoterapi     bukannya     menyelesaikan      masalah,
melainkan hanya mengalihkan masalah yang satu ke masalah lain.
Yang paling benar adalah melihat reaksi-reaksi individu langsung di
lapangan (dalam kehidupan sehari-hari) dan memperkirakan perilaku
yang timbul berdasarkan pengamatan langsung tersebut (Mischel,
1968).
         Berikut adalah contoh kasus ketidaksesuaian antara kepribadian
dan perilaku: Siswa-siswa yang selalu mendapat nilai A dianggap
lebih percaya diri dan tidak menyontek. Akan tetapi, penelitian oleh
Davis dan Yandell (1994) membuktikan sebaliknya, yaitu bahwa 168
mahasiswa tahun pertama dibagi dalam dua golongan, yaitu tipe A
dan tipe B. berdasarkan hasil suatu kuasioner khusus untuk mengukur


                                                             Ranah Perilaku | 17
tipe kepribadian. Tipe kepribadian A bersifat ambisius, agresif,
           kompetetif, sedangkan tipe, kepribadian B bersifat lebih santai, tidak
           mengejar target dan tidak terlalu yakin bahwa dirinya dapat mencapi
           tujuan. Seperti yang diduga, mahasiswa tipe B tidak terlalu rajin
           belajar. Mereka ingin nilai yang bagus, tetapi tidak butuh ilmunya.
           Jadi mereka cenderung lebih banyak mencontek.
                Akan tetapi, dalam situasi tes yang menekan, justru siswa tipe A
           yang lebih banyak menyontek. Tes yang diberikan adalah tes yang
           nenyusun kata-kata dari 30 set huruf tidak beraturan. Rata-rata orang
           dapat menyelesaikan 15 kata per 30 detik, tetapi pada kelompok
           siswa tipe A diberitahu bahwa rata-rata orang dapat membuat 26,5
           kata per 30 detik. Pada kelompok kontrol (campuran) dan kelompok
           tipe B tidak diberitahu apa-apa. Hasilnya adalah bahwa kelompok
           kontrol dan kelompok tipe B rata-rata menyelesaikan 13 kata,
           sedangkan kelompok tipe A bisa membuat rata-rata 20 kata. Akan
           tetapi, 84% dari kelompok tipe A menyontek, sedangkan pada dua
           kelompok yang lain tidak ada yang menyontek.


2.4   PERILAKU MASYARAKAT DENGAN PELAYANAN
      KESEHATAN
             Masyarakat adalah sistem terbuka dari sekumpulan individu yang
      menempati suatu wilayah dengan nilai, norma dan budaya yang
      dianutnya. Perilaku masyarakat secara umum merupakan gambaran dari
      perilaku dari masing-masing individu yang terlibat di dalamnya. Perilaku
      masyarakat terhadap kesehatan sangatlah beragam, tetapi pada umumnya
      perilaku yang ditunjukan masyarakat antara lain :
      1.   Tidak melalukan kegiatan apapun untuk mengatasi masalah
           kesehatan yang ditimbulkan karena belum mengganggu aktivitasnya.
           Misalnya sampah yang berserakan dan menumpuk disaluran air tidak
           serta merta dibersihkan. Prioritas kegiatan masyarakat belum tentu




                                                               Ranah Perilaku | 18
ditujukan dalam upaya untuk membersihkan sampah melainkan
     untuk kegiatan yang dianggap lebih penting.
2.   Melakukan pengobatan sendiri. Kegiatan ini dilakukan berdasarkan
     pengalaman atas masalah yang sama diwaktu lalu. Misalnya
     penyakit Scabies yang terjadi pada sebagian masyarakat di satu
     kampung hanya diobati dengan baluran serbuk belerang dan minyak
     kelapa yang dipanaskan. Kondisi ini tidak menjadikan masyarakat
     untu mencari pengobatan ke luar kampung.
3.   Pengobatan tradisional. Di beberapa wilayah pengobatan tradisional
     masih menjadi prioritas utama. Penyakit yang menyerang bukan
     dianggap sebagai gangguan fisik melainkan gangguan sosial budaya
     maka penyelesaiannya      juga   melalui   sosial   budaya. Seperti
     masyarakat yang terserang penyakit kulit dianggap telah melanggar
     hukum adat dan harus diselesaikan melalui acara adat.
4.   Membeli obat warung. Kegiatan ini dilakukan dengan pengetahuan
     yang terbatas akan kegunaan dan efek saping dari obat tersebut.
5.   Mendatangi fasilitas kesehatan terdekat diantaranya bali pengobatan,
     klinik, puskesmas dan rumah sakit.
6.   Mendatangi tempat pengobatan modern dengan kelengkapan yang
     serba canggih. Misalnya orang melakukan perawatan kulit di tempat
     yang khusus perawatan kulit dengan alat-alat yang serba canggih.




                                                         Ranah Perilaku | 19
BAB III
                                    PENUTUP


3.1   KESIMPULAN
          Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas
      seseorang, yang baik factor eksternal ataupun internal. Perilaku manusia
      dibagi kedalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni :
          a ) kognitif ( cognitive ) ,
          b) afektif (affective),
          c) psikomotor (psychcomotor)
      dimana ranah ini berkembang menjadi pengetahuan, sikap dan tindakan.
          Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan
      penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
      indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
      dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
      telinga.
          Sikap adalah penilaian positif atau negatif terhadap isu, ide, orang,
      kelompok sosial, benda dan sebgainya. Sikap yang terbentuk melalui
      pengalaman langsung umumnya lebih kuat daripada sikap yang terbentuk
      hanya berawal dari informasi atau pengetahuan yang tidak berdampak
      langsung pada diri seseorang.
          Tindakan atau praktik dapat didefinisikan setelah seseorang mengetahui
      stimulus, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
      telah di ketahui untuk dilaksanakan atau dipraktekan. Suatu sikap belum
      otomatis tewujud dalam suatu tindakan. Agar terwujud sikap menjadi suatu
      perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan dukungan
      dari pihak lain.




                                                               Ranah Perilaku | 20
Kesesuaian antara sikap dan perilaku lebih mudah jika dipahami dengan
      kasus yang sering terjadi di sekitar kita. Sikap seseorang terhadap perilaku
      tertentu, merupakan konsekuensi yang dihasilkan dari dua faktor, yaitu
      keyakinan mengenai konsekuensi perilaku tertentu dan penilaian terhadap
      akibat yang mungkin timbul. Tiap-tiap faktor ini dapat bervariasi antar
      indvidu dalam menentukan sikap terhadap perilaku tertentu.


3.2   SARAN




                                                                 Ranah Perilaku | 21
DAFTAR PUSTAKA



Notoatmodjo,Soekijdo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
           Jakarta : PT Rineka Cipta.

Setiawati, S.,dkk. 2008. Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan.
           Jakarta: Trans Info Media.

Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Widyarini,Nilam. 2009. Kunci Pengembang Diri. Jakarta : Gramedia (diambil
           dari books.google.co.id pada tanggal 7 Oktober 2012 pukul 03.54)




                                                               Ranah Perilaku | 22

More Related Content

What's hot

Soal soal bencana k 12 blok xviii 2015
Soal soal bencana k 12 blok xviii  2015Soal soal bencana k 12 blok xviii  2015
Soal soal bencana k 12 blok xviii 2015
Bunga AnanDjuean
 
Ruang Lingkup Dan Prinsip Promosi Kesehatan
Ruang Lingkup Dan Prinsip Promosi KesehatanRuang Lingkup Dan Prinsip Promosi Kesehatan
Ruang Lingkup Dan Prinsip Promosi Kesehatan
pjj_kemenkes
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitas
LSIM
 
Pengkajian Psikologis gerontik
Pengkajian Psikologis gerontikPengkajian Psikologis gerontik
Pengkajian Psikologis gerontikLiBra Must
 
Ersi setiani.21340027 p.ppt.proposal
Ersi setiani.21340027 p.ppt.proposalErsi setiani.21340027 p.ppt.proposal
Ersi setiani.21340027 p.ppt.proposal
sukkmaladewilaura
 
PPT Asuhan Keperawatan Jiwa
PPT Asuhan Keperawatan JiwaPPT Asuhan Keperawatan Jiwa
PPT Asuhan Keperawatan JiwaFerdiansah Umar
 
Upaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventif
Upaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventifUpaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventif
Upaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventif
dhewychabi
 
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYASOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
Dnr Creatives
 
Kb 4 proses keperawatan imunitas
Kb 4 proses keperawatan imunitasKb 4 proses keperawatan imunitas
Kb 4 proses keperawatan imunitas
pjj_kemenkes
 
Materi pengantar-epidemiologi1
Materi pengantar-epidemiologi1Materi pengantar-epidemiologi1
Materi pengantar-epidemiologi1dwihelynarti78
 
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATANPENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATANLindarti Marsiyah
 
Konsep-Manajemen-Keperawatan-ppt.ppt
Konsep-Manajemen-Keperawatan-ppt.pptKonsep-Manajemen-Keperawatan-ppt.ppt
Konsep-Manajemen-Keperawatan-ppt.ppt
Retno Lusmiati Anisah
 
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anakSatuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Fransiska Oktafiani
 
Faktor faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
Faktor faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakatFaktor faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
Faktor faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
Agriculture Faculty at Universitas Islam Nusantara
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
Danang Novandhori
 
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang AjalAsuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
pjj_kemenkes
 

What's hot (20)

Soal soal bencana k 12 blok xviii 2015
Soal soal bencana k 12 blok xviii  2015Soal soal bencana k 12 blok xviii  2015
Soal soal bencana k 12 blok xviii 2015
 
Ruang Lingkup Dan Prinsip Promosi Kesehatan
Ruang Lingkup Dan Prinsip Promosi KesehatanRuang Lingkup Dan Prinsip Promosi Kesehatan
Ruang Lingkup Dan Prinsip Promosi Kesehatan
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitas
 
Tahap perumusan diagnosa keperawatan keluarga
Tahap perumusan diagnosa keperawatan keluargaTahap perumusan diagnosa keperawatan keluarga
Tahap perumusan diagnosa keperawatan keluarga
 
Pengkajian Psikologis gerontik
Pengkajian Psikologis gerontikPengkajian Psikologis gerontik
Pengkajian Psikologis gerontik
 
Strategi promkes
Strategi promkesStrategi promkes
Strategi promkes
 
Ersi setiani.21340027 p.ppt.proposal
Ersi setiani.21340027 p.ppt.proposalErsi setiani.21340027 p.ppt.proposal
Ersi setiani.21340027 p.ppt.proposal
 
PPT Asuhan Keperawatan Jiwa
PPT Asuhan Keperawatan JiwaPPT Asuhan Keperawatan Jiwa
PPT Asuhan Keperawatan Jiwa
 
Upaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventif
Upaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventifUpaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventif
Upaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventif
 
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYASOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
 
Kb 4 proses keperawatan imunitas
Kb 4 proses keperawatan imunitasKb 4 proses keperawatan imunitas
Kb 4 proses keperawatan imunitas
 
Askep Labiopalatoskisis
Askep LabiopalatoskisisAskep Labiopalatoskisis
Askep Labiopalatoskisis
 
Materi pengantar-epidemiologi1
Materi pengantar-epidemiologi1Materi pengantar-epidemiologi1
Materi pengantar-epidemiologi1
 
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATANPENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
 
Konsep-Manajemen-Keperawatan-ppt.ppt
Konsep-Manajemen-Keperawatan-ppt.pptKonsep-Manajemen-Keperawatan-ppt.ppt
Konsep-Manajemen-Keperawatan-ppt.ppt
 
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anakSatuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
 
Teori Nola. J.Pender
Teori Nola. J.PenderTeori Nola. J.Pender
Teori Nola. J.Pender
 
Faktor faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
Faktor faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakatFaktor faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
Faktor faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang AjalAsuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
 

Viewers also liked

Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Ranah Kognitif, Afektif, dan PsikomotorRanah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Ranah Kognitif, Afektif, dan PsikomotorSyaifOer
 
Makalah konsep perilaku
Makalah konsep perilakuMakalah konsep perilaku
Makalah konsep perilaku
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi Pembelajaran
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi PembelajaranSoal dan Kunci Jawaban Evaluasi Pembelajaran
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi Pembelajaran
Andy Saputra
 
Pengukuran dan uji perilaku
Pengukuran dan uji perilakuPengukuran dan uji perilaku
Pengukuran dan uji perilakuSeta Wicaksana
 
Makalah modifikasi perilaku
Makalah modifikasi perilakuMakalah modifikasi perilaku
Makalah modifikasi perilakuTiya Widiyanti
 
MAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP BIMBINGAN KONSELING
MAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP  BIMBINGAN KONSELINGMAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP  BIMBINGAN KONSELING
MAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP BIMBINGAN KONSELING
Alexandria Madinah
 
Perubahan perilaku kesehatan
Perubahan perilaku kesehatanPerubahan perilaku kesehatan
Perubahan perilaku kesehatannur intan
 
Ranah-Ranah Taksonomi Bloom
Ranah-Ranah Taksonomi Bloom Ranah-Ranah Taksonomi Bloom
Ranah-Ranah Taksonomi Bloom
Instansi
 
Bimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkup
Bimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkupBimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkup
Bimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkup
aidadwiinizuka.blogspot.com
 
Alat Ukur Psikologi
Alat Ukur PsikologiAlat Ukur Psikologi
Alat Ukur Psikologi
Riska Nur'Akhidah Sari
 
Pengkajian Kebutuhan Promosi Kesehatan
Pengkajian Kebutuhan Promosi KesehatanPengkajian Kebutuhan Promosi Kesehatan
Pengkajian Kebutuhan Promosi Kesehatan
pjj_kemenkes
 
Kelompok okulasi
Kelompok okulasiKelompok okulasi
Kelompok okulasi
Izhar Bangsawan
 
Hubungan perhatian orang tua dengan hasil belajar matematika
Hubungan perhatian orang tua dengan hasil belajar matematikaHubungan perhatian orang tua dengan hasil belajar matematika
Hubungan perhatian orang tua dengan hasil belajar matematikaRisna Riany
 
Konsep perilaku kesehatan
Konsep perilaku kesehatanKonsep perilaku kesehatan
Konsep perilaku kesehatanom_wiez
 
Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatanPerilaku kesehatan
Perilaku kesehatan
putri_indah
 
Konsep dasar dalam promosi kesehatan 1
Konsep dasar dalam promosi kesehatan 1Konsep dasar dalam promosi kesehatan 1
Konsep dasar dalam promosi kesehatan 1Harfah Masady
 
Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)
Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)
Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)prayogo07
 
Contoh pertanyaan berdasarkan taksonomi bloom
Contoh pertanyaan berdasarkan taksonomi bloomContoh pertanyaan berdasarkan taksonomi bloom
Contoh pertanyaan berdasarkan taksonomi bloomNia Anjani
 
Pendekatan pembelajaran kurikulum 2013
Pendekatan pembelajaran kurikulum 2013Pendekatan pembelajaran kurikulum 2013
Pendekatan pembelajaran kurikulum 2013
arina ulfa
 
Perilaku hidup-bersih-dan-sehat-phbs
Perilaku hidup-bersih-dan-sehat-phbsPerilaku hidup-bersih-dan-sehat-phbs
Perilaku hidup-bersih-dan-sehat-phbs
Reny Erawati
 

Viewers also liked (20)

Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Ranah Kognitif, Afektif, dan PsikomotorRanah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
 
Makalah konsep perilaku
Makalah konsep perilakuMakalah konsep perilaku
Makalah konsep perilaku
 
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi Pembelajaran
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi PembelajaranSoal dan Kunci Jawaban Evaluasi Pembelajaran
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi Pembelajaran
 
Pengukuran dan uji perilaku
Pengukuran dan uji perilakuPengukuran dan uji perilaku
Pengukuran dan uji perilaku
 
Makalah modifikasi perilaku
Makalah modifikasi perilakuMakalah modifikasi perilaku
Makalah modifikasi perilaku
 
MAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP BIMBINGAN KONSELING
MAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP  BIMBINGAN KONSELINGMAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP  BIMBINGAN KONSELING
MAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP BIMBINGAN KONSELING
 
Perubahan perilaku kesehatan
Perubahan perilaku kesehatanPerubahan perilaku kesehatan
Perubahan perilaku kesehatan
 
Ranah-Ranah Taksonomi Bloom
Ranah-Ranah Taksonomi Bloom Ranah-Ranah Taksonomi Bloom
Ranah-Ranah Taksonomi Bloom
 
Bimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkup
Bimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkupBimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkup
Bimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkup
 
Alat Ukur Psikologi
Alat Ukur PsikologiAlat Ukur Psikologi
Alat Ukur Psikologi
 
Pengkajian Kebutuhan Promosi Kesehatan
Pengkajian Kebutuhan Promosi KesehatanPengkajian Kebutuhan Promosi Kesehatan
Pengkajian Kebutuhan Promosi Kesehatan
 
Kelompok okulasi
Kelompok okulasiKelompok okulasi
Kelompok okulasi
 
Hubungan perhatian orang tua dengan hasil belajar matematika
Hubungan perhatian orang tua dengan hasil belajar matematikaHubungan perhatian orang tua dengan hasil belajar matematika
Hubungan perhatian orang tua dengan hasil belajar matematika
 
Konsep perilaku kesehatan
Konsep perilaku kesehatanKonsep perilaku kesehatan
Konsep perilaku kesehatan
 
Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatanPerilaku kesehatan
Perilaku kesehatan
 
Konsep dasar dalam promosi kesehatan 1
Konsep dasar dalam promosi kesehatan 1Konsep dasar dalam promosi kesehatan 1
Konsep dasar dalam promosi kesehatan 1
 
Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)
Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)
Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)
 
Contoh pertanyaan berdasarkan taksonomi bloom
Contoh pertanyaan berdasarkan taksonomi bloomContoh pertanyaan berdasarkan taksonomi bloom
Contoh pertanyaan berdasarkan taksonomi bloom
 
Pendekatan pembelajaran kurikulum 2013
Pendekatan pembelajaran kurikulum 2013Pendekatan pembelajaran kurikulum 2013
Pendekatan pembelajaran kurikulum 2013
 
Perilaku hidup-bersih-dan-sehat-phbs
Perilaku hidup-bersih-dan-sehat-phbsPerilaku hidup-bersih-dan-sehat-phbs
Perilaku hidup-bersih-dan-sehat-phbs
 

Similar to Makalah Ranah Perilaku

Psikologi sosial makalah sikap
Psikologi sosial makalah sikapPsikologi sosial makalah sikap
Psikologi sosial makalah sikap
vidyatiara
 
Perubahan perilaku
Perubahan perilakuPerubahan perilaku
Perubahan perilaku
UFDK
 
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
novyaindri29
 
PERILAKU KESEHATAN .pptx
PERILAKU KESEHATAN .pptxPERILAKU KESEHATAN .pptx
PERILAKU KESEHATAN .pptx
HannaHarahap
 
PERILAKU KESEHATAN .pptx
PERILAKU KESEHATAN .pptxPERILAKU KESEHATAN .pptx
PERILAKU KESEHATAN .pptx
HannaHarahap
 
ppt psikologi sikap[2].pptx
ppt psikologi sikap[2].pptxppt psikologi sikap[2].pptx
ppt psikologi sikap[2].pptx
HeyyPutt
 
Makalah psikologi kep
Makalah psikologi kepMakalah psikologi kep
Makalah psikologi kepDaya Rahmat
 
Pendidikan dan konsultasi dasar gizi
Pendidikan dan konsultasi dasar giziPendidikan dan konsultasi dasar gizi
Pendidikan dan konsultasi dasar gizi
natashaona
 
Hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku
Hasil belajar sebagai perubahan tingkah lakuHasil belajar sebagai perubahan tingkah laku
Hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku
RiswanNasution1
 
Domain perilaku
Domain perilakuDomain perilaku
Domain perilaku
ssusere91e98
 
Konsep Perubahan (Teori dan Bentuk)
Konsep Perubahan (Teori dan Bentuk)Konsep Perubahan (Teori dan Bentuk)
Konsep Perubahan (Teori dan Bentuk)
Syaikhuna Al-Asyhi
 
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakat
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakatPengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakat
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakatAmalia Annisa
 
Tentang Sikap
Tentang SikapTentang Sikap
Tentang Sikap
Unnes
 
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe BelajarTaksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
aidadwiinizuka.blogspot.com
 

Similar to Makalah Ranah Perilaku (20)

Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Psikologi sosial makalah sikap
Psikologi sosial makalah sikapPsikologi sosial makalah sikap
Psikologi sosial makalah sikap
 
Perubahan perilaku
Perubahan perilakuPerubahan perilaku
Perubahan perilaku
 
Perilaku
PerilakuPerilaku
Perilaku
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
 
PERILAKU KESEHATAN .pptx
PERILAKU KESEHATAN .pptxPERILAKU KESEHATAN .pptx
PERILAKU KESEHATAN .pptx
 
PERILAKU KESEHATAN .pptx
PERILAKU KESEHATAN .pptxPERILAKU KESEHATAN .pptx
PERILAKU KESEHATAN .pptx
 
ppt psikologi sikap[2].pptx
ppt psikologi sikap[2].pptxppt psikologi sikap[2].pptx
ppt psikologi sikap[2].pptx
 
Makalah psikologi kep
Makalah psikologi kepMakalah psikologi kep
Makalah psikologi kep
 
Pendidikan dan konsultasi dasar gizi
Pendidikan dan konsultasi dasar giziPendidikan dan konsultasi dasar gizi
Pendidikan dan konsultasi dasar gizi
 
Hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku
Hasil belajar sebagai perubahan tingkah lakuHasil belajar sebagai perubahan tingkah laku
Hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Domain perilaku
Domain perilakuDomain perilaku
Domain perilaku
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikanPsikologi pendidikan
Psikologi pendidikan
 
Konsep Perubahan (Teori dan Bentuk)
Konsep Perubahan (Teori dan Bentuk)Konsep Perubahan (Teori dan Bentuk)
Konsep Perubahan (Teori dan Bentuk)
 
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakat
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakatPengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakat
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakat
 
Tentang Sikap
Tentang SikapTentang Sikap
Tentang Sikap
 
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe BelajarTaksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
 

Makalah Ranah Perilaku

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 2.1 RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan perilaku? 2. Bagaimana perubahan (adopsi) perilaku terjadi dan apa saja indikatornya? 3. Bagaimana kesesuaian sikap dan perilaku? 4. Bagaimana perilku masyrakat dengan pelayanan kesehatan? 3.1 TUJUAN 1. Mengetahui pengertian perilaku. 2. Mengetahui perubahan (adopsi) perilaku dan indikatornya. 3. Mengetahui kesesuaian antara sikap dan perilaku. 4. Mengetahui perilaku masyarakat dengan pelayanan kesehatan. Ranah Perilaku | 1
  • 2. BAB II PEMBAHASAN 2.1 PERILAKU Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organism (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan memjadi dua yakni: 1. Determinan atau faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. 2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan fakktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau resultant baik factor eksternal ataupun internal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni : a) kognitif (cognitive) , b) afektif (affective), c) psikomotor (psychcomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni: Ranah Perilaku | 2
  • 3. a) Pengetahuan ( Knowledge ) Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra pengelihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dala berperilaku. (S. Setiawati, 2008:55) Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior). a) Proses Adopsi Perilaku Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : 1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu, 2. Interest , yakni orang mulai tertarik kepada stimulus, 3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi, 4. Trial, orang mulai mencoba perilaku baru, 5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap- tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif yang positif, maka perilaku tersebut agar bersifat langgeng Ranah Perilaku | 3
  • 4. (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Misalnya ketaatan memakan obat oleh penderita TB paru akan terlaksana sampai tuntas jika penderita tersebut mengetahui manfaat dari pengobatan TB paru dan penderita sadar bahwa kondisi kesehatan anggota keluarga yang lainnnya, dengan berobat tuntas penderita berkeyakinan akan dapat terbebas dari TB paru. b) Tingkat pengetahuan di Dalam Domain Kognitif Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan. 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita. 2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. Ranah Perilaku | 4
  • 5. 3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untukmenggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistic dalam perhitungan- perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prisip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan ( membuat bagan ), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi barudari formulasi- formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, sdapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang Ranah Perilaku | 5
  • 6. ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kurang gizi, Dapat menanggapi terjadinya diare disuatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kitasesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. b) Sikap ( attitude ) Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut. “ An individual’s social attitude is a syndrome of response consistency with regard to social object “ ( Campbell, 1950 ). “ A mental and neural state of rediness, organized through expertence, exerting a directive or dynamic influence up on the individuals response to all object and situation with wich it is related “ ( Allport, 1954 ). “ Attitude entails an existing predisposition to response to social object which in interaction with situational and other dispositional variables, guides and direct the overt behavior of the individual “ ( Cardno.1995). Berdasarkan batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya bias ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis social, menyatakan bahwa sikap itu merupakan Ranah Perilaku | 6
  • 7. kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Diagram dibawah ini dapat lebih menjelaskan uraian tersebut. Gambar 5.1 Manifestasi Sikap Sumber: Azwar, 1995 a. Komponen Pokok Sikap Dalam bagian lain alport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok. 1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu object. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah mendengar tentang penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, Ranah Perilaku | 7
  • 8. pencegahannya dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat mengimunisasikan anaknya untuk mencegah polio. b. Berbagai Tingkatan Sikap Sebagai halnya pengetahuan sikap ini memiliki berbagai tingkatan. 1. Menerima ( receiving ) Menerima diartikan bahwa orang ( subjek ) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan ( object ). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. 2. Merespon ( responding ) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut. 3. Menghargai ( valuing ) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu yang lain ( tetangganya, saudaranya, atau sebagainya ) untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. 4. Bertanggungjawab ( responsible ) Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala resiko yang merupakan sikap yang paling tinggi. Ranah Perilaku | 8
  • 9. Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tentangan dari mertua atau orang tuanya sendiri. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Misalnya, bagaimana pendapat anda tentang pelayanan dokter di Rumah Sakit Cipto? Secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden. Misalnya, apabila rumah ibu luas, apakah boleh digunakan untuk kegiatan posyandu? Atau saya akan menikah apabila saya sudah berumur 25 tahun (sangat setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju ). c) Praktik atau Tindakan (practice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang memugkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Disamping factor fasilitas juga diperlukan factor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua dan lain-lain. Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan. 1. Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil adalah merupakan praktik tingkat pertama Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya. Ranah Perilaku | 9
  • 10. 2. Respon terpimpin (guided response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktik tingkat dua, Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya, lama memasak, menutup pancinya, dan sebagainya. 3. Mekanisme (mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain. 4. Adopsi (adoption) Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengopservasi tindakan atau kegiatan responden. 2.2 PERUBAHAN (ADOPSI) PERILAKU DAN INDIKATORNYA Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relative lama. Secara teori perubahan perilaku atau sesorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap. Ranah Perilaku | 10
  • 11. 1. Pengetahuan Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru) ia harus tau terlebih dahulu arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atu keluarganya. Orang akn melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) apabila ia tau manfaat dan tujuan bagi kesehatan atau keluarganya, dan apa bahaya-bahayanya bila tidak melakukan PSN tersebut. Indikator-indicator apa yang akan digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi : a) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi Penyebab penyakit Gejala atau tanda-tanda penyakit Bagaimana cara pengobatannya, atau kemana mencari pengobatan Bagaimana cara penularannya Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi dan sebagainya. b) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi : Jenis-jenis makanan bergizi Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatan Pentingnya olahraga bagi kesehatan Penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman keras, narkoba dan sebagainya Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi dan sebagainya bagi kesehatan. c) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan Manfaat air bersih Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran yang sehat dan sampah Ranah Perilaku | 11
  • 12. Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat Akibat polusi ( polusi air, udara dan tanah ) bagi kesehatan dan sebagainya. 2. Sikap Telah diuraikan di atas bahwa sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini dalah masalah kesehatan , termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatn juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan seperti di atas yakni : a. Sikap terhadap sakit dan penyakit Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap, gejala atau tanda-tanda penyakit, penyrbab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan penyakit dan sebagainya. b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara pemeliharaan dan cara-cara (berperilaku) hidup sehat. Dengan perkataan lain pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga, relaksasi (istirahat) atau istirahat cukup dan sebagainya bagi kesehatannya. c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian terhadap air bersih, pembuangan limbah, polusi dan sebagainya. 3. Praktik atau tindakan ( practice ) Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penelitian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Ranah Perilaku | 12
  • 13. Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior). Oleh sebab itu indikator praktik kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut di atas, yakni : a) Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit Tindakan atau perilaku ini mencakup : a. Pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya, melakukan pengurasan bak mandi seminggu sekali, menggunakan masker ditempat kerja pada waktu berdebu dan sebagainya. b. Penyembuhan penyakit: misalnya, minum obat sesuai petunju dokter dsb. b) Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain : mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras, narkoba dan sebagainya. c) Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan Perilaku ini mencakup : membuang air besar di jamban, membuang sampah di tempat sampah, menggunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak dan sebagainya. Secara Teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan di atas, yakni mealui proses perubahan: pengetahuan (knowledge)- sikap (attitude)-praktik (practice) atau “ KAP “ (PSP). Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori di atas (KAP), bahkan di dalam praktik sehari-hari terjadi sebaliknya. Artinya, seseorang telah berperilaku positif, meskipun sakap dan pengetahuannya masih negatif. Cara mengukur indikator perilaku atau memperoleh data atau informasi tentang indikator-indikator perilaku tersebut, untuk Ranah Perilaku | 13
  • 14. pengetahuan, sikap, dan praktik agak berbeda. Untuk memperoleh data tentang pengetahuan dan sikap cukup dilakukan dengan wawancara, baik wawancara tersturktur, maupun wawancara mendalam, dan focus group discussion ( FGD ) khusus untuk penelitian kualitatif. Sedangkan untuk memperoleh data praktik atau perilaku yang paling akurat adalah melalui pengamatan (observasi). Namun dapat juga dilakukan melalui wawancara dengan pendekatan recall atau mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu. Misalnya untuk mengetahui perilaku pemeriksaan kehamilan seorang ibu hamil ditanyakan apakah ibu memeriksakan kehamilannya pada waktu hamil anak yang terakhir. 2.3 KESESUAIAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU Pada umumnya siapapun akan puas bila dapat mewujudkan perilaku yang sesuai dengan sikapnya terhadap sesuatu.Orang yang senang menggambar (bersikap positif terhadap menggambar) bahkan puas saat bisa mewujudkan kesenangannya itu dengan membuat lukisan indah. Sebaliknya ,orang yang tidak menyetujui sesuatu,misalnya tindakan korupsi (bersikap negative terhadap korupsi), belum tentu bisa mewujudkan perilaku sesuai dengan sikapnya.belum tentu ia benar-benar tidak melakukan korupsi.Kondisi ketidakberhasilan mewujudkan perilaku yang sesuai dengan sikap ini dan dapat menimbulkan ketidakpuasan,tetapi mungkin juga tidak.Salah satu yang menentukan adalah norma subjektif orang yang bersangkutan.Bila ia menggenggam norma kuat mengenai korupsi itu akan menimbulkan ketidakpuasan terhadap diri sendiri namun bila norma tersebut tidak cukup kuat ,mungkin karena ada nilai-nilai lain yang lebih kuat (misalnya nilai ekonomi) ia tidak akan kecewa terhadap dirinya sendiri. Ranah Perilaku | 14
  • 15. a) Perilaku yang Direncanakan Seorang ahli psikologi Sosial Izek Ajzen,telah mengembangkan teori yang sangat penting untuk melihat keterkaitan antara sikap dan perilaku.Bagaimana memungkinkan sebuah sikap terwujud sebagai perilaku.digambarkannya dengan teori yang disebut “teori perilaku yang direncanakan “ ( theory of planned behavior).Teori ini memuat tenang asumsi bahwa tingkah laku seseorang ditampilkan karena danya alasan tertentu,yatu orang tersebut berfikr tentang konsekuensi tindakannya dan mengambil keputusan secara hati – hati untuk mencapai hasil tertentu dan menghindari hal-hal lain . Menurut teori tersebut intensi ( niat) merupakan komponen yang plaing penting dalam membantuk perilaku,dan lebih penting daripada sikap.Intensi sendiri merupakan hasil yang diperoleh dari gabungan tiga komponen lain,yakni sikap terhadap tingkah laku tertentu (attitude), yakin dirinya mampu mengendalikan peyelundupan kemungkinannya ebih besar untuk mengembangkan niat dan betindak menyelundupkan BBM. Dalam kondisi berbeda ,misalnya orang yang posisinya di lingkaran pejabat yang menjadi otak penyelundupan BBm.Bila ia bersikap negative terhadap penyelundupan dan yakin dapat mengendalikan perilakunya untuk menghindari keterlibatannya.Niatnya untuk melepaskan diri dan berperilaku antipenyelundupan BBM akan lebih kuat. b) Peran Norma Subjektif Norma negative yang dimaksudkan oleh Ajzen adalah keyainan seseorang mengenai pa yang dilakukannya menurut pikiran orang lain.beserta kekuatan motivasinya untuk memenuhi harapan tersebut.Untuk melakukan sesuatu biasanya seseorang mempertimbangkan harapan orang lain tersebut tidak sama pengaruhnya : ada yang berpengaruh sangat kuat dan ada yang cenderung diabaikan.Harapan dari orang lain yang berpengaruh lebih Ranah Perilaku | 15
  • 16. kuat,lebih memotivasi orang yang bersangkutaan untuk memenuhi harapan tersebut.Bila seseorang bersiap positif terhadap penyelundupan BBM didukung oleh teman,namun sangat ditentang oleh suami/istri yang dicintai,besar kemungkinan niatnya untuk menyelundupkan menjadi berkurang,sebaliknya bila suami/istri yang dicintainya mendukung,orang tersebut akan lebih bulat untuk menyelundupkan BBM. c) Penentu Perilaku Seperti telah dijelaskan dalam teori tentang perilaku yang direncanakan,tigakomponen,yaitu sikap terhadap tingkah laku,norma subjektif dan keyakinan mampu mengendalikan perilaku,berkombinasi dengan menetukan intensi ( niat) seseoran untuk menmpilkan perilaku tertentu.Selanjutnya seberapa besar kekuatn niat inilah yang menentukan terwujudnya perilaku.Langkah awal untuk berubah adalh menyadari diri.Bagaimanapun sikap awal kita terhadap perilaku tertentu,apakah senagn ( setuju) atau tidak senang ( tidak setuju),niat kita untuk membangun perilaku tertentu yang positif dapat diperkokoh dengan menyadari norma – norma agama yang pada dasarnya paling hakiki dalam melandasi perilaku kita sebagai orang yang bermartabat di Hadapan sang pencipta. Adanya ketidak sesuaian antara sikap dan perilaku sudah diketahui oleh para pakar sejak lama. Hartshone dan May (1928), misalnya menemukan bahwa kecurangan dalam hubungan dalam situasi tertentu (misalnya, menyontek ulangan), belum tentu berkolerasi dengan kecurangan dalam hubungan dengan situasi yang lain (misalnya, berbohong kepada kawan di luar kelas). La Piere (1934) melakukan penelitian pada tahun 1930-an yang terkenal sampai sekarang. Pada waktu itu, dengan ditemani seorang teman keturunan cina, ia berkeliling Amerika Serikat, mendatangi 251 restoran, hotel, dan tempat-tempat umum lainnya dimana di semua tempat itu, ia hanya satu kali ditolak. 6 bulan kemudian, ia Ranah Perilaku | 16
  • 17. mengirim surat kepada semua tempat yang sudah ia kunjungi tersebut dengan satu pertanyaan, “ Apaka anda mau menerima tamu dari Ras Cina?” dari 128 yang membalas, 90% menjawab, “Tidak!”. Jelaslah bahwa sikap pemilik hotel, restoran, dan tempat-tempat umum itu tidak konsisten dengan perilaku mereka. Penelitian terhadap sejumlah mahasiswa di Indonesia membuktikan bahwa hubungan antara nilai religius dan keserba bolehan seksual lebih kuat bagi mereka yang menganut nilai-nilai religious secara intrinsik (tidak terpengaruh oleh faktor luar). Sementara bagi yang nilai religiusnya lebih ekstrinsik (dipengaruhi faktor-faktor luar), hubungannya lebih lemah (Wardhana, 1993). Karena banyak penelitian membuktikan bahwa sikap tidak meramalkan perilaku, pendapat bahwa dalam psikologi tidak perlu digunakan konsep sikap (sebagai faktor internal atau laten), tetapi langsung saja diteliti perilakunya (Wicker, 1969). Pendirian yang pada umumnya dianut oleh kaum behavioris ini juga berlaku untuk sifat. Menurut mereka sifat kepribadian juga tidak dapat memprakirakan perilaku. Oleh karena itu, tidak ada gunanya menggunakan tes-tes proyeksi, teknik psikoanalisis dan psikoterapi. Dikhawatirkan psikoterapi bukannya menyelesaikan masalah, melainkan hanya mengalihkan masalah yang satu ke masalah lain. Yang paling benar adalah melihat reaksi-reaksi individu langsung di lapangan (dalam kehidupan sehari-hari) dan memperkirakan perilaku yang timbul berdasarkan pengamatan langsung tersebut (Mischel, 1968). Berikut adalah contoh kasus ketidaksesuaian antara kepribadian dan perilaku: Siswa-siswa yang selalu mendapat nilai A dianggap lebih percaya diri dan tidak menyontek. Akan tetapi, penelitian oleh Davis dan Yandell (1994) membuktikan sebaliknya, yaitu bahwa 168 mahasiswa tahun pertama dibagi dalam dua golongan, yaitu tipe A dan tipe B. berdasarkan hasil suatu kuasioner khusus untuk mengukur Ranah Perilaku | 17
  • 18. tipe kepribadian. Tipe kepribadian A bersifat ambisius, agresif, kompetetif, sedangkan tipe, kepribadian B bersifat lebih santai, tidak mengejar target dan tidak terlalu yakin bahwa dirinya dapat mencapi tujuan. Seperti yang diduga, mahasiswa tipe B tidak terlalu rajin belajar. Mereka ingin nilai yang bagus, tetapi tidak butuh ilmunya. Jadi mereka cenderung lebih banyak mencontek. Akan tetapi, dalam situasi tes yang menekan, justru siswa tipe A yang lebih banyak menyontek. Tes yang diberikan adalah tes yang nenyusun kata-kata dari 30 set huruf tidak beraturan. Rata-rata orang dapat menyelesaikan 15 kata per 30 detik, tetapi pada kelompok siswa tipe A diberitahu bahwa rata-rata orang dapat membuat 26,5 kata per 30 detik. Pada kelompok kontrol (campuran) dan kelompok tipe B tidak diberitahu apa-apa. Hasilnya adalah bahwa kelompok kontrol dan kelompok tipe B rata-rata menyelesaikan 13 kata, sedangkan kelompok tipe A bisa membuat rata-rata 20 kata. Akan tetapi, 84% dari kelompok tipe A menyontek, sedangkan pada dua kelompok yang lain tidak ada yang menyontek. 2.4 PERILAKU MASYARAKAT DENGAN PELAYANAN KESEHATAN Masyarakat adalah sistem terbuka dari sekumpulan individu yang menempati suatu wilayah dengan nilai, norma dan budaya yang dianutnya. Perilaku masyarakat secara umum merupakan gambaran dari perilaku dari masing-masing individu yang terlibat di dalamnya. Perilaku masyarakat terhadap kesehatan sangatlah beragam, tetapi pada umumnya perilaku yang ditunjukan masyarakat antara lain : 1. Tidak melalukan kegiatan apapun untuk mengatasi masalah kesehatan yang ditimbulkan karena belum mengganggu aktivitasnya. Misalnya sampah yang berserakan dan menumpuk disaluran air tidak serta merta dibersihkan. Prioritas kegiatan masyarakat belum tentu Ranah Perilaku | 18
  • 19. ditujukan dalam upaya untuk membersihkan sampah melainkan untuk kegiatan yang dianggap lebih penting. 2. Melakukan pengobatan sendiri. Kegiatan ini dilakukan berdasarkan pengalaman atas masalah yang sama diwaktu lalu. Misalnya penyakit Scabies yang terjadi pada sebagian masyarakat di satu kampung hanya diobati dengan baluran serbuk belerang dan minyak kelapa yang dipanaskan. Kondisi ini tidak menjadikan masyarakat untu mencari pengobatan ke luar kampung. 3. Pengobatan tradisional. Di beberapa wilayah pengobatan tradisional masih menjadi prioritas utama. Penyakit yang menyerang bukan dianggap sebagai gangguan fisik melainkan gangguan sosial budaya maka penyelesaiannya juga melalui sosial budaya. Seperti masyarakat yang terserang penyakit kulit dianggap telah melanggar hukum adat dan harus diselesaikan melalui acara adat. 4. Membeli obat warung. Kegiatan ini dilakukan dengan pengetahuan yang terbatas akan kegunaan dan efek saping dari obat tersebut. 5. Mendatangi fasilitas kesehatan terdekat diantaranya bali pengobatan, klinik, puskesmas dan rumah sakit. 6. Mendatangi tempat pengobatan modern dengan kelengkapan yang serba canggih. Misalnya orang melakukan perawatan kulit di tempat yang khusus perawatan kulit dengan alat-alat yang serba canggih. Ranah Perilaku | 19
  • 20. BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang baik factor eksternal ataupun internal. Perilaku manusia dibagi kedalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni : a ) kognitif ( cognitive ) , b) afektif (affective), c) psikomotor (psychcomotor) dimana ranah ini berkembang menjadi pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Sikap adalah penilaian positif atau negatif terhadap isu, ide, orang, kelompok sosial, benda dan sebgainya. Sikap yang terbentuk melalui pengalaman langsung umumnya lebih kuat daripada sikap yang terbentuk hanya berawal dari informasi atau pengetahuan yang tidak berdampak langsung pada diri seseorang. Tindakan atau praktik dapat didefinisikan setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang telah di ketahui untuk dilaksanakan atau dipraktekan. Suatu sikap belum otomatis tewujud dalam suatu tindakan. Agar terwujud sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan dukungan dari pihak lain. Ranah Perilaku | 20
  • 21. Kesesuaian antara sikap dan perilaku lebih mudah jika dipahami dengan kasus yang sering terjadi di sekitar kita. Sikap seseorang terhadap perilaku tertentu, merupakan konsekuensi yang dihasilkan dari dua faktor, yaitu keyakinan mengenai konsekuensi perilaku tertentu dan penilaian terhadap akibat yang mungkin timbul. Tiap-tiap faktor ini dapat bervariasi antar indvidu dalam menentukan sikap terhadap perilaku tertentu. 3.2 SARAN Ranah Perilaku | 21
  • 22. DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo,Soekijdo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Setiawati, S.,dkk. 2008. Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media. Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Widyarini,Nilam. 2009. Kunci Pengembang Diri. Jakarta : Gramedia (diambil dari books.google.co.id pada tanggal 7 Oktober 2012 pukul 03.54) Ranah Perilaku | 22