Mata kuliah ini menyajikan pembahasan tentang sejarah singkat psikologi, pengertian psikologi, tujuan dan objek studi psikologi, bidang kajian dan psikologi, hubungan antara psikologi dan cabang-cabang ilmu lain, pengertian perilaku, proses pembentukan perilaku manusia, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, jenis-jenis perilaku individu, jenis-jenis perilaku, mekanisme perilaku, kepribadian dan tipologi kepribadian.
MAKALAH KONSEP PERILAKU KESEHATAN
Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Selengkapnya:
http://warungbidan.blogspot.com/2017/08/makalah-konsep-dasar-perilaku-kesehatan.html
Mata kuliah ini menyajikan pembahasan tentang sejarah singkat psikologi, pengertian psikologi, tujuan dan objek studi psikologi, bidang kajian dan psikologi, hubungan antara psikologi dan cabang-cabang ilmu lain, pengertian perilaku, proses pembentukan perilaku manusia, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, jenis-jenis perilaku individu, jenis-jenis perilaku, mekanisme perilaku, kepribadian dan tipologi kepribadian.
MAKALAH KONSEP PERILAKU KESEHATAN
Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Selengkapnya:
http://warungbidan.blogspot.com/2017/08/makalah-konsep-dasar-perilaku-kesehatan.html
1. Teori dan Konsep Perilaku
1. Pengertian
Perilaku adalah hasil atau resultan antara stimulus (faktor eksternal) dengan
respons (faktor internal) dalam subjek atau orang yang berperilaku tersebut.
Skinner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan
respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar),oleh karena
perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian
organisme tersebut merespons. Maka teori Skinner ini disebut teori ‘S-O-R”
(Stimulus-Organisme-Respons). Berdasarkan batasan dari Skinner tersebut, maka
dapat didefinisikan bahwa perilaku adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang dalam rangka pemenuhan keinginan, kehendak, kebutuhan, nafsu, dan
sebagainya.
Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku
manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri. Perilaku baru terjadi apabila ada
sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan.
Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Perilaku
adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bisa dilihat
sedangkan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, membaca dan sebagainya, sehingga dapat disimpulkan
bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang
dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2003).
Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan perkataan lain, perilaku
kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu.
Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh individu yang
bersangkutan (Winardi, 2004).
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon
2. ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif
(melakukan tindakan). Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak
tampak, seperti pengetahuan, persepsi, atau motivasi.
2. Proses pembentukan perilaku menurut para ahli
a. Menurut Walgito (2003), pembentukan perilaku dibagi menjadi 3 cara sesuai
keadaan yang diharapkan, yaitu :
1. Pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan
Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan
kondisioning atau kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku
seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut. Cara ini
didasarkan atas teori belajar kondisioning baik dikemukakan oleh Pavlov
maupun oleh Thorndike dan Skinner terdapat pendapat yang tidak seratus
persen sama, namun para ahli tersebut mempunyai dasar pandangan yang
tidak jauh berbeda satu dengan yang lainnya. Kondisioning Pavlov dikenal
dengan kondisioning klasik, sedangkan kondisioning Thorndike dan Skinner
dikenal sebagai kndisioning operan. Walaupun demikian ada yang menyebut
kondisioning Thorndike sebagai kondisioning instrumental, dan kondisioning
Skinner sebagai kondisioning operan. Seperti yang telah dipaparkan di depan
atas dasar pandangan ini untuk pembentukan perilaku didasarkan dengan
kondisioning atau kebiasaan.
2. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)
Disamping pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan,
pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan pengertian atau insight. Cara ini
berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan disertai dengan
adanya pengertian. Bila dalam eksperimen Thorndike dalam belajar yang
dipentingkan adalah soal latihan, maka dalam eksperimen Kohler yang
dipentingkan dalam belajar adalah pengertian atau insight, kohler adalah
seorang tokoh dalam psikologi Gestalt dan termasuk dalam aliran kognitif.
3. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model
Disamping cara-cara pembentukan perilaku tersebut diatas, pembentukan
perilaku masih dapat ditempuh dengan meggunakan model atau contoh.
Pemimpin dijadikan model atau contoh oleh yang dipimpinnya. Cara ini
3. didasarkan pada teori belajar sosial (social learning theory) atau observasional
learning theory yang dikemukakan oleh Bandura (1977).
3. Perubahan perilaku
a. Teori perubahan perilaku
1. Teori S-O-R
Perubahan perilaku didasari oleh Stimulus – Organisme — Respons.
Perubahan perilaku terjadi dgn cara meningkatkan atau memperbanyak
rangsangan (stimulus). Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui
proses pembelajaran (learning process). Materi pembelajaran adalah stimulus.
Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R.:
a. Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak
b. Apabila diterima (adanya perhatian) mengerti (memahami) stimulus.
c. Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:
- Kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude)
- Bertindak (berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice)
2. Teori “Dissonance” : Festinger
Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara
sebab atau alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance).
Apabila terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang
tersebut akan terjadi ketidak seimbangan (dissonance). Kalau akhirnya
stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka
berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali terjadi
keseimbangan lagi (conssonance).
Rumus perubahan perilaku menurut Festinger:
Terjadinya perubahan perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif yang
seimbang dengan elemen tidak seimbang. Contoh: Seorang ibu hamil
memeriksakan kehamilannya terjadi karena ketidak seimbangan antara
keuntungan dan kerugian stimulus (anjuran periksa hamil).
3. Teori Fungsi : Katz
Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus
atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek).
• Prinsip teori fungsi:
4. - Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan
subyek)
- Perilaku merupakan pertahanan diri dalam menghadapi lingkungan
(bila hujan, panas)
- Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons
terhadap gejala sosial)
- Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi
(marah, senang).
4. Teori “Driving forces”: Kurt Lewin
Perilaku adalah merupakan keseimbangan antara kekuatan pendorong (driving
forces) dan kekuatan penahan (restraining forces). Perubahan perilaku terjadi
apabila ada ketidak seimbangan antara kedua kekuatan tersebut. Kemungkinan
terjadinya perubahan-perubahan perilaku :
- Kekuatan pendorong meningkat, kekuatanpenahan tetap
- Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun
- Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.
5. Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)
Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial :
- Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari
suatu
- penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.
- Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya
merubah
- perilaku.
- Perilaku itu sendiri.
Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan
dengan kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan
dengan sarana & petugas kesehatan. Health Belief Model menurut Becker
(1979) ditentukan oleh :
- Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan
5. - Menganggap serius masalah
yakin terhadap efektivitas pengobatan tidak mahal menerima anjuran
untuk mengambil tindakan kesehatan
6. Model Komunikasi – Persuasi
Dasar nya dalah pesan yang komunikatif melalui beberapa pendekatan-
pendekatan, yakni :
- Pendekatan tradisional : sumber, pesan, penerima.
- Pendekatan teori kognitif stimulus menghasilkan respon kognitif yang
terdiri dari hal yang penting dan relevan. Stimulus juga di pengaruhi
oleh argumnetasi (pendapat). Sehingga menghasilkan perubahan
perilaku.
- Pendekatan belajar pesan : perhatian,pemahaman, penerimaan, dan
retensi.
b. Bentuk-bentuk perubahan perilaku
1. Perubahan alamiah (natural change) : Perubahan perilaku karena terjadi
perubahan alam (lingkungan) secara alamiah
2. Perubahan terencana (planned change) : Perubahan perilaku karena
memang direncanakan oleh yang bersangkutan
3. Kesiapan berubah (Readiness to change) : Perubahan perilaku karena
terjadinya proses internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana
proses internal ini berbeda pada setiap individu.
6. Tahap-tahap Proses Adaptasi
1. Adaptasi
Adaptasi merupakan suatu proses perubahan yang menyertai individu dalam
berespon terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi
keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan
perilaku adaptif. Hasil dari perilaku adaptif ini dapat berupa semua respons dengan
berusaha mempertahankan keseimbangan dari suatu keadaan (A.Aziz Alimul
Hidayat:2007).
Istilah adaptasi disebut juga sebagai norma penyesuaian pribadi. Adaptasi adalah
proses penyesuaian diri sesorang yang berlangsung terus menerus untuk memenuhi
segala kebutuhanya dengan tetap memelihara hubungan harmonis pada situasi
lingkunganya. Proses adaptasi dibutuhkan kemampuan seseorang untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan (Pieter,Zan Herri :2010).
Selain itu respon adaptif juga merupakan suatu totalitas respons dari manusia
sebagai makhluk holistik, yang memerlukan waktu dalam proses penyesuaian dan
setiap orang akan berbeda dalam proses penyesuain, adakalanya orang cepat dalam
beradaptasi dan semua respon adaptif tidak selamanya cukup dalam menghadapi
perubahan akan tetapi terkadang dijumpai tidak adekuat dan pada dasarnya respons
adaptif itu melelahkan mengingat membutuhkan tenaga dan sumber yang cukup
(Hidayat,A.Aziz Alimul :2007).
Setiap manusia tentu menginginkan agar hidupnya eksis. Untuk dapat hidup eksis
ia harus senantiasa beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungan. Dengan
penyesuaian diri ia akan mengalami perubahan-perubahan kearah yang lebih maju
(modern). Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki daya upaya untuk dapat
menyesuaikan diri, baik secara aktif maupun pasif. Seseorang aktif melakukan
penyesuaian diri bila terganggu keseimbangannya, yaitu antara kebutuhan dan
pemenuhan. Untuk itu ia akan merespon dari tidak seimbang menjadi seimbang.
Bentuk ketidakseimbangan yang dapat muncul yaitu: bimbang/ragu, gelisah, cemas,
kecewa, frustasi, pertentangan (conflict), dsb. Penyesuaian diri seseorang dengan
lingkungannya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: jenis kelamin, umur,
motivasi, pengalam, serta kemampuan dalam mengatasi masalah. Dua bentuk
ketidakseimbangan yang perlu mendapat perhatian yaitu frustasi dan konflik.
7. 2. Maladaptif
Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya maladaptif :
a. Sensitif terhadap kritik: Individu tidak bias merespon secara positif
terhadap koreksi, juga tidak dapat mengkritisi diri sendiri.
b. Tidak mampu kompetisi: Individu hanya mau berkompetisi dengan
kawan yang jelas dapat dikalahkan.
8. Manfaat mempelajari psikologi bagi perawat
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dan
proses mental. Psikologi merupakan cabang ilmu yang masih muda atau remaja.
Sebab, pada awalnya psikologi merupakan bagian dari ilmu filsafat tentang jiwa
manusia.
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala psikis seseorang
yang dapat dilihat dari perubahan tingkah laku dan perbuatannya. Dari pengertian
tersebut, sudah jelas ini mempunyai manfaat bagi perawat. Perawat berinteraksi
dengan manusia setiap harinya.
Sesuai dari katanya bahwa psikologi terdiri dari dua kata yang mempunyai arti.
Psikologi ini merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Dimana ilmu ini
sangat penting untuk pelajari seorang perawat yang akan sangat membantu perawat
dalam menjalankan tugasnya.
1. Terjalinnya hubungan interpersonal.
Hubungan interpersonal didukung oleh keterbukaan perawat. Perawat
membuka diri tentang pengalaman yang berguna untuk terapi klien. Tukar menukar
pengalaman ini memberikan keuntungan pada klien untuk mendukung kerjasama dan
member dukungan. Melalui penelitiaan ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan
antara perawat dan klien menurunkan tingkat kecemasan perawat dan klien.
Tujuan terjalinnya hubungan interpersonal antara lain:
a. Menyenangkan hati klien.
b. Mengetahui dan mengerti pembicaraan.
c. Memberikan rasa puas pada klien
d. Memberikan rasa aman pada pembicara
e. Menunjukkan rasa saling percaya
f. Menghargai pembicaraan.
9. 2. Komunikasi yang baik antara perawat dengan klien (empathy).
Rasakan apa yang dirasakan klien. Perawat yang merasakan apa yang
dirasakan klien akan mampu mengkomunikasikan dengan seluruh sikap tubuhnya
kepada klien. Perawat menyampaikan bahwa ia sungguh mengerti perasaan,tingkah dan
pengalaman klien,dan mengkomunikasikan pengertian itu kepada klien. Sehingga klien
merasa bahwa ia dimengerti.Melalui penelitian, mengidentifikasi perilaku verbal dan
non verbal yang menunjukkan tingkat empati yang tinggi sebagai berikut:
a. Memperkenalkan diri dengan klien.
b. Kepala dan badan membungkuk kearah klien.
c. Respon verbal terhadap pendapat klien,khususnya pada kekuatan dan
sumber daya klien.
d. Kontak mata dan respon pada tanda non verbal klien,misalnya nada
suara,gelisah,ekspresi wajah.
e. Tunjukkan perhatian,minat,kehangatan melalui ekspresi wajah.
f. Nada suara konsisten dengan ekspresi wajah dan respon verbal.
. 3. Adanya rasa saling percaya antara perawat dan klien.
Rasa saling percaya sangat dibutuhkan guna tercipta rasa percaya bahwa
segala yang dilakukan perawat adalah untuk kesembuhan,kenyamanan dan keamanan
klien sehingga tidak terjadi salah paham antara tugas-tugas perawat pada klien. Selain
itu antara perawat dank lien dapat tercipta kedekatan layaknya keluarga sendiri. Hal ini
berguna agar tercipta rasa nyaman dan aman pada klien.
10. 4. Adanya motivasi yang muncul dari perawat untuk mempercepat
kesembuhan klien.
Motivasi yang datang dari perawat untuk klien antara lain:
a. Menghindari sikap negative
Contoh :
Menyatakan hal-hal yang dapat menimbulkan
kekhawatiran dan keputusasaan.
Menyinggung pasien.
Berkata kasar.
Merasa jijik atau aneh.
b. Menghibur klien.Contoh :
Menjaga selera humor.
Mengajak klien untuk bersenda gurau.
c. Meyakinkan kesembuhan klien
Contoh :
Berdo’a untuk kesembuhan klien.
Menyapa dengan senyuman.
11. Contoh kasus: Apabila kita akan melakukan tugas kita sebagai perawat
pada klien yang belum kita kenal,tentunya kita harus memperkenalkan
diri kita terlebih dahulu. Apabila nama telah tercantum pada biodata
klien maka lebih baiknya kita menyapa dengan memakai nama
klien,hal ini bisa membuat klien merasa dikenal secara pribadi.Contoh :
“ya Ruslan”.
“selamat pagi bapak Rudi”.
Dilanjutkan dengan menawarkan diri.Contoh :
apakah ada yang bisa saya bantu?”
“saya bisa menemani mu sampai anakmu datang”.
“kita bisa duduk disini,Anda tidak perlu bicara kecuali anda mau”.
“saya akan mendo’akan anda”.
Menanggapi keluhan klien.Contoh :
klien : Saya muntah tadi pagi.
Perawat : Apakah itu setelah sarapan pagi? atau
Kapan hal ini terjadi?
Menghibur klien.Contoh :
“anda kelihatan segar hari ini”.
“nampaknya keadaan anda rileks”.
“segar sekali anda saat ini”.
Memberi perhatian.Contoh :
“ada apa?”
“apa yang terjadi?”
“bagaimana perasaanmu tentang hal ini?”
12.
13. TUGAS PSIKOLOGI KEPERAWATAN
“TEORI dan KONSEP PERILAKU”
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2
IMALISA ANATRI
IRA ANANTA
MUTIARA ZANDI
YOLLANDA ANASTASIA PUTRI
SELBI MANDAGA
SELVIN CERIA PRAYITNO
Dosen Pembimbing:
Dra. MARWISNI HASAN, M.Pd. Kons.
STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
2013/2014