Dokumen tersebut membahas tentang Keperawatan Komunitas dan Geriatrik yang mencakup pengertian, tujuan, ruang lingkup, dan pokok-pokok materi dari Kesehatan Masyarakat serta Keperawatan Geriatrik seperti perubahan fisik dan psikososial pada lansia beserta pelayanan kesehatan dan pencegahan resiko kesehatan yang diberikan."
1. 1
No Kode: DAR2/Profesional/575/014/2019
PENDALAMAN MATERI KEPERAWATAN
M5KB1 – KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN GERIATRIK
Penulis
Anggraini Dwi Kurnia
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
2019
2. 2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
A. DESKRIPSI MATERI ......................................................................................... 4
B. RELEVANSI ......................................................................................................... 4
C. PETUNJUK BELAJAR ....................................................................................... 4
KB 1 KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN GERIATRIK ....................................... 5
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN BIDANG STUDI ................................................. 5
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN Kesalahan! Bookmark tidak
ditentukan.
C. POKOK-POKOK MATERI .................................................................................... 5
D. URAIAN MATERI .................................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
1. Kesehatan Masyarakat ................................................................................................ 6
1) Pengertian Kesehatan Masyarakat .......................................................................... 6
2) Tujuan Kesehatan Masyarakat ............................................................................... 7
a. Umum ................................................................................................................. 7
b. Khusus ................................................................................................................ 7
3) Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat .................................................................. 8
4) Sasaran Kesehatan Masyarakat .............................................................................. 9
5) Prinsip-Prinsip Kesehatan Masyarakat ................................................................. 10
6) Pokok-Pokok Kegiatan Kesehatan Masyarakat .................................................... 11
7) Indikator Derajat Kesehatan Masyarakat ............................................................. 12
2. Kesehatan Lingkungan ............................................................................................. 14
1) Definisi Kesehatan lingkungan ............................................................................. 14
2) Paradigma Kesehatan Lingkungan ....................................................................... 14
3. Keperawatan Geriatrik .............................................................................................. 15
1) Definisi Lansia ..................................................................................................... 15
2) Perubahan pada Lansia ......................................................................................... 15
a. Perubahan Fisik pada Lansia ............................................................................ 15
b. Perubahan Psikososial pada Lansia .................................................................. 18
3) Pelayanan kesehatan secara umum pada lansia .................................................... 20
a. Posyandu Lansia ............................................................................................... 20
3. 3
b. Panti Werdha .................................................................................................... 21
4) Mencegah resiko kesehatan pada lansia ............................................................... 22
a. Pencegahan Jatuh ............................................................................................. 22
b. Pencegahan penurunan daya ingat (pikun) ....................................................... 22
E. RANGKUMAN .......................................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
F. TES FORMATIF ....................................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
G. DAFTAR PUSTAKA ................................ Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
H. KUNCI JAWABAN .................................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
4. 4
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI MATERI
Keperawatan komunitas dan geriatrik berperan penting dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia, penanggulangan kemiskinan. Materi ini penting dipelajari oleh
pemberi layanan kesehatan karena mampu meningkatkan pemahaman dan
kemampuan dalam aplikasi sehingga bisa meningkatkan kesehatan masyarakat.
B. RELEVANSI
Pembelajaran tentang kesehatan masyarakat ini akan memberikan
pemahaman pada peserta PPG sehingga mampu meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan dalam memberikan layanan kesehatan. Pembelajaran ini sangat
penting bagi masyarakat umum khususnya pemberi layanan kesehatan sehingga
bisa meningkatkan kualitas layanan kesehatan.
C. PETUNJUK BELAJAR
Agar kita berhasil dengan baik dalam mempelajari modul ini, berikut
beberapa petunjuk yang dapat anda ikuti:
1) Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda
memahami secara tuntas, untukapa, dan bagaimana.
2) Pahami garis besar materi-materi yang akan dipelajari atau dibahas secara
seksama apa yang akan dicapai.
3) Upayakan untuk dapat membaca sumber-sumber lain yang relevan untuk
menambah wawasan anda menjadikan perbandingan jika pembahasan
dalam modul ini masih dianggap kurang.
4) Mantapkan pemahaman anda dengan latihan dalam modul dan melalui
kegiatan diskusi dengan mahasiswa atau dosen
5. 5
KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN GERIATRIK
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Menguasai teori dan aplikasi materi keahlian keperawatan, kompetensi
keahlian asisten keperawatan yang mencakup: (1) Komunikasi Keperawatan,
(2) Konsep Dasar Keperawatan (anatomi fisiologi + promkes+pelayanan
prima), (3) Kebutuhan Dasar Manusia, (4) Keperawatan Medikal Bedah (ilmu
penyakit + penunjang diagnostic+ kegawatdaruratan), (5), Ilmu Kesehatan
Masyarakat (Keperawatan Jiwa dan Keluarga, Keperawatan Geriatrik dan
Komunitas, Keperawatan Maternitas, (6) Ketrampilan Dasar Tindakan
Keperawatan termasuk advancy materials yang dapat menjelaskan aspek “apa”
(konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan
sehari-hari.
B. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN
Menganalisis prinsip Ilmu Kesehatan Masyarakat (Keperawatan Jiwa,
Keperawatan Keluarga, Keperawatan Geriatrik dan Komunitas, Keperawatan
Maternitas) dan aplikasinya dalam pembelajaran asisten keperawatan.
C. URAIAN MATERI
Assalamualaikum Wr.Wb. Selamat pagi. Salam sejahtera. Bagaimana
kabarnya bapak ibu peserta PPG? Sebelum kita mulai pembelajaran dalam
modul ini, mari kita berdoa terlebih dahulu supaya diberikan kemudahan dan
kelancaran. Silahkan berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-masing.
Berdoa mulai.
Pada pertemuan kali ini, peserta PPG akan mendalami materi terkait
Keperawatan Komunitas dan geriatrik. Semoga modul ini bisa menambah
pemahaman bapak ibu terkait topik tersebut. Selamat belajar. Setelah
mengikuti materi berikut diharapkan peserta PPG mampu mengidentifikasi
prinsip ilmu kesehatan masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan pada pasien geriatrik
6. 6
1. Kesehatan Masyarakat
1) Pengertian Kesehatan Masyarakat
Anda sebagai tenaga kesehatan tentu sudah sering mendengarkan kata
kesehatan yang artikan sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis
sedangkan masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau
dengan istilah lain saling berinteraksi. Arti lain kesehatan menurut WHO (1947)
adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta
tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sehat menurut UU 23 tahun
1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa dan sosial yang mungkin hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Sehat secara mental (kesehatan jiwa) adalah satu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal
dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang-
orang lain. Sehat secara sosial adalah perikehidupan seseorang dalam
masyarakat, yang diartikan bahwa seseorang mempunyai cukup kemampuan
untuk memelihara dan memajukan kehidupannya sendiri dan kehidupan
keluarga sehingga memungkinkan untuk bekerja, beristirahat dan menikmati
liburan. Berdasarkan dua pengertian kesehatan tersebut, dapat disarikan bahwa
kesehatan ada empat dimensi, yaitu fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan
ekonomi yang saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada
seseorang, kelompok, atau masyarakat. Oleh karena itu, kesehatan bersifat
holistik atau menyeluruh, tidak hanya memandang kesehatan dari segi fisik saja.
Misalnya: seseorang kelihatan sehat dari segi fisiknya, akan tetapi ia tidak
mampu mengendalikan emosinya ketika sedih maupun senang dengan
mengekspresikan ke dalam bentuk perilaku berteriak atau menangis keras-keras,
atau tertawa terbahak-bahak yang membuatnya sulit untuk bisa kembali ke
kondisi normal, maka orang tersebut tidak sehat.
Berikut ini beberapa definisi kesehatan masyarakat menurut profesor
Winslow dan Ikatan Dokter Amerika, AMA (1948) : Ilmu kesehatan masyarakat
(public health) menurut profesor Winslow (Leavel & Clark, 1958) adalah ilmu
7. 7
dan seni mencegah penyakit memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan
fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk
meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan
individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan
perawatan, untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek
sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai
standar kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya.
Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian
masyarakat (Ikatan Dokter Amerika, AMA, 1948). Kesehatan masyarakat
diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan pengobatan
dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau masyarakat.
Kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu) dan Praktek
(seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan
meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat). Kesehatan masyarakat adalah
sebagai aplikasi keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial
dalam mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat (Eliana dan Sumiati, S.
2016)
Bagaimana pendapat Anda tentang pengertian tersebut?
2) Tujuan Kesehatan Masyarakat
Tujuan Kesehatan masyarakat baik dalam bidang promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif adalah tiap warga masyarakat dapat mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tinggi baik fisik, mental, sosial serta diharapkan
berumur panjang. Adapun tujuan umum dan tujuan khusus kesehatan
masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara
menyeluruh dalam memelihara kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan
secara mandiri
b. Khusus
1) Meningkatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
pemahaman tentang pengertian sehat sakit.
8. 8
2) Meningkatkan kemampuan individu, keluarga kelompok dan
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan (Notoatmodjo,
2011)
3) Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat
Ruang lingkup kesehatan masyarakat mencakup 2 disiplin pokok
keilmuan, yakni ilmu bio medis (medical biologi) dan ilmu-ilmu sosial (social
sciences), sejalan dan perkembangan ilmu kesehatan masyarakat mencakup:
Ilmu Biologi, kedokteran, kimia, fisika, lingkungan, sosial, antropologi,
pendidikan dan sebagainya. Secara garis besar disiplin ilmu yang menopang
ilmu kesehatan masyarakat sebagai berikut:
a. Epidemiologi
b. Biostatistik/statistik kesehatan
c. Kesehatan lingkungan
d. Pendidikan kesehatan/ilmu Prilaku
e. Administrasi Kesehatan masyarakat
f. Gizi masyarakat
g. Kesehatan kerja
kesehatan masyarakat sebagai seni mempunyai bentangan semua kegiatan
yang langsung atau tidak untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan
kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, sosial) adalah upaya masyarakat,
misal pembersihan lingkungan, penyediaan air bersih, pengawasan makanan dan
lain-lain. Dan masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal pemecahannya
secara multi disiplin, sedangkan Penerapannya dalam ruang lingkup kesehatan
masyarakat adalah:
a. Pemberantasan penyakit, menular dan tidak menular
b. Perbaikan sanitasi lingkungan tempat-tempat umum
c. Perbaikan lingkungan pemukiman
d. Pemberantasan vektor
e. Pendidikan atau penyuluhan kesehatan masyarakat
f. Pelayanan ibu dan anak
g. Pembinaan gizi masyarakat
h. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum
9. 9
i. Pengawasan obat dan minuman
j. Pembinaan peran serta masyarakat
Jadi kesehatan masyarakat veteriner adalah semua yang berhubungan
dengan hewan yang secara langsung atau tidak mempengaruhi kesehatan manusia
berfungsi untuk melindungi konsumen dari bahaya yang dapat mengganggu
kesehatan, menjamin ketenteraman bathin, pada penularan zoonosis, melindungi
petani atau peternak dari rendahnya mutu nilai bahan asal hewan yang diproduksi.
Ruang lingkup kesehatan masyarakat meliputi usaha-usaha:
a. Promotif (peningkatan kesehatan)
Peningkatan kesehatan adalah usaha yang ditujukan untuk meningkatkan
kesehatan yang meliputi usaha-usaha, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan
perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olah raga secara teratur,
istirahat yang cukup dan rekreasi sehingga dapat mencapai tingkat kesehatan
yang optimal.
b. Preventif (pencegahan penyakit)
Pencegahan penyakit adalah usaha yang ditujukan untuk mencegah
terjadinya penyakit melalui usaha-usaha pemberian imunisasi pada bayi dan
anak, ibu hamil, pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi
penyakit secara dini.
c. Kuratif ( pengobatan)
Pengobatan adalah usaha yang ditujukan terhadap orang sakit untuk
dapat diobati secara tepat sehingga dalam waktu singkat dapat dipulikan
kesehatannya.
d. Rehabilitatif (pemeliharaan kesehatan)
Pemeliharaan kesehatan adalah usaha yang ditujukan terhadap penderita
yang baru pulih dari penyakit yang dideritanya.
4) Sasaran Kesehatan Masyarakat
Sasaran Kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok khusus
baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah kesehatan.
a. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga, apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan karena ketidak mampuan merawat dirinya sendiri
10. 10
oleh sesuatu hal dan sebab maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga
lainnya baik secara fisik, mental, spiritual dan sosial
b. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya, yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah
tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan
lainnya saling tergantung dan interaksi, bila salah satu atau beberapa keluarga
mempunyai masalah kesehatan maka akan berpengaruh terhadap anggota dan
keluarga yang lain.
c. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasai yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan, dan termasuk di antaranya adalah:
a) Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat
pertumbuhan dan perkembangan seperti; ibu hamil, bayi baru lahir, anak
balita, anak usia sekolah, dan usia lanjut.
b) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan, di antaranya penderita penyakit menular dan tidak
menular.
c) Kelompok yang mempunyai risiko terserang penyakit, di antaranya; wanita
tuna susila, kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba, kelompok-
kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
d) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, di antaranya; panti werda, panti
asuhan, pusat-pusat rehabilitasi dan penitipan anak.
5) Prinsip-Prinsip Kesehatan Masyarakat
Agar usaha kesehatan masyarakat dapat terlaksana dengan baik ada
beberapa prinsip pokok yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Sasaran pelayanan meliputi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
2. Dasar utama dalam pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat adalah
menggunakan metode pemecahan masalah yang dituangkan dalam pelayanan
kesehatan.
11. 11
3. Kegiatan utama pelayanan kesehatan adalah di masyarakat bukan di rumah
sakit. Tenaga kesehatan adalah tenaga yang generalis.
4. Peran tenaga kesehatan terpenting adalah sebagai pendidik (health education)
dan pembantu (change egent).
5. Praktik kesehatan masyarakat timbul dari kebutuhan aspirasi, masalah dan
sumber yang terdapat di masyarakat.
6. Praktik kesehatan masyarakat di pengaruhi perubahan dalam masyarakat pada
umumnya dan perkembangan masyarakat pada khususnya.
7. Praktik kesehatan masyarakat adalah bagian dari sistem kesehatan
masyarakat.
8. Praktik kesehatan masyarakat merupakan gambaran dari seluruh program
kesehatan di masyarakat.
6) Pokok-Pokok Kegiatan Kesehatan Masyarakat
Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas, maka Pokok-pokok
kegiatan kesehatan masyarakat yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Asuhan langsung kepada individu, kelompok dan masyarakat
2. Promosi kesehatan
3. Konseling dan pemecahan masalah
4. Rujukan
5. Asuhan komunity
6. Penemuan kasus
7. Penghubung
8. Koordinasi.
9. Kerja sama.
10. Advokasi.
11. Bimbingan dan pembinaan.
12. Pelimpahan wewenang/pengembangan peranan.
13. Rencana lepas asuhan
14. Panutan/role model.
15. Penelitian; membantu mengidentifikasi mengembangkan teori-teori yang
merupakan
16. dari diri praktik kesehatan masyarakat.
12. 12
(Eliana dan Sumiati, S. 2016)
7) Indikator Derajat Kesehatan Masyarakat
Hendrik L. Blum mengatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi
kesehatan masyarakat yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan
keturunan Pada gambar berikut menunjukan bahwa lingkungan mempunyai
pengaruh dan peranan terbesar diikuti perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Prinsip-Prinsip dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat.
1. Lingkungan (Environment)
Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik (baik natural atau buatan manusia)
misalnya sampah, air, udara dan perumahan, dan sosiokultur (ekonomi, pendidikan,
pekerjaan dan lain-lain). Pada lingkungan fisik, kesehatan akan dipengaruhi oleh
kualitas sanitasi lingkungan dimana manusia itu berada. Hal ini dikarenakan banyak
penyakit yang bersumber dari buruknya kualitas sanitasi lingkungan, misalnya;
ketersediaan air bersih pada suatu daerah akan mempengaruhi derajat kesehatan
karena air merupakan kebutuhan pokok manusia dan manusia selalu berinteraksi
dengan air dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan lingkungan sosial berkaitan
dengan kondisi perekonomian suatu masyarakat. Semakin miskin
individu/masyarakat maka akses untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik
maka akan semakin sulit. misalnya manusia membutuhkan makanan dengan gizi
seimbang untuk mejaga kelangsungan hidup, jika individu/masyarakat berada pada
garis kemiskinan maka akan sulit untuk memenuhi kebutuhan makanan dengan gizi
seimbang. Demikian juga dengan tingkat pendidikan individu/masyarakat, semakin
tinggi tingkat pendidikan individu/masyarakat maka pengetahuan untuk hidup sehat
akan semakin baik. Beberapa contoh faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
kesehatan antara lain:
a. Adanya sanitasi lingkungan yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
b. Ada norma agama pada umat islam tentang konsep haram terhadap alkohol
akan menurunkan tingkat konsumsi alkohol.
c. Dan semakin tinggi tingkat pendidikan individu maupun masyarakat maka
pengetahuan akan cara hidup sehat semakin baik.
13. 13
2. Perilaku (Life Styles)
Gaya hidup individu atau masyarakat merupakan faktor kedua
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat dan tidak sehatnya
lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada
perilaku manusia itu sendiri, di samping itu juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat
istiadat, kepercayaan, pendidikan, sosial ekonomi dan perilaku-perilaku lain yang
melekat pada dirinya. Contohnya: dalam masyarakat yang mengalami transisi dari
masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, akan terjadi perubahan gaya
hidup pada masyarakat tersebut yang akan mempengaruhi derajat kesehatan.
a. Perilaku perokok sejak dini akan meningkatkan risiko kanker pada paru-paru.
b. Perilaku mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food) akan meningkatkan
risiko obisitas yang berisiko pada penyakit jantung.
c. Kebiasaan melakukan konsep 3 M (menguras, mengubur dan menutup) pada
pencegahan DBD akan menurunkan prevalensi penyakit DBD.
3. Pelayanan Kesehatan (Health Care Services)
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat, karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan
dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan
dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan
kesehatan. Ketersediaan fasilitas sangat berpengaruh oleh lokasi, apakah dapat
dijangkau oleh masyarakat atau tidak, tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam
memperoleh pelayanan, serta program pelayanan kesehatan. Semakin mudah akses
individu atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan maka derajat kesehatan
masyarakat semakin baik. Adapun faktor pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi
kesehatan, dapat terlihat sebagai berikut:
a. Adanya upaya promotif terhadap penularan HIV/AIDS akan menurunkan
prevalensi HIV/AIDS.
b. Tersedianya sarana dan prasaran kesehatan yang baik akan memudahkan
masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
berkualitas.
c. Adanya asuransi kesehatan akan memudahkan individu/masyarakat untuk
14. 14
mengakses pelayanan kesehatan.
4. Keturunan (Heredity)
Faktor keturunan/genetik ini juga sangat berpengaruh pada derajat
kesehatan. Hal ini karena ada beberapa penyakit yang diturunkan lewat genetik atau
faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya: dari
golongan penyakit keturunan, diantaranya: diabetes melitus, asma bronkia,
epilepsy, retardasi mental hipertensi dan buta warna. Faktor keturunan ini sulit
untuk di intervensi dikarenakan hal ini merupakan bawaan dari lahir dan jika di
intervensi maka harga yang dibayar cukup mahal. Berikut ini contoh faktor
keturunan dapat mempengaruhi kesehatan:
a. Perkawinan antar golongan darah tertentu akan mengakibatkan leukemia.
b. Adanya kretinisme yang diakibatkan mutasi genetic
(Eliana dan Sumiati, S. 2016)
2. Kesehatan Lingkungan
1) Definisi Kesehatan lingkungan
Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang mempelajari
dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat
dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang diduga
dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari
upaya untuk penanggulangan dan pencegahannya
2) Paradigma Kesehatan Lingkungan
Konsep dasar paradigma kesehatan lingkungan adalah, bahwa terjadinya
derajat status kesehatan karena interaksi antara agen, pejamu dan lingkungan
1) Interaksi agen dan lingkungan: Ketahanan bakteri terhadap sinar
matahari Stabilitas vitamin di dalam lemari pendingin
2) Interaksi agen dan pejamu: Timbulnya gejala dan tanda penyakit
3) Interaksi pejamu dan lingkungan: Ketersediaan fasilitas kesehatan
Kebiasaan penyiapan makanan Keadaan ruangan (panas, dingin)
Pemerintah mencanangkan 5 pilar dalamprogram Sanitasi Total
Berbasis Lingkungan (STBM) untuk mengurangi penyakit tersebut.5
pilaritu, yakni berhenti buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai
sabun,pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengelolaan
15. 15
sampah rumah tangga,dan pengelolaan limbah cair rumah tangga. (Astorina,
2011)
3. Keperawatan Geriatrik
1) Definisi Lansia
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia apabila
usia lebih dari 60 tahun, baik pria maupun wanita. Sedangkan Departeman
kesehatan RI menyebutkan seseorang dikatakan berusia lanjut usia dimulai
dari usia 55 tahun keatas. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) usia
lanjut dimulai dari usia 60 tahun.
Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori, yaitu:
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
dengan masalah kesehatan.
2) Perubahan pada Lansia
Pada lansia mengalami perubahan fisik dan psikososial, meliputi:
a. Perubahan Fisik pada Lansia
Menurut Maryam (2008), perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lanjut usia
adalah:
a) Sel
Perubahan sel pada lanjut usia meliputi: terjadinya penurunan jumlah sel,
terjadi perubahan ukuran sel, berkurangnya jumlah cairan dalam tubuh dan
berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal,
darah, dan hati, penurunan jumlah sel pada otak, terganggunya mekanisme
perbaikan sel, serta otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
b) Sistem Persyarafan
Perubahan persyarafan meliputi: berat otak yang menurun 10-20% (setiap
orang berkurang sel syaraf otaknya dalam setiap harinya), cepat menurunnya
hubungan persyarafan, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya
dengan stress, mengecilnya syaraf panca indra, berkurangnya penglihatan,
hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa lebih sensitif
16. 16
terhadap perubahan suhu dengan ketahanan terhadap sentuhan, serta kurang
sensitif terhadap sentuan.
c) Sistem Pendengaran
Perubahan pada sistem pendengaran meliputi: terjadinya presbiakusis
(gangguan dalam pendengaran) yaitu gangguan dalam pendengaran pada telinga
dalam terutama terhadap bunyi suara, nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit mengerti kata-kta,50% terjadi pada umur diatas 65 tahun. Terjadinya
otosklerosis akibat atropi membran timpani. Terjadinya pengumpulan serumen
dapat mengeras karena meningkatnya keratinin. Terjadinya perubahan penurunan
pendengaran pada lansia yang mengalami ketegangan jiwa atau stress.
d) Sistem Penglihatan
Perubahan pada sistem penglihatan meliputi: timbulnya sklerosis dan
hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), terjadi
kekeruhan pada lensa yang menyebabkan katarak, meningkatnya ambang,
pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat
pada cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, serta
menurunnya daya untuk membedakan warna biru atau hijau. Pada mata bagian
dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran pupil menurun dan reaksi terhadap
cahaya berkurang dan juga terhadap akomodasi, lensa menguning dan berangsur-
angsur menjadi lebih buram mengakibatkan katarak, sehingga memengaruhi
kemampuan untuk menerima dan membedakan warna-warna. Kadang warna gelap
seperti coklat, hitam, dan marun tampak sama. Pandangan dalam area yang suram
dan adaptasi terhadap kegelapan berkurang (sulit melihat dalam cahaya gelap)
menempatkan lansia pada risiko cedera. Sementara cahaya menyilaukan dapat
menyebabkan nyeri dan membatasi kemampuan untuk membedakan objek-objek
dengan jelas, semua hal itu dapat mempengaruhi kemampuan fungsional para
lansia sehingga dapat menyebabkan lansia terjatuh.
e) Sistem Kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler meliputi: terjadinya penurunan
elastisitas dinding aorta, katup jantung menebal dan menjadi kaku, menurunnya
kemampuan jantung untuk memompa darah yang menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya
17. 17
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi yang dapat
mengakibatkan tekanan darah menurun (dari tidur ke duduk dan dari duduk ke
berdiri) yang mengakibatkan resistensi pembuluh darah perifer.
f) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Perubahan pada sistem pengaturan tempertur tubuh meliputi: pada pengaturan
sistem tubuh, hipotalamus dianggap bekerja sebagai thermostat, yaitu menetapkan
suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya,
perubahan yang sering ditemui antara lain temperatur suhu tubuh menurun
(hipotermia) secara fisiologik kurang lebih 35°C, ini akan mengakibatkan
metabolisme yang menurun. Keterbatasan refleks mengigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
g) Sistem Respirasi
Perubahan sistem respirasi meliputi: otot pernapasan mengalami kelemahan
akibat atropi, aktivitas silia menurun, paru kehilangan elastisitas, berkurangnya
elastisitas bronkus, oksigen pada arteri menurun, karbon dioksida pada arteri tidak
berganti, reflek dan kemampuan batuk berkurang, sensitivitas terhadap hipoksia
dan hiperkarbia menurun, sering terjadi emfisema senilis, kemampuan pegas
dinding dada dan kekuatan otot pernapasan menurun seiring pertambahan usia.
h) Sistem Pencernaan
Perubahan pada sistem pecernaan, meliputi: kehilangan gigi, penyebab utama
periodontal disease yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun, indra pengecap
menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam dan pahit,
esofagus melebar, rasa lapar nenurun, asam lambung menurun, motilitas dan waktu
pengosongan lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi,
fungsi absorpsi melemah, hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan
menurun, aliran darah berkurang.
i) Sistem Perkemihan
Perubahan pada sistem perkemihan antara lain ginjal yang merupakan alat
untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urine, darah masuk keginjal
disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tempatnya di
glomerulus), kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang, akibatnya, kemampuan
18. 18
mengkonsentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun. Otot-otot vesika
urinaria menjadi lemah, sehingga kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan buang air seni meningkat. Vesika urinaria sulit dikosongkan
sehingga terkadang menyebabkan retensi urine.
j) Sistem Endokrin
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin meliputi: produksi semua
hormon turun, aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate), dan daya pertukaran
zat menurun. Produksi aldosteron menurun, Sekresi hormon kelamin, misalnya
progesterone, estrogen, dan testoteron menurun.
k) Sistem Integumen
Perubahan pada sistem integumen, meliputi: kulit mengerut atau keriput akibat
kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisi.
Timbul bercak pigmentasi, kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu,
berkurangnya elestisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, kuku jari
menjadi keras dan rapuh, jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.
l) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan pada sistem muskuloskeletal meliputi: tulang kehilangan densitas
(cairan) dan semakin rapuh, kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terjadi kifosis,
gangguan gaya berjalan, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut
otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban, otot kram, dan
menjadi tremor, aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua.
Semua perubahan tersebut dapat mengakibatkan kelambanan dalam gerak, langkah
kaki yang pendek, penurunan irama. Kaki yang tidak dapat menapak dengan kuat
dan lebih cenderung gampang goyah, perlambatan reaksi mengakibatkan seorang
lansia susah atau terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan terpeleset,
tersandung, kejadian tiba-tiba sehingga memudahkan jatuh.
b. Perubahan Psikososial pada Lansia
Berdasarkan beberapa evidence based yang telah dilakukan terdapat
perubahan psikososial yang dapat terjadi pada lansia antara lain:
a) Kecemasan Menghadapi Kematian
Ermawati dan Sudarji (2013) menyimpulkan dalam hasil penelitiannya
bahwa terdapat 2 tipe lansia memandang kematian. Tipe pertama lansia yang cemas
19. 19
ringan hingga sedang dalam menghadapi kematian ternyata memiliki tingkat
religiusitas yang cukup tinggi. Sementara tipe yang kedua adalah lansia yang cemas
berat menghadapi kematian dikarenakan takut akan kematian itu sendiri, takut mati
karena banyak tujuan hidup yang belum tercapai, juga merasa cemas karena
sendirian dan tidak akan ada yang menolong saat sekarat nantinya.
b) Depresi
Lansia merupakan agregat yang cenderung depresi. Menurut Jayanti,
Sedyowinarso, dan Madyaningrum (2008) beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya depresi lansia adalah: a) jenis kelamin, dimana angka lansia perempuan
lebih tinggi terjadi depresi dibandingkan lansia laki-laki, hal tersebut dikarenakan
adanya perbedaan hormonal, perbedaan stressor psikososial bagi wanita dan laki-
laki, serta model perilaku tentang keputusasaan yang dipelajari; b) status
perkawinan, dimana lansia yang tidak menikah/tidak pernah menikah lebih tinggi
berisiko mengalami depresi, hal tersebut dikarenakan orang lanjut usia yang
berstatus tidak kawin sering kehilangan dukungan yang cukup besar (dalam hal ini
dari orang terdekat yaitu pasangan) yang menyebabkan suatu keadaan yang tidak
menyenangkan dan kesendirian; dan c) rendahnya dukungan sosial.
Berdasarkan konsep lansia dan proses penuaan yang telah dijabarkan, maka
lansia rentan sekali menghadapi berbagai permasalahan baik secara fisik maupun
psikologis. Kane, Ouslander, dan Abrass (1999) menjabarkan permasalahan yang
sering dihadapi lansia ke dalam 14 masalah atau yang sering disebut 14i Sindrom
Geriatri (Geriatric Syndrome). Keempat belas masalah tersebut adalah: 1)
Immobility (penurunan/ketidakmampuan mobilisasi); 2) Instability
(ketidakseimbangan, risiko jatuh); 3) Incontinence (inkontinensia urin/alvi, tidak
mampu menahan buang air kecil/besar); 4) Intelectual Impairment (penurunan
fungsi kognitif, demensia); 5) Infection (rentan mengalami infeksi); 6) Impairment
of Sensory/Vision (penurunan penglihatan, pendengaran); 7) Impaction (sulit buang
air besar); 8) Isolation (rentan depresi/stres sehingga lebih sering menyendiri); 9)
Inanition (kurang gizi); 10) Impecunity (penurunan penghasilan); 11) Iatrogenesis
(efek samping obat-obatan); 12) Insomnia (sulit tidur); 13) Immunedeficiency
(penurunan daya tahan tubu); 14) Impotence (impotensi).
20. 20
3) Pelayanan kesehatan secara umum pada lansia
a. Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lansia
di wilayah tertentu yang telah disepakati dan digerakkan oleh masyarakat
sehingga pelayanan kesehatan dapat diterima oleh masyarakat.
Tujuan Posyandu lansia, antara lain:
1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai
2. Mendekatkan keterpaduan pelayanan lintas program dan lintas sektor
serta meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam
pelayanan kesehatan.
3. Mendorong dan memfasilitasi lansia untuk tetap aktif, produktif, dan
mandiri serta meningkatkan komunikasi di antara masyarakat lansia.
Pelayanan kesehatan yang memadai bisa meningkatkan status kesehatan
lansia. Jenis pelayanan kesehatan di posyandu lansia (DEPKES RI, 2005),
antara lain:.
1. Pemeriksaan kemandirian dalam melakukan aktifitas sehari-hari
2. Pemeriksaan status mental
3. Pemeriksaan status gizi
4. Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi
5. Pemeriksaan Hb sahli
6. Pemeriksaan gula darah
7. Pemeriksaan protein urine
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas, apabila ditemukan kelainan pada
pemeriksaan butir 1-7
9. Penyuluhan kesehatan baik di dalammaupun di luar kelompok melalui
kunjungan rumah lansia dengan resiko tinggi terhadap penyakit dan
konseling lansia.
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas kesehatan dalam rangka
kegiatan
11. Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) untuk lansia dengan
resiko tinggi terhadap penyakit.
21. 21
12. Pemberian PMT (pemberian makanan tambahan)
13. Kegiatan olah raga untuk lansia
Mekanisme pelaksanaan posyandu lansia menggunakan sistem lima meja,
meliputi:
1) Meja 1: Pendaftaran
2) Meja 2: Pelayanan Kesehatan oleh Kader, meliputi pengukuran tinggi
badan, berat badan, pengukuran tekanan darah
3) Meja 3: Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat).
4) Meja 4: Penyuluhan kesehatan oleh Petugas Kesehatan.
5) Meja 5: Pelayanan medis Pelayanan oleh tenaga professional yaitu
petugas dari Puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan: pemeriksaan dan
pengobatan ringan untuk preventif, rehabilitatif dan kuratif.
b. Panti Werdha
Panti werdha merupakan tempat tinggal lansia baik di dalam atau
di luar panti, di mana lansia diberikan bimbingan dan perawatan agar
mereka dapat terpenuhi kebutuhannya dan dapat menikmati hari tuanya
dengan penuh kenyamanan, sehingga nantinya akan menciptakan
kesejahteraan sosial bagi lansia.
Jenis pelayanan yang umum diberikan di Panti Werdha, antara lain:
1) Pelayanan kebutuhan makan dengan pengaturan menu sesuai
dengan kebutuhan gizi lansia yang telah dikonsultasikan
dengan puskesmas.
2) Penempatan klien di wisma dan pemenuhan kebutuhan Sandang
3) Pelayanan kesehatan dan pemeriksaan rutin 1 minggu 1 kali
bekerjasama dengan pihak puskesmas kecamatan
4) Bimbingan rohani berupa bimbingan mental, keagamaan, dan
bimbingan kemasyarakatan bekerjasama dengan instansi terkait
5) Bimbingan fisik dilaksanakan dalam bentuk senam khusus lansia
1 minggu 5 kali dan kegiatan rekreasi berjalan-jalan sekitar panti
6) Bimbingan keterampilan pengisisan waktu luang dengan kegiatan
usaha ekonomi. (rekreatif)
22. 22
7) Kegiatan rekreatif di luar panti untuk menambah pengetahuan,
pengalaman, dan mengurangi kejenuhan dalam panti yang
dilaksanakan 1 tahun sekali berjalan
8) Kegiatan lomba-lomba dalam rangka peringatan tertentu
4) Mencegah resiko kesehatan pada lansia
Lansia mengalami beberap perubahan fisik, sehingga lansia memiliki resiko
tinggi untuk jatuh dan penurunan daya ingat (pikun). Berikut hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk mengurangi resiko tersebut.
a. Pencegahan Jatuh
1. Hindari lantai rumah yang licin dan basah
2. Berikan penerangan yang memadai
3. Berikan sepatu atau alas yang sesuai dan nyaman
4. Gunakan pakaian yang tidak menggangu pergerakan
5. Berikan pengaman pada tempat tidur
6. Latihan fisik yang sesuai dengan kondisi lansia
b. Pencegahan penurunan daya ingat (pikun)
Pikun bukanlah penyakit spesifik, istilah ini merupakan istilah
umum yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok gejala
(symptoms) yang terdiri dari:
1. Daya ingat dan kemampuan komunikasi atau bahasa yang
menurun drastis.
2. Gangguan dalam menilai dan berargumen.
3. Disorientasi dan perubahan tingkah laku.
4. Gangguan dalam persepsi visual.
5. Mengalami kesulitan untuk fokus dan memberikan perhatian.
Adapun cara mencegah atau menurunkan resiko terjadinya pikun, antara lain:
1. Menjaga kepala dari benturan keras atau luka berat
2. Membaca dan menulis
3. Melakukan permainan memori
4. Nutrisi yang kaya antioksidan dengan minyak zaitun mungkin dapat
membantu. Vitamin D dan vitamin B dapat meningkatkan kesehatan otak
bersama kegiatan lainnya.