1. LK 1. 2 Eksplorasi Penyebab Masalah
Nama Mahasiswa: Debora Ayarop, S.Pd
Asal Institusi: SD YPPK YETETKUN
Petunjuk: Pada langkah ini, Anda akan melakukan eksplorasi penyebab-penyebab masalah yang telah diidentifikasi
sebelumnya. Gunakan petunjuk berikut untuk membantu Anda dalam eksplorasi penyebab masalah:
1. Kajian Literatur
● Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
● Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang relevan dengan topik masalah.
● Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah tersebut berdasarkan temuan dalam literatur.
2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di Sekolah:
● Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, atau rekan sejawat yang memiliki
pengalaman terkait masalah yang diidentifikasi.
● Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka mengenai penyebab masalah tersebut.
● Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai referensi untuk menganalisis penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
● Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian atau pengalaman dalam masalah yang
diidentifikasi.
● Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk mendapatkan wawasan dan pemahaman lebih
mendalam tentang penyebab masalah.
● Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi
masalah tersebut.
2. ● Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk membantu Anda menganalisis penyebab masalah
secara lebih mendalam.
Setelah Anda mengumpulkan informasi dari langkah-langkah di atas, Anda dapat menggunakan data yang terkumpul
sebagai dasar untuk menganalisis dan mengidentifikasi penyebab masalah yang lebih spesifik. Selanjutnya, langkah
selanjutnya adalah merencanakan strategi dan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah
No Masalah
yang telah
diidentifika
si
Hasil eksplorasi penyebab masalah
Analisis eksplorasi
penyebab masalah
1 Peserta Didik
masih kurang
percaya diri
dalam
mempresentasi
kan hasil kerja
kelompok di
depan kelas
Kajian Literatur :
1. Menurut Dettiani Pratama ( 2015 ) Percaya diri merupakan salah
satu faktor keberhasilan seseorang. Hal ini ditegaskan oleh Peter Lauster
(1997: 4) yang mengatakan bahwa “percaya diri mempengaruhi sikap hati-
hati, ketidaktergantungan, ketidakserakahan, toleransi dan cita-cita.”
Kepercayaan diri mempengaruhi banyak hal yang mendasar pada
kepribadian seseorang seseorang. Seseorang yang memiliki rasa percaya diri
akan berhati-hati dalam bertindak dan mengambil keputusan. Kepercayaan
diri dimiliki oleh semua orang tidak terkecuali siswa Sekolah Dasar.
Kepercayaan diri sangat dibutuhkan oleh siswa dalam pembelajaran
sehingga dapa memotivasi siswa untuk meraih prestasi dalam belajar. Bila
seorang siswa memiliki rasa percaya diri yang kuat maka siswa tersebut
akan percaya terhadap kemampuan diri sehingga akan menggali potensi diri
untuk dapat dihargai, tidak hanya oleh dirinya tetapi juga oleh orang lain.
Setelah dianalisis,
Peserta Didik masih kurang
percaya diri dalam
mempresentasikan hasil kerja
kelompok di depan kelas adalah:
a. Guru memberikan motivasi
kepada Peserta didik .
b. Guru Mengajak Peserta
didik aktif berkomunikasi.
c. Guru Memberikan tanggung
jawab khusus pada Peserta
didik yang memiliki
kepercayaan diri rendah.
3. Siswa yang memiliki kepercayaan diri yang kuat menganggap kegagalan
bukan merupakan sesuatu yang menyedihkan, memalukan bahkan
mematahkan semangat tetapi sebagai langkah untuk menuju keberhasilan.
Dalam hal ini siswa dapat semakin memacu semangat dan motivasinya
untuk berprestasi dalam belajar.
( Dettiany Pritama, 2015 : STUDI TENTANG UPAYA GURU DALAM
MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SD NEGERI 1
PENGASIH )
https://journal.student.uny.ac.id/index.php/pgsd/article/viewFile/1136/1008#:~:text=Berdas
arkan%20hasil%20penelitian%20dan%20kajian,c.%20Mengajak%20siswa%20aktif%20be
rkomunikasi.
Wawancara Pengawa
Marius Bauyop S.Pd
Guru tidak membiasakan peserta didk tampil di depan
kelas karena selalu mengunakan metode belajar dengan cara lama.
Peserta Didik Masih Malu di karenakan Peserta Didik Tidak Terbiasa tampil
di depan kelas.
Sehingga guru harus lebih membiasakan Peserta didik untuk tampil di depan
kelas dan yang lebih utama Guru sebisa mungkin mencoba berbagai macam
Motode yang lebih variatif dan inovatif untuk menumbuhkan keprcayaan
diri pada peserta didik.
Wawancara Teman Sejawat :
Martinus Nembaimo, S.Si
Faktor Internal yaitu Peserta didik kurang percaya diri atau minder
Guru harus menciptakan suasana belajaryang nyaman, memotivasi dan
memberikan reward peserta didik agar membangun rasa percaya diri peserta
didik.
d. guru harus lebih
membiasakan Peserta didik
untuk tampil di depan kelas
e. Guru harus menciptakan
suasana belajar yang
nyaman, memotivasi dan
memberikan reward kepada
peserta didik agar dapat
menumbuhkan rasa percaya
diri peserta didik.
4. 2 Proyektor
sudah menyala
sebelum siswa
masuk kelas
Kajian Literatur :
Dalam proses belajar mengajar penggunaan media sangat berpengaruh besar
dalam pencapaian hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan. Untuk itu seorang guru tidak hanya
dituntut menguasai bahan pelajaran tetapi juga terampil menggunakan media
dalam proses belajar mengajar tersebut. Salah satu alasan penggunaan media
pembelajaran adalah terkait dengan manfaat media pembelajaran bagi
keberhasilan belajar mengajar di kelas. Media yang dipergunakan tentunya
disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran itu sendiri, sebab tidak
semua media cocok untuk setiap jenis materi pelajaran. Dalam kesempatan ini
Seylla Arifeni mengatakan “pakai proyektor tentu saja lebih mudah, selain itu
anak anak jadi bersemangat belajar karena belajar sambil nonton video”. Oleh
karena itu penggunaan media LCD proyektor dinilai sangat tepat untuk dipakai
dalam proses mengajar khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia, imbuhnya.
Manfaat lain dari penggunaan LCD proyektor adalah :
1. Lebih Efektif dan Efisien
2. Ramah Lingkungan
3. Membiasakan peserta didik dengan teknologi
https://sumsel.kemenag.go.id/berita/view/1501811/pembelajaran-inovatif-
menggunakan-media-lcd-proyektor
Wawancara Pengawas,
Marius Bauyop. S.Pd
Guru tidak terbiasa menggunakan proyektor / Infokus pada saat mengajar
Setelah Di analisis :
Proyektor sudah menyala sebelum
siswa masuk kelas yaitu :
1. Guru dituntut harus menguasai
bahan pelajaran dan juga
terampil menggunakan media
dalam proses belajar mengajar
tersebut.
2. Guru harus sesering
menggunakan proyektor saat
mengajar.
3. Sekolah harus menyediakan
proyektor agar dapat di
pergunakan guru saat prose
belajar mengajar.
5. Solusinya guru yang tidak bisa menyalakan atau menggunakan proyektor harus
mampu belajar sehingga dapat mengaplikasikan proyektor dan sesering
mungkin mengunakannya agar menjadi terbiasa menggunakan proyektor
tersebut.
Wawancara Teman Sejawat :
Martinus Nembaimo, S.Si
Tidak adanya proyektor di sekolah sehingga guru tidak memakai proyektor
dalam proses belajar mengajar
Solusinya sekolah harus menyediakan sarana pendukung dalam proses KBM
dalam hal ini proyektor sehingga materi yang di sampaikan lebih menarik
dan waktu belajar menjadi lebih efisien.
3 Peserta Didik
belum
memahami
Materi
Pembelajaran
Kajian Literatur :
Menurut ( Nita Oktifa, 2022 ) Faktor penyebab Peserta didik tidak
mampu memahami materi pembelajaran yaitu :
1. Peserta Didik memiliki kesulitan belajar
Kesulitan belajar yang mungkin dialami siswa dapat dikategorikan
menjadi: Learning Disorder, Learning Disfunction, Underachiever, Slow
Learner dan Learning Disability. Siswa yang mengalami learning
disorder biasanya terganggu belajarnya karena hilangnya respons yang
bertentangan dengan karakteristik siswa.
2. Kesalahan guru dalam mengajar diantaranya adalah menyamaratakan
semua siswa. Hal ini menyebabkan guru akan menerapkan satu metode
untuk semua.
Setelah dianalisis, Faktor
Peserta Didik Belum
memahami materi
pembelajaran adalah :
1. Guru harus membantu
Peserta Didik memiliki
kesulitan belajar
2. Guru harus membangun
konsentrasi peserta didik,
menguasai materi pelajaran
dan menggunakan metode
pelajaran yang lebih
inovatif.
6. 3. Media belajar penting sebagai alat untuk membantu siswa memahami
materi yang diajarkan.
4. Kondisi emosional siswa sangat berpengaruh pada kesuksesan
pembelajaran.
5. Fokus sangat penting supaya siswa dapat memahami pelajaran yang
diajarkan oleh guru.
( Nita Oktifa, 2022 : Mengapa siswa tidak paham Pelajaran )
https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/mengapa-siswa-tidak-paham-
pelajaran
Wawancara Pengawas,
Marius Bauyop, S.P.d
1. Kurangnya konsentrasi peserta didik saat pelajaran
2. Guru belum menguasai materi pelajaran dari media lain
(buku referensi lainnya).
3. Guru harus menggunakan metode pelajaran yang lebih
inovatif.
Guru harus membangun konsentrasi peserta didik, menguasai materi pelajaran
dan menggunakan metode pelajaran yang lebih inovatif.
Wawancara Teman Sejawat :
Martinus Nembaimo, S.Si
7. Media pembelajaran yang tidak sesuai
Guru tidak kreatif menggunakan metode pelajaran yang lebih inovatif.
Solusinya guru harus menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan
lebih inovatif misalnya metode belajar bersama teman, metode belajar
beregu, berbagai peran dan lain sebagainya.
4 Peserta Didik
belum Mampu
mengerjakan
soal HOST
Kajian Literatur :
Menurut ( Fida Ariani dkk ) Pendidikan abad ke-21 menuntut siswa untuk
memperoleh pengetahuan yang luas dan kompleks dengan berbagai keterampilan
termasuk keterampilan berpikir tingkat tinggi, keterampilan di tempat kerja,
keterampilan media, informasi dan teknologi. Soal berbasis HOTS melatih siswa
untuk terbiasa memecahkan masalah yang membutuhkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi.
( Fida Hariani dkk, 2022 : Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal
HOTS Pada Muatan IPS Kelas V di SDN 12 Ampenan )
SUMEDANG, KOMPAS — Pembelajaran berbasis High Order Thinking Skills
(HOTS) atau ketrampilan berpikir tingkat tinggi belum konsisten diterapkan
oleh para guru di kelas. Sebagian guru masih mengajar dengan paradigma lama
antara lain menekankan siswa untuk menghafal rumus-rumus atau teori, bukan
melatih kemampuan bernalar pada siswa. kesulitan mengerjakan soal tersebut
karena guru belum mengajarkan model pembelajaran berbasis HOTS.
Hambatan ini terjadi ditengarai karena sejumlah hal, di antaranya sebagian guru
enggan belajar guna meningkatkan kemampuannya. Dalam kaitan pembelajaran
berbasis HOTS, guru tak saja dituntut kreatif, melainkan juga harus luas
wawasannya sehingga guru diharapkan tak berpuas diri dengan apa yang sudah
dicapainya, melainkan tetap harus terus belajar menghadapi perubahan zaman
Setelah dianalisis,
Peserta Didik belum Mampu
mengerjakan soal HOST di
karenakan :
1. Guru harus kreatif dan juga
berwawasan luas.
2. Guru harus mengembangkan
keterampilan berpikir Peserta
didik dan melatih bagaimana
menguasai keterampilan
pemecahan masalah HOTS.
3. Guru harus lebih ekstra
membimbing siswa serta banyak
memberikan soal latihan
4. Guru harus mampu membuat
soal HOST.
8. Kompas, 2019 : Pembelajaran Berbasis HOTS Belum Konsisten Diterapkan
https://www.kompas.id/baca/utama/2019/05/02/pembelajaran-berbasis-hots-
belum-konsisten-diterapkan
Wawancara Pengawas:
Marius Bauyop.S.Pd
Kemampuan berpikir Peserta didik masih rendah.
Guru harus lebih ekstra membimbing siswa serta banyak memberikan soal
latihan agar dapat menumbuhkan kemampuan peserta didik dalam
mengerjakan soal HOTS.
Wawancara Teman Sejawat
Martinus Nembaimo, S.Si
Pembuatan soal masih berbasis LOST
Solusinya Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam strategi pembelajaran
Hots yaitu berpikir kritis (critical thinking), kreatif dan inovasi (creative and
innovative), kemampuan berkomunikasi (communication