SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Pembuatan Pakan Ayam dengan Memanfaatkan Bahan
Pakan Lokal
Disusun Oleh:
Andi Putri Awalia/ 331 16 015
Arjun/ 331 16 040
Ummi Kalsum/331 16 054
Masyithah Rachmat/331 16 060
Hesti/ 331 16 064
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MEI, 2018
i
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat serta
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pembuatan Pakan Ayam dengan Memanfaatkan Bahan Pakan Lokal” ini. Shalawat
serta salam kami hanturkan kepada Rasulullah SAW yang menjadi teladan terbaik
bagi umat manusia . Rasul yang membawa kita dari jalan yang gelap menuju cahaya-
Nya.
Terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada Bapak Muhammad Saleh, S.T,
M.Si selaku dosen pembimbing dalam penyusunan makalah ini. Terimakasih kami
hanturkan kepada ayah handa dan ibu tercinta yang selalu mendoakan kesuksesan
kami dalam menimba ilmu di perantauan. Serta kawan-kawan seperjuangan yang
selalu punya cara untuk menghibur kala penat menghampiri.
Penyusunan makalah ini dilakukan tidak hanya dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Teknologi Bioproses namun lebih dari itu. Penyusunan makalah ini
diharapkan bisa menjadi dasar atau pedoman dalam membuat pakan ayam dengan
memanfaatkan bahan pakan lokal.
Kami menyadari dalam peulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Harapan kami makalah ini bisa
bermanfaat bagi pembaca.
Makassar, Mei 2018
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................ i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN ...........................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3. Tujuan ..............................................................................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................4
2.1. Pakan Ternak Ayam.........................................................................................4
2.2. Ayam Ras Pedaging (Broiler)..........................................................................4
2.3. Tepung Bekatul................................................................................................5
2.4. Dedak ...............................................................................................................6
2.5. Tepung Ampas Tahu........................................................................................7
2.6. Tepung Ikan .....................................................................................................8
2.7. Tepung Kerang.................................................................................................9
2.8. Tepung Jagung...............................................................................................10
2.9. Garam.............................................................................................................12
BAB 3. CARA PEMBUATAN DAN PENGAPLIKASIAN PAKAN TERNAK
AYAM.............................................................................................................15
3.1. Cara Pembuatan Pakan Ternak Ayam ...........................................................15
3.2. Diagram Alir ..................................................................................................16
3.3. Pengaplikasian Pakan Pada Ayam Ras Pedaging ..........................................17
BAB 4. PENUTUP......................................................................................................18
4.1 Kesimpulan......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................19
LAMPIRAN ................................................................................................................ 21
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ayam broiler merupakan tipe ayam pedaging dan umumnya digunakan untuk
konsumsi sehari-hari sebagai pemenuh kebutuhan protein hewani. Ayam broiler
memiliki masa panen yang relatif cepat dan dapat menjamin ketersediaan daging serta
memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia akan gizi. Selain memperhatikan gizi,
masyarakat memilih ayam broiler yang memiliki bobot badan besar dengan
persentase jumlah daging dada dan paha yang tinggi sehingga berpengaruh pada
tingginya permintaan akan ayam broiler.
Salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha peternakan adalah faktor
pakan, disamping faktor genetik dan tatalaksana pemeliharaan. Biaya pakan dalam
suatu usaha peternakan khususnya ayam broiler merupakan komponen terbesar dari
total biaya produksi yang harus dikeluarkan peternak selama proses produksi yaitu
sekitar 60sampai 70 persen (Budiansyah, 2010). Pakan adalah campuran berbagai
macam bahan organik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-
zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi. Agar
pertumbuhan dan produksi maksimal, jumlah dan kandungan zat-zat makanan yang
diperlukan ternak harus memadai (Suprijatna, 2008).Oleh karena itu, agar usaha
peternakan ayam broiler dapat berhasil dengan baik, ayam dapat tumbuh dan
berproduksi dengan optimal dengan tingkat keuntungan yang maksimum, maka
faktor pakan harus mendapat perhatian yang cukup serius, terutama kualitas dan
harga pakan. Umumnya peternak ayam broiler menggunakan ransum komersial untuk
memenuhi kebutuhan pakan ternak,karena ransum komersial telah disusun
sedemikian rupa sehingga memenuhi standar kebutuhan zat makanan yang telah
ditetapkan,dan ransum tersebut banyak tersedia d pasaran. Salah satu usaha untuk
menekan biaya pakan adalah memanfaatkan bahan pakan alternatif (beberapa bahan
2
pakan lokal) seperti : tepung bekatul, dedak, tepung ampas tahu, tepung ikan, tepung
kerang, tepung jagung dan garam.
Bahan pakan lokal seperti bekatul, dedak, tepung ampas tahu, tepung ikan, tepung
kerang dan tepung jagung berpotensi bila digunakan sebagai bahan untuk campuran
pembuatan pakan ternak ayam pedaging. Indonesia sebagai negara agraris setiap
tahun mampu menghasilkan 47 juta ton padi dari jumlah ini dapat dihasilkan 32 juta
ton beras per tahun (Ukun, 2002). Bekatul sebagai hasil sampingan pengglingan padi
berasal dari lapisan luar karyopis beras, yaitu bagian antar beras dengan kulit padi.
Meskipun bekatul melimpah di Indonesia, namun pemanfaatannya masih kurang
maksimal. Nilai gizi bekatul sangat baik, diantaranya mengandung vitamin B,
vitamin E, asam lemak esensial, serat pangan, protein, oryzanol dan asam ferulat
(Ardiansyah, 2004).Kandungan nutrien bekatul terdiri dari air 15%, protein kasar
14,5%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 48,7%, serat kasar 7,4%, lemak kasar
7,4%, abu 7,0%, protein dapat dicerna 10,8%, dan martabat pati (MP) 70% (Lubis,
1992).
Berdasarkan uraian diatas tentang sifat fisika kimia bekatul sebagai salah satu
bahan pakan lokal, maka makalah ini bertujuan untuk membuat pakan ayam pedaging
dengan bahan-bahan yang mudah didapatkan dan dengan cara pembuatan yang dapat
diterapkan dalam masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pembuatan makalah ini adalah, yaitu:
1. Bagaimana cara pembuatan pakan ternak ayam ras pedaging dari beberapa bahan
pakan lokal?
2. Bagaimana cara pengaplikasianpakan ternak ayam ras pedaging dari beberapa
bahan pakan lokal?
3
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui cara pembuatan pakan ternak ayam ras pedaging dari
beberapa bahan pakan lokal.
2. Untuk mengetahui cara pengaplikasianpakan ternak ayam ras pedaging dari
beberapa bahan pakan lokal.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pakan Ternak Ayam
Pakan adalah makanan/asupan (semua bahan pakan) yang diberikan kepada hewan
ternak atau hewan peliharaan, istilah ini berawal dari bahasa Jawa, pengertian pakan
sendiri adalah sumber energy dan misteri bagi masa pertumbuhan dan kehidupan
untuk makhluk hidup. Zat yang terpenting dalam pakan adalah protein, lemak,
karbohidrat, mineral dan vitaminnya seimbang. Pakan sendiri merupakan komoditi
yang sangat penting bagi ternak. Zat-zat dan nutrisi yang terkandung dalam pakan
dimanfaaatkan oleh lemak untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi
ternak sendiri. Selain itu, pakan juga merupakan dasar bagi kehidupan yang secara
terus menerus berhubungan dengan kimiawi tubuh dan kesehatan.
Pemberian pakan ternak harus sesusai dengan kebutuhan tubuh ternak tersebut,
bahan pakan merupakan bahan makanan yang terdiri dari bahan kering dan air yang
harus diberikan kepada ternak untuk memenuhi harga pakan yang kadang melambung
tinggi yang tidak diimbangi kenaikan harga ayam akan mengakibatkan kerugian bagi
peternak ayam.
2.2 Ayam Ras Pedaging (Broiler)
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,
terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer
di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan
panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit
keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan
berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu
pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru
serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.
5
Ayam pedaging (Broiler) saat ini telah banyak diternakkan sebagai salah
pemenuhan kebutuhan protein hewani. Ayam pedaging yang cukup potensial untuk
memenuhi kebutuhan protein masyarakat (Mangisah, 2003). Ayam jenis ini
mempunyai keunggulan karena mengalami pertumbuhan yang lebih cepat untuk
kurun waktu umur pemeliharaan 7-8 minggu dapat mencapai berat 1,8-2,0 kg.
2.3 Tepung Bekatul
Bekatul dinilai sebagai bahan kurang bermanfaat karena bekatul merupakan
limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras.Sisa dari penumbukkan atau
penggilingan padi ini dinamakan bekatul. Sejak dulu bekatul hanyadikenal
masyarakat sebagai bahan pakan ternakdengan mutu yang rendah. Untuk
lebihmeningkatkan manfaat bekatul yang jumlahnya berlimpah di masyarakat,
memiliki daya jualmurah atau nilai ekonomis yang rendah, makabekatul dapat
digunakan sebagai bahan makanan campuran pada produk makanan.
Kandungan zat gizi yang dimiliki bekatulyaitu protein 13,11 – 17,19 persen,
lemak 2,52 –5,05 persen, karbohidrat 67,58 – 72,74 persen,dan serat kasar 370,91 -
387,3 kalori serta kayaakan vitamin B, terutama vitamin B1 (thiamin).Berdasarkan
sumbernya, protein yang terdapatdalam bekatul dapat dimanfaatkan untuk
dibuatsuatu produk yang dimungkinkan dapatmengatasi masalah kurang gizi. Selain
memilikikandungan protein yang cukup tinggi bekatul
juga tergolong sebagai bahan makanan yangaman untuk dikonsumsi.
Proses penambahan bekatul padapembuatan produk bertujuan untuk
meningkatkan kandungan gizi terutama proteinpada produk tersebut, sehingga
dapatmemberikan nilai tambah tersendiri bagibekatul. Kelebihan dari penambahan
bekatul inibisa meningkatkan kualitas dari suatu produk,karena bekatul memiliki
kandungan lysine yangcukup tinggi. Dalam proses pembuatan produkyang memiliki
kandungan
6
gizi yang rendah, karena adanya asam amino pembatas lysine,maka penambahan
bekatul dapat meningkatkannilai gizi dari produk tersebut.
Salah satu kelemahan bekatul bersifatcepat rusak dan sangat peka terhadap factor
lingkungan. Salah satu cara untukmeningkatkan ketahanan simpan bekatul,yaitu
dengan teknik penyangraian. Cara inisangat mudah, yaitu bekatul diayak
halus,kemudian ditempatkan pada penggorengan,lalu dipanaskan langsung (tanpa
minyakgoreng), sambil diaduk sekitar 10 menit.
Kelemahan cara ini, adalah bekatul menjadiberwarna coklat tua dan kadang-kadang
terasa hangus. Bekatul sangrai ini digunakanuntuk makanan kecil atau makanan lain
yang tidak memerlukan pengembangan volumeproduk (Widowati, 2001).
Bekatul mempunyai rasa yang kurangdisukai oleh masyarakat, hal
tersebutmenyebabkan bekatul mempunyai nilaiekonomis yang rendah. Maka
perludilakukan pengolahan untuk meningkatkanpenerimaan masyarakat.
2.4 Dedak
Dedak padi merupakan hasil ikutan penggilingan padi yang berasal dari
lapisanluar beras pecah kulit dalam proses penyosohan beras. Proses pengolahan
gabah menjadi beras akan menghasilkan dedak padi kira-kira sebanyak 10% pecahan-
pecahan beras atau menir sebanyak 17%, tepung beras 3%, sekam 20% dan berasnya
sendiri 50%. Persentase tersebut sangat bervariasi tergantung pada varietas dan umur
padi, derajat penggilingan serta penyosohannya (Grist, 1972). Menurut National
Research Council (1994) dedak padi mengandung energi metabolis sebesar 2980
kkal/kg, protein kasar 12.9%, lemak 13%, serat kasar 11,4%, Ca 0,07%, P tersedia
0,22%, Mg 0,95% serta kadar air 9 (Dewan Standarisasi Nasional, 2001).
Dedak padi merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras
yang mengandung “bagian luar” beras yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula
dengan bagian penutup beras itu. Hal inilah yang mempengaruhi tinggi atau
rendahnya kandungan serat kasar dedak (Rasyaf,1990). Kandungan lemak yang tinggi
7
yaitu 6 - 10% menyebabkan dedak padi mudah mengalami ketengikan oksidatif.
Dedak padi mentah yang dibiarkan pada suhu kamar selama 10 -12minggu dapat
dipastikan 75-80% lemaknya berupa asam lemak bebas, yang sangat mudah tengik
(Amrullah, 2002). Dedak padi yang berkualitas baik mempunyai ciri fisik seperti
baunya khas, tidak tengik, teksturnya halus, lebih padat dan mudah digenggam karena
mengandung kadar sekam yang rendah, dedak yang seperti ini mempunyai nilai
nutrisi yang tinggi (Rasyaf, 2002). Anggorodi (1994) menyatakan bahwa, dedak padi
yang berkualitas tinggi mempunyai kandungan sekam lebih rendah.
Tabel 1. Spesifikasi persyaratan mutu dedak padi
Komposisi Mutu I Mutu II Mutu III
Air (%, maximum) 12 12 12
Protein kasar (%, minimum) 11 10 8
Serat kasar (%, maximum) 11 14 16
Abu (%, maximum) 11 13 15
Lemak (%, maximum) 15 20 20
Asam lemak bebas terhadap lemak
maksimum (%, maximum)
5 8 8
Ca (%, maximum) 0,04-0,300 0,04-0,30 0,04-0,30
P (%, maximum) 0,60-1,60 0,60-1,60 0,60-1,60
Aflatoksin (ppb, maximum) 50 50 50
Silica (%, maximum) 2 3 4
2.5 Tepung Ampas Tahu
Ampas tahu merupakan hasil sampingan dalamproses pembuatan industri
tahuyang diperoleh dari hasilpenyaringan susu kedelai. Ampastahu masih
8
mengandung protein yang relatif tinggi (Purwaningsih,2006).Ampas tahu memiliki
kandungannilai gizi yang masih cukup tinggikarena pada proses pembuatan tahutidak
semua bagian protein bisadiekstrak, lebih-lebih jikamenggunakan proses
penggilingansederhana dan tradisional (Suhartinidan Hidayat, 2004).
Namundemikian, bahan pangan yangmemiliki kandungan nilai gizi cukuptinggi
tersebut belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Saat ini ampas tahu
hanyadimanfaatkan sebagai bahanpembuatan tempe gembus, kerupuk,perkedel tahu,
kecap dan sebagaipakan ternak, padahal ampas tahudapat diolah menjadi tepung
dandapat dipakai sebagai bahan untuk membuat berbagai jenis kue dan cake yang
biasanya memakaitepung terigu, salah satu diantaranya adalah nugget (Driyani,2007).
Manfaat ampas tahu untuk menjaga kekayaan bahan pangan lokal, maka ampas
tahu dapat dibuat menjadi tepung. Tepung ampas tahu dapat diformulasi dan diolah
menjadi berbagai produk olahan. Ampas tahu digunakan karena kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang ampas tahu menjadikan ampas tahu nyaris tidak
terpakai, bahkan dibuang tanpa mengetahui bahwa ampas tahu masih memiliki
kandungan gizi yang tinggi, selain itu juga harganya relatif lebih murah dan mudah
didapat . Selain itu tepung ampas tahu memiliki kandungan amilosa yang rendah.
Amilosa ini berperan penting dalam pembentukan gel (proses gelatinasi) yang akan
menentukan tekstur produk akhir. Untuk meningkatkan nilai tambah ampas tahu,
dapat dijdikan sebagai tepung karena memudahkan dalam penyimpanan. Mengingat
kandungan gizi ampas tahu, maka dilakukan penggunaan ampas tahu sebagai bahan
pengikat dalam pembuatan nugget daging ayam broiler.
2.6 Tepung Ikan
Tepung ikan yang dihasilkandari proses penggilingan tersebut sudah siap
untukdipasarkan. Sebagaimana dinyatakan olehWindsor (2001) bahwa tepung ikan
dibuat dari ikanmaupun sisa-sisa/limbah pengolahan ikan melalui prosespengeringan,
penggilingan atau proses lainnya tanpapenggunaan bahan tambahan.
9
Penggunaaan tepung ikan sebagai bahan pakan hewan maupun ternak semakin
populer. Tepung ikan adalah suatu produk padat kering yang dihasilkan dengan jalan
mengeluarkan sebagian besar cairan dan sebagian atau seluruh lemak yang dikandung
didalam tubuh ikan. Tepung ikan sebagai bahan pakan ternak untuk memenuhi
kebutuhan protein hewani dibuat dari sisa-sisa olahan (limbah) dalam
memaksimalkan pemanfaatan ikan yang pada akhirnya juga memaksimalkan nilai
ekonomis sisa olahan. Bahan mentah yang sebaiknya dipakai adalah ikan yang tida
berlemak (lean fish) untuk mengurangi kemungkinan terjadinya oksidasi lemak yang
akan menyebabkan ketengikan.
Tabel 1. SNI tepung ikan/bahan baku pakan (SNI 01-2715-1996/Rev. 92)
Persyaratan
Kadar air Protein Serat kasar Abu Lemak
Maksimal Minimal Maksimal Maksimal Maksimal
Mutu I 10 65 1,5 20 8
Mutu II 12 55 2,5 25 10
Mutu III 12 45 3 30 12
2.7 Tepung Kerang
Cangkang kerang dapat diupayakan dengan memanfaatkan kandungan nutrisi
yang ada untuk meningkatkan nilai tambah (value added). Nutrisi cangkang kerang
memiliki kandungan mineral terutama kalsium yang cukup tinggi, sehingga
diperlukan diversifikasi produk yang dapat digunakan sebagai sumber kalsium alami
(Agustini et.al., 2011).
Manfaat kalsium bagi tubuh adalah sebagai pembentuk tulang dan gigi.
Kekurangan kalsium dapat menyebabkan kekeroposan gigi dan tulang yang lama
kelamaan menyebabkan osteoporosis di usia senja. Karena itulah banyak dicari
sumber-sumber kalsium alternatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
10
Bahan yang kaya akan kalsium biasanya memiliki nilai kandungan fosfor yang
tinggi juga. Penyerapan kalsium oleh tubuh tidak terlepas dari adanya kandungan
fosfor, tetapi kandungan fosfor yang berlebih juga dapat menghambat penyerapan
kalsium oleh tubuh. Menurut Soedioetama (2004), absorpsi kalsium yang baik,
perbandingan kalsium : fosfor di dalam rongga usus (dalan hidangan) 1 : 1 hingga 3 :
1. Perbandingan kalsium : fosfor lebih besar dari 3 : 1 akan mengakibatkan
penghambatan penyerapan kalsium, sehingga dapat menyebabkan defisiensi kalsium.
Metode pembuatan tepung cangkang kerang ini merupakan modifikasi dari
Yanuar (2008). Pertama, pembuatan tepung cangkang kerang dilakukan dengan cara
membersihkan cangkang kerang terlebih dahulu dengan menggunakan air mengalir.
Kemudian cangkang direbus selama 30 menit dengan suhu 100oC. Setelah ditiriskan
sebentar, dilakukan pencucian lagi dengan air mengalir untuk memaastikan tidak ada
kotoran yang menempel. Selajutnya cangkang kerang dilunakan dengan
menggunakan autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121oC. Kemudian dilakukan
pengeringan dengan menggunakan oven selama 3 jam dengan suhu 70oC. terakhir
adalah tahap penepungan sampai didapat ukuran 100 mesh.Pemanfaatan bahan
pakan lokal seperti produk perikanan dan hasil ikutannya semaksimal mungkin
diharapkan dapat mengurangi biaya ransum.Salah satu diantaranya adalah limbah
udang.
2.8 Tepung Jagung
Tepung jagung adalah tepung yang diperoleh dengan cara menggiling biji jagung
yang bersih dan baik. Secara umum, terdapat dua metode pembuatan tepung jagung
yaitu metode basah dan metode kering. Pada metode basah, biji jagung yang telah
disosoh direndam dalam air selama 4 jam lalu dicuci, ditiriskan dan diproses menjadi
tepung menggunakan mesin penepung.Sedangkan pada metode kering, biji jagung
yang telah disosoh ditepungkan, artinya tanpa perendaman (Suarni, 2009).
11
Pada prinsipnya, penggilingan biji jagung adalah proses pemisahan perikarp,
endosperma dan lembaga, kemudian dilanjutkan dengan proses pengecilan ukuran.
Perikarp harus dipisahkan pada proses pembuatan tepung karena kandungan seratnya
yang cukup tinggi sehingga dapat membuat tepung bertekstur kasar. Pada pembuatan
tepung, dilakukan pemisahan lembaga karena tanpa pemisahan lembaga tepung akan
mudah mengalami ketengikan. Tip cap juga harus dipisahkan karena dapat membuat
tepung menjadi kasar. Pada pembuatan tepung, endosperma merupakan bagian yang
digiling menjadi tepung (Suarni et al., 2001).
Tepung jagung memiliki kandungan lemak dan kandungan amilosa yang tinggi
sehingga sulit untuk mengikat air selama proses pemasakan. Kandungan lemak pada
tepung jagung menyebabkan terhalangnya kontak antara air dengan protein dalam
jagung. Sedangkan kandungan amilosa pada jagung memiliki struktur yang kompak
sehingga sulit untuk ditembus oleh air. Rendahnya tingkat kemampuan mengikat air
inilah yang menyebabkan kemampuan granula pati untuk menggelembung pada
gelatinisasi menjadi rendah (Alam, 2010). Tepung jagung juga memiliki mutu yang
bervariasi, tergantung dari jenis jagungnya. Oleh karena itu, ditentukan kriteria mutu
tepung jagung berdasarkan SNI yang disajikan pada Tabel 2 agar aplikasi dari
tepung jagung tersebut memiliki kualitas yang baik.
Tabel 2. Kriteria Mutu Tepung Jagung berdasarkan SNI
Kriteria uji Satuan Persyaratan
Bau - Normal
Rasa - Normal
Warna - Normal
Benda asing - Tidak boleh
Serangga - Tidak boleh
12
Pati lain selain jagung - Tidak boleh
Kehalusan
Lolos 80 mesh % Minimum 70
Lolos 60 mesh % Maksimum 99
Air % (b/b) Maksimum 10
Abu % (b/b) Maksimum 1,50
Silikat % (b/b) Maksimum 0,10
Serat kasar % (b/b) Maksimum 1,50
Derajat asam ml N NaOH/100 g Maksimum 4
Timbal mg/kg Maksimum 1
Tembaga mg/kg Maksimum 10
Seng mg/kg Maksimum 40
Raksa mg/kg Maksimum 0,05
Cemaran arsen mg/kg Maksimum 0,50
Angka lempeng total koloni/g Maksimum 5 x 106
E.coli APM/g Maksimum 10
Kapang koloni/g Maksimum 104
2.9 Garam
Garam merupakan salah satu bahan kimia yang sering dimanfaatkan oleh
manusia khususnya dalam bidang konsumsi. Penyusun terbesar garam yaitu senyawa
Natrium Klorida. Selain NaCl terdapat pula bahan pengotor antara lain CaSO4
MgSO4 MgCl2 dan lain-lain (Muryati, 2008). Menurut Rositawati (2013) garam
diperoleh dengan tiga cara, yaitu penguapan air laut dengan sinar matahari,
penambangan batuan garam (rock salt) dan air sumur air garam (brine). Garam hasil
13
tambang berbeda-beda dalam komposisinya, tergantung pada lokasi, namun biasanya
mengandung lebih dari 95% NaCl.
Bledug Kuwu merupakan sebuah fenomena alam berupa keluarnya lumpur dan
gas dari dalam perut bumi. Selain lumpur dan letupan gas, Bledug Kuwu juga
mengeluarkan air yang memiliki rasa asin seperti air laut. Oleh warga sekitar air yang
keluar bersamaan dengan letupan Bledug Kuwu kemudian dimanfaatkan sebagai
bahan pembuatan garam. Berdasarkan cara memperolehnya garam ini dikategorikan
dalam garam yang diolah dari brine.
Garam dibuat dengan cara mengalirkan air yang keluar bersama letupan ke bak
penampung yang selanjutnya ditampung dan diuapkan dalam bilah bambu yang
sudah dibelah. Dilihat dari prosesnya pembuatan gram ini tergolong masih
menggunakan metode yang sederhana. Garam Bledug Kuwu dimanfaatkan oleh
warga sekitar untuk konsumsi sendiri dan dijual. Pembuatan garam dengan cara yang
masih tradisional memungkingkan kualitas garam itu sendiri belum memenuhi syatat,
terlebih hingga saat ini belum adanya pengujian mengenai kualitas dari garam Bledug
Kuwu.
Penggunaan metode yang masih sederhana mengakibatkan hasil garam yang
diprosuksi masih memiliki kualitas apa adanya. Kualitas tersebut ditunjukan dari
penampakan garam baik secara fisik maupun kimia. Garam yang baik ditunjukan
dengan bentuk kristal yang halus dan memiliki warna putih jernih. Secara kimia
kualitas garam ditentukan dari kadar NaCl yang terkandung dalam garam.
Berdasarkan SNI 01-3556-2000 kadar minimal NaCl dalam garam konsumsi yaitu
94.7 %. Secara lebih lengkap standar mutu garam konsumsi disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi garam dapur menurut SNI 01-3556-2000
Senyawa Kadar
Natrium Klodira Min 94,7 %
Air Maks 5%
14
Iodium sebagai KI Min 30 ppm
Logam Timbal (Pb) Maks 10 ppm
Logam Tembaga (Cu) Maks 10 ppm
Logam Air Raksa (Hg) Maks 0,1 ppm
Logam Arsen Maks 0,5 ppm
Ca Maks 2,0 ppm
Mg Maks 2,0 ppm
Fe Maks 2,0 ppm
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas garam yaitu
melalui proses rekristalisasi. Rekristalisasi merupakan metode pemurnian garam
dengan cara melarutkan garam dengan air panas kemudian diuapkan kembali.
Sebelum diuapkan larutan garam bledug kuwu perlu ditambahkan bahan pengikat
pengotor sehingga ion-ion pengotor dapat dipisahkan dari garam. Hal tersebut
didasarkan atas kajian Wisnu dan Heny (2007) yang menyebutkan bahwa untuk
menghasilkan garam dapur yang memiliki kadar NaCl di atas 95% dapat dilakukan
dengan cara pencucian.
Menurut Bahrudin dkk. (2009) pengotor dalam garam dapur dapat dihilangkan
dengan menambahkan bahan pengikat pengotor sedangkan menurut Nurhidayati
(2007) bahwa untuk memenuhi persyaratan garam farmasetis, garam dapur perlu
dilakukan pemurnian dengan rekristalisasi empat kali.
15
BAB III
CARA PEMBUATAN DAN PENGAPLIKASIAN PAKAN TERNAK AYAM
RAS PEDAGING DARI BEBERAPA BAHAN PAKAN LOKAL
3.1 Cara Pembuatan Pakan Ternak Ayam Ras Pedaging
A. Alat
Peralatan yang digunakan antara lain : blender, neraca, baskom plastik, kukusan
besar dan gilingan ikan.
B. Bahan
Bahan yang digunakan untuk membuat pakan ayam terdiri dari : tepung bekatul,
dedak, tepung ampas tahu, tepung ikan, tepung kerang atau tepung cangkang telur,
tepung jagung, dan garam.
C. Formula Pakan
Tepung
Bekatul (kg)
Dedak (kg)
Ampas
Tahu (kg)
Tepung
Ikan (kg)
Tepung
Kerang
(kg)
Tepung
Jagung
(kg)
Garam
(kg)
2,5 1,9 1,2 1,7 0,5 2 0,2
D. Pembuatan Pakan
Tepung bekatul, dedak, tepung ampas tahu, tepung ikan, tepung kerang, teoung
jagung dan garam sesuai formula dengan basis 100% dicampurkan sampai homogen.
Setelah homogen dikukus dengan alat kukusan selama 45 menit. Hasil kukusan
dibuat pelet pakan dengan menggunakan gilingan ikan. Kemudian pelet pakan
dikeringkan dengan cara menjemur sampai kadar air maksimum 7,00%.
16
3.2 Diagram Alir
Pencampuran semua
bahan tepung
Adonan dikukus ±
45 menit
Hasil adonan dibuat
pelet dengan
gilingan ikan
Pellet dikeringkan
(dijemur) sampai kadar
air maksimum 7%
Pakan siap
diberikan pada
ayam
17
3.3 Pengaplikasian Pakan Pada Ayam Ras Pedaging
No. Jenis Ternak Kebutuhan Zat-zat Makanan
Energi Met.
(kkal/kg)
Protein
(%)
1. Ayam Pedaging (Broiler)
Starter (0 – 3 minggu)
Finisher (3 – 6 minggu)
3200
3200
23
20
2. Ayam Petelur (Layer)
Starter (0 – 6 minggu)
Grower (7 – 14 minggu)
Developer (15 – 20 minggu)
Layer (> 20 minggu)
2900
2900
2900
2900
18
15
12
16
Langkah-langkah pemberian pakan dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Siapkan tempat pakan dalam keadaan bersih sesuai dengan jumlah ayam yang
akan diberikan. Misal : jumlah ayam yang dipelihara ada 130 ekor, setiap tempat
pakan dapat digunakan untuk 11 ekor ayam, sehingga untuk 130 ekor ayam
membutuhkan 12 buah tempat pakan.
2. Lihat angka kebutuhan konsumsi pakan yang terdapat pada tabel konsumsi
standar sesuai dengan umur ayam. Biasanya diketahui konsumsi, Misal :
diketahui pada minggu ke 5 ayam membutuhkan pakan 0,53 kg/ekor/ minggu.
3. Angka kebutuhan konsumsi pakan selanjutnya dibagi 7, sehingga diketahui
kebutuhan konsumsi pakan yaitu 0,53 kg/7 hari = 0,076 kg/ekor/hari.
4. Kebutuhan pakan per ekor per hari selanjutnya dkalikan dengan jumlah ayam
yang ada di dalam kandang, sehingga diketahui jumlah pakan yang dibutuhkan
pada hari tersebut untuk sejumlah ayam yang ada didalam kandang 0,076 x 130
ekor = 9,88 kg
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses pembuatan pakan alami untuk ayam dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan lokal yaitu bekatul, dedak, ampas tahu, tepung ikan,
tepung kerang, tepung jagung dan garam. Dimana semua bahan dicampurkan
kemudian dikukus dan dibuat pelet dengan kadar air maksimal 7%.
2. Pemberian pakan dilakukan sebanyak dua kali yaitu pagi dan sore hari
19
DAFTAR PUSTAKA
Rositawati, L. Agustina, dkk. 2013. Rekristalisasi Garam Rakyat dari Daerah Demak
untuk Mencapai SNI Garam Industri.Volume 2, Nomor 4. Tembalang, Semarang :
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
Pakaya, K. Nanang, dkk.2015.Analisis Mutu Garam Tradisional di Desa Siduwonge
Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwanto Provinsi Gorontalo.Volume 3,
Nomor 1. Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
UNG.
Wulandari, Mita dan Erma Handarsari.2010.Pengaruh Penambahan Bekatul
Terhadap Kadar Protein dan Sifat Organoleptik Biskuit. Volume 01, Nomor 02.
Program Studi D III Gizi, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Semarang .
Kurniawati, Linda. 2010. Pemanfaatan Bekatul dan Ampas Wortel(Daucus carota)
dalam Pembuatan Cookies. Volume 3, Nomor 2. Surakarta : Staf Pengajar Program
Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Slamet
Riyadi.
Hanum,Misra.2016.Pemanfaatan Tepung Ampas Tahu Sebagai Bahan Pengikat
Terhadap Mutu Nugget Daging Ayam Boiler. Mahasiswa Peter nakan Fakultas
Pertanian, Universitas Almuslim.
Sihite, H. Herlina.2013.Studi Pemanfaatan Limbah Ikan dari Tempat Pelelangan
Ikan(TPI) dan Pasar Tradisional Naulisibolga Menjadi Tepung Ikan Sebagai Bahan
Baku Pakan.Medan: Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara.
Erlania. 2012. Eksistensi Industri Tepung di Kota Tegal, Jawa Tengah.Volume 7,
Nomor 1.Jakarta Selatan : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya.
Abidin, Habibah, dkk. 2016. Fortifikasi Berbagai Jenis Tepung Cangkang Kerang
Pada Proses Pembuatan Roti Tawar. Volume 5, Nomor 2.Tembalang, Semarang,
20
Jawa Tengah :Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro.
Suprihariyanti. (2017). ”Prosedur Pemberian Pakan pada Ternak”.[Online].
Tersedia : http://suprihariyanti20.blogspot.co.id yang diakses pada 5 Mei 2018.
PT.Toko Mesin Maksindo.(Tanpa tahun).“Cara Membuat Pakan Ayam Alternatif
Sendiri di Rumah”.[Online]. Tersedia : http://www.tokomesin.com yang diakses
pada 7 Mei 2018.
21
LAMPIRAN

More Related Content

What's hot

Nutrisi dan pakan unggas kontekstual
Nutrisi dan pakan unggas kontekstualNutrisi dan pakan unggas kontekstual
Nutrisi dan pakan unggas kontekstualMuhammad Eko
 
Pertemuan 3 Gizi Kulinari : Makanan Pokok dan Lauk
Pertemuan 3   Gizi Kulinari : Makanan Pokok dan LaukPertemuan 3   Gizi Kulinari : Makanan Pokok dan Lauk
Pertemuan 3 Gizi Kulinari : Makanan Pokok dan LaukRatnawati Sigamma
 
Prakarya dan Kewirausahaan - Unggas Petelur
Prakarya dan Kewirausahaan -  Unggas Petelur Prakarya dan Kewirausahaan -  Unggas Petelur
Prakarya dan Kewirausahaan - Unggas Petelur Siti Farida
 
Pertemuan ii. bangsa bangsal unggas
Pertemuan ii. bangsa bangsal unggasPertemuan ii. bangsa bangsal unggas
Pertemuan ii. bangsa bangsal unggasEmi Suhaemi
 
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi Biogas
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi BiogasTeknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi Biogas
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi BiogasRamaiyulis Ramai
 
Bab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatanBab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatanRMontong
 
UJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELURUJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELURMuhammad Eko
 
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampungLaporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampungLaode Syawal Fapet
 
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakan
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakanMakalah teknologi penaganan dan pengolahan pakan
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakanPTPN VI
 

What's hot (20)

Nutrisi dan pakan unggas kontekstual
Nutrisi dan pakan unggas kontekstualNutrisi dan pakan unggas kontekstual
Nutrisi dan pakan unggas kontekstual
 
Pertemuan 3 Gizi Kulinari : Makanan Pokok dan Lauk
Pertemuan 3   Gizi Kulinari : Makanan Pokok dan LaukPertemuan 3   Gizi Kulinari : Makanan Pokok dan Lauk
Pertemuan 3 Gizi Kulinari : Makanan Pokok dan Lauk
 
Brosur
BrosurBrosur
Brosur
 
Prakarya dan Kewirausahaan - Unggas Petelur
Prakarya dan Kewirausahaan -  Unggas Petelur Prakarya dan Kewirausahaan -  Unggas Petelur
Prakarya dan Kewirausahaan - Unggas Petelur
 
SNI Sapi Potong
SNI Sapi PotongSNI Sapi Potong
SNI Sapi Potong
 
Proposal sapi 1
Proposal sapi 1Proposal sapi 1
Proposal sapi 1
 
Pertemuan ii. bangsa bangsal unggas
Pertemuan ii. bangsa bangsal unggasPertemuan ii. bangsa bangsal unggas
Pertemuan ii. bangsa bangsal unggas
 
Budidaya ayam petelur
Budidaya ayam petelurBudidaya ayam petelur
Budidaya ayam petelur
 
Peternakan sapi
Peternakan sapiPeternakan sapi
Peternakan sapi
 
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi Biogas
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi BiogasTeknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi Biogas
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi Biogas
 
mutu protein
mutu proteinmutu protein
mutu protein
 
Ayam unggul balitbangtan dan perbibitan 31 juli 2018
Ayam  unggul balitbangtan dan  perbibitan 31 juli 2018Ayam  unggul balitbangtan dan  perbibitan 31 juli 2018
Ayam unggul balitbangtan dan perbibitan 31 juli 2018
 
Bab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatanBab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatan
 
Standar profesi gizi
Standar profesi giziStandar profesi gizi
Standar profesi gizi
 
UJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELURUJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELUR
 
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampungLaporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
 
Ppt bahan pangan
Ppt bahan panganPpt bahan pangan
Ppt bahan pangan
 
organ reproduksi jantan
organ reproduksi jantanorgan reproduksi jantan
organ reproduksi jantan
 
X 1 dasar-dasar-pakan-ternak
X 1 dasar-dasar-pakan-ternakX 1 dasar-dasar-pakan-ternak
X 1 dasar-dasar-pakan-ternak
 
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakan
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakanMakalah teknologi penaganan dan pengolahan pakan
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakan
 

Similar to PAKAN LOKAL

Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 okPembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 okMasyithahRachmat30
 
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)Emma Femi
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2PPGhybrid3
 
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi  PakanPoir Poin Klh S2 2009 Formulasi  Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakanptkonline
 
Biokimia akuakultur I: Nutrisi dan Pakan
Biokimia akuakultur I: Nutrisi dan PakanBiokimia akuakultur I: Nutrisi dan Pakan
Biokimia akuakultur I: Nutrisi dan PakanIbnu Sahidhir
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2PPGhybrid3
 
Budidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas PetelurBudidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas PetelurDisty Ridha H
 
Keunggulan pellet tradisional pada pasar modern
Keunggulan pellet tradisional pada pasar modernKeunggulan pellet tradisional pada pasar modern
Keunggulan pellet tradisional pada pasar modernAdhy Mulyadi
 
Memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternak
Memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternakMemanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternak
Memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternakGufroni Arsjad Lalu Muhammad
 
Meramu pakan ikan
Meramu pakan ikanMeramu pakan ikan
Meramu pakan ikanRoni Irama
 
AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4PPGhybrid3
 
bahan baku pakan
bahan baku pakanbahan baku pakan
bahan baku pakanpoiuytrew
 

Similar to PAKAN LOKAL (20)

Ayam buras
Ayam burasAyam buras
Ayam buras
 
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 okPembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
 
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
 
Contoh ICP
Contoh ICPContoh ICP
Contoh ICP
 
Icp kim
Icp kimIcp kim
Icp kim
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2
 
Pakan ikan
Pakan ikanPakan ikan
Pakan ikan
 
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi  PakanPoir Poin Klh S2 2009 Formulasi  Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakan
 
Biokimia akuakultur I: Nutrisi dan Pakan
Biokimia akuakultur I: Nutrisi dan PakanBiokimia akuakultur I: Nutrisi dan Pakan
Biokimia akuakultur I: Nutrisi dan Pakan
 
MATERI.pptx
MATERI.pptxMATERI.pptx
MATERI.pptx
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2
 
Budidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas PetelurBudidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas Petelur
 
Keunggulan pellet tradisional pada pasar modern
Keunggulan pellet tradisional pada pasar modernKeunggulan pellet tradisional pada pasar modern
Keunggulan pellet tradisional pada pasar modern
 
Memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternak
Memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternakMemanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternak
Memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternak
 
Meramu pakan ikan
Meramu pakan ikanMeramu pakan ikan
Meramu pakan ikan
 
Susu kedelai
Susu kedelaiSusu kedelai
Susu kedelai
 
How to make fried rice
How to make fried riceHow to make fried rice
How to make fried rice
 
Jen 1
Jen 1Jen 1
Jen 1
 
AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4
 
bahan baku pakan
bahan baku pakanbahan baku pakan
bahan baku pakan
 

Recently uploaded

CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 

Recently uploaded (7)

CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 

PAKAN LOKAL

  • 1. Pembuatan Pakan Ayam dengan Memanfaatkan Bahan Pakan Lokal Disusun Oleh: Andi Putri Awalia/ 331 16 015 Arjun/ 331 16 040 Ummi Kalsum/331 16 054 Masyithah Rachmat/331 16 060 Hesti/ 331 16 064 JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG MEI, 2018
  • 2. i
  • 3. ii KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pembuatan Pakan Ayam dengan Memanfaatkan Bahan Pakan Lokal” ini. Shalawat serta salam kami hanturkan kepada Rasulullah SAW yang menjadi teladan terbaik bagi umat manusia . Rasul yang membawa kita dari jalan yang gelap menuju cahaya- Nya. Terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada Bapak Muhammad Saleh, S.T, M.Si selaku dosen pembimbing dalam penyusunan makalah ini. Terimakasih kami hanturkan kepada ayah handa dan ibu tercinta yang selalu mendoakan kesuksesan kami dalam menimba ilmu di perantauan. Serta kawan-kawan seperjuangan yang selalu punya cara untuk menghibur kala penat menghampiri. Penyusunan makalah ini dilakukan tidak hanya dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Bioproses namun lebih dari itu. Penyusunan makalah ini diharapkan bisa menjadi dasar atau pedoman dalam membuat pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal. Kami menyadari dalam peulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Harapan kami makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca. Makassar, Mei 2018 Penyusun
  • 4. iii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................ i KATA PENGANTAR....................................................................................................ii DAFTAR ISI.................................................................................................................iii BAB 1. PENDAHULUAN ...........................................................................................1 1.1. Latar Belakang.................................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah............................................................................................2 1.3. Tujuan ..............................................................................................................3 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................4 2.1. Pakan Ternak Ayam.........................................................................................4 2.2. Ayam Ras Pedaging (Broiler)..........................................................................4 2.3. Tepung Bekatul................................................................................................5 2.4. Dedak ...............................................................................................................6 2.5. Tepung Ampas Tahu........................................................................................7 2.6. Tepung Ikan .....................................................................................................8 2.7. Tepung Kerang.................................................................................................9 2.8. Tepung Jagung...............................................................................................10 2.9. Garam.............................................................................................................12 BAB 3. CARA PEMBUATAN DAN PENGAPLIKASIAN PAKAN TERNAK AYAM.............................................................................................................15 3.1. Cara Pembuatan Pakan Ternak Ayam ...........................................................15 3.2. Diagram Alir ..................................................................................................16 3.3. Pengaplikasian Pakan Pada Ayam Ras Pedaging ..........................................17 BAB 4. PENUTUP......................................................................................................18 4.1 Kesimpulan......................................................................................................18 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................19 LAMPIRAN ................................................................................................................ 21
  • 5. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam broiler merupakan tipe ayam pedaging dan umumnya digunakan untuk konsumsi sehari-hari sebagai pemenuh kebutuhan protein hewani. Ayam broiler memiliki masa panen yang relatif cepat dan dapat menjamin ketersediaan daging serta memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia akan gizi. Selain memperhatikan gizi, masyarakat memilih ayam broiler yang memiliki bobot badan besar dengan persentase jumlah daging dada dan paha yang tinggi sehingga berpengaruh pada tingginya permintaan akan ayam broiler. Salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha peternakan adalah faktor pakan, disamping faktor genetik dan tatalaksana pemeliharaan. Biaya pakan dalam suatu usaha peternakan khususnya ayam broiler merupakan komponen terbesar dari total biaya produksi yang harus dikeluarkan peternak selama proses produksi yaitu sekitar 60sampai 70 persen (Budiansyah, 2010). Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat- zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi. Agar pertumbuhan dan produksi maksimal, jumlah dan kandungan zat-zat makanan yang diperlukan ternak harus memadai (Suprijatna, 2008).Oleh karena itu, agar usaha peternakan ayam broiler dapat berhasil dengan baik, ayam dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal dengan tingkat keuntungan yang maksimum, maka faktor pakan harus mendapat perhatian yang cukup serius, terutama kualitas dan harga pakan. Umumnya peternak ayam broiler menggunakan ransum komersial untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak,karena ransum komersial telah disusun sedemikian rupa sehingga memenuhi standar kebutuhan zat makanan yang telah ditetapkan,dan ransum tersebut banyak tersedia d pasaran. Salah satu usaha untuk menekan biaya pakan adalah memanfaatkan bahan pakan alternatif (beberapa bahan
  • 6. 2 pakan lokal) seperti : tepung bekatul, dedak, tepung ampas tahu, tepung ikan, tepung kerang, tepung jagung dan garam. Bahan pakan lokal seperti bekatul, dedak, tepung ampas tahu, tepung ikan, tepung kerang dan tepung jagung berpotensi bila digunakan sebagai bahan untuk campuran pembuatan pakan ternak ayam pedaging. Indonesia sebagai negara agraris setiap tahun mampu menghasilkan 47 juta ton padi dari jumlah ini dapat dihasilkan 32 juta ton beras per tahun (Ukun, 2002). Bekatul sebagai hasil sampingan pengglingan padi berasal dari lapisan luar karyopis beras, yaitu bagian antar beras dengan kulit padi. Meskipun bekatul melimpah di Indonesia, namun pemanfaatannya masih kurang maksimal. Nilai gizi bekatul sangat baik, diantaranya mengandung vitamin B, vitamin E, asam lemak esensial, serat pangan, protein, oryzanol dan asam ferulat (Ardiansyah, 2004).Kandungan nutrien bekatul terdiri dari air 15%, protein kasar 14,5%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 48,7%, serat kasar 7,4%, lemak kasar 7,4%, abu 7,0%, protein dapat dicerna 10,8%, dan martabat pati (MP) 70% (Lubis, 1992). Berdasarkan uraian diatas tentang sifat fisika kimia bekatul sebagai salah satu bahan pakan lokal, maka makalah ini bertujuan untuk membuat pakan ayam pedaging dengan bahan-bahan yang mudah didapatkan dan dengan cara pembuatan yang dapat diterapkan dalam masyarakat. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pembuatan makalah ini adalah, yaitu: 1. Bagaimana cara pembuatan pakan ternak ayam ras pedaging dari beberapa bahan pakan lokal? 2. Bagaimana cara pengaplikasianpakan ternak ayam ras pedaging dari beberapa bahan pakan lokal?
  • 7. 3 1.3 Tujuan Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu: 1. Untuk mengetahui cara pembuatan pakan ternak ayam ras pedaging dari beberapa bahan pakan lokal. 2. Untuk mengetahui cara pengaplikasianpakan ternak ayam ras pedaging dari beberapa bahan pakan lokal.
  • 8. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pakan Ternak Ayam Pakan adalah makanan/asupan (semua bahan pakan) yang diberikan kepada hewan ternak atau hewan peliharaan, istilah ini berawal dari bahasa Jawa, pengertian pakan sendiri adalah sumber energy dan misteri bagi masa pertumbuhan dan kehidupan untuk makhluk hidup. Zat yang terpenting dalam pakan adalah protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitaminnya seimbang. Pakan sendiri merupakan komoditi yang sangat penting bagi ternak. Zat-zat dan nutrisi yang terkandung dalam pakan dimanfaaatkan oleh lemak untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi ternak sendiri. Selain itu, pakan juga merupakan dasar bagi kehidupan yang secara terus menerus berhubungan dengan kimiawi tubuh dan kesehatan. Pemberian pakan ternak harus sesusai dengan kebutuhan tubuh ternak tersebut, bahan pakan merupakan bahan makanan yang terdiri dari bahan kering dan air yang harus diberikan kepada ternak untuk memenuhi harga pakan yang kadang melambung tinggi yang tidak diimbangi kenaikan harga ayam akan mengakibatkan kerugian bagi peternak ayam. 2.2 Ayam Ras Pedaging (Broiler) Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.
  • 9. 5 Ayam pedaging (Broiler) saat ini telah banyak diternakkan sebagai salah pemenuhan kebutuhan protein hewani. Ayam pedaging yang cukup potensial untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat (Mangisah, 2003). Ayam jenis ini mempunyai keunggulan karena mengalami pertumbuhan yang lebih cepat untuk kurun waktu umur pemeliharaan 7-8 minggu dapat mencapai berat 1,8-2,0 kg. 2.3 Tepung Bekatul Bekatul dinilai sebagai bahan kurang bermanfaat karena bekatul merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras.Sisa dari penumbukkan atau penggilingan padi ini dinamakan bekatul. Sejak dulu bekatul hanyadikenal masyarakat sebagai bahan pakan ternakdengan mutu yang rendah. Untuk lebihmeningkatkan manfaat bekatul yang jumlahnya berlimpah di masyarakat, memiliki daya jualmurah atau nilai ekonomis yang rendah, makabekatul dapat digunakan sebagai bahan makanan campuran pada produk makanan. Kandungan zat gizi yang dimiliki bekatulyaitu protein 13,11 – 17,19 persen, lemak 2,52 –5,05 persen, karbohidrat 67,58 – 72,74 persen,dan serat kasar 370,91 - 387,3 kalori serta kayaakan vitamin B, terutama vitamin B1 (thiamin).Berdasarkan sumbernya, protein yang terdapatdalam bekatul dapat dimanfaatkan untuk dibuatsuatu produk yang dimungkinkan dapatmengatasi masalah kurang gizi. Selain memilikikandungan protein yang cukup tinggi bekatul juga tergolong sebagai bahan makanan yangaman untuk dikonsumsi. Proses penambahan bekatul padapembuatan produk bertujuan untuk meningkatkan kandungan gizi terutama proteinpada produk tersebut, sehingga dapatmemberikan nilai tambah tersendiri bagibekatul. Kelebihan dari penambahan bekatul inibisa meningkatkan kualitas dari suatu produk,karena bekatul memiliki kandungan lysine yangcukup tinggi. Dalam proses pembuatan produkyang memiliki kandungan
  • 10. 6 gizi yang rendah, karena adanya asam amino pembatas lysine,maka penambahan bekatul dapat meningkatkannilai gizi dari produk tersebut. Salah satu kelemahan bekatul bersifatcepat rusak dan sangat peka terhadap factor lingkungan. Salah satu cara untukmeningkatkan ketahanan simpan bekatul,yaitu dengan teknik penyangraian. Cara inisangat mudah, yaitu bekatul diayak halus,kemudian ditempatkan pada penggorengan,lalu dipanaskan langsung (tanpa minyakgoreng), sambil diaduk sekitar 10 menit. Kelemahan cara ini, adalah bekatul menjadiberwarna coklat tua dan kadang-kadang terasa hangus. Bekatul sangrai ini digunakanuntuk makanan kecil atau makanan lain yang tidak memerlukan pengembangan volumeproduk (Widowati, 2001). Bekatul mempunyai rasa yang kurangdisukai oleh masyarakat, hal tersebutmenyebabkan bekatul mempunyai nilaiekonomis yang rendah. Maka perludilakukan pengolahan untuk meningkatkanpenerimaan masyarakat. 2.4 Dedak Dedak padi merupakan hasil ikutan penggilingan padi yang berasal dari lapisanluar beras pecah kulit dalam proses penyosohan beras. Proses pengolahan gabah menjadi beras akan menghasilkan dedak padi kira-kira sebanyak 10% pecahan- pecahan beras atau menir sebanyak 17%, tepung beras 3%, sekam 20% dan berasnya sendiri 50%. Persentase tersebut sangat bervariasi tergantung pada varietas dan umur padi, derajat penggilingan serta penyosohannya (Grist, 1972). Menurut National Research Council (1994) dedak padi mengandung energi metabolis sebesar 2980 kkal/kg, protein kasar 12.9%, lemak 13%, serat kasar 11,4%, Ca 0,07%, P tersedia 0,22%, Mg 0,95% serta kadar air 9 (Dewan Standarisasi Nasional, 2001). Dedak padi merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras yang mengandung “bagian luar” beras yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula dengan bagian penutup beras itu. Hal inilah yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya kandungan serat kasar dedak (Rasyaf,1990). Kandungan lemak yang tinggi
  • 11. 7 yaitu 6 - 10% menyebabkan dedak padi mudah mengalami ketengikan oksidatif. Dedak padi mentah yang dibiarkan pada suhu kamar selama 10 -12minggu dapat dipastikan 75-80% lemaknya berupa asam lemak bebas, yang sangat mudah tengik (Amrullah, 2002). Dedak padi yang berkualitas baik mempunyai ciri fisik seperti baunya khas, tidak tengik, teksturnya halus, lebih padat dan mudah digenggam karena mengandung kadar sekam yang rendah, dedak yang seperti ini mempunyai nilai nutrisi yang tinggi (Rasyaf, 2002). Anggorodi (1994) menyatakan bahwa, dedak padi yang berkualitas tinggi mempunyai kandungan sekam lebih rendah. Tabel 1. Spesifikasi persyaratan mutu dedak padi Komposisi Mutu I Mutu II Mutu III Air (%, maximum) 12 12 12 Protein kasar (%, minimum) 11 10 8 Serat kasar (%, maximum) 11 14 16 Abu (%, maximum) 11 13 15 Lemak (%, maximum) 15 20 20 Asam lemak bebas terhadap lemak maksimum (%, maximum) 5 8 8 Ca (%, maximum) 0,04-0,300 0,04-0,30 0,04-0,30 P (%, maximum) 0,60-1,60 0,60-1,60 0,60-1,60 Aflatoksin (ppb, maximum) 50 50 50 Silica (%, maximum) 2 3 4 2.5 Tepung Ampas Tahu Ampas tahu merupakan hasil sampingan dalamproses pembuatan industri tahuyang diperoleh dari hasilpenyaringan susu kedelai. Ampastahu masih
  • 12. 8 mengandung protein yang relatif tinggi (Purwaningsih,2006).Ampas tahu memiliki kandungannilai gizi yang masih cukup tinggikarena pada proses pembuatan tahutidak semua bagian protein bisadiekstrak, lebih-lebih jikamenggunakan proses penggilingansederhana dan tradisional (Suhartinidan Hidayat, 2004). Namundemikian, bahan pangan yangmemiliki kandungan nilai gizi cukuptinggi tersebut belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Saat ini ampas tahu hanyadimanfaatkan sebagai bahanpembuatan tempe gembus, kerupuk,perkedel tahu, kecap dan sebagaipakan ternak, padahal ampas tahudapat diolah menjadi tepung dandapat dipakai sebagai bahan untuk membuat berbagai jenis kue dan cake yang biasanya memakaitepung terigu, salah satu diantaranya adalah nugget (Driyani,2007). Manfaat ampas tahu untuk menjaga kekayaan bahan pangan lokal, maka ampas tahu dapat dibuat menjadi tepung. Tepung ampas tahu dapat diformulasi dan diolah menjadi berbagai produk olahan. Ampas tahu digunakan karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang ampas tahu menjadikan ampas tahu nyaris tidak terpakai, bahkan dibuang tanpa mengetahui bahwa ampas tahu masih memiliki kandungan gizi yang tinggi, selain itu juga harganya relatif lebih murah dan mudah didapat . Selain itu tepung ampas tahu memiliki kandungan amilosa yang rendah. Amilosa ini berperan penting dalam pembentukan gel (proses gelatinasi) yang akan menentukan tekstur produk akhir. Untuk meningkatkan nilai tambah ampas tahu, dapat dijdikan sebagai tepung karena memudahkan dalam penyimpanan. Mengingat kandungan gizi ampas tahu, maka dilakukan penggunaan ampas tahu sebagai bahan pengikat dalam pembuatan nugget daging ayam broiler. 2.6 Tepung Ikan Tepung ikan yang dihasilkandari proses penggilingan tersebut sudah siap untukdipasarkan. Sebagaimana dinyatakan olehWindsor (2001) bahwa tepung ikan dibuat dari ikanmaupun sisa-sisa/limbah pengolahan ikan melalui prosespengeringan, penggilingan atau proses lainnya tanpapenggunaan bahan tambahan.
  • 13. 9 Penggunaaan tepung ikan sebagai bahan pakan hewan maupun ternak semakin populer. Tepung ikan adalah suatu produk padat kering yang dihasilkan dengan jalan mengeluarkan sebagian besar cairan dan sebagian atau seluruh lemak yang dikandung didalam tubuh ikan. Tepung ikan sebagai bahan pakan ternak untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dibuat dari sisa-sisa olahan (limbah) dalam memaksimalkan pemanfaatan ikan yang pada akhirnya juga memaksimalkan nilai ekonomis sisa olahan. Bahan mentah yang sebaiknya dipakai adalah ikan yang tida berlemak (lean fish) untuk mengurangi kemungkinan terjadinya oksidasi lemak yang akan menyebabkan ketengikan. Tabel 1. SNI tepung ikan/bahan baku pakan (SNI 01-2715-1996/Rev. 92) Persyaratan Kadar air Protein Serat kasar Abu Lemak Maksimal Minimal Maksimal Maksimal Maksimal Mutu I 10 65 1,5 20 8 Mutu II 12 55 2,5 25 10 Mutu III 12 45 3 30 12 2.7 Tepung Kerang Cangkang kerang dapat diupayakan dengan memanfaatkan kandungan nutrisi yang ada untuk meningkatkan nilai tambah (value added). Nutrisi cangkang kerang memiliki kandungan mineral terutama kalsium yang cukup tinggi, sehingga diperlukan diversifikasi produk yang dapat digunakan sebagai sumber kalsium alami (Agustini et.al., 2011). Manfaat kalsium bagi tubuh adalah sebagai pembentuk tulang dan gigi. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan kekeroposan gigi dan tulang yang lama kelamaan menyebabkan osteoporosis di usia senja. Karena itulah banyak dicari sumber-sumber kalsium alternatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
  • 14. 10 Bahan yang kaya akan kalsium biasanya memiliki nilai kandungan fosfor yang tinggi juga. Penyerapan kalsium oleh tubuh tidak terlepas dari adanya kandungan fosfor, tetapi kandungan fosfor yang berlebih juga dapat menghambat penyerapan kalsium oleh tubuh. Menurut Soedioetama (2004), absorpsi kalsium yang baik, perbandingan kalsium : fosfor di dalam rongga usus (dalan hidangan) 1 : 1 hingga 3 : 1. Perbandingan kalsium : fosfor lebih besar dari 3 : 1 akan mengakibatkan penghambatan penyerapan kalsium, sehingga dapat menyebabkan defisiensi kalsium. Metode pembuatan tepung cangkang kerang ini merupakan modifikasi dari Yanuar (2008). Pertama, pembuatan tepung cangkang kerang dilakukan dengan cara membersihkan cangkang kerang terlebih dahulu dengan menggunakan air mengalir. Kemudian cangkang direbus selama 30 menit dengan suhu 100oC. Setelah ditiriskan sebentar, dilakukan pencucian lagi dengan air mengalir untuk memaastikan tidak ada kotoran yang menempel. Selajutnya cangkang kerang dilunakan dengan menggunakan autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121oC. Kemudian dilakukan pengeringan dengan menggunakan oven selama 3 jam dengan suhu 70oC. terakhir adalah tahap penepungan sampai didapat ukuran 100 mesh.Pemanfaatan bahan pakan lokal seperti produk perikanan dan hasil ikutannya semaksimal mungkin diharapkan dapat mengurangi biaya ransum.Salah satu diantaranya adalah limbah udang. 2.8 Tepung Jagung Tepung jagung adalah tepung yang diperoleh dengan cara menggiling biji jagung yang bersih dan baik. Secara umum, terdapat dua metode pembuatan tepung jagung yaitu metode basah dan metode kering. Pada metode basah, biji jagung yang telah disosoh direndam dalam air selama 4 jam lalu dicuci, ditiriskan dan diproses menjadi tepung menggunakan mesin penepung.Sedangkan pada metode kering, biji jagung yang telah disosoh ditepungkan, artinya tanpa perendaman (Suarni, 2009).
  • 15. 11 Pada prinsipnya, penggilingan biji jagung adalah proses pemisahan perikarp, endosperma dan lembaga, kemudian dilanjutkan dengan proses pengecilan ukuran. Perikarp harus dipisahkan pada proses pembuatan tepung karena kandungan seratnya yang cukup tinggi sehingga dapat membuat tepung bertekstur kasar. Pada pembuatan tepung, dilakukan pemisahan lembaga karena tanpa pemisahan lembaga tepung akan mudah mengalami ketengikan. Tip cap juga harus dipisahkan karena dapat membuat tepung menjadi kasar. Pada pembuatan tepung, endosperma merupakan bagian yang digiling menjadi tepung (Suarni et al., 2001). Tepung jagung memiliki kandungan lemak dan kandungan amilosa yang tinggi sehingga sulit untuk mengikat air selama proses pemasakan. Kandungan lemak pada tepung jagung menyebabkan terhalangnya kontak antara air dengan protein dalam jagung. Sedangkan kandungan amilosa pada jagung memiliki struktur yang kompak sehingga sulit untuk ditembus oleh air. Rendahnya tingkat kemampuan mengikat air inilah yang menyebabkan kemampuan granula pati untuk menggelembung pada gelatinisasi menjadi rendah (Alam, 2010). Tepung jagung juga memiliki mutu yang bervariasi, tergantung dari jenis jagungnya. Oleh karena itu, ditentukan kriteria mutu tepung jagung berdasarkan SNI yang disajikan pada Tabel 2 agar aplikasi dari tepung jagung tersebut memiliki kualitas yang baik. Tabel 2. Kriteria Mutu Tepung Jagung berdasarkan SNI Kriteria uji Satuan Persyaratan Bau - Normal Rasa - Normal Warna - Normal Benda asing - Tidak boleh Serangga - Tidak boleh
  • 16. 12 Pati lain selain jagung - Tidak boleh Kehalusan Lolos 80 mesh % Minimum 70 Lolos 60 mesh % Maksimum 99 Air % (b/b) Maksimum 10 Abu % (b/b) Maksimum 1,50 Silikat % (b/b) Maksimum 0,10 Serat kasar % (b/b) Maksimum 1,50 Derajat asam ml N NaOH/100 g Maksimum 4 Timbal mg/kg Maksimum 1 Tembaga mg/kg Maksimum 10 Seng mg/kg Maksimum 40 Raksa mg/kg Maksimum 0,05 Cemaran arsen mg/kg Maksimum 0,50 Angka lempeng total koloni/g Maksimum 5 x 106 E.coli APM/g Maksimum 10 Kapang koloni/g Maksimum 104 2.9 Garam Garam merupakan salah satu bahan kimia yang sering dimanfaatkan oleh manusia khususnya dalam bidang konsumsi. Penyusun terbesar garam yaitu senyawa Natrium Klorida. Selain NaCl terdapat pula bahan pengotor antara lain CaSO4 MgSO4 MgCl2 dan lain-lain (Muryati, 2008). Menurut Rositawati (2013) garam diperoleh dengan tiga cara, yaitu penguapan air laut dengan sinar matahari, penambangan batuan garam (rock salt) dan air sumur air garam (brine). Garam hasil
  • 17. 13 tambang berbeda-beda dalam komposisinya, tergantung pada lokasi, namun biasanya mengandung lebih dari 95% NaCl. Bledug Kuwu merupakan sebuah fenomena alam berupa keluarnya lumpur dan gas dari dalam perut bumi. Selain lumpur dan letupan gas, Bledug Kuwu juga mengeluarkan air yang memiliki rasa asin seperti air laut. Oleh warga sekitar air yang keluar bersamaan dengan letupan Bledug Kuwu kemudian dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan garam. Berdasarkan cara memperolehnya garam ini dikategorikan dalam garam yang diolah dari brine. Garam dibuat dengan cara mengalirkan air yang keluar bersama letupan ke bak penampung yang selanjutnya ditampung dan diuapkan dalam bilah bambu yang sudah dibelah. Dilihat dari prosesnya pembuatan gram ini tergolong masih menggunakan metode yang sederhana. Garam Bledug Kuwu dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk konsumsi sendiri dan dijual. Pembuatan garam dengan cara yang masih tradisional memungkingkan kualitas garam itu sendiri belum memenuhi syatat, terlebih hingga saat ini belum adanya pengujian mengenai kualitas dari garam Bledug Kuwu. Penggunaan metode yang masih sederhana mengakibatkan hasil garam yang diprosuksi masih memiliki kualitas apa adanya. Kualitas tersebut ditunjukan dari penampakan garam baik secara fisik maupun kimia. Garam yang baik ditunjukan dengan bentuk kristal yang halus dan memiliki warna putih jernih. Secara kimia kualitas garam ditentukan dari kadar NaCl yang terkandung dalam garam. Berdasarkan SNI 01-3556-2000 kadar minimal NaCl dalam garam konsumsi yaitu 94.7 %. Secara lebih lengkap standar mutu garam konsumsi disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Komposisi garam dapur menurut SNI 01-3556-2000 Senyawa Kadar Natrium Klodira Min 94,7 % Air Maks 5%
  • 18. 14 Iodium sebagai KI Min 30 ppm Logam Timbal (Pb) Maks 10 ppm Logam Tembaga (Cu) Maks 10 ppm Logam Air Raksa (Hg) Maks 0,1 ppm Logam Arsen Maks 0,5 ppm Ca Maks 2,0 ppm Mg Maks 2,0 ppm Fe Maks 2,0 ppm Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas garam yaitu melalui proses rekristalisasi. Rekristalisasi merupakan metode pemurnian garam dengan cara melarutkan garam dengan air panas kemudian diuapkan kembali. Sebelum diuapkan larutan garam bledug kuwu perlu ditambahkan bahan pengikat pengotor sehingga ion-ion pengotor dapat dipisahkan dari garam. Hal tersebut didasarkan atas kajian Wisnu dan Heny (2007) yang menyebutkan bahwa untuk menghasilkan garam dapur yang memiliki kadar NaCl di atas 95% dapat dilakukan dengan cara pencucian. Menurut Bahrudin dkk. (2009) pengotor dalam garam dapur dapat dihilangkan dengan menambahkan bahan pengikat pengotor sedangkan menurut Nurhidayati (2007) bahwa untuk memenuhi persyaratan garam farmasetis, garam dapur perlu dilakukan pemurnian dengan rekristalisasi empat kali.
  • 19. 15 BAB III CARA PEMBUATAN DAN PENGAPLIKASIAN PAKAN TERNAK AYAM RAS PEDAGING DARI BEBERAPA BAHAN PAKAN LOKAL 3.1 Cara Pembuatan Pakan Ternak Ayam Ras Pedaging A. Alat Peralatan yang digunakan antara lain : blender, neraca, baskom plastik, kukusan besar dan gilingan ikan. B. Bahan Bahan yang digunakan untuk membuat pakan ayam terdiri dari : tepung bekatul, dedak, tepung ampas tahu, tepung ikan, tepung kerang atau tepung cangkang telur, tepung jagung, dan garam. C. Formula Pakan Tepung Bekatul (kg) Dedak (kg) Ampas Tahu (kg) Tepung Ikan (kg) Tepung Kerang (kg) Tepung Jagung (kg) Garam (kg) 2,5 1,9 1,2 1,7 0,5 2 0,2 D. Pembuatan Pakan Tepung bekatul, dedak, tepung ampas tahu, tepung ikan, tepung kerang, teoung jagung dan garam sesuai formula dengan basis 100% dicampurkan sampai homogen. Setelah homogen dikukus dengan alat kukusan selama 45 menit. Hasil kukusan dibuat pelet pakan dengan menggunakan gilingan ikan. Kemudian pelet pakan dikeringkan dengan cara menjemur sampai kadar air maksimum 7,00%.
  • 20. 16 3.2 Diagram Alir Pencampuran semua bahan tepung Adonan dikukus ± 45 menit Hasil adonan dibuat pelet dengan gilingan ikan Pellet dikeringkan (dijemur) sampai kadar air maksimum 7% Pakan siap diberikan pada ayam
  • 21. 17 3.3 Pengaplikasian Pakan Pada Ayam Ras Pedaging No. Jenis Ternak Kebutuhan Zat-zat Makanan Energi Met. (kkal/kg) Protein (%) 1. Ayam Pedaging (Broiler) Starter (0 – 3 minggu) Finisher (3 – 6 minggu) 3200 3200 23 20 2. Ayam Petelur (Layer) Starter (0 – 6 minggu) Grower (7 – 14 minggu) Developer (15 – 20 minggu) Layer (> 20 minggu) 2900 2900 2900 2900 18 15 12 16 Langkah-langkah pemberian pakan dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Siapkan tempat pakan dalam keadaan bersih sesuai dengan jumlah ayam yang akan diberikan. Misal : jumlah ayam yang dipelihara ada 130 ekor, setiap tempat pakan dapat digunakan untuk 11 ekor ayam, sehingga untuk 130 ekor ayam membutuhkan 12 buah tempat pakan. 2. Lihat angka kebutuhan konsumsi pakan yang terdapat pada tabel konsumsi standar sesuai dengan umur ayam. Biasanya diketahui konsumsi, Misal : diketahui pada minggu ke 5 ayam membutuhkan pakan 0,53 kg/ekor/ minggu. 3. Angka kebutuhan konsumsi pakan selanjutnya dibagi 7, sehingga diketahui kebutuhan konsumsi pakan yaitu 0,53 kg/7 hari = 0,076 kg/ekor/hari. 4. Kebutuhan pakan per ekor per hari selanjutnya dkalikan dengan jumlah ayam yang ada di dalam kandang, sehingga diketahui jumlah pakan yang dibutuhkan pada hari tersebut untuk sejumlah ayam yang ada didalam kandang 0,076 x 130 ekor = 9,88 kg
  • 22. 18 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Proses pembuatan pakan alami untuk ayam dapat dilakukan dengan menggunakan bahan lokal yaitu bekatul, dedak, ampas tahu, tepung ikan, tepung kerang, tepung jagung dan garam. Dimana semua bahan dicampurkan kemudian dikukus dan dibuat pelet dengan kadar air maksimal 7%. 2. Pemberian pakan dilakukan sebanyak dua kali yaitu pagi dan sore hari
  • 23. 19 DAFTAR PUSTAKA Rositawati, L. Agustina, dkk. 2013. Rekristalisasi Garam Rakyat dari Daerah Demak untuk Mencapai SNI Garam Industri.Volume 2, Nomor 4. Tembalang, Semarang : Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Pakaya, K. Nanang, dkk.2015.Analisis Mutu Garam Tradisional di Desa Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwanto Provinsi Gorontalo.Volume 3, Nomor 1. Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNG. Wulandari, Mita dan Erma Handarsari.2010.Pengaruh Penambahan Bekatul Terhadap Kadar Protein dan Sifat Organoleptik Biskuit. Volume 01, Nomor 02. Program Studi D III Gizi, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang . Kurniawati, Linda. 2010. Pemanfaatan Bekatul dan Ampas Wortel(Daucus carota) dalam Pembuatan Cookies. Volume 3, Nomor 2. Surakarta : Staf Pengajar Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Slamet Riyadi. Hanum,Misra.2016.Pemanfaatan Tepung Ampas Tahu Sebagai Bahan Pengikat Terhadap Mutu Nugget Daging Ayam Boiler. Mahasiswa Peter nakan Fakultas Pertanian, Universitas Almuslim. Sihite, H. Herlina.2013.Studi Pemanfaatan Limbah Ikan dari Tempat Pelelangan Ikan(TPI) dan Pasar Tradisional Naulisibolga Menjadi Tepung Ikan Sebagai Bahan Baku Pakan.Medan: Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara. Erlania. 2012. Eksistensi Industri Tepung di Kota Tegal, Jawa Tengah.Volume 7, Nomor 1.Jakarta Selatan : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. Abidin, Habibah, dkk. 2016. Fortifikasi Berbagai Jenis Tepung Cangkang Kerang Pada Proses Pembuatan Roti Tawar. Volume 5, Nomor 2.Tembalang, Semarang,
  • 24. 20 Jawa Tengah :Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Suprihariyanti. (2017). ”Prosedur Pemberian Pakan pada Ternak”.[Online]. Tersedia : http://suprihariyanti20.blogspot.co.id yang diakses pada 5 Mei 2018. PT.Toko Mesin Maksindo.(Tanpa tahun).“Cara Membuat Pakan Ayam Alternatif Sendiri di Rumah”.[Online]. Tersedia : http://www.tokomesin.com yang diakses pada 7 Mei 2018.