SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
LAPORAN PRAKTIKUM
SATUAN OPERASI INDUSTRI PANGAN I
ACARA II
PENENTUAN PANAS SPESIFIK BAHAN
Disusun Oleh:
Kelompok 04
1. Agata Febiola (H0917002)
2. Annida Syifahaque (H0917016)
3. Cylvia Arinta A (H0917024)
4. David Christian (H0917026)
5. Drinancahya D (H0917030)
6. Rizky Anggreini (H1917014)
ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
ACARA II
PENENTUAN PANAS SPESIFIK BAHAN
A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Acara II “Penentuan Panas Spesifik Bahan”
adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa mampu memahami salah satu metode penentuan panas spesifik
bahan hasil pertanian.
2. Mahasiswa mampu menentukan besarnya panas spesifik bahan hasil
pertanian.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Teori
Panas spesifik merupakan salah satu sifat fisik bahan. Data sifat fisik
bahan tersebut sangat diperlukan dalam industri pengolahan bahan pangan
guna pengembangan model termal untuk mendapat hasil yang akurat dan
mengontrol fluks panas dalam bahan makanan selama proses pengolahan.
Menurut Jassin (2010) panas spesifik (Cp) bahan pangan merupakan total
panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan temperatur suhu satuan
kuantitas bahan sebesar satu derajat dikali bobot produk dikali perubahan
suhu. Satuan SI yang digunakan adalah J/kg℃ atau kal/gr℃
(Bueche, 1989). Panas spesifik/kalor jenis pada dasarnya merupakan suatu
ukuran seberapa tidak sensitifnya zat secara termal terhadap penambahan
energi. Semakin besar kalor jenis suatu bahan, semakin besar pula energi
yang harus ditambahkan kepada bahan tersebut untuk menyebabkan suatu
perubahan suhu.
Menurut Barabash (2017) kapasitas panas (C) didefinisikan sebagai
energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat dengan 1K.
Kapasitas panas juga tergantung pada suhu (T) karena energi yang
dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat dengan 1K tergantung pada
jumlah zat, kapasitas panas adalah jumlah luas. Kapasitas panas juga
merupakan fungsi keadaan, misalnya, nilainya tergantung apakah
pemanaskan zat tersebut pada volume konstan (Cv) atau pada tekanan
konstan (Cp).
Salah satu teknik pengukuran panas spesifik/ kalor jenis adalah
kalorimetri, yaitu melibatkan pemanasan sampel yang diketahui suhunya
Tx dengan menempatkannya ke dalam bejana yang berisi air dan suhunya
diketahui lebih rendah dari Tx, kemudian mengukur air setelah
kesetimbangan (Serway and Jewett, 2013). Alat tempat terjadinya
perpindahan energi adalah kalorimeter. DSC (Differential Scanning
Calorimetry) adalah salah satu teknik analisis termal untuk menentukan
suhu dan perpindahan panas pada makanan contohnya pada saat
pendinginan menggunakan kulkas dan pemanasan makanan menggunakan
kompor (Heussen, 2011). Tidak hanya itu perpindahan panas juga
digunakan pada saat pemanasan bahan cair, penguapan, pengeringan dan
lain – lain (Earle, 1969).
Biasanya dalam pengukuran kalor jenis bahan pangan digunakan
metode campuran (Fuferti, dkk, 2013). Mekanisme dari metode campuran
yaitu suatu sampel zat dipanaskan sampai suhu tinggi yang diukur dengan
akurat dan dengan cepat ditempatkan pada air dingin kalorimeter. Kalor
yang hilang pada sampel tersebut akan diterima oleh air dan kalorimeter,
sehingga tidak ada energi kalor yang hilang. Dengan mengukur temperatur
akhir dari campuran, kalor jenis dapat dihitung (Giancoli, 2014). Metode
campuran menggunakan prinsip kerja kesetimbangan kalor yaitu jumlah
kalor yang diberikan bahan sama dengan jumlah kalor yang diterima oleh
sistem kalorimeter. Metode tersebut sangat sederhana sehingga paling
sering digunakan. Metode tersebut juga dapat digunakan untuk mengukur
kalor jenis biji-bijian atau buah.
Sifat-sifat air yang memberikan definisi asal dari kalori adalah
banyaknya perubahan suhu yang dialami air waktu mengambil atau
melepaskan sejumlah panas. Istilah umum untuk sifat tersebut disebut
kapasitas panas yang didefinisikan sebagai jumlah panas yang diperlukan
untuk mengubah suhu suatu benda sebesar 1oC. Kapasitas panas bersifat
ekstensif yaitu jumlahnya bergantung pada besar sampel. Misal untuk
menaikkan suhu 1 gram air sebesar 1oC diperlukan 4,18 J sedangkan untuk
menaikkan suhu 100 gram air sebesar 1oC diperlukan energi 100 kali lebih
banyak yaitu 418 J. Sifat ekstensif yang berhubungan dengan kapasitas
panas disebut kalor jenis (panas spesifik) yang didefinisikan sebagai
jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 gram zat sebesar
1oC. Panas spesifik air adalah 4,2 𝑘𝐽 𝑘𝑔℃⁄
(Ciptaningtyas dan Herry, 2016).
Kalorimeter merupakan alat tempat terjadinya perpindahan energi.
Termometer pada kalorimeter untuk mengamati perubahan suhu selama
proses serah terima kalor. Dengan memanfaatkan Azas Black panas
spesifik kalorimetri dapat dihitung dan diperoleh 0,093 𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟℃.
Kalorimeter dapat menyekat sistem sedemikian rupa sehingga tidak ada
kalor yang berpindah, baikdari sistem ke lingkungan ataupun sebaliknya.
Dengan demikian perubahan suhu yang terjadi dapat diukur. Berdasarkan
perubahan suhu yang terjadi, perkiraan panas dari reaksi tersebut dapat
dihitung menggunakan rumus (Serway and Jewett, 2013):
Q = m x c x ∆T atau Q = C x ∆T karena C = m x c
Keterangan: Q = kalor yang diserap atau dihasilkan (J atau kJ)
m = massa (g atau kg)
c = kalor jenis (J/goC atau J/kgoK)
∆T = perubahan suhu (oC atau oK)
C = kapasitas kalor (J/oK atau J/oC)
Azas Black adalah suatu prinsip dalam termodinamika yang
dikemukakan oleh Joseph Black. Azas tersebut memberikan beberapa
penjabaran sebagai berikut. Yang pertama bahwa jika dua buah benda
yang berbeda suhunya kemudian dicampur, maka benda yang panas
memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhirnya akan sama
(tetap). Kedua, jika jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan
jumlah kalor yang dilepas benda panas. Ketiga, benda yang didinginkan
melepas kalor yang sama besar dengan kalor yang diserap bila dipanaskan
(Yanti, dkk, 2014).
Menurut Ishaq (2007) azas Black, berlaku pada dua buah zat yang
memiliki temperatur berbeda lalu dicampurkan secara baik sehingga
pertukaran kalor terjadi secara terus menerus samapai kedua zat mencapai
kesetimbangan yang ditandai temperatur keduanya menjadi sama besar.
Dalam hal ini dianggap tidak ada kalor lain yang masuk keluar sistem. Hal
ini dapat dirumuskan :
Qserah = Qterima
QA = QB
mA. . cA .∆T = mB. . cB .∆T
mA. . cA .(T0A-Tcampur) = mB. . cB . (Tcampur-T0b)
2. Tinjauan Alat dan Bahan
Kalorimeter adalah suatu alat yang berfungsi untuk menentukan kalor
jenis atau jumlah panas dari suatu larutan yang dilepas pada proses
pembakaran (Washburn, 1985). Prinsip kerja kalorimeter adalah alat ini
terdiri atas bejana logam yang jenisnya telah diketahui, dinding penyekat
dari isolator yang berfungsi untuk mencegah terjadinya perambatan kalor,
termometer, dan pengaduk. Bejana ini diisi oleh air yang suhu awalnya
telah diketahui dari termometer.
Kalorimeter sebaiknya diisolasi dengan baik sehingga hanya sejumlah
minimum kalor dipertukarkan dengan luarnya. Kegunaan utama dari
kalorimeter adalah dalam penentuan kalor jenis zat-zat. Pada teknik yang
dikenal sebagai metode campuran, satu sampel zat dipanaskan sampai
temperatur tinggi yang diukur dengan akurat, dan dengan cepat
ditempatkan pada air dingin kalorimeter. Kalor yang hilang pada sampel
tersebut akan diterima oleh air dan kalorimeter (Giancoli, 2001).
Jika suatu bahan yang belum diketahui kalor jenisnya dipanaskan,
kemudian dimasukkan ke dalam kalorimeter dengan cepat, kalor jenis ini
dapat dihitung menggunakan prinsip dari azas Black atau hukum kalor dari
yang melepaskan sama dengan jumlah kalor yang dimiliki penerima. Lalu
untuk mempercepat tercapainya kesetimbangan termal, maka dapat
dilakukan adanya pengadukan secara kontinyu (Giancoli, 2001).
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki
nilai ekonomis yangcukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya
dan berperan penting sebagai sumber devisa negara (Edvan dkk, 2016).
Bubuk kopi adalah suatu hasil dari proses pencampuran antara biji kopi
dengan bahan tambahan seperti beras ketan, pinang, dan jagung dengan
cara disangrai dan digiling secara bersama (Syah dkk, 2015). Mutu dari
biji kopi bergantung pada proses penanganan pasca panen seperti
penyangraian. Maka penting untuk mengetahui besarnya panas spesifik
dari kopi agar dapat menentukan suhu dan lamanya proses penyangraian
secara tepat. Nilai kalor jenis atau panas spesifik kopi biasa sebesar 0,672
kal/g ºC dan kopi luwak sebesar 0,952 kal/gºC (Fuferti dkk, 2013).
Tepung terigu adalah hasil ekstraksi atau sari dari pengolahan gandum
(T. sativum) yang memiliki semua kadar konstituen yang tidak mudah
rusak apabila dipanggang atau dikenai suhu tinggi dengan kadar gizi yang
cukup tinggi dan memadai yang tersusun oleh 67-70 % karbohidrat, 10-14
% protein, dan 1-3 % lemak (Chandra dkk, 2015). Pada sebagaian besar
produk makanan, pati terigu terdapat dalam bentuk granula kecil (1-40 m)
dan dalam suatu sistem, contohnya adonan, pati terigu terdispersi dan
berfungsi sebagai bahan pengisi. Protein dari tepung terigu membentuk
suatu jaringan yang saling berikatan (continous) pada adonan dan
bertanggung jawab sebagai komponen yang membentuk viskoelastik.
Gluten merupakan protein utama dalam tepung terigu yang terdiri dari
gliadin (20-25 %) dan glutenin (35-40%). Sekitar 30% asam amino gluten
adalah hidrofobik dan asam-asam amino tersebut dapat menyebabkan
protein mengumpul melalui interaksi hidrofobik serta mengikat lemak dan
substansi non polar lainnya. Menurut Cao et al (2010), tepung terigu
mempunyai panas spesifik antara 1,0792-5,5336 kJ/kgºC atau 0,258-1,321
kal/gºC.
C. METODOLOGI
1. Alat
a. Gelas Beaker
b. Kalorimeter
c. Hot Plate
d. Termometer
e. Timbangan Analitik
2. Bahan
a. Air
b. Kopi
c. Tepung Terigu
3. Cara Kerja
a. Penentuan Kalor Jenis Bubuk Kopi
Gambar 2.1 Diagram Alir Penentuan Kalor Jenis Bubuk
Kopi
Penimbangan kalorimeter (a gram)
dan pencatatan suhu kalorimeter (T1)
Pemasukan secara cepat ke dalam
kalorimeter
Pengadukan secara perlahan
Pencatatan suhu (T2) dan pemasukan
ke dalam kalorimeter
Penimbangan sebanyak 25 g
100 ml Air
Pengukuran suhu akhir campuran (T4)
Perhitungan panas spesifik bahan (Cp)
25 gram bubuk
kopi
Pemanasan hingga suhu 70oC (T3)
b. Penentuan Kalor Jenis Tepung Terigu
Gambar 2.2 Diagram Alir Penentuan Kalor Jenis Tepung Terigu
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan panas spesifik suatu bahan dapat digunakan dalam industri
pengolahan pangan untuk pengembangan model termal sehingga dapat
menarik dan memprediksi atau mengontrol banyak panas dalam bahan
makanan selama proses pengolahan pangan. Pengolahan termal terdapat dalam
pengolahan makanan. Banyak dari operasi pengolahan makanan umum,
Pemasukan secara cepat ke dalam
kalorimeter
Pengadukan secara perlahan
Pencatatan suhunya (T2) dan
pemasukan ke dalam kalorimeter
Pemanasan hingga suhu 700C (T3)
100 ml Aquades
Pengukuran suhu akhir campuran (T4)
Perhitungan panas spesifik bahan (Cp)
Penimbangan kalorimeter (a gram)
dan pencatatan suhu kalorimeter (T1)
Penimbangan sebanyak 25 gramTepung terigu
seperti pengalengan, baking dan pasteurisasi, bergantung pada pemanasan.
Terdapat pula proses seperti pengeringan dan penggorengan di mana
perpindahan panas dan massa yang digabungkan (Fryer and Phillip, 2005).
Selain itu, dengan mengetahui panas spesifik bahan dapat bermanfaat untuk
mengetahui waktu yang tepat dalam pengolahan bahan pangan, karena
seringkali panas justru merusak kandungan gizi dalam bahan pangan tersebut
(Pucitaningrum, 2012).
Teknik kalorimetri adalah teknik pengukuran kalor jenis yang
melibatkan pemanasan sebuah sampel yang diketahui suhunya Tx, yaitu
dengan cara menempatkannya ke dalam sebuah bejana yang berisi air yang
massa dan suhunya diketahui sebagai Tw< Tx kemudian mengukur suhu air
setelah tercapai keseimbangan (Serway, dkk, 2010). Jika sistem dari sampel
dan air terinsulasi, hukum kekekalan energi berlaku, yaitu jumlah energi yang
meninggalkan sampel (tidak diketahui kalor jenisnya) sama dengan jumlah
energi yang masuk ke air.
Prinsip metode kalometri menurut Serway, dkk (2010) berdasarkan
hukum kekekalanenergi,semua bentuk energi dapat diubah seluruhnya ke
dalam bentuk kalor. Satuan yang biasa digunakan untuk menyatakan panas
adalah kalori (kal). Kalori didefinisikan sebagai pengaruh panas pada suhu
benda.Perhitungan entalpi reaksi berkaitan dengan kapasitas panas dan kalor
jenis. Kapasitas kalor (C) didefinisikan sebagai jumlah panas yang diperlukan
untuk mengubah suhu suatu benda sebesar 1oC (Muchtaidi dan Juliana, 2007).
Mekanisme yang terjadi pada metode kalorimetri didasarkan pada azas
Black yang berbunyi “pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang
dilepas zat yang suhunya lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang
diterima zat yang suhu nya lebih rendah”. Jika dua buah benda yang berbeda
yang suhu nya dicampurkan, benda yang panas memberi kalor pada benda
yang dingin sehingga suhu akhirnya sama. Jumlah kalor yang diserap benda
dingin sama dengan jumlah kalor yang diserap bila dipanaskan
(Liu et al, 2017).
Kelebihan dari metode kalorimetri yaitu praktis dalam melakukan
pengujian serta tidak memerlukan banyak peralatan. Waktu pengujian tidak
lama dan langsung diketahui hasilnya sehingga menghemat waktu dan biaya.
Alat yang digunakan dalam metode tersebut yaitu kalorimeter memiliki nilai
yang ekonomis, cukup kuat dan juga tahan lama (Lestari, 2013). Kekurangan
penentuan panas spesifik bahan dengan metode kalorimetri yaitu data yang
diperoleh kurang akurat. Keakuratan ini dipengaruhi oleh prosedur kalibrasi
dan suhu yang mengalami kontaminasi. Selama pengukuran panas terdapat
pertukaran panas dengan luar sistem atau keluarnya kalor dari sistem yang
menyebabkan data tidak sesuai dengan teori. Kurangnya akurasi data
menyebabkan penggunaan kalorimeter kurang sesuai untuk industri
(Wijanarko, 2013).
Menurut Jati dan Tri (2008) faktor yang mempengaruhi panas
spesifik suatu bahan atau benda diantaranya adalah sebagai berikut. Pertama,
semakin besar massa benda maka kalor yang diterima untuk didistribusikan
guna menambah tenaga gerak molekul atau atom menjadi lebih banyak.
Kedua, benda tertentu memiliki massa jenis tertentu sehingga jumlah atom
atau molekul per gramnya juga tertentu. Tenaga untuk menaikkan suhu 1ºC
pada 1 kg air sebesar 5 kali dibanding aluminium. Ketiga, kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 10ºC senilai dengan 10 kali
kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1ºC pada massa dan jenis benda
yang sama. Keempat, komposisi dalam bahan akan menentukan panas
spesifik bahan disebabkan adanya interaksi antar komponen dan ikatan antar
molekul dalam komponen. Bahan berwujud padat akan memiliki panas
spesifik yang berbeda dengan bahan berwujud cair atau gas. Densitas dan
viskositas bahan juga dapat mempengaruhi besar panas spesifik bahan
tersebut.
Pada praktikum Acara II Penentuan Panas Spesifik Bahan, langkah
pertama yang dilakukan yaitu mengukur massa dan suhu kalorimeter serta
aquades. Kemudian sampel kopi atau tepung terigu ditimbang sebanyak 25
gram dan dipanaskan sampai suhunya mencapai 70ºC. Lalu sampel
dimasukkan ke dalam kalorimeter yang telah diisi aquades dan diaduk.
Penuangan sampel ke dalam kalorimeter harus dilakukan secara cepat agar
tidak banyak kehilangan panas. Massa yang digunakan untuk perhitungan
panas spesifik bahan adalah massa bahan setelah pemanasan, karena dianggap
merupakan massa konstan bahan dimana tidak tercampur zat yang lain seperti
air. Setelah itu, dapat dihitung dengan menggunakan prinsip kesetimbangan
kalor dan hukum kekekalan energi. Secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut (Ferrer et al, 2017):
Qlepas = Qterima
m x c x Δtlepas = m x c x Δtterima
Tabel 2.1 Hasil Perhitungan Panas Spesifik Bubuk Kopi
Sampel Bahan
Massa
(g)
Suhu
(ºC)
Cp
(kal/gºC)
Rata-
rata(kal/
gºC)
Kopi I
Kopi 25 70 0,555
0,651
Air 100 29 1
Kalorimeter 116 34 0,133
Campuran - 34 -
Kopi II
Kopi 25 70 0,626
Air 100 29 1
Kalorimeter 119,6 34 0,133
Campuran - 34,5 -
Kopi III
Kopi 25 70 0,934
Air 100 29 1
Kalorimeter 117,4 30 0,133
Campuran - 36 -
Kopi IV
Kopi 25 70 0,934
Air 100 29 1
Kalorimeter 117,4 30 0,133
Campuran - 36 -
Sumber : Laporan Sementara
Berdasarkan data Tabel 2.1 mengenai hasil perhitungan panas spesifik
bubuk kopi diperoleh hasil yaitu kalor jenis kopi sebesar 0,555 kal/gºC; 0,628
kal/gºC; 0,484 kal/gºC dan 0,934 kal/gºC dengan rata-rata sebesar 0,651
kal/gºC. Panas spesifik kopi berdasarkan hasil praktikum sebesar 0,651
kal/gºC, sedangkan menurut teori panas spesifik kopi sebesar 0,672 kal/gºC
(Fuferti dkk, 2013). Hasil praktikum yang diperoleh menunjukkan bahwa
kalor jenis kopi dari hasil pengujian tidak berbeda jauh dengan kalor jenis
kopi menurut teori dengan selisih sebesar 0,021 kal/gºC.
Tabel 2.2 Hasil Perhitungan Panas Spesifik Tepung Terigu
Sampel Bahan
Massa
(g)
Suhu
(ºC)
Cp
(kal/g ºC)
Rata-
rata(kal/
gºC)
Tepung
Terigu
I
Tepung Terigu 25 70 1,019
0,671
Air 100 30,5 1
Kalorimeter 122,6 34 0,133
Campuran - 38 -
Tepung
Terigu
II
Tepung Terigu 25 70 0,685
Air 100 30,5 1
Kalorimeter 121,1 34 0,133
Campuran - 36 -
Tepung
Terigu
III
Tepung Terigu 25 70 0,350
Air 100 29 1
Kalorimeter 123,6 30 0,133
Campuran - 32 -
Tepung
Terigu
IV
Tepung Terigu 25 70 0,628
Air 100 29 1
Kalorimeter 122,8 30 0,133
Campuran - 34 -
Sumber : Laporan Sementara
Berdasarkan data Tabel 2.2 mengenai hasil perhitungan panas spesifik
tepung terigu diperoleh kalor jenis tepung terigu sebesar 1,019 kal/gºC; 0,685
kal/gºC; 0,350 kal/gºC dan 0,628 kal/gºC dengan rata-rata sebesar 0,671
kal/gºC. Panas spesifik tepung terigu berdasarkan hasil praktikum sebesar
0,671 kal/gºC, sedangkan menurut teori tepung terigu mempunyai panas
spesifik antara 1,0792-5,5336 kJ/kgºC atau 0,258-1,321 kal/gºC
(Cao et al, 2010). Nilai kalor jenis tepung terigu dari hasil pengujian masih
masuk ke dalam range kalor jenis tepung terigu menurut teori yaitu berada di
antara 0,258-1,321 kal/gºC.
Faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai kalor jenis pada sampel yang
sama dengan beberapa pengulangan (misal kalor jenis kopi I dengan kopi II,
III, dan IV diantaranya ialah pembacaan skala termometer oleh praktikan
sehingga dimungkinkan suhu kurang tepat (kurang sejajar dengan mata),
kegiatan penimbangan berat kopi maupun tepung terigu, kondisi penuangan
bahan ke dalam kalorimeter (bahan tercecer atau sedikit menempel pada
wadah),adanya jeda waktu yang cukup lama antara pemanasan tepung
terigu/kopi ke proses pencampuran dalam kalorimeter sehingga suhu bahan
kurang dari 70ºCmaupun perbedaan penggunaan kalorimeter saat pengujian
(Barabash, 2017).
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum Acara II “Penentuan Panas Spesifik Bahan’
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Metode yang digunakan untuk menentukan panas spesifik bahan adalah
metode campuran dengan alat kalorimeter. Pada metode ini berlaku
hukum kekekalan energi panas yaitu tidak ada energi kalor yang hilang
dan juga menggunakan prinsip kesetimbangan kalor atau dikenal dengan
Azas Black yaitu jumlah kalor yang dilepaskan sama dengan jumlah
kalor yang diterima.
2. Besar panas spesifik kopi berdasarkan hasil praktikum sebesar 0,651
kal/gºC sedangkan berdasarkan teori sebesar 0,672 kal/gºC. Besar panas
spesifik tepung terigu berdasarkan hasil praktikum sebesar 0,671kal/gºC
sedangkan berdasarkan teori sebesar 0,258-1,321 kal/gºC.
DAFTAR PUSTAKA
Barabash, A.S.. 2017. Calorimeter Development for the SuperNEMO Double
Beta Decay Experiment. Journal Nuclear Instruments Kurchatov Institute.
5(4) : 4-21.
Bueche, Frederick J. 2013. Collage Physics 8th edition Schaum Series.
Erlangga.Jakarta.
Cao, Y., G Li., Z Zhang., L Chen., Y Li., and T Yang. 2010. The Specific Heat of
Wheat. 10th International Working Conference on Stored Product Protection.
4(25) : 1-7.
Chandra, Suresh, Samsher Singh and Durvesh Kumari. 2015. Evaluation of
Functional Properties of Composite Flours and Sensorial Attributes of
Composite Flour Biscuits. Journal Food Science Technology. 52(6) : 3681-
3688.
Ciptaningtyas, Drupadi dan herry Suhardiyanto.Sifat Thermo Fisik Arang Sekam.
Jurnal Teknotan. 10(2) : 1-8.
Earle, R.L. 1982. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. PT Sastra Hudaya.
Jakarta.
Edvan, Bukhori Thomas, Rachmad Edison dan Made Same. Pengaruh Jenis dan
Lama Penyangraian pada Mutu Kopi Robusta (Coffea robusta). Jurnal AIP.
4(1) : 31-40.
Ferrer, Gerard, Camila B., Aran S., Ingrid M. and Luisa Cabeza. 2017. New
Proposed Methodology for Specific Heat Capacity Determination of
Materials for Thermal Energy Storage (TES) by DSC. Journal Physical
Chemistry. 11(4) : 1-6.
Fryer, Peter J., and Phillip T. Robbins. 2005. Heat transfer in food processing:
ensuring product quality and safety. Applied Thermal Engineering, 25(3) :
2499-2510.
Fuferti, Megah Aysah, Syakbaniah dan Ratnawulan. 2013. Perbandingan
Karakteristik Fisis Kopi Luwak (Civet coffee) dan Kopi Biasa Jenis Arabika.
Journal Pillar Of Physics. 2(1) : 68-75.
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika Edisi Ketujuh Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Heussen, Patricia. 2011. Practical Food Apllications of Differential Scanning
Calorimetry (DSC). Perkin Elmer. USA.
Ishaq, Mohamad. 2007. Fisika Dasar. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Jassin, Ernawati. 2010. Kajian Eksperimental Nilai Konduktivitas Thermal dan
Panas Spesifik Beberapa Jenis Ikan. Jurnal Universitas Hasanudin. 1(2) :
1-6.
Jati, Bambang Murdaka Eka., dan Tri Kuntoro Priyambodo. 2008. Fisika Dasar.
Andi. Yogyakarta.
Lestari, Fitri Puji. 2013. Desain Kalorimeter Sederhana yang Dipantai dengan
Mikroskop Digital. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Jember.
Liu, Xin, Jipeng L., Nan Yin, Zhi Cheng Tan and Quan Shi. 2017. Applications of
Low Temperature Calorimetry in Material Research. Chemical Physics
Journal. 2(4) : 1-10.
Muchtaidi dan Juliana. 2007. Kimia SMA Kelas XI. Yudhistira. Jakarta.
Pucitaningrum, Fauziyyah. 2012. Analisa Persamaan Panas dan Nilai Sterilisasi
pada Proses Sterilisasi Makanan Kaleng (Heat Equation Analize and
Sterilized Value of Canned Food Sterilization Process : A Review). Jurnal
Teknologi Industri Pertanian. 2(2) : 1-14.
Purba, Michael. 2002. Fisika untuk Sains dan Teknik. Erlangga. Jakarta.
Rufianti, Erna. 2011. Penentuan Kalor Reaksi. Jurnal FKIP Unila. 1(2) : 1-3.
Serway, Raymond A., Jewett, John W. 2013. Fisika untuk Sains dan Teknik.
Salemba Teknika. Jakarta.
Syah, Hendri, Yusmanizar dan Oki Maulana. Karakteristik Fisik Bubuk Kopi
Arabika Hasil Penggilingan Mekanis dengan Penambahan Jagung dan Beras
Ketan. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia. 5(1) : 1-6.
Wang, Yih Wen. 2017. Evaluation of Self-Heating Models for Peracetic
AcidUsing Calorimetry. .China Medical University Journal. 3(4) : 2-29.
Washburn, Edward. 1985. Engineering Physical. Prentice Hall India Learning.
India.
Wijanarko, Utut. 2013. Nilai Kalor Minyak Nabati dari Buah Kepayang. Fakultas
Teknologi Industri Universitas Gunadarma.
Yanti, Resky Perdana, Muh. Said L. dan Ihsan. 2014. Studi Penentuan Nilai
Kalori pada Buah Durian (Durio zibethinus).Jurnal Teknosains. 8(2) : 161–
174.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Perhitungan Sampel Kopi I dan Kopi III
1. Diketahui: m= 25 gram mkal= 116 gram Cpkal = 0,133
kal/g0C
T1= 340C T3= 700C Cpair = 1
T2= 290C T4= 340C Cpkopi= ?
Qlepas = Qterima
mkopi x Ckopi x (T3-T4) = mair x Cairx (T4-T2) + mkal x Ckal x (T4-T1)
25 x Ckopi x (70-34) = 100 x 1 x (34-29) + 116 x 0.133 x (34-34)
25 x 36 x Ckopi = 100 x 5
Ckopi =
500
900
Ckopi = 0,555 kal/gr0C
2. Diketahui: m= 25 gram mkal= 119,8 gram Cpkal = 0,133
kal/g0C
T1= 300C T3= 700C Cpair = 1
T2= 290C T4= 330C Cpkopi=?
Qlepas = Qterima
mkopi x Ckopi x (T3-T4) = mair x Cairx (T4-T2) + mkal x Ckal x (T4-T1)
25 x Ckopi x (70-33) = 100 x 1 x (33-29) + 119.8 x 0.133 x (34-30)
25 x 37 x Ckopi = 100 x 5 x 4 + 119.8 x 0.133 x 4
Ckopi =
447.8002
25𝑥37
Ckopi = 0,484 kal/gr0C
X Ckopi =
0,555+0,628+0,484+0,934
4
= 0,651 kal/gr0C
Perhitungan Sampel Tepung Terigu I dan Tepung Terigu III
1. Diketahui: m= 25 gram mkal= 122,6 gram Cpkal = 0,133
kal/g0C
T1= 340C T3= 700C Cpair = 1
T2= 30,50C T4= 380C Cptpg=?
Qlepas = Qterima
MtpgxCtpgx (T3-T4)= mairx Cairx (T4-T2) +mkal xCkalx(T4-T1)
25 x Ctpgx (70-38) = 100 x 1 x (38-30,5) + 122.6 x 0.133 x (38-34)
25 x (32) x Ctpg= 100 x 7.5 + 122.6 x 0.133 x (4)
Ctpg=
(815,223)
(800)
Ctpgi = 1.019 kal/gr0C
2. Diketahui: m= 25 gram mkal= 123,6 gram Cpkal = 0,133
kal/g0C
T1= 300C T3= 700C Cpair = 1
T2= 290C T4= 320C Cptpg=?
Qlepas = Qterima
MtpgxCtpgx (T3-T4)= mairx Cairx (T4-T2) +mkal xCkalx(T4-T1)
25 x Ctpgx (70-32) = 100 x 1 x (32-29) + 123.6 x 0.133 x (32-30)
25 x (38) x Ctpg= 100 x 3 + 123.6 x 0.133 x (2)
Ctpg=
(332,8776)
(950)
Ctpgi = 0,350 kal/gr0C
X Ctpg=
1,019+0,685+0,350+0,628
4
= 0,671kal/gr0C
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Gambar 2.3 Penimbangan Tepung
Terigu
Gambar 2.4 Penimbangan
Kalorimeter
Gambar 2.6 Pengukuran
Suhu Bahan
Gambar 2.7 Pengukuran
Suhu
Campuran
Gambar 2.5 Pengukuran
Suhu
Kalorimeter

More Related Content

What's hot (20)

Double Pipe Heat Excanger
Double Pipe Heat ExcangerDouble Pipe Heat Excanger
Double Pipe Heat Excanger
 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cair
 
Sentrifugasi
SentrifugasiSentrifugasi
Sentrifugasi
 
Perubahan Fasa
Perubahan FasaPerubahan Fasa
Perubahan Fasa
 
Bioreaktor
BioreaktorBioreaktor
Bioreaktor
 
Iodometri
IodometriIodometri
Iodometri
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi -  Teknik SterilisasiLaporan Mikrobiologi -  Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
 
Filtrasi
FiltrasiFiltrasi
Filtrasi
 
Laporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar AbuLaporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar Abu
 
Matematika teknik kimia_2
Matematika teknik kimia_2Matematika teknik kimia_2
Matematika teknik kimia_2
 
Makalah Gravimetri
Makalah GravimetriMakalah Gravimetri
Makalah Gravimetri
 
Adsorpsi
AdsorpsiAdsorpsi
Adsorpsi
 
Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri
 
Distilasi
DistilasiDistilasi
Distilasi
 
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditas
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditasPenentuan kadar ca dan mg serta turbiditas
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditas
 
Larutan dan kelarutan
Larutan dan kelarutanLarutan dan kelarutan
Larutan dan kelarutan
 
Tabel uap
Tabel uapTabel uap
Tabel uap
 
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonianITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
 
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
 
Kristalisasi 1 - Operasi teknik kimia
Kristalisasi 1 - Operasi teknik kimiaKristalisasi 1 - Operasi teknik kimia
Kristalisasi 1 - Operasi teknik kimia
 

Similar to Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahan

Laporan hasil penelitian kalor jenis
Laporan hasil penelitian kalor jenisLaporan hasil penelitian kalor jenis
Laporan hasil penelitian kalor jenisFita_ta
 
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Kalorimetri
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika KalorimetriITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Kalorimetri
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika KalorimetriFransiska Puteri
 
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeterumammuhammad27
 
LAPORAN PRAKTIKUM PINDAH PANAS ACARA 3
LAPORAN PRAKTIKUM PINDAH PANAS ACARA 3LAPORAN PRAKTIKUM PINDAH PANAS ACARA 3
LAPORAN PRAKTIKUM PINDAH PANAS ACARA 3Titin Indrawati
 
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIKA TERMODINAMIKA DAN KESETIMBANGAN.pdf
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIKA TERMODINAMIKA DAN KESETIMBANGAN.pdfPETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIKA TERMODINAMIKA DAN KESETIMBANGAN.pdf
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIKA TERMODINAMIKA DAN KESETIMBANGAN.pdfBPSiscaAmanitaF
 
Kalorimetri semester 1 teknologi hasil pertanian
Kalorimetri semester 1 teknologi hasil pertanian Kalorimetri semester 1 teknologi hasil pertanian
Kalorimetri semester 1 teknologi hasil pertanian Rezafarida
 
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-lapraklaporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprakpraditya_21
 
Laporan Hasil Praktikum Menentukan Perubahan Entalpi Reaksi
Laporan Hasil Praktikum Menentukan Perubahan Entalpi ReaksiLaporan Hasil Praktikum Menentukan Perubahan Entalpi Reaksi
Laporan Hasil Praktikum Menentukan Perubahan Entalpi ReaksiNadiya Rahmawati
 
Harga Air kalorimeter
Harga Air kalorimeterHarga Air kalorimeter
Harga Air kalorimetersilvi novrian
 
Laporan kimia dasar ia termokimia
Laporan kimia dasar ia termokimiaLaporan kimia dasar ia termokimia
Laporan kimia dasar ia termokimiaIndah Fitri Hapsari
 
Laporan Fisika Dasar Acara 1 Kalorimetri ITP UNS Semester 1
Laporan Fisika Dasar Acara 1 Kalorimetri ITP UNS Semester 1Laporan Fisika Dasar Acara 1 Kalorimetri ITP UNS Semester 1
Laporan Fisika Dasar Acara 1 Kalorimetri ITP UNS Semester 1Salwa Al Aribah
 
Laporan fisika dasar (asaz black)
Laporan fisika dasar (asaz black)Laporan fisika dasar (asaz black)
Laporan fisika dasar (asaz black)snurjannah860
 
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama Pengeringan
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama PengeringanITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama Pengeringan
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama PengeringanFransiska Puteri
 
Laporan 3 konstanta joule kalorimeter
Laporan 3 konstanta joule kalorimeterLaporan 3 konstanta joule kalorimeter
Laporan 3 konstanta joule kalorimeterDiajeng Ramadhan
 
Laporan praktikum suhu dan kalor untuk SMA sederajat
Laporan praktikum suhu dan kalor untuk SMA sederajatLaporan praktikum suhu dan kalor untuk SMA sederajat
Laporan praktikum suhu dan kalor untuk SMA sederajatAzizah Fitria Sari
 

Similar to Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahan (20)

Acara I
Acara IAcara I
Acara I
 
Laporan hasil penelitian kalor jenis
Laporan hasil penelitian kalor jenisLaporan hasil penelitian kalor jenis
Laporan hasil penelitian kalor jenis
 
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Kalorimetri
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika KalorimetriITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Kalorimetri
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Kalorimetri
 
Ka
KaKa
Ka
 
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
 
LAPORAN PRAKTIKUM PINDAH PANAS ACARA 3
LAPORAN PRAKTIKUM PINDAH PANAS ACARA 3LAPORAN PRAKTIKUM PINDAH PANAS ACARA 3
LAPORAN PRAKTIKUM PINDAH PANAS ACARA 3
 
Jurnal termokimia
Jurnal termokimiaJurnal termokimia
Jurnal termokimia
 
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIKA TERMODINAMIKA DAN KESETIMBANGAN.pdf
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIKA TERMODINAMIKA DAN KESETIMBANGAN.pdfPETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIKA TERMODINAMIKA DAN KESETIMBANGAN.pdf
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIKA TERMODINAMIKA DAN KESETIMBANGAN.pdf
 
Kalorimetri semester 1 teknologi hasil pertanian
Kalorimetri semester 1 teknologi hasil pertanian Kalorimetri semester 1 teknologi hasil pertanian
Kalorimetri semester 1 teknologi hasil pertanian
 
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-lapraklaporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
 
Laporan Hasil Praktikum Menentukan Perubahan Entalpi Reaksi
Laporan Hasil Praktikum Menentukan Perubahan Entalpi ReaksiLaporan Hasil Praktikum Menentukan Perubahan Entalpi Reaksi
Laporan Hasil Praktikum Menentukan Perubahan Entalpi Reaksi
 
Harga Air kalorimeter
Harga Air kalorimeterHarga Air kalorimeter
Harga Air kalorimeter
 
Laporan kimia dasar ia termokimia
Laporan kimia dasar ia termokimiaLaporan kimia dasar ia termokimia
Laporan kimia dasar ia termokimia
 
Laporan Fisika Dasar Acara 1 Kalorimetri ITP UNS Semester 1
Laporan Fisika Dasar Acara 1 Kalorimetri ITP UNS Semester 1Laporan Fisika Dasar Acara 1 Kalorimetri ITP UNS Semester 1
Laporan Fisika Dasar Acara 1 Kalorimetri ITP UNS Semester 1
 
Laporan fisika dasar (asaz black)
Laporan fisika dasar (asaz black)Laporan fisika dasar (asaz black)
Laporan fisika dasar (asaz black)
 
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama Pengeringan
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama PengeringanITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama Pengeringan
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama Pengeringan
 
Laporan 3 konstanta joule kalorimeter
Laporan 3 konstanta joule kalorimeterLaporan 3 konstanta joule kalorimeter
Laporan 3 konstanta joule kalorimeter
 
Topik i kalori meter
Topik i kalori meterTopik i kalori meter
Topik i kalori meter
 
Laporan praktikum suhu dan kalor untuk SMA sederajat
Laporan praktikum suhu dan kalor untuk SMA sederajatLaporan praktikum suhu dan kalor untuk SMA sederajat
Laporan praktikum suhu dan kalor untuk SMA sederajat
 
Termodinamika
Termodinamika Termodinamika
Termodinamika
 

Recently uploaded

PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIAPPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIACochipsPJW
 
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaKelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaErvina Puspita
 
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptxKelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptxWitaadw
 
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfMembaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfindigobig
 
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdfMutiaraArafah2
 
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIPresentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIariwidiyani3
 

Recently uploaded (6)

PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIAPPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
 
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaKelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
 
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptxKelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
 
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfMembaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
 
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
 
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIPresentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
 

Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahan

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI INDUSTRI PANGAN I ACARA II PENENTUAN PANAS SPESIFIK BAHAN Disusun Oleh: Kelompok 04 1. Agata Febiola (H0917002) 2. Annida Syifahaque (H0917016) 3. Cylvia Arinta A (H0917024) 4. David Christian (H0917026) 5. Drinancahya D (H0917030) 6. Rizky Anggreini (H1917014) ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2018
  • 2. ACARA II PENENTUAN PANAS SPESIFIK BAHAN A. TUJUAN Tujuan dari praktikum Acara II “Penentuan Panas Spesifik Bahan” adalah sebagai berikut. 1. Mahasiswa mampu memahami salah satu metode penentuan panas spesifik bahan hasil pertanian. 2. Mahasiswa mampu menentukan besarnya panas spesifik bahan hasil pertanian. B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Teori Panas spesifik merupakan salah satu sifat fisik bahan. Data sifat fisik bahan tersebut sangat diperlukan dalam industri pengolahan bahan pangan guna pengembangan model termal untuk mendapat hasil yang akurat dan mengontrol fluks panas dalam bahan makanan selama proses pengolahan. Menurut Jassin (2010) panas spesifik (Cp) bahan pangan merupakan total panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan temperatur suhu satuan kuantitas bahan sebesar satu derajat dikali bobot produk dikali perubahan suhu. Satuan SI yang digunakan adalah J/kg℃ atau kal/gr℃ (Bueche, 1989). Panas spesifik/kalor jenis pada dasarnya merupakan suatu ukuran seberapa tidak sensitifnya zat secara termal terhadap penambahan energi. Semakin besar kalor jenis suatu bahan, semakin besar pula energi yang harus ditambahkan kepada bahan tersebut untuk menyebabkan suatu perubahan suhu. Menurut Barabash (2017) kapasitas panas (C) didefinisikan sebagai energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat dengan 1K. Kapasitas panas juga tergantung pada suhu (T) karena energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat dengan 1K tergantung pada jumlah zat, kapasitas panas adalah jumlah luas. Kapasitas panas juga merupakan fungsi keadaan, misalnya, nilainya tergantung apakah
  • 3. pemanaskan zat tersebut pada volume konstan (Cv) atau pada tekanan konstan (Cp). Salah satu teknik pengukuran panas spesifik/ kalor jenis adalah kalorimetri, yaitu melibatkan pemanasan sampel yang diketahui suhunya Tx dengan menempatkannya ke dalam bejana yang berisi air dan suhunya diketahui lebih rendah dari Tx, kemudian mengukur air setelah kesetimbangan (Serway and Jewett, 2013). Alat tempat terjadinya perpindahan energi adalah kalorimeter. DSC (Differential Scanning Calorimetry) adalah salah satu teknik analisis termal untuk menentukan suhu dan perpindahan panas pada makanan contohnya pada saat pendinginan menggunakan kulkas dan pemanasan makanan menggunakan kompor (Heussen, 2011). Tidak hanya itu perpindahan panas juga digunakan pada saat pemanasan bahan cair, penguapan, pengeringan dan lain – lain (Earle, 1969). Biasanya dalam pengukuran kalor jenis bahan pangan digunakan metode campuran (Fuferti, dkk, 2013). Mekanisme dari metode campuran yaitu suatu sampel zat dipanaskan sampai suhu tinggi yang diukur dengan akurat dan dengan cepat ditempatkan pada air dingin kalorimeter. Kalor yang hilang pada sampel tersebut akan diterima oleh air dan kalorimeter, sehingga tidak ada energi kalor yang hilang. Dengan mengukur temperatur akhir dari campuran, kalor jenis dapat dihitung (Giancoli, 2014). Metode campuran menggunakan prinsip kerja kesetimbangan kalor yaitu jumlah kalor yang diberikan bahan sama dengan jumlah kalor yang diterima oleh sistem kalorimeter. Metode tersebut sangat sederhana sehingga paling sering digunakan. Metode tersebut juga dapat digunakan untuk mengukur kalor jenis biji-bijian atau buah. Sifat-sifat air yang memberikan definisi asal dari kalori adalah banyaknya perubahan suhu yang dialami air waktu mengambil atau melepaskan sejumlah panas. Istilah umum untuk sifat tersebut disebut kapasitas panas yang didefinisikan sebagai jumlah panas yang diperlukan untuk mengubah suhu suatu benda sebesar 1oC. Kapasitas panas bersifat
  • 4. ekstensif yaitu jumlahnya bergantung pada besar sampel. Misal untuk menaikkan suhu 1 gram air sebesar 1oC diperlukan 4,18 J sedangkan untuk menaikkan suhu 100 gram air sebesar 1oC diperlukan energi 100 kali lebih banyak yaitu 418 J. Sifat ekstensif yang berhubungan dengan kapasitas panas disebut kalor jenis (panas spesifik) yang didefinisikan sebagai jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 gram zat sebesar 1oC. Panas spesifik air adalah 4,2 𝑘𝐽 𝑘𝑔℃⁄ (Ciptaningtyas dan Herry, 2016). Kalorimeter merupakan alat tempat terjadinya perpindahan energi. Termometer pada kalorimeter untuk mengamati perubahan suhu selama proses serah terima kalor. Dengan memanfaatkan Azas Black panas spesifik kalorimetri dapat dihitung dan diperoleh 0,093 𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟℃. Kalorimeter dapat menyekat sistem sedemikian rupa sehingga tidak ada kalor yang berpindah, baikdari sistem ke lingkungan ataupun sebaliknya. Dengan demikian perubahan suhu yang terjadi dapat diukur. Berdasarkan perubahan suhu yang terjadi, perkiraan panas dari reaksi tersebut dapat dihitung menggunakan rumus (Serway and Jewett, 2013): Q = m x c x ∆T atau Q = C x ∆T karena C = m x c Keterangan: Q = kalor yang diserap atau dihasilkan (J atau kJ) m = massa (g atau kg) c = kalor jenis (J/goC atau J/kgoK) ∆T = perubahan suhu (oC atau oK) C = kapasitas kalor (J/oK atau J/oC) Azas Black adalah suatu prinsip dalam termodinamika yang dikemukakan oleh Joseph Black. Azas tersebut memberikan beberapa penjabaran sebagai berikut. Yang pertama bahwa jika dua buah benda yang berbeda suhunya kemudian dicampur, maka benda yang panas memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhirnya akan sama (tetap). Kedua, jika jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan jumlah kalor yang dilepas benda panas. Ketiga, benda yang didinginkan
  • 5. melepas kalor yang sama besar dengan kalor yang diserap bila dipanaskan (Yanti, dkk, 2014). Menurut Ishaq (2007) azas Black, berlaku pada dua buah zat yang memiliki temperatur berbeda lalu dicampurkan secara baik sehingga pertukaran kalor terjadi secara terus menerus samapai kedua zat mencapai kesetimbangan yang ditandai temperatur keduanya menjadi sama besar. Dalam hal ini dianggap tidak ada kalor lain yang masuk keluar sistem. Hal ini dapat dirumuskan : Qserah = Qterima QA = QB mA. . cA .∆T = mB. . cB .∆T mA. . cA .(T0A-Tcampur) = mB. . cB . (Tcampur-T0b) 2. Tinjauan Alat dan Bahan Kalorimeter adalah suatu alat yang berfungsi untuk menentukan kalor jenis atau jumlah panas dari suatu larutan yang dilepas pada proses pembakaran (Washburn, 1985). Prinsip kerja kalorimeter adalah alat ini terdiri atas bejana logam yang jenisnya telah diketahui, dinding penyekat dari isolator yang berfungsi untuk mencegah terjadinya perambatan kalor, termometer, dan pengaduk. Bejana ini diisi oleh air yang suhu awalnya telah diketahui dari termometer. Kalorimeter sebaiknya diisolasi dengan baik sehingga hanya sejumlah minimum kalor dipertukarkan dengan luarnya. Kegunaan utama dari kalorimeter adalah dalam penentuan kalor jenis zat-zat. Pada teknik yang dikenal sebagai metode campuran, satu sampel zat dipanaskan sampai temperatur tinggi yang diukur dengan akurat, dan dengan cepat ditempatkan pada air dingin kalorimeter. Kalor yang hilang pada sampel tersebut akan diterima oleh air dan kalorimeter (Giancoli, 2001). Jika suatu bahan yang belum diketahui kalor jenisnya dipanaskan, kemudian dimasukkan ke dalam kalorimeter dengan cepat, kalor jenis ini dapat dihitung menggunakan prinsip dari azas Black atau hukum kalor dari yang melepaskan sama dengan jumlah kalor yang dimiliki penerima. Lalu
  • 6. untuk mempercepat tercapainya kesetimbangan termal, maka dapat dilakukan adanya pengadukan secara kontinyu (Giancoli, 2001). Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yangcukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa negara (Edvan dkk, 2016). Bubuk kopi adalah suatu hasil dari proses pencampuran antara biji kopi dengan bahan tambahan seperti beras ketan, pinang, dan jagung dengan cara disangrai dan digiling secara bersama (Syah dkk, 2015). Mutu dari biji kopi bergantung pada proses penanganan pasca panen seperti penyangraian. Maka penting untuk mengetahui besarnya panas spesifik dari kopi agar dapat menentukan suhu dan lamanya proses penyangraian secara tepat. Nilai kalor jenis atau panas spesifik kopi biasa sebesar 0,672 kal/g ºC dan kopi luwak sebesar 0,952 kal/gºC (Fuferti dkk, 2013). Tepung terigu adalah hasil ekstraksi atau sari dari pengolahan gandum (T. sativum) yang memiliki semua kadar konstituen yang tidak mudah rusak apabila dipanggang atau dikenai suhu tinggi dengan kadar gizi yang cukup tinggi dan memadai yang tersusun oleh 67-70 % karbohidrat, 10-14 % protein, dan 1-3 % lemak (Chandra dkk, 2015). Pada sebagaian besar produk makanan, pati terigu terdapat dalam bentuk granula kecil (1-40 m) dan dalam suatu sistem, contohnya adonan, pati terigu terdispersi dan berfungsi sebagai bahan pengisi. Protein dari tepung terigu membentuk suatu jaringan yang saling berikatan (continous) pada adonan dan bertanggung jawab sebagai komponen yang membentuk viskoelastik. Gluten merupakan protein utama dalam tepung terigu yang terdiri dari gliadin (20-25 %) dan glutenin (35-40%). Sekitar 30% asam amino gluten adalah hidrofobik dan asam-asam amino tersebut dapat menyebabkan protein mengumpul melalui interaksi hidrofobik serta mengikat lemak dan substansi non polar lainnya. Menurut Cao et al (2010), tepung terigu mempunyai panas spesifik antara 1,0792-5,5336 kJ/kgºC atau 0,258-1,321 kal/gºC.
  • 7. C. METODOLOGI 1. Alat a. Gelas Beaker b. Kalorimeter c. Hot Plate d. Termometer e. Timbangan Analitik 2. Bahan a. Air b. Kopi c. Tepung Terigu
  • 8. 3. Cara Kerja a. Penentuan Kalor Jenis Bubuk Kopi Gambar 2.1 Diagram Alir Penentuan Kalor Jenis Bubuk Kopi Penimbangan kalorimeter (a gram) dan pencatatan suhu kalorimeter (T1) Pemasukan secara cepat ke dalam kalorimeter Pengadukan secara perlahan Pencatatan suhu (T2) dan pemasukan ke dalam kalorimeter Penimbangan sebanyak 25 g 100 ml Air Pengukuran suhu akhir campuran (T4) Perhitungan panas spesifik bahan (Cp) 25 gram bubuk kopi Pemanasan hingga suhu 70oC (T3)
  • 9. b. Penentuan Kalor Jenis Tepung Terigu Gambar 2.2 Diagram Alir Penentuan Kalor Jenis Tepung Terigu D. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan panas spesifik suatu bahan dapat digunakan dalam industri pengolahan pangan untuk pengembangan model termal sehingga dapat menarik dan memprediksi atau mengontrol banyak panas dalam bahan makanan selama proses pengolahan pangan. Pengolahan termal terdapat dalam pengolahan makanan. Banyak dari operasi pengolahan makanan umum, Pemasukan secara cepat ke dalam kalorimeter Pengadukan secara perlahan Pencatatan suhunya (T2) dan pemasukan ke dalam kalorimeter Pemanasan hingga suhu 700C (T3) 100 ml Aquades Pengukuran suhu akhir campuran (T4) Perhitungan panas spesifik bahan (Cp) Penimbangan kalorimeter (a gram) dan pencatatan suhu kalorimeter (T1) Penimbangan sebanyak 25 gramTepung terigu
  • 10. seperti pengalengan, baking dan pasteurisasi, bergantung pada pemanasan. Terdapat pula proses seperti pengeringan dan penggorengan di mana perpindahan panas dan massa yang digabungkan (Fryer and Phillip, 2005). Selain itu, dengan mengetahui panas spesifik bahan dapat bermanfaat untuk mengetahui waktu yang tepat dalam pengolahan bahan pangan, karena seringkali panas justru merusak kandungan gizi dalam bahan pangan tersebut (Pucitaningrum, 2012). Teknik kalorimetri adalah teknik pengukuran kalor jenis yang melibatkan pemanasan sebuah sampel yang diketahui suhunya Tx, yaitu dengan cara menempatkannya ke dalam sebuah bejana yang berisi air yang massa dan suhunya diketahui sebagai Tw< Tx kemudian mengukur suhu air setelah tercapai keseimbangan (Serway, dkk, 2010). Jika sistem dari sampel dan air terinsulasi, hukum kekekalan energi berlaku, yaitu jumlah energi yang meninggalkan sampel (tidak diketahui kalor jenisnya) sama dengan jumlah energi yang masuk ke air. Prinsip metode kalometri menurut Serway, dkk (2010) berdasarkan hukum kekekalanenergi,semua bentuk energi dapat diubah seluruhnya ke dalam bentuk kalor. Satuan yang biasa digunakan untuk menyatakan panas adalah kalori (kal). Kalori didefinisikan sebagai pengaruh panas pada suhu benda.Perhitungan entalpi reaksi berkaitan dengan kapasitas panas dan kalor jenis. Kapasitas kalor (C) didefinisikan sebagai jumlah panas yang diperlukan untuk mengubah suhu suatu benda sebesar 1oC (Muchtaidi dan Juliana, 2007). Mekanisme yang terjadi pada metode kalorimetri didasarkan pada azas Black yang berbunyi “pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas zat yang suhunya lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat yang suhu nya lebih rendah”. Jika dua buah benda yang berbeda yang suhu nya dicampurkan, benda yang panas memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhirnya sama. Jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan jumlah kalor yang diserap bila dipanaskan (Liu et al, 2017).
  • 11. Kelebihan dari metode kalorimetri yaitu praktis dalam melakukan pengujian serta tidak memerlukan banyak peralatan. Waktu pengujian tidak lama dan langsung diketahui hasilnya sehingga menghemat waktu dan biaya. Alat yang digunakan dalam metode tersebut yaitu kalorimeter memiliki nilai yang ekonomis, cukup kuat dan juga tahan lama (Lestari, 2013). Kekurangan penentuan panas spesifik bahan dengan metode kalorimetri yaitu data yang diperoleh kurang akurat. Keakuratan ini dipengaruhi oleh prosedur kalibrasi dan suhu yang mengalami kontaminasi. Selama pengukuran panas terdapat pertukaran panas dengan luar sistem atau keluarnya kalor dari sistem yang menyebabkan data tidak sesuai dengan teori. Kurangnya akurasi data menyebabkan penggunaan kalorimeter kurang sesuai untuk industri (Wijanarko, 2013). Menurut Jati dan Tri (2008) faktor yang mempengaruhi panas spesifik suatu bahan atau benda diantaranya adalah sebagai berikut. Pertama, semakin besar massa benda maka kalor yang diterima untuk didistribusikan guna menambah tenaga gerak molekul atau atom menjadi lebih banyak. Kedua, benda tertentu memiliki massa jenis tertentu sehingga jumlah atom atau molekul per gramnya juga tertentu. Tenaga untuk menaikkan suhu 1ºC pada 1 kg air sebesar 5 kali dibanding aluminium. Ketiga, kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 10ºC senilai dengan 10 kali kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1ºC pada massa dan jenis benda yang sama. Keempat, komposisi dalam bahan akan menentukan panas spesifik bahan disebabkan adanya interaksi antar komponen dan ikatan antar molekul dalam komponen. Bahan berwujud padat akan memiliki panas spesifik yang berbeda dengan bahan berwujud cair atau gas. Densitas dan viskositas bahan juga dapat mempengaruhi besar panas spesifik bahan tersebut. Pada praktikum Acara II Penentuan Panas Spesifik Bahan, langkah pertama yang dilakukan yaitu mengukur massa dan suhu kalorimeter serta aquades. Kemudian sampel kopi atau tepung terigu ditimbang sebanyak 25 gram dan dipanaskan sampai suhunya mencapai 70ºC. Lalu sampel
  • 12. dimasukkan ke dalam kalorimeter yang telah diisi aquades dan diaduk. Penuangan sampel ke dalam kalorimeter harus dilakukan secara cepat agar tidak banyak kehilangan panas. Massa yang digunakan untuk perhitungan panas spesifik bahan adalah massa bahan setelah pemanasan, karena dianggap merupakan massa konstan bahan dimana tidak tercampur zat yang lain seperti air. Setelah itu, dapat dihitung dengan menggunakan prinsip kesetimbangan kalor dan hukum kekekalan energi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut (Ferrer et al, 2017): Qlepas = Qterima m x c x Δtlepas = m x c x Δtterima Tabel 2.1 Hasil Perhitungan Panas Spesifik Bubuk Kopi Sampel Bahan Massa (g) Suhu (ºC) Cp (kal/gºC) Rata- rata(kal/ gºC) Kopi I Kopi 25 70 0,555 0,651 Air 100 29 1 Kalorimeter 116 34 0,133 Campuran - 34 - Kopi II Kopi 25 70 0,626 Air 100 29 1 Kalorimeter 119,6 34 0,133 Campuran - 34,5 - Kopi III Kopi 25 70 0,934 Air 100 29 1 Kalorimeter 117,4 30 0,133 Campuran - 36 - Kopi IV Kopi 25 70 0,934 Air 100 29 1 Kalorimeter 117,4 30 0,133 Campuran - 36 - Sumber : Laporan Sementara Berdasarkan data Tabel 2.1 mengenai hasil perhitungan panas spesifik bubuk kopi diperoleh hasil yaitu kalor jenis kopi sebesar 0,555 kal/gºC; 0,628 kal/gºC; 0,484 kal/gºC dan 0,934 kal/gºC dengan rata-rata sebesar 0,651 kal/gºC. Panas spesifik kopi berdasarkan hasil praktikum sebesar 0,651 kal/gºC, sedangkan menurut teori panas spesifik kopi sebesar 0,672 kal/gºC (Fuferti dkk, 2013). Hasil praktikum yang diperoleh menunjukkan bahwa
  • 13. kalor jenis kopi dari hasil pengujian tidak berbeda jauh dengan kalor jenis kopi menurut teori dengan selisih sebesar 0,021 kal/gºC. Tabel 2.2 Hasil Perhitungan Panas Spesifik Tepung Terigu Sampel Bahan Massa (g) Suhu (ºC) Cp (kal/g ºC) Rata- rata(kal/ gºC) Tepung Terigu I Tepung Terigu 25 70 1,019 0,671 Air 100 30,5 1 Kalorimeter 122,6 34 0,133 Campuran - 38 - Tepung Terigu II Tepung Terigu 25 70 0,685 Air 100 30,5 1 Kalorimeter 121,1 34 0,133 Campuran - 36 - Tepung Terigu III Tepung Terigu 25 70 0,350 Air 100 29 1 Kalorimeter 123,6 30 0,133 Campuran - 32 - Tepung Terigu IV Tepung Terigu 25 70 0,628 Air 100 29 1 Kalorimeter 122,8 30 0,133 Campuran - 34 - Sumber : Laporan Sementara Berdasarkan data Tabel 2.2 mengenai hasil perhitungan panas spesifik tepung terigu diperoleh kalor jenis tepung terigu sebesar 1,019 kal/gºC; 0,685 kal/gºC; 0,350 kal/gºC dan 0,628 kal/gºC dengan rata-rata sebesar 0,671 kal/gºC. Panas spesifik tepung terigu berdasarkan hasil praktikum sebesar 0,671 kal/gºC, sedangkan menurut teori tepung terigu mempunyai panas spesifik antara 1,0792-5,5336 kJ/kgºC atau 0,258-1,321 kal/gºC (Cao et al, 2010). Nilai kalor jenis tepung terigu dari hasil pengujian masih masuk ke dalam range kalor jenis tepung terigu menurut teori yaitu berada di antara 0,258-1,321 kal/gºC. Faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai kalor jenis pada sampel yang sama dengan beberapa pengulangan (misal kalor jenis kopi I dengan kopi II, III, dan IV diantaranya ialah pembacaan skala termometer oleh praktikan sehingga dimungkinkan suhu kurang tepat (kurang sejajar dengan mata), kegiatan penimbangan berat kopi maupun tepung terigu, kondisi penuangan
  • 14. bahan ke dalam kalorimeter (bahan tercecer atau sedikit menempel pada wadah),adanya jeda waktu yang cukup lama antara pemanasan tepung terigu/kopi ke proses pencampuran dalam kalorimeter sehingga suhu bahan kurang dari 70ºCmaupun perbedaan penggunaan kalorimeter saat pengujian (Barabash, 2017). E. KESIMPULAN Berdasarkan hasil praktikum Acara II “Penentuan Panas Spesifik Bahan’ diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Metode yang digunakan untuk menentukan panas spesifik bahan adalah metode campuran dengan alat kalorimeter. Pada metode ini berlaku hukum kekekalan energi panas yaitu tidak ada energi kalor yang hilang dan juga menggunakan prinsip kesetimbangan kalor atau dikenal dengan Azas Black yaitu jumlah kalor yang dilepaskan sama dengan jumlah kalor yang diterima. 2. Besar panas spesifik kopi berdasarkan hasil praktikum sebesar 0,651 kal/gºC sedangkan berdasarkan teori sebesar 0,672 kal/gºC. Besar panas spesifik tepung terigu berdasarkan hasil praktikum sebesar 0,671kal/gºC sedangkan berdasarkan teori sebesar 0,258-1,321 kal/gºC.
  • 15. DAFTAR PUSTAKA Barabash, A.S.. 2017. Calorimeter Development for the SuperNEMO Double Beta Decay Experiment. Journal Nuclear Instruments Kurchatov Institute. 5(4) : 4-21. Bueche, Frederick J. 2013. Collage Physics 8th edition Schaum Series. Erlangga.Jakarta. Cao, Y., G Li., Z Zhang., L Chen., Y Li., and T Yang. 2010. The Specific Heat of Wheat. 10th International Working Conference on Stored Product Protection. 4(25) : 1-7. Chandra, Suresh, Samsher Singh and Durvesh Kumari. 2015. Evaluation of Functional Properties of Composite Flours and Sensorial Attributes of Composite Flour Biscuits. Journal Food Science Technology. 52(6) : 3681- 3688. Ciptaningtyas, Drupadi dan herry Suhardiyanto.Sifat Thermo Fisik Arang Sekam. Jurnal Teknotan. 10(2) : 1-8. Earle, R.L. 1982. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. PT Sastra Hudaya. Jakarta. Edvan, Bukhori Thomas, Rachmad Edison dan Made Same. Pengaruh Jenis dan Lama Penyangraian pada Mutu Kopi Robusta (Coffea robusta). Jurnal AIP. 4(1) : 31-40. Ferrer, Gerard, Camila B., Aran S., Ingrid M. and Luisa Cabeza. 2017. New Proposed Methodology for Specific Heat Capacity Determination of Materials for Thermal Energy Storage (TES) by DSC. Journal Physical Chemistry. 11(4) : 1-6. Fryer, Peter J., and Phillip T. Robbins. 2005. Heat transfer in food processing: ensuring product quality and safety. Applied Thermal Engineering, 25(3) : 2499-2510. Fuferti, Megah Aysah, Syakbaniah dan Ratnawulan. 2013. Perbandingan Karakteristik Fisis Kopi Luwak (Civet coffee) dan Kopi Biasa Jenis Arabika. Journal Pillar Of Physics. 2(1) : 68-75. Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika Edisi Ketujuh Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Heussen, Patricia. 2011. Practical Food Apllications of Differential Scanning Calorimetry (DSC). Perkin Elmer. USA. Ishaq, Mohamad. 2007. Fisika Dasar. Graha Ilmu. Yogyakarta. Jassin, Ernawati. 2010. Kajian Eksperimental Nilai Konduktivitas Thermal dan Panas Spesifik Beberapa Jenis Ikan. Jurnal Universitas Hasanudin. 1(2) : 1-6.
  • 16. Jati, Bambang Murdaka Eka., dan Tri Kuntoro Priyambodo. 2008. Fisika Dasar. Andi. Yogyakarta. Lestari, Fitri Puji. 2013. Desain Kalorimeter Sederhana yang Dipantai dengan Mikroskop Digital. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember. Liu, Xin, Jipeng L., Nan Yin, Zhi Cheng Tan and Quan Shi. 2017. Applications of Low Temperature Calorimetry in Material Research. Chemical Physics Journal. 2(4) : 1-10. Muchtaidi dan Juliana. 2007. Kimia SMA Kelas XI. Yudhistira. Jakarta. Pucitaningrum, Fauziyyah. 2012. Analisa Persamaan Panas dan Nilai Sterilisasi pada Proses Sterilisasi Makanan Kaleng (Heat Equation Analize and Sterilized Value of Canned Food Sterilization Process : A Review). Jurnal Teknologi Industri Pertanian. 2(2) : 1-14. Purba, Michael. 2002. Fisika untuk Sains dan Teknik. Erlangga. Jakarta. Rufianti, Erna. 2011. Penentuan Kalor Reaksi. Jurnal FKIP Unila. 1(2) : 1-3. Serway, Raymond A., Jewett, John W. 2013. Fisika untuk Sains dan Teknik. Salemba Teknika. Jakarta. Syah, Hendri, Yusmanizar dan Oki Maulana. Karakteristik Fisik Bubuk Kopi Arabika Hasil Penggilingan Mekanis dengan Penambahan Jagung dan Beras Ketan. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia. 5(1) : 1-6. Wang, Yih Wen. 2017. Evaluation of Self-Heating Models for Peracetic AcidUsing Calorimetry. .China Medical University Journal. 3(4) : 2-29. Washburn, Edward. 1985. Engineering Physical. Prentice Hall India Learning. India. Wijanarko, Utut. 2013. Nilai Kalor Minyak Nabati dari Buah Kepayang. Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma. Yanti, Resky Perdana, Muh. Said L. dan Ihsan. 2014. Studi Penentuan Nilai Kalori pada Buah Durian (Durio zibethinus).Jurnal Teknosains. 8(2) : 161– 174.
  • 17. LAMPIRAN PERHITUNGAN Perhitungan Sampel Kopi I dan Kopi III 1. Diketahui: m= 25 gram mkal= 116 gram Cpkal = 0,133 kal/g0C T1= 340C T3= 700C Cpair = 1 T2= 290C T4= 340C Cpkopi= ? Qlepas = Qterima mkopi x Ckopi x (T3-T4) = mair x Cairx (T4-T2) + mkal x Ckal x (T4-T1) 25 x Ckopi x (70-34) = 100 x 1 x (34-29) + 116 x 0.133 x (34-34) 25 x 36 x Ckopi = 100 x 5 Ckopi = 500 900 Ckopi = 0,555 kal/gr0C 2. Diketahui: m= 25 gram mkal= 119,8 gram Cpkal = 0,133 kal/g0C T1= 300C T3= 700C Cpair = 1 T2= 290C T4= 330C Cpkopi=? Qlepas = Qterima mkopi x Ckopi x (T3-T4) = mair x Cairx (T4-T2) + mkal x Ckal x (T4-T1) 25 x Ckopi x (70-33) = 100 x 1 x (33-29) + 119.8 x 0.133 x (34-30) 25 x 37 x Ckopi = 100 x 5 x 4 + 119.8 x 0.133 x 4 Ckopi = 447.8002 25𝑥37 Ckopi = 0,484 kal/gr0C X Ckopi = 0,555+0,628+0,484+0,934 4 = 0,651 kal/gr0C
  • 18. Perhitungan Sampel Tepung Terigu I dan Tepung Terigu III 1. Diketahui: m= 25 gram mkal= 122,6 gram Cpkal = 0,133 kal/g0C T1= 340C T3= 700C Cpair = 1 T2= 30,50C T4= 380C Cptpg=? Qlepas = Qterima MtpgxCtpgx (T3-T4)= mairx Cairx (T4-T2) +mkal xCkalx(T4-T1) 25 x Ctpgx (70-38) = 100 x 1 x (38-30,5) + 122.6 x 0.133 x (38-34) 25 x (32) x Ctpg= 100 x 7.5 + 122.6 x 0.133 x (4) Ctpg= (815,223) (800) Ctpgi = 1.019 kal/gr0C 2. Diketahui: m= 25 gram mkal= 123,6 gram Cpkal = 0,133 kal/g0C T1= 300C T3= 700C Cpair = 1 T2= 290C T4= 320C Cptpg=? Qlepas = Qterima MtpgxCtpgx (T3-T4)= mairx Cairx (T4-T2) +mkal xCkalx(T4-T1) 25 x Ctpgx (70-32) = 100 x 1 x (32-29) + 123.6 x 0.133 x (32-30) 25 x (38) x Ctpg= 100 x 3 + 123.6 x 0.133 x (2) Ctpg= (332,8776) (950) Ctpgi = 0,350 kal/gr0C X Ctpg= 1,019+0,685+0,350+0,628 4 = 0,671kal/gr0C
  • 19. LAMPIRAN DOKUMENTASI Gambar 2.3 Penimbangan Tepung Terigu Gambar 2.4 Penimbangan Kalorimeter Gambar 2.6 Pengukuran Suhu Bahan Gambar 2.7 Pengukuran Suhu Campuran Gambar 2.5 Pengukuran Suhu Kalorimeter