2. PENGANTAR BAB 11
• Bab ini khusus membicarakan bentuk laporan
keuangan yang ketiga yaitu laporan aliran kas
• Laporan aliran kas disusun (atau diturunkan)
terutama dari neraca perusahaan
• Tujuan utama dari analisis laporan kas adalah untuk
menaksir kemampuan perusahaan menghasilkan kas
• Analisis aliran kas bisa melengkapi analisis rasio, misal
pada situasi perusahaan sedang tumbuh
3. ALIRAN KAS DAN HUBUNGANNYA
DENGAN SIKLUS KEHIDUPAN PRODUK
• Selama tahap perkenalan dan pertumbuhan,
aliran kas dari operasi biasanya negatif.
• Pada tahap pertumbuhan, aliran kas bersih (net)
bisa negatif atau positif tergantung tingkat
pertumbuhan dan besarnya investasi.
• Pada tahap kedewasaan, kas (net) biasanya positif.
• Pada tahap penurunan, kas (net) biasanya negatif.
4.
5. PERHITUNGAN ALIRAN KAS
• Tambahan kas = ( tambahan hutang + tambahan modal saham ) –
tambahan aktiva non-kas
• Persamaan tersebut menunjukkan, perubahan kas sama dengan
perubahan komponen-komponen lain dalam neraca
6. PENYUSUNAN LAPORAN ALIRAN KAS MELALUI
NERACA
• Penyebab-penyebab perubahan kas dikelompokkan ke dalam tiga
macam kelompok: (1) Investasi
(2) Pendanaan, dan
(3) Operasi.
• Tugas analis adalah mengelompokkan perubahan-perubahan di
neraca ke dalam tiga kelompok tersebut
7. PERUBAHAN DALAM NERACA: OPERASI
• Kenaikan atau Penurunan Piutang Dagang
• Kenaikan atau Penurunan Persediaan
• Kenaikan atau Penurunan Aktiva lancar lainnya
• Akumulasi Depresiasi
• Hutang Dagang
• Hutang lancar lainnya
• Hutang Pajak
• -Laba bersih
8. PERUBAHAN DALAM NERACA: PENDANAAN
• Hutang Wesel
• Bagian hutang lancar dari hutang jangka panjang
• Hutang jangka panjang
• Hutang non-lancar lainnya
• Saham biasa dan Agio Saham
• Dividen
• Pembelian saham kembali (treasury stock)
9. PERUBAHAN DALAM NERACA: INVESTASI
• Investasi pada surat-surat berharga,
• bangunan, pabrik, dan peralatan
• Harga perolehan Aset
• Aset lainnya
10. CONTOH PENYUSUNAN LAPORAN ALIRAN KAS
• Lihat tabel 11.3 – 11.6
• Perhatikan cara menyusun laporan aliran kas berdasarkan perubahan
di neraca
• Bagaimana membaca laporan aliran kas tersebut? Bagaimana kondisi
perusahaan tersebut?
12. PENGANTAR BAB 12
•Bab sebelumnya menganalisis kondisi
keuangan perusahaan masa lalu dan masa
sekarang
•Analis ingin juga melihat kondisi keuangan
perusahaan di masa mendatang
•Bab ini membicarakan tehnik-tehnik
memproyeksikan kondisi keuangan
perusahaan di masa mendatang, melalui
laporan keuangan proforma
13. PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PROFORMA
• Memerlukan asumsi-asumsi, misal: tingkat pertumbuhan penjualan,
perilaku biaya dari sejumlah pos rekening, tingkat investasi pada
modal kerja dan aktiva tetap
• Analis bisa merubah-rubah asumsi tersebut, untuk melihat
sensitivitas proyeksi keuangan terhadap perubahan asumsi tersebut
14. PROSEDUR PENYUSUNAN LAPORAN
KEUANGAN PROFORMA
(1) Memproyeksikan penjualan untuk sejumlah periode pada
masa mendatang.
(2) Memproyeksikan biaya operasional (harga pokok
penjualan, biaya penjualan dan administrasi, biaya pajak di
luar bunga) dan kemudian menurunkan proyeksi
pendapatan operasional.
(3) Memproyeksikan total aset, hutang, dan modal saham
yang diperlukan untuk mendukung tingkat operasi yang
diproyeksikan pada (1) dan (2).
(4) Menentukan biaya pendanaan (financing cost) dari hutang
pada (3) dan kemudian menurunkan dari pendapatan
operasional untuk memperoleh laba bersih proyeksi.
(5) Menurunkan laporan aliran kas dari laporan keuangan
yang diproyeksikan (laporan rugi-laba dan neraca).
15. MEMPROYEKSIKAN LAPORAN LABA-RUGI
• Pertama: Memproyeksi penjualan, yang akan digunakan menurunkan
angka-angka di laporan keuangan proforma
• Bisa menggunakan rata-rata tingkat pertumbuhan masa lalu
• Perlu diperhatikan stabilitas, musiman, atau siklus dari penjualan, dan
penyesuaian yang diperlukan
16. MEMPROYEKSIKAN
BIAYA OPERASIONAL
• Tergantung asumsi perilaku biaya, apakah variabel atau tetap
• Jika variabel, bisa menggunakan common-size terhadap penjualan
• Jika biaya tetap tinggi, maka perubahan akan lebih melambat, tidak
sepenuhnya proporsional
• Bisa menggunakan tingkat pertumbuhan item individual
17. MEMPROYEKSIKAN NERACA
• Cara yang paling mudah adalah memproyeksikan sisi
kiri neraca (sisi aktiva) terlebih dulu, baru kemudian
menyusun komposisi yang diinginkan untuk sisi kanan
(pasiva atau pendanaan) neraca
• Ada dua pendekatan:
• Memproyeksi total aset lebih dulu, kemudian setiap
item dihitung dengan tehnik common-size
• Memproyeksi item aset secara individual, kemudian
dijumlahkan, dan memperoleh total aset
18. MEMPROYEKSIKAN NERACA
• Untuk memproyeksikan aset (baik total maupun individual), ada dua
cara yang bisa dilakukan, yaitu:
(1) Memproyeksi aset dengan menggunakan tingkat
pertumbuhan.
(2) Memproyeksi aset dengan menganggap perputaran
aktiva konstan (tetap) untuk masa mendatang.
19. RINGKASAN METODE PROYEKSI ASET
Memproyeksi
Total Aset
Memproyeksi
Aset Individual
Menggunakan
tingkat pertumbuhan
historis
x x
Menggunakan
Perputaran aset
untuk proyeksi aset
x x
20. MEMPROYEKSIKAN HUTANG DAN MODAL SAHAM
• Cara yang paling mudah untuk menyusun komposisi passiva adalah
dengan menggunakan common-size sisi kanan
• Asumsi: pola stabil
• Jika ada kejadian tertentu yang merubah pola, misal restrukturisasi,
pendekatang common-size barangkali tidak bisa dipakai untuk
memproyeksikan sisi kanan neraca untuk tahun-tahun mendatang
21. MEMPROYEKSIKAN BIAYA PENDANAAN
• Asumsi: struktur modal dan tingkat bunga tidak berubah
• Lihat contoh perhitungan proyeksi beban bunga di teks
22. MEMPROYEKSIKAN LAPORAN ALIRAN KAS
• Langkah terakhir adalah memproyeksikan aliran kas.
• Proyeksi aliran kas diturunkan dari proyeksi neraca dan proyeksi
laporan rugi-laba.
• Proyeksi dilakukan untuk tiga komponen: investasi, pendanaan, dan
operasi
23. RASIO KEUANGAN PROFORMA
• Setelah laporan keuangan proforma selesai, analis bisa menghitung
rasio-rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan proforma
rasio keuangan proforma
• Proforma rasio keuangan sangat dipengaruhi oleh asumsi yang
digunakan
25. PENGANTAR BAB 13
• Bab ini dan dua bab berikutnya membicarakan topik
khusus di analisis keuangan
• Tiga topik tersebut adalah
• Prediksi Kebangkrutan
• Analisis Pemberian Pinjaman
• Informasi pasar dalam analisis keuangan
• Prediksi kebangkrutan bermanfaat, karena
manajemen bisa melakukan langkah-langkah
perbaikan sejak dini
27. MASALAH DALAM KEBANGKRUTAN
• Kesulitan keuangan sulit didefinisikan
Tidak dalam Dalam Kesulitan
Kesulitan Keuangan Keuangan
Tidak Bangkrut I II
Bangkrut III IV
• Perusahaan yang benar-benar bangkrut adalah dalam kuadran IV
28. KONTINUM KESULITAN KEUANGAN
• Kesulitan keuangan merupakan kontinum, dari yang ringan seperti
kesulitan likuiditas jangka pendek, sampai dengan yang paling berat,
seperti tidak solvabel
• Kesulitan keuangan jangka pendek bersifat sementara dan belum
begitu parah. Tetapi kesulitan semacam ini apabila tidak ditangani
bisa berkembang menjadi kesulitan yang berat, seperti tidak solvabel
29. ALTERNATIF PERBAIKAN
• Pemecahan secara informal, apabila
• masalah belum begitu parah
• masalah perusahaan hanya bersifat sementara, prospek masa depan masih
bagus
• Cara pemecahan informal:
• Perpanjangan (Ekstension)
• Komposisi (Composition)
30. ALTERNATIF PERBAIKAN
• Pemecahan secara formal, apabila
• masalah sudah parah, kreditur ingin mempunyai
jaminan keamanan
• Cara Pemecahan secara formal
• a. Apabila nilai perusahaan diteruskan > nilai
perusahaan dilikuidasi, maka dilakukan Reorganisasi,
misal dengan merubah struktur modal menjadi
struktur modal yang layak
• b. Apabila nilai perusahaan diteruskan < nilai
perusahaan dilikuidasi, maka dilakukan Likuidasi, yaitu
menjual aset-aset perusahaan
32. PREDIKSI KEBANGKRUTAN: ANALISIS UNIVARIATE
• Menggunakan rasio keuangan secara tunggal
(terpisah)
• Contoh: prediksi kebangkrutan perusahaan kereta
api di Amerika Serikat, menggunakan dua rasio
keuangan, yaitu
(1) Rasio Biaya Transportasi terhadap Pendapatan
Operasional (BT/PO).
(2) Rasio Times Interest Earned (TIE) yang merupakan
rasio EBIT (Earning Before Taxes)/Interest.
33. PREDIKSI KEBANGKRUTAN: ANALISIS
UNIVARIATE
• Rata-rata nilai rasio BT/PO untuk kedua grup
perusahaan adalah sebagai berikut:
Tidak bangkrut: 0,356
Bangkrut: 0,473
• Rata-rata rasio TIE untuk kedua kelompok tersebut
adalah:
Tidak bangkrut: 2,49
Bangkrut: - 0,26
• Kesimpulan??
34. BEBERAPA ISU
• Bagaiaman menentukan angka cut-off ?
• Berapa besar akurasi prediksi dengan rasio keuangan secara
univariate?
• Bagaimana jika terjadi inkonsistensi antar variabel yang digunakan?
• Untuk mengatasi masalah inkonsistensi, bisa digunakan model
multivariate
35. VARIABEL YANG BISA MEMPREDIKSI
KEBANGKRUTAN DENGAN KONSISTEN
• Tingkat return (rate of return). Perusahaan yang
bangkrut mempunyai tingkat return yang lebih
rendah.
• Penggunaan Hutang. Perusahaan yang bangkrut
menggunakan hutang yang lebih tinggi.
• Perlindungan terhadap biaya tetap (Fixed payment
coverage). Perusahaan yang bangkrut mempunyai
perlindungan terhadap biaya tetap yang lebih kecil.
• Fluktuasi return saham. Perusahaan yang bangkrut
mempunyai rata-rata return yang lebih rendah dan
mempunyai fluktuasi return saham yang lebih tinggi.
36. PREDIKSI KEBANGKRUTAN: ANALISIS
MULTIVARIATE
• Bisa mengatasi kemungkinan inkonsistensi variabel
individual
• Idealnya, pemilihan variabel (indikator) untuk prediksi
kebangkrutan, didasarkan pada teori ekonomi yang
bisa mendasari masalah kebangkrutan.
• Sayangnya tidak tersedia teori yang cukup
• Karena itu kita menggunakan penelitian terdahulu atau
mencari data-data yang relevan dalam pemilihan
variabel-variabel bebas.
37. BEBERAPA TEHNIK MULTIVARIATE
• Model probabilitas linear
• Model logit
• Model probit
• Model diskriminan
• Model diskriminan lebih dari dua kategori
38. MODEL DISKRIMINAN ALTMAN (1968)
• Zi = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0 X5
dimana
• X1 = (Aktiva lancar - Hutang lancar)/Total
Aktiva
• X2 = Laba Yang Ditahan/Total Aset
• X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aset
• X4 = Nilai Pasar saham biasa dan
preferen/Nilai Buku total hutang
• X5 = Penjualan/Total Aset
39. MODEL ALTMAN UNTUK PERUSAHAAN NON-
PUBLIK
• Z = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 +
0,420 X2 + 0,998 X5
dimana
X1 = Rasio Modal kerja / Total aset
X2 = Rasio Laba yang ditahan / Total aset
X3 = Rasio Laba sebelum bunga dan pajak / Total aset
X4 = Rasio Nilai buku saham preferen dan saham biasa/Nilai buku
total hutang
X5 = Rasio Penjualan / Total aset
40. BEBERAPA ISU
• Teori-teori kebangkrutan relatif masih kurang dan hal ini membuat
penelitian empiris kurang mempunyai arah
• Penelitian memfokuskan pada pemilihan variabel dengan coba-coba,
misal mengumpulkan banyak variabel kemudian diuji satu-satu
• Isu sampel, apakah sudah cukup representatif
41. KEGAGALAN PER-INDUSTRI
Jenis Industri Kegagalan bisnis per 10.000
operasi bisnis
Industri
Furniture 211
Peralatan Transportasi 180
Tekstil 126
Makanan 93
Kertas 71
Retail
Pakaian anak dan bayi 227
Barang-barang sports 116
Pakaian Dewasa laki-laki 112
Makanan dan Minuman (Restoran) 65
Department Store 34
43. PENGANTAR BAB 14
•Bab ini membicarakan topik khusus, yaitu
analisis pemberian pinjaman
• Bab ini akan menjelaskan beberapa aspek pada
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
pemberian pinjaman dan analisis informasi yang bisa
dipakai untuk membantu pengambilan keputusan
tersebut.
44. SUMBER INFORMASI
ANALISIS KREDIT
• Informasi dari nasabah itu sendiri,
• Informasi dari file di bank,
• Informasi dari pihak eksternal,
• Informasi dari pasar modal,
• Informasi dari asosiasi perdagangan,
• Laporan industri dan ekonomi secara umum.
45. TAHAPAN DALAM PROSES PINJAMAN
•Persetujuan Pinjaman
•Monitor Pinjaman
•Pelunasan Pinjaman
46. CONTOH KETENTUAN AFIRMATIF DALAM
PERJANJIAN PINJAMAN
• Menyediakan laporan keuangan tahunan yang diaudit
• Menyediakan laporan kuartalan
• Mempunyai sistem akuntansi yang sesuai dengan
GAAP (PAI)
• Memperbolehkan akses kecatatan perusahaan di file
bank
• Mempunyai asuransi
47. CONTOH KETENTUAN NEGATIF DALAM
PERJANJIAN PINJAMAN
• Modal Kerja dan Rasio lancar mininum
• Modal Saham minimum
• Batasan penggunaan hutang
• Pembatasan pada merger dan konsolidasi
• Pembatasan pada dividen
• Pembatasan penjualan saham dan hutang anak
perusahaan
• Pembatasan pada penjualan bagian penting suatu aset
48. RASIO KEUANGAN DIANGGAP PENTING
1. Hutang/ Modal Saham 8,71
2. Rasio Lancar 8,25
3. Aliran Kas/Proporsi Hutang Jangka
Panjang yang jatuh tempo tahun ini 8,08
4. Fixed charged Coverage 7,58
5. Profit margin bersih sesudah pajak 7,56
6. Bunga bersih yang diperoleh 7,50
7. Profit Margin bersih sebelum pajak 7,43
8. Degree of Financial Leverage 7,33
9. Perputaran Persediaan dalam hari 7,25
10. Perputaran Piutang Dagang (hari) 7,08
49. % RASIO KEUANGAN DIMASUKKAN DALAM
PERJANJIAN KREDIT
1. Hutang/ Modal Saham 95,5%
2. Rasio Lancar 90,0
3. Rasio pembayaran dividen 70,0
4. Aliran Kas/Proporsi Hutang Jangka
Panjang yang jatuh tempo tahun ini 60,3
5. Fixed charged Coverage 55,2
6. Times Interest Earned 52,6
7. Degree of Financial Leverage 44,7
50. REKOMENDASI ANALIS KREDIT
• Lancar. Risiko yang normal
• Diperhatikan secara khusus. Ada bukti-bukti kelemahan
pada kondisi keuangan nasabah atau skedul pembayaran
yang tidak realistis
• Dibawah Standar. Tren keuangan yang semakin jelek,
atau perkembangan manajerial, ekonomi, dan politik
yang membutuhkan penanganan yang cepat
• Meragukan. Pembayaran penuh hutang dipertanyakan.
Beberapa kerugian sangat mungkin terjadi. Bunga
pinjaman tidak diperoleh.
• Kerugian. Kredit dipertimbangkan tidak kembali.
51. MODEL KUANTITATIF
• Yi = -3,90 + 6,41DEi - 1,12 FCCi + 0,664 SDi
dimana
• DEi = (Hutang jangka panjang + hutang lancar)/Total Aset
• FCCi = Dana dari operasi/ (Biaya bunga + komitmen biaya sewa + rata-rata
hutang yang akan lunas dalam jangka waktu tiga tahun)
• SDi = Jumlah tahun yang berurutan perusahaan mengalami penurunan
penjualan
• Semakin tinggi Yi, semakin tinggi risiko kredit
52. BEBERAPA MASALAH DALAM PENGGUNAAN
MODEL KUANTITATIF
• Data antarindustri biasanya relatif heterogen. Analis
bisa membuat data ini menjadi lebih homogen
dengan membuat angka-angka relatif.
• Kalau sampel dipilih dari file perusahaan saat ini,
barangkali sampel tersebut tidak representatif
karena sampel tersebut hanya mewakili populasi
yang telah terseleksi oleh sistem yang ada saat ini di
perusahaan, bukan populasi secara keseluruhan.
• Pemilihan variabel juga menjadi masalah karena
saat ini masih sedikit teori yang dikembangkan
• Meskipun demikian teknik-teknik kuantitatif
semakin berkembang, semakin banyak digunakan,
terutama untuk analisis kredit konsumen.
53. BEBERAPA ALASAN PEMILIHAN VARIABEL
BEBAS UNTUK ANALISIS KEBANGKRUTAN
• Pengalaman perusahaan pada masa lalu.
• Penelitian-penelitian terdahulu.
• Metode pencarian model terbaik dengan
menggunakan teknik statistik, misal regresi atau
diskriminan step-wise.
54. ILUSTRASI: VARIABEL PREDIKSI RISIKO
KREDIT KONSUMEN (UNIVARIATE)
• Status Rumah
• Tabungan di Bank
• Tujuan kredit
• Persyaratan kredit (jumlah pembayaran bulanan)
55. ILUSTRASI: VARIABEL PREDIKSI RISIKO
KREDIT KONSUMEN (MULTIVARIATE)
• Status Rumah (Sewa, beli)
• Tabungan
• Tujuan kredit
• Jumlah keluarga yang ditanggung
• Jumlah pembayaran bulanan
• Umur peminjam
• Besarnya kredit
• Status perkawinan
57. PENGANTAR BAB 15
• Analis bisa menggunakan informasi dari luar
perusahaan
• Informasi dari pasar keuangan cukup banyak, dan bisa
digunakan sebagai sumber informasi bagi analis
• Contoh informasi tersebut adalah rating perusahaan,
aktivitas di pasar saham, dan lainnya
• Bab 15 ini membicarakan isu-isu berkaitan dengan
informasi dari pasar keuangan
59. Rating dari Moody’s Investors Service, Inc
• Aaa Kualitas paling tinggi. Pokok pinjaman terjamin dan pembayaran bunga
sangat terjamin kelancarannya.
• Aa Kualitas tinggi. Mempunyai risiko jangka panjang yang relatif lebih tinggi
dibandingkan Aaa.
• A Kualitas baik. Banyak investasi yang baik, tetapi ada indikasi bahwa risiko
akan naik dalam jangka panjang.
• Baa Kualitas menengah. Jaminan tidak terlalu baik, tetapi juga tidak terlalu
jelek. Kurang investasi yang sangat bagus, dan bisa dikatakan agak berbau
spekulatif.
• Ba Spekulatif. Perlindungan terhadap hutang pokok dan pembayaran
bunganya relatif tidak bagus.
• B Karakteristik investasi yang bagus relatif kurang. Perlindungan terhadap
pinjaman dan pembayaran bunga dalam jangka panjang relatif kecil.
• Caa Kualitas jelek. Barangkali bisa bangkrut. Perlindungan terhadap pinjaman
dan pembayaran bunga bisa dipertanyakan.
• Ca Sangat spekulatif. Emisi obligasi bisa default (tidak terbayar) dan
mempunyai banyak kelemahan atau kekurangan.
• C Rating paling rendah. Sangat kecil kemungkinan memperoleh investasi
yang baik.
60. Rating dari Standard & Poors’s Corp
• AAA Kualitas paling tinggi. Pinjaman Obligasi dan bunganya
terjamin baik.
• AA Kualitas tinggi. Mempunyai risiko yang lebih tinggi sedikit
dibandingkan dengan AAA.
• A Kualitas baik. Masih dipertanyakan apabila terjadi kondisi
buruk dalam jangka panjang.
• BBB Cukup. Kondisi yang jelek bisa mengancam pokok pinjaman
atau bunganya.
• BB Dipertanyakan. Menghadapi ketidakpastian yang tinggi atau
kondisi yang tidak bagus yang bisa mengancam pokok
pinjaman atau pembayaran bunganya.
• B Spekulatif. Kondisi buruk kemungkinan akan merusak
kemampuan membayar pokok pinjaman atau bunganya.
• CCC Risiko tinggi. Telah diidentifikasi sebagai rentan terhadap
kebangkrutan (tidak mampu membayar pinjaman atau bunganya).
• D Dalam proses kebangkrutan
61. RISIKO DAN RETURN
• Menghitung return
• { (Pt+1) – (Pt) + Div(t) / (Pt) } x 100%
• Bagaimana menghitung risiko?
• Definisi Risiko? Risiko adalah kemungkinan hasil yang kita peroleh
menyimpang dari yang diharapkan
• Ukuran statistik deviasi standar bisa digunakan untuk mengukur
penyimpangan
62. BERAPA RETURN YANG DIHARAPKAN
DAN DEVIASI STANDARNYA?
Tingkat keuntungan yang diharapkan
Ekonomi Prob A B C D
• Resesi Parah 0,05 8,0 12,0 (3,0) (2,0)
• Resesi Sedang 0,20 8,0 10,0 6,0 9,0
• Normal 0,50 8,0 9,0 11,0 12,0
• Baik 0,20 8,0 8,5 14,0 15,0
• Sangat Baik 0,05 8,0 8,0 19,0 26,0
63. RUMUS RETURN DAN RISIKO
• Return yang diharapkan:
E(R) = ∑ pi (Ri)
• Varians = 2 = ∑ (Ri - E(R))2 Pi
dimana
• Ri = Return yang terjadi
• E(R) = Return yang diharapkan/return rata-rata
• Pi = Probabilitas kejadian
64. INVESTASI MANA YANG DIPILIH?
Keterangan A B C D
• 1. Return yang 8,0% 9,2% 10,3% 12,0%
Diharapkan
• 2. Varians 0,00 0,71 19,31 23,20
• 3. Standar Deviasi 0,00 0,84 4,39 4,82
• 4. Koefisien Variasi 0,00 0,09 0,43 0,40
65. RETURN DAN RISIKO INVESTASI DI AS
Portofolio Rata-Rata Rata-Rata Std. Deviasi
Return Nominal Return Riil
Saham biasa 12,0 8,8 21,1
Obligasi Perusahaan 5,1 2,1 8,3
Obligasi Pemerintah 4,4 1,4 8,2
Treasury Bill 3,5 0,4 3,4
66. MENGHITUNG RETURN YANG DIHARAPKAN
DAN RISIKO DENGAN DATA HISTORIS
∑ Rt
• 1. Return rata-rata historis = -----------------
N
∑ (Rt - E(Rt))2
• 2. Varians = 2 = -----------------------
N - 1
• 3. Deviasi Standar = (2 )1/2
67. RISIKO DAN RETURN DALAM KONTEKS
PORTOFOLIO
• Expected Return Portofolio (Rp):
• Rp = w1 R1 + w2 R2 + ... ... + wN RN
dimana
• Rp = Return portofolio
• w1, w2, .. wn = bobot untuk masing-masing investasi
• R1, R2, .. RN = Return untuk tiap-tiap alternatif investasi
68. RISIKO DAN RETURN DALAM KONTEKS
PORTOFOLIO
• Risiko portofolio untuk tiga aset:
• 2p = w12 12 + w12 12 + 2 w1 w2 12
• Untuk N aset
• 2p = ∑ wi2 i2 + ∑ wi wj ij dimana i≠j
• Komponen penting dalam risiko portofolio adalah kovarians return
saham. Kovarians tersebut bisa menurunkan risiko (dengan return
yang tertentu), dan mengoptimalkan portofolio
70. Return dan Varians Beberapa Saham di BEJ (data
mingguan 1992-1993)
Saham Return (Rata2) Varians
1. Dh. Inti 1.80686 1.003400
2. HM Sampurna 1.75713 0.337068
3. Unggul I.C. 1.752851 1.811572
4. BII 1.69964 0.370882
5. Lippo Bank 1.224108 0.252219
6. Tjiwi 1.128559 1.296871
7. Bank Duta 1.033418 0.398465
8. CPI 0.914258 0.065574
9. BDNI 0.769435 0.575390
71. MODEL INDEKS TUNGGAL
• Model indeks tunggal merupakan penyederhanaan
dari model Markowitz
• Model tsb didasarkan pada pemikiran bahwa return
saham dipengaruhi oleh common factor, seperti
return indeks saham
• Dari pemikiran tersebut, dikembangkan rumus return
yang diharapkan dan risiko, dengan menggunakan
model indeks tunggal
72. MODEL INDEKS TUNGGAL
• Tingkat keuntungan yang diharapkan dan risiko untuk aset individual:
• E(Ri) = αi+ bi E(Rm)
• σi2 = βi2 σm2 + σei2
• Tingkat keuntungan yang diharapkan dan risiko untuk portofolio:
• E(Rp) = αp+ bp E(Rm)
• σp2 = βp2 σm2 + σep2
73. MODEL INDEKS TUNGGAL
• Dimana αp, bp, dan σep2 dihitung sbb:
• αp = ∑ wi αi
i
• bp = ∑ wi bi
i
• σep = ∑ wi2 ei2
i
74. CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM)
• CAPM adalah model keseimbangan return dan risiko,
sbb
• E(Ri)= Rf + bi (E(Rm) - Rf )
dimana
• E(Ri) = Tingkat keuntungan yang diharapkan
• Rf = Return investasi bebas risiko
• bi = Beta saham i (indikator risiko
sistematis)
• E(Rm) =Return pasar yang diharapkan
75. CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM)
• Dalam kondisi keseimbangan, semua aset akan terletak
pada garis CAPM (atau garis Security Market Line)
• Semua aset mempunyai return yang sesuai dengan
risiko sistematis
• Jika ada aset yang tidak berada pada garis SML
tersebut, ada insentif membeli/menjual aset tersebut,
sedemikian rupa sehingga aset tersebut akan terletak di
garis SML karena itu dinamakan sebagai model
keseimbangan
76. MENGHITUNG BETA
(RISIKO SISTEMATIS)
• (bi ) = σ(Ri,Rm) / σ2Rm
• Beta = kovarians return aset i dengan return pasar / varians return
pasar
• bi > 1, saham agresif
• bi < 1, saham defensif
• Beta saham juga bisa dihitung langsung dengan model regresi model
pasar (market model), dimana koefisien regresi menjadi beta saham
tsb
77. Sampel Beta Saham-Saham di BEJ
Dh.Inti 1.554436
B. Duta 1.425875
BDNI 1.398050
Lippo B 0.968810
S. Gres. 0.950444
Japfa 0.920224
INCO 0.802754
Rig Tender 0.775130
78. EFISIENSI PASAR
• Pasar disebut efisien jika harga mencerminkan semua informasi yang
relevan
• Kenapa terjadi pasar yang efisien?
• Investor rasional, selalu memproses informasi, selalu mencari
keuntungan
• Banyak analis yang pandai dan agresif menjamin informasi akan
selalu mengalir ke pasar keuangan
79. KATEGORI EFISIENSI PASAR
• Efisiensi bentuk lemah: harga saham mencerminkan informasi masa
lampau.
• Efisiensi bentuk setengah kuat: harga saham mencerminkan semua
informasi yang dipublikasikan.
• Efisiensi bentuk kuat: harga saham mencerminkan semua informasi
yang dipublikasikan dan informasi yang private (tidak dipublikasikan).
80. IMPLIKASI PASAR YANG EFISIEN
• Jika pasar efisien dalam bentuk lemah strategi investasi
dengan menggunakan informasi harga masa lalu seperti
analisis teknikal tidak akan menghasilkan keuntungan
abnormal secara konsisten,
• Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat, strategi
investasi dengan menggunakan informasi yang
dipublikasikan seperti analisis fundamental tidak akan
menghasilkan keuntungan abnormal secara konsisten,
• Jika pasar efisien dalam bentuk kuat, strategi investasi
dengan menggunakan informasi yang sifatnya publik dan
private tidak akan menghasilkan keuntungan abnormal
secara konsisten.
81. APAKAH PASAR SUDAH EFISIEN?
• Pengujian empiris nampaknya menunjukkan pasar sudah efisien
dalam bentuk lemah dan setengah kuat, dan belum efisien pada
bentuk kuat
• Beberapa anomali pasar yang ada bertentangan dengan pasar yang
efisien
• Teori dan bukti empiris dinamis, sehingga kesimpulan saat ini bisa
berubah di masa mendatang