Salah satu faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar matematika siswa adalah disposisi mereka terhadap matematika. Katz (Mahmudi, 2010 : 5) mendefinisikan disposisi sebagai kecenderungan untuk berperilaku secara sadar (consciously), teratur (frequently), dan sukarela (voluntary) untuk mencapai tujuan tertentu. Perilaku-perilaku tersebut diantaranya adalah percaya diri, gigih, ingin tahu, dan berpikir fleksibel . Dalam konteks matematika, menurut Katz yang dikutip oleh Mahmudi (2010) disposisi matematis (mathematical disposition) berkaitan dengan bagaimana siswa menyelesaikan masalah matematis; apakah percaya diri, tekun, berminat, dan berpikir fleksibel untuk mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian masalah. Dalam konteks pembelajaran, disposisi matematis berkaitan dengan bagaimana siswa bertanya, menjawab pertanyaan, mengkomunikasikan ide-ide matematis, bekerja dalam kelompok, dan menyelesaikan masalah.
1. 1. Kemampuan Disposisi Matematis
Salah satu faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar matematika siswa
adalah disposisi mereka terhadap matematika. Katz (Mahmudi, 2010 : 5) mendefinisikan
disposisi sebagai kecenderungan untuk berperilaku secara sadar (consciously), teratur
(frequently), dan sukarela (voluntary) untuk mencapai tujuan tertentu. Perilaku-perilaku
tersebut diantaranya adalah percaya diri, gigih, ingin tahu, dan berpikir fleksibel . Dalam
konteks matematika, menurut Katz yang dikutip oleh Mahmudi (2010) disposisi
matematis (mathematical disposition) berkaitan dengan bagaimana siswa menyelesaikan
masalah matematis; apakah percaya diri, tekun, berminat, dan berpikir fleksibel untuk
mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian masalah. Dalam konteks pembelajaran,
disposisi matematis berkaitan dengan bagaimana siswa bertanya, menjawab pertanyaan,
mengkomunikasikan ide-ide matematis, bekerja dalam kelompok, dan menyelesaikan
masalah.
NCTM (Zanuar, 2013:18) menyatakan disposisi matematis adalah keterkaitan
dan apresiasi terhadap matematika yaitu suatu kecenderungan untuk berpikir dan
bertindak dengan cara yang positif. Kecenderungan ini direfleksikan dengan minat dan
kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika dan kemauan untuk merefleksi
pemikiran mereka sendiri. Sejalan dengan NCTM, Wardani (2008: 15) mendefinisikan
disposisi matematis adalah ketertarikan dan apresiasi terhadap matematika yaitu
kecendrungan untuk berpikir dan bertindak dengan positif, termasuk kepercayaan diri,
keingintahuan, ketekunan, antusias dalam belajar, gigih menghadapi permasalahan,
fleksibel, mau berbagi dengan orang lain, reflektif dalam kegiatan matematik (doing
math). Sedangkan menurut Mulyana (2009:19) disposisi terhadap matematika
2. adalah perubahan kecendrungan siswa dalam memandang dan bersikap terhadap
matematika, serta bertindak ketika belajar matematika. Misalnya, ketika siswa dapat
menyelesaikan permasalahan non rutin, sikap dan keyakinannya sebagai seorang
pelajar menjadi lebih positif. Makin banyak konsep matematika dipahami, makin
yakinlah bahwa matematika itu dapat dikuasainya. Lebih lanjut lagi Menurut Sumarmo
(2006: 4), disposisi matematis adalah keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat
pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan
matematika.
Menurut Maxwell (2001), disposisi terdiri dari (1) inclination
(kecenderungan), yaitu bagaimana sikap siswa terhadap tugas-tugas; (2) sensitivity
(kepekaan), yaitu bagaimana kesiapan siswa dalam menghadapi tugas; dan (3)
ability (kemampuan), yaitu bagaimana siswa fokus untuk menyelesaikan tugas
secara lengkap; dan (4) enjoyment (kesenangan), yaitu bagaimana tingkah laku
siswa dalam menyelesaikan tugas.
Untuk mengukur disposisi matematis siswa diperlukan beberapa indikator.
Adapun beberapa indikator yang dinyatakan oleh NCTM (Zanuar, 2013:19) adalah :
1. Kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah matematika,
mengkomunikasikan ide-ide, dan memberi alasan.
2. Fleksibilitas dalam mengeksplorasi ide-ide matematis dan mencoba berbagai
metode alternatif untuk memecahkan masalah.
3. Bertekad kuat untuk menyelesaikan tugas-tugas matematika.
4. Ketertarikan, keingintahuan, dan kemampuan untuk menemukan dalam
mengerjakan matematika.
3. 5. Kecenderungan untuk memonitor dan merefleksi proses berpikir dan kinerja diri
sendiri.
6. Menilai aplikasi matematika dalam bidang lain dan dalam kehidupan sehari-
hari.
7. Penghargaan (appreciation) peran matematika dalam budaya dan nilainya, baik
matematika sebagai alat, maupun matematika sebagai bahasa.
Sematara itu Polking (Syaban, 2009: 129) menyatakan beberapa indikator disposisi
matematis meliputi: sifat rasa percaya diri dan tekun dalam mengerjakan tugas
matematik, memecahkan masalah, berkomunikasi matematis, dan dalam memberi alasan
matematis; sifat fleksibel dalam menyelidiki, dan berusaha mencari alternatif dalam
memecahkan masalah; menunjukkan minat, dan rasa ingin tahu, sifat ingin memonitor
dan merefleksikan cara mereka berfikir; berusaha mengaplikasikan matematika ke dalam
situasi lain, menghargai peran matematika dalam kultur dan nilai, matematika sebagai
alat dan bahasa.
Sedangkan menurut Wardani, aspek-aspek yang diukur pada disposisi matematis
adalah (1) kepercayaan diri dengan indikator percaya diri terhadap
kemampuan/keyakinan; (2) keingintahuan terdiri dari empat indikator yaitu: sering
mengajukan pertanyaan, melakukan penyelidikan, antusias/semangat dalam belajar,
banyak membaca/mencari sumber lain; (3) ketekunan dengan indikator
gigih/tekun/perhatian/kesungguhan; (4) flesibilitas, yang terdiri dari tiga indikator yaitu:
kerjasama/berbagi pengetahuan, menghargai pendapat yang berbeda, berusaha
4. mencari solusi/strategi lain; (5) reflektif, terdiri dari dua indikator yaitu bertindak
dan berhubungan dengan matematika, menyukai/rasa senang terhadap matematika.