Shock dan Resusitasi Cairan
Akan mendiskusikan tentang
1. Konsep cairan dan elektrolit
2. Terapi cairan
3. Macam-macam shock, penyebab, penanganan dan resusitasi cairan
4. Initial assessment pada kasus shock
5. Contoh kasus
Untuk diskusi tentang slide ini atau ingin komunikasi bisa ke eri_yanuar2004@yahoo.com
Shock dan Resusitasi Cairan
Akan mendiskusikan tentang
1. Konsep cairan dan elektrolit
2. Terapi cairan
3. Macam-macam shock, penyebab, penanganan dan resusitasi cairan
4. Initial assessment pada kasus shock
5. Contoh kasus
Untuk diskusi tentang slide ini atau ingin komunikasi bisa ke eri_yanuar2004@yahoo.com
Tubuh senantiasa berupaya mempertahankan
pH darah, tetap konstan pada pH 7,4
pH = - log [H+] maka; pH = sangat tergantung dari [H+]; untuk mencapai pH=7,4 maka [H+] harus sangat rendah ï‚® 0,000.004 mEq = 40 nEq; tanpa sistim buffer tubuh, pH darah tidak mungkin dapat dipertahankan; orang dewasa setiap harinya menghasilkan
Trauma adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia dan cedera otak traumatis (TBI) adalah salah satu cedera yang paling umum terkait dengan itu. Bukan hanya kematian yang cukup besar, tetapi juga, tingkat morbiditas dan hasil sosial secara keseluruhan memberi efek berat. 1,2 Kebutuhan untuk resusitasi urgensi dijamin untuk pencegahan kerosakan sekunder pada otak. 3 Namun, pilihan cairan dalam kasus tersebut masih menjadi bahan perdebatan. Literatur tidak memberikan bukti yang cukup berkaitan dengan peran koloid pada pasien TBI. Selain itu, informasi yang ada masih minimal mengenai penggunaan koloid pada pasien dengan subkelompok TBI yang berbeda termasuk cedera kepala yang terisolasi, cedera kepala dengan perdarahan ekstra kranial dan di antara berbagai cedera kepala berat. Bagian ini membutuhkan penelitian yang luas dan percobaan di masa depan.
Dalam artikel ini, kami telah mencoba untuk mengeksplorasi peran resusitasi koloid pada pasien dengan cedera kepala khusus mengacu pada proses patofisiologis yang mendasari.
Tubuh senantiasa berupaya mempertahankan
pH darah, tetap konstan pada pH 7,4
pH = - log [H+] maka; pH = sangat tergantung dari [H+]; untuk mencapai pH=7,4 maka [H+] harus sangat rendah ï‚® 0,000.004 mEq = 40 nEq; tanpa sistim buffer tubuh, pH darah tidak mungkin dapat dipertahankan; orang dewasa setiap harinya menghasilkan
Trauma adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia dan cedera otak traumatis (TBI) adalah salah satu cedera yang paling umum terkait dengan itu. Bukan hanya kematian yang cukup besar, tetapi juga, tingkat morbiditas dan hasil sosial secara keseluruhan memberi efek berat. 1,2 Kebutuhan untuk resusitasi urgensi dijamin untuk pencegahan kerosakan sekunder pada otak. 3 Namun, pilihan cairan dalam kasus tersebut masih menjadi bahan perdebatan. Literatur tidak memberikan bukti yang cukup berkaitan dengan peran koloid pada pasien TBI. Selain itu, informasi yang ada masih minimal mengenai penggunaan koloid pada pasien dengan subkelompok TBI yang berbeda termasuk cedera kepala yang terisolasi, cedera kepala dengan perdarahan ekstra kranial dan di antara berbagai cedera kepala berat. Bagian ini membutuhkan penelitian yang luas dan percobaan di masa depan.
Dalam artikel ini, kami telah mencoba untuk mengeksplorasi peran resusitasi koloid pada pasien dengan cedera kepala khusus mengacu pada proses patofisiologis yang mendasari.
~ Terapi Cairan pada pasien dengan kondisi.pptxRTISanglah
Â
Hal yang Penting Diketahui dalam Terapi Cairan
Kompartemen Cairan Tubuh
Kompartemen Cairan Tubuh
Komposisi Cairan dalam Tubuh
Komposisi Cairan dalam Tubuh
Komposisi Cairan dalam Tubuh
Elektrolit dalam Kompartemen Tubuh
Variasi dalam Cairan Tubuh
BAPEN ( The British Association for Parenteral and Enteral Nutrition), 2011 menuliskan rumus estimasi tinggi badan dengan menggunakan Desmispan :
Intake dan Output Harian
Terapi Cairan
Teknik Pemberian Cairan pada Bedah
Cairan Pemeliharaan Pra Bedah
Kebutuhan Cairan selama Pembedahan
CONTOH PERHITUNGAN SELAMA PEMBEDAHAN
Jawaban
Cairan Pasca Pembedahan
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA PEMBERIAN CAIRAN PASCA BEDAH
PERUBAHAN FISIOLOGI SETELAH OPERASI PADA PASIEN NORMAL
KLASIFIKASI CAIRAN TUBUH
KOMPOSISI KRISTALOID
PEMBAGIAN CAIRAN KRISTALOID
KOMPOSISI KOLOID
KRISTALOID VS KOLOID
SYOK
TANDA DAN KLASIFIKASI SYOK
Patofisiologi Syok
MANAJEMEN SYOK
VASOPRESSOR DAN INOTROPE
SYOK PERDARAHAN
Klasifikasi Perdarahan
Allowable Blood Loss (ABL)
Adalah kehilangan darah hingga hematokrit 30 %
Rumus ABL pada 85 kg wanita dengan HCT 35 %
EBV = 65 x 85= 5525
RBCV 35 = 5525 x 35% = 1934 ml
RBCV 30 = 5525 x 30% = 1658 ml
Red cell loss at 30 % = 276 ml
ABL = 3 x 276 = 828 ml
Saat ini tranfusi di rekomendasikan pada hematokrit 24 % ( Hb = 8 gr/dL) dengan memperhatikan pertimbangan kondisi pasien
Tahapan Syok
Trias Kematian
SYOK SEPSIS
MANAJEMEN SYOK SEPSIS
TERIMA KASIH
Tubuh manusia terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian yang padat dan bagianyang cair. Bagian padat terdiri dari tulang, kuku, otot, dan jaringan yang lain. Sedangkan bagian yang cair berupa cairan intraselular dan ekstraselular. Cairan ekstraseluler dibagi menjadi plasma darah sebanyak 5% dan cairan interstitial sebanyak 15%. Cairan antarsel khusus disebut cairan transeluler, seperti cairan serebrospinal, cairan persendian, cairan peritoneum, dan lain-lainnya. Dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler, terdapat elektrolit-elektrolit utama yang berbeda. Elektrolit utama dalam cairan ekstraseluler adalah natrium dan klorida, sedangkan elektrolit utama dalam cairan intraseluler adalah kalium, magnesium, kalsium, dan fosfat. Cairan dan elektrolit sangat dibutuhkan oleh sel-sel dalam tubuh agar dapat menjaga dan mempertahankan fungsinya, sehingga tercipta kondisi yang sehat pada tubuh manusia.1,2 Cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Komposisi cairan dan elektrolit di dalam tubuh sudah diatur sedemikian rupa agar keseimbangan fungsi organ vital dapat dipertahankan. Apabila terjadi gangguan keseimbangan, baik cairan atau elektrolit, maka akan memberikan pengaruh pada yang lainnya. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat terjadi pada keadaan diare, muntah-muntah, sindrom malabsorbsi, ekskresi keringat yang berlebih pada kulit, pengeluaran cairan yang tidak disadari (insesible water loss) secara berlebihan oleh paru-paru, perdarahan, berkurangnya kemampuan pada ginjal dalam mengatur keseimban
Penerapan EBM Pada Setting Komunitas (Fokus PICO Methode)Gilang Rizki
Â
Dalam materi ini dijelaskan 5 langkah EBM untuk farmasi, mulai langkah 1 yaitu mengumpulkan informasi, langkah 2 memformulasikan pertanyaan dengan metode PICO dst, dst
Materi ini kami buat untuk mahasiswa farmasi stikes telogorejo dan mahasiswa farmasi lainnya
Penggunaan obat pada kehamilan dan menyusuiGilang Rizki
Â
Dalam materi ini dejelaskan farmakoterapi obat pada kondisi hamil dan menyusui ditinjau berdasarkan aspek kefarmasian.
Materi ini kami buat untuk mahasiswa kami mahasiswa farmasi Stikes Telogorejo Semarang dan mahsiswa farmasi lainnya
Farklin IDK Hematologi Semester VI Stikes Telogorejo SemarangGilang Rizki
Â
Berikut merupakan materi ajar mahasiswa farmasi semester VI Stikes Telogorejo Semarang yaitu interpretasi data klinik hematologi, mahasiswa dikenalkan anatomi dan faal darah serta nilai-nilai laboratorium pada kondisi ginjal normal dan pada kondisi patologi
Berikut merupakan materi ajar mahasiswa farmasi semester VI Stikes Telogorejo Semarang yaitu interpretasi data klinik ginjal, mahasiswa dikenalkan anatomi dan faal ginjal serta nilai-nilai laboratorium pada kondisi ginjal normal dan pada kondisi patologi
Berikut merupakan materi sterilisasi. Konten materi memuat prinsip umum, definisi, jenis sterilisasi, keuntungan dan kerugian metode sterilisasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi berikut link youtube sebagai tambahan wawasan dalam pembuatan media pertumbuhan dan sterilisasi https://www.youtube.com/watch?v=PdBkezP2zWM&t=2s
Identifying DRP's In Community Pharmacy SettingGilang Rizki
Â
in this presentation contain an explanation about what is the DRP, what kind of, how to categories that according to PCNE, and solve the problems with PICO method
Kuliah Pertemuan IV Interpretasi Data Klinik Sistem MukoskeletalGilang Rizki
Â
Pada presentasi ini dijelaskan mulai dari anatomi otot dan tulang secara umum, kemudian reaksi biokimia yang terjadi, serta hasil rekasi yang terjadi seperti terbentuk kreatinin, asam laktat (ph), dan hemoestasis kalsium dalam tulang. saya sertakan link yotube untuk mendengarkan podcast materi tersebut https://www.youtube.com/watch?v=h9JSjEejkLA&t=1385s. semoga bermanfaat
2. ¢ Pendahuluan
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif
konstan dan komposisi elektrolit di dalamnya tetap
stabil adalah penting bagi homeostatis. Beberapa
masalah klinis timbul akibat adanya abnormalitas
dalam hal tersebut. Untuk bertahan, kita harus
menjaga volume dan komposisi cairan tubuh, baik
ekstraseluler (CES) maupun cairan intraseluler
(CIS) dalam batas normal.
3. CONT
¢ Jumlah asupan air dan elektrolit melalui makan
dan minum akan dikeluarkan dalam jumlah
relatif sama. Ketika terjadi gangguan
homeostasis dimana jumlah yang masuk dan
keluar tidak seimbang, harus segera diberikan
terapi untuk mengembalikan keseimbangan
tersebut.
4. ANATOMI CAIRAN TUBUH
¢ Total body water
TBW dibagi dalam 3 komponen
yaitu a. CIS (cairan Intravaskuler)
dan CES (ciran ekstraselular dan
intersisial) Ã komposisi
Pada laki-laki dewasa dengan BB
70 kg adalah 27 L (CIS) Ã sangat
dipengaruhi oleh BB (karena
komposisi lemak)
b. 1/3 bagian tbw adalah
merupakan CES (cairan
ekstraselular) atau seluruh cairan
diluar sel.
c. Kompartemen terbesar setara ¾
cairan ekstrasel adalah intersisial
5.
6.
7. CONT...
¢As body composition changes with
development so does the distribution
volume of drugs.
¢In the neonate, 70-75% of body weight is
water vs 85% in preterm vs 50-60% in the
adult.
¢Most neonates will experience diuresis in
the first 24-48hrs of life.
¢In neonate 40% of body weight is
extracellular water vs 20% in the adult.
¢In the neonate total body fat is 15% vs 1%
in preterm.
8. HITUNG KEBUTUHAN CAIRAN
¢ Terminologi dasar
% = g/dl e.g Nacl 0,9% = 0,9 g/dL = 9 g/L
5% dekstrose = 5 g/dl = 50 g/L
mmol = mg/mW (molekul weight) e.g Nacl 9 g/L = 9x1000/(Na+ + Cl-)
Mr Na : 23, Cl : 35,5
= 9x1000/23 + 35,5 = 154 mmol/L
meq / miliequivalen = mmol x elektron valensi e.g Nacl 154 mmol/L x
Na +(1 atom elektron terluar) = 154 meq
9. HITUNG OSMOLARITAS PLASMA
¢ Osmolaritas plasma (mOsmol/L) =
¢ 2 X [ Na+ ]* + Glukosa darah sewaktu + BUN
¢ 18 2,8
¢ Osmolaritas serum normal : 280 - 300 mOsmol/L
¢
¢ Tonisitas (mOsmol/L) atau osmolalitas efektif
¢ 2 X [ Na+ ] + Glukosa ===> N : 285 ± 5 mOsm/kg
¢ 18
Osmolalitas plasma adalah osmolalitas seluruh cairan tubuh, apabila
tercapai keseimbangan antara cairan intra sel dan ekstra sel, maka
osmolalitas plasma tentu mewakili osmolalitas seluruh cairan tubuh. Jadi,
kalau osmolalitas itu jumlah solut dalam 1 kg air, sementara tonisitas
hanya osmolalitas efektif saja (Na, K, dll)
* Na = nilai pemeriksaan laboratorium
10. PANDUAN PEMBERIAN CAIRAN
BERDASARKAN 3 KONSEP
¢ 1 Hemodinamik : Mean Arterial Pressure, Heart
Rate, Capilary Refile Time
¢ 2 Elektrolit tubuh Anion (Na+, K+), kation (Cl- ,
HCO3
-)
¢ Metabolik : Glukosa Plasma, Kreatinin, Albumin
¢ Ket : pemilihan diatas adalah berdasarkan
indikasi cairan yang diberikan sebagai resusitasi
atau rumatan? Karena parameter outcome akan
berbeda
14. ¢ Contoh
¢ Pasien dengan hasil laboratorium sebagai
berikut
1. Natrium darah 125 mmol/L
2. Kalium 3,1
3. GDS 230 mg/dL
4. Ureum 15,4
Apakah terapi manitol yang dapat diberikan pada
pasien tsb? Rumus osmolaritas plasma
¢ 2 X [ Na+ ] + Glukosa darah sewaktu + BUN
18 2,8
= 2 x 125 + 230/18 + 15,4/2,8
= 268 mOsm/kg à osmolaritas plasma
15. Koda kimble and Young, 2013. Applied Therapeutics The Clinical Use Of
Drugs. 10th Ed. Lappincott williams & wilkins
16. JENIS CAIRAN
a. Asering
b. Otsu RL
c. Otsu NS 0,9%
d. KAEN 3B/3A
Mengganti kehilangan
akut/abnormal
plasma Intersisial Intrasel
Menambah CES
Infus isotonik memiliki konsentrasi partikel dalam larutan = dibandingkan dengan
konsentrasi partikel di CIS
Tidak ada pergerakan cairan melalui membran yang semipermeabel
Tidak menyebabkan pembengkakan/ pengerutan sel
200 mL 800 mL
Ref. Evan R. Geller. Shock & Resuscitation. McGraw Hill, 1993. p221
17. CONT
¢ Infus Hipotonik
a. Otsu D 5%
Mengganti kehilangan
normal (IWL + Urine)
plasma Intersisial Intrasel
660 mL 255 mL 85 mL
Ref. Evan R. Geller. Shock & Resuscitation. McGraw Hill, 1993. p221
18. CONT
¢ Infus Hipertonik
a. Infus albumin 5%
Syok Hemoragik
Luka bakar
Syok sepsis
plasma Intersisial Intrasel
250-750 mL
500 mL
Ref. Evan R. Geller. Shock & Resuscitation. McGraw Hill, 1993. p221
Menambah intravaskuler
19. CONT
¢ Infus Hipertonik
a. Albumin 25% Syok Hemoragik
Luka bakar
Syok sepsis
plasma Intersisial Intrasel
300-600 mL
100 mL
Ref. Evan R. Geller. Shock & Resuscitation. McGraw Hill, 1993. p221
Menambah intravaskuler
20. INFUS KOLOID SINTETIK
¢ Infus Hipertonik
a. Otsuran L
b. Otsuran 70
c. HES
Syok Hemoragik
Luka bakar
Syok sepsis
plasma Intersisial Intrasel
660 mL 255 mL 85 mL
Ref. Evan R. Geller. Shock & Resuscitation. McGraw Hill, 1993. p221
Menambah intravaskuler
21. CONTOH SOAL
¢ Hitung tonisitas infus (ingat Mr masing2
molekul)
a. KAEN 3A
b. KAEN 3B
c. Futrolit
d. D5 ½ NS
e. D5 ¼ Ns
f. Nacl 0,9%
22.
23.
24.
25. 1. Nacl
Na = 154 meq
(2 x 154 meq) + (mg/dl : mmol) = 308 mOsml
2. KAEN 3A
Na+ = 60 meq/L = 30 meq/500mL
K+ = 10 meq/L
CH3COO- = 20 meq/L
Cl- = 50 meq/L
Nacl = 1,170 g/500mL
C3H6O3Na (Na Laktat) = 1,075 g/500 mL
a. Na Cl 1,170 g/L = (1,17 x 500 mL) : (Ar Na+ + Ar Cl-)
(2,15/1000 mL) : (23 + 35,5)
2150 : 58,5 = 36 mmol
26. 36 mmol x 1 (elektron valensi) = 36 meq
b. C3H5O3Na = 1,075 g/500mL = (2,15 g/mL x 1000 mL)
(Ar C = 12 x 3 = 36, H = 1 x 5 = 5, O = 16 x 3 = 48, Na = 23) = Mr 112
2150: 112 = 19,2 mmol/L
c. KCL = 0,375 g/500 mL = (0,75 g/mL x 1000 mL)
(Ar K = 39, Cl = 35,5) = Mr 74,5
750 mg ; 92,5 = 8,1 mmol/L
d. C6H12O6 (anhidrous glukosa) = 13500/500mL = 27g/mL x 1000 mL (Ar
( Ar C = 12 x 6 = 36, H = 12 x 1 =12, O = 16 x 6 = 96) Mr = 144
27000 : 144 = 17,5 mmol/L x 4 = 70 meq
e. H20 (Ar H = 2 x 1 = 2, O = 16) Mr = 18 meq
BM KAEN 3 A à 407 dalton à kristaloid <8000 dalton
(2 x Na+) + (Gula/18) = (2 x 115,2) + (1350 mg/L : 18)
230,4 + (1350 mg/L/18) = 305,4 (dalam infus 290 mOsmL) Ã dihitung dari Na 60 meq/L, tapi
volume infus 500 mL Ã 30 meq/500 mL
(2 x 85,2 ) + ( 1350/18) = 245,5 mOsmL
28. KEBUTUHAN CAIRAN
NEONATUS ATERM
 Hari 1: 60 – 80 cc/kgbb/hari ;
jenis cairan Dx 5% / 10%
 Hari 2 – 7 : 80 – 120 cc/kgbb/hari ;
jenis cairan N5 (D5-1/4NS ) atau campuran yg
dibuat (D5 : NS = 4 : 1 )
 - Kebutuhan cairan dinaikkan setiap hari 10 – 20
cc/kgbb/hari
29. KEBUTUHAN CAIRAN
NEONATUS PRETERM
• Hari 1 – 3 :
BB < 800 gr : 80-100 cc/kgbb/hari
BB > 800 gr : 100-160 cc/kgbb/hari
jenis cairan Dx 5% / 10%
¨ Hari 3 – 7 :
Sda dg mulai menambahkan elektrolit ( Kcl : 10
meq/kkolf; Ca gluconas 2 – 4 meq/kgbb/hari
Jenis cairan N5 (D5-1/4NS ) atau campuran yg
dibuat
¨ Kebutuhan cairan dinaikkan setiap hari 10 – 20
cc/kgbb/hari
30. CONTOH
¢ Contoh : Neonatus aterm dg BB = 3 kg
¢ Kebutuhannya hari 1 adalah : 3 x 60 cc = 180
cc/hari
¢ Konversi ke dalam tetesan mikro :
¢ 180 x 15 x 4 = 180 = ≈8 tetes/menit
24 x 60 24
Catatan : 1 cc (ml) = 15 tetes makro
1 tetes makro = 4 tetes mikro
31. KEBUTUHAN CAIRAN
BAYI DAN ANAK (MENGGUNAKAN RUMUS
HOLIDAY ZEGAR)
¨ Kebutuhan Rumatan:
¡ 10 kgbb pertama : 100 cc/kgbb/hari
¡ 10 kgbb kedua : 50 cc/kgbb/hari
¡ Selebihnya : 20 cc/kgbb/hari
(atau 4:2:1)
¨ Contoh anak dg BB 25 kg, kebutuhan cairannya adalah :
10 x 100 cc= 1000 cc
10 x 50 cc = 500 cc
5 x 20 cc = 100 cc
Jumlah = 1600 cc
¨ Konversi ke dalam tetesan makro :
¨ 1600 x 15 = 1600 = ≈18 tetes/menit
24 x 60 96
32. KEBUTUHAN CAIRAN
PADA DEHIDRASI SEDANG (IV)
¨ Jumlah kehilangan cairan Previous Water Loss
(PWL): 6 – 10 % BB atau rata 8% BB
¨ Kebutuhan cairan : Rumatan + PWL,à konversi ke
tetesan
¨ Contoh : anak dg BB 10 kg
 Rumatan : 10 x 100 cc = 1000 cc
 PWL : 8% x 10 kg = 0,8 kg cairan ∞ 800 cc
 Jumlah kebutuhan cairan : 1000 + 800 = 1800 cc
 Konversi ke tetesan makro : 1800 / 96 = 20 tetes/ menit
• Observasi, bila telah rehidrasi, kembali
ke tetesan rumatan
33. ALTERNATIF LAIN
( BUKU PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI RS , WHO )
¢ Berikan cairan sebanyak : 70 ml/kgbb
¢ Untuk bayi ( <12 bln ) : habiskan dalam 5 jam
¢ Untuk anak ( >12 bln) : habiskan dalam 2,5 jam
¢ Contoh, bayi 8bl, 10 kg :
Kebutuhan cairan = 10 x 70 ml = 700 ml
Tetesan : 700 x 15 = 35 (36 tpm)
5 x 60
¢ Selanjutnya berikan tetesan rumatan
34. KEBUTUHAN CAIRAN
DEHIDRASI BERAT
¨ Jenis cairan : Kristaloid ( RL, RA NS )
¨ Jumlah Caira :
¡ Bayi : 1 jam pertama : 30 ml/kgbb
5 jam berikut : 70 ml/kgbb
¡ Anak : 30 menit pertama : 30 ml/kgbb
2,5 jam berikut : 70 ml/kgbb
36. KOREKSI HIPONATREMIA
¨ Batasan : Na darah < 139 mEq/L
¨ Kadar < 120 mEq/L -> edem serebri
¨ Batas aman bila Na = 125 mEq/L
¨ Rumus koreksi :
Na = ( 125-Na darah) x 0,6 x BB (kg)
¨ Cairan yang dipakai : NaCl 3% (513 mEq/L)
¨ Contoh :
¡ Bayi 10 bl, 8 kg, dg diare dan hipoNa (118 mEq/L)
¡ Na = ( 125-118 ) x 0,6 x 8 = 33,6 ( 34 )
¡ NaCl 3% = (34/513)x1000 ml = 66,276 (66) ml
¡ Tetesan = (66 x 15)/(4 x 60) = 4 tpm = 16 tpm mikro
37. ¢ Contoh 2
Wanita dengan BB 50 kg, Mengalami hiponatremia
dengan nilai Na+ serum sebesar 119 meq,hitung
kebutuhan Na+ jika yang tersedia NaCl 3%
Langkah 1 tentukuan kebutuhan Na
a.
38. ¢ Contoh 2
Wanita dengan BB 50 kg, Mengalami hiponatremia
dengan nilai Na+ serum sebesar 119 meq,hitung
kebutuhan Na+ jika yang tersedia NaCl 3%
Langkah 1 tentukuan kebutuhan Na
a.
39. KOREKSI HIPERNATREMIA
¨ Batasan : bila kadar Na darah > 150 mEq/L
¨ Etilologi :
ú Masukan cairan yg tidak adekuat
ú Salah konsumsi cairan rehidrasi oral dg Na
tinggi
¨ Bila kadarnya > 160 mEq/L à kelainan pd SSP
¨ Koreksi :
ú Atasi kead shock dg NS / RL / RA
ú Pemberian cairan dg NaCl rendah (Kaen 1B)Ã
bila telah ada diuresis + KCl 20 mEq/L
ú Defisit cairan dikoreksi dalam 2 x 24 jam
ú Hari I : 50% defisit + Rumatan
ú Hari II : 50% defisit + Rumatan
40. KOREKSI HIPOKALEMIA
¨ Batasan : kadar K < 3,5 mEq/L
¨ Etilogi :
ú Masukan cairan yg kurang dlm jangka lama
ú Gangguan sal cerna ( munyah >> )
¨ Koreksi :
ú Bila K < 2,5 à tambahkan KCl 7,46% ( 1ml = 1
mEq/L) dalam infus dg dosis 3-5 mEq/kgbb, max
40 mEq/L atau 20 mEq/kolf
ú Bila K 2,5 – 3,5 à tambahkan KCl 10 mEq per
kolf à periksa ulang sesudah 24 jam
41. KOREKSI HIPERKALEMIA
¨ Batasan : kadar K > 5,5 mEq/L
¨ Koreksi :
ú K < 6 mEq/L à Kayeksalat 1g/kgbb per oral,
dilaurutkan dg 2ml/kgbb lar sorbitol 70%, atau
ú à Kayeksalat 1g/kgbb per enema,
dilarutkan dg 10 ml/kgbb lar sorbitol 70%,
diberikan melaui kateter folley, diklem selama 30-
60 menit
ú K 6–7 mEq/Là NaHCO3 7,5%, dosis 3 mEq/kgBB
IV atau 1 unit insulin/5 g glukosa
ú K > 7 mEq/L à Ca glukonas 10%, dosis 0,1-0,5
ml/kgbb iv dg kecepatan 2 ml/menit
¨ Kadar K > 9 mEq/L à fibrilasi atau asistole