SlideShare a Scribd company logo
Curah hujan, analisis data
hilang, peluang hujan dan
         Evapotranspirasi
             GUSTI RUSMAYADI
            PS Agroekoteknologi
       grusmayadi@yahoo.com,sg


             Perkuliahan Agroklimatologi,
          Faperta UNLAM, BANJARBARU
Karakter Iklim
        dan Cuaca

        Keragaman/ embutan
         tinggi
        Sulit dimodifikasi
        Sulit diduga/
         di r a mal                            ADAPTASI SISTEM  USAHA TANI
                                                 DAN PERENCANAAN
                                                 PENGELOLAAN TANAMAN



         PEWILAYAHAN                   IDENTIFIKASI             PREDIKSI HASIL
         AGROEKOLOGI                   INTERPRETASI

                                                                    o   Parametrik
                                                                    o   Non parametrik
                                                                    o   Stokastik
          Pengalaman
                  -              Analisis           Analisis
                                                          l
                                                                            Kausal
                                  aritmatika          kuantitatif           Time     - series
          Fenomena                                                         Dlsb
                                                                    o   Analisis Citra
                                                                        Image analysis



                MODIFIKASI
                TERBATAS


                       PENGAMATAN
                             A                         TEK. SATELIT/ PENGINDERAAN
                DI STASIUN AGROKLIMATOLOGI             JAUH
Pendugaan Data Hilang dan Pengecekan Data

   Pengecekan Kualitas          Hujan pos Y (mm)

    Data Iklim                      450

    • analisis kurva massa          400
      ganda                         350
      Sebelum tahun 1991            300
      kemiringannya sebesar b                                                                 a = 0,97
                                    250
      = 1,21 dan setelah tahun
      1991 kemiringannya            200
                                                                                  1991
      sebesar a = 0,97. Maka         150            b = 1,21
      faktor koreksi sebesar
                                     100
      (a/b) =(0,97/1,21) =
      0,80                           50

                                      0
                                          0     50         100   150    200      250     300        350   400

                                                                 Hujan rata-rata 5 pos (mm)
Tinggi hujan (x 1000 mm)     Kumulatif     Y koreksi
Tahun
          Pos Y     Pos X Acuan     Y         X    = Y x 0,80
1984       38            30        38        30       30,4
1985       36            28        74        58       28,8
1986       31            24        105       82       24,8
1987       26            20        131       102      20,8
1988       19             18       150       120      15,2
1989       25            22        175       142      20,0
1990       30            25        205       167      24,0
1991       30            30        235       197        -
1992       34            36        269       233        -
1993       39            38        308       271        -
1994       40            43        348       314        -
1995       28            33        376       347        -
1996       24            30        400       377        -
1997       40            23        440       400
Pengujian Keeratan Data Antar Stasiun Klimatologi

                              Tabel 9.1. Pasangan data curah hujan antara stasiun A dan B (1956-1964)
   (Metode Ranking                      untuk uji Ranking Kendall.
    Kendall)
                                                     Kolom 1                Kolom 2
             4xR                Tahun
                                                A              B       A              B
                                                                                            Nilai R

                                1956            75             70      20             25       1
    T = 1 - ---------           1957            85             90      30             20       0
                                1958            50             55      35             40       1
            {n (n-1)}           1959            65             70      45             35       0
                                1960            45             35      50             55       0
    n = jumlah                  1961            30             20      65             65       0

    pasangan data               1962
                                1963
                                                20
                                                65
                                                               25
                                                               65
                                                                       65
                                                                       75
                                                                                      70
                                                                                      70
                                                                                               0
                                                                                               0

    T = ukuran                  1964
                               Jumlah
                                                35             40      85             90       0
                                                                                               2
    keeratan
                                              4xR            4x2
                              Nilai T = 1 - --------- = 1 - --------
                                            {n (n-1)}       {9(9-1)}

                                                      = 1 – 8/72
                                                      = 0,89
Pengisian Data Kosong
1.     Metode Rata-rata Aritmatik
     •    Bila semua pos hujan              Pos Hujan           Jan       Tinggi Hujan (mm)
          mempunyai karakteristik               X                      -                  2200
          sama dan curah hujan                  A                     100                 2500
          normal tahunan dari pos
          A, B dan C lebih kecil dari           B                     120                 2700
          10% berbeda dengan pos                C                     110                 2600
          hujan X, maka data hujan
          dari pos X pada periode
          kosong dapat dihitung
          dengan rumus :                Jawab Teladan 9.2

     •   CHx = 1/n (CHa + CHb +         1) Metode rata-rata aritmatik ;
         CHc )
                                          CHx = 1/3 (CHa + CHb + CHc )
     •   CHx, CHa, CHb, dan CHc
         adalah curah hujan di pos        CHx = 1/3 (100 + 120 + 110 ) mm
         X, A, B dan C.
                                             = 110 mm
Pengisian Data Kosong
2.   Metode Perbandingan
     Normal                            Pos Hujan   Jan    Tinggi Hujan (mm)
    Jika curah hujan normal               X         -                        2200
     di pos A, B dan C berbeda             A        100                       2500
     lebih dari 10% dari pos               B        120                       2700
     hujan X, maka metode
     aritmatik tidak berlaku.              C        110                       2600

    Metode      perbandingan
     normal berikut ini dian-       CHx = 1/3 {(Nx/Na) CHa +
     jurkan untuk digunakan :        (Nx/Nb) CHb + (Nx/Nc) CHc )
                                    CHx = 1/3
                                     {(2200/2500)(100)+(2200/2700)
    CHx = 1/n {(Nx/Na) CHa          (120)+(2200/2600)(110 )}
     + (Nx/Nb) CHb + (Nx/Nc)
     CHc )                          = 92,9 mm
Pengisian Data Kosong
3.   Metode Kantor Cuaca
     Amerika Serikat
    Pos indeks berlokasi di
     setiap kuadran dari garis
     yang menghubungkan                                                       U
     Utara – Selatan dan Timur
     – Barat melalui di pos                                D
     hujan X, maka
     persamaannya adalah:                                            Ld                     B

                                                                          X       Lb
            [∑ (Hi/Li2)]                                  B                                    T
      CHx = --------------                                          La
            [∑ (1/Li2)]                                         A                     Lc

      CHx = tinggi hujan di                                                        C
     pos X yang akan diduga
     dan Hi = tinggi hujan di                                       S
     pos A, B, C dan D. Nilai Li
     menunjukkan jarak pos       Gambar 9.2. Posisi Pos Hujan X dan Pos Hujan Indeks A, B, C dan D
     hujan A, B, C dan D
     terhadap pos hujan X
Metode Kantor Cuaca Amerika Serikat/
                              Kuadran Empat
Suatu wilayah luas 140 km 2 terdapat 5 buah pos hujan X, A, B, C dan D.

Pada suatu bulan pos hujan X rusak.         Tentukan tinggi hujan di X bila pos

itu di kelilingi pos hujan A. C dan D sebagai pos indeks yang terletak di

setiap kuadran dengan data :

Kuadran   Pos Indeks, P      Curah Hujan, CH (mm)        Jarak dari X (km2), L
    I           B                    100                          5
   II           C                     90                         10
  III           A                    110                          8
   IV           D                    120                          6
Jawab Teladan 9.2.

Kuadran      P     CH (mm)      L (km2)        L2        1/L2     H/L2
   I         B       100            5          25      0,04000     4,000
  II         C        90           10         100      0,01000     0,900
  III        A       110            8          64      0,01562      1,718
  IV         D       120            6          36      0,02777     3,333
                                             Jumlah    0,09339    9,9520
              [∑ (Hi/Li2)]     (9,9520)
      CHx   = -------------- = ----------
              [∑ (1/Li2)]      (0,09339)

      CHx = 106,56 mm
Metode Pendekatan Curah Hujan Wilayah
   Hujan dapat merata di seluruh kawasan yang luas atau
    bersifat setempat.

   Hujan bersifat setempat artinya tinggi hujan belum
    tentu dapat mewakili hujan untuk kawasan yang lebih
    luas, kecuali hanya untuk lokasi di sekitar pos penakar.
    Peluang hujan pada intensitas tertentu dari suatu lokasi
    satu ke lokasi yang lain dapat berbeda-beda.

   Curah hujan diukur dari suatu pos hujan dapat mewakili
    karakteristik hujan untuk wilayah yang luas, sangat
    bergantung dari beberapa fungsi, yaitu:

    1) Jarak pos hujan itu sampai titik tengah kawasan
       yang dihitung curah hujannya,
    2) luas wilayah,
    3) topografi, dan
    4) sifat hujan.
Curah hujan wilayah

   Metode pendekatan yang digunakan
    untuk menentukan tinggi hujan rata-rata
    (pada periode tertentu; setiap jam,
    harian, mingguan, dekade, bulanan dan
    tahunan) suatu wilayah, antara lain:

    1) Rata-rata    aritmatik   (Arithmetic   mean
       method)
    2) Poligon Thiessen (Thiessen polygon method)
    3) Isohiet (Isohyetal method)
    Teladan 9.3.
    Suatu wilayah dengan luas 57,20 km2
     mempunyai 7 buah pos hujan dengan sebaran
     seperti pada Gambar 9.3. Selama bulan
     September terukur tinggi hujan setiap pos,
     pos1 = 105 mm, pos2 = 102 mm, pos 3 = 104
     mm, pos 4 = 109 mm, pos 5 = 110 mm, pos 6
     = 120 mm dan pos 7 = 113 mm. Hitung tinggi
     hujan rata-rata (mm) seluruh wilayah pada
     bulan itu dengan metode aritmatik, poligon
     Thiessen dan juga Isohiet.

    Jawaban Teladan 9.3.
    1)   Metode Aritmatik

    CHr = 1/n (CH1 + CH2 + CH3 + . . . + CHn)
    CHr = 1/7 (105 + 102 + 104 + 109 + 110 + 120 + 113)
        mm
    CHr = 109 mm
o7
                          o6
                                         o4   A
                         o5
                               o3
                                         o2
                                    o1

                                                              116
          o7                                            o7
     o6             B                              o6
               o4                                              o4     C
    o5                                            o5                  108
          o3                                             o3
                    o2                                              o2 103
         o1                                       o1
Gambar 9.3. Curah hujan Wilayah menurut metode A) Aritmatik,
            B) Poligon Thiessen, dan C) Isohiet
2) Metode Poligon Thiessen

            Tabel 9.2. Perhitungan Metode Poligon Thiessen

   Pos Hujan      Hujan,     Luas Poligon, Luas Poligon,   CH x A %,
                 CH (mm)       A (km2)         A (%)         (mm)
       1           105               6,56      11,47          12,0
       2           102              10,52      18,39          18,8
       3           104               8,02      14,02          14,6
       4           109               9,08      15,87          17,3
       5           110               6,32      11,05          12,1
       6           120               7,42      12,97          15,6
       7           113               9,28      16,22          18,3
                                   57,20      100.00         108,7


CHr = 1/A (A1●CH1 + A2●CH2 + A3●CH3 + . . . + An●CHn)

CHr = 108,7 mm
Tabel 9.4. Perhitungan menurut Metode Isohiet

          Pos Hujan    Isohiet, Luas Wilayah, CH x A ,
                       CH (mm)     A (km2)    (mm x km2)
           1 dan 2       103        18,34      1889,02
          3,4 dan 5      108        16,22       1751,76
           6 dan 7       110        22,64      2490,40
                                    57,20       6131,18


CHr = 1/A (A1●CH1 + A2●CH2 + A3●CH3 + . . . + An●CHn)

CHr = 1/57,20 km2 (6131,18 mm km2)

CHr = 107,2 mm
Analisis Gerombol
Tujuan analisis Gerombol
   Mengelompokan sekumpulan objek
    menjadi kelompok kecil (kelas),
    sehingga yang mempunyai sifat
    sama berada dalam kelompok yang
    sama.
   Sifat yang dilihat seperti;
    • Pola curah hujan,
    • Warna/citra Satelite
Analisis Gerombol
   Analisis gerombol dilakukan setelah analisis
    komponen utama, jika variabel saling berkorelasi.

   Analisis ini digunakan untuk mengelompokkan
    objek-objek     menjadi  beberapa   gerombol
    berdasarkan pengukuran peubah-peubah yang
    diamati, sehingga diperoleh kemiripan objek
    dalam gerombol yang sama dibandingkan antar
    objek pada gerombol yang lain.

   Masalah mendasar dalam analisis ini adalah
    menentukan ukuran kedekatan yang digunakan
    dan cara penggerombolannya.
   Ukuran kedekatan dihitung berdasarkan jarak Eucledian,
    Manhattan, Pearson dan sebagainya.

   Persamaan jarak Eucledian dari dua pengamatan xi dan yi
    yang berdimensi p adalah sebagai berikut:


              x         x jk 
              p
    d ij 
                                2
                    ik
             k 1


   dimana dij adalah jarak antara objek ke-i dan ke-j, xik
    adalah besaran nilai sifat ke-k dari objek atau komponen
    utama ke-i, xjk adalah besaran nilai sifat ke-k dari objek
    atau komponen utama ke-j, dan p adalah banyaknya sifat
    yang diamati.

   Semakin besar jarak Eucledian maka semakin besar pula
    perbedaan antara objek-objek tersebut.
Contoh neirest neighbour

Individu
           1   2   3   4   5   6   7   8   9 10
Variabel

   1       12 20 28 11 22 8 13 20 39 16

   2       30 18 26 5 15 34 24 14 34 11
 x         x jk 
                p
      d ij 
                                  2
                      ik
               k 1




   d12 = √(x11 – x21)2 +(x12 – x22)2
   d12 = √(12 – 20)2 +(30 – 18)2
   d12 = 14,4

   d13 = √(x11 – x31)2 +(x12 – x32)2
   d13 = √(12 – 28)2 +(30 – 26)2
   d13 = 16,5
Matrik jarak antar individu dengan menggunakan fungsi jarak Euclidien



       1      2      3      4      5      6      7      8      9     10
 1     0,0   14,4   16,5   25,0   18,0   5,7    6,1    17,9   27,3   19,4

 2           0,0    11,3   15,8   3,6    20,0   9,2    4,0    24,8   8,1

 3                  0,0    27,0   12,5   21,5   15,1   14,4   13,6   19,2

 4                         0,0    14,9   29,2   19,1   12,7   40,3   7,8

 5                                0,0    23,6   12,7   2,2    25,5   7,2

 6                                       0,0    11,2   13,3   31,0   24,4

 7                                              0,0    12,2   27,9   13,3

 8                                                     0,0    27,6   5,0

 9                                                            0,0    52,5

10                                                                   0,0
Matrik baru setelah individu 5 & 8 melebur


     1      2      3      4     5,8     6      7     8      9     10
1    0,0   14,4   16,5   25,0   17,9   5,7    6,1    *     27,3   19,4

2           0,0   11,3   15,8   3,6    20,0   9,2    *     24,8   8,1

3                 0,0    27,0   12,5   21,5   15,1   *     13,6   19,2

4                        0,0    12,7   29,2   19,1   *     40,3   7,8

5                               0,0    23,6   12,7   *     25,5   7,2

6                                      0,0    11,2   *     31,0   24,4

7                                             0,0    *     27,9   13,3

8                                                    0,0   27,6   5,0

9                                                          0,0    52,5

10                                                                0,0
Prosedur di atas diulang sampai semua individu melebur

                                      Titik    Jarak antar
Tahapan         Peleburan                                    ∑ cluster
                                    terdekat     cluster
  1               [5,8]               5,8         2,2           10

  2              [5,8], 2             2,5         3,6           9

  3            [5,8,2], 10           8,10         5,0           8

  4               [1,6]               1,6         5,7           7

  5              [1,6], 7             1,7         6,1           6

  6            [5,8,2,10], 4         4,10         7,8           5

  7        [5,8,2,10,4], [1,6,7]      2,7         9,2           4

  8        [5,8,2,10,4,1,6,7], 3      2,3         11,3          3

  9       [5,8,2,10,4,1,6,7,3], 9     3,9         13,6          2

  10         Semua melebur                                      1
dendogram




7   1   6   2   5   8   4   10   3   9
Data curah hujan untuk analis Gerombol


                                                                Karakter
        Individu
                       Jan     Feb     Mar     Apr     Mei     Jun    Jul    Agt     Sep     Okt     Nop     Des
1.   Batulicin        382.6   259.6   266.4   194.3   263.9   207.2 201.5   171.4   181.1   201.8   182.1   267.9
2.   Satui            324.0   223.0   170.2   204.0   225.2   266.3 177.4   164.2   138.3    78.8   193.9   180.7
3.   Sajang Heulang 262.0     257.7   173.1   143.4   161.2   297.0 162.4    83.2   175.5   118.4   134.6   159.3
4.   Angsana Estate 238.0     278.5   155.9   153.8   167.4   213.9 181.5   136.1   119.0    69.5   157.6   146.1
5.   Pt.Bunati Estate 140.9   195.2   196.8   153.0   179.2   373.0 154.8    85.8   186.8   101.0   113.2   118.8
6.   Kusan Hilir      229.4   213.2   192.5   173.4   156.9   160.2 135.3    76.9    88.0    92.3   146.2   191.5
7.   Sungai Loban     140.2   201.4   247.1   212.4   250.5   419.3 252.8   168.8   137.8   142.6   220.1   285.1
8.   Stagen           235.9   214.4   213.9   216.0   236.0   248.3 202.5   123.3   119.0   150.2   157.7   242.2
9.   Sungai Panci     266.4   242.6   231.4   231.3   207.8   215.3 135.5   116.3   109.6   133.8   221.8   268.8
Selanjutnya pada menu session akan ditampilkan 12 komponen utama (KU) dengan
sumbangan keragamannya masing-masing (ditunjukkan oleh proportion dalam eigen
analysis of the covarian matrix).
Hasil komponen utama yang menerangkan keragaman data  80% tersebut kemudian
dianalisis gerombol terhadap KU 1, KU2 dan KU 3.
Sungai
                                                     7




                                                                         Loban
                                                          Pt. Bunati
                                                     5




                                                              Estate
                                                            Sungai
                                                     9



                                                             Panci
                                                                        Kusan
                                                     6                    Hilir
                                                         Observations
Contoh




                                                                         Stagen


                                                     8
                                                                 Angsana




                                                     4
                                                                   Estate
                                                            Satui




                                                     2
                                                         Sajang




                                                     3
                                                         Heulang
                                                         Batulicin




                                                     1
         Distance
                    161.64




                             107.76




                                      53.88




                                              0.00
Panjang Periode Data



a              b            c           d            e

                          Tahun

    Menurut Conrad dan Pollak (1950) panjang periode
    normal adalah sekitar 25 sampai 30 tahun.
    Umumnya di Indonesia periode data yang harus
    tersedia untuk unsur udara dan sejenisnya cukup 10
    tahun pengamatan dan untuk curah hujan minimal
    20 tahun pengamatan.
Peluang Hujan
   Keragaman Curah Hujan
   Analisis peluang menurut sebaran
    Normal
   Analisis peluang menurut sebaran
    Gamma
   Analisis peluang menurut sebaran
    Gumbel
   Rantai Markove
Keragaman Curah Hujan
   Analisis umum dipakai untuk menggambarkan keadaan iklim, terdiri dari
    1) rerata (mean), 2) simpangan baku, dan 3) nilai maksimum, minimum,
    dan kisarannya.
             n
         Х = ∑ xi/n
             i=1
   Keragaman curah hujan dicirikan oleh dua parameter, yaitu rerata data
    (х) dan simpangan baku (s).

             ∑ Xi2 – 1/n (∑xi)2
       s = √ --------------------
                 n–1

   Parameter yang digunakan menentukan keragaman curah hujan adalah
    koefisien keragaman (Cv):
               s
         Cv = ----
               x

   Nilai cv lebih kecil dari 20% menunjukkan keragaman sedang. Ini berarti
    panjang seri data, diterima untuk tujuan analisis.
   Sebaliknya, bila lebih besar dari 25% menunjukkan panjang seri data
    terlalu pendek atau disebabkan terlalu tinggi keragaman curah hujan
    akibat kesalahan pengamatan atau alat.
Teladan
   Hitung koefisien keragaman             Curah           Curah
    data di stasiun A untuk        Tahun   hujan   Tahun   hujan
    periode pengamatan 1958 –              (mm)            (mm)
    1971 dan kemukakan
    pendapat anda terhadap hasil   1958     75     1966     35
    perhitungan tersebut ?
   Penyelesaian;                  1959     85     1967     80
         n
   Х = ∑ xi/n = 850/16            1960     50     1968     45
        i=1
           ∑ Xi2 – 1/n (∑xi)2      1961     65     1969     25
   s =√ --------------------
               n–1                 1962     45     1970     60
      = (51250 – 45156)/15
                                   1963     30     1971     75
      = 20.2
                                   1964     20     1972     40
    Cv  (s / x) x100%
   = (20,2/53) = 38%              1965     65     1973     55
Analisis Peluang

1. Analisis peluang menurut sebaran normal
   Peluang X ≤ x jika X menyebar normal dengan nilai tengah μ dan ragam
   σ2 adalah:

                         x
   P (X ≤ x) = Px (x) = ∫(2 μ σ2)1/2 λ-1/2(t- μ)2/ σ2 dt
                      -oo

   Transformasi z = (x – μ) / σ, peubah acak Z menjadi N (0, 1) atau
    sebaran normal standar.
   Doorenbos (1976); jika curah hujan suatu periode menyebar normal,
    simpangan baku digunakan menghitung tinggi curah hujan minimal pada
    suatu peluang tertentu.

       % peluang = x + a ● s

   a adalah nilai besaran yang diperoleh dari kurva sebaran normal baku
    dan tergantung pada tingkat peluang yang diskenariokan (Hann, 1977)
    dan s = σ = simpangan, contoh;

       Peluang 70% = x – 0,53 s
       Peluang 75% = x – 0,69 s
       Peluang 90% = x – 1,26 s
   Teladan 9.5
   Hitung tinggi curah hujan minimal yang jatuh dengan
    peluang 70%, 75% dan 90% dengan menggunakan
    data pada Teladan 9.4.

   Jawaban Teladan 9.5.
      Х = 361,6 dan s = 101,5
      Peluang 70% = x – 0,53 s
           = 361,6 – 0,53 (101,5) = 307,8 mm
      Peluang 75% = x – 0,69 s
           = 361,6 – 0,69 (101,5) = 291,6 mm
      Peluang 90% = x – 1,26 s
           = 361,6 – 1,26 (101,5) = 233,7 mm

   Hasil menunjukkan;
    • 7 kali dalam 10 tahun kemungkinan curah hujan pada penakar
      hujan Martapura pada bulan Januari minimal 307,8 mm atau
    • > 7 dalam 10 tahun minimal 291,6 mm atau
    • 9 kali dalam 10 tahun minimal 233,7 mm.
2. Analisis Peluang menurut Frekuensi Kumulatif

   Bila data menyebar normal maka analisis
    frekuensi kumulatif dapat dipergunakan. Nilai
    frekuensi kumulatif (f) dapat dihitung dengan
    persamaan sebagai berikut:

         100 ● m
    f = ----------
         (n +1)

   n adalah jumlah tahun pengamatan dan m
    adalah nomor urut data dari yang terbesar
    sampai terkecil.
Tabel 9.6. Hasil analisis frekuensi kumulatif

Tahun     CH (mm)     Urutan       No. Urut     f = (100 ● m)/(n +1)

1931-60    354          484             1                   9,1
1961-70    337          442             2                  18,2
  1971     396          418             3                  27,3
 1972      267          417             4                  36,4
 1973      372          396             5                  45,0
 1974      129          372             6                  54,5
 1975      484          354             7                  63,6
 1976      442          337             8                  72,7
 1977      418          267             9                  81,8
 1978      417          129             10                 90,9
3.   Analisis Peluang menurut Sebaran Gamma
    Sebaran data yang miring (skewnes)
     lebih baik didekati dengan sebaran
     Gamma. Sebaran ini mempunyai dua
     parameter, yaitu parameter bentuk dan
     parameter skala. Fungsi peluang
     kumulatifnya dinyatakan dalam bentuk:
                                 a 1
                           x          x
                                 exp - 
                            b           b
           f ( x;a , b )   
                                  bG(a )

    α adalah parameter skala, β adalah
     parameter bentuk dan Г (α) fungsi
     gamma.
4. Analisis peluang menurut sebaran Gumbel

   Menurut Haan (1977) sebaran Gumbell
    digunakan untuk;
     • Mengestimasi kejadian ekstrim tertinggi
       apabila sebaran asalnya adalah sebaran
       gamma, eksponensial, log normal, dan normal.
     • Mengestimasi kejadian ekstrim apabila sebaran
       asalnya sebaran normal.
     • Fungsi kepekatan peluang sebaran Gumbell

      P( x)  exp[ ( x  b ) / a  exp{( x  b ) / a }]a  1
         x  ;  b  ; a  0
5. Rantai Markove
   Peluang kejadian suatu keadaan pada
    waktu tertentu dengan waktu sebelumnya
    diketahui.
   Peluang kejadian suatu keadaan pada
    waktu t (Xt) ditentukan oleh keadaan pada
    waktu sebelumnya t (Xt-1, Xt-2, Xt-3, . . .,
    Xo).
   Bila keadaan pada waktu t ditentukan oleh
    keadaan pada waktu t – 1 dan tidak oleh t
    – 2, t -3, . . . dst, maka disebut model
    rantai Markove berordo satu.
Peluang Kejadian Hujan
                   n0 1 (i )
 p0 1 (i ) 
             n0 1 (i )  n0 0 (i )
                   n1 1 (i )
 p1 1 (i ) 
             n1 1 (i )  n1 0 (i )

                  p0 1 (i ) 
 g 0 1 (i )  ln 
                  1  p (i ) 
                              
                       01    
                 p1 1 (i ) 
 g1 1 (i )  ln 
                 1  p (i ) 
                             
                       11   
Tabel 10.7.
     Perhitungan peluang periode kering selama satu dekade; Wilayah
      Tatakan, Kabupaten Tapin-Kalimantan Selatan, Lintang 2˚53’LS,
                          112˚05BT, pada minggu 1 – 10, tahun 1989.

                         Curah
                               Jumlah minggu basah, F(W) dan minggu kering, F(D)
            Tahun Minggu Hujan
                               dan kombinasinya.
                         (mm)
            1987    N           F (W)   F (D)    Jumlah           Peluang

                      0       0

                      1      35       1       0    F (D) = 6     P(D) = F(D)/N

                      2      55       1       0    F (W) = 4         = 6/10= 0,6

                      3      13       0       1    F (DD) = 4    P(DD)=P(DD)/F(D)

                      4      30       1       0    F (WW) = 2        = 4/6 = 0,7

                      5       8       0       1    F (W/D) = 3   P(W) = F(W)/N

                      6      13       0       1    F (D/W) = 2       = 4/10= 0,4

                      7       0       0       1                  P(WW)=P(WW)/F(W)

                      8      19       0       1                        = 2/4 = 0,5

                      9      67       1       0                  P(W/D)=F(W/D)/F(D)

                     10      21       0       1                        = 3/6 = 0,5

            Minggu basah > 25 mm dan kering < 25 mm untuk pembungaan jeruk


Sumber: Rusmayadi et al. (2000).
Evapotranspirasi
   Evapotranspirasi rujukan (ETo) pada
    prinsipnya sama dengan
    evapotranspirasi potensial (ETp)
    untuk tanaman rujukan.
   Untuk memperkirakan
    evapotranspirasi rujukan dapat
    menggunakan data klimatologi, misal
    data suhu, kelembapan relatif, lama
    penyinaran matahari dan kecepatan
    angin.
Kegunaan data ETo
   Kegunaan dari data evapotranspirasi
    rujukan (ETo) adalah untuk
    memperkirakan evapotranspirasi dari
    tanaman atau kebutuhan untuk
    tanaman pertanian (ETc), karena
   ETc = kc • ETo
Kegunaan data ETo
   Nilai kc adalah koefisien tanaman (crop
    coefficient).
   Nilai kc bergantung dari varietas dan umur dari
    setiap jenis tanaman.
   Nilai kc di Indonesia masih cukup memberikan
    peluang untuk dilakukan penelitian sesuai kondisi
    iklim, vareitas dan umur setiap jenis tanaman.
   Nilai kc untuk jenis tanaman padi sawah dan
    beberapa tanaman leguminosa sebagian telah
    diketahui dan digunakan untuk menghitung
    kebutuhan air tanaman tersebut.
Model ETo
   Berdasarkan pada ketersediaan data iklim, maka
    untuk memperkirakan ETo dapat dihitung
    menggunakan beberapa model (Tabel 1):

    •   (1)   Suhu,
    •   (2)   Suhu dan Kelembapan,
    •   (3)   Radiasi Global,
    •   (4)   Radiasi Bersih,
    •   (5)   Kombinasi, dan
    •   (6)   Regresi.
Tabel 1.
Metode menduga ETo dan unsur iklim sebagai masukan
1. Model Suhu
   Model ini disebut demikian karena
    untuk memperkirakan ETo hanya
    berbasis satu data iklim, yaitu data
    suhu. Model suhu antara lain dapat
    dihitung dengan metode;
    • Thornthwaite
    • Blaney dan Criddle
    • Hamon
1.1. Metode Thornthwaite
   Metode ini dikembangkan pada
    tahun 1948 di Amerika Serikat di
    wilayah beriklim sedang (temperate)
    antara 29ºLU hingga 43ºLU.
   Model ini diperoleh dari percobaan
    lisimeter daerah bervegetasi pendek
    dn pada dengan persediaan air yang
    cukup
1.1. Metode Thornthwaite
   Model Thorthwaite sudah popular digunakan di Indonesia dan dapat ditulis
    sebagai persamaan :
        ETo = C • Ta

     • ETo          : evapotranspirasi rujukan (cm/bulan)
     • T            : suhu rata-rata (ºC/bulan)
     • C dan a      : koefisien yang tergantung lokasi dan di Indonesia sebaiknya
       nilai C dan a masih perlu diteliti.
     • Nilai a dapat dihitung dengan rumus:
     • a = (675 • 10-9) I3 – (771 • 10-7) I2 + (1792 • 10-5) I + 0,49239
     • Nilai I adalah indeks panas tahunan (aanual heat indek), dapat dihitung
       dengan persamaan :
     •      12
     • I = ∑ (T/5)1,51
     •     m=1
     • Nilai c dapat dilihat pada 2.2. Nilai ETo (0) untuk suhu mulai lebih dari
       26,5ºC sudah dihitung dan ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Nilai evapotranspirasi rujukan ETo (0) untuk suhu lebih dari
                26,5ºC metode Thonthwaite


                    Suhu       ETo (0)            Suhu       ETo (0)
           No.                            No.
                  ºC/bulan   (cm/bulan)         ºC/bulan   (cm/bulan)
            1       26,5        13,50     13      32,5        17,53
            2       27,0        13,95     14      33,0        17,72
            3       27,5        14,37     15      33,5        17,90
            4       28,0        14,78     16      34,0        18,05
            5       28,5        17,17     17      34,5        18,18
            6       29,0        15,54     18      35,0        18,29
            7       29,5        15,89     19      35,5        18,27
            8       30,0        16,21     20      36,0        18,43
            9       30,5        16,52     21      36,5        18,47
           10       31,0        16,80     22      37,0        18,49
           11       31,5        17,07     23      37,5        18,50
           12       32,0        17,31     24      38,0        18,50
Contoh 1.1
   Perkiraan evapotranspirasi
    rujukan di lokasi garis lintang
    2º55’ dan 114ºBT pada elevasi
    1 m dpl, mempunyai data suhu
    sebagai berikut (ºC).
      Bulan       Suhu (ºC)   Bulan       Suhu (ºC)
      Januari       26.4      Juli          26.7
      Februari      26.8      Agustus       27.2
      Maret         27.1      September     27.4
      April         27.1      Oktober       27.1
      Mei           27.2      Nopember      27.3
      Juni          27.1      Desember      26.6
Jawaban contoh 1.1
   T = 26,4ºC
   i = (T/5)1,514
   i = (26,4/5) 1,514 = 12.42
           12              12
        I = ∑ (T/5) 1,51 = ∑ (i) atau penjumlah kolom 3
           m=1             m=1
   I = 154,18
   a = (675 • 10-9) I3 – (771 • 10-7) I2 + (1792 • 10-5) I + 0,49239
   a = 3.897

   Evapotranspirasi rujukan untuk lintang 0ºC :
   ETo (0) = 1,62 (10T/I)a
         = 1,62 {(10x26,5)/154,18}2,42
   ETo (0) = 13.01 cm/bulan Januari
   Faktor koreksi, c untuk lintang 2º55’ (lihat Tabel) diperoleh nilai c
    = 1,05, maka evapotranspirasi rujukan untuk bulan Januari
    adalah,
   ETo = c • ETo (0)
   ETo = 1,05 x 13.01 cm = 13.69 cm/bulan Januari
   ETo = 4.56 mm/hari/Januari
Tabel Lampiran 1.
Konstanta c untuk Metode Thorthwaite
Tabel 2.2.
       Evapotranspirasi rujukan di lokasi garis lintang 2º55’ dan
      114ºBT pada elevasi 1 m dpl menurut metode Thorthwaite1)
                  Suhu,                   ETo (0)    Faktor   ETo
        Bulan              i=(T/5)1,514
                  T (ºC)                  (cm/bln)   C        cm/bln   mm/hari
        Januari   26.4     12.42          13.01      1.05     13.69    4.56
        Februari  26.8     12.70          13.79      0.95     13.10    4.37
        Maret     27.1     12.92          14.41      1.04     14.98    4.99
        April     27.1     12.92          14.41      1.00     14.41    4.80
        Mei       27.2     12.99          14.61      1.03     15.05    5.02
        Juni      27.1     12.92          14.41      0.99     14.26    4.75
        Juli      26.7     12.63          13.59      1.03     14.00    4.67
        Agustus   27.2     12.99          14.61      1.03     15.05    5.02
        September 27.4     13.14          15.04      1.00     15.04    5.01
        Oktober   27.1     12.92          14.41      1.05     15.13    5.04
        Nopember 27.3      13.07          14.82      1.02     15.12    5.04
        Desember 26.6      12.56          13.40      1.05     14.07    4.69
        Jumlah             154,18
1)   Rusmayadi, G (2000)

More Related Content

What's hot

Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah HidrlogiMateri Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
Nurul Afdal Haris
 
Laboratorium Uji Tanah - Pemeriksaan Kadar Air dan Berat Isi Tanah
Laboratorium Uji Tanah - Pemeriksaan Kadar Air dan Berat Isi TanahLaboratorium Uji Tanah - Pemeriksaan Kadar Air dan Berat Isi Tanah
Laboratorium Uji Tanah - Pemeriksaan Kadar Air dan Berat Isi TanahReski Aprilia
 
Rekayasa gempa - case 2 single degree of freedom (sdof)
Rekayasa gempa - case 2 single degree of freedom (sdof)Rekayasa gempa - case 2 single degree of freedom (sdof)
Rekayasa gempa - case 2 single degree of freedom (sdof)
noussevarenna
 
HL-9&10 Ananisis curah hujan.pptx
HL-9&10 Ananisis curah hujan.pptxHL-9&10 Ananisis curah hujan.pptx
HL-9&10 Ananisis curah hujan.pptx
ffarrasy
 
Laporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alatLaporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alat
Andi Azizah
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
sobarputra
 
Laporan observasi bendung simongan
Laporan observasi bendung simonganLaporan observasi bendung simongan
Laporan observasi bendung simongan
EVI KRISTIANINRUM
 
SOAL_SOAL_HIDROSTATIKA.pptx
SOAL_SOAL_HIDROSTATIKA.pptxSOAL_SOAL_HIDROSTATIKA.pptx
SOAL_SOAL_HIDROSTATIKA.pptx
ProYeniEP1
 
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan WadukPerhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
21010115410004
 
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi,  evapotranspirasiEvaporasi, transpirasi,  evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasiJulia Maidar
 
STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2
STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2
STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2
MOSES HADUN
 
Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...
Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...
Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...
Purwandaru Widyasunu
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
Aristo Amir
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
Mira Pemayun
 
Loncatan air
Loncatan airLoncatan air
Loncatan air
Trie Djunianto
 
Dokumen gaya uplift
Dokumen gaya upliftDokumen gaya uplift
Dokumen gaya uplift
HAFIZ ILHAM
 
Analisa frekuensi dan_probabilitas_curah
Analisa frekuensi dan_probabilitas_curahAnalisa frekuensi dan_probabilitas_curah
Analisa frekuensi dan_probabilitas_curah
MellyAnggraeni2
 
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...rizky hadi
 
Laboratorium Uji Tanah - Berat Jenis Tanah
Laboratorium Uji Tanah - Berat Jenis TanahLaboratorium Uji Tanah - Berat Jenis Tanah
Laboratorium Uji Tanah - Berat Jenis TanahReski Aprilia
 

What's hot (20)

Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah HidrlogiMateri Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
 
Laboratorium Uji Tanah - Pemeriksaan Kadar Air dan Berat Isi Tanah
Laboratorium Uji Tanah - Pemeriksaan Kadar Air dan Berat Isi TanahLaboratorium Uji Tanah - Pemeriksaan Kadar Air dan Berat Isi Tanah
Laboratorium Uji Tanah - Pemeriksaan Kadar Air dan Berat Isi Tanah
 
Rekayasa gempa - case 2 single degree of freedom (sdof)
Rekayasa gempa - case 2 single degree of freedom (sdof)Rekayasa gempa - case 2 single degree of freedom (sdof)
Rekayasa gempa - case 2 single degree of freedom (sdof)
 
HL-9&10 Ananisis curah hujan.pptx
HL-9&10 Ananisis curah hujan.pptxHL-9&10 Ananisis curah hujan.pptx
HL-9&10 Ananisis curah hujan.pptx
 
Laporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alatLaporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alat
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 
Laporan observasi bendung simongan
Laporan observasi bendung simonganLaporan observasi bendung simongan
Laporan observasi bendung simongan
 
SOAL_SOAL_HIDROSTATIKA.pptx
SOAL_SOAL_HIDROSTATIKA.pptxSOAL_SOAL_HIDROSTATIKA.pptx
SOAL_SOAL_HIDROSTATIKA.pptx
 
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan WadukPerhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
 
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi,  evapotranspirasiEvaporasi, transpirasi,  evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi
 
STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2
STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2
STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2
 
Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...
Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...
Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
 
Pemadatan tanah
Pemadatan tanahPemadatan tanah
Pemadatan tanah
 
Loncatan air
Loncatan airLoncatan air
Loncatan air
 
Dokumen gaya uplift
Dokumen gaya upliftDokumen gaya uplift
Dokumen gaya uplift
 
Analisa frekuensi dan_probabilitas_curah
Analisa frekuensi dan_probabilitas_curahAnalisa frekuensi dan_probabilitas_curah
Analisa frekuensi dan_probabilitas_curah
 
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
 
Laboratorium Uji Tanah - Berat Jenis Tanah
Laboratorium Uji Tanah - Berat Jenis TanahLaboratorium Uji Tanah - Berat Jenis Tanah
Laboratorium Uji Tanah - Berat Jenis Tanah
 

Viewers also liked

viii hujan
viii hujanviii hujan
viii hujan
Gusti Rusmayadi
 
Praktikum agroklimatologi pdf 2011_gtr
Praktikum agroklimatologi pdf 2011_gtrPraktikum agroklimatologi pdf 2011_gtr
Praktikum agroklimatologi pdf 2011_gtr
Gusti Rusmayadi
 
Ii pendahahuluan atmosfer
Ii pendahahuluan atmosferIi pendahahuluan atmosfer
Ii pendahahuluan atmosfer
Gusti Rusmayadi
 
I ruang lingkup gusti rusmayadi
I ruang lingkup gusti rusmayadiI ruang lingkup gusti rusmayadi
I ruang lingkup gusti rusmayadi
Gusti Rusmayadi
 
IX evapotranspirasi
IX evapotranspirasiIX evapotranspirasi
IX evapotranspirasi
Gusti Rusmayadi
 
3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang
3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang
3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang
Gusti Rusmayadi
 
Vii. i hewan dan lingkungannya
Vii. i hewan dan lingkungannyaVii. i hewan dan lingkungannya
Vii. i hewan dan lingkungannya
Gusti Rusmayadi
 
Viii. manipulasi lingkungan gtr
Viii. manipulasi lingkungan gtrViii. manipulasi lingkungan gtr
Viii. manipulasi lingkungan gtr
Gusti Rusmayadi
 
Vi. stres pengubah-tingkah-laku-ternak gtr
Vi. stres pengubah-tingkah-laku-ternak gtrVi. stres pengubah-tingkah-laku-ternak gtr
Vi. stres pengubah-tingkah-laku-ternak gtr
Gusti Rusmayadi
 
Pemodelan produksi gtr 2013
Pemodelan produksi gtr 2013Pemodelan produksi gtr 2013
Pemodelan produksi gtr 2013Gusti Rusmayadi
 
Model simulasi antrian gtr
Model simulasi antrian gtrModel simulasi antrian gtr
Model simulasi antrian gtr
Gusti Rusmayadi
 
Kontrak belajar klimatologi dasar s1 pertanian
Kontrak belajar klimatologi dasar s1 pertanianKontrak belajar klimatologi dasar s1 pertanian
Kontrak belajar klimatologi dasar s1 pertanian
Gusti Rusmayadi
 
Vii angin
Vii anginVii angin
Vii angin
Gusti Rusmayadi
 
Iv pengelolaan limbah organik
Iv pengelolaan limbah organikIv pengelolaan limbah organik
Iv pengelolaan limbah organik
Gusti Rusmayadi
 
Iii metode dan teknik pengukuran pencemaran udara
Iii metode dan teknik pengukuran pencemaran udaraIii metode dan teknik pengukuran pencemaran udara
Iii metode dan teknik pengukuran pencemaran udara
Gusti Rusmayadi
 
V kelembapan udara gtr
V kelembapan udara gtrV kelembapan udara gtr
V kelembapan udara gtr
Gusti Rusmayadi
 
Rancangan design gtr
Rancangan design gtrRancangan design gtr
Rancangan design gtr
Gusti Rusmayadi
 
Identifikasi, prediksi dan evaluasi dampak terhadap pencemaran
Identifikasi, prediksi dan evaluasi dampak terhadap pencemaranIdentifikasi, prediksi dan evaluasi dampak terhadap pencemaran
Identifikasi, prediksi dan evaluasi dampak terhadap pencemaran
Gusti Rusmayadi
 
Praktikum agroklimatologi cwr 2012_gtr
Praktikum agroklimatologi cwr 2012_gtrPraktikum agroklimatologi cwr 2012_gtr
Praktikum agroklimatologi cwr 2012_gtr
Gusti Rusmayadi
 
Simulasi monte carlo gtr
Simulasi monte carlo gtrSimulasi monte carlo gtr
Simulasi monte carlo gtr
Gusti Rusmayadi
 

Viewers also liked (20)

viii hujan
viii hujanviii hujan
viii hujan
 
Praktikum agroklimatologi pdf 2011_gtr
Praktikum agroklimatologi pdf 2011_gtrPraktikum agroklimatologi pdf 2011_gtr
Praktikum agroklimatologi pdf 2011_gtr
 
Ii pendahahuluan atmosfer
Ii pendahahuluan atmosferIi pendahahuluan atmosfer
Ii pendahahuluan atmosfer
 
I ruang lingkup gusti rusmayadi
I ruang lingkup gusti rusmayadiI ruang lingkup gusti rusmayadi
I ruang lingkup gusti rusmayadi
 
IX evapotranspirasi
IX evapotranspirasiIX evapotranspirasi
IX evapotranspirasi
 
3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang
3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang
3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang
 
Vii. i hewan dan lingkungannya
Vii. i hewan dan lingkungannyaVii. i hewan dan lingkungannya
Vii. i hewan dan lingkungannya
 
Viii. manipulasi lingkungan gtr
Viii. manipulasi lingkungan gtrViii. manipulasi lingkungan gtr
Viii. manipulasi lingkungan gtr
 
Vi. stres pengubah-tingkah-laku-ternak gtr
Vi. stres pengubah-tingkah-laku-ternak gtrVi. stres pengubah-tingkah-laku-ternak gtr
Vi. stres pengubah-tingkah-laku-ternak gtr
 
Pemodelan produksi gtr 2013
Pemodelan produksi gtr 2013Pemodelan produksi gtr 2013
Pemodelan produksi gtr 2013
 
Model simulasi antrian gtr
Model simulasi antrian gtrModel simulasi antrian gtr
Model simulasi antrian gtr
 
Kontrak belajar klimatologi dasar s1 pertanian
Kontrak belajar klimatologi dasar s1 pertanianKontrak belajar klimatologi dasar s1 pertanian
Kontrak belajar klimatologi dasar s1 pertanian
 
Vii angin
Vii anginVii angin
Vii angin
 
Iv pengelolaan limbah organik
Iv pengelolaan limbah organikIv pengelolaan limbah organik
Iv pengelolaan limbah organik
 
Iii metode dan teknik pengukuran pencemaran udara
Iii metode dan teknik pengukuran pencemaran udaraIii metode dan teknik pengukuran pencemaran udara
Iii metode dan teknik pengukuran pencemaran udara
 
V kelembapan udara gtr
V kelembapan udara gtrV kelembapan udara gtr
V kelembapan udara gtr
 
Rancangan design gtr
Rancangan design gtrRancangan design gtr
Rancangan design gtr
 
Identifikasi, prediksi dan evaluasi dampak terhadap pencemaran
Identifikasi, prediksi dan evaluasi dampak terhadap pencemaranIdentifikasi, prediksi dan evaluasi dampak terhadap pencemaran
Identifikasi, prediksi dan evaluasi dampak terhadap pencemaran
 
Praktikum agroklimatologi cwr 2012_gtr
Praktikum agroklimatologi cwr 2012_gtrPraktikum agroklimatologi cwr 2012_gtr
Praktikum agroklimatologi cwr 2012_gtr
 
Simulasi monte carlo gtr
Simulasi monte carlo gtrSimulasi monte carlo gtr
Simulasi monte carlo gtr
 

More from Gusti Rusmayadi

Ii pendahahuluan atmosfer
Ii pendahahuluan atmosferIi pendahahuluan atmosfer
Ii pendahahuluan atmosfer
Gusti Rusmayadi
 
V. adaptasi lingkungan dalam peternakan
V. adaptasi lingkungan dalam peternakanV. adaptasi lingkungan dalam peternakan
V. adaptasi lingkungan dalam peternakan
Gusti Rusmayadi
 
Vi tekanan udara
Vi tekanan udaraVi tekanan udara
Vi tekanan udara
Gusti Rusmayadi
 
Leaflet ps agronomi 2014
Leaflet ps agronomi 2014Leaflet ps agronomi 2014
Leaflet ps agronomi 2014
Gusti Rusmayadi
 
Fadly 60 68
Fadly 60 68Fadly 60 68
Fadly 60 68
Gusti Rusmayadi
 
Afiah49 59-baik
Afiah49 59-baikAfiah49 59-baik
Afiah49 59-baik
Gusti Rusmayadi
 
Gusti 40-48-baik
Gusti 40-48-baikGusti 40-48-baik
Gusti 40-48-baik
Gusti Rusmayadi
 
Bakti 37 39
Bakti 37 39Bakti 37 39
Bakti 37 39
Gusti Rusmayadi
 
Susi 28-36
Susi 28-36Susi 28-36
Susi 28-36
Gusti Rusmayadi
 
Zuraida titi-22-27
Zuraida titi-22-27Zuraida titi-22-27
Zuraida titi-22-27
Gusti Rusmayadi
 
Faeida0 15-21
Faeida0 15-21Faeida0 15-21
Faeida0 15-21
Gusti Rusmayadi
 
Habibah baik11-14
Habibah baik11-14Habibah baik11-14
Habibah baik11-14
Gusti Rusmayadi
 
Nofia=6 10
Nofia=6 10Nofia=6 10
Nofia=6 10
Gusti Rusmayadi
 
Norhasanah 1 5
Norhasanah 1 5Norhasanah 1 5
Norhasanah 1 5
Gusti Rusmayadi
 
Pembangkit random number gtr
Pembangkit random number gtrPembangkit random number gtr
Pembangkit random number gtr
Gusti Rusmayadi
 
Lk cwr 2012
Lk cwr 2012Lk cwr 2012
Lk cwr 2012
Gusti Rusmayadi
 

More from Gusti Rusmayadi (16)

Ii pendahahuluan atmosfer
Ii pendahahuluan atmosferIi pendahahuluan atmosfer
Ii pendahahuluan atmosfer
 
V. adaptasi lingkungan dalam peternakan
V. adaptasi lingkungan dalam peternakanV. adaptasi lingkungan dalam peternakan
V. adaptasi lingkungan dalam peternakan
 
Vi tekanan udara
Vi tekanan udaraVi tekanan udara
Vi tekanan udara
 
Leaflet ps agronomi 2014
Leaflet ps agronomi 2014Leaflet ps agronomi 2014
Leaflet ps agronomi 2014
 
Fadly 60 68
Fadly 60 68Fadly 60 68
Fadly 60 68
 
Afiah49 59-baik
Afiah49 59-baikAfiah49 59-baik
Afiah49 59-baik
 
Gusti 40-48-baik
Gusti 40-48-baikGusti 40-48-baik
Gusti 40-48-baik
 
Bakti 37 39
Bakti 37 39Bakti 37 39
Bakti 37 39
 
Susi 28-36
Susi 28-36Susi 28-36
Susi 28-36
 
Zuraida titi-22-27
Zuraida titi-22-27Zuraida titi-22-27
Zuraida titi-22-27
 
Faeida0 15-21
Faeida0 15-21Faeida0 15-21
Faeida0 15-21
 
Habibah baik11-14
Habibah baik11-14Habibah baik11-14
Habibah baik11-14
 
Nofia=6 10
Nofia=6 10Nofia=6 10
Nofia=6 10
 
Norhasanah 1 5
Norhasanah 1 5Norhasanah 1 5
Norhasanah 1 5
 
Pembangkit random number gtr
Pembangkit random number gtrPembangkit random number gtr
Pembangkit random number gtr
 
Lk cwr 2012
Lk cwr 2012Lk cwr 2012
Lk cwr 2012
 

Recently uploaded

Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
adolfnuhujanan101
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 

Recently uploaded (20)

Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 

Iv curah hujan, analisis data hilang, peluang hujan dan evapotranspirasi gtr

  • 1. Curah hujan, analisis data hilang, peluang hujan dan Evapotranspirasi GUSTI RUSMAYADI PS Agroekoteknologi grusmayadi@yahoo.com,sg Perkuliahan Agroklimatologi, Faperta UNLAM, BANJARBARU
  • 2. Karakter Iklim dan Cuaca  Keragaman/ embutan tinggi  Sulit dimodifikasi  Sulit diduga/ di r a mal ADAPTASI SISTEM USAHA TANI DAN PERENCANAAN PENGELOLAAN TANAMAN PEWILAYAHAN IDENTIFIKASI PREDIKSI HASIL AGROEKOLOGI INTERPRETASI o Parametrik o Non parametrik o Stokastik  Pengalaman -  Analisis  Analisis l  Kausal aritmatika kuantitatif  Time - series  Fenomena  Dlsb o Analisis Citra Image analysis MODIFIKASI TERBATAS PENGAMATAN A TEK. SATELIT/ PENGINDERAAN DI STASIUN AGROKLIMATOLOGI JAUH
  • 3. Pendugaan Data Hilang dan Pengecekan Data  Pengecekan Kualitas Hujan pos Y (mm) Data Iklim 450 • analisis kurva massa 400 ganda 350 Sebelum tahun 1991 300 kemiringannya sebesar b a = 0,97 250 = 1,21 dan setelah tahun 1991 kemiringannya 200 1991 sebesar a = 0,97. Maka 150 b = 1,21 faktor koreksi sebesar 100 (a/b) =(0,97/1,21) = 0,80 50 0 0 50 100 150 200 250 300 350 400 Hujan rata-rata 5 pos (mm)
  • 4. Tinggi hujan (x 1000 mm) Kumulatif Y koreksi Tahun Pos Y Pos X Acuan Y X = Y x 0,80 1984 38 30 38 30 30,4 1985 36 28 74 58 28,8 1986 31 24 105 82 24,8 1987 26 20 131 102 20,8 1988 19 18 150 120 15,2 1989 25 22 175 142 20,0 1990 30 25 205 167 24,0 1991 30 30 235 197 - 1992 34 36 269 233 - 1993 39 38 308 271 - 1994 40 43 348 314 - 1995 28 33 376 347 - 1996 24 30 400 377 - 1997 40 23 440 400
  • 5. Pengujian Keeratan Data Antar Stasiun Klimatologi Tabel 9.1. Pasangan data curah hujan antara stasiun A dan B (1956-1964)  (Metode Ranking untuk uji Ranking Kendall. Kendall) Kolom 1 Kolom 2 4xR Tahun A B A B Nilai R 1956 75 70 20 25 1 T = 1 - --------- 1957 85 90 30 20 0 1958 50 55 35 40 1 {n (n-1)} 1959 65 70 45 35 0 1960 45 35 50 55 0 n = jumlah 1961 30 20 65 65 0 pasangan data 1962 1963 20 65 25 65 65 75 70 70 0 0 T = ukuran 1964 Jumlah 35 40 85 90 0 2 keeratan 4xR 4x2 Nilai T = 1 - --------- = 1 - -------- {n (n-1)} {9(9-1)} = 1 – 8/72 = 0,89
  • 6. Pengisian Data Kosong 1. Metode Rata-rata Aritmatik • Bila semua pos hujan Pos Hujan Jan Tinggi Hujan (mm) mempunyai karakteristik X - 2200 sama dan curah hujan A 100 2500 normal tahunan dari pos A, B dan C lebih kecil dari B 120 2700 10% berbeda dengan pos C 110 2600 hujan X, maka data hujan dari pos X pada periode kosong dapat dihitung dengan rumus : Jawab Teladan 9.2 • CHx = 1/n (CHa + CHb + 1) Metode rata-rata aritmatik ; CHc ) CHx = 1/3 (CHa + CHb + CHc ) • CHx, CHa, CHb, dan CHc adalah curah hujan di pos CHx = 1/3 (100 + 120 + 110 ) mm X, A, B dan C. = 110 mm
  • 7. Pengisian Data Kosong 2. Metode Perbandingan Normal Pos Hujan Jan Tinggi Hujan (mm)  Jika curah hujan normal X - 2200 di pos A, B dan C berbeda A 100 2500 lebih dari 10% dari pos B 120 2700 hujan X, maka metode aritmatik tidak berlaku. C 110 2600  Metode perbandingan normal berikut ini dian-  CHx = 1/3 {(Nx/Na) CHa + jurkan untuk digunakan : (Nx/Nb) CHb + (Nx/Nc) CHc )  CHx = 1/3 {(2200/2500)(100)+(2200/2700)  CHx = 1/n {(Nx/Na) CHa (120)+(2200/2600)(110 )} + (Nx/Nb) CHb + (Nx/Nc) CHc )  = 92,9 mm
  • 8. Pengisian Data Kosong 3. Metode Kantor Cuaca Amerika Serikat  Pos indeks berlokasi di setiap kuadran dari garis yang menghubungkan U Utara – Selatan dan Timur – Barat melalui di pos D hujan X, maka persamaannya adalah: Ld B X Lb  [∑ (Hi/Li2)] B T  CHx = -------------- La  [∑ (1/Li2)] A Lc  CHx = tinggi hujan di C pos X yang akan diduga dan Hi = tinggi hujan di S pos A, B, C dan D. Nilai Li menunjukkan jarak pos Gambar 9.2. Posisi Pos Hujan X dan Pos Hujan Indeks A, B, C dan D hujan A, B, C dan D terhadap pos hujan X
  • 9. Metode Kantor Cuaca Amerika Serikat/ Kuadran Empat Suatu wilayah luas 140 km 2 terdapat 5 buah pos hujan X, A, B, C dan D. Pada suatu bulan pos hujan X rusak. Tentukan tinggi hujan di X bila pos itu di kelilingi pos hujan A. C dan D sebagai pos indeks yang terletak di setiap kuadran dengan data : Kuadran Pos Indeks, P Curah Hujan, CH (mm) Jarak dari X (km2), L I B 100 5 II C 90 10 III A 110 8 IV D 120 6 Jawab Teladan 9.2. Kuadran P CH (mm) L (km2) L2 1/L2 H/L2 I B 100 5 25 0,04000 4,000 II C 90 10 100 0,01000 0,900 III A 110 8 64 0,01562 1,718 IV D 120 6 36 0,02777 3,333 Jumlah 0,09339 9,9520 [∑ (Hi/Li2)] (9,9520) CHx = -------------- = ---------- [∑ (1/Li2)] (0,09339) CHx = 106,56 mm
  • 10. Metode Pendekatan Curah Hujan Wilayah  Hujan dapat merata di seluruh kawasan yang luas atau bersifat setempat.  Hujan bersifat setempat artinya tinggi hujan belum tentu dapat mewakili hujan untuk kawasan yang lebih luas, kecuali hanya untuk lokasi di sekitar pos penakar. Peluang hujan pada intensitas tertentu dari suatu lokasi satu ke lokasi yang lain dapat berbeda-beda.  Curah hujan diukur dari suatu pos hujan dapat mewakili karakteristik hujan untuk wilayah yang luas, sangat bergantung dari beberapa fungsi, yaitu: 1) Jarak pos hujan itu sampai titik tengah kawasan yang dihitung curah hujannya, 2) luas wilayah, 3) topografi, dan 4) sifat hujan.
  • 11. Curah hujan wilayah  Metode pendekatan yang digunakan untuk menentukan tinggi hujan rata-rata (pada periode tertentu; setiap jam, harian, mingguan, dekade, bulanan dan tahunan) suatu wilayah, antara lain: 1) Rata-rata aritmatik (Arithmetic mean method) 2) Poligon Thiessen (Thiessen polygon method) 3) Isohiet (Isohyetal method)
  • 12. Teladan 9.3.  Suatu wilayah dengan luas 57,20 km2 mempunyai 7 buah pos hujan dengan sebaran seperti pada Gambar 9.3. Selama bulan September terukur tinggi hujan setiap pos, pos1 = 105 mm, pos2 = 102 mm, pos 3 = 104 mm, pos 4 = 109 mm, pos 5 = 110 mm, pos 6 = 120 mm dan pos 7 = 113 mm. Hitung tinggi hujan rata-rata (mm) seluruh wilayah pada bulan itu dengan metode aritmatik, poligon Thiessen dan juga Isohiet.  Jawaban Teladan 9.3. 1) Metode Aritmatik CHr = 1/n (CH1 + CH2 + CH3 + . . . + CHn) CHr = 1/7 (105 + 102 + 104 + 109 + 110 + 120 + 113) mm CHr = 109 mm
  • 13. o7 o6 o4 A o5 o3 o2 o1 116 o7 o7 o6 B o6 o4 o4 C o5 o5 108 o3 o3 o2 o2 103 o1 o1 Gambar 9.3. Curah hujan Wilayah menurut metode A) Aritmatik, B) Poligon Thiessen, dan C) Isohiet
  • 14. 2) Metode Poligon Thiessen Tabel 9.2. Perhitungan Metode Poligon Thiessen Pos Hujan Hujan, Luas Poligon, Luas Poligon, CH x A %, CH (mm) A (km2) A (%) (mm) 1 105 6,56 11,47 12,0 2 102 10,52 18,39 18,8 3 104 8,02 14,02 14,6 4 109 9,08 15,87 17,3 5 110 6,32 11,05 12,1 6 120 7,42 12,97 15,6 7 113 9,28 16,22 18,3 57,20 100.00 108,7 CHr = 1/A (A1●CH1 + A2●CH2 + A3●CH3 + . . . + An●CHn) CHr = 108,7 mm
  • 15. Tabel 9.4. Perhitungan menurut Metode Isohiet Pos Hujan Isohiet, Luas Wilayah, CH x A , CH (mm) A (km2) (mm x km2) 1 dan 2 103 18,34 1889,02 3,4 dan 5 108 16,22 1751,76 6 dan 7 110 22,64 2490,40 57,20 6131,18 CHr = 1/A (A1●CH1 + A2●CH2 + A3●CH3 + . . . + An●CHn) CHr = 1/57,20 km2 (6131,18 mm km2) CHr = 107,2 mm
  • 17. Tujuan analisis Gerombol  Mengelompokan sekumpulan objek menjadi kelompok kecil (kelas), sehingga yang mempunyai sifat sama berada dalam kelompok yang sama.  Sifat yang dilihat seperti; • Pola curah hujan, • Warna/citra Satelite
  • 18. Analisis Gerombol  Analisis gerombol dilakukan setelah analisis komponen utama, jika variabel saling berkorelasi.  Analisis ini digunakan untuk mengelompokkan objek-objek menjadi beberapa gerombol berdasarkan pengukuran peubah-peubah yang diamati, sehingga diperoleh kemiripan objek dalam gerombol yang sama dibandingkan antar objek pada gerombol yang lain.  Masalah mendasar dalam analisis ini adalah menentukan ukuran kedekatan yang digunakan dan cara penggerombolannya.
  • 19. Ukuran kedekatan dihitung berdasarkan jarak Eucledian, Manhattan, Pearson dan sebagainya.  Persamaan jarak Eucledian dari dua pengamatan xi dan yi yang berdimensi p adalah sebagai berikut:  x  x jk  p d ij  2 ik k 1  dimana dij adalah jarak antara objek ke-i dan ke-j, xik adalah besaran nilai sifat ke-k dari objek atau komponen utama ke-i, xjk adalah besaran nilai sifat ke-k dari objek atau komponen utama ke-j, dan p adalah banyaknya sifat yang diamati.  Semakin besar jarak Eucledian maka semakin besar pula perbedaan antara objek-objek tersebut.
  • 20. Contoh neirest neighbour Individu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Variabel 1 12 20 28 11 22 8 13 20 39 16 2 30 18 26 5 15 34 24 14 34 11
  • 21.  x  x jk  p d ij  2 ik k 1  d12 = √(x11 – x21)2 +(x12 – x22)2  d12 = √(12 – 20)2 +(30 – 18)2  d12 = 14,4  d13 = √(x11 – x31)2 +(x12 – x32)2  d13 = √(12 – 28)2 +(30 – 26)2  d13 = 16,5
  • 22. Matrik jarak antar individu dengan menggunakan fungsi jarak Euclidien 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 0,0 14,4 16,5 25,0 18,0 5,7 6,1 17,9 27,3 19,4 2 0,0 11,3 15,8 3,6 20,0 9,2 4,0 24,8 8,1 3 0,0 27,0 12,5 21,5 15,1 14,4 13,6 19,2 4 0,0 14,9 29,2 19,1 12,7 40,3 7,8 5 0,0 23,6 12,7 2,2 25,5 7,2 6 0,0 11,2 13,3 31,0 24,4 7 0,0 12,2 27,9 13,3 8 0,0 27,6 5,0 9 0,0 52,5 10 0,0
  • 23. Matrik baru setelah individu 5 & 8 melebur 1 2 3 4 5,8 6 7 8 9 10 1 0,0 14,4 16,5 25,0 17,9 5,7 6,1 * 27,3 19,4 2 0,0 11,3 15,8 3,6 20,0 9,2 * 24,8 8,1 3 0,0 27,0 12,5 21,5 15,1 * 13,6 19,2 4 0,0 12,7 29,2 19,1 * 40,3 7,8 5 0,0 23,6 12,7 * 25,5 7,2 6 0,0 11,2 * 31,0 24,4 7 0,0 * 27,9 13,3 8 0,0 27,6 5,0 9 0,0 52,5 10 0,0
  • 24. Prosedur di atas diulang sampai semua individu melebur Titik Jarak antar Tahapan Peleburan ∑ cluster terdekat cluster 1 [5,8] 5,8 2,2 10 2 [5,8], 2 2,5 3,6 9 3 [5,8,2], 10 8,10 5,0 8 4 [1,6] 1,6 5,7 7 5 [1,6], 7 1,7 6,1 6 6 [5,8,2,10], 4 4,10 7,8 5 7 [5,8,2,10,4], [1,6,7] 2,7 9,2 4 8 [5,8,2,10,4,1,6,7], 3 2,3 11,3 3 9 [5,8,2,10,4,1,6,7,3], 9 3,9 13,6 2 10 Semua melebur 1
  • 25. dendogram 7 1 6 2 5 8 4 10 3 9
  • 26. Data curah hujan untuk analis Gerombol Karakter Individu Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des 1. Batulicin 382.6 259.6 266.4 194.3 263.9 207.2 201.5 171.4 181.1 201.8 182.1 267.9 2. Satui 324.0 223.0 170.2 204.0 225.2 266.3 177.4 164.2 138.3 78.8 193.9 180.7 3. Sajang Heulang 262.0 257.7 173.1 143.4 161.2 297.0 162.4 83.2 175.5 118.4 134.6 159.3 4. Angsana Estate 238.0 278.5 155.9 153.8 167.4 213.9 181.5 136.1 119.0 69.5 157.6 146.1 5. Pt.Bunati Estate 140.9 195.2 196.8 153.0 179.2 373.0 154.8 85.8 186.8 101.0 113.2 118.8 6. Kusan Hilir 229.4 213.2 192.5 173.4 156.9 160.2 135.3 76.9 88.0 92.3 146.2 191.5 7. Sungai Loban 140.2 201.4 247.1 212.4 250.5 419.3 252.8 168.8 137.8 142.6 220.1 285.1 8. Stagen 235.9 214.4 213.9 216.0 236.0 248.3 202.5 123.3 119.0 150.2 157.7 242.2 9. Sungai Panci 266.4 242.6 231.4 231.3 207.8 215.3 135.5 116.3 109.6 133.8 221.8 268.8
  • 27.
  • 28. Selanjutnya pada menu session akan ditampilkan 12 komponen utama (KU) dengan sumbangan keragamannya masing-masing (ditunjukkan oleh proportion dalam eigen analysis of the covarian matrix).
  • 29. Hasil komponen utama yang menerangkan keragaman data  80% tersebut kemudian dianalisis gerombol terhadap KU 1, KU2 dan KU 3.
  • 30. Sungai 7 Loban Pt. Bunati 5 Estate Sungai 9 Panci Kusan 6 Hilir Observations Contoh Stagen 8 Angsana 4 Estate Satui 2 Sajang 3 Heulang Batulicin 1 Distance 161.64 107.76 53.88 0.00
  • 31.
  • 32. Panjang Periode Data a b c d e Tahun Menurut Conrad dan Pollak (1950) panjang periode normal adalah sekitar 25 sampai 30 tahun. Umumnya di Indonesia periode data yang harus tersedia untuk unsur udara dan sejenisnya cukup 10 tahun pengamatan dan untuk curah hujan minimal 20 tahun pengamatan.
  • 33. Peluang Hujan  Keragaman Curah Hujan  Analisis peluang menurut sebaran Normal  Analisis peluang menurut sebaran Gamma  Analisis peluang menurut sebaran Gumbel  Rantai Markove
  • 34. Keragaman Curah Hujan  Analisis umum dipakai untuk menggambarkan keadaan iklim, terdiri dari 1) rerata (mean), 2) simpangan baku, dan 3) nilai maksimum, minimum, dan kisarannya.  n  Х = ∑ xi/n  i=1  Keragaman curah hujan dicirikan oleh dua parameter, yaitu rerata data (х) dan simpangan baku (s).  ∑ Xi2 – 1/n (∑xi)2  s = √ --------------------  n–1   Parameter yang digunakan menentukan keragaman curah hujan adalah koefisien keragaman (Cv):  s  Cv = ----  x   Nilai cv lebih kecil dari 20% menunjukkan keragaman sedang. Ini berarti panjang seri data, diterima untuk tujuan analisis.  Sebaliknya, bila lebih besar dari 25% menunjukkan panjang seri data terlalu pendek atau disebabkan terlalu tinggi keragaman curah hujan akibat kesalahan pengamatan atau alat.
  • 35. Teladan  Hitung koefisien keragaman Curah Curah data di stasiun A untuk Tahun hujan Tahun hujan periode pengamatan 1958 – (mm) (mm) 1971 dan kemukakan pendapat anda terhadap hasil 1958 75 1966 35 perhitungan tersebut ?  Penyelesaian; 1959 85 1967 80 n  Х = ∑ xi/n = 850/16 1960 50 1968 45 i=1 ∑ Xi2 – 1/n (∑xi)2 1961 65 1969 25  s =√ -------------------- n–1 1962 45 1970 60 = (51250 – 45156)/15 1963 30 1971 75 = 20.2 1964 20 1972 40 Cv  (s / x) x100%  = (20,2/53) = 38% 1965 65 1973 55
  • 36. Analisis Peluang 1. Analisis peluang menurut sebaran normal Peluang X ≤ x jika X menyebar normal dengan nilai tengah μ dan ragam σ2 adalah:  x  P (X ≤ x) = Px (x) = ∫(2 μ σ2)1/2 λ-1/2(t- μ)2/ σ2 dt  -oo  Transformasi z = (x – μ) / σ, peubah acak Z menjadi N (0, 1) atau sebaran normal standar.  Doorenbos (1976); jika curah hujan suatu periode menyebar normal, simpangan baku digunakan menghitung tinggi curah hujan minimal pada suatu peluang tertentu.  % peluang = x + a ● s  a adalah nilai besaran yang diperoleh dari kurva sebaran normal baku dan tergantung pada tingkat peluang yang diskenariokan (Hann, 1977) dan s = σ = simpangan, contoh;  Peluang 70% = x – 0,53 s  Peluang 75% = x – 0,69 s  Peluang 90% = x – 1,26 s
  • 37. Teladan 9.5  Hitung tinggi curah hujan minimal yang jatuh dengan peluang 70%, 75% dan 90% dengan menggunakan data pada Teladan 9.4.  Jawaban Teladan 9.5.  Х = 361,6 dan s = 101,5  Peluang 70% = x – 0,53 s  = 361,6 – 0,53 (101,5) = 307,8 mm  Peluang 75% = x – 0,69 s  = 361,6 – 0,69 (101,5) = 291,6 mm  Peluang 90% = x – 1,26 s  = 361,6 – 1,26 (101,5) = 233,7 mm  Hasil menunjukkan; • 7 kali dalam 10 tahun kemungkinan curah hujan pada penakar hujan Martapura pada bulan Januari minimal 307,8 mm atau • > 7 dalam 10 tahun minimal 291,6 mm atau • 9 kali dalam 10 tahun minimal 233,7 mm.
  • 38. 2. Analisis Peluang menurut Frekuensi Kumulatif  Bila data menyebar normal maka analisis frekuensi kumulatif dapat dipergunakan. Nilai frekuensi kumulatif (f) dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: 100 ● m f = ---------- (n +1)  n adalah jumlah tahun pengamatan dan m adalah nomor urut data dari yang terbesar sampai terkecil.
  • 39. Tabel 9.6. Hasil analisis frekuensi kumulatif Tahun CH (mm) Urutan No. Urut f = (100 ● m)/(n +1) 1931-60 354 484 1 9,1 1961-70 337 442 2 18,2 1971 396 418 3 27,3 1972 267 417 4 36,4 1973 372 396 5 45,0 1974 129 372 6 54,5 1975 484 354 7 63,6 1976 442 337 8 72,7 1977 418 267 9 81,8 1978 417 129 10 90,9
  • 40. 3. Analisis Peluang menurut Sebaran Gamma  Sebaran data yang miring (skewnes) lebih baik didekati dengan sebaran Gamma. Sebaran ini mempunyai dua parameter, yaitu parameter bentuk dan parameter skala. Fungsi peluang kumulatifnya dinyatakan dalam bentuk: a 1 x  x   exp -  b  b f ( x;a , b )    bG(a )  α adalah parameter skala, β adalah parameter bentuk dan Г (α) fungsi gamma.
  • 41. 4. Analisis peluang menurut sebaran Gumbel  Menurut Haan (1977) sebaran Gumbell digunakan untuk; • Mengestimasi kejadian ekstrim tertinggi apabila sebaran asalnya adalah sebaran gamma, eksponensial, log normal, dan normal. • Mengestimasi kejadian ekstrim apabila sebaran asalnya sebaran normal. • Fungsi kepekatan peluang sebaran Gumbell P( x)  exp[ ( x  b ) / a  exp{( x  b ) / a }]a  1    x  ;  b  ; a  0
  • 42. 5. Rantai Markove  Peluang kejadian suatu keadaan pada waktu tertentu dengan waktu sebelumnya diketahui.  Peluang kejadian suatu keadaan pada waktu t (Xt) ditentukan oleh keadaan pada waktu sebelumnya t (Xt-1, Xt-2, Xt-3, . . ., Xo).  Bila keadaan pada waktu t ditentukan oleh keadaan pada waktu t – 1 dan tidak oleh t – 2, t -3, . . . dst, maka disebut model rantai Markove berordo satu.
  • 43. Peluang Kejadian Hujan n0 1 (i ) p0 1 (i )  n0 1 (i )  n0 0 (i ) n1 1 (i ) p1 1 (i )  n1 1 (i )  n1 0 (i )  p0 1 (i )  g 0 1 (i )  ln   1  p (i )    01   p1 1 (i )  g1 1 (i )  ln   1  p (i )    11 
  • 44. Tabel 10.7. Perhitungan peluang periode kering selama satu dekade; Wilayah Tatakan, Kabupaten Tapin-Kalimantan Selatan, Lintang 2˚53’LS, 112˚05BT, pada minggu 1 – 10, tahun 1989. Curah Jumlah minggu basah, F(W) dan minggu kering, F(D) Tahun Minggu Hujan dan kombinasinya. (mm) 1987 N F (W) F (D) Jumlah Peluang 0 0 1 35 1 0 F (D) = 6 P(D) = F(D)/N 2 55 1 0 F (W) = 4 = 6/10= 0,6 3 13 0 1 F (DD) = 4 P(DD)=P(DD)/F(D) 4 30 1 0 F (WW) = 2 = 4/6 = 0,7 5 8 0 1 F (W/D) = 3 P(W) = F(W)/N 6 13 0 1 F (D/W) = 2 = 4/10= 0,4 7 0 0 1 P(WW)=P(WW)/F(W) 8 19 0 1 = 2/4 = 0,5 9 67 1 0 P(W/D)=F(W/D)/F(D) 10 21 0 1 = 3/6 = 0,5 Minggu basah > 25 mm dan kering < 25 mm untuk pembungaan jeruk Sumber: Rusmayadi et al. (2000).
  • 45. Evapotranspirasi  Evapotranspirasi rujukan (ETo) pada prinsipnya sama dengan evapotranspirasi potensial (ETp) untuk tanaman rujukan.  Untuk memperkirakan evapotranspirasi rujukan dapat menggunakan data klimatologi, misal data suhu, kelembapan relatif, lama penyinaran matahari dan kecepatan angin.
  • 46. Kegunaan data ETo  Kegunaan dari data evapotranspirasi rujukan (ETo) adalah untuk memperkirakan evapotranspirasi dari tanaman atau kebutuhan untuk tanaman pertanian (ETc), karena  ETc = kc • ETo
  • 47. Kegunaan data ETo  Nilai kc adalah koefisien tanaman (crop coefficient).  Nilai kc bergantung dari varietas dan umur dari setiap jenis tanaman.  Nilai kc di Indonesia masih cukup memberikan peluang untuk dilakukan penelitian sesuai kondisi iklim, vareitas dan umur setiap jenis tanaman.  Nilai kc untuk jenis tanaman padi sawah dan beberapa tanaman leguminosa sebagian telah diketahui dan digunakan untuk menghitung kebutuhan air tanaman tersebut.
  • 48. Model ETo  Berdasarkan pada ketersediaan data iklim, maka untuk memperkirakan ETo dapat dihitung menggunakan beberapa model (Tabel 1): • (1) Suhu, • (2) Suhu dan Kelembapan, • (3) Radiasi Global, • (4) Radiasi Bersih, • (5) Kombinasi, dan • (6) Regresi.
  • 49. Tabel 1. Metode menduga ETo dan unsur iklim sebagai masukan
  • 50. 1. Model Suhu  Model ini disebut demikian karena untuk memperkirakan ETo hanya berbasis satu data iklim, yaitu data suhu. Model suhu antara lain dapat dihitung dengan metode; • Thornthwaite • Blaney dan Criddle • Hamon
  • 51. 1.1. Metode Thornthwaite  Metode ini dikembangkan pada tahun 1948 di Amerika Serikat di wilayah beriklim sedang (temperate) antara 29ºLU hingga 43ºLU.  Model ini diperoleh dari percobaan lisimeter daerah bervegetasi pendek dn pada dengan persediaan air yang cukup
  • 52. 1.1. Metode Thornthwaite  Model Thorthwaite sudah popular digunakan di Indonesia dan dapat ditulis sebagai persamaan :  ETo = C • Ta • ETo : evapotranspirasi rujukan (cm/bulan) • T : suhu rata-rata (ºC/bulan) • C dan a : koefisien yang tergantung lokasi dan di Indonesia sebaiknya nilai C dan a masih perlu diteliti. • Nilai a dapat dihitung dengan rumus: • a = (675 • 10-9) I3 – (771 • 10-7) I2 + (1792 • 10-5) I + 0,49239 • Nilai I adalah indeks panas tahunan (aanual heat indek), dapat dihitung dengan persamaan : • 12 • I = ∑ (T/5)1,51 • m=1 • Nilai c dapat dilihat pada 2.2. Nilai ETo (0) untuk suhu mulai lebih dari 26,5ºC sudah dihitung dan ditunjukkan pada Tabel 2.1.
  • 53. Tabel 2.1. Nilai evapotranspirasi rujukan ETo (0) untuk suhu lebih dari 26,5ºC metode Thonthwaite Suhu ETo (0) Suhu ETo (0) No. No. ºC/bulan (cm/bulan) ºC/bulan (cm/bulan) 1 26,5 13,50 13 32,5 17,53 2 27,0 13,95 14 33,0 17,72 3 27,5 14,37 15 33,5 17,90 4 28,0 14,78 16 34,0 18,05 5 28,5 17,17 17 34,5 18,18 6 29,0 15,54 18 35,0 18,29 7 29,5 15,89 19 35,5 18,27 8 30,0 16,21 20 36,0 18,43 9 30,5 16,52 21 36,5 18,47 10 31,0 16,80 22 37,0 18,49 11 31,5 17,07 23 37,5 18,50 12 32,0 17,31 24 38,0 18,50
  • 54. Contoh 1.1  Perkiraan evapotranspirasi rujukan di lokasi garis lintang 2º55’ dan 114ºBT pada elevasi 1 m dpl, mempunyai data suhu sebagai berikut (ºC). Bulan Suhu (ºC) Bulan Suhu (ºC) Januari 26.4 Juli 26.7 Februari 26.8 Agustus 27.2 Maret 27.1 September 27.4 April 27.1 Oktober 27.1 Mei 27.2 Nopember 27.3 Juni 27.1 Desember 26.6
  • 55. Jawaban contoh 1.1  T = 26,4ºC  i = (T/5)1,514  i = (26,4/5) 1,514 = 12.42  12 12  I = ∑ (T/5) 1,51 = ∑ (i) atau penjumlah kolom 3  m=1 m=1  I = 154,18  a = (675 • 10-9) I3 – (771 • 10-7) I2 + (1792 • 10-5) I + 0,49239  a = 3.897  Evapotranspirasi rujukan untuk lintang 0ºC :  ETo (0) = 1,62 (10T/I)a  = 1,62 {(10x26,5)/154,18}2,42  ETo (0) = 13.01 cm/bulan Januari  Faktor koreksi, c untuk lintang 2º55’ (lihat Tabel) diperoleh nilai c = 1,05, maka evapotranspirasi rujukan untuk bulan Januari adalah,  ETo = c • ETo (0)  ETo = 1,05 x 13.01 cm = 13.69 cm/bulan Januari  ETo = 4.56 mm/hari/Januari
  • 56. Tabel Lampiran 1. Konstanta c untuk Metode Thorthwaite
  • 57. Tabel 2.2. Evapotranspirasi rujukan di lokasi garis lintang 2º55’ dan 114ºBT pada elevasi 1 m dpl menurut metode Thorthwaite1) Suhu, ETo (0) Faktor ETo Bulan i=(T/5)1,514 T (ºC) (cm/bln) C cm/bln mm/hari Januari 26.4 12.42 13.01 1.05 13.69 4.56 Februari 26.8 12.70 13.79 0.95 13.10 4.37 Maret 27.1 12.92 14.41 1.04 14.98 4.99 April 27.1 12.92 14.41 1.00 14.41 4.80 Mei 27.2 12.99 14.61 1.03 15.05 5.02 Juni 27.1 12.92 14.41 0.99 14.26 4.75 Juli 26.7 12.63 13.59 1.03 14.00 4.67 Agustus 27.2 12.99 14.61 1.03 15.05 5.02 September 27.4 13.14 15.04 1.00 15.04 5.01 Oktober 27.1 12.92 14.41 1.05 15.13 5.04 Nopember 27.3 13.07 14.82 1.02 15.12 5.04 Desember 26.6 12.56 13.40 1.05 14.07 4.69 Jumlah 154,18 1) Rusmayadi, G (2000)