Dokumen tersebut membahas hasil diskusi penelitian produksi squalene dari minyak sawit dan mikroalga. Dokumen menjelaskan proses ekstraksi squalene dari limbah pabrik kelapa sawit dan mikroalga B. braunii melalui biorefinery technology. Dokumen juga membandingkan analisis ekonomi dua sistem budidaya mikroalga yaitu ATS dan ORP untuk memproduksi squalene.
2. Judul : Biorefinery Technology For Producing
Squalene Bioactive Compounds From Palm Oil
And Microalgae
Latar Belakang :
Palm oil production
generated wastewater
that is rich in organic
compound, an
essential nutrient for
algae’s growth
Algae B.braunii produces
hydrocarbon compound and co-
product such as squalene and
its derivatives
Upgraded squalene (>98%)
Can use for solvent to medical,
cosmetic , and food grade
(which is very expensive )
3. Hasil Analisis Kandungan COD Pada Sampel Pome
Dari hasil analisa kadar COD, sample 1 merupakan sample dengan kadar COD tertinggi dimana
sample tersebut merupakan palm oil mill effluent yang diambil dari kolam fakultatif 2 sebanyak
1832,5 mg/L.
Dari analisa diatas, kadar TOC tertinggi terdapat pada kolam fakultatif 2 yang mana carbon
merupakan senyawa organic yang sangat penting untuk kultivasi algae.
Sampel
Parameter Fakultativ 2 Aerob 1 Aerob 2 Pond Pengendapan Pond Indikator
COD (mg/L) 1832,5 1383,5 1491,5 1437,5 629
TOC (mg/L) 687,1875 518,8125 559,3125 539,0625 235,875
TP 12,271 9,264 9,987 9,626 4,212
TN 88,352 66,704 71,911 69,308 30,326
Tabel 1 Hasil Ananalisi COD PTSEIK 20 November 2019
TOC = COD x 12/32…………………………(1)
TN = COD x 7,2/56……………………..……(2)
TP = COD x 1/56…………………………..…(3)
Nilai total carbon dapat dihitung dengan konversi
4. HASIL DAN
PEMBAHASAHAN
1.Panjang gelombang yang menunjukkan
kandungan Squalene pada hasil analisis
HPLC
• Perbedaan stretching antara
hidrokarbon dan squalene ditunjukkan
pada posisi ikatan rangkapnya (C=C).
Pada hasil analisis HPLC , ditunjukkan
adanya kandungan squalene pada
angka gelombang 1680 cm-1,
sedangnya senyawa hidrokarbon
muncul pada angka gelombang 1660-
1647 cm-1
Gambar 1. Hasil Analisis HPLC pada Mikroalga B.braunii
5. Dari hasil analisis, terdapat 6
frekuensi peregangan yang
terbaca oleh HPLC. Gambar2
menunjukkan frekuensi
peregangan untuk setiap ikatan
C=C yang terdapat dalam
mikroalga B.braunii. ada 3 jenis
tipe ikatan rangkap (C=C) yang
terindentifikasi, yaitu Backbond,
Exomethylene, dan Branch.
Sedangkan untuk molekul yang
terbaca yaitu molekul
hidrokarbon yang terdapat pada
mirkoalga B.braunii
HPLC ANALYSIS
6. GC-MS ANALYSIS
Jenis hidrokarbon yang diproduksi
oleh alga diidentifikasi sebagai
hidrokarbon jenuh dalam kisaran C21
hingga C33 (puncak 1 hingga puncak
13). Hidrokarbon jenuh yang
diproduksi oleh alga yaitu
tetracosane (puncak 4) dan
octacosane (puncak 8) dalam
persentase sebesar 17,6% dan 14,8%
8. Pemurnian Squalene Menggunakan Metode
SFE (Supercritical Fluid Extraction)
Kelebihan penggunaan teknologi SFE dalam
proses ekstraksi diantaraya yaitu proses ekstraksi
cepat dan tidak membutuhkan waktu yang lama,
biaya operasi rendah, dapat diaplikasi dalam
berbagai bidang industry, serta lebih ramah
lingkungan dibandingkan mengggunakan pelarut
organic dan memiliki kemampuan menganalisis
zat yang tidak dapat dibaca dengan gas
chromatography (GC-MS).
Total lipid yang dapat diekstrak dalam
konsentrasi squalene tertinggi (418,31 ppm) yaitu
sebesar 13,84%. Dengan kondisi operasi P : 200
bar dan T: 50 oC dengan waktu ekstraksi 90
menit. Digunakan variansi ANOVA dalam analisis
pengaruh suhu dan tekanan yang berpengaruh
terhadap total lipid dan konsentrasi squalene.
(Norhidayah, Baharin, Hamed, & Zaidul, 2012).
Campuran 50 gr PFAD + 50 mL
distillate water dan 1% Novozyme
dicampur menggunakan magnetic
stirerr
Hidrolisis
enzimati
s
Reaksi Suhu dijaga antara T : 65- 10oC
dalam kondisi gelap menggunakan
water bath
Experimental
Design using
RSM
Squalene
SSF
Process
Ekstraksi Squalene dari PFAD
9. Ekstraksi Squalene dari Mikroalga
Fractinasion
Process 2 Get 95-99% squalene
Squalene 95-
99%
Biomassa
mikroalga
Biomassa treating
until get 10%
squalene
Fractinasion
Process 1
Get 70-75% squalene and
rafinat 1,5% squalene
Patent US 9,346,722B2,
2016
10. Analisis Ekonomi Perkembangbiakan
Mikroalga
Analisis ekonomi dalam perkembangbiakan
mikroalga dapat dijabarkan menggunakan 2 metode
yaitu metode ORP dan ATS
ATS
ORP
Biomass production goal 1340 ton/day
operation day 365 days
Biomass production per year 489100 ton/year
Area per Unit 405 Ha
Number of ATS units 15 unit
Biomass production per unit 32.606,67 ton/year
Biomass productivity : 7,5 g/m2 day
Lipid Productivity : 2,5 g/m2 day
Lipid percentage : 33,33 %
Lipid productivity : 9,13 tonnes/ ha year
Biomass productivity : 27,38 tonnes/ ha year
Targeted biomass productivity : 56173,50 tonnes/ year
The area needed : 2052,00 Ha
Algae cost Production
ATS ORP
Capital cost 10862,58 12124,89 Aus $/Ha
Operational cost 71378,67 110804,11 Aus $/y/Ha
Total cost 82241,25 122929,00 Aus $/y/Ha
33307705,02 252250306,91 Aus $/y
Total Biomass 56173,50 56173,50 Tonnes/year
Algae Cost production per tonne 592,94 4490,56 Aus $/ tonnes
Algae Cost production per kg 0,59 4,49 Aus $/ kg
Capital cost per tonne biomass 1192,553784 4013,421616
Operational cost per tonne biomass 534,7533018 7617,403147
Dilihat dari hasil analisis ekonomi dalam system perkembangbiakan
mikroalga, menurut perhitungan dan perbandingan 2 system tersebut
disimpulkan bahwa dalam jumlah kapasitas produksi alga yang sama ,
metode ATS lebih baik dibandingan metode ORP karena total cost yang
diperlukan lebih sedikit dibandingankan system ORP