SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
PEMBUATAN BIOETANOL DARI SINGKONG
KARET (
Manihot
glaziovii
) UNTUK BAHAN BAKAR KOMPOR RUMAH
TANGGA
SEBAGAI UPAYA MEMPERCEPAT KONVERSI
MINYAK TANAH
KE BAHAN BAKAR
NABAT
PEMBUATAN BIOETANOL DARI SINGKONG
KARET (
Manihot
glaziovii
) UNTUK BAHAN BAKAR KOMPOR RUMAH
TANGGA
SEBAGAI UPAYA MEMPERCEPAT KONVERSI
MINYAK TANAH
KE BAHAN BAKAR
NABAT
1
PEMBUATAN BIOETANOL DARI SINGKONG KARET (
Manihot
glaziovii
) UNTUK BAHAN BAKAR KOMPOR RUMAH TANGGA
SEBAGAI UPAYA MEMPERCEPAT KONVERSI MINYAK
TANAH
KE BAHAN BAKAR
NABATI
Mira Amalia Hapsari (L2C009100) dan Alice Pramashinta
(L2C009110)
Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jalan Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax : (024)
7460058
Pembimbing :Aprilina Purbasari,ST, MT
Abstrak
Singkong karet (Manihot glaziovii) mer
upakan umbi yang tidak termasuk
bahan
makanan karena
mengandung
unsur kimia asam sianida (HCN)
yang bersifat racun. Kandungan k
arbohidrat dalam ubi mencapai 98,5
%
sehingga umbi ini layak dikonversi menjadi bioetanol. Bioetanol merupakan produk dari
hidrolisis pati
menjadi glukosa secara enzi
matis yang dilanjutkan fermentasi glukosa menggunakan ragi Saccharomyces
cereviceae secara an
-
aerob menjadi bioetanol . Penelitian ini bertujuan untuk mencari waktu optimum dan
pengaruh massa ragi terhadap kadar bioetanol yang dihasilkan sebagai bahan baka
r kompor rumah tangga.
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap,
meliputi hidrolisis pati singkong secara enzimatis untuk
dijadikan glukosa dilanjutkan fermentasi
glukosa menjadi bioetanol. Pemurnian bioetanol dilakukan
dengan
proses
destilasi.
Analisis kadar glukosa dilakukan dengan titrasi menggunakan Fehling A dan B, sedangkan
pengukuran kadar etanol dengan
alkoholmeter
. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume enzim optimum
adalah 3 mL yang menghasilkan kadar glukosa 18% yang baik untuk fe
rmentasi.
Hasil yang telah dicapai
untuk variabel waktu fermentasi 144, 168 dan 192 jam didapatkan kadar etanol paling tinggi
yaitu 94% pada
waktu fermentasi 168 jam, sedangkan untuk variabel massa ragi 5,10,dan 15 gr didapatkan
kadar etanol
paling tinggi
yaitu 94% pada massa ragi 15 gr.
Kata kunci
: destilasi; bioetanol;
singkong karet
;
kompor rumah tangga
Abstract
Manihot glaziovii is a tuber that non
-
food corps, because it contains cyanide acid (HCN) which are toxic.
Carbohydrate content in cassava
tubers is 98,5
% so it is worth to be converted to bioethanol. Bioethanol is a
product of hydrolysis of starch to glucose, followed by enzymatic fermentation of glucose
using yeast
Saccharomyces cereviceae to ethanol.
The purpose of this study is to
find th
e optimum time and mass effect on
of yeast to produced ethanol as a fuel household stoves. The research was carried out in
several stages,
including the enzymatic hydrolysis of cassava starch to glucose and continued fermentation
of glucose to
ethanol.
Bio
ethanol purification is done by distillation process.
The main tool that used is fermentor and
distillation tower as a means of separating ethanol from water. Analysis of glucose levels is
done by titration
using Fehling A and B, while the ethanol concentr
ation measurements with alkoholmeter. The results showed
that the optimum volume was 3 mL enzyme that produces glucose level of 18% which is
good for fermentation.
The results that have been achieved for the fermentation time variable 144, 168 and 192
hour
s earned the
highest ethanol content is 94% at 168 hours fermentation time, while for variable mass 5.10
yeast, and 15 g
obtained the highest ethanol content is 94% in mass
yeast 15 gr.
Key words
: distillation;bioethanol; Manihot glaziovii;
stoves
2
1.
P
endahuluan
Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi yang tidak dapat diperbaharui atau
non renewable.
Keberadaannya
hingga saat ini menempati urutan pertama sebagai sumber energi. Salah satu turunan
minyak
bumi yang banyak digunakan pada industri
kecil dan rumah tangga adalah minyak tanah. Upaya pemerintah
untuk mengalihkan penggunaan minyak tanah ke bahan bakar lain perlu didukung. Saat ini
pengalihan
penggunaan minyak tanah ke bahan bakar gas banyak menemui kendala antara lain
banyaknya kasus ke
bakaran
yang disebabkan oleh bahan bakar gas, karena sifat gas yang selalu memenuhi ruangan
sehingga apabila terjadi
percikan api dalam kompor akan memicu kebakaran di sekitar
nya.
Oleh karena itu pengalihan atau konversi minyak tanah tidak harus ke bahan
bakar gas tetapi juga dapat
ke bioetanol yang bersifat lebih ramah lingkungan dan tidak membahayakan lingkungan.
Bioetanol mempunyai kelebihan selain ramah lingkungan, penggunaannya sebagai bahan
bakar kompor
terbukti lebih hemat dan efisien proses pembaka
rannya. Selain itu, pembuatannya bisa dilakukan di rumah
dengan mudah dan lebih ekonomis dibandingkan menggunakan minyak tanah.
Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat (pati)
menggunakan
bantuan mikroorganisme. Produksi bioetanol dari tanaman yang mengandung pati atau
karbohidrat, dilakukan
melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (gl
ukosa). Pada hidrolisis enzimatis dikenal ada dua metode
yaitu
SHF
dan
SSF
. Metode
SSF
menjadi sangat penting untuk dikembangkan karena dapat mempersingkat
proses pembuatan bioetanol (Marques,2007).
Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah memanf
aatkan pati yang terkandung dalam singkong
karet (
Manihot glaziovii
). Singkong karet merupakan salah satu jenis singkong pohon yang mengandung
senyawa beracun, yaitu asam sianida (HCN), sehingga tidak diperjualbelikan dan kurang
dimanfaatkan oleh
masyaraka
t. Tanaman singkong karet ini dapat menghasilkan ubi dengan berat hampir empat kali lipat
dibandingkan singkong biasa sehingga apabila dijadikan bahan baku pembuatan bioetanol
sangat layak dari segi
ketersediaannya, artinya untuk ketersediaan sebagai bahan
baku baku cukup aman. Kandungan pati dalam umbi
dapat dikonversi menjadi bioetanol.
Tabel 2.1. Kandungan pati singkong karet.
No.
Analisa
Kadar 100% BK
1.
Kadar Abu
0,4734
2.
Kadar Lemak Kasar
0,5842
3.
Kadar Serat Kasar
0,0067
4.
Kadar Protein Kasar
0,4750
5.
Kadar Karbohidrat
98,4674
Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak FP Undip
Bioetanol yang dihasilakan dalam penelitian ini diuji cobakan pada k
ompor bioetanol
.
Uji yang
dilakukan m
eliputi uji nyala secara fisis.
Nyala api yang lebih biru menandakan bioetanol yang digunakan
mempunyai kadar yang lebih tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mempelajari data pengaruh volume enzim pada proses
likuifaksi dan
sakarifikasi terhadap kadar glukosa yang diperoleh (2) Me
ncari waktu optimum pada proses
SSF
untuk
pembuatan bioetanol kadar minimal 80% yang memenuhi spesifikasi sebagai bahan bakar
kompor rumah
tangga dan (3) Mempelajari data pengaruh massa ragi pada proses fermentasi terhadap
kadar bioetanol minimal
80% yang
memenuhi spesifikasi sebagai bahan bakar kompor rumah tangga.
2.
Bahan dan Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah SSF (
Simultaneous Saccarification Fermentation
) yaitu proses hidrolisis dan
fermentasi dilakukan secara serentak
. Dengan variabel
bebas
volume e
nzim
1,3,
dan
5 ml
; massa ragi
5,10,
dan
15 gram
; w
aktu proses
SSF
144, 168
,
dan
192 jam
. Dan v
ariabel terikat
v
olume air
4
L; massa pati
800 gr
.
Pada proses l
ikuif
aksi
, s
uhu operasi
9
5°
C
dan pH
5
. Pada proses s
akarifikasi
, s
uhu operasi
30°C
da
n pH
4
.
Respon Pengamatan
Respon yang diamati adalah kadar glukosa selama proses hidrolisis dan kadar bioetanol
setelah mengalami
proses SSF dan proses distilasi.
Bahan dan Alat yang Digunakan
Pada penelitian, b
ahan
yang digunakan adalah pati singkong karet yang berasal dari Desa Tanjungsari,
Kabupaten Boyolali
; aquadest
didapat dari Laboratorium Proses Teknik Kimia
;
α
-
amylse
dan
Glukoamylase
berasal dari Denmark, pembelian melalui online dengan alamat Cibubur, Jakar
ta Timur 13770, Jakarta,
Indonesia
;
Saccaromyces cereviae
diperoleh dari Toko Bahan Kimia Serbasari Semarang
;
3
NPK
dan urea;
HCl 0,1N ,
NaOH 0,1 N,
Indikator MB
,
Fehling A
,
Fehling B
,
g
lu
k
os
a
s
tandard
diperoleh
dari
Laboratorium Dasar Teknik Kimia
Tangki
Fermentor
Air
Selang
Glukosa hasil
hidrolisis, ragi,
urea, dan NPK
Gambar
1.
Rangkaian
Alat Fermentasi
Bioetanol untuk Bahan
Bakar kompor rumah tangga
T
ermometer
Gambar 3.
5
Rangkaian
Alat Utama Pemurnia
n Bioetanol untuk
Bahan Bakar kompor rumah tangga
Kolom Distilasi
Air pendingin keluar
Air pendingin masuk
P
emanas
Tangki
ditilasi I
Produk Bioetanol
Bioetanol
Distilasi I
Kondensor
berisi air
pendingin
Crude
etanol hasil
fermentasi
Hasil
ditilasi
I
Tangki
Distilasi I
Tangki
Distilasi II
4
Prosedur Percobaan
Persiapan bahan b
aku
meliputi langkah
-
langkah sebagai berikut s
ingkong karet dikupas dan dicuci dengan air
agar bersih dari kotoran. Singkong karet kemudian dipotong lalu diparut. Parutan singkong
ditambahkan air
sehingga menjadi bubur
singkong karet. Bubur singkong karet diperas kemudian diendapkan dan akan
didapatkan pati basah. Selanjutnya pati basah dikeringkan dengan cara dijemur dan dioven
pada suhu 70
o
C
selama 2 jam. Singkong karet dibuat kering bertujuan agar lebih awet dan men
ghilangkan kandungan airnya
sehingga diperoleh pati singkong yang kering dan dapat disimpan dalam waktu lama
sebagai cadangan bahan
baku. Pati singkong karet yang telah kering diayak sehingga diperoleh pati dengan ukuran
partikel yang lebih
homogen.
Selanj
utnya p
roses
hidrolisis meliputi g
elatinasi
: p
ati singkong karet sebanyak 800 gr dicampur
dengan 4 L aquadest. Kemudian dimasak dengan suhu 95
o
C selama 40 menit sambil diaduk agar bagian bawah
bejana tidak lengket. Larutan pati yang sebelumnya encer, setel
ah dilakukan pemasakan akan berubah wujudnya
menjadi seperti bubur kental.
Proses hidrolisis yang kedua adalah
l
ikuifaksi
:
b
ubur pati singkong karet tersebut
ditambahkan enzim
α
-
amylse
sesuai variabel. Atur pH 5 dengan menggunakan HCl 0,1 N. Suhu yang
digu
nakan adalah 9
0
o
C. Waktu
likuifaksi
yang ditetapkan adalah selama 2 jam. Setelah proses likuifaksi selesai,
lakukan analisa glukosa.
Proses hidrolisis yang terakhir
adalah s
akarifikasi
: pen
ambah
an enzim
Glukoamylase
sesuai variabel
. Atur
pH 4
.
Proses ini
berlangsung dalam waktu 2 jam dan suhu 60
o
C.
Proses
f
ermentasi
dengan Metode
SSF
:
larutan substrat ditambahkan
Saccaromyces cereviae
sesuai variabel
. Tambahkan juga
2 gr
nutrien (NPK) dan
urea sebanyak 4 gr,
atur pH. Proses fermentasi berlangsung
sesuai
variabel yang ditentukan
dan suhu fermentasi adalah 30
o
C. Pada proses ini berlangsung dalam keadaan tertutup.
Kemudian kadar e
tanol
dianalisis dengan alkohol
meter.
3.
Hasil dan Pembahasan
Pengaruh volume enzim terhadap kadar glukosa
Proses hidrolisis pati
merupakan proses pengubahan molekul pati menjadi glukosa yang dilakukan dengan
bantuan enzim α
-
amylse
dan enzim glukoamilase. Pada penelitian ini pati yang digunakan sebanyak 800
gr dan volume enzim divariasi 1,3, dan 5 mL. Berdasarkan Gambar 3 menunjukk
an kadar glukosa naik
seiring naiknya konsentrasi enzim yang digunakan pada saat hidrolisis. Hal ini disebabkan
enzim α
-
amylse
dapat menghidrolisis ikatan α
-
1,4
-
glukosida dan α
-
1,6
-
glukosida menghasilkan glukosa. Sehingga kadar
glukosa yang dihasilkan menj
adi semakin besar.
Gambar 3. Pengaruh Penambahan Volume Enzim Terhadap Kadar Glukosa
Gambar 3. menunjukkan bahwa dengan volume enzim 1, 3 dan 5 mL, dihasilkan glukosa
dengan kadar
masing
–
masing 7,6%, 18% dan 26,67%. Higgins (1984) menyatakan bahwa kadar glukosa yang baik
untuk
proses fermentasi adalah 16
–
25%, yang akan menghasilkan
cru
de
etanol sebesar 6
–
12%. Konsentrasi glukosa
di atas 25% akan memperlambat fermentasi. Pada kadar glukosa 26,67% akan
menyebabkan terhambatnya
perkembangan
Saccharomyces cereviceae
pada proses fermentasi.(Erasmus, 2003). Dari hasil penelitian, dapat
disi
mpulkan bahwa volume enzim 3 mL menghasilkan kadar glukosa terbaik untuk fermentasi.
0
5
10
15
20
25
30
0
1
2
3
4
5
6
Kadar glukosa %
Volume Enzim (mL)
5
Acetobacter aceti
Pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar etanol
Tabel
2
.
Pengaruh Waktu Fermentasi terhadap Etanol yang Dihasilkan
Waktu
fermentasi
(jam)
Kadar crude
etanol (%)
Distilasi I
Distilasi II
%Etanol
Volume (mL)
%Etanol
Volume (mL)
144
5
30
1760
93
390
168
6
35
1545
94
420
192
3
15
726
91
210
Waktu fermentasi selama 144, 168, dan 192 jam berpengaruh secara signifikan terhadap
kadar bioetanol yang
diperoleh. Pada waktu fermentasi 168 jam, dihasilkan etanol dengan kadar paling tinggi
yaitu 6%. Hal ini
disebabkan pada waktu fermentasi 168 jam,
Sac
charomyces cerevisiae
memiliki aktivitas paling besar atau
berada pada fase eksponensial. Fase eksponensial merupakan fase untuk pembentukan
produk etanol yang
terbesar. Sedangkan waktu fermentasi 192 jam, kadar etanol yang dihasilkan mengalami
penurunan
karena
Saccharomyces cerevisiae
memasuki
death phase
sehingga jumlah mikroba yang tumbuh semakin melambat
dan tidak ada penambahan jumlah mikroba yang mengubah substrat menjadi etanol
sehingga etanol yang
terbentuk cenderung turun.
Gambar 4
Pengaruh
Waktu Fermentasi terhadap Yield
Gambar 4.
menunjukkan semakin lama waktu fermentasi maka etanol yang dihasilkan juga semakin
banyak.
Proses fermentasi dilakukan pada kondisi anaerob. Dari hasil percobaan, waktu fermentasi
selama 192 jam
mengalami penurunan
yield. Hal ini disebabkan kondisi pada saat proses fermentasi
dimungkinkan
tidak
sempurna karena adanya sedikit oksigen dalam tangki fermentasi menyebabkan tumbuhnya
Acetobacter aceti
yang dapat mengkonversi alkohol menjadi asam asetat yang ditandai denga
n bau asam pada sampel sehingga
terjadi penurunan yield. Reaksi oksidasi etanol menjadi asam asetat :
C
2
H
5
OH
+
O
2

CH
3
COOH
+
H
2
O
Pengaruh massa ragi terhadap kadar etanol
Pada variabel volume enzim dan waktu fermentasi
didapatkan hasil optimum untuk volume enzim sebanyak 3
mL dan waktu fermentasi selama 168 jam, oleh karena itu pada variabel pengaruh massa
ragi digunakan volume
enzim untuk hidrolisis sebanyak 3 mL dan waktu fermentasi selama 168 jam. Hasil
percobaan ten
tang pengaruh
massa ragi terhadap kadar etanol dapat dilihat pada tabel 2
Tabel
2
.
Pengaruh Massa Ragi terhadap Etanol yang Dihasilkan
Massa ragi
(gr)
Kadar crude
etanol (%)
Distilasi I
Distilasi II
%Etanol
Volume (mL)
%Etanol
Volume (mL)
5
1
20
1170
88
192
10
4
30
1140
92
335
15
6
35
1545
94
420
Pada proses fermentasi, massa ragi berpengaruh pada kadar etanol yang dihasilkan. Tabel
4.2 menunjukkan
bahwa semakin besar massa ragi yang ditambahkan maka semakin tinggi kadar etanol yang
dihasilkan. Hal ini
disebabkan semakin banyak ragi yang ditambahka
n maka mikroorganisme yang mengurai glukosa menjadi
etanolpun semakin banyak sehingga etanol yang dihasilkan kadarnya semakin besar.
0
0,2
0,4
0,6
140
150
160
170
180
190
200
yield (mL/gr)
waktu fermentasi (jam)
6
4.
K
esimpulan
Volume enzim merupakan
variabel yang berpengaruh dalam peningkatan kadar glukosa. Volume
enzim
terbaik
sebany
ak 3 mL mampu
menghidrolisis larutan 800 gr pati dalam 4 L yang menghasilkan
kadar
glukosa 18%.
Waktu fermentasi berpengaruh terhadap kadar bioetanol yang diperoleh. Dari t
iga variabel waktu
fermentasi,
waktu fermentasi 168 jam menghasilkan kadar bioetano
l tertinggi, yaitu 94%
.
Massa ragi
berpengaruh terhadap kadar etanol yang diperoleh. Semakin besar massa ragi maka
semakin besar kadar etanol
yang dihasilkan. Massa ragi 15 gr menghasilkan kadar bioetanol tertinggi, yaitu 94%
.
Bioetanol yang dihasilkan
dengan kadar 94% layak digunakan sebagai bahan bakar kompor rumah tangga
.
Daftar Pustaka
Coney, W., 1979, “Fermentation and Enzim Technology”. Ist ed, Jhon Willey And Sons, New
York.
Erasmus, Daniel J. et al.
Genome
-
wide expression analyses:Metabolic
adaptation of
Saccharomyces cerevisiae
to high sugar stress
.
FEMS Yeast Research
3: 375
-
399
Higgins, A. Raymond. 1984.
Engineering Metallurgy.
Part I, Fifth Edition. London: Hodder and Stoughton.
Marques,
S et al.
2006
.
Conversion of recycled paper sludge to ethanol by SHF and SSF using
Pichia
stipitis.
Departamento de Biotecnologia, INETI, Estrada do Paço do Lumiar 22, 1649
-
038 Lisboa,
Portugal
.
Othmer, Kirk., 1976.
Encyclopedy of Chemical Technology
. Edisi 2. Volume 8
Jhon Willey and Sons. New
York
Prescott, Samuel G., and Cecil G Dunn, 1959,
Industrial Microbiology
, third ed. McGraw
-
Hill Company:New
York

More Related Content

What's hot

Limbah kotoran manusia sebagai energi alternative
Limbah kotoran manusia sebagai energi alternativeLimbah kotoran manusia sebagai energi alternative
Limbah kotoran manusia sebagai energi alternativesuparman unkhair
 
Industri Biodiesel
Industri BiodieselIndustri Biodiesel
Industri Biodieselguest44b0b3
 
Makalah Pembuatan Biogas
Makalah Pembuatan BiogasMakalah Pembuatan Biogas
Makalah Pembuatan BiogasMeidina Yellisa
 
Artikel kadek anggra suprapta-1113031092
Artikel kadek anggra suprapta-1113031092Artikel kadek anggra suprapta-1113031092
Artikel kadek anggra suprapta-1113031092Anggra's Erend
 
Proses Biogas Limbah Peternakan Sapi Potong (Biogas Process from Waste of Fee...
Proses Biogas Limbah Peternakan Sapi Potong (Biogas Process from Waste of Fee...Proses Biogas Limbah Peternakan Sapi Potong (Biogas Process from Waste of Fee...
Proses Biogas Limbah Peternakan Sapi Potong (Biogas Process from Waste of Fee...Jajat Rohmana
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFRepository Ipb
 
Minyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekasMinyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekasIbenk Hallen
 
Ampas Sagu
Ampas SaguAmpas Sagu
Ampas SaguPT. RAPP
 
Makalah Biogas Kelompok 3 Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang
Makalah Biogas Kelompok 3  Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung PandangMakalah Biogas Kelompok 3  Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang
Makalah Biogas Kelompok 3 Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung PandangMuhammad Adnan
 
BIOREMEDIASI LIMBAH PADAT PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT
BIOREMEDIASI LIMBAH PADAT PABRIK MINYAK KELAPA SAWITBIOREMEDIASI LIMBAH PADAT PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT
BIOREMEDIASI LIMBAH PADAT PABRIK MINYAK KELAPA SAWITkeffin arighi
 
Recovery Metanol 2009
Recovery Metanol 2009Recovery Metanol 2009
Recovery Metanol 2009harwanti
 
PENGARUH PEMBERIAN LEVEL EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4) TERHADAP JUMLAH GAS D...
PENGARUH PEMBERIAN LEVEL EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4)  TERHADAP JUMLAH GAS D...PENGARUH PEMBERIAN LEVEL EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4)  TERHADAP JUMLAH GAS D...
PENGARUH PEMBERIAN LEVEL EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4) TERHADAP JUMLAH GAS D...Acio03
 
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...Linda Rosita
 
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWITTEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWITHajrah Nanda Putri
 
Pemanfaatan sagu
Pemanfaatan saguPemanfaatan sagu
Pemanfaatan saguAip aip
 
Teknologi pengolahan biodiesel
Teknologi pengolahan biodieselTeknologi pengolahan biodiesel
Teknologi pengolahan biodieselIbenk Hallen
 
JURNAL KIMIA ANDRI TRIANTO 41614110052
JURNAL KIMIA ANDRI TRIANTO 41614110052JURNAL KIMIA ANDRI TRIANTO 41614110052
JURNAL KIMIA ANDRI TRIANTO 41614110052andrieyza
 

What's hot (20)

Limbah kotoran manusia sebagai energi alternative
Limbah kotoran manusia sebagai energi alternativeLimbah kotoran manusia sebagai energi alternative
Limbah kotoran manusia sebagai energi alternative
 
Industri Biodiesel
Industri BiodieselIndustri Biodiesel
Industri Biodiesel
 
Makalah Pembuatan Biogas
Makalah Pembuatan BiogasMakalah Pembuatan Biogas
Makalah Pembuatan Biogas
 
Makalah biogas
Makalah biogas Makalah biogas
Makalah biogas
 
Biogas kimter
Biogas kimterBiogas kimter
Biogas kimter
 
Praktik biogas
Praktik biogasPraktik biogas
Praktik biogas
 
Artikel kadek anggra suprapta-1113031092
Artikel kadek anggra suprapta-1113031092Artikel kadek anggra suprapta-1113031092
Artikel kadek anggra suprapta-1113031092
 
Proses Biogas Limbah Peternakan Sapi Potong (Biogas Process from Waste of Fee...
Proses Biogas Limbah Peternakan Sapi Potong (Biogas Process from Waste of Fee...Proses Biogas Limbah Peternakan Sapi Potong (Biogas Process from Waste of Fee...
Proses Biogas Limbah Peternakan Sapi Potong (Biogas Process from Waste of Fee...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
Minyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekasMinyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekas
 
Ampas Sagu
Ampas SaguAmpas Sagu
Ampas Sagu
 
Makalah Biogas Kelompok 3 Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang
Makalah Biogas Kelompok 3  Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung PandangMakalah Biogas Kelompok 3  Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang
Makalah Biogas Kelompok 3 Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
BIOREMEDIASI LIMBAH PADAT PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT
BIOREMEDIASI LIMBAH PADAT PABRIK MINYAK KELAPA SAWITBIOREMEDIASI LIMBAH PADAT PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT
BIOREMEDIASI LIMBAH PADAT PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT
 
Recovery Metanol 2009
Recovery Metanol 2009Recovery Metanol 2009
Recovery Metanol 2009
 
PENGARUH PEMBERIAN LEVEL EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4) TERHADAP JUMLAH GAS D...
PENGARUH PEMBERIAN LEVEL EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4)  TERHADAP JUMLAH GAS D...PENGARUH PEMBERIAN LEVEL EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4)  TERHADAP JUMLAH GAS D...
PENGARUH PEMBERIAN LEVEL EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4) TERHADAP JUMLAH GAS D...
 
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
 
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWITTEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT
 
Pemanfaatan sagu
Pemanfaatan saguPemanfaatan sagu
Pemanfaatan sagu
 
Teknologi pengolahan biodiesel
Teknologi pengolahan biodieselTeknologi pengolahan biodiesel
Teknologi pengolahan biodiesel
 
JURNAL KIMIA ANDRI TRIANTO 41614110052
JURNAL KIMIA ANDRI TRIANTO 41614110052JURNAL KIMIA ANDRI TRIANTO 41614110052
JURNAL KIMIA ANDRI TRIANTO 41614110052
 

Similar to Pembuatan bioetanol dari singkong karet

makalah pembuatan bioetanol dari jerami padi
makalah pembuatan bioetanol dari jerami padimakalah pembuatan bioetanol dari jerami padi
makalah pembuatan bioetanol dari jerami padiAnanda Magfirah
 
Pembuatan bioetanol dari kulit pisang
Pembuatan bioetanol dari kulit pisangPembuatan bioetanol dari kulit pisang
Pembuatan bioetanol dari kulit pisangErvi Afifah
 
ppt pembuatan bioetanol dari jerami padi
ppt pembuatan bioetanol dari jerami padippt pembuatan bioetanol dari jerami padi
ppt pembuatan bioetanol dari jerami padiAnanda Magfirah
 
pembuatan bioetanol dari salak busuk
pembuatan bioetanol dari salak busukpembuatan bioetanol dari salak busuk
pembuatan bioetanol dari salak busukAnggi Dharma Roesadi
 
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptx
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptxPPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptx
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptxamranfadila1
 
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITLIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITriesonetwo
 
Pengembangan produksi minyak serai wangi sebagai bioaditif pada bahan bakar ...
Pengembangan produksi minyak serai wangi sebagai bioaditif  pada bahan bakar ...Pengembangan produksi minyak serai wangi sebagai bioaditif  pada bahan bakar ...
Pengembangan produksi minyak serai wangi sebagai bioaditif pada bahan bakar ...Hendro Baskoro
 
Makalah konversi kulit pisang menjadi bioetanol
Makalah konversi kulit pisang menjadi bioetanolMakalah konversi kulit pisang menjadi bioetanol
Makalah konversi kulit pisang menjadi bioetanolAhmad Dzikrullah
 
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdfadmin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdfananganang17031998
 
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi Biogas
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi BiogasTeknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi Biogas
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi BiogasRamaiyulis Ramai
 
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...Repository Ipb
 
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_Lailan Ni'mah
 
HASIL DISKUSI 30 NOVEMBER 2019.pptx
HASIL DISKUSI 30 NOVEMBER 2019.pptxHASIL DISKUSI 30 NOVEMBER 2019.pptx
HASIL DISKUSI 30 NOVEMBER 2019.pptxfarida131037
 
peper karya ilmiah energi terbarukan pada masa kini 2020
peper karya ilmiah energi terbarukan pada masa kini 2020peper karya ilmiah energi terbarukan pada masa kini 2020
peper karya ilmiah energi terbarukan pada masa kini 2020afif Prabowo
 

Similar to Pembuatan bioetanol dari singkong karet (20)

Alkohol. second
Alkohol. secondAlkohol. second
Alkohol. second
 
PPT jurnal kimia (1).pptx
PPT jurnal kimia (1).pptxPPT jurnal kimia (1).pptx
PPT jurnal kimia (1).pptx
 
makalah pembuatan bioetanol dari jerami padi
makalah pembuatan bioetanol dari jerami padimakalah pembuatan bioetanol dari jerami padi
makalah pembuatan bioetanol dari jerami padi
 
Pembuatan bioetanol dari kulit pisang
Pembuatan bioetanol dari kulit pisangPembuatan bioetanol dari kulit pisang
Pembuatan bioetanol dari kulit pisang
 
PPT KEL 17 BIOETANOL.pptx
PPT KEL 17 BIOETANOL.pptxPPT KEL 17 BIOETANOL.pptx
PPT KEL 17 BIOETANOL.pptx
 
ppt pembuatan bioetanol dari jerami padi
ppt pembuatan bioetanol dari jerami padippt pembuatan bioetanol dari jerami padi
ppt pembuatan bioetanol dari jerami padi
 
pembuatan bioetanol dari salak busuk
pembuatan bioetanol dari salak busukpembuatan bioetanol dari salak busuk
pembuatan bioetanol dari salak busuk
 
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptx
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptxPPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptx
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptx
 
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITLIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
 
4647 10527-1-pb (1)
4647 10527-1-pb (1)4647 10527-1-pb (1)
4647 10527-1-pb (1)
 
Pengembangan produksi minyak serai wangi sebagai bioaditif pada bahan bakar ...
Pengembangan produksi minyak serai wangi sebagai bioaditif  pada bahan bakar ...Pengembangan produksi minyak serai wangi sebagai bioaditif  pada bahan bakar ...
Pengembangan produksi minyak serai wangi sebagai bioaditif pada bahan bakar ...
 
Makalah konversi kulit pisang menjadi bioetanol
Makalah konversi kulit pisang menjadi bioetanolMakalah konversi kulit pisang menjadi bioetanol
Makalah konversi kulit pisang menjadi bioetanol
 
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdfadmin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
 
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi Biogas
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi BiogasTeknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi Biogas
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi Biogas
 
Produk Bioetanol Ubi Singkong Kelas 5J/Kel 3 .pptx
Produk Bioetanol Ubi Singkong Kelas 5J/Kel 3 .pptxProduk Bioetanol Ubi Singkong Kelas 5J/Kel 3 .pptx
Produk Bioetanol Ubi Singkong Kelas 5J/Kel 3 .pptx
 
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...
 
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_
 
HASIL DISKUSI 30 NOVEMBER 2019.pptx
HASIL DISKUSI 30 NOVEMBER 2019.pptxHASIL DISKUSI 30 NOVEMBER 2019.pptx
HASIL DISKUSI 30 NOVEMBER 2019.pptx
 
peper karya ilmiah energi terbarukan pada masa kini 2020
peper karya ilmiah energi terbarukan pada masa kini 2020peper karya ilmiah energi terbarukan pada masa kini 2020
peper karya ilmiah energi terbarukan pada masa kini 2020
 
PPT BIOETANOL KELOMPOK 16 KELAS 5J.pptx
PPT BIOETANOL KELOMPOK 16 KELAS 5J.pptxPPT BIOETANOL KELOMPOK 16 KELAS 5J.pptx
PPT BIOETANOL KELOMPOK 16 KELAS 5J.pptx
 

Pembuatan bioetanol dari singkong karet

  • 1. PEMBUATAN BIOETANOL DARI SINGKONG KARET ( Manihot glaziovii ) UNTUK BAHAN BAKAR KOMPOR RUMAH TANGGA SEBAGAI UPAYA MEMPERCEPAT KONVERSI MINYAK TANAH KE BAHAN BAKAR NABAT PEMBUATAN BIOETANOL DARI SINGKONG KARET ( Manihot glaziovii ) UNTUK BAHAN BAKAR KOMPOR RUMAH TANGGA SEBAGAI UPAYA MEMPERCEPAT KONVERSI MINYAK TANAH KE BAHAN BAKAR NABAT 1 PEMBUATAN BIOETANOL DARI SINGKONG KARET ( Manihot glaziovii ) UNTUK BAHAN BAKAR KOMPOR RUMAH TANGGA SEBAGAI UPAYA MEMPERCEPAT KONVERSI MINYAK TANAH KE BAHAN BAKAR
  • 2. NABATI Mira Amalia Hapsari (L2C009100) dan Alice Pramashinta (L2C009110) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jalan Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax : (024) 7460058 Pembimbing :Aprilina Purbasari,ST, MT Abstrak Singkong karet (Manihot glaziovii) mer upakan umbi yang tidak termasuk bahan makanan karena mengandung unsur kimia asam sianida (HCN) yang bersifat racun. Kandungan k arbohidrat dalam ubi mencapai 98,5 % sehingga umbi ini layak dikonversi menjadi bioetanol. Bioetanol merupakan produk dari hidrolisis pati menjadi glukosa secara enzi matis yang dilanjutkan fermentasi glukosa menggunakan ragi Saccharomyces cereviceae secara an - aerob menjadi bioetanol . Penelitian ini bertujuan untuk mencari waktu optimum dan pengaruh massa ragi terhadap kadar bioetanol yang dihasilkan sebagai bahan baka r kompor rumah tangga. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, meliputi hidrolisis pati singkong secara enzimatis untuk dijadikan glukosa dilanjutkan fermentasi glukosa menjadi bioetanol. Pemurnian bioetanol dilakukan dengan proses destilasi. Analisis kadar glukosa dilakukan dengan titrasi menggunakan Fehling A dan B, sedangkan pengukuran kadar etanol dengan alkoholmeter . Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume enzim optimum adalah 3 mL yang menghasilkan kadar glukosa 18% yang baik untuk fe rmentasi. Hasil yang telah dicapai untuk variabel waktu fermentasi 144, 168 dan 192 jam didapatkan kadar etanol paling tinggi yaitu 94% pada waktu fermentasi 168 jam, sedangkan untuk variabel massa ragi 5,10,dan 15 gr didapatkan kadar etanol paling tinggi yaitu 94% pada massa ragi 15 gr. Kata kunci : destilasi; bioetanol; singkong karet ; kompor rumah tangga
  • 3. Abstract Manihot glaziovii is a tuber that non - food corps, because it contains cyanide acid (HCN) which are toxic. Carbohydrate content in cassava tubers is 98,5 % so it is worth to be converted to bioethanol. Bioethanol is a product of hydrolysis of starch to glucose, followed by enzymatic fermentation of glucose using yeast Saccharomyces cereviceae to ethanol. The purpose of this study is to find th e optimum time and mass effect on of yeast to produced ethanol as a fuel household stoves. The research was carried out in several stages, including the enzymatic hydrolysis of cassava starch to glucose and continued fermentation of glucose to ethanol. Bio ethanol purification is done by distillation process. The main tool that used is fermentor and distillation tower as a means of separating ethanol from water. Analysis of glucose levels is done by titration using Fehling A and B, while the ethanol concentr ation measurements with alkoholmeter. The results showed that the optimum volume was 3 mL enzyme that produces glucose level of 18% which is good for fermentation. The results that have been achieved for the fermentation time variable 144, 168 and 192 hour s earned the highest ethanol content is 94% at 168 hours fermentation time, while for variable mass 5.10 yeast, and 15 g obtained the highest ethanol content is 94% in mass yeast 15 gr. Key words : distillation;bioethanol; Manihot glaziovii; stoves 2 1. P endahuluan Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi yang tidak dapat diperbaharui atau non renewable. Keberadaannya hingga saat ini menempati urutan pertama sebagai sumber energi. Salah satu turunan minyak bumi yang banyak digunakan pada industri kecil dan rumah tangga adalah minyak tanah. Upaya pemerintah untuk mengalihkan penggunaan minyak tanah ke bahan bakar lain perlu didukung. Saat ini pengalihan penggunaan minyak tanah ke bahan bakar gas banyak menemui kendala antara lain banyaknya kasus ke bakaran yang disebabkan oleh bahan bakar gas, karena sifat gas yang selalu memenuhi ruangan sehingga apabila terjadi
  • 4. percikan api dalam kompor akan memicu kebakaran di sekitar nya. Oleh karena itu pengalihan atau konversi minyak tanah tidak harus ke bahan bakar gas tetapi juga dapat ke bioetanol yang bersifat lebih ramah lingkungan dan tidak membahayakan lingkungan. Bioetanol mempunyai kelebihan selain ramah lingkungan, penggunaannya sebagai bahan bakar kompor terbukti lebih hemat dan efisien proses pembaka rannya. Selain itu, pembuatannya bisa dilakukan di rumah dengan mudah dan lebih ekonomis dibandingkan menggunakan minyak tanah. Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat (pati) menggunakan bantuan mikroorganisme. Produksi bioetanol dari tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (gl ukosa). Pada hidrolisis enzimatis dikenal ada dua metode yaitu SHF dan SSF . Metode SSF menjadi sangat penting untuk dikembangkan karena dapat mempersingkat proses pembuatan bioetanol (Marques,2007). Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah memanf aatkan pati yang terkandung dalam singkong karet ( Manihot glaziovii ). Singkong karet merupakan salah satu jenis singkong pohon yang mengandung senyawa beracun, yaitu asam sianida (HCN), sehingga tidak diperjualbelikan dan kurang dimanfaatkan oleh masyaraka t. Tanaman singkong karet ini dapat menghasilkan ubi dengan berat hampir empat kali lipat dibandingkan singkong biasa sehingga apabila dijadikan bahan baku pembuatan bioetanol sangat layak dari segi ketersediaannya, artinya untuk ketersediaan sebagai bahan baku baku cukup aman. Kandungan pati dalam umbi dapat dikonversi menjadi bioetanol. Tabel 2.1. Kandungan pati singkong karet. No. Analisa Kadar 100% BK 1. Kadar Abu 0,4734 2. Kadar Lemak Kasar 0,5842 3. Kadar Serat Kasar 0,0067 4. Kadar Protein Kasar 0,4750 5.
  • 5. Kadar Karbohidrat 98,4674 Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak FP Undip Bioetanol yang dihasilakan dalam penelitian ini diuji cobakan pada k ompor bioetanol . Uji yang dilakukan m eliputi uji nyala secara fisis. Nyala api yang lebih biru menandakan bioetanol yang digunakan mempunyai kadar yang lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mempelajari data pengaruh volume enzim pada proses likuifaksi dan sakarifikasi terhadap kadar glukosa yang diperoleh (2) Me ncari waktu optimum pada proses SSF untuk pembuatan bioetanol kadar minimal 80% yang memenuhi spesifikasi sebagai bahan bakar kompor rumah tangga dan (3) Mempelajari data pengaruh massa ragi pada proses fermentasi terhadap kadar bioetanol minimal 80% yang memenuhi spesifikasi sebagai bahan bakar kompor rumah tangga. 2. Bahan dan Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah SSF ( Simultaneous Saccarification Fermentation ) yaitu proses hidrolisis dan fermentasi dilakukan secara serentak . Dengan variabel bebas volume e nzim 1,3, dan 5 ml ; massa ragi 5,10, dan 15 gram ; w aktu proses SSF 144, 168 , dan 192 jam . Dan v ariabel terikat v olume air 4 L; massa pati 800 gr .
  • 6. Pada proses l ikuif aksi , s uhu operasi 9 5° C dan pH 5 . Pada proses s akarifikasi , s uhu operasi 30°C da n pH 4 . Respon Pengamatan Respon yang diamati adalah kadar glukosa selama proses hidrolisis dan kadar bioetanol setelah mengalami proses SSF dan proses distilasi. Bahan dan Alat yang Digunakan Pada penelitian, b ahan yang digunakan adalah pati singkong karet yang berasal dari Desa Tanjungsari, Kabupaten Boyolali ; aquadest didapat dari Laboratorium Proses Teknik Kimia ; α - amylse dan Glukoamylase berasal dari Denmark, pembelian melalui online dengan alamat Cibubur, Jakar ta Timur 13770, Jakarta, Indonesia ; Saccaromyces cereviae diperoleh dari Toko Bahan Kimia Serbasari Semarang ; 3 NPK dan urea; HCl 0,1N , NaOH 0,1 N, Indikator MB , Fehling A , Fehling B , g
  • 7. lu k os a s tandard diperoleh dari Laboratorium Dasar Teknik Kimia Tangki Fermentor Air Selang Glukosa hasil hidrolisis, ragi, urea, dan NPK Gambar 1. Rangkaian Alat Fermentasi Bioetanol untuk Bahan Bakar kompor rumah tangga T ermometer Gambar 3. 5 Rangkaian Alat Utama Pemurnia n Bioetanol untuk Bahan Bakar kompor rumah tangga Kolom Distilasi Air pendingin keluar Air pendingin masuk P emanas Tangki ditilasi I Produk Bioetanol Bioetanol Distilasi I Kondensor berisi air pendingin Crude etanol hasil fermentasi Hasil ditilasi
  • 8. I Tangki Distilasi I Tangki Distilasi II 4 Prosedur Percobaan Persiapan bahan b aku meliputi langkah - langkah sebagai berikut s ingkong karet dikupas dan dicuci dengan air agar bersih dari kotoran. Singkong karet kemudian dipotong lalu diparut. Parutan singkong ditambahkan air sehingga menjadi bubur singkong karet. Bubur singkong karet diperas kemudian diendapkan dan akan didapatkan pati basah. Selanjutnya pati basah dikeringkan dengan cara dijemur dan dioven pada suhu 70 o C selama 2 jam. Singkong karet dibuat kering bertujuan agar lebih awet dan men ghilangkan kandungan airnya sehingga diperoleh pati singkong yang kering dan dapat disimpan dalam waktu lama sebagai cadangan bahan baku. Pati singkong karet yang telah kering diayak sehingga diperoleh pati dengan ukuran partikel yang lebih homogen. Selanj utnya p roses hidrolisis meliputi g elatinasi : p ati singkong karet sebanyak 800 gr dicampur dengan 4 L aquadest. Kemudian dimasak dengan suhu 95 o C selama 40 menit sambil diaduk agar bagian bawah bejana tidak lengket. Larutan pati yang sebelumnya encer, setel ah dilakukan pemasakan akan berubah wujudnya menjadi seperti bubur kental. Proses hidrolisis yang kedua adalah l ikuifaksi : b ubur pati singkong karet tersebut ditambahkan enzim α - amylse sesuai variabel. Atur pH 5 dengan menggunakan HCl 0,1 N. Suhu yang digu nakan adalah 9
  • 9. 0 o C. Waktu likuifaksi yang ditetapkan adalah selama 2 jam. Setelah proses likuifaksi selesai, lakukan analisa glukosa. Proses hidrolisis yang terakhir adalah s akarifikasi : pen ambah an enzim Glukoamylase sesuai variabel . Atur pH 4 . Proses ini berlangsung dalam waktu 2 jam dan suhu 60 o C. Proses f ermentasi dengan Metode SSF : larutan substrat ditambahkan Saccaromyces cereviae sesuai variabel . Tambahkan juga 2 gr nutrien (NPK) dan urea sebanyak 4 gr, atur pH. Proses fermentasi berlangsung sesuai variabel yang ditentukan dan suhu fermentasi adalah 30 o C. Pada proses ini berlangsung dalam keadaan tertutup. Kemudian kadar e tanol dianalisis dengan alkohol meter. 3. Hasil dan Pembahasan Pengaruh volume enzim terhadap kadar glukosa Proses hidrolisis pati merupakan proses pengubahan molekul pati menjadi glukosa yang dilakukan dengan bantuan enzim α - amylse dan enzim glukoamilase. Pada penelitian ini pati yang digunakan sebanyak 800 gr dan volume enzim divariasi 1,3, dan 5 mL. Berdasarkan Gambar 3 menunjukk an kadar glukosa naik
  • 10. seiring naiknya konsentrasi enzim yang digunakan pada saat hidrolisis. Hal ini disebabkan enzim α - amylse dapat menghidrolisis ikatan α - 1,4 - glukosida dan α - 1,6 - glukosida menghasilkan glukosa. Sehingga kadar glukosa yang dihasilkan menj adi semakin besar. Gambar 3. Pengaruh Penambahan Volume Enzim Terhadap Kadar Glukosa Gambar 3. menunjukkan bahwa dengan volume enzim 1, 3 dan 5 mL, dihasilkan glukosa dengan kadar masing – masing 7,6%, 18% dan 26,67%. Higgins (1984) menyatakan bahwa kadar glukosa yang baik untuk proses fermentasi adalah 16 – 25%, yang akan menghasilkan cru de etanol sebesar 6 – 12%. Konsentrasi glukosa di atas 25% akan memperlambat fermentasi. Pada kadar glukosa 26,67% akan menyebabkan terhambatnya perkembangan Saccharomyces cereviceae pada proses fermentasi.(Erasmus, 2003). Dari hasil penelitian, dapat disi mpulkan bahwa volume enzim 3 mL menghasilkan kadar glukosa terbaik untuk fermentasi. 0 5 10 15 20 25 30 0 1 2 3 4 5 6 Kadar glukosa % Volume Enzim (mL) 5
  • 11. Acetobacter aceti Pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar etanol Tabel 2 . Pengaruh Waktu Fermentasi terhadap Etanol yang Dihasilkan Waktu fermentasi (jam) Kadar crude etanol (%) Distilasi I Distilasi II %Etanol Volume (mL) %Etanol Volume (mL) 144 5 30 1760 93 390 168 6 35 1545 94 420 192 3 15 726 91 210 Waktu fermentasi selama 144, 168, dan 192 jam berpengaruh secara signifikan terhadap kadar bioetanol yang diperoleh. Pada waktu fermentasi 168 jam, dihasilkan etanol dengan kadar paling tinggi yaitu 6%. Hal ini disebabkan pada waktu fermentasi 168 jam, Sac charomyces cerevisiae memiliki aktivitas paling besar atau berada pada fase eksponensial. Fase eksponensial merupakan fase untuk pembentukan produk etanol yang terbesar. Sedangkan waktu fermentasi 192 jam, kadar etanol yang dihasilkan mengalami penurunan karena Saccharomyces cerevisiae memasuki death phase sehingga jumlah mikroba yang tumbuh semakin melambat dan tidak ada penambahan jumlah mikroba yang mengubah substrat menjadi etanol sehingga etanol yang
  • 12. terbentuk cenderung turun. Gambar 4 Pengaruh Waktu Fermentasi terhadap Yield Gambar 4. menunjukkan semakin lama waktu fermentasi maka etanol yang dihasilkan juga semakin banyak. Proses fermentasi dilakukan pada kondisi anaerob. Dari hasil percobaan, waktu fermentasi selama 192 jam mengalami penurunan yield. Hal ini disebabkan kondisi pada saat proses fermentasi dimungkinkan tidak sempurna karena adanya sedikit oksigen dalam tangki fermentasi menyebabkan tumbuhnya Acetobacter aceti yang dapat mengkonversi alkohol menjadi asam asetat yang ditandai denga n bau asam pada sampel sehingga terjadi penurunan yield. Reaksi oksidasi etanol menjadi asam asetat : C 2 H 5 OH + O 2  CH 3 COOH + H 2 O Pengaruh massa ragi terhadap kadar etanol Pada variabel volume enzim dan waktu fermentasi didapatkan hasil optimum untuk volume enzim sebanyak 3 mL dan waktu fermentasi selama 168 jam, oleh karena itu pada variabel pengaruh massa ragi digunakan volume enzim untuk hidrolisis sebanyak 3 mL dan waktu fermentasi selama 168 jam. Hasil percobaan ten tang pengaruh massa ragi terhadap kadar etanol dapat dilihat pada tabel 2 Tabel 2 . Pengaruh Massa Ragi terhadap Etanol yang Dihasilkan Massa ragi (gr) Kadar crude etanol (%) Distilasi I Distilasi II %Etanol Volume (mL) %Etanol
  • 13. Volume (mL) 5 1 20 1170 88 192 10 4 30 1140 92 335 15 6 35 1545 94 420 Pada proses fermentasi, massa ragi berpengaruh pada kadar etanol yang dihasilkan. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa semakin besar massa ragi yang ditambahkan maka semakin tinggi kadar etanol yang dihasilkan. Hal ini disebabkan semakin banyak ragi yang ditambahka n maka mikroorganisme yang mengurai glukosa menjadi etanolpun semakin banyak sehingga etanol yang dihasilkan kadarnya semakin besar. 0 0,2 0,4 0,6 140 150 160 170 180 190 200 yield (mL/gr) waktu fermentasi (jam) 6 4. K esimpulan Volume enzim merupakan variabel yang berpengaruh dalam peningkatan kadar glukosa. Volume enzim terbaik sebany ak 3 mL mampu menghidrolisis larutan 800 gr pati dalam 4 L yang menghasilkan kadar glukosa 18%. Waktu fermentasi berpengaruh terhadap kadar bioetanol yang diperoleh. Dari t iga variabel waktu fermentasi,
  • 14. waktu fermentasi 168 jam menghasilkan kadar bioetano l tertinggi, yaitu 94% . Massa ragi berpengaruh terhadap kadar etanol yang diperoleh. Semakin besar massa ragi maka semakin besar kadar etanol yang dihasilkan. Massa ragi 15 gr menghasilkan kadar bioetanol tertinggi, yaitu 94% . Bioetanol yang dihasilkan dengan kadar 94% layak digunakan sebagai bahan bakar kompor rumah tangga . Daftar Pustaka Coney, W., 1979, “Fermentation and Enzim Technology”. Ist ed, Jhon Willey And Sons, New York. Erasmus, Daniel J. et al. Genome - wide expression analyses:Metabolic adaptation of Saccharomyces cerevisiae to high sugar stress . FEMS Yeast Research 3: 375 - 399 Higgins, A. Raymond. 1984. Engineering Metallurgy. Part I, Fifth Edition. London: Hodder and Stoughton. Marques, S et al. 2006 . Conversion of recycled paper sludge to ethanol by SHF and SSF using Pichia stipitis. Departamento de Biotecnologia, INETI, Estrada do Paço do Lumiar 22, 1649 - 038 Lisboa, Portugal . Othmer, Kirk., 1976. Encyclopedy of Chemical Technology . Edisi 2. Volume 8 Jhon Willey and Sons. New York Prescott, Samuel G., and Cecil G Dunn, 1959, Industrial Microbiology , third ed. McGraw - Hill Company:New York