SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 1
Ekologi Mikroorganisme
Mikrobiologi Umum
Semester Genap 2012/2013
Esti Widowati,S.Si.,M.P
Pengaruh Faktor Abiotik dan Faktor Tumbuh
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 2
Faktor Fisika
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 3
Suhu
 Daya tahan MO ditentukan oleh tinggi suhu,
paparan dalam suhu, pemanasan dalam kondisi
kering atau basah, pH dan sifat lain media
 Suhu minimum adalah suhu paling rendah saat
aktivitas fisiologis masih berlangsung dan
sebaliknya pada suhu maksimum.
 Suhu optimum adalah suhu terbaik dan dekat
dengan suhu maksimum.
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 4
 termofil (politermik) : tumbuh baik pada suhu 55-65°C. Batas suhu
40-80°C dan suhu optimum antara 50-60°C. Misalnya Thermus
aquaticus, Bacillus caldolyticus dan Bacillus caldotenax.
Kelompok mikroorganisme termofilik (stenotermofil)(termofil obligat)
yang tumbuh baik pada 60°C dan tidak dapat tumbuh pada suhu 30°C
Euritermofil (termofil fakultatif) yang masih dapat tumbuh pada suhu
dibawah 30°C.
 mesofil (mesotermik) : suhu 5-60°C dengan suhu optimum 25-40°C.
Suhu 15-55°C dan suhu optimum 25-37°C.
 psikrofil (oligotermik) : batas suhu 0-3°C dengan suhu optimum
10-20°C. Suhu 0-30°C dan suhu optimum 15°C.
 stenotermik : golongan bakteri yang hidup pada kisaran suhu sempit
yaitu 30-40°C misalnya Gonococcus sp.
 euritermik : golongan bakteri yang hidup pada kisaran suhu lebar yaitu
8-46°C. Misalnya E.coli.
Pembagian Mikroorganisme
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 5
 Bakteri dipanasi dalam air akan lebih cepat mati
daripada dalam buih.
 Protein dalam kondisi pemanasan basah lebih cepat
menggumpal pada suhu yang sama. Pemanasan
kering suhu lebih tinggi dan waktu yang lebih lama.
 Faktor yang mempengaruhi titik kematian thermal :
waktu, suhu, kelembapan, bentuk dan jenis spora, usia
mikroorganisme, pH dan komposisi media.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan terhadap
panas : waktu yang diperlukan untuk membunuh spora
akan berkurang dengan naiknya suhu
Suhu Tinggi
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 6
 Setiap kenaikan suhu 10°C terjadi peningkatan kecepatan
reaksi 2-3 kali lipat. Suhu yang tinggi menyebabkan
denaturasi protein sel.
 Spora bakteri termofil menyulitkan dalam pasteurisasi dan
pengawetan makanan.
 Bakteri psikrofil menyulitkan penyimpanan dalam lemari
pendingin.
 Thermal Death Point (TDT)
nilai suhu yang serendah-rendahnya dapat membunuh
bakteri yang berada dalam standar medium selama 10
menit pada kondisi tertentu.
 Thermal Death Rate terjadi karena perbedaan kematian
pada suhu berbeda. Bakteri berspora pemanasan diatas
titik didih dalam waktu tertentu.
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 7
 Bakteri umumnya lebih tahan pada kondisi dingin.
 Pembekuan tidak berpengaruh terhadap spora (spora
mengandung sedikit air)
 Bakteri mati jika dibekukan dalam air bukan dalam buih.
 Pembekuan spora pada suhu -16°C (es dan garam) lebih
efektif daripada pembekuan mendadak dalam udara pada
suhu -190°C.
 Pembekuan secara terputus-putus lebih efektif daripada
terus-menerus.
 Kematian sel : perubahan koloidal protoplasma irreversibel,
denaturasi atau koagulasi protein sel, aw turun, air
mengkristal.
Suhu Rendah
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 8
 Pembekuan (usaha penyimpanan dan pengawetan).
Proses ini dapat dilakukan dengan nitrogen cair.
 Pendinginan secara cepat dari suhu optimal ke 0°C dapat
menyebabkan kematian (cold shock) karena terjadi
perubahan lipid pada membran.
 Efek letal : denaturasi atau flokulasi protein sel atau enzim
rusak
 Ketahanan sel dipengaruhi faktor internal sel, cara
pembekuan, suhu beku, lama pembekuan, kecepatan
pencairan, ada tidaknya cryoprotectant atau kombinasi
faktor diatas, fase pertumbuhan sel atau fase
eksponensial.
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 9
Pengaruh kebasahan dan kekeringan
Proses pengeringan dapat membunuh bakteri jika
kondisinya
 pengeringan dengan cahaya terang lebih berefek
daripada dalam gelap
 pengeringan pada suhu tubuh lebih berefek daripada
suhu beku
 pengeringan dalam udara lebih baik karena ada faktor
oksidasi daripada dalam kondisi vakum
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 10
 Kelembapan pada suhu tinggi mempercepat koagulasi
protein.
 Mikroorganisme lebih cepat mati dalam pemanasan
dengan media asam atau basa.
 Partikel senyawa meningkatkan resistensi terhadap panas
dan menghalangi penetrasi panas kedalam media.
 Kelembapan optimum diatas 85% (bakteri) dan dibawah
80% (jamur).
 Nilai aw bakteri antara 0,9-0,999 sedangkan untuk bakteri
halofilik mendekati 0,75.
 Pengeringan protoplasma menyebabkan aktivitas sel
terhenti dan sel rusak karena pengaruh tekanan osmosis.
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 11
Pengaruh perubahan nilai osmosis
 Media isotonis terhadap isi sel.
 Kondisi hipertonis menyebabkan plasmolisis.
 Perubahan nilai osmosis terjadi perlahan membantu
bakteri beradaptasi.
 Larutan hipertonis menghambat pertumbuhan (Prinsip
manisan atau asinan).
 Mikroorganisme yang beradaptasi dengan konsentrasi
gula atau garam tinggi : osmofil. Mikroorganisme yang
tahan dalam larutan dengan kandungan garam sampai
30% disebut halodurik.
 Garam bersifat hidrasi sehingga aw turun.
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 12
pH
 Batas pH mikroorganisme adalah antara 6,5-7,5
untuk bakteri, 4,0-4,5 untuk ragi dan rentang pH
yang luas untuk kapang dan actinomycetes.
 Pembagian mikroorganisme berdasarkan rentang
pH adalah
1. asidofilik yang dapat tumbuh pada pH 2,0-5,0
2. mesofilik (neutrofilik) yang dapat tumbuh pada pH
antara 5,5-8,0
3. alkalifilik yang dapat tumbuh pada pH 8,4-9,5
 Sel berusaha memompa proton keluar sehingga sel
mengalami kehilangan gradien konsentrasi atau
denaturasi karena asam.
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 13
Pengaruh senyawa toksik
 Ion-ion logam (Hg, Ag, Cu, Au, Zn, Li dan Pb)
 Ion logam berat dapat bereaksi dengan gugus
senyawa sel. Daya bunuh ini disebut oligodinamik.
Misalnya ion Hg2+
yang bergabung dengan gugus
sufhidril (-SH) pada enzim akan menghambat aktivitas
enzim. Ion Li+
dan Zn2+
akan menghentikan aktivitas
enzim karena kation ini bersifat antagonis dengan H+
.
 Hal ini dapat terjadi sebaliknya jika pH ditingkatkan
sehingga efek toksisitas enzim dapat dikurangi.
Logam
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 14
 Anion (sulfat, tartrat, klorida, nitrat dan benzoat)
 Sifat toksik alkali tergantung pada logam
penyusunnya. Misalnya konsentrasi –OH yang sama
pada larutan Ba(OH)2
lebih toksik daripada pada
NaOH karena Ba2+
bersifat lebih toksik daripada Na+
.
 Prinsip ini digunakan dalam pengawetan makanan.
 Sifat toksik disebabkan oleh molekul asam organik
terhadap gugus di dalam sel.
Anion
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 15
Pengaruh cahaya dan arus listrik
 Cahaya 240-300 nm (gelombang pendek). Bakteri terganggu atau mati.
Spora dan virus tahan pada sinar UV.
 Energi sinar X, γ dan UV digunakan dalam sterilisasi air dan
pengawetan makanan.
 Faktor yang mempengaruhi resistensi : komposisi kimia dan fisik bahan,
suhu, aw dan kondisi sel.
 Cahaya gelombang panjang punya efek fotodinamik dan biofisik.
 Radiasi menyebabkan ionisasi komponenen, kematian, mutasi atau
penghambatan pertumbuhan sel.
 Panas atau senyawa yang muncul dalam media seperti ozon dan klor
dapat mematikan sel.
 Arus AC atau DC voltase tinggi mempengaruhi komponen medium.
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 16
Pengaruh hidrostatik dan mekanik
 Tekanan 600 atm dapat menghentikan
perkembangbiakan. Tekanan 6.000 atm membunuh
bakteri. Tekanan 12.000 atm membunuh spora.
 Pengguncangan media tidak berbahaya kecuali terdapat
pecahan kaca, tanah radiolaria atau foraminifera.
 Pengguncangan 9.000 kali/detik membunuh bakteri
 Beberapa mikoorganisme dapat hidup dengan tekanan
tinggi : barofilik.
 Tekanan tinggi menyebabkan peningkatan reaksi kimia,
pengecilan volume koloid organik dan meningkatkan
viskositas cairan serta dissosiasi elektrolit.
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 17
Pengaruh Tegangan Permukaan
 Tegangan permukaan mempengaruhi cairan (cairan
permukaan seperti membran elastis).
 Perubahan tegangan dinding sel mempengaruhi
perubahan morfologi dan aktivitas fisiologis.
 Senyawa sabun dan deterjen dapat diadsorbsi oleh
permukaan interfasial (permukaan antara udara dan
cairan) (Tween 80 dan Triton A20).
 Bakteri di saluran pencernaan tahan tegangan
permukaan relatif tinggi.
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 18
Oksigen
 Golongan aerobik memerlukan oksigen bebas sebagai
akseptor tunggal hidrogen terakhir dalam respirasi.
 Golongan anaerobik menggunakan senyawa organik.
 Variasi kehidupan mikroorganisme berdasarkan kebutuhan
oksigen adalah
a. mikroaerofilik : memerlukan oksigen dalam jumlah
sangat sedikit
b. fakultatif-anaerobik atau fakultatif aerobik : secara
terbatas dapat hidup dalam keadaan aerobik maupun
anaerobik
c. kapnofilik : memerlukan oksigen dalam konsentrasi
rendah tetapi karbondioksida dalam konsentrasi tinggi
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 19
Faktor Kimia
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 20
 Zat bakteriostatik atau antiseptik adalah zat
yang hanya menghambat pembiakan dan
fisiologis bakteri.
 Zat yang dapat membunuh bakteri adalah
zat desinfektan, germisida atau bakterisida.
Batas kedua jenis zat tersebut sulit ditentukan
tergantung pada konsentrasi dan lamanya paparan zat
tersebut.
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 21
Faktor yang mempengaruhi daya desinfektan
 usia bakteri. Bakteri berusia tua lebih tahan
 kepekatan desinfektan
 paparan terhadap desinfektan
 kenaikan suhu yang menambah efek desinfektan
 pengaruh bahan (susu, plasma darah dan zat lain serupa
protein yang dapat melindungi bakteri)
Desinfektan perlu memperhatikan faktor pengaruhnya
pada kerusakan jaringan, rasa sakit, logam, kestabilan,
konsumsi, bau dan warna.
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 22
 Garam logam (oligodinamik) : raksa (merkurokrom,
metafem atau mertiolat), nitrat perak 2% dan tembaga.
 Larutan fenol 2-4% (karbol), kresol/kreolin dan Lisol
(campuran deterjen dan kresol).
 Formaldehida (CH2O) 40% dapat membunuh bakteri,
virus dan jamur.
 Alkohol 50-70%.
 Larutan yodium 2-5% untuk luka kecil.
 Klor untuk sterilisasi air minum.
 Warna hijau berlian, hijau malakit, fuschin basa dan
kristal ungu.
Senyawa Desinfektan
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 23
 Sabun biasa dan heksaklorofom lebih berefek.
 Deterjen (bakteriostatik dan bakterisidal terutama untuk
bakteri Gram positif). Alkil-dimetil-bensil-ammonium klorida
(pencuci alat makan).
 Antibiotik dalam jumlah sedikit dapat bersifat bakterisidal.
 Antibiotik spektrum luas efektif untuk bakteri kokus, basil
dan spiril misalnya tetrasiklin.Uji paper disc.
 Kerusakan bakteri karena zat kimia yaitu oksidasi, koagulasi,
depresi atau ketegangan permukaan.
 Hidrolisis dapat disebabkan oleh basa dan asam organik.
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 24
 Oksidasi dapat disebabkan H2O2, Na2BO4 dan KMnO4
yang mudah melepaskan O2 sehingga dapat
menyebabkan oksidasi.
 Zat ini adalah desinfektan. Hubungan klor langsung
dengan sitoplasma dapat menjadi desinfektan.
 Koagulasi protein protoplasma disebabkan raksa, perak,
tembaga, senyawa organik seperti fenol, formaldehida
dan etanol.
 Protein yang menggumpal tersebut mengalami
denaturasi seingga tidak berfungsi lagi.
Oksidasi
Koagulasi
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 25
 Depresi disebabkan sabun yang menurunkan
tegangan permukaan dan hancurnya sel
bakteri.
 Garam empedu memiliki efek yang sama tetapi
bakteri usus lebih tahan. Bakteri Gram negatif
lebih tahan.
Depresi
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 26
Faktor Tumbuh
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 27
Kebutuhan nutrisi dan faktor
biotik
 Mikroorganisme memerlukan karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral dan penyusun
asam nukleat.
 Pengendalian pH media tumbuh dilakukan
dengan buffer.
 Mikroorganisme dapat memanfaatkan sumber
energi dalam bentuk padat (holozoik)
sebaliknya holofitik.
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 28
Mikroorganisme berdasarkan kebutuhan nutrisi
 fotoautotrof memerlukan cahaya sebagai sumber energi
 fotoheterotrof menggunakan cahaya sebagai sumber energi
dan senyawa organik sebagai sumber karbon utama
 kemoautotrof menggunakan sumber energi kimiawi dan
karbondioksida sebagai sumber karbon utama
 kemoheterotrof menggunakan sumber energi kimiawi dan
bahan organik sebagai sumber karbon utama
 Mikroorganisme autotrofik memerlukan sumber C dalam
bentuk senyawa anorganik seperti karbondioksida atau
karbonat
 Mikroorganisme heterotrofik memerlukan sumber C dalam
bentuk senyawa organik. Kelompok heterotrof dapat hidup
secara saprofitik atau parasitik.
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 29
Tipe Kehidupan Mikroorganisme
Sumber Energi Primer
Sumber Nutrien
Tipe KehidupanDisusun dari sumber
anorganik
Diserap dari sumber
organik
Cahaya Fotolitotrofik
Bakteri belerang
ungu
Bakteri belerang
hijau
Algae biru-hijau
Algae hijau
Fotoorganotrofik
Bakteri belerang
ungu
Fotosintetik
Kimia Kemolitotrofik
Bakteri belerang
Bakteri besi
Bakteri hidrogen
Bakteri nitrifikasi
Kemoorganotrofik
Bakteri saprofit
Bakteri pembusuk
Bakteri denitrifikasi
Bakteri simbiosa
Jamur
Kemosintetik
Autotrofik Heterotrofik
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 30
Sumber Nutrisi
 Air (pelarut, alat pengangkut dan sumber oksigen
untuk bahan organik sel dan respirasi).
 Sumber energi (senyawa organik dan anorganik
yang dapat dioksidasi serta cahaya matahari).
 Sumber karbon (karbohidrat, asam dan garam
organik dan polialkohol).
 Sumber akseptor elektron. Penangkap elektron
dalam oksidasi yaitu oksigen, senyawa organik,
nitrat, nitrit, N2O, sulfat, karbondioksida dan Fe3+
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 31
 Sumber mineral
Komponen mineral utama adalah nitrogen fosfor, karbon,
oksigen dan hidrogen selain itu adalah K, Ca, Mg, Na, S,
Cl sedangkan Fe, Mn, Co, Ca, Bo, Za, Mo dan Al. Unsur
mineral berperan sebagai pengatur tekanan osmosis,
kadar ion hidrogen, permeabilitas dan tekanan oksidasi-
reduksi media.
 Faktor pertumbuhan : vitamin dan asam amino.
 Sumber nitrogen : ammonium, nitrat, asam amino dan
protein. Beberapa jenis mikroorganisme dapat
memfiksasi N2 bebas dari udara.
07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 32
Tugas Ekologi MO
 Tuliskan 1 contoh aplikasi dan mekanisme senyawa
bakterisidal atau bakteriostatik fenol, antibiotik,
formaldehida, alkohol dan sulfonamida. (kapan senyawa
tersebut bersifat bakterisidal dan bakteriostatik). (Pilih 1)
 Tuliskan 1 contoh mekanisme kematian sel karena
pendinginan/pembekuan, pengasinan, pemanisan dan
pengasaman (Pilih 1).
 Tugas perorangan
 Sumber dapat dari artikel, jurnal, skripsi/thesis.
 Tugas dapat diketik atau tidak. Tidak perlu dijilid. Rapi.
Dapat disertai gambar atau tabel. Tidak boleh sama persis
dengan yang lain (Copy Paste).
 Dikumpul via email esti_widowati@yahoo.com

More Related Content

What's hot

Pengenceran larutan stok
Pengenceran larutan stokPengenceran larutan stok
Pengenceran larutan stokAgung Sugiharto
 
Analisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basa
Analisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basaAnalisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basa
Analisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basaMeiseti Awan
 
Analisis in silico dan aktivitas antioksidan senyawa nano kompleks pada daun ...
Analisis in silico dan aktivitas antioksidan senyawa nano kompleks pada daun ...Analisis in silico dan aktivitas antioksidan senyawa nano kompleks pada daun ...
Analisis in silico dan aktivitas antioksidan senyawa nano kompleks pada daun ...RafidaAzizah
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi -  Teknik SterilisasiLaporan Mikrobiologi -  Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi - Teknik SterilisasiRukmana Suharta
 
alat laboratorium Turbidimeter
alat laboratorium Turbidimeteralat laboratorium Turbidimeter
alat laboratorium Turbidimeterfarid miftah
 
Tumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan
Tumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkunganTumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan
Tumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkunganAri Sugiarto
 
Fitoremediasi ry04 tugas dr amin s
Fitoremediasi ry04 tugas dr amin sFitoremediasi ry04 tugas dr amin s
Fitoremediasi ry04 tugas dr amin sRony - LIPI
 
Sterilisasi Mikrobiologi
Sterilisasi MikrobiologiSterilisasi Mikrobiologi
Sterilisasi MikrobiologiAji Sanjaya
 
makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bahan Berbahaya dan Beracun kimia org...
makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bahan Berbahaya dan Beracun kimia org...makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bahan Berbahaya dan Beracun kimia org...
makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bahan Berbahaya dan Beracun kimia org...Pujiati Puu
 
1. bentuk dan ukuran revisi 2
1. bentuk dan ukuran   revisi 21. bentuk dan ukuran   revisi 2
1. bentuk dan ukuran revisi 2Noer Azza
 
Laporan tetap mikum penegenceran
Laporan tetap mikum penegenceranLaporan tetap mikum penegenceran
Laporan tetap mikum penegenceranReza Fahlevi
 
Konsep dasar toksikologi
Konsep dasar toksikologiKonsep dasar toksikologi
Konsep dasar toksikologiInoy Trisnaini
 
Perkembangbiakan & Pertumbuhan Mikroba
Perkembangbiakan & Pertumbuhan MikrobaPerkembangbiakan & Pertumbuhan Mikroba
Perkembangbiakan & Pertumbuhan MikrobaAtik Yuli
 

What's hot (20)

Toksikologi 2017
Toksikologi 2017Toksikologi 2017
Toksikologi 2017
 
konsep dasar fisika udara
konsep dasar fisika udarakonsep dasar fisika udara
konsep dasar fisika udara
 
Pengenceran larutan stok
Pengenceran larutan stokPengenceran larutan stok
Pengenceran larutan stok
 
Interaksi mikroba 2011
Interaksi mikroba 2011Interaksi mikroba 2011
Interaksi mikroba 2011
 
Analisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basa
Analisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basaAnalisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basa
Analisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basa
 
Analisis in silico dan aktivitas antioksidan senyawa nano kompleks pada daun ...
Analisis in silico dan aktivitas antioksidan senyawa nano kompleks pada daun ...Analisis in silico dan aktivitas antioksidan senyawa nano kompleks pada daun ...
Analisis in silico dan aktivitas antioksidan senyawa nano kompleks pada daun ...
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi -  Teknik SterilisasiLaporan Mikrobiologi -  Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
 
alat laboratorium Turbidimeter
alat laboratorium Turbidimeteralat laboratorium Turbidimeter
alat laboratorium Turbidimeter
 
Tumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan
Tumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkunganTumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan
Tumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan
 
Fitoremediasi ry04 tugas dr amin s
Fitoremediasi ry04 tugas dr amin sFitoremediasi ry04 tugas dr amin s
Fitoremediasi ry04 tugas dr amin s
 
Sterilisasi Mikrobiologi
Sterilisasi MikrobiologiSterilisasi Mikrobiologi
Sterilisasi Mikrobiologi
 
makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bahan Berbahaya dan Beracun kimia org...
makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bahan Berbahaya dan Beracun kimia org...makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bahan Berbahaya dan Beracun kimia org...
makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bahan Berbahaya dan Beracun kimia org...
 
1. bentuk dan ukuran revisi 2
1. bentuk dan ukuran   revisi 21. bentuk dan ukuran   revisi 2
1. bentuk dan ukuran revisi 2
 
Elektroforesis
Elektroforesis Elektroforesis
Elektroforesis
 
Hormon
HormonHormon
Hormon
 
Laporan tetap mikum penegenceran
Laporan tetap mikum penegenceranLaporan tetap mikum penegenceran
Laporan tetap mikum penegenceran
 
Konsep dasar toksikologi
Konsep dasar toksikologiKonsep dasar toksikologi
Konsep dasar toksikologi
 
PPT PROTEIN
PPT PROTEINPPT PROTEIN
PPT PROTEIN
 
Farmakognosi
FarmakognosiFarmakognosi
Farmakognosi
 
Perkembangbiakan & Pertumbuhan Mikroba
Perkembangbiakan & Pertumbuhan MikrobaPerkembangbiakan & Pertumbuhan Mikroba
Perkembangbiakan & Pertumbuhan Mikroba
 

Similar to Mikroorganisme dan Faktor Lingkungan

respon tanaman terhadap stress lingkungan
respon tanaman terhadap stress lingkunganrespon tanaman terhadap stress lingkungan
respon tanaman terhadap stress lingkunganmaya safitri
 
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptxBayuSulistiantono1
 
Konsep Faktor Pembatas_Dewi
Konsep Faktor Pembatas_DewiKonsep Faktor Pembatas_Dewi
Konsep Faktor Pembatas_Dewidewisetiyana52
 
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P3-P4.pptx
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P3-P4.pptxSlide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P3-P4.pptx
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P3-P4.pptxElMa426365
 
quiz mikro.docx
quiz mikro.docxquiz mikro.docx
quiz mikro.docxWan Na
 
Mikroorganisme penyebab kerusakan pada ikan
Mikroorganisme  penyebab kerusakan  pada ikanMikroorganisme  penyebab kerusakan  pada ikan
Mikroorganisme penyebab kerusakan pada ikanDaniel Heintje Ndahawali
 
Mikroorganisme penyebab kerusakan pada ikan
Mikroorganisme  penyebab kerusakan  pada ikanMikroorganisme  penyebab kerusakan  pada ikan
Mikroorganisme penyebab kerusakan pada ikanDaniel Heintje Ndahawali
 
Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteriFaktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteriEsty Sari
 
362240259-PERTUMBUHAN-MIKROBA-ppt.pptx
362240259-PERTUMBUHAN-MIKROBA-ppt.pptx362240259-PERTUMBUHAN-MIKROBA-ppt.pptx
362240259-PERTUMBUHAN-MIKROBA-ppt.pptxMaherJewirawan
 
materi ekologi
materi ekologimateri ekologi
materi ekologiMiaAzizah4
 
Summary Ch. 7,8,9,10 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
Summary Ch. 7,8,9,10 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. NikinmaaSummary Ch. 7,8,9,10 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
Summary Ch. 7,8,9,10 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. NikinmaaNyak Nisa Ul Khairani
 

Similar to Mikroorganisme dan Faktor Lingkungan (20)

respon tanaman terhadap stress lingkungan
respon tanaman terhadap stress lingkunganrespon tanaman terhadap stress lingkungan
respon tanaman terhadap stress lingkungan
 
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx
 
Konsep Faktor Pembatas_Dewi
Konsep Faktor Pembatas_DewiKonsep Faktor Pembatas_Dewi
Konsep Faktor Pembatas_Dewi
 
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P3-P4.pptx
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P3-P4.pptxSlide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P3-P4.pptx
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P3-P4.pptx
 
Ekologi mikroba
Ekologi mikrobaEkologi mikroba
Ekologi mikroba
 
Mikrobiologi
Mikrobiologi Mikrobiologi
Mikrobiologi
 
Laporan 8 suhu
Laporan 8 suhuLaporan 8 suhu
Laporan 8 suhu
 
Metabolisme mikrobial
Metabolisme mikrobialMetabolisme mikrobial
Metabolisme mikrobial
 
OUM-NESTLE 2008 1
OUM-NESTLE 2008 1OUM-NESTLE 2008 1
OUM-NESTLE 2008 1
 
quiz mikro.docx
quiz mikro.docxquiz mikro.docx
quiz mikro.docx
 
Mikroorganisme penyebab kerusakan pada ikan
Mikroorganisme  penyebab kerusakan  pada ikanMikroorganisme  penyebab kerusakan  pada ikan
Mikroorganisme penyebab kerusakan pada ikan
 
Bab 2. respon organisme
Bab 2. respon organisme Bab 2. respon organisme
Bab 2. respon organisme
 
Mikroorganisme penyebab kerusakan pada ikan
Mikroorganisme  penyebab kerusakan  pada ikanMikroorganisme  penyebab kerusakan  pada ikan
Mikroorganisme penyebab kerusakan pada ikan
 
Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteriFaktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
 
362240259-PERTUMBUHAN-MIKROBA-ppt.pptx
362240259-PERTUMBUHAN-MIKROBA-ppt.pptx362240259-PERTUMBUHAN-MIKROBA-ppt.pptx
362240259-PERTUMBUHAN-MIKROBA-ppt.pptx
 
kel 1 Metabolisme Sel Tumbuhan.pptx
kel 1 Metabolisme Sel Tumbuhan.pptxkel 1 Metabolisme Sel Tumbuhan.pptx
kel 1 Metabolisme Sel Tumbuhan.pptx
 
materi ekologi
materi ekologimateri ekologi
materi ekologi
 
Tpp 4
Tpp  4Tpp  4
Tpp 4
 
Summary Ch. 7,8,9,10 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
Summary Ch. 7,8,9,10 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. NikinmaaSummary Ch. 7,8,9,10 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
Summary Ch. 7,8,9,10 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
 
Fase kerja toksikan
Fase kerja toksikanFase kerja toksikan
Fase kerja toksikan
 

More from Fransiska Puteri

Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaLaporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaFransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYALaporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYAFransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3Fransiska Puteri
 

More from Fransiska Puteri (20)

Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaLaporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYALaporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
 
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
 
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
 
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
 
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
 
Tabel lipid
Tabel lipidTabel lipid
Tabel lipid
 

Mikroorganisme dan Faktor Lingkungan

  • 1. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 1 Ekologi Mikroorganisme Mikrobiologi Umum Semester Genap 2012/2013 Esti Widowati,S.Si.,M.P Pengaruh Faktor Abiotik dan Faktor Tumbuh
  • 2. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 2 Faktor Fisika
  • 3. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 3 Suhu  Daya tahan MO ditentukan oleh tinggi suhu, paparan dalam suhu, pemanasan dalam kondisi kering atau basah, pH dan sifat lain media  Suhu minimum adalah suhu paling rendah saat aktivitas fisiologis masih berlangsung dan sebaliknya pada suhu maksimum.  Suhu optimum adalah suhu terbaik dan dekat dengan suhu maksimum.
  • 4. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 4  termofil (politermik) : tumbuh baik pada suhu 55-65°C. Batas suhu 40-80°C dan suhu optimum antara 50-60°C. Misalnya Thermus aquaticus, Bacillus caldolyticus dan Bacillus caldotenax. Kelompok mikroorganisme termofilik (stenotermofil)(termofil obligat) yang tumbuh baik pada 60°C dan tidak dapat tumbuh pada suhu 30°C Euritermofil (termofil fakultatif) yang masih dapat tumbuh pada suhu dibawah 30°C.  mesofil (mesotermik) : suhu 5-60°C dengan suhu optimum 25-40°C. Suhu 15-55°C dan suhu optimum 25-37°C.  psikrofil (oligotermik) : batas suhu 0-3°C dengan suhu optimum 10-20°C. Suhu 0-30°C dan suhu optimum 15°C.  stenotermik : golongan bakteri yang hidup pada kisaran suhu sempit yaitu 30-40°C misalnya Gonococcus sp.  euritermik : golongan bakteri yang hidup pada kisaran suhu lebar yaitu 8-46°C. Misalnya E.coli. Pembagian Mikroorganisme
  • 5. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 5  Bakteri dipanasi dalam air akan lebih cepat mati daripada dalam buih.  Protein dalam kondisi pemanasan basah lebih cepat menggumpal pada suhu yang sama. Pemanasan kering suhu lebih tinggi dan waktu yang lebih lama.  Faktor yang mempengaruhi titik kematian thermal : waktu, suhu, kelembapan, bentuk dan jenis spora, usia mikroorganisme, pH dan komposisi media.  Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan terhadap panas : waktu yang diperlukan untuk membunuh spora akan berkurang dengan naiknya suhu Suhu Tinggi
  • 6. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 6  Setiap kenaikan suhu 10°C terjadi peningkatan kecepatan reaksi 2-3 kali lipat. Suhu yang tinggi menyebabkan denaturasi protein sel.  Spora bakteri termofil menyulitkan dalam pasteurisasi dan pengawetan makanan.  Bakteri psikrofil menyulitkan penyimpanan dalam lemari pendingin.  Thermal Death Point (TDT) nilai suhu yang serendah-rendahnya dapat membunuh bakteri yang berada dalam standar medium selama 10 menit pada kondisi tertentu.  Thermal Death Rate terjadi karena perbedaan kematian pada suhu berbeda. Bakteri berspora pemanasan diatas titik didih dalam waktu tertentu.
  • 7. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 7  Bakteri umumnya lebih tahan pada kondisi dingin.  Pembekuan tidak berpengaruh terhadap spora (spora mengandung sedikit air)  Bakteri mati jika dibekukan dalam air bukan dalam buih.  Pembekuan spora pada suhu -16°C (es dan garam) lebih efektif daripada pembekuan mendadak dalam udara pada suhu -190°C.  Pembekuan secara terputus-putus lebih efektif daripada terus-menerus.  Kematian sel : perubahan koloidal protoplasma irreversibel, denaturasi atau koagulasi protein sel, aw turun, air mengkristal. Suhu Rendah
  • 8. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 8  Pembekuan (usaha penyimpanan dan pengawetan). Proses ini dapat dilakukan dengan nitrogen cair.  Pendinginan secara cepat dari suhu optimal ke 0°C dapat menyebabkan kematian (cold shock) karena terjadi perubahan lipid pada membran.  Efek letal : denaturasi atau flokulasi protein sel atau enzim rusak  Ketahanan sel dipengaruhi faktor internal sel, cara pembekuan, suhu beku, lama pembekuan, kecepatan pencairan, ada tidaknya cryoprotectant atau kombinasi faktor diatas, fase pertumbuhan sel atau fase eksponensial.
  • 9. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 9 Pengaruh kebasahan dan kekeringan Proses pengeringan dapat membunuh bakteri jika kondisinya  pengeringan dengan cahaya terang lebih berefek daripada dalam gelap  pengeringan pada suhu tubuh lebih berefek daripada suhu beku  pengeringan dalam udara lebih baik karena ada faktor oksidasi daripada dalam kondisi vakum
  • 10. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 10  Kelembapan pada suhu tinggi mempercepat koagulasi protein.  Mikroorganisme lebih cepat mati dalam pemanasan dengan media asam atau basa.  Partikel senyawa meningkatkan resistensi terhadap panas dan menghalangi penetrasi panas kedalam media.  Kelembapan optimum diatas 85% (bakteri) dan dibawah 80% (jamur).  Nilai aw bakteri antara 0,9-0,999 sedangkan untuk bakteri halofilik mendekati 0,75.  Pengeringan protoplasma menyebabkan aktivitas sel terhenti dan sel rusak karena pengaruh tekanan osmosis.
  • 11. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 11 Pengaruh perubahan nilai osmosis  Media isotonis terhadap isi sel.  Kondisi hipertonis menyebabkan plasmolisis.  Perubahan nilai osmosis terjadi perlahan membantu bakteri beradaptasi.  Larutan hipertonis menghambat pertumbuhan (Prinsip manisan atau asinan).  Mikroorganisme yang beradaptasi dengan konsentrasi gula atau garam tinggi : osmofil. Mikroorganisme yang tahan dalam larutan dengan kandungan garam sampai 30% disebut halodurik.  Garam bersifat hidrasi sehingga aw turun.
  • 12. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 12 pH  Batas pH mikroorganisme adalah antara 6,5-7,5 untuk bakteri, 4,0-4,5 untuk ragi dan rentang pH yang luas untuk kapang dan actinomycetes.  Pembagian mikroorganisme berdasarkan rentang pH adalah 1. asidofilik yang dapat tumbuh pada pH 2,0-5,0 2. mesofilik (neutrofilik) yang dapat tumbuh pada pH antara 5,5-8,0 3. alkalifilik yang dapat tumbuh pada pH 8,4-9,5  Sel berusaha memompa proton keluar sehingga sel mengalami kehilangan gradien konsentrasi atau denaturasi karena asam.
  • 13. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 13 Pengaruh senyawa toksik  Ion-ion logam (Hg, Ag, Cu, Au, Zn, Li dan Pb)  Ion logam berat dapat bereaksi dengan gugus senyawa sel. Daya bunuh ini disebut oligodinamik. Misalnya ion Hg2+ yang bergabung dengan gugus sufhidril (-SH) pada enzim akan menghambat aktivitas enzim. Ion Li+ dan Zn2+ akan menghentikan aktivitas enzim karena kation ini bersifat antagonis dengan H+ .  Hal ini dapat terjadi sebaliknya jika pH ditingkatkan sehingga efek toksisitas enzim dapat dikurangi. Logam
  • 14. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 14  Anion (sulfat, tartrat, klorida, nitrat dan benzoat)  Sifat toksik alkali tergantung pada logam penyusunnya. Misalnya konsentrasi –OH yang sama pada larutan Ba(OH)2 lebih toksik daripada pada NaOH karena Ba2+ bersifat lebih toksik daripada Na+ .  Prinsip ini digunakan dalam pengawetan makanan.  Sifat toksik disebabkan oleh molekul asam organik terhadap gugus di dalam sel. Anion
  • 15. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 15 Pengaruh cahaya dan arus listrik  Cahaya 240-300 nm (gelombang pendek). Bakteri terganggu atau mati. Spora dan virus tahan pada sinar UV.  Energi sinar X, γ dan UV digunakan dalam sterilisasi air dan pengawetan makanan.  Faktor yang mempengaruhi resistensi : komposisi kimia dan fisik bahan, suhu, aw dan kondisi sel.  Cahaya gelombang panjang punya efek fotodinamik dan biofisik.  Radiasi menyebabkan ionisasi komponenen, kematian, mutasi atau penghambatan pertumbuhan sel.  Panas atau senyawa yang muncul dalam media seperti ozon dan klor dapat mematikan sel.  Arus AC atau DC voltase tinggi mempengaruhi komponen medium.
  • 16. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 16 Pengaruh hidrostatik dan mekanik  Tekanan 600 atm dapat menghentikan perkembangbiakan. Tekanan 6.000 atm membunuh bakteri. Tekanan 12.000 atm membunuh spora.  Pengguncangan media tidak berbahaya kecuali terdapat pecahan kaca, tanah radiolaria atau foraminifera.  Pengguncangan 9.000 kali/detik membunuh bakteri  Beberapa mikoorganisme dapat hidup dengan tekanan tinggi : barofilik.  Tekanan tinggi menyebabkan peningkatan reaksi kimia, pengecilan volume koloid organik dan meningkatkan viskositas cairan serta dissosiasi elektrolit.
  • 17. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 17 Pengaruh Tegangan Permukaan  Tegangan permukaan mempengaruhi cairan (cairan permukaan seperti membran elastis).  Perubahan tegangan dinding sel mempengaruhi perubahan morfologi dan aktivitas fisiologis.  Senyawa sabun dan deterjen dapat diadsorbsi oleh permukaan interfasial (permukaan antara udara dan cairan) (Tween 80 dan Triton A20).  Bakteri di saluran pencernaan tahan tegangan permukaan relatif tinggi.
  • 18. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 18 Oksigen  Golongan aerobik memerlukan oksigen bebas sebagai akseptor tunggal hidrogen terakhir dalam respirasi.  Golongan anaerobik menggunakan senyawa organik.  Variasi kehidupan mikroorganisme berdasarkan kebutuhan oksigen adalah a. mikroaerofilik : memerlukan oksigen dalam jumlah sangat sedikit b. fakultatif-anaerobik atau fakultatif aerobik : secara terbatas dapat hidup dalam keadaan aerobik maupun anaerobik c. kapnofilik : memerlukan oksigen dalam konsentrasi rendah tetapi karbondioksida dalam konsentrasi tinggi
  • 19. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 19 Faktor Kimia
  • 20. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 20  Zat bakteriostatik atau antiseptik adalah zat yang hanya menghambat pembiakan dan fisiologis bakteri.  Zat yang dapat membunuh bakteri adalah zat desinfektan, germisida atau bakterisida. Batas kedua jenis zat tersebut sulit ditentukan tergantung pada konsentrasi dan lamanya paparan zat tersebut.
  • 21. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 21 Faktor yang mempengaruhi daya desinfektan  usia bakteri. Bakteri berusia tua lebih tahan  kepekatan desinfektan  paparan terhadap desinfektan  kenaikan suhu yang menambah efek desinfektan  pengaruh bahan (susu, plasma darah dan zat lain serupa protein yang dapat melindungi bakteri) Desinfektan perlu memperhatikan faktor pengaruhnya pada kerusakan jaringan, rasa sakit, logam, kestabilan, konsumsi, bau dan warna.
  • 22. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 22  Garam logam (oligodinamik) : raksa (merkurokrom, metafem atau mertiolat), nitrat perak 2% dan tembaga.  Larutan fenol 2-4% (karbol), kresol/kreolin dan Lisol (campuran deterjen dan kresol).  Formaldehida (CH2O) 40% dapat membunuh bakteri, virus dan jamur.  Alkohol 50-70%.  Larutan yodium 2-5% untuk luka kecil.  Klor untuk sterilisasi air minum.  Warna hijau berlian, hijau malakit, fuschin basa dan kristal ungu. Senyawa Desinfektan
  • 23. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 23  Sabun biasa dan heksaklorofom lebih berefek.  Deterjen (bakteriostatik dan bakterisidal terutama untuk bakteri Gram positif). Alkil-dimetil-bensil-ammonium klorida (pencuci alat makan).  Antibiotik dalam jumlah sedikit dapat bersifat bakterisidal.  Antibiotik spektrum luas efektif untuk bakteri kokus, basil dan spiril misalnya tetrasiklin.Uji paper disc.  Kerusakan bakteri karena zat kimia yaitu oksidasi, koagulasi, depresi atau ketegangan permukaan.  Hidrolisis dapat disebabkan oleh basa dan asam organik.
  • 24. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 24  Oksidasi dapat disebabkan H2O2, Na2BO4 dan KMnO4 yang mudah melepaskan O2 sehingga dapat menyebabkan oksidasi.  Zat ini adalah desinfektan. Hubungan klor langsung dengan sitoplasma dapat menjadi desinfektan.  Koagulasi protein protoplasma disebabkan raksa, perak, tembaga, senyawa organik seperti fenol, formaldehida dan etanol.  Protein yang menggumpal tersebut mengalami denaturasi seingga tidak berfungsi lagi. Oksidasi Koagulasi
  • 25. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 25  Depresi disebabkan sabun yang menurunkan tegangan permukaan dan hancurnya sel bakteri.  Garam empedu memiliki efek yang sama tetapi bakteri usus lebih tahan. Bakteri Gram negatif lebih tahan. Depresi
  • 26. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 26 Faktor Tumbuh
  • 27. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 27 Kebutuhan nutrisi dan faktor biotik  Mikroorganisme memerlukan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan penyusun asam nukleat.  Pengendalian pH media tumbuh dilakukan dengan buffer.  Mikroorganisme dapat memanfaatkan sumber energi dalam bentuk padat (holozoik) sebaliknya holofitik.
  • 28. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 28 Mikroorganisme berdasarkan kebutuhan nutrisi  fotoautotrof memerlukan cahaya sebagai sumber energi  fotoheterotrof menggunakan cahaya sebagai sumber energi dan senyawa organik sebagai sumber karbon utama  kemoautotrof menggunakan sumber energi kimiawi dan karbondioksida sebagai sumber karbon utama  kemoheterotrof menggunakan sumber energi kimiawi dan bahan organik sebagai sumber karbon utama  Mikroorganisme autotrofik memerlukan sumber C dalam bentuk senyawa anorganik seperti karbondioksida atau karbonat  Mikroorganisme heterotrofik memerlukan sumber C dalam bentuk senyawa organik. Kelompok heterotrof dapat hidup secara saprofitik atau parasitik.
  • 29. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 29 Tipe Kehidupan Mikroorganisme Sumber Energi Primer Sumber Nutrien Tipe KehidupanDisusun dari sumber anorganik Diserap dari sumber organik Cahaya Fotolitotrofik Bakteri belerang ungu Bakteri belerang hijau Algae biru-hijau Algae hijau Fotoorganotrofik Bakteri belerang ungu Fotosintetik Kimia Kemolitotrofik Bakteri belerang Bakteri besi Bakteri hidrogen Bakteri nitrifikasi Kemoorganotrofik Bakteri saprofit Bakteri pembusuk Bakteri denitrifikasi Bakteri simbiosa Jamur Kemosintetik Autotrofik Heterotrofik
  • 30. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 30 Sumber Nutrisi  Air (pelarut, alat pengangkut dan sumber oksigen untuk bahan organik sel dan respirasi).  Sumber energi (senyawa organik dan anorganik yang dapat dioksidasi serta cahaya matahari).  Sumber karbon (karbohidrat, asam dan garam organik dan polialkohol).  Sumber akseptor elektron. Penangkap elektron dalam oksidasi yaitu oksigen, senyawa organik, nitrat, nitrit, N2O, sulfat, karbondioksida dan Fe3+
  • 31. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 31  Sumber mineral Komponen mineral utama adalah nitrogen fosfor, karbon, oksigen dan hidrogen selain itu adalah K, Ca, Mg, Na, S, Cl sedangkan Fe, Mn, Co, Ca, Bo, Za, Mo dan Al. Unsur mineral berperan sebagai pengatur tekanan osmosis, kadar ion hidrogen, permeabilitas dan tekanan oksidasi- reduksi media.  Faktor pertumbuhan : vitamin dan asam amino.  Sumber nitrogen : ammonium, nitrat, asam amino dan protein. Beberapa jenis mikroorganisme dapat memfiksasi N2 bebas dari udara.
  • 32. 07/04/13 S1-THP Mikroumum 2011/2012 32 Tugas Ekologi MO  Tuliskan 1 contoh aplikasi dan mekanisme senyawa bakterisidal atau bakteriostatik fenol, antibiotik, formaldehida, alkohol dan sulfonamida. (kapan senyawa tersebut bersifat bakterisidal dan bakteriostatik). (Pilih 1)  Tuliskan 1 contoh mekanisme kematian sel karena pendinginan/pembekuan, pengasinan, pemanisan dan pengasaman (Pilih 1).  Tugas perorangan  Sumber dapat dari artikel, jurnal, skripsi/thesis.  Tugas dapat diketik atau tidak. Tidak perlu dijilid. Rapi. Dapat disertai gambar atau tabel. Tidak boleh sama persis dengan yang lain (Copy Paste).  Dikumpul via email esti_widowati@yahoo.com