SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
1
MIKROORGANISME PENYEBAB
KERUSAKAN PADA IKAN DAN
HASIL PERIKANAN LAINNYA
Oleh :
Daniel H. Ndahawali
Abstract
Microorganisms can cause a variety of changes in both biochemical and physically
that can cause unwanted properties, which in turn leads food damaged and rot.
Best efforts to maintain the quality of the fishery products as follows : (1) reducing
the number of microorganisms and enzymes, where spoilage bacteria found on
the skin and especially on the gills and intestinals; (2) Killing or inhibiting the
activity of bacteria and enzymes with use of low temperatures, high temperature,
moisture reduction, use of antiseptics and radiation; (3) Protecting fishery
products from bacterial contamination and cause other damage that comes from
outside.
I. Pendahuluan
Sebagai sumber pangan ikan dan hasil perikanan lainnya merupakan
komoditi yang mudah busuk. lkan mulai mengalami proses pembusukan sejak
pertama kali ditangkap. Proses pembusukan ini dapat disebabkan oleh aktivitas
enzim, aktivitas mikroorgnisme yang terdapat dalam tubuh ikan itu sendiri, atau
karena adanya proses oksidasi pada lemak tubuh oleh udara. Tubuh ikan
mengandung air yang cukup tinggi yaitu 60-80 % serta mempunyai pH tubuh
mendekati netral yaitu pH 7,2 sehingga bisa menjadi media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri pembusuk. Disamping itu, daging ikan juga memiliki
tenunan pengikat tendon yang sedikit hingga mudah dicerna oleh enzim
autolisis. Selanjutnya menurut Moeljanto (1992), daging ikan sangat cepat
mengalami pembusukan bagaimanapun baiknya penanganan yang dilakukan,
tidak akan mungkin membuat ikan tetap segar. Namun yang diusahakan adalah
menghambat proses pembusukan (penguraian jaringan) sehingga dapat
disimpan lebih lama dalam keadaan baik dan masih layak untuk dikonsumsi.
Mikroorganisme dapat menimbulkan bermacam perubahan baik secara
biokimiawi maupun fisikawi yang dapat menyebabkan timbulnya sifat-sifat yang
tidak dikehendaki atau yang tidak disukai dan akhirnya menjurus pada
kerusakan secara keseluruhan yaitu menjadi bahan pangan menjadi busuk,
namun demikian masih sulit untuk mengetahui perubahan mana yang terjadi
lebih dahulu, sehingga dapat ditentukan secara pasti tahap permulaan
terjadinya perubahan yang disebabkan oleh mikorganisme walapun berbagai
2
cara pengujian kimiawi dan mikrobiologis serta pegujian fisikawi dapat
dikerjakan untuk mengetahui kerusakan ikan dan hasil perikanan lainnya.
Sebagai contoh dari keadaan fisiknya dapat diketahui dengan timbulnya lendir,
warna permukaan badan yang suram, dan mata keruh namun semua hanya
merupakan dampak dari kerusakan yang sesungguhnya sudah sampai pada
tahap lanjut. Selanjutnya secara kimiawi, kerusakan ikan dapat diketahui
dengan adanya perubahan pH pada daging ikan, timbulnya asam, timbulnya zat
bau yang tidak sedap, sedangkan cara mikrobiologis pada umumnya kurang
praktis digunakan untuk mengetahui kerusakan ikan karena lamanya waktu
yang diperlukan untuk analis di laboratorium.
II. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Mikroorganisme
Pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan seluruh unsur pokok
kimia sel. Hal tersebut merupakan suatu proses yang memerlukan replikasi
seluruh struktur, organel, dan komponen protoplasma seluler dengan adanya
nutrien dalam lingkungan sekelilingnya. Dalam pertumbuhan bakteri, semua
substansi esensial harus tersedia untuk sintesis dan pemeliharaan
protoplasma, dengan sumber energi, dan kondisi lingkungan yang sesuai.
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dalam pangan ditentukan dari
berbagai faktor yang saling terkait. Berbagai faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme dalam pangan antara lain ditentukan oleh
karateristik fisika-kimia pangan (faktor intrinsik), dan kondisi lingkungan
penyimpanan (faktor ekstrinsik), (Adams dan Moss, 2008).
a. Faktor intrinsik pangan
Ketersediaan Nutrisi
Mikroorganisme membutuhkan zat nutrisi pokok tertentu untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan fungsi-fungsi metabolismenya. Jumlah dan
jenis zat nutrisi yang dibutuhkan tergantung dari masing-masing
microorganisme itu sendiri. Zat nutrisi termasuk air, karbohidrat, protein, dan
lemak, nitrogen, vitamin dan mineral.
Menurut Ray (2004), pertumbuhan mikroorganisme dicapai dengan
melakukan sintesa komponen seluler dan energi. Hampir semua pangan
termasuk ikan dan hasil perikanan lainnya mengandung 5 kelompok utama
nutrisi, baik yang secara alami sudah ada atau yang ditambahkan ke dalam
pangan dan setiap nutrisi memiliki jumlah yang sangat bervariasi sesuai
dengan jenis pangan. Pada umumnya, pangan hewani memiliki kandungan
protein, lipida, mineral dan vitamin yang tinggi, tetapi rendah kandungan
karbohidrat. Mikroorganisme alami dalam pangan membutuhkan nutrisi
yang bervariasi dan bakteri mempunyai kebutuhan nutrisi paling tinggi yang
diikuti oleh khamir dan kapang.
Asam-asam amino merupakan sumber nitrogen dan energi oleh
kebanyakan mikroorganisme dimana sumber-sumber nitrogen berasal urea,
amonia, kreatin dan metilamin. Selanjutnya mineral-mineral yaang
dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorgnisme seperti fosfor, besi,
magnesium, sulfur, mangan, kalsium dan potasium, dan umumnya jumlah
mineral yang dibutuhkan relatif sedikit.
3
Aktivitas air
Aktivitas air (aw ) adalah ukuran ketersediaan air untuk fungsi biologis
mikroorganisme dan berhubungan dengan keberadaan air bebas dalam
pangan. Dalm bahan pangan air dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (1) air
terikat secara kimia, (2) air terikat secara fisik, dan (3) air bebas. Menurut
Sopandi dan Wardah (2013) air bebas dalam pangan diperlukan untuk
pertumbuhan mikroba yang akan digunakan untuk transpor nutrisi,
pengeluaran material limbah, melaksanakan reaksi enzimatis, sintesis
komponen seluler dan mengambil bagian dalam reaksi biokimia yang lain
seperti hidrolisis polimer menjadi monomer misalnya menjadi asam amino.
Setiap kelompok atau spesies mikroba mempunyai kadar aw optimum dan
maksimum yang berbeda untuk pertumbuhan. Secara umum nilai aw untuk
kapang adalah 0,8, khamir 0,6 dan kebanyakan bakteri memiliki aw 0,90
untuk bakteri gram positif dan 0,93 untuk bakteri gram negatif.
Nilai pH
Nilai pH pangan sangat bervariasi, bergantung pada jenis pangan.
Berdasarkan nilai pH pangan dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu pangan
yang mempunyai keasaman tinggi (nilai pH di bawah 4,6) dan keasaman
rendah (nilai pH 4,6 atau lebih). Daging dan ikan termasuk pangan yang
memiliki pH yang tinggi dengan nilai pH 4,1 – 4,4. Menurut Adams dan Moss,
2008), keasaman atau kebasaan lingkungan berpengaruh terhadap aktivitas
dan stabilitas makromolekul seperti enzim sehingga menghambat
pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme. Nilai pH pangan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan viabilitas sel mikroba dan sedikit
berpengaruh terhadap dua aspek respirasi sel mikroba, yaitu berpengaruh
terhadap fungsi enzim dan transpor nutrisi ke dalam sel (Jay, 2000).
Potensial Rekdos dan Oksigen
Potensial redoks atau oksidasi-reduksi (O-R) dinyatakan sebagai Eh,
yang merupakan unit listrik dalam milivolt (mV). Kisaran oksidasi dinyatakan
dalam +mV dan kisaran reduksi dalam –mV. Substansi redoks dalam sistem
biologi mempunyai peranan proses pembentukan energi. Oksigen bebas
yang berada dalam sistem akan bertindak sebagai aseptor elektron.
Beberapa komponen tanpa oksigen seperti NO3 dan SO4 akan menerima
elektron, sehingga keberadaan oksigen dalam sistem tidak memerlukan
reaksi oksidasi reduksi (Brown dan Emberger, 1980 dalam Sopandi dan
Wardah, 2013). Pertumbuhan mikroorganisme dalam kondisi adanya oksigen
bebas maupun tanpa adanya oksigen dikelompokan menjadi
mikroorganisme aerob, anaerob, fakultatif anaerob, atau mikroaerofil.
Mikroorganisme yang bersifat aerob adalah yang membutuhkan oksigen
bebas untuk menghasilkan energi dan oksigen bebas akan berperan sebagai
4
aseptor elektron akhir melalui respirasi aerobik. Selanjutnya fakultatif
anaerob dapat menghasilkan energi jika tersedia oksigen atau komponen
tanpa oksigen seperti NO3 atau SO4 sebagai aseptor elektron akhir melalu
respirasi anaerobik.
Pertumbuhan mikroorganisme dan kemampuannya untuk
menghasilkan energi melalui rekasi metabolik bergantung pada potensial
redoks pangan. Kisaran Eh untuk pertumbuhan mikroorganisme adalah +500
sampai +300 mV, fakultataif anaerob +300 sampai +100 mV, dan obligat
anaerob +100 sampai -250 mV (Ray, 2004).
b. Faktor Ekstrinsik Pangan
Kelembaban Relatif
Kelembaban relatif berhubungan dengan dengan aw , yaitu ukuran
aktivitas air pada fase gas. Air akan dipindahkan dari fase gas ke pangan
dengan aw yang rendah yang disimpan dalam lingkungan yang mempunyai
kelembaban relatif tinggi. Proses peningkatan aw tersebut memerlukan
waktu lama, tetapi pada permukaan pangan akan terjadi kondensasi
sehingga di lokasi tertentu aw tinggi. Daerah yang mempunyai aw tinggi dapat
menjadi tempat memulai pertumbuhan mikroorganisme (Adams dan Moss,
2008). Pangan yang mempunyai permukaan mudah mengalami kerusakan
oleh kapang, khamir dan beberapa bakteri sehingga harus disimpan pada
kelembaban yang relatif rendah.
Suhu
Mikroorganisme mempunyai memiliki kisaran suhu yang berbeda untuk
tumbuh dan berkembang. Psikrofilik merupakan golongan mikroorganisme
yang tumbuh pada suhu refrigerasi (0-5oC) dengan mengabaikan kisaran
suhu pertumbuhan. Psikrofilik pada umumnya dapat tumbuh dengan cepat
pada suhu antara 10-30 oC. Kapang, khamir dan beberapa bakteri gram
negatif dari genus Pseudomonas, Achromobackter, Yersnia, Serratia,
Aeromonas, bakteri gram positif dari genus Leunostoc, Lactobacillus,
Bacillus, Clostridium dan Listeria termasuk dalam kelompok bakteri Psikrofil.
Mikroorganisme yang dapat bertahan hidup pada suhu pasteurisasi disebut
Thermofilik. Spesies dari genus Micrococcus, Bacillus, Clostridium,
Lactobacillus, Pediococcus, Enterococcus serta bakteri pembentuk spora
termasuk dalam kelompok Thermofilik (Ray, 2004)
Tabel 01. Kisaran suhu bagi kehidupan Bakteri
Jenis Bakteri Suhu minimum Suhu Optimum Suhu maksimum
Thermofilk 25 – 45 oC 50 - 55 oC 60 – 80 oC
Mesofilik 5 – 25 oC 25 – 37 oC 43 oC
Psikrofilik 0 oC 14 – 20 oC 30 oC
Sumber : Murniyati dan Sunarman (2000)
Gas Atmosfir
5
Atmosfir mengandung sekitar 20% Oksigen yang merupakan
komposisi gas penting yang kontak dengan pangan normal. Komposisi gas di
atmosfir berpengaruh terhadap potensial redoks, serta menentukan
perkembangan dan laju pertumbuhan mikroorganisme dalam pangan.
Menurut Adams dan Moss (2008), karbondioksida mempunyai efek yang
berbeda terhadap mikroorganisme. Kapang dan bakteri gram negatif
oksidatif lebih sensitif, tetapi bakteri gram positif khususnya lactobacili
cenderung lebih resisten. Penghambatan pertumbuhan umumnya lebih tinggi
pada kondisi aerobik jika dibandingkan dengan kondisi anaerobik serta efek
penghambatan akan meningkat dengan penurunan suhu.
III. Jenis-jenis Mikroorganisme Penyebab Kerusakan Pada Hasil Perikanan
Hasil perikanan seperti ikan, krustasea (udang, lobster, kepiting) dan
moluska (tiram dan remis) merupakan jenis pangan yang kaya akan protein
dan noprotein nitrogen dengan kandungan lemak bergantung pada jenis dan
musim. Ikan dan kerang kecuali moluska mempunyai kadar karbohidrat yang
rendah dengan kandungan glikogen sekitar 3%. Populasi mikroorganisme
pada produk pangan tersebut sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh tingkat
polusi dan suhu air. Berbagai jenis bakteri, virus, parasit dan protozoa dapat
berada dalam ikan dan kerang mentah . Daging ikan dan kerang adalah steril
tetapi sisik, insang dan intestinal merupakan tempat hidup mikroorganisme.
Ikan dan krustasea dapat mengandung bakteri sebanyak 103-8 sel/gram .
Pada umumnya hewan dari lingkungan laut dapat mengandung bakteri
Halofilik vibrio, Pseudomonas, Alteromonas, Flvobacterium, Enterococcus,
Micrococcus, Coliforms, dan Patogen seperti Vibrio parahemolyticus,
V. vulnificus, dan Clostridium type E. Ikan air tawar secara umum
mengandung Pseusdomonas, Flavobacterium, Enterococcus, Micrococcus,
Bacillus dan Koliforms. Ikan dan kerang yang di panen dari air yang tercemar
kotoran hewan dapat mengandung Salmonella, Shigella, Clostridium
perfringens, Vibrio cholerae, virus hepatitis A dan virus Norwalk (Sopandi
dan Wardah, 2013).
Menurut Hadiwiyoto (1993), secara umum bakteri gram negatif dari
golongan Pseudomonas dan Acromobacter yang dapat menghasilkan asam
dan aldehida yang memegang peranan besar pada pembusukan hasil
perikanan, disusul golongan Flavobacterium. Ketiga bakteri ini menyebabkan
hasil perikanan menjadi basi dan makin lama makin menjadi busuk.
Sementara itu golongan Micrococcus dan Bacillus jarang menyebabkan
kerusakan meskipun kedua bakteri ini juga tidak boleh diabaikan.
Pediococcus halophilus dan Pediococcus cereviceae dapat menyebabkan
timbulnya asam bebas. Dari golongan bakteri Laktobasili, Koli dan
Streptococci dan golongan Yeast banyak pula yang dapat menimbulkan
kerusakan dengan menimbulkan asam yaitu yang berperan pada fermentasi
asam laktat dari gula. Bakteri Leuconostoc mesentroides dapat merubah
gula reduksi menjadi dekstran yang dapat menutup seluruh permukaan
tubuh ikan berupa lendir. Selanjutnya dari golongan Pseudomonas juga
dapat memecah rangkaian karbohidrat dengan enzim-enzim oksidase yang
6
dihasilkan kemudian menimbulkan pewarnaan pada ikan, misalnya
Pseudomonas flourescence dapat menimbulkan noda berwarna kuning atau
kuning kehijauan sebelum ikan menjadi busuk, kemudian Micrococcus,
Sarcina, dan Bacillus dapat menimbulkan noda-noda berwarna merah.
Sementara itu jamur dan yeast dapat menimbulkan pewarnaan berupa noda-
noda berwarna coklat pada ikan.
Pada jenis ikan kod dan haddock yang telah menjadi busuk banyak
ditemukan Pseudomonas putrefaciens sementara penyebab kerusakan
paling banyak pada udang yang berasal dari sungai yaitu Pseudomonas dan
Achromobacter, Bacillus, Flavobacterium, Lactobacillus, Micrococcus,
Sarcina, Staphilococcus, Alcalineus, dan Proteus yang juga diketahui
merupakan penyebab kerusakan pada ikan dan udang. Kerusakan pada
jenis kepiting banyak disebabkan oleh bakteri Pseudomonas, Achromobacter
dan Proteus sedangkan pada lobster disebabkan oleh bakteri
Pseudomonas, Alcaligenus, Flabobacterium, dan Bacillus. selain bakteri
tersebut, jenis-jenis bakteri klostrida yang berbahaya (patogen) dimana
dapat menyebabkan kerusakan hasil perikanan. Tipe kerusakan hasil
perikanan yang disebabkan oleh bakteri klostrida dapat yaitu kerusakan
protein maupun komponen lainnya tergantung pada jenis klostridianya.
Golongan klostridia tipe A, B, dan F menimbulkan kerusakan yang sifatnya
proteolitik, golongan tipe C, D, dan E menimbulkan kerusakan yang sifatnya
non proteolitik, sedankan golongan klostridia tipe G dapat menimbulkan
kerusakan kedua-keduanya (Hadiwiyoto, 1993).
Selain bakteri pembusuk yang berperanan, terindentifikasi pula beberapa
bakteri yang dapat menghasilkan zat bau, misalnya bakteri Streptomyces
menyebabkan ikan berbau busuk. Bakteri penghasil amonia adalah Bacillus
subtilis, Escherichia coli, Proteus vulgaris, dan Clostridium sporogenus.
Yeast Saccharomyces cereviceae diketahui dapat menimbulkan
terbentuknya ammonia dan pemecahan asam glutamat. Bakteri golongan
klostridia misalnya Clostridium botulinum, Clostridium posteurianium,
Clostridium sporogenus dapat menghasilkan enzim hidrogenase yang
menyebabkan unsur ferredoiksin dapat tereduksi menghasilkan gas
hidrogen, sementara itu bakteri Eschericia coli dan Aerobacter aerogenus
selain dapat menghasilkan gas hidrogen juga dapat menghasilkan gas
karbondioksida. Pseudomonas dan Actinomyces, Achromobacter
menghasilkan senyawa-senyawa sulfida. Pseudomonas putrifaciens
menghasilkan senyawa-senyawa propionalheida, metilmerkaptan,
dismetilsufida, dimentiltrisulfida dan trimetilamin pada daging ikan.
Senyawa-senyawa yang dihasilkan ini menimbulkan bau yang tidak sedap.
Bau seperti tanah yang sering dijumpai pada ikan salem disebabkan oleh
golongan yang banyak dijumpai di air. Senyawa yang berbau busuk
terkadang bersifat racun, misalnya putresin, kadaverin, histamin. Bakteri
Streptomyces fradiae dan Streptomyces microflavor dapat merusak sisik ikan
yang mengandung keratin menjadi putresin pada keadaan pH 8,5 – 9,5,
Bacillus cadaveris, Eschericia coli, dan Clostridium lyticum diketahui
menghasilkan kadaverin yang menimbulkan bau busuk.
7
IV. Penutup
Telah diketahui bahwa kerusakan (pembusukan) ikan dan hasil
perikanan lainnya disebabkan oleh aktivitas enzim dan mikroorganisme. Oleh
karena itu menurut Murniyati dan Sunarman (2000), untuk mencegah
pembusukan akan sangat efektif kedua penyebab utama itu dihilangkan,
dibunuh dan dicegah kedatangan penyebab lain yang berasal dari luar.
Sampai saat ini manusia baru berhasil memperlambat atau menunda proses
kerusakan atau pembusukan tersebut. Usaha terbaik yang dapat dilakukan
manusia untuk mempertahankan mutu hasil perikanan terhadap
pembusukan, sebagai berikut : (1) mengurangi jumlah bakteri dan enzim,
bakteri terdapat pada bagian kulit dan terutama pada insang dan isi
perutnya, sedang enzim pada daging dan sebagian besar pada perutnya.
Jika setelah ditangkap dibuang isi perutnya dan insangnya serta kemudian di
cuci bersih, dihilangkan lendir-lendirnya maka sebagian besar bakteri
pembusuk dan ezim akan terbuang; (2) memusnahkan atau menghambat
kegiatan bakteri dan enzim, Bakteri yang tertinggal pada ikan dapat diperangi
dengan berbagai cara antara lain penggunaan suhu rendah, penggunaan
suhu tinggi, penurunan kadar air, penggunaan antiseptik dan penyinaran
atau radiasi; (3) Melindungi hasil perikanan dari kontaminasi bakteri dan
penyebab kerusakan lain yang datang dari luar, pengawetan tidak akan
banyak berarti jika ikan atau hasil perikanan yang diawetkan tidak dilindungi
dari penyebab kerusakan baru yang datang dari luar. Kerusakan ikan dan
hasil olahan perikanan dari luar antara lain : (a) pembusukan akibat
pencemaran bakteri dari air, pembungkus dari ikan lain dan sebagainya, (b)
oksidasi lemak yang menimbulkan bau tengik, (c) kerusakan-kerusakan fisik
karena serangga, jamur, kecerobohan dalam penanganan dan sebagainya.
Untuk melindungi hasil perikanan terhadap kerusakan-kerusakan ini
kita harus melakukan sanitasi dan hygiene baik dalam proses penanganan,
pengemasan/pengepakan yang baik serta usaha-usaha proteksi lainnya.
Gambar 01. Beberapa jenis Bakteri Patogen Pada Hasil Perikanan
PerPerikananpatogePatoppatogen
Eschericia coli
PerPerikananp
atogePatoppat
ogen
Staphylococcus sp Salmonella spPseudomonas spClostridium perfringens
8
REFERENCES
[1] Adams, M.R and M.O. Moss, 2008. Food Microbiology. Third Ed. The RSC.
Pub. Cambridge CB.
[2] Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Penerbit Liberty
Yogyakarta.
[3] Jay, J.M.,2000. Modern Food Microbiology, Aspen Pub. Gaitherburg. Maryland
[4] Murniyati, A.S., Sunarman. 2000. Pendinginan Pembekuan dan Pengawetan
Ikan. Penerbit Kanasius
[5] Moejilianto, 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penerbit PT
Penebar Swadaya, Jakarta
[6] Ray, B., 2004. Fundamental Food Microbiology. CRF Press: Boca Ratton
[7] Sopandi, T dan Wardah, 2013. Mikrobiologi Pangan (Teori dan Praktek).
Penerbit ANDI Yogyakarta

More Related Content

What's hot

101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampung
101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampung101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampung
101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampungBenze Aris
 
Kualitas air dalam budidaya
Kualitas air dalam budidayaKualitas air dalam budidaya
Kualitas air dalam budidayapadree_box
 
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan PanganMateri 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan PanganSutyawan
 
Proses Industri Kimia
Proses Industri KimiaProses Industri Kimia
Proses Industri KimialombkTBK
 
Zat anti gizi
Zat anti gizi Zat anti gizi
Zat anti gizi Licia Dewi
 
Ikan dan Hasil Perairan
Ikan dan Hasil PerairanIkan dan Hasil Perairan
Ikan dan Hasil PerairanAgnescia Sera
 
Jenis-jenis Kerusakan Ikan
Jenis-jenis Kerusakan IkanJenis-jenis Kerusakan Ikan
Jenis-jenis Kerusakan IkanLiswan Suhly
 
2. kemunduran mutu ikan tahuna
2. kemunduran mutu ikan tahuna2. kemunduran mutu ikan tahuna
2. kemunduran mutu ikan tahunaEly John Karimela
 
Pewarnaan Gram Metode Preston dan Morrel
Pewarnaan Gram Metode Preston dan MorrelPewarnaan Gram Metode Preston dan Morrel
Pewarnaan Gram Metode Preston dan MorrelNur Latifah
 
Teknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikananTeknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikananHeru Pramono
 
Makalah pengawetan ikan dengan metode penggaraman
Makalah pengawetan ikan dengan metode penggaramanMakalah pengawetan ikan dengan metode penggaraman
Makalah pengawetan ikan dengan metode penggaramanAbd Taj Khalwatiyah
 
Pertemuan 5. penurunan tingkat kesegaran ikan
Pertemuan 5. penurunan tingkat kesegaran ikanPertemuan 5. penurunan tingkat kesegaran ikan
Pertemuan 5. penurunan tingkat kesegaran ikanSyawalina Soerbakti
 

What's hot (20)

Penanganan Limbah Industri Pangan
Penanganan Limbah Industri PanganPenanganan Limbah Industri Pangan
Penanganan Limbah Industri Pangan
 
materi
materimateri
materi
 
AIR
AIRAIR
AIR
 
101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampung
101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampung101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampung
101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampung
 
Kualitas air dalam budidaya
Kualitas air dalam budidayaKualitas air dalam budidaya
Kualitas air dalam budidaya
 
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan PanganMateri 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
 
Haccp
HaccpHaccp
Haccp
 
Proses Industri Kimia
Proses Industri KimiaProses Industri Kimia
Proses Industri Kimia
 
Zat anti gizi
Zat anti gizi Zat anti gizi
Zat anti gizi
 
Pencemaran Minyat di Laut
Pencemaran Minyat di LautPencemaran Minyat di Laut
Pencemaran Minyat di Laut
 
Ikan dan Hasil Perairan
Ikan dan Hasil PerairanIkan dan Hasil Perairan
Ikan dan Hasil Perairan
 
Jenis-jenis Kerusakan Ikan
Jenis-jenis Kerusakan IkanJenis-jenis Kerusakan Ikan
Jenis-jenis Kerusakan Ikan
 
2. kemunduran mutu ikan tahuna
2. kemunduran mutu ikan tahuna2. kemunduran mutu ikan tahuna
2. kemunduran mutu ikan tahuna
 
Pewarnaan Gram Metode Preston dan Morrel
Pewarnaan Gram Metode Preston dan MorrelPewarnaan Gram Metode Preston dan Morrel
Pewarnaan Gram Metode Preston dan Morrel
 
Teknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikananTeknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikanan
 
10. kerusakan bahan makanan
10. kerusakan bahan makanan10. kerusakan bahan makanan
10. kerusakan bahan makanan
 
Makalah ptp
Makalah ptpMakalah ptp
Makalah ptp
 
Makalah pengawetan ikan dengan metode penggaraman
Makalah pengawetan ikan dengan metode penggaramanMakalah pengawetan ikan dengan metode penggaraman
Makalah pengawetan ikan dengan metode penggaraman
 
Alat alat pembekuan
Alat alat pembekuanAlat alat pembekuan
Alat alat pembekuan
 
Pertemuan 5. penurunan tingkat kesegaran ikan
Pertemuan 5. penurunan tingkat kesegaran ikanPertemuan 5. penurunan tingkat kesegaran ikan
Pertemuan 5. penurunan tingkat kesegaran ikan
 

Similar to OPTIMALKAN MIKROORGANISME PADA IKAN

ekologi mikroba virus, bakteri, jamur, protozoa.pptx
ekologi mikroba virus, bakteri, jamur, protozoa.pptxekologi mikroba virus, bakteri, jamur, protozoa.pptx
ekologi mikroba virus, bakteri, jamur, protozoa.pptxlisa hidayati
 
Mikrobiologi pangan bab 1 - prinsip mikrobiologi pangan 2
Mikrobiologi pangan   bab 1 - prinsip mikrobiologi pangan 2Mikrobiologi pangan   bab 1 - prinsip mikrobiologi pangan 2
Mikrobiologi pangan bab 1 - prinsip mikrobiologi pangan 2Muhammad Yusuf
 
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docxPERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docxssuser04c576
 
15. Faktor Pengawetan Mikrobiologi.pdf
15. Faktor Pengawetan Mikrobiologi.pdf15. Faktor Pengawetan Mikrobiologi.pdf
15. Faktor Pengawetan Mikrobiologi.pdfZholaVaryanMuhammad
 
362240259-PERTUMBUHAN-MIKROBA-ppt.pptx
362240259-PERTUMBUHAN-MIKROBA-ppt.pptx362240259-PERTUMBUHAN-MIKROBA-ppt.pptx
362240259-PERTUMBUHAN-MIKROBA-ppt.pptxMaherJewirawan
 
Flora normal serta hubungan hospes dan lingkungan
Flora normal serta hubungan hospes dan lingkunganFlora normal serta hubungan hospes dan lingkungan
Flora normal serta hubungan hospes dan lingkunganiswahyuniSRK
 
Dasar dasar mikrobiologi
Dasar dasar mikrobiologiDasar dasar mikrobiologi
Dasar dasar mikrobiologititamranda
 
5 pertumbuhan dan perkembangan mikroba (1)
5 pertumbuhan dan perkembangan mikroba (1)5 pertumbuhan dan perkembangan mikroba (1)
5 pertumbuhan dan perkembangan mikroba (1)iinmashar
 
MAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docx
MAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docxMAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docx
MAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docxMegasilviaPare
 
Nanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponen
Nanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponenNanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponen
Nanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponenlanilinggar
 
2.-Mikrobiologi-Pangan-Mikrobiologi-Pangan.pdf
2.-Mikrobiologi-Pangan-Mikrobiologi-Pangan.pdf2.-Mikrobiologi-Pangan-Mikrobiologi-Pangan.pdf
2.-Mikrobiologi-Pangan-Mikrobiologi-Pangan.pdfAgathaHaselvin
 
Daur hidup ikan lele by yazid alfa riko
Daur hidup ikan lele by yazid alfa rikoDaur hidup ikan lele by yazid alfa riko
Daur hidup ikan lele by yazid alfa rikoAlfarico Rico
 
Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahArif nor fauzi
 

Similar to OPTIMALKAN MIKROORGANISME PADA IKAN (20)

ekologi mikroba virus, bakteri, jamur, protozoa.pptx
ekologi mikroba virus, bakteri, jamur, protozoa.pptxekologi mikroba virus, bakteri, jamur, protozoa.pptx
ekologi mikroba virus, bakteri, jamur, protozoa.pptx
 
Mikrobiologi pangan bab 1 - prinsip mikrobiologi pangan 2
Mikrobiologi pangan   bab 1 - prinsip mikrobiologi pangan 2Mikrobiologi pangan   bab 1 - prinsip mikrobiologi pangan 2
Mikrobiologi pangan bab 1 - prinsip mikrobiologi pangan 2
 
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docxPERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
 
15. Faktor Pengawetan Mikrobiologi.pdf
15. Faktor Pengawetan Mikrobiologi.pdf15. Faktor Pengawetan Mikrobiologi.pdf
15. Faktor Pengawetan Mikrobiologi.pdf
 
362240259-PERTUMBUHAN-MIKROBA-ppt.pptx
362240259-PERTUMBUHAN-MIKROBA-ppt.pptx362240259-PERTUMBUHAN-MIKROBA-ppt.pptx
362240259-PERTUMBUHAN-MIKROBA-ppt.pptx
 
Flora normal serta hubungan hospes dan lingkungan
Flora normal serta hubungan hospes dan lingkunganFlora normal serta hubungan hospes dan lingkungan
Flora normal serta hubungan hospes dan lingkungan
 
Dasar dasar mikrobiologi
Dasar dasar mikrobiologiDasar dasar mikrobiologi
Dasar dasar mikrobiologi
 
108547896 makalah-biokimia-hasil-perikanan
108547896 makalah-biokimia-hasil-perikanan108547896 makalah-biokimia-hasil-perikanan
108547896 makalah-biokimia-hasil-perikanan
 
5 pertumbuhan dan perkembangan mikroba (1)
5 pertumbuhan dan perkembangan mikroba (1)5 pertumbuhan dan perkembangan mikroba (1)
5 pertumbuhan dan perkembangan mikroba (1)
 
Mikrobiologi
Mikrobiologi Mikrobiologi
Mikrobiologi
 
MAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docx
MAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docxMAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docx
MAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docx
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
Makalah kimbal
Makalah kimbalMakalah kimbal
Makalah kimbal
 
Nanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponen
Nanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponenNanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponen
Nanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponen
 
2.-Mikrobiologi-Pangan.pdf
2.-Mikrobiologi-Pangan.pdf2.-Mikrobiologi-Pangan.pdf
2.-Mikrobiologi-Pangan.pdf
 
2.-Mikrobiologi-Pangan-Mikrobiologi-Pangan.pdf
2.-Mikrobiologi-Pangan-Mikrobiologi-Pangan.pdf2.-Mikrobiologi-Pangan-Mikrobiologi-Pangan.pdf
2.-Mikrobiologi-Pangan-Mikrobiologi-Pangan.pdf
 
Daur hidup ikan lele by yazid alfa riko
Daur hidup ikan lele by yazid alfa rikoDaur hidup ikan lele by yazid alfa riko
Daur hidup ikan lele by yazid alfa riko
 
Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanah
 
Tugas mikrobiologi hajarul aswat
Tugas mikrobiologi hajarul aswatTugas mikrobiologi hajarul aswat
Tugas mikrobiologi hajarul aswat
 
Tugas mikrobiologi hajarul aswat
Tugas mikrobiologi hajarul aswatTugas mikrobiologi hajarul aswat
Tugas mikrobiologi hajarul aswat
 

Recently uploaded

Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfMembaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfindigobig
 
Metodologi penelitian teknik sipil unesa
Metodologi penelitian teknik sipil unesaMetodologi penelitian teknik sipil unesa
Metodologi penelitian teknik sipil unesaYanuarBayu2
 
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIAPPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIACochipsPJW
 
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaKelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaErvina Puspita
 
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptxKelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptxWitaadw
 
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.tency1
 
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdfMutiaraArafah2
 
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptxMODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx12MIPA3NurulKartikaS
 
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIPresentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIariwidiyani3
 

Recently uploaded (9)

Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfMembaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
 
Metodologi penelitian teknik sipil unesa
Metodologi penelitian teknik sipil unesaMetodologi penelitian teknik sipil unesa
Metodologi penelitian teknik sipil unesa
 
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIAPPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
 
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaKelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
 
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptxKelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
 
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
 
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
 
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptxMODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
 
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIPresentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
 

OPTIMALKAN MIKROORGANISME PADA IKAN

  • 1. 1 MIKROORGANISME PENYEBAB KERUSAKAN PADA IKAN DAN HASIL PERIKANAN LAINNYA Oleh : Daniel H. Ndahawali Abstract Microorganisms can cause a variety of changes in both biochemical and physically that can cause unwanted properties, which in turn leads food damaged and rot. Best efforts to maintain the quality of the fishery products as follows : (1) reducing the number of microorganisms and enzymes, where spoilage bacteria found on the skin and especially on the gills and intestinals; (2) Killing or inhibiting the activity of bacteria and enzymes with use of low temperatures, high temperature, moisture reduction, use of antiseptics and radiation; (3) Protecting fishery products from bacterial contamination and cause other damage that comes from outside. I. Pendahuluan Sebagai sumber pangan ikan dan hasil perikanan lainnya merupakan komoditi yang mudah busuk. lkan mulai mengalami proses pembusukan sejak pertama kali ditangkap. Proses pembusukan ini dapat disebabkan oleh aktivitas enzim, aktivitas mikroorgnisme yang terdapat dalam tubuh ikan itu sendiri, atau karena adanya proses oksidasi pada lemak tubuh oleh udara. Tubuh ikan mengandung air yang cukup tinggi yaitu 60-80 % serta mempunyai pH tubuh mendekati netral yaitu pH 7,2 sehingga bisa menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pembusuk. Disamping itu, daging ikan juga memiliki tenunan pengikat tendon yang sedikit hingga mudah dicerna oleh enzim autolisis. Selanjutnya menurut Moeljanto (1992), daging ikan sangat cepat mengalami pembusukan bagaimanapun baiknya penanganan yang dilakukan, tidak akan mungkin membuat ikan tetap segar. Namun yang diusahakan adalah menghambat proses pembusukan (penguraian jaringan) sehingga dapat disimpan lebih lama dalam keadaan baik dan masih layak untuk dikonsumsi. Mikroorganisme dapat menimbulkan bermacam perubahan baik secara biokimiawi maupun fisikawi yang dapat menyebabkan timbulnya sifat-sifat yang tidak dikehendaki atau yang tidak disukai dan akhirnya menjurus pada kerusakan secara keseluruhan yaitu menjadi bahan pangan menjadi busuk, namun demikian masih sulit untuk mengetahui perubahan mana yang terjadi lebih dahulu, sehingga dapat ditentukan secara pasti tahap permulaan terjadinya perubahan yang disebabkan oleh mikorganisme walapun berbagai
  • 2. 2 cara pengujian kimiawi dan mikrobiologis serta pegujian fisikawi dapat dikerjakan untuk mengetahui kerusakan ikan dan hasil perikanan lainnya. Sebagai contoh dari keadaan fisiknya dapat diketahui dengan timbulnya lendir, warna permukaan badan yang suram, dan mata keruh namun semua hanya merupakan dampak dari kerusakan yang sesungguhnya sudah sampai pada tahap lanjut. Selanjutnya secara kimiawi, kerusakan ikan dapat diketahui dengan adanya perubahan pH pada daging ikan, timbulnya asam, timbulnya zat bau yang tidak sedap, sedangkan cara mikrobiologis pada umumnya kurang praktis digunakan untuk mengetahui kerusakan ikan karena lamanya waktu yang diperlukan untuk analis di laboratorium. II. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Mikroorganisme Pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan seluruh unsur pokok kimia sel. Hal tersebut merupakan suatu proses yang memerlukan replikasi seluruh struktur, organel, dan komponen protoplasma seluler dengan adanya nutrien dalam lingkungan sekelilingnya. Dalam pertumbuhan bakteri, semua substansi esensial harus tersedia untuk sintesis dan pemeliharaan protoplasma, dengan sumber energi, dan kondisi lingkungan yang sesuai. Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dalam pangan ditentukan dari berbagai faktor yang saling terkait. Berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dalam pangan antara lain ditentukan oleh karateristik fisika-kimia pangan (faktor intrinsik), dan kondisi lingkungan penyimpanan (faktor ekstrinsik), (Adams dan Moss, 2008). a. Faktor intrinsik pangan Ketersediaan Nutrisi Mikroorganisme membutuhkan zat nutrisi pokok tertentu untuk pertumbuhan dan pemeliharaan fungsi-fungsi metabolismenya. Jumlah dan jenis zat nutrisi yang dibutuhkan tergantung dari masing-masing microorganisme itu sendiri. Zat nutrisi termasuk air, karbohidrat, protein, dan lemak, nitrogen, vitamin dan mineral. Menurut Ray (2004), pertumbuhan mikroorganisme dicapai dengan melakukan sintesa komponen seluler dan energi. Hampir semua pangan termasuk ikan dan hasil perikanan lainnya mengandung 5 kelompok utama nutrisi, baik yang secara alami sudah ada atau yang ditambahkan ke dalam pangan dan setiap nutrisi memiliki jumlah yang sangat bervariasi sesuai dengan jenis pangan. Pada umumnya, pangan hewani memiliki kandungan protein, lipida, mineral dan vitamin yang tinggi, tetapi rendah kandungan karbohidrat. Mikroorganisme alami dalam pangan membutuhkan nutrisi yang bervariasi dan bakteri mempunyai kebutuhan nutrisi paling tinggi yang diikuti oleh khamir dan kapang. Asam-asam amino merupakan sumber nitrogen dan energi oleh kebanyakan mikroorganisme dimana sumber-sumber nitrogen berasal urea, amonia, kreatin dan metilamin. Selanjutnya mineral-mineral yaang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorgnisme seperti fosfor, besi, magnesium, sulfur, mangan, kalsium dan potasium, dan umumnya jumlah mineral yang dibutuhkan relatif sedikit.
  • 3. 3 Aktivitas air Aktivitas air (aw ) adalah ukuran ketersediaan air untuk fungsi biologis mikroorganisme dan berhubungan dengan keberadaan air bebas dalam pangan. Dalm bahan pangan air dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (1) air terikat secara kimia, (2) air terikat secara fisik, dan (3) air bebas. Menurut Sopandi dan Wardah (2013) air bebas dalam pangan diperlukan untuk pertumbuhan mikroba yang akan digunakan untuk transpor nutrisi, pengeluaran material limbah, melaksanakan reaksi enzimatis, sintesis komponen seluler dan mengambil bagian dalam reaksi biokimia yang lain seperti hidrolisis polimer menjadi monomer misalnya menjadi asam amino. Setiap kelompok atau spesies mikroba mempunyai kadar aw optimum dan maksimum yang berbeda untuk pertumbuhan. Secara umum nilai aw untuk kapang adalah 0,8, khamir 0,6 dan kebanyakan bakteri memiliki aw 0,90 untuk bakteri gram positif dan 0,93 untuk bakteri gram negatif. Nilai pH Nilai pH pangan sangat bervariasi, bergantung pada jenis pangan. Berdasarkan nilai pH pangan dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu pangan yang mempunyai keasaman tinggi (nilai pH di bawah 4,6) dan keasaman rendah (nilai pH 4,6 atau lebih). Daging dan ikan termasuk pangan yang memiliki pH yang tinggi dengan nilai pH 4,1 – 4,4. Menurut Adams dan Moss, 2008), keasaman atau kebasaan lingkungan berpengaruh terhadap aktivitas dan stabilitas makromolekul seperti enzim sehingga menghambat pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme. Nilai pH pangan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan viabilitas sel mikroba dan sedikit berpengaruh terhadap dua aspek respirasi sel mikroba, yaitu berpengaruh terhadap fungsi enzim dan transpor nutrisi ke dalam sel (Jay, 2000). Potensial Rekdos dan Oksigen Potensial redoks atau oksidasi-reduksi (O-R) dinyatakan sebagai Eh, yang merupakan unit listrik dalam milivolt (mV). Kisaran oksidasi dinyatakan dalam +mV dan kisaran reduksi dalam –mV. Substansi redoks dalam sistem biologi mempunyai peranan proses pembentukan energi. Oksigen bebas yang berada dalam sistem akan bertindak sebagai aseptor elektron. Beberapa komponen tanpa oksigen seperti NO3 dan SO4 akan menerima elektron, sehingga keberadaan oksigen dalam sistem tidak memerlukan reaksi oksidasi reduksi (Brown dan Emberger, 1980 dalam Sopandi dan Wardah, 2013). Pertumbuhan mikroorganisme dalam kondisi adanya oksigen bebas maupun tanpa adanya oksigen dikelompokan menjadi mikroorganisme aerob, anaerob, fakultatif anaerob, atau mikroaerofil. Mikroorganisme yang bersifat aerob adalah yang membutuhkan oksigen bebas untuk menghasilkan energi dan oksigen bebas akan berperan sebagai
  • 4. 4 aseptor elektron akhir melalui respirasi aerobik. Selanjutnya fakultatif anaerob dapat menghasilkan energi jika tersedia oksigen atau komponen tanpa oksigen seperti NO3 atau SO4 sebagai aseptor elektron akhir melalu respirasi anaerobik. Pertumbuhan mikroorganisme dan kemampuannya untuk menghasilkan energi melalui rekasi metabolik bergantung pada potensial redoks pangan. Kisaran Eh untuk pertumbuhan mikroorganisme adalah +500 sampai +300 mV, fakultataif anaerob +300 sampai +100 mV, dan obligat anaerob +100 sampai -250 mV (Ray, 2004). b. Faktor Ekstrinsik Pangan Kelembaban Relatif Kelembaban relatif berhubungan dengan dengan aw , yaitu ukuran aktivitas air pada fase gas. Air akan dipindahkan dari fase gas ke pangan dengan aw yang rendah yang disimpan dalam lingkungan yang mempunyai kelembaban relatif tinggi. Proses peningkatan aw tersebut memerlukan waktu lama, tetapi pada permukaan pangan akan terjadi kondensasi sehingga di lokasi tertentu aw tinggi. Daerah yang mempunyai aw tinggi dapat menjadi tempat memulai pertumbuhan mikroorganisme (Adams dan Moss, 2008). Pangan yang mempunyai permukaan mudah mengalami kerusakan oleh kapang, khamir dan beberapa bakteri sehingga harus disimpan pada kelembaban yang relatif rendah. Suhu Mikroorganisme mempunyai memiliki kisaran suhu yang berbeda untuk tumbuh dan berkembang. Psikrofilik merupakan golongan mikroorganisme yang tumbuh pada suhu refrigerasi (0-5oC) dengan mengabaikan kisaran suhu pertumbuhan. Psikrofilik pada umumnya dapat tumbuh dengan cepat pada suhu antara 10-30 oC. Kapang, khamir dan beberapa bakteri gram negatif dari genus Pseudomonas, Achromobackter, Yersnia, Serratia, Aeromonas, bakteri gram positif dari genus Leunostoc, Lactobacillus, Bacillus, Clostridium dan Listeria termasuk dalam kelompok bakteri Psikrofil. Mikroorganisme yang dapat bertahan hidup pada suhu pasteurisasi disebut Thermofilik. Spesies dari genus Micrococcus, Bacillus, Clostridium, Lactobacillus, Pediococcus, Enterococcus serta bakteri pembentuk spora termasuk dalam kelompok Thermofilik (Ray, 2004) Tabel 01. Kisaran suhu bagi kehidupan Bakteri Jenis Bakteri Suhu minimum Suhu Optimum Suhu maksimum Thermofilk 25 – 45 oC 50 - 55 oC 60 – 80 oC Mesofilik 5 – 25 oC 25 – 37 oC 43 oC Psikrofilik 0 oC 14 – 20 oC 30 oC Sumber : Murniyati dan Sunarman (2000) Gas Atmosfir
  • 5. 5 Atmosfir mengandung sekitar 20% Oksigen yang merupakan komposisi gas penting yang kontak dengan pangan normal. Komposisi gas di atmosfir berpengaruh terhadap potensial redoks, serta menentukan perkembangan dan laju pertumbuhan mikroorganisme dalam pangan. Menurut Adams dan Moss (2008), karbondioksida mempunyai efek yang berbeda terhadap mikroorganisme. Kapang dan bakteri gram negatif oksidatif lebih sensitif, tetapi bakteri gram positif khususnya lactobacili cenderung lebih resisten. Penghambatan pertumbuhan umumnya lebih tinggi pada kondisi aerobik jika dibandingkan dengan kondisi anaerobik serta efek penghambatan akan meningkat dengan penurunan suhu. III. Jenis-jenis Mikroorganisme Penyebab Kerusakan Pada Hasil Perikanan Hasil perikanan seperti ikan, krustasea (udang, lobster, kepiting) dan moluska (tiram dan remis) merupakan jenis pangan yang kaya akan protein dan noprotein nitrogen dengan kandungan lemak bergantung pada jenis dan musim. Ikan dan kerang kecuali moluska mempunyai kadar karbohidrat yang rendah dengan kandungan glikogen sekitar 3%. Populasi mikroorganisme pada produk pangan tersebut sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh tingkat polusi dan suhu air. Berbagai jenis bakteri, virus, parasit dan protozoa dapat berada dalam ikan dan kerang mentah . Daging ikan dan kerang adalah steril tetapi sisik, insang dan intestinal merupakan tempat hidup mikroorganisme. Ikan dan krustasea dapat mengandung bakteri sebanyak 103-8 sel/gram . Pada umumnya hewan dari lingkungan laut dapat mengandung bakteri Halofilik vibrio, Pseudomonas, Alteromonas, Flvobacterium, Enterococcus, Micrococcus, Coliforms, dan Patogen seperti Vibrio parahemolyticus, V. vulnificus, dan Clostridium type E. Ikan air tawar secara umum mengandung Pseusdomonas, Flavobacterium, Enterococcus, Micrococcus, Bacillus dan Koliforms. Ikan dan kerang yang di panen dari air yang tercemar kotoran hewan dapat mengandung Salmonella, Shigella, Clostridium perfringens, Vibrio cholerae, virus hepatitis A dan virus Norwalk (Sopandi dan Wardah, 2013). Menurut Hadiwiyoto (1993), secara umum bakteri gram negatif dari golongan Pseudomonas dan Acromobacter yang dapat menghasilkan asam dan aldehida yang memegang peranan besar pada pembusukan hasil perikanan, disusul golongan Flavobacterium. Ketiga bakteri ini menyebabkan hasil perikanan menjadi basi dan makin lama makin menjadi busuk. Sementara itu golongan Micrococcus dan Bacillus jarang menyebabkan kerusakan meskipun kedua bakteri ini juga tidak boleh diabaikan. Pediococcus halophilus dan Pediococcus cereviceae dapat menyebabkan timbulnya asam bebas. Dari golongan bakteri Laktobasili, Koli dan Streptococci dan golongan Yeast banyak pula yang dapat menimbulkan kerusakan dengan menimbulkan asam yaitu yang berperan pada fermentasi asam laktat dari gula. Bakteri Leuconostoc mesentroides dapat merubah gula reduksi menjadi dekstran yang dapat menutup seluruh permukaan tubuh ikan berupa lendir. Selanjutnya dari golongan Pseudomonas juga dapat memecah rangkaian karbohidrat dengan enzim-enzim oksidase yang
  • 6. 6 dihasilkan kemudian menimbulkan pewarnaan pada ikan, misalnya Pseudomonas flourescence dapat menimbulkan noda berwarna kuning atau kuning kehijauan sebelum ikan menjadi busuk, kemudian Micrococcus, Sarcina, dan Bacillus dapat menimbulkan noda-noda berwarna merah. Sementara itu jamur dan yeast dapat menimbulkan pewarnaan berupa noda- noda berwarna coklat pada ikan. Pada jenis ikan kod dan haddock yang telah menjadi busuk banyak ditemukan Pseudomonas putrefaciens sementara penyebab kerusakan paling banyak pada udang yang berasal dari sungai yaitu Pseudomonas dan Achromobacter, Bacillus, Flavobacterium, Lactobacillus, Micrococcus, Sarcina, Staphilococcus, Alcalineus, dan Proteus yang juga diketahui merupakan penyebab kerusakan pada ikan dan udang. Kerusakan pada jenis kepiting banyak disebabkan oleh bakteri Pseudomonas, Achromobacter dan Proteus sedangkan pada lobster disebabkan oleh bakteri Pseudomonas, Alcaligenus, Flabobacterium, dan Bacillus. selain bakteri tersebut, jenis-jenis bakteri klostrida yang berbahaya (patogen) dimana dapat menyebabkan kerusakan hasil perikanan. Tipe kerusakan hasil perikanan yang disebabkan oleh bakteri klostrida dapat yaitu kerusakan protein maupun komponen lainnya tergantung pada jenis klostridianya. Golongan klostridia tipe A, B, dan F menimbulkan kerusakan yang sifatnya proteolitik, golongan tipe C, D, dan E menimbulkan kerusakan yang sifatnya non proteolitik, sedankan golongan klostridia tipe G dapat menimbulkan kerusakan kedua-keduanya (Hadiwiyoto, 1993). Selain bakteri pembusuk yang berperanan, terindentifikasi pula beberapa bakteri yang dapat menghasilkan zat bau, misalnya bakteri Streptomyces menyebabkan ikan berbau busuk. Bakteri penghasil amonia adalah Bacillus subtilis, Escherichia coli, Proteus vulgaris, dan Clostridium sporogenus. Yeast Saccharomyces cereviceae diketahui dapat menimbulkan terbentuknya ammonia dan pemecahan asam glutamat. Bakteri golongan klostridia misalnya Clostridium botulinum, Clostridium posteurianium, Clostridium sporogenus dapat menghasilkan enzim hidrogenase yang menyebabkan unsur ferredoiksin dapat tereduksi menghasilkan gas hidrogen, sementara itu bakteri Eschericia coli dan Aerobacter aerogenus selain dapat menghasilkan gas hidrogen juga dapat menghasilkan gas karbondioksida. Pseudomonas dan Actinomyces, Achromobacter menghasilkan senyawa-senyawa sulfida. Pseudomonas putrifaciens menghasilkan senyawa-senyawa propionalheida, metilmerkaptan, dismetilsufida, dimentiltrisulfida dan trimetilamin pada daging ikan. Senyawa-senyawa yang dihasilkan ini menimbulkan bau yang tidak sedap. Bau seperti tanah yang sering dijumpai pada ikan salem disebabkan oleh golongan yang banyak dijumpai di air. Senyawa yang berbau busuk terkadang bersifat racun, misalnya putresin, kadaverin, histamin. Bakteri Streptomyces fradiae dan Streptomyces microflavor dapat merusak sisik ikan yang mengandung keratin menjadi putresin pada keadaan pH 8,5 – 9,5, Bacillus cadaveris, Eschericia coli, dan Clostridium lyticum diketahui menghasilkan kadaverin yang menimbulkan bau busuk.
  • 7. 7 IV. Penutup Telah diketahui bahwa kerusakan (pembusukan) ikan dan hasil perikanan lainnya disebabkan oleh aktivitas enzim dan mikroorganisme. Oleh karena itu menurut Murniyati dan Sunarman (2000), untuk mencegah pembusukan akan sangat efektif kedua penyebab utama itu dihilangkan, dibunuh dan dicegah kedatangan penyebab lain yang berasal dari luar. Sampai saat ini manusia baru berhasil memperlambat atau menunda proses kerusakan atau pembusukan tersebut. Usaha terbaik yang dapat dilakukan manusia untuk mempertahankan mutu hasil perikanan terhadap pembusukan, sebagai berikut : (1) mengurangi jumlah bakteri dan enzim, bakteri terdapat pada bagian kulit dan terutama pada insang dan isi perutnya, sedang enzim pada daging dan sebagian besar pada perutnya. Jika setelah ditangkap dibuang isi perutnya dan insangnya serta kemudian di cuci bersih, dihilangkan lendir-lendirnya maka sebagian besar bakteri pembusuk dan ezim akan terbuang; (2) memusnahkan atau menghambat kegiatan bakteri dan enzim, Bakteri yang tertinggal pada ikan dapat diperangi dengan berbagai cara antara lain penggunaan suhu rendah, penggunaan suhu tinggi, penurunan kadar air, penggunaan antiseptik dan penyinaran atau radiasi; (3) Melindungi hasil perikanan dari kontaminasi bakteri dan penyebab kerusakan lain yang datang dari luar, pengawetan tidak akan banyak berarti jika ikan atau hasil perikanan yang diawetkan tidak dilindungi dari penyebab kerusakan baru yang datang dari luar. Kerusakan ikan dan hasil olahan perikanan dari luar antara lain : (a) pembusukan akibat pencemaran bakteri dari air, pembungkus dari ikan lain dan sebagainya, (b) oksidasi lemak yang menimbulkan bau tengik, (c) kerusakan-kerusakan fisik karena serangga, jamur, kecerobohan dalam penanganan dan sebagainya. Untuk melindungi hasil perikanan terhadap kerusakan-kerusakan ini kita harus melakukan sanitasi dan hygiene baik dalam proses penanganan, pengemasan/pengepakan yang baik serta usaha-usaha proteksi lainnya. Gambar 01. Beberapa jenis Bakteri Patogen Pada Hasil Perikanan PerPerikananpatogePatoppatogen Eschericia coli PerPerikananp atogePatoppat ogen Staphylococcus sp Salmonella spPseudomonas spClostridium perfringens
  • 8. 8 REFERENCES [1] Adams, M.R and M.O. Moss, 2008. Food Microbiology. Third Ed. The RSC. Pub. Cambridge CB. [2] Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Penerbit Liberty Yogyakarta. [3] Jay, J.M.,2000. Modern Food Microbiology, Aspen Pub. Gaitherburg. Maryland [4] Murniyati, A.S., Sunarman. 2000. Pendinginan Pembekuan dan Pengawetan Ikan. Penerbit Kanasius [5] Moejilianto, 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta [6] Ray, B., 2004. Fundamental Food Microbiology. CRF Press: Boca Ratton [7] Sopandi, T dan Wardah, 2013. Mikrobiologi Pangan (Teori dan Praktek). Penerbit ANDI Yogyakarta