Dokumen tersebut membahas tentang pengertian ekologi, ekosistem, dan berbagai istilah terkait lingkungan hidup seperti pencemaran, kerusakan lingkungan, konservasi sumber daya alam, dan pentingnya tata kelola lingkungan dalam industri.
Dokumen tersebut membahas tentang hukum lingkungan di Indonesia, mulai dari definisi lingkungan hidup, sejarah perkembangan hukum lingkungan, hubungan antara ekologi dan hukum lingkungan, daya dukung dan daya tampung lingkungan, latar belakang hukum lingkungan, hubungan antara hukum lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, serta beberapa permasalahan lingkungan seperti kebakaran hutan dan asap di Indonesia yang diperkirakan men
Dokumen tersebut membahas tentang hukum lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Secara ringkas, dokumen menjelaskan definisi lingkungan hidup, masalah-masalah lingkungan hidup di Indonesia seperti penebangan liar dan polusi, serta pentingnya kesadaran masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup.
Dokumen tersebut membahas tentang peran berbagai disiplin ilmu dalam pengelolaan lingkungan hidup, prinsip-prinsip hukum lingkungan, dan perkembangan kesadaran global akan pentingnya perlindungan lingkungan sejak tahun 1960-an.
Dokumen tersebut membahas tentang kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009. UU tersebut memberikan kewenangan kepada Pemerintah Pusat untuk menetapkan kebijakan nasional dan Pemerintah Daerah untuk menetapkan kebijakan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dalam bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur mengenai upaya sistematis dan terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah pencemaran serta kerusakan lingkungan, meliputi perencanaan, pengendalian, pemantauan, dan penegakan hukum. UU ini menggunakan berbagai instrumen seperti KLHS, tata ruang, baku mutu, AMDAL, UKL-UPL, perizinan, dan instr
Dokumen tersebut membahas tentang hukum tata ruang di Indonesia. Hukum tata ruang diperlukan untuk mengatur penggunaan ruang secara terpadu dan berkelanjutan guna menjamin keseimbangan antara ruang dan kebutuhan manusia saat ini dan masa depan. Dokumen tersebut juga menjelaskan peraturan yang mengatur tata ruang serta permasalahan yang dihadapi dalam penerapan tata ruang di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian ekologi, ekosistem, dan berbagai istilah terkait lingkungan hidup seperti pencemaran, kerusakan lingkungan, konservasi sumber daya alam, dan pentingnya tata kelola lingkungan dalam industri.
Dokumen tersebut membahas tentang hukum lingkungan di Indonesia, mulai dari definisi lingkungan hidup, sejarah perkembangan hukum lingkungan, hubungan antara ekologi dan hukum lingkungan, daya dukung dan daya tampung lingkungan, latar belakang hukum lingkungan, hubungan antara hukum lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, serta beberapa permasalahan lingkungan seperti kebakaran hutan dan asap di Indonesia yang diperkirakan men
Dokumen tersebut membahas tentang hukum lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Secara ringkas, dokumen menjelaskan definisi lingkungan hidup, masalah-masalah lingkungan hidup di Indonesia seperti penebangan liar dan polusi, serta pentingnya kesadaran masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup.
Dokumen tersebut membahas tentang peran berbagai disiplin ilmu dalam pengelolaan lingkungan hidup, prinsip-prinsip hukum lingkungan, dan perkembangan kesadaran global akan pentingnya perlindungan lingkungan sejak tahun 1960-an.
Dokumen tersebut membahas tentang kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009. UU tersebut memberikan kewenangan kepada Pemerintah Pusat untuk menetapkan kebijakan nasional dan Pemerintah Daerah untuk menetapkan kebijakan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dalam bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur mengenai upaya sistematis dan terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah pencemaran serta kerusakan lingkungan, meliputi perencanaan, pengendalian, pemantauan, dan penegakan hukum. UU ini menggunakan berbagai instrumen seperti KLHS, tata ruang, baku mutu, AMDAL, UKL-UPL, perizinan, dan instr
Dokumen tersebut membahas tentang hukum tata ruang di Indonesia. Hukum tata ruang diperlukan untuk mengatur penggunaan ruang secara terpadu dan berkelanjutan guna menjamin keseimbangan antara ruang dan kebutuhan manusia saat ini dan masa depan. Dokumen tersebut juga menjelaskan peraturan yang mengatur tata ruang serta permasalahan yang dihadapi dalam penerapan tata ruang di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang pembentukan peraturan daerah, meliputi pengertian peraturan daerah, asas-asas yang harus dimiliki peraturan daerah, dan proses penyusunan rancangan peraturan daerah.
Tata guna tanah bertujuan untuk mengatur penggunaan tanah secara terencana dan berkelanjutan guna memaksimalkan kesejahteraan masyarakat berdasarkan UU dan PP. Ada dua model utama yaitu zoning yang membagi wilayah menjadi zona penggunaan tanah, dan model terbuka yang lebih fleksibel dalam penentuan lokasi kegiatan. Prinsip-prinsipnya meliputi pemanfaatan ganda tanah, produktivitas maksimum, dan pengg
Dokumen tersebut membahas definisi dan tujuan dari kajian lingkungan hidup strategis (KLHS). KLHS adalah proses sistematis untuk mengevaluasi dampak lingkungan dari kebijakan, rencana, atau program pembangunan agar pertimbangan lingkungan dapat diperhitungkan sejak awal proses pengambilan keputusan. KLHS bertujuan untuk meningkatkan manfaat pembangunan, memastikan keberlanjutannya, serta meminimalkan dampak
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
Dokumen tersebut membahas tentang hukum pidana khusus terorisme di Indonesia. Terdapat definisi terorisme, kekerasan, ancaman kekerasan, dan bahan peledak. Juga dijelaskan ruang lingkup keberlakuan hukum tersebut, yurisdiksi negara lain, ketentuan pidana, serta sanksi bagi korporasi yang terlibat tindak pidana terorisme.
Dokumen tersebut membahas tentang Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB) di Indonesia dan negara lain. Menurut peraturan perundang-undangan Indonesia, AUPB terdiri atas 7 asas yaitu: 1) Asas Kepastian Hukum, 2) Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, 3) Asas Kepentingan Umum, 4) Asas Keterbukaan, 5) Asas Proporsionalitas, 6) Asas Profesionalitas, 7) Asas Akuntabilitas
Dokumen tersebut membahas berbagai sanksi administrasi seperti sanksi pidana, sanksi administrasi lainnya, bestuursdwang, pengenaan uang paksa, sanksi kumulasi, serta upaya administratif dan prosedur di pengadilan TUN seperti persyaratan gugatan.
Dokumen tersebut membahas tentang hukum laut internasional khususnya mengenai wilayah perairan Indonesia berdasarkan UNCLOS 1982. Indonesia memiliki kedaulatan atas wilayah perairan seluas 3,1 juta km2 yang terdiri dari perairan kepulauan 2,3 juta km2, laut teritorial 0,8 juta km2, dan hak eksklusif atas ZEE seluas 2,7 juta km2. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai zona wilayah
Bahan ajar identifikasi tindak pidana kehutananSudirman Sultan
Kegiatan Identifikasi ini bertujuan untuk memperoleh data yang akurat, aktual, dan faktual tentang suatu tindak pidana yang terjadi. Sedangkan manfaat indentifikasi adalah agar unsur-unsur dalam penyidikan tindak pidana kehutanan dapat terpenuhi, sehingga memudahkan penyidik dalam pemberkasan perkara.
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Idik Saeful Bahri
Hukum pidana khusus adalah ketentuan pidana yang diatur secara khusus di luar KUHP untuk tindak pidana tertentu seperti korupsi, pencucian uang, dan terorisme. Hukum pidana khusus mencakup hukum pidana materiil dan formil, serta menggunakan pengadilan dan instrumen khusus. Hukum pidana khusus diperlukan untuk mengimbangi perkembangan kriminalitas baru yang tidak tertangani oleh KUHP
MEMAHAMI KEDAULATAN (SOVEREIGNTY) HAK BERDAULAT (SOVEREIGN RIGHTS) DAN YURISDIKSI salah satu slide dari pelajaran Wawasan Nusantara dengan dosen pengampu (Alm) Wahyono
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Melalui Pengadilan Dan Di Luar PengadilanSepi saepulloh sanam
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat dilakukan melalui pengadilan atau di luar pengadilan, dengan pilihan penyelesaian secara sukarela oleh para pihak yang bersengketa dan gugatan hanya dapat diajukan ke pengadilan jika upaya penyelesaian di luar pengadilan gagal.
Dokumen tersebut membahas tentang pembentukan peraturan daerah, meliputi pengertian peraturan daerah, asas-asas yang harus dimiliki peraturan daerah, dan proses penyusunan rancangan peraturan daerah.
Tata guna tanah bertujuan untuk mengatur penggunaan tanah secara terencana dan berkelanjutan guna memaksimalkan kesejahteraan masyarakat berdasarkan UU dan PP. Ada dua model utama yaitu zoning yang membagi wilayah menjadi zona penggunaan tanah, dan model terbuka yang lebih fleksibel dalam penentuan lokasi kegiatan. Prinsip-prinsipnya meliputi pemanfaatan ganda tanah, produktivitas maksimum, dan pengg
Dokumen tersebut membahas definisi dan tujuan dari kajian lingkungan hidup strategis (KLHS). KLHS adalah proses sistematis untuk mengevaluasi dampak lingkungan dari kebijakan, rencana, atau program pembangunan agar pertimbangan lingkungan dapat diperhitungkan sejak awal proses pengambilan keputusan. KLHS bertujuan untuk meningkatkan manfaat pembangunan, memastikan keberlanjutannya, serta meminimalkan dampak
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
Dokumen tersebut membahas tentang hukum pidana khusus terorisme di Indonesia. Terdapat definisi terorisme, kekerasan, ancaman kekerasan, dan bahan peledak. Juga dijelaskan ruang lingkup keberlakuan hukum tersebut, yurisdiksi negara lain, ketentuan pidana, serta sanksi bagi korporasi yang terlibat tindak pidana terorisme.
Dokumen tersebut membahas tentang Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB) di Indonesia dan negara lain. Menurut peraturan perundang-undangan Indonesia, AUPB terdiri atas 7 asas yaitu: 1) Asas Kepastian Hukum, 2) Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, 3) Asas Kepentingan Umum, 4) Asas Keterbukaan, 5) Asas Proporsionalitas, 6) Asas Profesionalitas, 7) Asas Akuntabilitas
Dokumen tersebut membahas berbagai sanksi administrasi seperti sanksi pidana, sanksi administrasi lainnya, bestuursdwang, pengenaan uang paksa, sanksi kumulasi, serta upaya administratif dan prosedur di pengadilan TUN seperti persyaratan gugatan.
Dokumen tersebut membahas tentang hukum laut internasional khususnya mengenai wilayah perairan Indonesia berdasarkan UNCLOS 1982. Indonesia memiliki kedaulatan atas wilayah perairan seluas 3,1 juta km2 yang terdiri dari perairan kepulauan 2,3 juta km2, laut teritorial 0,8 juta km2, dan hak eksklusif atas ZEE seluas 2,7 juta km2. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai zona wilayah
Bahan ajar identifikasi tindak pidana kehutananSudirman Sultan
Kegiatan Identifikasi ini bertujuan untuk memperoleh data yang akurat, aktual, dan faktual tentang suatu tindak pidana yang terjadi. Sedangkan manfaat indentifikasi adalah agar unsur-unsur dalam penyidikan tindak pidana kehutanan dapat terpenuhi, sehingga memudahkan penyidik dalam pemberkasan perkara.
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Idik Saeful Bahri
Hukum pidana khusus adalah ketentuan pidana yang diatur secara khusus di luar KUHP untuk tindak pidana tertentu seperti korupsi, pencucian uang, dan terorisme. Hukum pidana khusus mencakup hukum pidana materiil dan formil, serta menggunakan pengadilan dan instrumen khusus. Hukum pidana khusus diperlukan untuk mengimbangi perkembangan kriminalitas baru yang tidak tertangani oleh KUHP
MEMAHAMI KEDAULATAN (SOVEREIGNTY) HAK BERDAULAT (SOVEREIGN RIGHTS) DAN YURISDIKSI salah satu slide dari pelajaran Wawasan Nusantara dengan dosen pengampu (Alm) Wahyono
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Melalui Pengadilan Dan Di Luar PengadilanSepi saepulloh sanam
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat dilakukan melalui pengadilan atau di luar pengadilan, dengan pilihan penyelesaian secara sukarela oleh para pihak yang bersengketa dan gugatan hanya dapat diajukan ke pengadilan jika upaya penyelesaian di luar pengadilan gagal.
Hbl 15, dyana anggraini, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu buana...Dyana Anggraini
Modul ini membahas tentang hukum lingkungan dan bisnis. Ia menjelaskan pengertian hukum lingkungan menurut undang-undang dan para ahli, dasar hukum dalam mengelola lingkungan, jenis penegakan hukum lingkungan, dan kasus lumpur Lapindo sebagai contoh penerapan hukum lingkungan terhadap perusahaan. Modul ini bertujuan memberikan pemahaman dasar tentang hukum lingkungan di Indonesia.
HBL 15, SUCI MEIDIANA PRATIWI, HAPZI ALI, HUKUM LINGKUNGAN, UNIVERSITAS MERCU...sucimeidianapratiwi
Modul ini membahas tentang hukum lingkungan dan penegakannya. Hukum lingkungan adalah hukum yang mengatur tentang lingkungan hidup dan perlindungannya. Ada beberapa aspek hukum yang terkait, seperti hukum administrasi, pidana, dan perdata. Penegakan hukum lingkungan dapat dilakukan secara administratif, pidana, dan perdata. Korporasi dapat dipertanggungjawabkan jika terbukti melakukan pelanggaran lingkun
15. hbl,clara monalisa,hapzi ali,hukum lingkungan, universitas mercu buana, 2018claramonalisa09
Tugas XV mendiskusikan hukum lingkungan dan implementasinya. Dokumen ini menjelaskan pengertian lingkungan hidup, dasar-dasar hukum pengelolaan lingkungan, konsep tanggung gugat lingkungan dan beban pembuktian, serta penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui pengadilan atau diluar pengadilan.
Dokumen tersebut membahas konsep penegakan hukum lingkungan hidup di Indonesia. Secara garis besar mencakup pengertian penegakan hukum lingkungan, dasar hukum yang berlaku, kegiatan pengawasan dan penegakan hukum lingkungan, serta sanksi administrasi dan pidana bagi pelanggaran peraturan lingkungan hidup.
Dokumen tersebut membahas tindakan hukum yang diberikan kepada perusahaan yang melakukan pencemaran dan perusakan lingkungan. Tindakan hukum terdiri dari aspek administrasi, perdata, dan pidana sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dokumen ini juga membahas sanksi administratif, penyelesaian sengketa lingkungan melalui pengadilan, ancaman pidana, serta
EMLI Training-Presentasi Sengketa Dalam Usaha PertambanganEMLI Indonesia
Dokumen tersebut membahas berbagai bentuk penyelesaian sengketa dalam bidang pertambangan, seperti melalui peradilan umum, peradilan tata usaha negara, dan arbitrase. Dokumen juga menjelaskan faktor-faktor penyebab tumpang tindih lahan pertambangan serta langkah-langkah yang perlu dipersiapkan dalam mengajukan gugatan.
Prosedur penyelesaian sengketa melalui arbitraseettykogoyo
Prosedur penyelesaian sengketa melalui arbitrase meliputi pengajuan permohonan arbitrase, penunjukan arbiter, tanggapan termohon, tuntutan balik, sidang pemeriksaan, dan penetapan putusan. Arbiter atau majelis arbitrase akan berupaya mendamaikan para pihak sebelum memutus perkara.
Hbl 15, riny triana savitri, prof. hapzi ali, hukum lingkungan, universitas m...Rinytrianas21
Modul ini membahas hukum lingkungan dari perspektif hukum dan hubungannya dengan bisnis. Ia menjelaskan konsep hukum lingkungan, dasar hukum pengelolaan lingkungan di Indonesia, jenis penegakan hukum lingkungan, dan contoh kasus pencemaran lingkungan.
Hbl,anindia putri,hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu buana 2018anindiaputri762
Dokumen tersebut membahas kasus pencemaran lingkungan akibat limbah tahu yang dibuang ke sungai oleh perusahaan. Pengadilan negeri membebaskan terdakwa karena tidak terbukti limbah menyebabkan pencemaran. Mahkamah Agung mengabulkan kasasi dan menyatakan terdakwa bersalah melakukan pencemaran lingkungan akibat kelalaiannya.
UU No 32 Tahun 2009 membahas perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia, termasuk sanksi pidana bagi pelanggaran. Undang-undang ini meningkatkan sanksi pidana berupa denda minimal miliaran rupiah dan memperketat pertanggungjawaban korporasi atas pencemaran lingkungan. Undang-undang ini juga memperkuat aspek transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan keadilan dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Perjanjian transportasi merupakan perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan penumpang atau pengirim barang, dimana pengangkut berkewajiban mengangkut dengan selamat sedangkan penumpang atau pengirim berkewajiban membayar biaya angkutan. Terdapat beberapa teori tanggung jawab dalam hukum pengangkutan yaitu berdasarkan unsur kesalahan, praduga, atau tanggung jawab mutlak.
Air Transportation Law is a comprehensive concept of law on air transportation, which consists of definition, system of air transportation, sovereignty on air, cabotage principle, prohibited area, restricted area, airworthiness, nationality and registration mark and many others limitation of air transportation. In these slides, there are also points about liability of carrier on air transportation, air transportation insurance and the limitation of liability related to tariff policy.
Pengantar Hukum Indonesia (Bagian I) terdiri atas presentasi mengenai:
Pengantar Hukum Indonesia (PHI) dan Pengantar Ilmu Hukum (PIH)
Pengertian dan Sejarah Tata Hukum
Pembinaan Hukum Nasional
Sumber Hukum dan Bahan Hukum
Asas-asas Hukum Tata Negara
Asas-asas Hukum Administrasi Negara
Asas-asas Hukum Pidana
Dokumen tersebut membahas tentang undang-undang terkait keuangan negara, ruang lingkup pengelolaan keuangan negara, asas-asas pengelolaan keuangan negara, dan pengelolaan piutang serta utang negara.
Pengantar Hukum Internasional - North Sea Continental Shelf CaseMariske Myeke Tampi
The North Sea Continental Shelf case involved a dispute between Germany, Denmark, and the Netherlands over the delimitation of their continental shelf boundaries in the North Sea. The key issues were whether the equidistance principle in Article 6 of the 1958 Continental Shelf Convention should be applied to determine the boundaries, and whether the International Court of Justice had jurisdiction based on the consent of the states involved. The Court ultimately applied the equidistance principle and asserted its jurisdiction based on the consent of Germany, Denmark, and the Netherlands.
Pengantar Hukum Internasional - UN Charter and ASEAN CharterMariske Myeke Tampi
The Charter of the United Nations was established in 1945 with the purposes of maintaining international peace and security, developing friendly relations among nations, achieving international cooperation, and being a center for harmonizing actions to attain common goals like human rights. The ASEAN Charter established the Association of Southeast Asian Nations in 1967 with the purposes of promoting regional resilience through cooperation, ensuring Southeast Asia remains nuclear weapon-free, and creating an integrated economy and community. Both charters outline their principles including sovereignty, territorial integrity, peaceful dispute settlement, and adherence to international law.
Pengantar Hukum Internasional - International Court of JusticeMariske Myeke Tampi
The document summarizes information about the International Court of Justice (ICJ), including its role, composition, members, presidency, and chambers. The ICJ is the principal judicial organ of the UN and settles legal disputes submitted by states. It has 15 judges elected by the UN General Assembly and Security Council who serve 9-year terms. The president and vice-president are elected by the judges every 3 years. The court can form chambers to handle certain case types or specific cases.
Pengantar Hukum Internasional - Sumber dan Subjek Hukum InternasionalMariske Myeke Tampi
Dokumen tersebut membahas sumber-sumber hukum internasional seperti perjanjian internasional, kebiasaan internasional, prinsip hukum umum, serta subjek-subjek hukum internasional seperti negara, organisasi internasional, individu, dan lainnya.
Tanggung Jawab Organ Perseroan Terbatas Dalam Kasus-Kasus KepailitanMariske Myeke Tampi
Dokumen tersebut membahas tentang kepailitan sebagai pranata hukum penyelesaian sengketa utang-piutang yang lebih sederhana dibandingkan dengan gugatan perdata. Dibahas pula mengenai syarat-syarat permohonan pailit, pembuktian dalam perkara kepailitan, mekanisme pengajuan permohonan pailit dan upaya hukum, serta perbandingan antara penyelesaian utang melalui kepailitan dan perdata. Juga
International Business Transaction - Arbitration of Disputes in International...Mariske Myeke Tampi
Describes arbitration as the means of dispute settlement which has a confidentiality as one of its advantage. Arbitration agreement has been described as well with the relevant arbitral source of law and its institutions.
Sales of services are generally effectuated through employment and consulting contracts, which would seem to indicate that such transactions are purely private in nature. Several rule-based sale of services would be provided in this presentation
This document provides an overview of the topics and schedule covered in an International Business Transactions course taught by Gatot Soemartono and Mariske Myeke Tampi. The course covers 12 weeks and includes topics such as international trade regulation, international contracting, exporting and importing, intellectual property rights, and foreign intellectual property laws. Key readings include textbooks on international business law and contract law.
International Business Transaction - International ContractingMariske Myeke Tampi
Business behavior differs among cultures. Some cultures focus on the importance of developing a contractual and social relationship. Uniform Commercial Code provide a solid foundation of drafting contract. Japan, Russia and China also have a particular regulation regarding contract drafting. Let's check it out.
International Business Transaction - Exporting and Importing: The Documentary...Mariske Myeke Tampi
This slides are about a review of the different methods of payment utilized in the sale of goods. It will then focus on the most common method of payment in international transactions ---the documentary collections transaction.
We will first look at the world trading system as it has evolved under the General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) and the establishment ot a permanent international institution known as the World Trade Organization (WTO).
Describes basis of Human Rights in Universal Declaration of Human Rights (UDHR) Article 1 and regulation of human rights in Indonesia Constitution (Undang-Undang Dasar 1945 - UUD 1945) Articcle 28A-J.
3. Penyelesaian Sengketa
Dalam Hukum Lingkungan
Diatur dalam Pasal 84-120 Undang-Undang No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
4. Penyelesaian Sengketa Lingkungan
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh
melalui pengadilan atau di luar pengadilan.
Pilihan penyelesaian sengketa lingkungan hidup dilakukan
secara suka rela oleh para pihak yang bersengketa.
Gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila
upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang dipilih
dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang
bersengketa.
6. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di Luar
Pengadilan
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan
dilakukan untuk mencapai kesepakatan mengenai:
a. bentuk dan besarnya ganti rugi;
b. tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau perusakan;
c. tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya
pencemaran dan/atau perusakan; dan/atau d. tindakan untuk
mencegah timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan
hidup.
7. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di Luar
Pengadilan
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan
dilakukan untuk mencapai kesepakatan mengenai:
a. bentuk dan besarnya ganti rugi;
b. tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau perusakan;
c. tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya
pencemaran dan/atau perusakan; dan/atau d. tindakan untuk
mencegah timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan
hidup.
8. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di Luar
Pengadilan
Masyarakat dapat membentuk lembaga penyedia jasa
penyelesaian sengketa lingkungan hidup yang bersifat bebas
dan tidak berpihak
Pemerintah dan pemerintah daerah dapat memfasilitasi
pembentukan lembaga penyedia jasa penyelesaian sengketa
lingkungan hidup yang bersifat bebas dan tidak berpihak.
10. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di
Pengadilan – Ganti Kerugian dan Pemulihan Lingkungan
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang
melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian
pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi
dan/atau melakukan tindakan tertentu;
Setiap orang yang melakukan pemindahtanganan, pengubahan
sifat dan bentuk usaha, dan/atau kegiatan dari suatu badan usaha
yang melanggar hukum tidak melepaskan tanggung jawab hukum
dan/atau kewajiban badan usaha tersebut;
Pengadilan dapat menetapkan pembayaran uang paksa terhadap
setiap hari keterlambatan atas pelaksanaan putusan pengadilan.
11. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di
Pengadilan – Tanggung Jawab Mutlak
Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau
kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau
mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman
serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak
atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur
kesalahan (Pasal 88 UU No. 32 Tahun 2009)
12. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di
Pengadilan – Tenggat Waktu Kedaluwarsa Pengajuan
Gugatan
Tenggat kedaluwarsa untuk mengajukan gugatan ke
pengadilan mengikuti tenggang waktu sebagaimana diatur
dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan
dihitung sejak diketahui adanya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup;
Ketentuan mengenai tenggat kedaluwarsa tidak berlaku
terhadap pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang diakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang
menggunakan dan/atau mengelola B3 serta menghasilkan
dan/atau mengelola limbah B3.
13. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di
Pengadilan – Hak Gugat Pemerintah dan Pemerintah
Daerah
Instansi pemerintah dan pemerintah daerah yang
bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup berwenang
mengajukan gugatan ganti rugi dan tindakan tertentu
terhadap usaha dan/atau kegiatan yang menyebabkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
mengakibatkan kerugian lingkungan hidup.
14. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di
Pengadilan – Hak Gugat Masyarakat
Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan
kelompok untuk kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk
kepentingan masyarakat apabila mengalami kerugian akibat
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
Gugatan dapat diajukan apabila terdapat kesamaan fakta atau
peristiwa, dasar hukum, serta jenis tuntutan di antara wakil
kelompok dan anggota kelompoknya.
15. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di
Pengadilan – Hak Gugat Organisasi Lingkungan Hidup
Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup
berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian
fungsi lingkungan hidup;
Hak mengajukan gugatan terbatas pada tuntutan untuk
melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti
rugi, kecuali biaya atau pengeluaran riil.
16. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di
Pengadilan – Hak Gugat Organisasi Lingkungan Hidup
Organisasi lingkungan hidup dapat mengajukan gugatan apabila
memenuhi persyaratan:
berbentuk badan hukum;
menegaskan di dalam anggaran dasarnya bahwa organisasi
tersebut didirikan untuk kepentingan pelestarian fungsi
lingkungan hidup; dan
telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan anggaran
dasarnya paling singkat 2 (dua) tahun.
17. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di
Pengadilan – Gugatan Administratif
Setiap orang dapat mengajukan gugatan terhadap keputusan tata
usaha negara apabila:
badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan kepada
usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal tetapi tidak dilengkapi dengan
dokumen amdal;
badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan kepada
kegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak dilengkapi dengan dokumen UKL-
UPL; dan/atau
badan atau pejabat tata usaha negara yang menerbitkan izin usaha dan/atau
kegiatan yang tidak dilengkapi dengan izin lingkungan.
Tata cara pengajuan gugatan terhadap keputusan tata usaha negara
mengacu pada Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara.
18. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di
Pengadilan – Penyidikan
Selain penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia,
pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan instansi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup diberi
wewenang sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam
Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana
lingkungan hidup.
19. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di
Pengadilan – Penyidikan
Penyidik pejabat pegawai negeri sipil berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
b. melakukan pemeriksaan terhadap setiap orang yang diduga
melakukan tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari setiap orang berkenaan
dengan peristiwa tindak pidana di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen
lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
20. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di
Pengadilan – Penyidikan
Penyidik pejabat pegawai negeri sipil berwenang:
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga
terdapat bahan bukti, pembukuan, catatan, dan dokumen
lain;
f. melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang hasil
pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara
tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
g. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
21. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di
Pengadilan – Penyidikan
Penyidik pejabat pegawai negeri sipil berwenang:
h. menghentikan penyidikan;
i. memasuki tempat tertentu, memotret, dan/atau membuat
rekaman audio visual;
j. melakukan penggeledahan terhadap badan, pakaian,
ruangan, dan/atau tempat lain yang diduga merupakan
tempat dilakukannya tindak pidana; dan/atau
k. menangkap dan menahan pelaku tindak pidana.
22. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di
Pengadilan – Penyidikan
Hasil penyidikan yang telah dilakukan oleh penyidik pegawai
negeri sipil disampaikan kepada penuntut umum.
Dalam rangka penegakan hukum terhadap pelaku tindak
pidana lingkungan hidup, dapat dilakukan penegakan hukum
terpadu antara penyidik pegawai negeri sipil, kepolisian, dan
kejaksaan di bawah koordinasi Menteri.
23. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di
Pengadilan – Pembuktian
Alat bukti yang sah dalam tuntutan tindak pidana lingkungan
hidup terdiri atas:
keterangan saksi;
keterangan ahli;
surat;
petunjuk;
keterangan terdakwa; dan/atau
alat bukti lain, termasuk alat bukti yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan (UU ITE).
24. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di
Pengadilan – Contoh Sanksi Pidana
Setiap orang yang memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 69 ayat (1) huruf d, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah) dan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar
rupiah).
25. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di
Pengadilan – Contoh Sanksi Pidana
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan tanpa
memiliki izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
26. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di
Pengadilan – Contoh Sanksi Pidana
Setiap orang yang menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat
kompetensi penyusun amdal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 69 ayat (1) huruf i, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00
(tiga miliar rupiah).
27. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di
Pengadilan – Contoh Sanksi Pidana
Pejabat pemberi izin lingkungan yang menerbitkan izin
lingkungan tanpa dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah);
Pejabat pemberi izin usaha dan/atau kegiatan yang
menerbitkan izin usaha dan/atau kegiatan tanpa dilengkapi
dengan izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
40 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00
(tiga miliar rupiah).
28. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di
Pengadilan – Contoh Sanksi Pidana
Setiap orang yang memberikan informasi palsu, menyesatkan,
menghilangkan informasi, merusak informasi, atau memberikan
keterangan yang tidak benar yang diperlukan dalam kaitannya
dengan pengawasan dan penegakan hukum yang berkaitan
dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf j dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
29. Pengaturan Lainnya terkait Hukum
Lingkungan Internasional
Trail Smelter Arbitration
Rio Declaration
ILC Draft on State Responsibility 2001
30. Bahan Bacaan
Rahmadi, Takdir. 2014. Hukum Lingkungan di Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo
Persada
Rahmadi, Takdir. 2012. Politik Hukum Lingkungan. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Helmi. 2012. Hukum Perizinan Lingkungan Hidup. Jakarta: Sinar Grafika
UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup