SlideShare a Scribd company logo
Bagus H Kusuma
Alasan Penghapus Penuntutan
 Dalam KUHP :
 Tidak adanya pengaduan dalam hal delik aduan (pasal 72-75
KUHP)
 Ne bis in idem (pasal 76 KUHP)
 Matinya terdakwa (pasal 77 KUHP)
 Daluwarsa (pasal 78 KUHP)
 Telah ada pembayaran denda maksimum kepada pejabat
tertentu untuk pelanggaran yang hanya diancam dengan
denda saja (pasal 82 KUHP).
 ketentuan diluar KUHP adalah :
 Abolisi
 Amnesti
Delik Aduan
 Kewenangan melakukan penuntutan pada prisipnya
tidak berhubungan dengan kehendak perorangan
 Penuntutan thd delik aduan tjd pd beberapa delik
tertentu diantaranya perzinahan (pasal
284), persetubuhan terhadap anak dibawah umur
(pasal 287-288), untuk melarikan wanita (pasal
332), pencemaran nama baik (319) dan lain-lain
Bentuk2 Delik aduan
 Delik Aduan Absolut
 Delik aduan absolutpenuntutan hny bisa tjd apabila
dilakukan oleh korban TP tsb
 Delik aduan absolut tjd Dalam hal dianggap bahwa
kepentingan orang yang terkena tindak pidana itu
melebihi kerugian yang diderita oleh umumberdasarkan
karakter dr sifat kejahatan tsb
 maka hukum memberikan pilihan kepadanya untuk
mencegah atau memulai suatu proses penuntutan.
 Ex : Seorang perempuan muda(dbwh umur) yang telah
disetubuhi boleh memilih untuk menikahi laki-laki yang
menyetubuhinya daripada pelaku dijatuhi pidana (Psl 293
KUHP)
Lanjutan
 Delik Aduan Relatif
 Karakter delik aduan ini tidak terletak pada sifat
kejahatan yang dilakukan melainkan pada hubungan
antara pelaku / pembantu dan korban. Baik hubungan
karena keturunan / darah atau dalam hal hubungan
perkawinan.
 Dalam hal relasi antara sifat keperdataan yang lahir
dari hubungan tersebut dapat menjadi alasan dalam
mencegah terjadinya penuntutan.
 Kebanyakan delik-delik ini terkait dengan delik
dibidang harta benda (pasal 367 KUHP).
Yang berhak mengadu dan
tenggang waktu pengaduan
Yang berhak mengadu Tenggang waktu pengaduan
1. Jika ybs. Belum 18
th / belum cukup
umur / dibawah
pengampuan
(pasal 72) :
•Oleh wakil
yang sah dalam
perkara perdata;
•Wali pengawas
/ pengampu
•Istrinya
Keluarga sedaraj
garis lurus
•Keluarga
sedarah garis
menyimpang
1. Pengajuan (Psl 74)
•Bertempat tinggal di
Indonesia 6 bulan sejak
mengetahui
•Bertempat tinggal di luar
Indonesia 9 bulan sejak
mengetahui adanya
kejahatan.
Lanjutan
Yang berhak mengadu Tenggang waktu pengaduan
2. Jika ybs meninggal (Psl 73) oleh :
•Orang tuanya
•Anaknya
•Suami atau istrinya (kecuali ybs tdk
menghendaki)
2. Penarikan kembali delik aduan 3
bulan setelah diajukan
Ketentuan khusus dalam buku II ttg
delik aduan (Ex)
 Disamping ketentuan umum tersebut diatas , ada pula ketentuan-
ketentuan khusus, misalnya :
1. Untuk perzinahan (pasal 284).
 Yang berhak mengadu hanya suami / istri yang tercemar (ketentuan
pasal 72 dan 73 diatas tidak berlaku).
 Penarikan kembali pengaduan dapat dilakukan, sewaktu-
waktu, selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan belum dimulai
(ayat 4). Jadi ketentuan pasal 75 KUHP tidak berlaku.
2. Untuk melarikan wanita (pasal 332)
 Yang berhak mengadu :
 Jika belum cukup umur oleh : wanita ybs, atau orang yang harus memberi
ijin bila wanita itu kawin
 Jika sudah cukup umur, oleh : wanita ybs, atau suaminya.
Ne Bis In Idem (Psl 76)
 Pengertian :
 Arti sebenarnya dari neb is in idem ialah “tidak atau
jangan dua kali yang sama”.
 Latin: “nemodebet bis vexari” (tidak seorangpun atas
perbuatnya dapat diganggu / dibahayakan untuk
kedua kalinya)
 Dlm Hukum Klga Anglo Saxon :
 “No one could be put twice in jeopardy for the same
offence (double Jeopardy)
Ratio dr ne bis in idem
 Untuk menjaga martabat pengadilan (untuk tidak memerosotkan
kewibawaan Negara);
 Untuk rasa kepastian bagi terdakwa yang telah mendapat keputusan.
Penuntutan dpt hapus krn ne bis in
idem
 Syarat :
• Ada putusan yang berkekuatan hukum tetap;
• Orang terhadap siap putusan itu dijatuhkan adalah
sama;
• Perbuatan (yang dituntut kedua kali) adalah sama
dengan yang pernah diputus terdahulu itu.
Ada putusan yang berkekuatan hukum tetap;
 Tdk ada upaya hukum lagi
 Dalam hal ini termasuk PK adalah upaya hukum
Putusan hakim yg berkekuatan hkm tetap :
• Pembebasan (vrijspraak) pasal 191 (1) KUHAP
(dulu 313 RIB).
• Pelepasan dari segala tuntutan hukum (ontslag
van allerechtvervolging) pasal 191 ayat (2) KUHAP
(dulu 314 RIB);
• Penjatuhan pidana pasal 193 ayat (1) KUHAP (dulu
315 RIB).
Asas ne bis in idem tdk berlaku untuk keputusan hakim
yg blm berhub dg pokok perkara(beschikking)
 Tentang tidak berwenangnya hakim untuk memeriksa
perkara yang bersangkutan;
 Tentang tidak diterimanya tuntutan Jaksa karena
terdakwa tidak melakukan kejahatan;
 Tetang tidak diterimanya perkara karena penuntutan
sudah daluwarsa.
 Putusan2 itu hrs merupakan putusan yg menyangkut
perkara pidana, kalo ada putusan dlm perkara hukum
lain (perdata, TUN) tdk menghalangi adanya
penuntutan pidana
Nebis in idem tdk hny pd putusan hakim di Indonesia, tp juga
hakim di negara asing
 Syarat putusan hakim di negara lain hrs :
1. Putusan yang berupa pembebasan;
2. Putusan yang berupa pelepasan dari tuntutan hukum;
3. Putusan berupa pemidanaan :
 Yang sekuruhnya telah dijalani, atau
 Yang telah diberi ampun (grasi), atau;
 Yang wewenang untuk menjalankannya telah hapus karena
kadaluwarsa.
Catatan :
Dengan syarat-syarat diatas, maka apabila keputusan hakim asing yang berupa
pemidanaan baru sebagian dijalani, maka orang tersebut di Indonesia dapat
dituntut lagi.
Dalam pengertian “telah dijalani seluruhnya” putusan hakim asing itu, menurut
Pompe termasuk pidana bersyarat (V.V. = voorwaardelijke veroordelling) dan
pelepasan bersyarat (V.I. = voorwaardelijke invrijheidstelling).
Orang yang dituntut harus sama.
 Ini merupakan segi subyektif dari persyaratan neb is
in idem.
 Ex : Apabila misalnya A dan B melakukan tindak
pidana bersama-sama, akan tetapi yang tertangkap
dan dituntut pidana baru A, maka dalam hal B
kemudian tertangkap ia tetap masih dapat dituntut
walaupun misalnya A dibebaskan.
Perbuatan yg dituntut hrs sama
 Mrpk sisi objektif dr ne bis in idem
 Kl terjadi pd concursus idealis maka hny
dimungkinkan satu kali penuntutan saja...(ada ne bis
in idem)
 Kl itu concursus realis maka dimungkinkan ada
penuntutan kedua kalinya (ne bis in idem tdk berlaku)
Persoalan feit, disamping berkaitan
erat dgn mslh concursus, juga
berkaitan :
 Alternatifitas dalam surat tuduhan/dakwaanjika
dalam surat dakwaan jaksa salah menuntut maka tidak
dapat diajukan penuntutan kedua kalinya
 Waktu terjadinya TP, kalo jaksa sampai salah
menuntut TP berdasarkan tempus delictie dan hakim
sampai membebaskan terdakwa,krn tempus
delictienya salah, maka tidak dapat diajukan tuntutan
kedua kalinya
 Dlm hal ini sebenarnya, sblm ada putusan, jaksa dpt
mengubah surat dakwaan berdasar psl 144 KUHAP,
asal perbuatannya (feit) tetap
Matinya terdakwa (Pasal 77 KUHP)
 Matinya terdakwa jelas menghapuskan adanya
penuntutan
Daluwarsa Penuntutan Pidana
 Ide dasar
 Ditetapkannya lemabga daluarsa penuntutan dalam KUHP pada
dasarnya dilandasi oleh beberapa pemikiran yaitu :
 Dalam kenyataannya perputaran waktu tidak hanya secara perlahan
menghapuskan akibat tindak pidana yang terjadi akan tetapi juga
mengahpuskan keinginan untuk melakukan pembalasan.
 Berjalannya waktu sekaligus menghapuskan jejak-jejak tindak pidana yang
menyebabkan kesulitan pembuktian.
 Bahwa pelaku setelah bertahun-tahun menyembunyikan diri sudah cukup
terhukum dengan kehidupan yang tidak tenang dan penuh kecemasan.
 Namun demikian yang utama dari ketiga alasan itu adalah kebutuhan
untuk memidana dan kesulitan pembuktian menjadi alasan utama.
Karena itu adagium punier non (simper) necesse est (menghukum
tidak selamanya perlu) menjadi dasar dari keberadaan lembaga ini.
 Ide dasar ini berlandaskan atas kepastian hukum
Tenggang waktu daluwarsa
 Tenggang waktu daluwarsa ditetapkan dalam pasal 78
(1), yaitu :
 Untuk semua pelanggaran dan kejahatan percetakan :
sesudah 1 tahun;
 Untuk kejahatan yang diancam denda, kurungan atau
penjara maksimum 3 tahun : daluwarsanya sesudah 6
tahun;
 Untuk kejahatan yang diancam pidana penjara lebih
dari 3 tahun daluwarsanya 12 tahun;
 Untuk kejahatan yang diancam pidana mati atau
seumur hidup : daluwarsanya sesudah 18 tahun.
Kapan mulai berlakunya
daluwarsa?
 tenggang daluwarsa mulai berlaku pada hari sesudah
perbuatan dilakukan, kecuali dalm hal-hal tertentu yang
disebut dalam pasal tersebut yang menyangkut
vorduurende delict (delik berlangsung terus) (Psl 79 )
 Kejahatan terhadap mata uang (pasal 244) perhitungan
daluwarsa didasarkan pada waktu setelah uang dipakai atau
diedarkan;
 Kejahatan terhadap kemerdekaan seseorang (pasal 328, 329,
330 dan 333), daluwarsa dihitung keesokan hari setelah orang
tersebut dibebaskan atau ditemukan meninggal dunia;
 Kejahatan terhadap register kependudukan (pasal 556-558 a),
sehari setelah data tersebut dimasukkan dalam catatan
register.
Kapan daluwarsa mulai
terhenti/tercegah?
 Menurut pasal 80 (1) tenggang daluwarsa terhenti / tercegah (gestuit) apabila
ada tindakan penuntutan (daad van vervolging).
 Pada mulanya tindakan penuntutan diartikan secara luas yaitu mencakup juga
tindakan-tindakan pengusutan/penyidikan(daad van opsporing).
 Tetapi yurisprudensi kemudian menerima pendapat yang lebih sempit, yaitu
hanya perbuatan-perbuatan penuntut umum yang langsung menyangkutkan
hakimdalam acara pidana (misal menyerahkan perkara ke sidang, mendakwa /
mengajukan tuduhan/dakwaan, memohon revisi), jadi tindakan
pengusutan/penyidikan tidak lagi dianggap termasuk tindakan penuntutan.
 Menurut pasal 80 (2) sesudah terjadinya pencegahan (stuiting) mulai berjalan
tenggang daluwarsa yang baru, jadi selama terhentinya selama ada tindakan
penuntutan tenggang waktunya tidak dihitung.
 Misal : si A melakukan pencurian tanggal 1 Agustus th 2000, daluwarsa
penuntutan utk TP Pencurian 2 Agustus 2012, A diajukan ke persidangan tgl 1
Agustus 2003, daluwarsa penuntutan terhenti pd saat itu, penuntutan
dibacakan di muka persidangan tanggal 10 Agustus 2003, maka daluwarsa
mulai berjalan baru 12 tahun ke depan setelah dibacakan penuntutan
Penangguhan daluwarsa (scorsing).
 Disini waktu daluwarsa penuntutan tertangguhkan/tertunda artinya
terhenti sementara, tidak dihitung mulai awal
 Menurut pasal 81 (1) tenggang daluwarsa penuntutan
tertunda/tertangguhkan (geschorst) apabila ada perselisihan
praejudisiil, yaitu perselisihan menurut hukum perdata yang terlebih
dulu harus diselesaikan sebelum acara pidana dapat diteruskan.
 Misal : seorang melakukan TP Penipuan tanggal 1 Juli 2000, daluwarsa
penuntutan 12 tahun jd 2 juli 2012, dlm perkara penipuan itu dia juga
terlibat kasus ngemplang utang, maka penyelesaian perkara perdata
tsb menangguhkan daluwarsa penuntutan pidana, perkara ngemplang
utang diajukan ke sidang dlm perkara perdata tgl 1 juli 2003, dan
selesai 1juli 2004, selang waktu 1 tahun itu tdk diperhitungkan sebagai
daluwarsa penuntutan pidana, jd secara total daluwarsa penuntutan
pidana orang tsb menjadi 2 juli 2013
Pasal 82—pembayaran denda
maksimum
 Ketentuan membayar denda maksimum untuk TP yg
diancam dengan pidana denda (TP pelanggaran), dpt
menghapuskan penuntutan pidana, dikenal dengan
lembaga hukum penebusan (afkoop) atau sering
disebut perdamaian (schikking)
Amnesti dan Abolisi
 UU darurat No. 11/1954 LN. 1954 No. 146
 Dengan pemberian amnesti maka semua akibat
hukum pidana orang yg telah melakukan TP
dihapuskan
 Abolisi hny menghapuskan penuntutan pidana
Hapusnya kewenangan
menjalankan pidana
 Yg terdapat dlm KUHP :
 Matinya terdakwa (Psl 83)
 Daluwarsa (Psl 84 dan 85)
Yg terdapat di luar KUHP :
 Pemberian amnesti oleh presiden
 Pemberian grasi oleh presiden
Tenggang waktu daluwarsa
menjalankan pidana
 Tenggang waktu daluwarsanya diatur dalam pasal 84
(2), yaitu :
 untuk semua pelanggaran : daluwarsanya 2 tahun.
 Untuk kejahatan percetakan : daluwarsanya 5 tahun.
 Untuk kejahatan lainnya : daluwarsanya sama dengan
daluwarsa penuntutan (lihat pasal 78 ) ditambah
sepertiga.
 Pada ayat (3) ditetapkan bahwa :
 “tidak ada daluwarsa untuk kewenangan mejalankan
hukuman mati”.
Kapan daluwarsa menjalankan
pidana berjalan?
 tenggang daluwarsa dihitung mulai pada keesokan
harinya sesudah putusan hakim dapat dijalankan.
 Ini tidak sama dengan putusan hakim yang inkracht
van gewijsde (putusan yg berkekuatan tetap).
 Pada umumnya memang putusan hakim yang
berkakuatan hukum tetap.
 Tetapi ada putusan hakim yang sudah dapat
dieksekusi sebelum keputusan itu berkekuatan tetap,
yaitu “verstek-vonnis” (keputusan diluar hadirnya
terdakwa).
pencegahan (stuiting)
 pencegahan (stuiting) terhadap daluwarsa hak untuk
menjalankan / mengeksekusi pidana dapat terjadi
dalam dua hal (pasal 85 ayat (2)) yaitu :
 Jika terpidana melarikan diri selama menjalani pidana.
 Dalam hal ini, tenggang daluwarsa baru dihitung pada
keesokan harinya setelah melarikan diri.
 Jika pelepasan bersyarat dicabut
 Dalam hal ini, maka pada esok harinya setelah
pencabutan, mulai berlaku tenggang daluwarsa baru.
 Dengan demikian selama ada pencegahan, maka
jangka lewat waktu yang telah dilalui hilang sama
sekali (tidak dihitung).
penangguhan (schorsing).
 Penundaan (schorsing) terhadap daluwarsa hak
untuk mengeksekusi pidana dapat terjadi dalam dua
hal (pasal 85 ayat (3) yaitu :
 selama perjalanan pidana ditunda menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku (misal dalam hal
grasi atau herziening);
 selama terpidana dirampas kemerdekaannya (ada dlm
tahanan), walaupun perampasan kemerdekaan itu
berhubung dengan pemidanaan lain.
Grasi
 Grasi tidak menghilangkan putusan hakim ybs. Keputusan
hakim tetap ada, tetapi pelaksanaannya dihapuskan atau
dikurangi / diringankan. Jadi grasi dari presiden, dapat
berupa :
 Tidak mengeksekusi seluruhnya,
 Hanya mengeksekusi sebagian saja
 Mengadakan komutasi yaitu jenis pidananya diganti, misal
penjara diganti kurungan, kurungan diganti dengan denda,
pidana mati diganti penjara seumur hidup.
 Grasi dapat dikabulkan manakala hukuman yang
dijatuhkan dianggap tidak akan mencapai tujuan atau
sasaran pemidanaan itu sendiri.
Dasar Hukum
 Perihal prosedur Grasi diatur dalam undang-undang
22 tahun 2002, menurut ketentuan pasal 2 ayat (2)
grasi hanya dapat dimohonkan bagi :
 terpidana yang dijatuhi pidana mati, penjara seumur
hidup, penjara paling rendah 2 tahun.

More Related Content

What's hot

Asas Legalitas dan Retroaktif dalam HPI
Asas Legalitas dan Retroaktif dalam HPIAsas Legalitas dan Retroaktif dalam HPI
Asas Legalitas dan Retroaktif dalam HPI
swirawan
 
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARAHUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
زكي عليا إبن محمد
 
UPAYA PAKSA
UPAYA PAKSAUPAYA PAKSA
UPAYA PAKSA
Muhammad Qoyim
 
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Idik Saeful Bahri
 
Hukum Perdata
Hukum Perdata Hukum Perdata
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
Dian Oktavia
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...
Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara
nurul khaiva
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidana
yudikrismen1
 
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntut
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntutPertemuan 11 gugurnya hak menuntut
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntut
yudikrismen1
 
Alternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian SengketaAlternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian Sengketa
Leks&Co
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusussesukakita
 
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukum
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukumBenda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukum
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukum
rabu12
 
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Idik Saeful Bahri
 
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Idik Saeful Bahri
 

What's hot (20)

Asas Legalitas dan Retroaktif dalam HPI
Asas Legalitas dan Retroaktif dalam HPIAsas Legalitas dan Retroaktif dalam HPI
Asas Legalitas dan Retroaktif dalam HPI
 
Hukum pidana
Hukum pidanaHukum pidana
Hukum pidana
 
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARAHUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
 
UPAYA PAKSA
UPAYA PAKSAUPAYA PAKSA
UPAYA PAKSA
 
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
 
Perbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum PidanaPerbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum Pidana
 
Hukum Perdata
Hukum Perdata Hukum Perdata
Hukum Perdata
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
 
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidana
 
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntut
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntutPertemuan 11 gugurnya hak menuntut
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntut
 
Alternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian SengketaAlternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian Sengketa
 
Hukum waris-bw
Hukum waris-bwHukum waris-bw
Hukum waris-bw
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
 
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukum
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukumBenda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukum
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukum
 
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
 
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
 

Similar to Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana

8 penangkapan penahanan
8 penangkapan penahanan8 penangkapan penahanan
8 penangkapan penahananRonalto_Tan
 
Edi yuhermansyah
Edi yuhermansyah Edi yuhermansyah
Edi yuhermansyah
edi yuhermansyah
 
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdfdianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
yudaboyz
 
10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi
nurul khaiva
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasiguest150909
 
Peradilan TUN 2.ppt
Peradilan TUN 2.pptPeradilan TUN 2.ppt
Peradilan TUN 2.ppt
fikaanurlaila
 
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum PidanaHukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Pelita9
 
Upaya hukum dalam acara pidana
Upaya hukum dalam acara pidanaUpaya hukum dalam acara pidana
Upaya hukum dalam acara pidana
Ica Diennissa
 
Kumpulan Hasil Legal Anotasi oleh Eksaminator
Kumpulan Hasil Legal Anotasi oleh EksaminatorKumpulan Hasil Legal Anotasi oleh Eksaminator
Kumpulan Hasil Legal Anotasi oleh Eksaminator
MAPPI FHUI - Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia
 
UPAYAHUKUM.ppt
UPAYAHUKUM.pptUPAYAHUKUM.ppt
UPAYAHUKUM.ppt
Widodo Wicaksono
 
UPAYAHUKUM.ppt
UPAYAHUKUM.pptUPAYAHUKUM.ppt
UPAYAHUKUM.ppt
Widodo Wicaksono
 
UPAYAHUKUM.ppt
UPAYAHUKUM.pptUPAYAHUKUM.ppt
UPAYAHUKUM.ppt
Widodo Wicaksono
 
upayahukum.ppt
upayahukum.pptupayahukum.ppt
upayahukum.ppt
ssuserb4588b
 
Hukum Pidana (Pengantar)
Hukum Pidana (Pengantar)Hukum Pidana (Pengantar)
Hukum Pidana (Pengantar)
Andrie Irawan
 
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
jimsoktovianus
 
Kuhp buku kesatu
Kuhp buku kesatuKuhp buku kesatu
Kuhp buku kesatuSei Enim
 
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)aanpalisury
 

Similar to Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana (20)

8 penangkapan penahanan
8 penangkapan penahanan8 penangkapan penahanan
8 penangkapan penahanan
 
Edi yuhermansyah
Edi yuhermansyah Edi yuhermansyah
Edi yuhermansyah
 
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdfdianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
 
10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasi
 
Peradilan TUN 2.ppt
Peradilan TUN 2.pptPeradilan TUN 2.ppt
Peradilan TUN 2.ppt
 
Bab 7 jenis pidana
Bab 7   jenis pidanaBab 7   jenis pidana
Bab 7 jenis pidana
 
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum PidanaHukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
 
Upaya hukum dalam acara pidana
Upaya hukum dalam acara pidanaUpaya hukum dalam acara pidana
Upaya hukum dalam acara pidana
 
Kumpulan Hasil Legal Anotasi oleh Eksaminator
Kumpulan Hasil Legal Anotasi oleh EksaminatorKumpulan Hasil Legal Anotasi oleh Eksaminator
Kumpulan Hasil Legal Anotasi oleh Eksaminator
 
UPAYAHUKUM.ppt
UPAYAHUKUM.pptUPAYAHUKUM.ppt
UPAYAHUKUM.ppt
 
UPAYAHUKUM.ppt
UPAYAHUKUM.pptUPAYAHUKUM.ppt
UPAYAHUKUM.ppt
 
UPAYAHUKUM.ppt
UPAYAHUKUM.pptUPAYAHUKUM.ppt
UPAYAHUKUM.ppt
 
upayahukum.ppt
upayahukum.pptupayahukum.ppt
upayahukum.ppt
 
Alasan penghentian penyidikan
Alasan penghentian penyidikanAlasan penghentian penyidikan
Alasan penghentian penyidikan
 
Alasan penghentian penyidikan
Alasan penghentian penyidikanAlasan penghentian penyidikan
Alasan penghentian penyidikan
 
Hukum Pidana (Pengantar)
Hukum Pidana (Pengantar)Hukum Pidana (Pengantar)
Hukum Pidana (Pengantar)
 
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
 
Kuhp buku kesatu
Kuhp buku kesatuKuhp buku kesatu
Kuhp buku kesatu
 
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
 

More from Sigit Riono

Hukum acara mahkamah konstitusi
Hukum acara mahkamah konstitusiHukum acara mahkamah konstitusi
Hukum acara mahkamah konstitusiSigit Riono
 
hukum Adat
hukum Adathukum Adat
hukum Adat
Sigit Riono
 
Sistematika proposal skripsi FH unnes -2013
Sistematika proposal skripsi FH unnes -2013Sistematika proposal skripsi FH unnes -2013
Sistematika proposal skripsi FH unnes -2013
Sigit Riono
 
Hukum acara mahkamah konstitusi
Hukum acara mahkamah konstitusiHukum acara mahkamah konstitusi
Hukum acara mahkamah konstitusi
Sigit Riono
 
Terorisme untuk mahasiswa UNNES 2013
Terorisme untuk mahasiswa UNNES 2013Terorisme untuk mahasiswa UNNES 2013
Terorisme untuk mahasiswa UNNES 2013
Sigit Riono
 
3 diagram matriks baris dan kolom
3 diagram matriks baris dan kolom3 diagram matriks baris dan kolom
3 diagram matriks baris dan kolom
Sigit Riono
 
Perkawinan di luar indonesia
Perkawinan di luar indonesiaPerkawinan di luar indonesia
Perkawinan di luar indonesia
Sigit Riono
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi Daerah
Sigit Riono
 
Hukum lingkungan
Hukum lingkunganHukum lingkungan
Hukum lingkungan
Sigit Riono
 
Kriminologi
KriminologiKriminologi
Kriminologi
Sigit Riono
 
Pidana dan pemidanaan
Pidana dan pemidanaanPidana dan pemidanaan
Pidana dan pemidanaan
Sigit Riono
 
Stelsel pemidanaan
Stelsel pemidanaanStelsel pemidanaan
Stelsel pemidanaan
Sigit Riono
 
Kemahiran Bantan Hukum
Kemahiran Bantan HukumKemahiran Bantan Hukum
Kemahiran Bantan Hukum
Sigit Riono
 

More from Sigit Riono (13)

Hukum acara mahkamah konstitusi
Hukum acara mahkamah konstitusiHukum acara mahkamah konstitusi
Hukum acara mahkamah konstitusi
 
hukum Adat
hukum Adathukum Adat
hukum Adat
 
Sistematika proposal skripsi FH unnes -2013
Sistematika proposal skripsi FH unnes -2013Sistematika proposal skripsi FH unnes -2013
Sistematika proposal skripsi FH unnes -2013
 
Hukum acara mahkamah konstitusi
Hukum acara mahkamah konstitusiHukum acara mahkamah konstitusi
Hukum acara mahkamah konstitusi
 
Terorisme untuk mahasiswa UNNES 2013
Terorisme untuk mahasiswa UNNES 2013Terorisme untuk mahasiswa UNNES 2013
Terorisme untuk mahasiswa UNNES 2013
 
3 diagram matriks baris dan kolom
3 diagram matriks baris dan kolom3 diagram matriks baris dan kolom
3 diagram matriks baris dan kolom
 
Perkawinan di luar indonesia
Perkawinan di luar indonesiaPerkawinan di luar indonesia
Perkawinan di luar indonesia
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi Daerah
 
Hukum lingkungan
Hukum lingkunganHukum lingkungan
Hukum lingkungan
 
Kriminologi
KriminologiKriminologi
Kriminologi
 
Pidana dan pemidanaan
Pidana dan pemidanaanPidana dan pemidanaan
Pidana dan pemidanaan
 
Stelsel pemidanaan
Stelsel pemidanaanStelsel pemidanaan
Stelsel pemidanaan
 
Kemahiran Bantan Hukum
Kemahiran Bantan HukumKemahiran Bantan Hukum
Kemahiran Bantan Hukum
 

Recently uploaded

DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri DrafDOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
CIkumparan
 
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.comSalinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
CI kumparan
 
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
HansWijaya13
 
PPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdf
PPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdfPPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdf
PPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdf
SyifaNurlitaTavadjio
 
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASICONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
SharonPriscilla3
 
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRIPengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
JabalArfah
 
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdfppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
thegoddescorp
 
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdfppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
thegoddescorp
 
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdfPerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
asmazn0001
 
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).pptGratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
SardiPasaribu
 
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
adbangplk
 
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
intelkejarimimika07
 
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASIPPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
MunirMisbah1
 

Recently uploaded (13)

DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri DrafDOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
 
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.comSalinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
 
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
 
PPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdf
PPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdfPPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdf
PPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdf
 
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASICONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
 
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRIPengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
 
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdfppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
 
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdfppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
 
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdfPerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
 
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).pptGratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
 
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
 
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
 
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASIPPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
 

Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana

  • 2. Alasan Penghapus Penuntutan  Dalam KUHP :  Tidak adanya pengaduan dalam hal delik aduan (pasal 72-75 KUHP)  Ne bis in idem (pasal 76 KUHP)  Matinya terdakwa (pasal 77 KUHP)  Daluwarsa (pasal 78 KUHP)  Telah ada pembayaran denda maksimum kepada pejabat tertentu untuk pelanggaran yang hanya diancam dengan denda saja (pasal 82 KUHP).  ketentuan diluar KUHP adalah :  Abolisi  Amnesti
  • 3. Delik Aduan  Kewenangan melakukan penuntutan pada prisipnya tidak berhubungan dengan kehendak perorangan  Penuntutan thd delik aduan tjd pd beberapa delik tertentu diantaranya perzinahan (pasal 284), persetubuhan terhadap anak dibawah umur (pasal 287-288), untuk melarikan wanita (pasal 332), pencemaran nama baik (319) dan lain-lain
  • 4. Bentuk2 Delik aduan  Delik Aduan Absolut  Delik aduan absolutpenuntutan hny bisa tjd apabila dilakukan oleh korban TP tsb  Delik aduan absolut tjd Dalam hal dianggap bahwa kepentingan orang yang terkena tindak pidana itu melebihi kerugian yang diderita oleh umumberdasarkan karakter dr sifat kejahatan tsb  maka hukum memberikan pilihan kepadanya untuk mencegah atau memulai suatu proses penuntutan.  Ex : Seorang perempuan muda(dbwh umur) yang telah disetubuhi boleh memilih untuk menikahi laki-laki yang menyetubuhinya daripada pelaku dijatuhi pidana (Psl 293 KUHP)
  • 5. Lanjutan  Delik Aduan Relatif  Karakter delik aduan ini tidak terletak pada sifat kejahatan yang dilakukan melainkan pada hubungan antara pelaku / pembantu dan korban. Baik hubungan karena keturunan / darah atau dalam hal hubungan perkawinan.  Dalam hal relasi antara sifat keperdataan yang lahir dari hubungan tersebut dapat menjadi alasan dalam mencegah terjadinya penuntutan.  Kebanyakan delik-delik ini terkait dengan delik dibidang harta benda (pasal 367 KUHP).
  • 6. Yang berhak mengadu dan tenggang waktu pengaduan Yang berhak mengadu Tenggang waktu pengaduan 1. Jika ybs. Belum 18 th / belum cukup umur / dibawah pengampuan (pasal 72) : •Oleh wakil yang sah dalam perkara perdata; •Wali pengawas / pengampu •Istrinya Keluarga sedaraj garis lurus •Keluarga sedarah garis menyimpang 1. Pengajuan (Psl 74) •Bertempat tinggal di Indonesia 6 bulan sejak mengetahui •Bertempat tinggal di luar Indonesia 9 bulan sejak mengetahui adanya kejahatan.
  • 7. Lanjutan Yang berhak mengadu Tenggang waktu pengaduan 2. Jika ybs meninggal (Psl 73) oleh : •Orang tuanya •Anaknya •Suami atau istrinya (kecuali ybs tdk menghendaki) 2. Penarikan kembali delik aduan 3 bulan setelah diajukan
  • 8. Ketentuan khusus dalam buku II ttg delik aduan (Ex)  Disamping ketentuan umum tersebut diatas , ada pula ketentuan- ketentuan khusus, misalnya : 1. Untuk perzinahan (pasal 284).  Yang berhak mengadu hanya suami / istri yang tercemar (ketentuan pasal 72 dan 73 diatas tidak berlaku).  Penarikan kembali pengaduan dapat dilakukan, sewaktu- waktu, selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan belum dimulai (ayat 4). Jadi ketentuan pasal 75 KUHP tidak berlaku. 2. Untuk melarikan wanita (pasal 332)  Yang berhak mengadu :  Jika belum cukup umur oleh : wanita ybs, atau orang yang harus memberi ijin bila wanita itu kawin  Jika sudah cukup umur, oleh : wanita ybs, atau suaminya.
  • 9. Ne Bis In Idem (Psl 76)  Pengertian :  Arti sebenarnya dari neb is in idem ialah “tidak atau jangan dua kali yang sama”.  Latin: “nemodebet bis vexari” (tidak seorangpun atas perbuatnya dapat diganggu / dibahayakan untuk kedua kalinya)  Dlm Hukum Klga Anglo Saxon :  “No one could be put twice in jeopardy for the same offence (double Jeopardy)
  • 10. Ratio dr ne bis in idem  Untuk menjaga martabat pengadilan (untuk tidak memerosotkan kewibawaan Negara);  Untuk rasa kepastian bagi terdakwa yang telah mendapat keputusan.
  • 11. Penuntutan dpt hapus krn ne bis in idem  Syarat : • Ada putusan yang berkekuatan hukum tetap; • Orang terhadap siap putusan itu dijatuhkan adalah sama; • Perbuatan (yang dituntut kedua kali) adalah sama dengan yang pernah diputus terdahulu itu.
  • 12. Ada putusan yang berkekuatan hukum tetap;  Tdk ada upaya hukum lagi  Dalam hal ini termasuk PK adalah upaya hukum Putusan hakim yg berkekuatan hkm tetap : • Pembebasan (vrijspraak) pasal 191 (1) KUHAP (dulu 313 RIB). • Pelepasan dari segala tuntutan hukum (ontslag van allerechtvervolging) pasal 191 ayat (2) KUHAP (dulu 314 RIB); • Penjatuhan pidana pasal 193 ayat (1) KUHAP (dulu 315 RIB).
  • 13. Asas ne bis in idem tdk berlaku untuk keputusan hakim yg blm berhub dg pokok perkara(beschikking)  Tentang tidak berwenangnya hakim untuk memeriksa perkara yang bersangkutan;  Tentang tidak diterimanya tuntutan Jaksa karena terdakwa tidak melakukan kejahatan;  Tetang tidak diterimanya perkara karena penuntutan sudah daluwarsa.  Putusan2 itu hrs merupakan putusan yg menyangkut perkara pidana, kalo ada putusan dlm perkara hukum lain (perdata, TUN) tdk menghalangi adanya penuntutan pidana
  • 14. Nebis in idem tdk hny pd putusan hakim di Indonesia, tp juga hakim di negara asing  Syarat putusan hakim di negara lain hrs : 1. Putusan yang berupa pembebasan; 2. Putusan yang berupa pelepasan dari tuntutan hukum; 3. Putusan berupa pemidanaan :  Yang sekuruhnya telah dijalani, atau  Yang telah diberi ampun (grasi), atau;  Yang wewenang untuk menjalankannya telah hapus karena kadaluwarsa. Catatan : Dengan syarat-syarat diatas, maka apabila keputusan hakim asing yang berupa pemidanaan baru sebagian dijalani, maka orang tersebut di Indonesia dapat dituntut lagi. Dalam pengertian “telah dijalani seluruhnya” putusan hakim asing itu, menurut Pompe termasuk pidana bersyarat (V.V. = voorwaardelijke veroordelling) dan pelepasan bersyarat (V.I. = voorwaardelijke invrijheidstelling).
  • 15. Orang yang dituntut harus sama.  Ini merupakan segi subyektif dari persyaratan neb is in idem.  Ex : Apabila misalnya A dan B melakukan tindak pidana bersama-sama, akan tetapi yang tertangkap dan dituntut pidana baru A, maka dalam hal B kemudian tertangkap ia tetap masih dapat dituntut walaupun misalnya A dibebaskan.
  • 16. Perbuatan yg dituntut hrs sama  Mrpk sisi objektif dr ne bis in idem  Kl terjadi pd concursus idealis maka hny dimungkinkan satu kali penuntutan saja...(ada ne bis in idem)  Kl itu concursus realis maka dimungkinkan ada penuntutan kedua kalinya (ne bis in idem tdk berlaku)
  • 17. Persoalan feit, disamping berkaitan erat dgn mslh concursus, juga berkaitan :  Alternatifitas dalam surat tuduhan/dakwaanjika dalam surat dakwaan jaksa salah menuntut maka tidak dapat diajukan penuntutan kedua kalinya  Waktu terjadinya TP, kalo jaksa sampai salah menuntut TP berdasarkan tempus delictie dan hakim sampai membebaskan terdakwa,krn tempus delictienya salah, maka tidak dapat diajukan tuntutan kedua kalinya  Dlm hal ini sebenarnya, sblm ada putusan, jaksa dpt mengubah surat dakwaan berdasar psl 144 KUHAP, asal perbuatannya (feit) tetap
  • 18. Matinya terdakwa (Pasal 77 KUHP)  Matinya terdakwa jelas menghapuskan adanya penuntutan
  • 19. Daluwarsa Penuntutan Pidana  Ide dasar  Ditetapkannya lemabga daluarsa penuntutan dalam KUHP pada dasarnya dilandasi oleh beberapa pemikiran yaitu :  Dalam kenyataannya perputaran waktu tidak hanya secara perlahan menghapuskan akibat tindak pidana yang terjadi akan tetapi juga mengahpuskan keinginan untuk melakukan pembalasan.  Berjalannya waktu sekaligus menghapuskan jejak-jejak tindak pidana yang menyebabkan kesulitan pembuktian.  Bahwa pelaku setelah bertahun-tahun menyembunyikan diri sudah cukup terhukum dengan kehidupan yang tidak tenang dan penuh kecemasan.  Namun demikian yang utama dari ketiga alasan itu adalah kebutuhan untuk memidana dan kesulitan pembuktian menjadi alasan utama. Karena itu adagium punier non (simper) necesse est (menghukum tidak selamanya perlu) menjadi dasar dari keberadaan lembaga ini.  Ide dasar ini berlandaskan atas kepastian hukum
  • 20. Tenggang waktu daluwarsa  Tenggang waktu daluwarsa ditetapkan dalam pasal 78 (1), yaitu :  Untuk semua pelanggaran dan kejahatan percetakan : sesudah 1 tahun;  Untuk kejahatan yang diancam denda, kurungan atau penjara maksimum 3 tahun : daluwarsanya sesudah 6 tahun;  Untuk kejahatan yang diancam pidana penjara lebih dari 3 tahun daluwarsanya 12 tahun;  Untuk kejahatan yang diancam pidana mati atau seumur hidup : daluwarsanya sesudah 18 tahun.
  • 21. Kapan mulai berlakunya daluwarsa?  tenggang daluwarsa mulai berlaku pada hari sesudah perbuatan dilakukan, kecuali dalm hal-hal tertentu yang disebut dalam pasal tersebut yang menyangkut vorduurende delict (delik berlangsung terus) (Psl 79 )  Kejahatan terhadap mata uang (pasal 244) perhitungan daluwarsa didasarkan pada waktu setelah uang dipakai atau diedarkan;  Kejahatan terhadap kemerdekaan seseorang (pasal 328, 329, 330 dan 333), daluwarsa dihitung keesokan hari setelah orang tersebut dibebaskan atau ditemukan meninggal dunia;  Kejahatan terhadap register kependudukan (pasal 556-558 a), sehari setelah data tersebut dimasukkan dalam catatan register.
  • 22. Kapan daluwarsa mulai terhenti/tercegah?  Menurut pasal 80 (1) tenggang daluwarsa terhenti / tercegah (gestuit) apabila ada tindakan penuntutan (daad van vervolging).  Pada mulanya tindakan penuntutan diartikan secara luas yaitu mencakup juga tindakan-tindakan pengusutan/penyidikan(daad van opsporing).  Tetapi yurisprudensi kemudian menerima pendapat yang lebih sempit, yaitu hanya perbuatan-perbuatan penuntut umum yang langsung menyangkutkan hakimdalam acara pidana (misal menyerahkan perkara ke sidang, mendakwa / mengajukan tuduhan/dakwaan, memohon revisi), jadi tindakan pengusutan/penyidikan tidak lagi dianggap termasuk tindakan penuntutan.  Menurut pasal 80 (2) sesudah terjadinya pencegahan (stuiting) mulai berjalan tenggang daluwarsa yang baru, jadi selama terhentinya selama ada tindakan penuntutan tenggang waktunya tidak dihitung.  Misal : si A melakukan pencurian tanggal 1 Agustus th 2000, daluwarsa penuntutan utk TP Pencurian 2 Agustus 2012, A diajukan ke persidangan tgl 1 Agustus 2003, daluwarsa penuntutan terhenti pd saat itu, penuntutan dibacakan di muka persidangan tanggal 10 Agustus 2003, maka daluwarsa mulai berjalan baru 12 tahun ke depan setelah dibacakan penuntutan
  • 23. Penangguhan daluwarsa (scorsing).  Disini waktu daluwarsa penuntutan tertangguhkan/tertunda artinya terhenti sementara, tidak dihitung mulai awal  Menurut pasal 81 (1) tenggang daluwarsa penuntutan tertunda/tertangguhkan (geschorst) apabila ada perselisihan praejudisiil, yaitu perselisihan menurut hukum perdata yang terlebih dulu harus diselesaikan sebelum acara pidana dapat diteruskan.  Misal : seorang melakukan TP Penipuan tanggal 1 Juli 2000, daluwarsa penuntutan 12 tahun jd 2 juli 2012, dlm perkara penipuan itu dia juga terlibat kasus ngemplang utang, maka penyelesaian perkara perdata tsb menangguhkan daluwarsa penuntutan pidana, perkara ngemplang utang diajukan ke sidang dlm perkara perdata tgl 1 juli 2003, dan selesai 1juli 2004, selang waktu 1 tahun itu tdk diperhitungkan sebagai daluwarsa penuntutan pidana, jd secara total daluwarsa penuntutan pidana orang tsb menjadi 2 juli 2013
  • 24. Pasal 82—pembayaran denda maksimum  Ketentuan membayar denda maksimum untuk TP yg diancam dengan pidana denda (TP pelanggaran), dpt menghapuskan penuntutan pidana, dikenal dengan lembaga hukum penebusan (afkoop) atau sering disebut perdamaian (schikking)
  • 25. Amnesti dan Abolisi  UU darurat No. 11/1954 LN. 1954 No. 146  Dengan pemberian amnesti maka semua akibat hukum pidana orang yg telah melakukan TP dihapuskan  Abolisi hny menghapuskan penuntutan pidana
  • 26. Hapusnya kewenangan menjalankan pidana  Yg terdapat dlm KUHP :  Matinya terdakwa (Psl 83)  Daluwarsa (Psl 84 dan 85) Yg terdapat di luar KUHP :  Pemberian amnesti oleh presiden  Pemberian grasi oleh presiden
  • 27. Tenggang waktu daluwarsa menjalankan pidana  Tenggang waktu daluwarsanya diatur dalam pasal 84 (2), yaitu :  untuk semua pelanggaran : daluwarsanya 2 tahun.  Untuk kejahatan percetakan : daluwarsanya 5 tahun.  Untuk kejahatan lainnya : daluwarsanya sama dengan daluwarsa penuntutan (lihat pasal 78 ) ditambah sepertiga.  Pada ayat (3) ditetapkan bahwa :  “tidak ada daluwarsa untuk kewenangan mejalankan hukuman mati”.
  • 28. Kapan daluwarsa menjalankan pidana berjalan?  tenggang daluwarsa dihitung mulai pada keesokan harinya sesudah putusan hakim dapat dijalankan.  Ini tidak sama dengan putusan hakim yang inkracht van gewijsde (putusan yg berkekuatan tetap).  Pada umumnya memang putusan hakim yang berkakuatan hukum tetap.  Tetapi ada putusan hakim yang sudah dapat dieksekusi sebelum keputusan itu berkekuatan tetap, yaitu “verstek-vonnis” (keputusan diluar hadirnya terdakwa).
  • 29. pencegahan (stuiting)  pencegahan (stuiting) terhadap daluwarsa hak untuk menjalankan / mengeksekusi pidana dapat terjadi dalam dua hal (pasal 85 ayat (2)) yaitu :  Jika terpidana melarikan diri selama menjalani pidana.  Dalam hal ini, tenggang daluwarsa baru dihitung pada keesokan harinya setelah melarikan diri.  Jika pelepasan bersyarat dicabut  Dalam hal ini, maka pada esok harinya setelah pencabutan, mulai berlaku tenggang daluwarsa baru.  Dengan demikian selama ada pencegahan, maka jangka lewat waktu yang telah dilalui hilang sama sekali (tidak dihitung).
  • 30. penangguhan (schorsing).  Penundaan (schorsing) terhadap daluwarsa hak untuk mengeksekusi pidana dapat terjadi dalam dua hal (pasal 85 ayat (3) yaitu :  selama perjalanan pidana ditunda menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (misal dalam hal grasi atau herziening);  selama terpidana dirampas kemerdekaannya (ada dlm tahanan), walaupun perampasan kemerdekaan itu berhubung dengan pemidanaan lain.
  • 31. Grasi  Grasi tidak menghilangkan putusan hakim ybs. Keputusan hakim tetap ada, tetapi pelaksanaannya dihapuskan atau dikurangi / diringankan. Jadi grasi dari presiden, dapat berupa :  Tidak mengeksekusi seluruhnya,  Hanya mengeksekusi sebagian saja  Mengadakan komutasi yaitu jenis pidananya diganti, misal penjara diganti kurungan, kurungan diganti dengan denda, pidana mati diganti penjara seumur hidup.  Grasi dapat dikabulkan manakala hukuman yang dijatuhkan dianggap tidak akan mencapai tujuan atau sasaran pemidanaan itu sendiri.
  • 32. Dasar Hukum  Perihal prosedur Grasi diatur dalam undang-undang 22 tahun 2002, menurut ketentuan pasal 2 ayat (2) grasi hanya dapat dimohonkan bagi :  terpidana yang dijatuhi pidana mati, penjara seumur hidup, penjara paling rendah 2 tahun.