SlideShare a Scribd company logo
MEMAHAMI
KEDAULATAN (SOVEREIGNTY) HAK
BERDAULAT (SOVEREIGN RIGHTS)
DAN
YURISDIKSI
UNSURS NEGARA BANGSA
RAKYAT WILAYAH PEMERIN
TAHAN
KONSTI
TUSI
PENGAKUAN
KEDAULATAN
KEDAULATAN
SOVEREIGNTY
HAK BERDAULAT
SOVEREIGN RIGHT
Kedaulatan (sovereignty)
Kekuasaan tertinggi yang tak terbatas dari satu
negara yang sifatnya menyeluruh.
Kedaulatan negara dijabarkan dalam bentuk
kewenangan atau hak negara antara lain yurisdiksi.
Yurisdiksi wewenang negara untuk membentuk
dan menegakkan hukum.
KEDAULATAN (SOVEREIGNTY)
 Kemampuan pemerintah untuk menjalankan kekuasaan di
negaranya,
 mengontrol kehidupan domestik,
 memilih aliansi, berperang atau netral, scr
bebas dalam hubungan luar negeri
 mempertahankan kepentingan nasional secara
maksimum.
 Kedaulatan internal: otoritas negara/pmrnth tertinggi dan sah
untuk memfasilitasi,mengatur, mengontrol aspirasi dan
aktifitas warga negara/masyarakatnya.
 Kedaulatan eksternal: pengakuan negara lain terhadap
kemerdekaan, integritas teritorial, dan kewenangan mengatur
diri sendiri.
KEDAULATAN (SOVEREIGNTY)
 Negara besar (super power, big power,midle power)
umumnya dapat merasakan substansi kedaulatan
lebih nyata , sementara negara kecil (small power)
seringkali hanya bisa memaknai kedaulatan secara
simbolik dan relatif.
 Negara-bangsa (nation state)  unit politik antar
bangsa yang sah mnrt hukum internasional untuk
menangkal, mencegah ,menanggulangi bahaya yang
mengancam bangsa dan negara.
 Untuk dapat melaksanakan tugas itu, power ( pol,ek,
sosbud, hankam) menjadi instrumen utama dalam
menunjang kedaulatan nasional.
Hak berdaulat/sovereign right
Hak berdaulat adalah hak yang diatur dalam Unclos 1982
diberikan kepada negara kepulauan untuk mengatur
ekplorasi,eksploitasi, konservasi dan pengelolaan SKA dan
energi di ZEE
Yurisdiksi berkenaan dengan pembuatan dan pemakaian
pulau buatan,instalasi dan bangunan, riset ilmiah
kelautan,perlindungan dan pelestarian lingkungan laut.
 Indonesia berkewajiban untuk menghormati hak-hak
negara lain di zona ekonomi eksklusifnya antara lain kebebasan
pelayaran dan penerbangan, serta kebebasan untuk
pemasangan kabel dan pipa bawah laut di zona ekonomi
eksklusif
Hubungan Kedaulatan dan
Yurisdiksi
• Kedaulatan dlm Hubungan Internasional
mengandung 2 aspek :
1. internal
2. eksternal
• Dari aspek tersebut lahirlah YURISDIKSI NEGARA
• Hanya negara berdaulat yang dapat memiliki
yurisdiksi menurut Hukum Internasional
YURISDIKSI
• Bahasa Latin yurisdictio
Yuris : kepunyaan hukum
Dictio : ucapan
• Yurisdiksi :kekuasaan/hak/kewenangan
berdasarkan atas hukum
YURISDIKSI NEGARA DALAM
HUKUM INT’L
• Yurisdiksi negara menurut HI
:hak/kekuasaan/wewenang negara untuk
mengatur
• orang
• benda
• tindakan2
• peristiwa (pidana)
yg mengandung aspek internasional
UNSUR-UNSUR YURISDIKSI
NEGARA
1. Hak,kekuasaan dan kewenangan
(Right,power, authority)
2. Mengatur (legislatif, eksekutif, dan yudikatif)
3. Objek (hal,peristiwa,perilaku,masalah,orang,benda)
4. Tidak semata-mata merupakan masalah dalam
negeri
5. Hukum Intenasional (sebagai dasar atau
landasannya)
PRINSIP-PRINSIP YURISDIKSI
NEGARA
Prinsip Teritorial
Prinsip Nationalitas (Personal) Aktif, Pasif
Prinsip Perlindungan
Prinsip Universal
PRINSIP-PRINSIP YURISDIKSI
NEGARA
1. Prinsip Teritorial Diterapkan dlm :
a. Hak Lintas di laut teritorial
b. The Floating Island di laut teritorial
c. Pelabuhan
d. Orang Asing
e. Pelaku tindak pidana
Pengecualian/tingkat imunitas dapat diterapkan
terhadap :
a. Negara dan Kepala negara asing
b. Perwakilan diplomatik dan konsuler
c. Kapal pemerintah negara asing
d. Angkatan Bersenjata Asing
e. Organisasi Int’l
PRINSIP-PRINSIP YURISDIKSI
NEGARA
MACAM-MACAM YURISDIKSI
NEGARA (3)
1.Yurisdiksi Negara / hak,kekuasaan, dan
kewenangan untuk mengatur :
Yurisdiksi Legislatif
 Yurisdiksi Eksekutif
 Yurisdiksi Yudikatif
MACAM-MACAM YURISDIKSI
NEGARA (3)
2.Yurisdiksi negara atas objek (hal,
masalah,peristiwa,orang dan benda)
 Yurisdiksi personal
 Yurisdiksi kebendaan
 Yurisdiksi kriminal
 Yurisdiksi sipil
MACAM-MACAM YURISDIKSI
NEGARA (3)
3.Yurisdiksi negara berdasarkan ruang atau
tempat dari objek masalah
 Yurisdiksi teritorial
 Yurisdiksi quasi-teritorial
 Yurisdiksi ekstrateritorial
 Yurisdiksi universal
 Yurisdiksi eksklusif
Kedaulatan, hak berdaulat, yurisdiksi dan hak-hak lain atas wilayah
Indonesia ditetapkan melalui berbagai peraturan perundang-
undangan dan hukum Internasional, antara lain
1. Undang-undang Dasar 1945
2. KUHP (tentang yurisdiksi kriminil)
3. Pengumuman Pemerintah RI tanggal 13 desember 1957
4. Undang-undang nomor 4 tahun Prp 1960 tentang Perairan Indonesia
5. Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 1962 tentang Lalu Lintas Laut Damai
6. Pengumuman Pemerintah tanggal 17 Pebruari 1969.
7. Undang-undang nomor 1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia
8. Persetujuan-persetujuan dengan negara-negara tetangga tentang penentuan batas-
batas laut wilayah (dengan Malaysia dan Singapura) dan batas-batas landas kontinen
(dengan Malaysia, Australia, Papua Nugini, Thailand dan India).
9. Konvensi Jenewa Tahun 1958 tentang Landas Kontinen
10. Konvensi-konvensi tentang Pemeliharaan dan Perlindungan Lingkungan Laut dan
tentang Keselamatan Pelayaran
11. ICNT (Informal Composite Negotiating Text) .
12. UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran,
13. UU No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah
Negara,
14. UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan,
15. dan peraturan perundang-undangan
lainnya mencakup fungsi bea
cukai, pelestarian lingkungan
laut, imigrasi, kesehatan
Dalam UNCLOS 1982 dikenal delapan zona pengaturan
(regime)
(1) perairan pedalaman (internal waters),
(2) perairan kepulauan (archipelagic waters),
(3) laut teritorial (teritorial waters),
(4) zona tambahan (contiguous zone),
(5) Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone),
(6) landas kontinen (continental shelf),
(7) laut lepas (high seas),
(8) kawasan dasar laut internasional (international
seabed area).
Daerah Penegakan Kedaulatan dan
Hukum
1. “Perairan Pedalaman”, yaitu perairan-perairan di teluk-teluk pulau-pulau Indonesia dan
mulut-mulut sungai (muara sungai) serta pelabuhan-pelabuhan.
2. “Perairan Nusantara” (Archipelagic Waters) yaitu perairan yang terletak disebelah dalam
garis-garis pangkal laut Wilayah.
3. Laut Wilayah, yaitu lajur laut selebar maximum 12 mil dihitung dari garis pangkal laut
Wilayah.
4. Jalur-jalur Laut melalui “Perairan Nusantara” dan Laut Wilayah.
5. Selat untuk pelayaran Internasional, yaitu Selat Malaka dan Singapura, yang merupakan
bagian dari Laut Wilayah Indonesia.
6. Landas Kontinen Indonesia, yang terletak di luar batas Laut Wilayah Indonesia.
7. Zona ekonomi eksklusif Indonesia selebar 200 mil dari garis-garis pangkal Laut Wilayah,
8. “Contiguous zone” selebar 24 mil dari garis-garis pangkal Laut Wilayah.
9. Laut bebas.
1. Penegakan Kedaulatan “proper” :
Penegakan kedaulatan dan hukum di Perairan
Pedalaman, “Perairan Nusantara”, Laut Wilayah dan dasar-
dasarnya dari ancaman dan gangguan keamanan luar negeri
baik yang bersifat terbuka maupun subversif.
 Penegakan kedaulatan dan hukum yang berkenaan
dengan rejim lintas jalur-jalur laut Nusantara, rejim lintas
transit melalui Selat Malaka dan Singapura, dan rejim lintas
damai.
 Penegakan kedaulatan dan hukum yang berkenaan
dengan pemeliharaan keamanan umum di Perairan
Indonesia.
Sifat penegakan kedaulatan dan hukum (6)
2.Penegakan hukum di bidang pelayaran, :
Penegakan hukum tentang keselamtan pelayaran dalam
rangka pelaksanaan lintas damai melalui “Perairan
Nusantara” dan Laut Wilayah.
Penegakan hukum tentang keselamatan pelayaran dalam
rangka pelaksanaan lintas transit melalui Selat Malaka dan
Singapura.
 Penegakan hukum tentang keselamatan pelayaran
dalam rangka pelaksanaan lintas jalur-jalur laut.
Sifat penegakan kedaulatan dan hukum
3. Penegakan hukum tentang pemanfaatan dan perlindungan sumber
kekayaan alam, baik hayati maupun non hayati, di Perairan
Indonesia, termasuk dasarnya di landas kontinen dan di zona
ekonomi eksklusif Indonesia.
4. Penegakan hukum di bidang pemeliharaan dan perlindungan laut
di Perairan Indonesia, termasuk yang terletak di Selat Malaka dan
Singapura, dan di zona ekonomi eksklusif Indonesia.
5. Penegakan hukum di bidang bea cukai, imigrasi dan kesehatan baik
di Perairan Indonesia, di “contiguous zone” dan di tempat tertentu
di zona ekonomi eksklusif atau pun di landas kontinen.
6. Penegakan hukum tentang kegiatan-kegiatan penelitian dan survai
kelautan .
Hak berdaulat Indonesia tidak dapat disamakan dengan kedaulatan penuh
yang dimiliki dan dilaksanakan oleh Indonesia atas laut wilayah, perairan
Nusantara dan perairan pedalaman Indonesia.
Sanksi-sanksi yang diancam di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia berbeda
dengan sanksi-sanksi yang diancam di perairan yang berada dibawah
kedaulatan Republik Indonesia tersebut.
Hak-hak lain adalah hak untuk melaksanakan penegakan hukum dan hot
pursuit terhadap kapal-kapal asing yang melakukan pelanggaran atas
ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan Indonesia mengenai
zona ekonomi eksklusif.
Kewajiban lainnya adalah menghormati hak-hak negara lain, misalnya
kebebasan pelayaran dan penerbangan (freedom of navigation and
overflight)dan kebebasan pemasangan kabel-kabel dan pipa-pipa bawah
laut (freedom of the laying of submarine cables and pipelines).
Di perairan pedalaman, negara pantai dapat menentukan hukum
nasionalnya dengan kedaulatan penuh.
Di perairan teritorial, negara pantai dapat menentukan hukum
nasionalnya dengan tunduk pada UNCLOS 1982 antara lain harus
mengakomodasikan hak lintas damai bagi negara lain yang
mempunyai kepentingan lintas laut damai di perairan tersebut.
Di jalur tambahan, negara pantai dapat mengatur dalam peraturan
perundang-undangan nasionalnya mencakup tentang bea cukai,
fiskal, imigrasi, saniter, dan menjatuhkan hukuman atas
pelanggaran yang dilakukan oleh pihak asing di wilayah tersebut.
Di perairan kepulauan, negara kepulauan memiliki kedaulatan mencakup perairan
kepulauan, ruang udara diatasnya, dasar laut dan tanah dibawahnya termasuk
sumber kekayaan yang terkandung didalamnya dengan catatan negara kepulauan
harus mengakomodasikan kepentingan dunia internasional yang menggunakan
perairan kepulauan tersebut dalam bentuk hak lintas damai, hak lintas transit, dan
hak lintas alur laut kepulauan.
Di landas kontinen, negara pantai memiliki hak berdaulat untuk tujuan eksplorasi
dan eksploitasi sumber kekayaan alamnya mencakup sumber kekayaan mineral,
kekayaan non hayati pada dasar laut dan tanah dibawahnya, organisme hidup
(sedenter), dengan catatan apabila negara pantai tidak mengeksplorasi dan
mengeksploitasinya, pihak lain harus mendapat persetujuan dari negara pantai
yang bersangkutan bila ingin mengeksplorasinya.
Di ZEE, negara pantai mempunyai hak berdaulat untuk keperluan
eksplorasi dan eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan sumber
kekayaan alam baik hayati maupun non hayati yang berada di
perairan tersebut, dasar laut dan tanah dibawahnya, serta
eksplorasi dan eksploitasi lainnya seperti produksi energi dari air,
arus dan angin.
Di laut lepas, negara pantai terbuka untuk kepentingan semua
negara baik negara pantai maupun negara tidak berpantai (negara
tertutup/land lock). Masing-masing mempunyai kebebasan untuk
berlayar, penerbangan, memasang kabel dan pipa bawah laut,
membangun pulau buatan dan instalasi lainnya, menangkap ikan,
melakukan riset ilmiah dengan tetap memperhatikan hak negara
lain yang diatur dalam UNCLOS 1982.
DINAMIKA PERKEMBANGAN THE USE OF
THE SEA (PEMANFAATAN/PENGGUNAAN
LAUT)
COMMAND OF THE SEA (PENGUASAAN
LAUT )
DAN CONTROL OF THE SEA
(PENGENDALIAN LAUT)
PERKEMBANGAN KONSEP WILAYAH LAUT
1. Res Nullius  Laut itu tidak ada yang memilikinya.
2. Res Communis omnium  laut adalah milik bersama
masyarakat dunia (common heritage of mankind)
3. Mare Liberum  wilayah laut adalah bebas untuk semua
bangsa.
4. Mare Clausum (The Right and Dominion of The Sea)  laut
sepanjang pantai sampai jarak tertentu dimiliki oleh negara
pantai  sejauh yang dapat dikuasai dari darat (pada awal
perkembangan sejauh 3 mil sesuai jarak jangkau meriam )
5. Archipelago principles laut terpenting dengan pulau
didalamnya merupakan satu kesatuan.
6. Archipelagic State Principles (asas negara kepulauan) 
menjadi dasar dalam konvensi PBB tentang hukum laut dan
membagi rezim laut kedalam delapan zona pengaturan
Huigh de Groot (Hugo Grotius): 1583-1645
• Freedom of the Seas-
Mare Liberum (1609) -
No ocean can be the
property of a nation
because it is
impossible for any
nation to take it into
possession by
occupation.
- Contrary to the Laws of
Nature
John Selden (1584-1654)
• Mare Clausum
(1635)
- Closed Seas
• Disputed Grotius’ Mare
Clausum
- Justification for British
dominion over the British
Isles
• Little impact
internationally
1. MELINDUNGI JALUR PERDAGANGAN
2. MELINDUNGI STASION, KOLONI, LAN
3. MELINDUNGI SUMBER2 DI LAUT
- MARE LIBERUM ( GROTIUS )
- MARE CLAUSUM ( SELDEN )
4. INTEGRITAS NAS.
PENGGUNAAN KEKUATAN LAUT
(ANGKATAN LAUT)
1. MENGUSIR LAWAN DARI LAUT (KAPAL
NIAGA/PERANG)
2. MENGGUNAKAN LAUT UNTUK KEPENTINGAN
SENDIRI (Sea control)
3. MENCEGAH MUSUH MENGGUNAKAN LAUT (Sea
denial ).
PENGUASAAN LAUTAN SECARA
MUTLAK TIDAK MUNGKIN
(No Navy, however great, could exercise
absolute Command over all of the seas all of
the time)
Indonesia’s Internal Boundary Issues
Introduction
• Indonesia Land Territory
I Made Andi Arsana
NAVALIST
KOLONI
DAGANG LEWAT
LAUT
PERTAHANKAM
MILIK
KUAT LAUT
MARITIME
POWER/SEA
POWER/NAVAL
POWER/NAVAL FORCE
KEMAKMURAN
SARANA
RESOLUSI DLM
KONFLIK
MENANGKAL
MENGALAHKAN
SAINGAN
MENENTUKAN
- ANGKATAN LAUT
(WEAPONS &
ARM FORCES)
- ARMADA NIAGA
- ARMADA PERIKANAN
- ARMADA OSENOGRAFI
- CARA PANDANG
(MARITIME OUTLOOK)
- TRADISI MARITIM
a. COMBAT CRAFT ( KAPAL )
b. WEAPONS ( SISTA )
c. TRAINED PERSONEL (MAN)
d. SHORE ESTABLISH MENT
(PENDIRAT)
e. BASES
- ARMADA NIAGA
- PERSEKUTUAN INTERNA-
SIONAL (INT ALLIGNMENT)
20
• ANGKAATAN LAUT
• ARMADA NIAGA
• ARMADA
PERIKAN/NELAYAN
KUALITAS SUATU BGS TDK
HANYA DITENTUKAN OLEH
KUAT PERSENJATAAN
DAN’ALAT’N YG DIPUNYAI
YANG DIPROYEKSIKAN
KELAUT
• ARMADA OCEANOGRAFI
• CARA PANDANG
• TRADISI MARITIM
KUAT LAUT TBTK DARI UNSURS YG MEMUNGKIN-
KAN SUATU BGS MEMPROYEKSIKAN KUAT
MILNYA KE LAUT DAN MEMPERTAHANKANNYA DI
SEBERANG LAUT
• KPL PERANG
• SENJATA
• PERSONIL
• PANGKALAN
• ARM NIAGA
• PERSEKUTUAN
• INT. YG MENGUN-
TUNGKAN
• WATAK
• JUML. PENDDK
• SIKAP PMR
• DUK. EKO
• DUK IND.
• GPL.
• LAN
• GRS PANTAI
• POSISI
• LAN
• KOLONOI
KONTINENTAL
KONT-NENTAL
MARITIM
MARITIM
CENDERUNG
KE
MARITIM
INWARD
LOOKING
OUTWARD
LOOKING
PELUANG
INTERAKSI
KOMPONEN KUAT NAS
PELUANG
INTERAKSI
KUAT NAS
DAN
INTERNASIONAL
BEDA
HAS NEVER MEANT MERELY WAR
SHIP.
IT HAS AWWAYS MEANT THE SUM
TOTAL OF THOSE WEAPONS
INSTALLATIONS, AND GEOGRA-PHICAL
CIRCUMSTANCES WHICH ENABLE A
NATION TO CONTROL
TRANPORTATION OVER THE SEAS
DURING WAR TIME.
BERNARD BRODIE
MAHAN
SEA POWER
GEOGRAFI DEMOGRAFI
POSISI LS. WIL. JUML WATAK
BANGSA
STR. FISIK SIFAT
PEM’R’H
SEA
POWER
ARMADA PERANG
ARMADA NIAGA INDUSTRI NIAGA
LAN KOLONI
SUATU AL YANG BERSIFAT DEFENSIF SAJA, DLM
ARTI POLITIK BERARTI AL YG AKAN DIPAKAI
HANYA KALAU KITA DIPAKSA BERPERANG.
SUATU AL YG DIMAKSUDKAN UTK
DIPERTAHANKAN SAJA DLM ARTI MILITER
BERARTI AL YG HANYA DAPAT MENUNGGU
SERANGAN MUSUH, DLM RANGKA HAN WILAYAH.
AKIBATNYA MUSUH TIDAK USAH KHAWATIR
AKAN KEPENTINGANNYA SENDIRI, MUSUH
BEBAS MEMILIH SAAT DAN CARA BERTEMPUR
A.T. MAHAN
JULIAN S. CORBET
SEA
CONTROL
SECURING
CONTROL
DISPUTING
CONTROL
EXERSING
CONTROL
DECISIVE BATTLE
BLOCKADE
FLEET IN BEING
MINOR COUNTER ATTACK
DEFENCE AAGAINST INVASION
ATACK AND DEFENCE OF COMMERCE
ATACK DEFENCE AND SUPPORT OF
MILITARY EXPEDITION
STRIKE WARFARE
MEANS BALANS
SUPERIOR
INFERIOR
EXERCISING
CONTROL
SECURING
CONTROL
DISPUTING
CONTROL
•PERTAHANAN INVASI
•SERANG LINDUNG
PERNIAGAAN
•SERANG LINDUNG
EXPEDISI MIL
•DECISIVE BATTLE
•BLOCKADE
•FLEET IN BEEING
•MINOR COUNTER
ATTACK
OFFENSIF
OFFENSIF
DEFENSIF
DEFENSIF
OFFENSIF
MARITIME SCHOOL
AGE OF SAIL MIDDLE AGE NUCLEAR AGE
DECISIVE BATTLE
 BLOKADE
DECISIVE BATTLE
 BLOKADE
 POWER PROJECTION
 FLEET IN BEEING
 MINOR COUNTER ATTACK
 DETERENCE
 POW PROJECTION
 SEA CONTROL
 NAVAL PRESENCE
SEA COMMAND
 TRADE WARFARE
SEA CONTROL
 SIZING MAINLAND
 STRATEGIC POSITION
 SEA LAND CONTROL
OBJECTIVE OF WAR

More Related Content

What's hot

Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalEvirna Evirna
 
Dasar hukum laut indonesia
Dasar hukum laut indonesia Dasar hukum laut indonesia
Dasar hukum laut indonesia ahmad akhyar
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalNuelnuel11
 
Hubungan hi dan hn
Hubungan hi dan hnHubungan hi dan hn
Hubungan hi dan hnNuelnuel11
 
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita Sari
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional  Fenti Anita SariTugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional  Fenti Anita Sari
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita SariFenti Anita Sari
 
Sejarah Hukum Laut Internasional
Sejarah Hukum Laut InternasionalSejarah Hukum Laut Internasional
Sejarah Hukum Laut InternasionalDevindra Oktaviano
 
Teori dalam hukum internasional 2
Teori dalam hukum internasional 2Teori dalam hukum internasional 2
Teori dalam hukum internasional 2Warnet Raha
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Traktat
TraktatTraktat
TraktatAr Ti
 
Hukum acara perdata - Asas-asas hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Asas-asas hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Asas-asas hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Asas-asas hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum laut internasional
Hukum laut internasionalHukum laut internasional
Hukum laut internasionalpuput riana
 
Pengakuan hukum internasional
Pengakuan hukum internasionalPengakuan hukum internasional
Pengakuan hukum internasionalRizki Gumilar
 
Rangkuman hukum acara pidana & perdata
Rangkuman hukum acara pidana & perdataRangkuman hukum acara pidana & perdata
Rangkuman hukum acara pidana & perdataMakmurZakaria
 
Makalah state responsibility
Makalah state responsibilityMakalah state responsibility
Makalah state responsibilityMuhammad Rahman
 

What's hot (20)

Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasional
 
Dasar hukum laut indonesia
Dasar hukum laut indonesia Dasar hukum laut indonesia
Dasar hukum laut indonesia
 
Hukum agraria nasional pert ke 2
Hukum agraria nasional pert ke 2Hukum agraria nasional pert ke 2
Hukum agraria nasional pert ke 2
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
 
Hubungan hi dan hn
Hubungan hi dan hnHubungan hi dan hn
Hubungan hi dan hn
 
Hukum agraria
Hukum agraria   Hukum agraria
Hukum agraria
 
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita Sari
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional  Fenti Anita SariTugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional  Fenti Anita Sari
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita Sari
 
Landasan Kontinen Indonesia
Landasan Kontinen IndonesiaLandasan Kontinen Indonesia
Landasan Kontinen Indonesia
 
Sejarah Hukum Laut Internasional
Sejarah Hukum Laut InternasionalSejarah Hukum Laut Internasional
Sejarah Hukum Laut Internasional
 
Teori dalam hukum internasional 2
Teori dalam hukum internasional 2Teori dalam hukum internasional 2
Teori dalam hukum internasional 2
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdata
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum pidana internasional
Hukum pidana internasionalHukum pidana internasional
Hukum pidana internasional
 
Traktat
TraktatTraktat
Traktat
 
Hukum Agraria
Hukum AgrariaHukum Agraria
Hukum Agraria
 
Hukum acara perdata - Asas-asas hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Asas-asas hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Asas-asas hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Asas-asas hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum laut internasional
Hukum laut internasionalHukum laut internasional
Hukum laut internasional
 
Pengakuan hukum internasional
Pengakuan hukum internasionalPengakuan hukum internasional
Pengakuan hukum internasional
 
Rangkuman hukum acara pidana & perdata
Rangkuman hukum acara pidana & perdataRangkuman hukum acara pidana & perdata
Rangkuman hukum acara pidana & perdata
 
Makalah state responsibility
Makalah state responsibilityMakalah state responsibility
Makalah state responsibility
 

Similar to Memahami kedaulatan

PPT Menelaah Ketentuan Konstitusional Kehidupan Berbangsa Bernegara Indonesia
PPT Menelaah Ketentuan Konstitusional Kehidupan Berbangsa Bernegara IndonesiaPPT Menelaah Ketentuan Konstitusional Kehidupan Berbangsa Bernegara Indonesia
PPT Menelaah Ketentuan Konstitusional Kehidupan Berbangsa Bernegara IndonesiaDoris Agusnita
 
GEOPOLITIK NASIONAL.pptx
GEOPOLITIK NASIONAL.pptxGEOPOLITIK NASIONAL.pptx
GEOPOLITIK NASIONAL.pptxHerrySusanto46
 
Dinar Rahmadhani X Ipa 1 - Bab 2 PKN.pptx
Dinar Rahmadhani X Ipa 1 - Bab 2 PKN.pptxDinar Rahmadhani X Ipa 1 - Bab 2 PKN.pptx
Dinar Rahmadhani X Ipa 1 - Bab 2 PKN.pptxDinarRahmadhani
 
Kelompok 1 bangsa dan negara
Kelompok 1   bangsa dan negaraKelompok 1   bangsa dan negara
Kelompok 1 bangsa dan negaradayurikaperdana19
 
Bab 2 kelompok 2
Bab 2 kelompok 2Bab 2 kelompok 2
Bab 2 kelompok 2LoveiArika
 
Geopolitik Nasional Indonesia
Geopolitik Nasional IndonesiaGeopolitik Nasional Indonesia
Geopolitik Nasional Indonesiarusdiman1
 
Wawasan Nusantara yang menggabarkan kultur dalam bermasyarakat d indoensia
Wawasan Nusantara yang menggabarkan kultur dalam bermasyarakat d indoensiaWawasan Nusantara yang menggabarkan kultur dalam bermasyarakat d indoensia
Wawasan Nusantara yang menggabarkan kultur dalam bermasyarakat d indoensiamohandika1
 
bab2kelas10-171110072049.pdf
bab2kelas10-171110072049.pdfbab2kelas10-171110072049.pdf
bab2kelas10-171110072049.pdfBbhLuv
 
BAB_2_KETENTUAN_UUD_NRI_TAHUN_1945_DALAM.ppt
BAB_2_KETENTUAN_UUD_NRI_TAHUN_1945_DALAM.pptBAB_2_KETENTUAN_UUD_NRI_TAHUN_1945_DALAM.ppt
BAB_2_KETENTUAN_UUD_NRI_TAHUN_1945_DALAM.pptsangkurayi18
 
Ketentuan UUD NRI Thn 1945 .... X.Smt.1.pptx
Ketentuan UUD NRI Thn 1945 .... X.Smt.1.pptxKetentuan UUD NRI Thn 1945 .... X.Smt.1.pptx
Ketentuan UUD NRI Thn 1945 .... X.Smt.1.pptxabsonsohilait2
 

Similar to Memahami kedaulatan (20)

PPT Menelaah Ketentuan Konstitusional Kehidupan Berbangsa Bernegara Indonesia
PPT Menelaah Ketentuan Konstitusional Kehidupan Berbangsa Bernegara IndonesiaPPT Menelaah Ketentuan Konstitusional Kehidupan Berbangsa Bernegara Indonesia
PPT Menelaah Ketentuan Konstitusional Kehidupan Berbangsa Bernegara Indonesia
 
GEOPOLITIK NASIONAL.pptx
GEOPOLITIK NASIONAL.pptxGEOPOLITIK NASIONAL.pptx
GEOPOLITIK NASIONAL.pptx
 
Dinar Rahmadhani X Ipa 1 - Bab 2 PKN.pptx
Dinar Rahmadhani X Ipa 1 - Bab 2 PKN.pptxDinar Rahmadhani X Ipa 1 - Bab 2 PKN.pptx
Dinar Rahmadhani X Ipa 1 - Bab 2 PKN.pptx
 
Wawasan nusantara
Wawasan nusantaraWawasan nusantara
Wawasan nusantara
 
Kelompok 1 bangsa dan negara
Kelompok 1   bangsa dan negaraKelompok 1   bangsa dan negara
Kelompok 1 bangsa dan negara
 
Hukum Maritim.ppt
Hukum Maritim.pptHukum Maritim.ppt
Hukum Maritim.ppt
 
Bab 2 kelompok 2
Bab 2 kelompok 2Bab 2 kelompok 2
Bab 2 kelompok 2
 
Geopolitik Nasional Indonesia
Geopolitik Nasional IndonesiaGeopolitik Nasional Indonesia
Geopolitik Nasional Indonesia
 
Wawasan Nusantara yang menggabarkan kultur dalam bermasyarakat d indoensia
Wawasan Nusantara yang menggabarkan kultur dalam bermasyarakat d indoensiaWawasan Nusantara yang menggabarkan kultur dalam bermasyarakat d indoensia
Wawasan Nusantara yang menggabarkan kultur dalam bermasyarakat d indoensia
 
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbar
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbarTugas rangkuman hukum laut pa jabbar
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbar
 
Hukum laut ukm raha
Hukum laut ukm rahaHukum laut ukm raha
Hukum laut ukm raha
 
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbar
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbarTugas rangkuman hukum laut pa jabbar
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbar
 
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbar
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbarTugas rangkuman hukum laut pa jabbar
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbar
 
Hukum laut ukm raha
Hukum laut ukm rahaHukum laut ukm raha
Hukum laut ukm raha
 
Hukum laut ukm raha
Hukum laut ukm rahaHukum laut ukm raha
Hukum laut ukm raha
 
bab2kelas10-171110072049.pdf
bab2kelas10-171110072049.pdfbab2kelas10-171110072049.pdf
bab2kelas10-171110072049.pdf
 
HUKUM LAUT.pptx
HUKUM LAUT.pptxHUKUM LAUT.pptx
HUKUM LAUT.pptx
 
BAB_2_KETENTUAN_UUD_NRI_TAHUN_1945_DALAM.ppt
BAB_2_KETENTUAN_UUD_NRI_TAHUN_1945_DALAM.pptBAB_2_KETENTUAN_UUD_NRI_TAHUN_1945_DALAM.ppt
BAB_2_KETENTUAN_UUD_NRI_TAHUN_1945_DALAM.ppt
 
Ketentuan UUD NRI Thn 1945 .... X.Smt.1.pptx
Ketentuan UUD NRI Thn 1945 .... X.Smt.1.pptxKetentuan UUD NRI Thn 1945 .... X.Smt.1.pptx
Ketentuan UUD NRI Thn 1945 .... X.Smt.1.pptx
 
Bela negara (1)
Bela negara (1)Bela negara (1)
Bela negara (1)
 

Recently uploaded

ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...AgusRahmat39
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...haryonospdsd011
 
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024SABDA
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdfindrawatiahmad62
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxnawasenamerta
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024SABDA
 
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)saritharamadhani03
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawassuprihatin1885
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptDedi Dwitagama
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..widyakusuma99
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt xjohan199969
 
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNajwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfnaqarin2
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfNurSriWidyastuti1
 
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANGKERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANGEviRohimah3
 
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxModul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxSriayuAnisaToip
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxmuhammadyudiyanto55
 
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfSusi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfSusiSusanti94678
 
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptxSejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptxGallantryW
 

Recently uploaded (20)

ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNajwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANGKERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
 
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxModul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfSusi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptxSejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
 

Memahami kedaulatan

  • 1. MEMAHAMI KEDAULATAN (SOVEREIGNTY) HAK BERDAULAT (SOVEREIGN RIGHTS) DAN YURISDIKSI
  • 2. UNSURS NEGARA BANGSA RAKYAT WILAYAH PEMERIN TAHAN KONSTI TUSI PENGAKUAN KEDAULATAN KEDAULATAN SOVEREIGNTY HAK BERDAULAT SOVEREIGN RIGHT
  • 3. Kedaulatan (sovereignty) Kekuasaan tertinggi yang tak terbatas dari satu negara yang sifatnya menyeluruh. Kedaulatan negara dijabarkan dalam bentuk kewenangan atau hak negara antara lain yurisdiksi. Yurisdiksi wewenang negara untuk membentuk dan menegakkan hukum.
  • 4. KEDAULATAN (SOVEREIGNTY)  Kemampuan pemerintah untuk menjalankan kekuasaan di negaranya,  mengontrol kehidupan domestik,  memilih aliansi, berperang atau netral, scr bebas dalam hubungan luar negeri  mempertahankan kepentingan nasional secara maksimum.  Kedaulatan internal: otoritas negara/pmrnth tertinggi dan sah untuk memfasilitasi,mengatur, mengontrol aspirasi dan aktifitas warga negara/masyarakatnya.  Kedaulatan eksternal: pengakuan negara lain terhadap kemerdekaan, integritas teritorial, dan kewenangan mengatur diri sendiri.
  • 5. KEDAULATAN (SOVEREIGNTY)  Negara besar (super power, big power,midle power) umumnya dapat merasakan substansi kedaulatan lebih nyata , sementara negara kecil (small power) seringkali hanya bisa memaknai kedaulatan secara simbolik dan relatif.  Negara-bangsa (nation state)  unit politik antar bangsa yang sah mnrt hukum internasional untuk menangkal, mencegah ,menanggulangi bahaya yang mengancam bangsa dan negara.  Untuk dapat melaksanakan tugas itu, power ( pol,ek, sosbud, hankam) menjadi instrumen utama dalam menunjang kedaulatan nasional.
  • 6. Hak berdaulat/sovereign right Hak berdaulat adalah hak yang diatur dalam Unclos 1982 diberikan kepada negara kepulauan untuk mengatur ekplorasi,eksploitasi, konservasi dan pengelolaan SKA dan energi di ZEE Yurisdiksi berkenaan dengan pembuatan dan pemakaian pulau buatan,instalasi dan bangunan, riset ilmiah kelautan,perlindungan dan pelestarian lingkungan laut.  Indonesia berkewajiban untuk menghormati hak-hak negara lain di zona ekonomi eksklusifnya antara lain kebebasan pelayaran dan penerbangan, serta kebebasan untuk pemasangan kabel dan pipa bawah laut di zona ekonomi eksklusif
  • 7. Hubungan Kedaulatan dan Yurisdiksi • Kedaulatan dlm Hubungan Internasional mengandung 2 aspek : 1. internal 2. eksternal • Dari aspek tersebut lahirlah YURISDIKSI NEGARA • Hanya negara berdaulat yang dapat memiliki yurisdiksi menurut Hukum Internasional
  • 8. YURISDIKSI • Bahasa Latin yurisdictio Yuris : kepunyaan hukum Dictio : ucapan • Yurisdiksi :kekuasaan/hak/kewenangan berdasarkan atas hukum
  • 9. YURISDIKSI NEGARA DALAM HUKUM INT’L • Yurisdiksi negara menurut HI :hak/kekuasaan/wewenang negara untuk mengatur • orang • benda • tindakan2 • peristiwa (pidana) yg mengandung aspek internasional
  • 10. UNSUR-UNSUR YURISDIKSI NEGARA 1. Hak,kekuasaan dan kewenangan (Right,power, authority) 2. Mengatur (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) 3. Objek (hal,peristiwa,perilaku,masalah,orang,benda) 4. Tidak semata-mata merupakan masalah dalam negeri 5. Hukum Intenasional (sebagai dasar atau landasannya)
  • 11. PRINSIP-PRINSIP YURISDIKSI NEGARA Prinsip Teritorial Prinsip Nationalitas (Personal) Aktif, Pasif Prinsip Perlindungan Prinsip Universal
  • 12. PRINSIP-PRINSIP YURISDIKSI NEGARA 1. Prinsip Teritorial Diterapkan dlm : a. Hak Lintas di laut teritorial b. The Floating Island di laut teritorial c. Pelabuhan d. Orang Asing e. Pelaku tindak pidana
  • 13. Pengecualian/tingkat imunitas dapat diterapkan terhadap : a. Negara dan Kepala negara asing b. Perwakilan diplomatik dan konsuler c. Kapal pemerintah negara asing d. Angkatan Bersenjata Asing e. Organisasi Int’l PRINSIP-PRINSIP YURISDIKSI NEGARA
  • 14. MACAM-MACAM YURISDIKSI NEGARA (3) 1.Yurisdiksi Negara / hak,kekuasaan, dan kewenangan untuk mengatur : Yurisdiksi Legislatif  Yurisdiksi Eksekutif  Yurisdiksi Yudikatif
  • 15. MACAM-MACAM YURISDIKSI NEGARA (3) 2.Yurisdiksi negara atas objek (hal, masalah,peristiwa,orang dan benda)  Yurisdiksi personal  Yurisdiksi kebendaan  Yurisdiksi kriminal  Yurisdiksi sipil
  • 16. MACAM-MACAM YURISDIKSI NEGARA (3) 3.Yurisdiksi negara berdasarkan ruang atau tempat dari objek masalah  Yurisdiksi teritorial  Yurisdiksi quasi-teritorial  Yurisdiksi ekstrateritorial  Yurisdiksi universal  Yurisdiksi eksklusif
  • 17. Kedaulatan, hak berdaulat, yurisdiksi dan hak-hak lain atas wilayah Indonesia ditetapkan melalui berbagai peraturan perundang- undangan dan hukum Internasional, antara lain 1. Undang-undang Dasar 1945 2. KUHP (tentang yurisdiksi kriminil) 3. Pengumuman Pemerintah RI tanggal 13 desember 1957 4. Undang-undang nomor 4 tahun Prp 1960 tentang Perairan Indonesia 5. Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 1962 tentang Lalu Lintas Laut Damai 6. Pengumuman Pemerintah tanggal 17 Pebruari 1969. 7. Undang-undang nomor 1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia 8. Persetujuan-persetujuan dengan negara-negara tetangga tentang penentuan batas- batas laut wilayah (dengan Malaysia dan Singapura) dan batas-batas landas kontinen (dengan Malaysia, Australia, Papua Nugini, Thailand dan India). 9. Konvensi Jenewa Tahun 1958 tentang Landas Kontinen 10. Konvensi-konvensi tentang Pemeliharaan dan Perlindungan Lingkungan Laut dan tentang Keselamatan Pelayaran 11. ICNT (Informal Composite Negotiating Text) .
  • 18. 12. UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, 13. UU No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara, 14. UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan, 15. dan peraturan perundang-undangan lainnya mencakup fungsi bea cukai, pelestarian lingkungan laut, imigrasi, kesehatan
  • 19. Dalam UNCLOS 1982 dikenal delapan zona pengaturan (regime) (1) perairan pedalaman (internal waters), (2) perairan kepulauan (archipelagic waters), (3) laut teritorial (teritorial waters), (4) zona tambahan (contiguous zone), (5) Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone), (6) landas kontinen (continental shelf), (7) laut lepas (high seas), (8) kawasan dasar laut internasional (international seabed area).
  • 20. Daerah Penegakan Kedaulatan dan Hukum 1. “Perairan Pedalaman”, yaitu perairan-perairan di teluk-teluk pulau-pulau Indonesia dan mulut-mulut sungai (muara sungai) serta pelabuhan-pelabuhan. 2. “Perairan Nusantara” (Archipelagic Waters) yaitu perairan yang terletak disebelah dalam garis-garis pangkal laut Wilayah. 3. Laut Wilayah, yaitu lajur laut selebar maximum 12 mil dihitung dari garis pangkal laut Wilayah. 4. Jalur-jalur Laut melalui “Perairan Nusantara” dan Laut Wilayah. 5. Selat untuk pelayaran Internasional, yaitu Selat Malaka dan Singapura, yang merupakan bagian dari Laut Wilayah Indonesia. 6. Landas Kontinen Indonesia, yang terletak di luar batas Laut Wilayah Indonesia. 7. Zona ekonomi eksklusif Indonesia selebar 200 mil dari garis-garis pangkal Laut Wilayah, 8. “Contiguous zone” selebar 24 mil dari garis-garis pangkal Laut Wilayah. 9. Laut bebas.
  • 21. 1. Penegakan Kedaulatan “proper” : Penegakan kedaulatan dan hukum di Perairan Pedalaman, “Perairan Nusantara”, Laut Wilayah dan dasar- dasarnya dari ancaman dan gangguan keamanan luar negeri baik yang bersifat terbuka maupun subversif.  Penegakan kedaulatan dan hukum yang berkenaan dengan rejim lintas jalur-jalur laut Nusantara, rejim lintas transit melalui Selat Malaka dan Singapura, dan rejim lintas damai.  Penegakan kedaulatan dan hukum yang berkenaan dengan pemeliharaan keamanan umum di Perairan Indonesia. Sifat penegakan kedaulatan dan hukum (6)
  • 22. 2.Penegakan hukum di bidang pelayaran, : Penegakan hukum tentang keselamtan pelayaran dalam rangka pelaksanaan lintas damai melalui “Perairan Nusantara” dan Laut Wilayah. Penegakan hukum tentang keselamatan pelayaran dalam rangka pelaksanaan lintas transit melalui Selat Malaka dan Singapura.  Penegakan hukum tentang keselamatan pelayaran dalam rangka pelaksanaan lintas jalur-jalur laut. Sifat penegakan kedaulatan dan hukum
  • 23. 3. Penegakan hukum tentang pemanfaatan dan perlindungan sumber kekayaan alam, baik hayati maupun non hayati, di Perairan Indonesia, termasuk dasarnya di landas kontinen dan di zona ekonomi eksklusif Indonesia. 4. Penegakan hukum di bidang pemeliharaan dan perlindungan laut di Perairan Indonesia, termasuk yang terletak di Selat Malaka dan Singapura, dan di zona ekonomi eksklusif Indonesia. 5. Penegakan hukum di bidang bea cukai, imigrasi dan kesehatan baik di Perairan Indonesia, di “contiguous zone” dan di tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif atau pun di landas kontinen. 6. Penegakan hukum tentang kegiatan-kegiatan penelitian dan survai kelautan .
  • 24. Hak berdaulat Indonesia tidak dapat disamakan dengan kedaulatan penuh yang dimiliki dan dilaksanakan oleh Indonesia atas laut wilayah, perairan Nusantara dan perairan pedalaman Indonesia. Sanksi-sanksi yang diancam di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia berbeda dengan sanksi-sanksi yang diancam di perairan yang berada dibawah kedaulatan Republik Indonesia tersebut. Hak-hak lain adalah hak untuk melaksanakan penegakan hukum dan hot pursuit terhadap kapal-kapal asing yang melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan Indonesia mengenai zona ekonomi eksklusif. Kewajiban lainnya adalah menghormati hak-hak negara lain, misalnya kebebasan pelayaran dan penerbangan (freedom of navigation and overflight)dan kebebasan pemasangan kabel-kabel dan pipa-pipa bawah laut (freedom of the laying of submarine cables and pipelines).
  • 25. Di perairan pedalaman, negara pantai dapat menentukan hukum nasionalnya dengan kedaulatan penuh. Di perairan teritorial, negara pantai dapat menentukan hukum nasionalnya dengan tunduk pada UNCLOS 1982 antara lain harus mengakomodasikan hak lintas damai bagi negara lain yang mempunyai kepentingan lintas laut damai di perairan tersebut. Di jalur tambahan, negara pantai dapat mengatur dalam peraturan perundang-undangan nasionalnya mencakup tentang bea cukai, fiskal, imigrasi, saniter, dan menjatuhkan hukuman atas pelanggaran yang dilakukan oleh pihak asing di wilayah tersebut.
  • 26. Di perairan kepulauan, negara kepulauan memiliki kedaulatan mencakup perairan kepulauan, ruang udara diatasnya, dasar laut dan tanah dibawahnya termasuk sumber kekayaan yang terkandung didalamnya dengan catatan negara kepulauan harus mengakomodasikan kepentingan dunia internasional yang menggunakan perairan kepulauan tersebut dalam bentuk hak lintas damai, hak lintas transit, dan hak lintas alur laut kepulauan. Di landas kontinen, negara pantai memiliki hak berdaulat untuk tujuan eksplorasi dan eksploitasi sumber kekayaan alamnya mencakup sumber kekayaan mineral, kekayaan non hayati pada dasar laut dan tanah dibawahnya, organisme hidup (sedenter), dengan catatan apabila negara pantai tidak mengeksplorasi dan mengeksploitasinya, pihak lain harus mendapat persetujuan dari negara pantai yang bersangkutan bila ingin mengeksplorasinya.
  • 27. Di ZEE, negara pantai mempunyai hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan sumber kekayaan alam baik hayati maupun non hayati yang berada di perairan tersebut, dasar laut dan tanah dibawahnya, serta eksplorasi dan eksploitasi lainnya seperti produksi energi dari air, arus dan angin. Di laut lepas, negara pantai terbuka untuk kepentingan semua negara baik negara pantai maupun negara tidak berpantai (negara tertutup/land lock). Masing-masing mempunyai kebebasan untuk berlayar, penerbangan, memasang kabel dan pipa bawah laut, membangun pulau buatan dan instalasi lainnya, menangkap ikan, melakukan riset ilmiah dengan tetap memperhatikan hak negara lain yang diatur dalam UNCLOS 1982.
  • 28. DINAMIKA PERKEMBANGAN THE USE OF THE SEA (PEMANFAATAN/PENGGUNAAN LAUT) COMMAND OF THE SEA (PENGUASAAN LAUT ) DAN CONTROL OF THE SEA (PENGENDALIAN LAUT)
  • 29. PERKEMBANGAN KONSEP WILAYAH LAUT 1. Res Nullius  Laut itu tidak ada yang memilikinya. 2. Res Communis omnium  laut adalah milik bersama masyarakat dunia (common heritage of mankind) 3. Mare Liberum  wilayah laut adalah bebas untuk semua bangsa. 4. Mare Clausum (The Right and Dominion of The Sea)  laut sepanjang pantai sampai jarak tertentu dimiliki oleh negara pantai  sejauh yang dapat dikuasai dari darat (pada awal perkembangan sejauh 3 mil sesuai jarak jangkau meriam ) 5. Archipelago principles laut terpenting dengan pulau didalamnya merupakan satu kesatuan. 6. Archipelagic State Principles (asas negara kepulauan)  menjadi dasar dalam konvensi PBB tentang hukum laut dan membagi rezim laut kedalam delapan zona pengaturan
  • 30. Huigh de Groot (Hugo Grotius): 1583-1645 • Freedom of the Seas- Mare Liberum (1609) - No ocean can be the property of a nation because it is impossible for any nation to take it into possession by occupation. - Contrary to the Laws of Nature
  • 31. John Selden (1584-1654) • Mare Clausum (1635) - Closed Seas • Disputed Grotius’ Mare Clausum - Justification for British dominion over the British Isles • Little impact internationally
  • 32.
  • 33. 1. MELINDUNGI JALUR PERDAGANGAN 2. MELINDUNGI STASION, KOLONI, LAN 3. MELINDUNGI SUMBER2 DI LAUT - MARE LIBERUM ( GROTIUS ) - MARE CLAUSUM ( SELDEN ) 4. INTEGRITAS NAS.
  • 34. PENGGUNAAN KEKUATAN LAUT (ANGKATAN LAUT) 1. MENGUSIR LAWAN DARI LAUT (KAPAL NIAGA/PERANG) 2. MENGGUNAKAN LAUT UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI (Sea control) 3. MENCEGAH MUSUH MENGGUNAKAN LAUT (Sea denial ). PENGUASAAN LAUTAN SECARA MUTLAK TIDAK MUNGKIN (No Navy, however great, could exercise absolute Command over all of the seas all of the time)
  • 35. Indonesia’s Internal Boundary Issues Introduction • Indonesia Land Territory I Made Andi Arsana
  • 36.
  • 37. NAVALIST KOLONI DAGANG LEWAT LAUT PERTAHANKAM MILIK KUAT LAUT MARITIME POWER/SEA POWER/NAVAL POWER/NAVAL FORCE KEMAKMURAN SARANA RESOLUSI DLM KONFLIK MENANGKAL MENGALAHKAN SAINGAN MENENTUKAN
  • 38. - ANGKATAN LAUT (WEAPONS & ARM FORCES) - ARMADA NIAGA - ARMADA PERIKANAN - ARMADA OSENOGRAFI - CARA PANDANG (MARITIME OUTLOOK) - TRADISI MARITIM a. COMBAT CRAFT ( KAPAL ) b. WEAPONS ( SISTA ) c. TRAINED PERSONEL (MAN) d. SHORE ESTABLISH MENT (PENDIRAT) e. BASES - ARMADA NIAGA - PERSEKUTUAN INTERNA- SIONAL (INT ALLIGNMENT)
  • 39. 20 • ANGKAATAN LAUT • ARMADA NIAGA • ARMADA PERIKAN/NELAYAN KUALITAS SUATU BGS TDK HANYA DITENTUKAN OLEH KUAT PERSENJATAAN DAN’ALAT’N YG DIPUNYAI YANG DIPROYEKSIKAN KELAUT • ARMADA OCEANOGRAFI • CARA PANDANG • TRADISI MARITIM
  • 40.
  • 41. KUAT LAUT TBTK DARI UNSURS YG MEMUNGKIN- KAN SUATU BGS MEMPROYEKSIKAN KUAT MILNYA KE LAUT DAN MEMPERTAHANKANNYA DI SEBERANG LAUT • KPL PERANG • SENJATA • PERSONIL • PANGKALAN • ARM NIAGA • PERSEKUTUAN • INT. YG MENGUN- TUNGKAN • WATAK • JUML. PENDDK • SIKAP PMR • DUK. EKO • DUK IND. • GPL. • LAN • GRS PANTAI • POSISI • LAN • KOLONOI
  • 43. HAS NEVER MEANT MERELY WAR SHIP. IT HAS AWWAYS MEANT THE SUM TOTAL OF THOSE WEAPONS INSTALLATIONS, AND GEOGRA-PHICAL CIRCUMSTANCES WHICH ENABLE A NATION TO CONTROL TRANPORTATION OVER THE SEAS DURING WAR TIME. BERNARD BRODIE
  • 44. MAHAN SEA POWER GEOGRAFI DEMOGRAFI POSISI LS. WIL. JUML WATAK BANGSA STR. FISIK SIFAT PEM’R’H SEA POWER ARMADA PERANG ARMADA NIAGA INDUSTRI NIAGA LAN KOLONI
  • 45. SUATU AL YANG BERSIFAT DEFENSIF SAJA, DLM ARTI POLITIK BERARTI AL YG AKAN DIPAKAI HANYA KALAU KITA DIPAKSA BERPERANG. SUATU AL YG DIMAKSUDKAN UTK DIPERTAHANKAN SAJA DLM ARTI MILITER BERARTI AL YG HANYA DAPAT MENUNGGU SERANGAN MUSUH, DLM RANGKA HAN WILAYAH. AKIBATNYA MUSUH TIDAK USAH KHAWATIR AKAN KEPENTINGANNYA SENDIRI, MUSUH BEBAS MEMILIH SAAT DAN CARA BERTEMPUR A.T. MAHAN
  • 46. JULIAN S. CORBET SEA CONTROL SECURING CONTROL DISPUTING CONTROL EXERSING CONTROL DECISIVE BATTLE BLOCKADE FLEET IN BEING MINOR COUNTER ATTACK DEFENCE AAGAINST INVASION ATACK AND DEFENCE OF COMMERCE ATACK DEFENCE AND SUPPORT OF MILITARY EXPEDITION STRIKE WARFARE
  • 47. MEANS BALANS SUPERIOR INFERIOR EXERCISING CONTROL SECURING CONTROL DISPUTING CONTROL •PERTAHANAN INVASI •SERANG LINDUNG PERNIAGAAN •SERANG LINDUNG EXPEDISI MIL •DECISIVE BATTLE •BLOCKADE •FLEET IN BEEING •MINOR COUNTER ATTACK OFFENSIF OFFENSIF DEFENSIF DEFENSIF OFFENSIF
  • 48. MARITIME SCHOOL AGE OF SAIL MIDDLE AGE NUCLEAR AGE DECISIVE BATTLE  BLOKADE DECISIVE BATTLE  BLOKADE  POWER PROJECTION  FLEET IN BEEING  MINOR COUNTER ATTACK  DETERENCE  POW PROJECTION  SEA CONTROL  NAVAL PRESENCE SEA COMMAND  TRADE WARFARE SEA CONTROL  SIZING MAINLAND  STRATEGIC POSITION  SEA LAND CONTROL OBJECTIVE OF WAR