SlideShare a Scribd company logo
1 of 50
Histoteknik adalah metoda membuat sajian
histologi dari spesimen tertentu melalui suatu
rangkaian proses hingga menjadi sajian yang
siap untuk dianalisis.
Sumber Jaringan:
1.Manusia
2.Hewan
1. Pengawetan (Fixation);
2. Dehidrasi (Dehydration);
3. Pembeningan (Clearing);
4. Pembenaman (Infiltration/Impregnation/Embedding);
5. Pengecoran (Blocking/Casting);
6. Pengirisan Jaringan (Sectioning);
7. Pewarnaan (Staining);
8. Perekatan (Mounting);
9. Pelabelan (Labelling)
Efek fiksasi terhadap jaringan yang diproses:
1. Menghambat proses pembusukan dan autolisis
2. Pengawetan jaringan
3. Pengerasan jaringan
4. Pemadatan koloid
5. Differensiasi optik
6. Pengaruh terhadap pewarnaan
Cara melakukan fiksasi:
1. Supravital/intravital;
2. Merendam dalam larutan fiksatif.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam fiksasi
jaringan histologi adalah:
1.Tebal irisan.
2.Volume larutan pengawet.
3.Jenis larutan pengawet.
 Formaldehyde
 Formaldehyde (Formalin), Paraformaldehyde, Glutaraldehyde,
 Picrates
 Picric Acid → Bouin’s Solution
 Mercurials
 Helly ‘s Fluid (Zenker Formol)
 Oxidizing Agents
 Osmium tetroxide
 Alcohol
 Methanol, Alcohol (etanol)
 Potassium Dichromate
 Muller
 FORMALIN
 MULLER
 BOUIN
 CARNOY
 ZENKER FORMAL (CAIRAN HELLY)
 ETANOL
 ASAM ASETAT-ALKOHOL-FORMALIN (TELLYESNICZKY)
 dll
 Yg digunakan adalah bentuk monomer: dibuat dengan
menetralkan/alkalis larutan
 Mengakibatkan crosslink protein
 Formal saline, formal calcium, 10% neutral buffered
formalin, buffer formalin sukrosa
 Kelebihan dan kekurangan
 Mengandung asam pikrat, meledak kalau
kering
 Mudah dikenali saat pemotongan → warna
kuning
 Mempunyai daya penetrasi yang cepat dan
merata
 Jaringan mengalami pengerutan
 Mengandung merkuri klorida
 Daya fiksasinya cepat dan kuat, tetapi kecepatan
penetrasinya berkurang setelah meresap sejauh
beberapa milimeter pertama dan potongan
jaringan yang melebihi ketebalan 5 mm pada
umumnya cenderung untuk menjadi keras (rapuh),
overfixed di bagian pinggir sementara di bagian
tengah menjadi lunak karena underfixed
 Fiksatif ini sangat baik untuk fiksasi sumsum tulang
dan limpa, mitochondria.
 Cytological fixatives
 Etanol 95%
 Digunakan untuk Pap test, swab
 Mempertahankan antigenisitas → cocok IHC
 mengawetkan substansia Nissl dan
glikogen
 daya penetrasi yang cepat
 Fiksasi ini sering digunakan apabila suatu
diagnosis perlu ditegakkan dengan cepat,
misalnya untuk diagnosis kanker pada saat
pembedahan. Fiksasi umumnya selesai
setelah 1-2 jam,sedangkan potongan kecil
selesai difiksasi dalam 15 menit.
 efek pengerutan: kuat
Pasca fiksasi, jaringan yang keras mendapat perlakuan
khusus
•Tulang: dekalsifikasi → formic acid 8%
•Kulit: teknik lendrum
• Cuci dengan air kran mengalir/alkohol 90%
• Fenol 4% dalam akuades (v/v) selama 1 -3 hari
 Tahapan dehidrasi
 Cara I
 Alkohol 70% 3 hari ( 3x ganti)
 Alkohol 95% 3 hari ( 3x ganti)
 Alkohol 100% 3 hari ( 3x ganti)
 Cara II
 Alkohol 70%, 80%, 90%, masing-masing 1 hari;
 Alkohol 95% 2 hari ( 2x ganti);
 Alkohol 100 % 2 hari ( 2x ganti).
 Sukrosa 20% (untuk cryostat): Sukrosa 20% selama 2 hari;
 Metanol: jarang digunakan tetapi dapat digunakan seperti
etanol;
 Aseton : 3 x 20 menit.
 Bahan yang digunakan :
 Cedar wood oil;
 Chloroform;
 Benzene/benzol;
 Benzyl benzoat;
 Methyl benzoat;
 Xylene/xylol;
 Toluene
 Keuntungan
 Sifat clearing-nya paling baik.
 Tak mengeraskan jaringan
 Jaringan yang halus sangat baik.
 Kadang digunakan untuk jaringan keras (kulit dan
jaringan ikat padat)
 Dapat disimpan dalam waktu lama (berbulan-
bulan)
 Keuntungan :
 Paling sering dipakai
 Bersifat toleran (dapat disimpan semalaman tanpa
menjadi keras)
 Kerugian
 Titik akhir tak dapat dilihat dengan mata
 Saat menjadi bening dan transparan tak jelas
 Cara mengatasi : waktu pembeningan diperpanjang
 Lebih mahal dari xylene dan benzene tetapi lebih
murah dari cedar wood oil.
 Metoda :
 Benzyl benzoat I selama 24 jam hingga
jaringan tenggelam. Jaringan menjadi bening
dan transparan.
 Benzyl benzoat II selama 2-3 jam.
 Benzol-Paraffin selama ½ - 1 jam. Campuran
benzol dan paraffin cair dengan
perbandingan sama.
 Masukkan ke dalam paraffin cair.
 Metode :
 Methyl benzoat I sampai jaringan
tenggelam.
Daya penetrasi lebih cepat dari benzol
benzoat;
Jaringan mudah rapuh.
 Methyl benzoat II selama 1-2 jam.
 Benzol-Paraffin. Campuran benzol dan
paraffin dengan perbandingan sama.
 Masukkan ke dalam paraffin cair.
 Keuntungan
 Waktu clearing cepat : ½ - 1 jam.
 Benzene lebih lambat dari xylene tetapi kerapuhan jaringan
lebih berkurang dibanding xylene
 Kerugian
 Karsinogenik
 Metode
 Direndam dalam xylol 2 kali @ 1 menit hingga bening dan
transparan
 Volume 50 – 1000 kali volume jaringan
 Setelah itu masukkan ke dalam paraffin cair
 Sama dgn xylene tetapi lebih lambat
 Menimbulkan sedikit pengerasan dan distorsi
jaringan
 Mudah menguap
 Impregnasi adalah proses pengeluaran cairan
pembening (clearing agent) dari jaringan dan
menggantikannya dengan paraffin.
 Dilakukan dengan menggunakan paraffin oven
 Clearing agent yang tersisa dapat mengkristal
dalam jaringan sehingga saat dipotong dengan
mikrotom jaringan akan robek.
 Teknik Pembenaman
 Paraffin/ paraplast I selama 2 jam;
 Paraffin/ paraplast II selama 1 jam;
 Paraffin/ paraplast III selama 2 jam.
 Setelah pembenaman, proses dilanjutkan dengan
pengecoran (blocking).
 Alat Cetak :
 Besi potongan berbentuk L (Leuckhart)
 Susun 2 buah potongan besi si atas lembaran logam sehingga
membentuk ruang kubus;
 Tuangkan sedikit paraffin cair di bagian pinggir agar tidak bocor;
 Letakkan jaringan sesuai dengan keinginan saat jaringan diiris;
 Tuangkan paraffin secukupnya agar menutupi jaringan seluruhnya;
 Hindarkan terbentuknya air bubble.
 Histoplate dari plastik (casette) dan piringan logam (mold).
 Spatula untuk melekatkan blok paraffin.
 Beri label identitas jaringan saat blocking.
Persiapan:
- Microtome knive vs Microtome blade (disposable)
Letakkan pisau pada mikrotom dengan sudut tertentu.
Rekatkan blok paraffin yang akan dipotong pada holder dengan
menggunakan spatula atau scalpel blade yang panas. Letakkan holder
berikut blok preparat pada tempatnya di mikrotom.
- Siapkan coated slides:
Albumin (putih telur);
Gelatin;
SuperFrost™
Poly-L-Lysine
- Waterbath berisi air hangat 55o
C;
- Sengkelit.
Teknik Pemotongan
 ketebalan + 5 – 10 µm (disesuaikan kebutuhan)
 Atur jarak preparat yang dipegang oleh holder ke arah
pisau sedekat mungkin;
 Gerakkan rotor (putaran) pada mikrotom secara ritmis,
 Buang pita-pita paraffin awal yang tanpa jaringan;
 Setelah potongan mengenai jaringan, potong blok
preparat secara hati-hati;
 pindahkan secara hati-hati dengan sengkelit ke atas air di
dalam waterbath yang diatur pada suhu 55o
C;
 Setelah pita paraffin terkembang dengan baik, tempelkan
paraffin ke kaca objek;
 Simpan kaca objek berisi potongan paraffin dan jaringan
sampai saatnya untuk diwarnai.
 Unsur yang akan didemonstrasikan
 Pigmen pengganggu
 Mis: melanin → bleaching
 Fixing fluid/fixatives
 Muller fluid → jaringan dicuci dgn air mengalir selama 24
jam
 Zenker → lugol’s iodine → larutan hypo
 Hematoxylin & Eosin (Rutin)
 Khusus
 PAS, PTAH, Impregnasi perak
 Sudan → lipid
 Sitologik
 Pap test
 Blood smear
 Swab mucosa
 Imunohistokimia
 Paling banyak digunakan → rutin
 HE dapat menunjukkan sebagian besar
struktur histologi
 Demonstrasi nuklei adalah penting
 Variasi dalam hasil
 Hematein (oxidized hematoxylin) adalah zat warna
 Nucleus mengandung RNA dan DNA (bersifat asam)
 Hematoxylin mewarnai nuclei
 Afinitas hematein thd nuclei adalah jelek bila tanpa mordant.
 Mordant adalah penghubung haematoxyllin dan DNA
 Logam: Al, Fe, tungsten, molybdenum, lead
 Tipe mordant mempengaruhi tipe jaringan yang terwarnai dan hasil
akhir pewarnaan
 Klasifikasi didasarkan jenis mordant yg digunakan
 Al; Iron; Tungsten haematoxyllin, etc & tanpa mordant
 Natural ripening vs artificial ripening
 Artificial ripening: penggunaan mordant (Al, Fe, atau
Pb)
 Warna pertama adalah merah gelap, menjadi biru
(blueing) bila diperlakukan dgn alkali lemah (air kran
atau lithium carbonate)
 Methods are
 regressive
 Progressive causing pale nuclei or colour cytoplasm
 Counterstain (IHC)
• Penggunaan
– Pewarnaan Nuclei
– Struktur selain nuclei
• Jenis formula hematoxylin untuk pewarnaan
nuclei
1. Dellafield (1885)
2. Ehrlich (1886)
3. Heidenhains (1896)
4. Harris (1900)
5. Mayer (1903)
6. Weigert (1904)
7. Carazzi (1911)
8. Cole (1943)
 Connective tissue
 Mallory phosphotungstic acid haematoxyllin
 Elastic fibers
 Verhoeff’s method
 Myelin
 Kultschitzky
 Loyez
 Spielmeyer
 Weigert
 Copper and lead
 Mallory
 Parker
 Mucin
 Mayer’s mucihematein
 Formula Hematoxylin Mayer
 Haematoxylin kristal 1 gr
 Akuades 1000 ml
 Sodium Iodate 0,2 gr
 Ammonium/potassium alum 50 gr
 Citric acid 1 gr
 Chloral hydrate 50 gr
 Cara pembuatan Hematoxylin Mayer
 Larutkan ammonium/potassium alum di dalam akuades.
 Tambahkan hematoxylin dan campurkan secara baik (aduk).
 Tambahkan sodium iodate, citric acid dan chloralhydrate.
 Campur dan aduk hingga seluruhnya tercampur dengan baik.
 Biarkan semalam dan saring dengan kertas saring besoknya.
 Zat warna xanthene
 Ikatan Van der Waals
 Paling cocok dikombinasikan dgn alum haematoxyllin
 Memiliki nilai kemampuan differensiasi sendiri untuk
membedakan antara sitoplasma dari tipe sel dan serabut
jaringan ikat yang berbeda
 Differensiasi terjadi selama dehidrasi oleh alkohol
 Jenis eosin
 Eosin Y (yellowish), water soluble
 Eosin B (Bluish)
 Ethyl Eosin (eosin S, eosin alkohol absolut)
 water soluble
 Paling banyak digunakan
 Zat warna asam sehingga berikatan dgn protein (basa)
 Dapat berpenetrasi pada struktur padat dan bersifat
metakromatik
 Terdapat dalam 2 bentuk
 Monomer: merah
 Dimer : oranye-merah
 Hasil pewarnaan
 Sitoplasma: merah
 Eritrosit : oranye-merah
 Nukleus piknotik: ungu
 Nucleolus: merah
 Formula Eosin
 Eosin-alkohol Stok 1%
 Eosin y ws 1 gr
 Distilled water 20 ml
 Larutkan dan tambahkan alkohol 95% 80 ml
 Working Eosin Solution
 Eosin-alkohol stok 1 bagian
 Alkohol 80% 3 bagian
 Dibuat sesaat sebelum digunakan dan tambahkan asam
asetat glasial 0,5 ml untuk setiap 100 ml larutan dan
aduk dengan baik.
 Deparafinisasi dengan xylol (2 x 2 menit);
 Hidrasi dengan alkohol 100% (2x2 menit) – 95% (2 menit) – 90%(2 menit) –
80% (2 menit) – 70% (2 menit) – air kran (3 menit);
 Jaringan yang difiksasi dengan larutan yang mengandung merkuri klorida
mengandung presipitat merkuri yang berwarna hitam. Deposit merkuri
dapat dihilangkan sebelum pewarnaan. Irisan diinkubasi dalam larutan
iodine 0,5% dalam etanol 70% selama 5 – 10 menit. Irisan dibilas dengan air
lalu diinkubasi dalam sodium thiosulphate 5% selama 5 menit dan dicuci
dengan air kran mengalir.
 Inkubasi dalam larutan hematoxylin Mayer selama beberapa menit;
 Cuci dalam air mengalir selama 15-20 menit;
 Observasi di bawah mikroskop, Counterstaining dengan eosin working
solution selama beberapa menit. Dehidrasi dalam serial alkohol dengan
gradasi meningkat
 Inkubasi dalam xylol 2x2 menit.
 mounting dengan entelan™/balsam kanada.
 labelling
 Mengurangi warna biru hematoxyllin (to
differentiate nuclear staining)
 0.25 % acid rinse
 Akuades 975 ml
 HCl 25 ml
 HCl 1% dalam alkohol 70% (v/v)
 Air kran (yang alkalis)
 Jakarta: pH air kran adalah 7.8
 Lithium carbonate
 Lithium carbonate……………….... 0,5 gr
 Akuades……………………………… 1000 ml
 Campurkan dengan baik.
Terima kasih

More Related Content

What's hot

2. laboratorium histopatologi (rpl)
2. laboratorium histopatologi (rpl)2. laboratorium histopatologi (rpl)
2. laboratorium histopatologi (rpl)khusumaari
 
Bahan Ajar Sitohistoteknologi
Bahan Ajar SitohistoteknologiBahan Ajar Sitohistoteknologi
Bahan Ajar SitohistoteknologiRisa Wahyuningsih
 
Laporan praktikum iv
Laporan praktikum ivLaporan praktikum iv
Laporan praktikum ivsarahmae26
 
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1Awe Wardani
 
Fajar quality control urinalysis
Fajar quality control urinalysisFajar quality control urinalysis
Fajar quality control urinalysispdspatklinsby
 
PPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimePPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimeRiskymessyana99
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiVivi Yunisa
 
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)PRAMITHA GALUH
 
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNESLaporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNESdewisetiyana52
 
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampelPenanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampelAhmadPurnawarmanFais
 
Elektroforesis bahan presentasi
Elektroforesis bahan presentasiElektroforesis bahan presentasi
Elektroforesis bahan presentasiAdjie Affan
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing pjj_kemenkes
 

What's hot (20)

2. laboratorium histopatologi (rpl)
2. laboratorium histopatologi (rpl)2. laboratorium histopatologi (rpl)
2. laboratorium histopatologi (rpl)
 
Bahan Ajar Sitohistoteknologi
Bahan Ajar SitohistoteknologiBahan Ajar Sitohistoteknologi
Bahan Ajar Sitohistoteknologi
 
Laporan praktikum iv
Laporan praktikum ivLaporan praktikum iv
Laporan praktikum iv
 
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
 
Histoteknik Dasar
Histoteknik DasarHistoteknik Dasar
Histoteknik Dasar
 
Fajar quality control urinalysis
Fajar quality control urinalysisFajar quality control urinalysis
Fajar quality control urinalysis
 
PPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimePPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting Time
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
 
LED (Laju Endap Darah)
LED (Laju Endap Darah)LED (Laju Endap Darah)
LED (Laju Endap Darah)
 
Soal dan Jawaban Bakteriologi
Soal dan Jawaban BakteriologiSoal dan Jawaban Bakteriologi
Soal dan Jawaban Bakteriologi
 
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNESLaporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
 
Feses
FesesFeses
Feses
 
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampelPenanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
 
Prosedur Pembuatan Reagen Untuk Pewarnaan
Prosedur Pembuatan Reagen Untuk PewarnaanProsedur Pembuatan Reagen Untuk Pewarnaan
Prosedur Pembuatan Reagen Untuk Pewarnaan
 
Elektroforesis bahan presentasi
Elektroforesis bahan presentasiElektroforesis bahan presentasi
Elektroforesis bahan presentasi
 
Sitohistoteknologi
SitohistoteknologiSitohistoteknologi
Sitohistoteknologi
 
Laporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alatLaporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alat
 
PPT Fisiologi Bakteri
PPT Fisiologi BakteriPPT Fisiologi Bakteri
PPT Fisiologi Bakteri
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 

Similar to Metode Histoteknik

Similar to Metode Histoteknik (20)

Tahapan sito
Tahapan sitoTahapan sito
Tahapan sito
 
Mikroteknik ppt
Mikroteknik pptMikroteknik ppt
Mikroteknik ppt
 
PPT_KEL_8_PEMATANGAN_JARINGAN.pptx
PPT_KEL_8_PEMATANGAN_JARINGAN.pptxPPT_KEL_8_PEMATANGAN_JARINGAN.pptx
PPT_KEL_8_PEMATANGAN_JARINGAN.pptx
 
Th6
Th6Th6
Th6
 
Cara pengawetan fungi 2
Cara pengawetan fungi 2Cara pengawetan fungi 2
Cara pengawetan fungi 2
 
Cara pengawetan fungi 2
Cara pengawetan fungi 2Cara pengawetan fungi 2
Cara pengawetan fungi 2
 
LAPORAN_PRAKTIKUM_METODE_PARAFIN.docx.docx
LAPORAN_PRAKTIKUM_METODE_PARAFIN.docx.docxLAPORAN_PRAKTIKUM_METODE_PARAFIN.docx.docx
LAPORAN_PRAKTIKUM_METODE_PARAFIN.docx.docx
 
Celup poliester disperse carrier
Celup poliester   disperse carrierCelup poliester   disperse carrier
Celup poliester disperse carrier
 
Celup poliester disperse carrier
Celup poliester   disperse carrierCelup poliester   disperse carrier
Celup poliester disperse carrier
 
Salep mata sulfasetamida
Salep mata sulfasetamidaSalep mata sulfasetamida
Salep mata sulfasetamida
 
Praktikum whole mount hewan
Praktikum whole mount hewanPraktikum whole mount hewan
Praktikum whole mount hewan
 
Presentasi IHT 16042019.pptx
Presentasi IHT 16042019.pptxPresentasi IHT 16042019.pptx
Presentasi IHT 16042019.pptx
 
Makalah sterilisasi dalam kebidanan
Makalah sterilisasi dalam kebidananMakalah sterilisasi dalam kebidanan
Makalah sterilisasi dalam kebidanan
 
Makalah sterilisasi dalam kebidanan
Makalah sterilisasi dalam kebidananMakalah sterilisasi dalam kebidanan
Makalah sterilisasi dalam kebidanan
 
Lap 8. cap bo
Lap 8. cap boLap 8. cap bo
Lap 8. cap bo
 
Lap 8. cap bo
Lap 8. cap boLap 8. cap bo
Lap 8. cap bo
 
Mikroteknik (fix).ppt
Mikroteknik (fix).pptMikroteknik (fix).ppt
Mikroteknik (fix).ppt
 
PEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdf
PEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdfPEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdf
PEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdf
 
KELOMPOK 2_MIKROTEKNIK.pptx
KELOMPOK 2_MIKROTEKNIK.pptxKELOMPOK 2_MIKROTEKNIK.pptx
KELOMPOK 2_MIKROTEKNIK.pptx
 
Celup poliester disperse pengaruh hs
Celup poliester   disperse pengaruh hsCelup poliester   disperse pengaruh hs
Celup poliester disperse pengaruh hs
 

Recently uploaded

soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 

Metode Histoteknik

  • 1.
  • 2. Histoteknik adalah metoda membuat sajian histologi dari spesimen tertentu melalui suatu rangkaian proses hingga menjadi sajian yang siap untuk dianalisis. Sumber Jaringan: 1.Manusia 2.Hewan
  • 3. 1. Pengawetan (Fixation); 2. Dehidrasi (Dehydration); 3. Pembeningan (Clearing); 4. Pembenaman (Infiltration/Impregnation/Embedding); 5. Pengecoran (Blocking/Casting); 6. Pengirisan Jaringan (Sectioning); 7. Pewarnaan (Staining); 8. Perekatan (Mounting); 9. Pelabelan (Labelling)
  • 4. Efek fiksasi terhadap jaringan yang diproses: 1. Menghambat proses pembusukan dan autolisis 2. Pengawetan jaringan 3. Pengerasan jaringan 4. Pemadatan koloid 5. Differensiasi optik 6. Pengaruh terhadap pewarnaan Cara melakukan fiksasi: 1. Supravital/intravital; 2. Merendam dalam larutan fiksatif.
  • 5. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam fiksasi jaringan histologi adalah: 1.Tebal irisan. 2.Volume larutan pengawet. 3.Jenis larutan pengawet.
  • 6.  Formaldehyde  Formaldehyde (Formalin), Paraformaldehyde, Glutaraldehyde,  Picrates  Picric Acid → Bouin’s Solution  Mercurials  Helly ‘s Fluid (Zenker Formol)  Oxidizing Agents  Osmium tetroxide  Alcohol  Methanol, Alcohol (etanol)  Potassium Dichromate  Muller
  • 7.  FORMALIN  MULLER  BOUIN  CARNOY  ZENKER FORMAL (CAIRAN HELLY)  ETANOL  ASAM ASETAT-ALKOHOL-FORMALIN (TELLYESNICZKY)  dll
  • 8.  Yg digunakan adalah bentuk monomer: dibuat dengan menetralkan/alkalis larutan  Mengakibatkan crosslink protein  Formal saline, formal calcium, 10% neutral buffered formalin, buffer formalin sukrosa  Kelebihan dan kekurangan
  • 9.
  • 10.  Mengandung asam pikrat, meledak kalau kering  Mudah dikenali saat pemotongan → warna kuning  Mempunyai daya penetrasi yang cepat dan merata  Jaringan mengalami pengerutan
  • 11.
  • 12.  Mengandung merkuri klorida  Daya fiksasinya cepat dan kuat, tetapi kecepatan penetrasinya berkurang setelah meresap sejauh beberapa milimeter pertama dan potongan jaringan yang melebihi ketebalan 5 mm pada umumnya cenderung untuk menjadi keras (rapuh), overfixed di bagian pinggir sementara di bagian tengah menjadi lunak karena underfixed  Fiksatif ini sangat baik untuk fiksasi sumsum tulang dan limpa, mitochondria.
  • 13.
  • 14.  Cytological fixatives  Etanol 95%  Digunakan untuk Pap test, swab  Mempertahankan antigenisitas → cocok IHC
  • 15.  mengawetkan substansia Nissl dan glikogen  daya penetrasi yang cepat  Fiksasi ini sering digunakan apabila suatu diagnosis perlu ditegakkan dengan cepat, misalnya untuk diagnosis kanker pada saat pembedahan. Fiksasi umumnya selesai setelah 1-2 jam,sedangkan potongan kecil selesai difiksasi dalam 15 menit.  efek pengerutan: kuat
  • 16.
  • 17. Pasca fiksasi, jaringan yang keras mendapat perlakuan khusus •Tulang: dekalsifikasi → formic acid 8% •Kulit: teknik lendrum • Cuci dengan air kran mengalir/alkohol 90% • Fenol 4% dalam akuades (v/v) selama 1 -3 hari
  • 18.  Tahapan dehidrasi  Cara I  Alkohol 70% 3 hari ( 3x ganti)  Alkohol 95% 3 hari ( 3x ganti)  Alkohol 100% 3 hari ( 3x ganti)  Cara II  Alkohol 70%, 80%, 90%, masing-masing 1 hari;  Alkohol 95% 2 hari ( 2x ganti);  Alkohol 100 % 2 hari ( 2x ganti).  Sukrosa 20% (untuk cryostat): Sukrosa 20% selama 2 hari;  Metanol: jarang digunakan tetapi dapat digunakan seperti etanol;  Aseton : 3 x 20 menit.
  • 19.  Bahan yang digunakan :  Cedar wood oil;  Chloroform;  Benzene/benzol;  Benzyl benzoat;  Methyl benzoat;  Xylene/xylol;  Toluene
  • 20.  Keuntungan  Sifat clearing-nya paling baik.  Tak mengeraskan jaringan  Jaringan yang halus sangat baik.  Kadang digunakan untuk jaringan keras (kulit dan jaringan ikat padat)  Dapat disimpan dalam waktu lama (berbulan- bulan)
  • 21.  Keuntungan :  Paling sering dipakai  Bersifat toleran (dapat disimpan semalaman tanpa menjadi keras)  Kerugian  Titik akhir tak dapat dilihat dengan mata  Saat menjadi bening dan transparan tak jelas  Cara mengatasi : waktu pembeningan diperpanjang  Lebih mahal dari xylene dan benzene tetapi lebih murah dari cedar wood oil.
  • 22.  Metoda :  Benzyl benzoat I selama 24 jam hingga jaringan tenggelam. Jaringan menjadi bening dan transparan.  Benzyl benzoat II selama 2-3 jam.  Benzol-Paraffin selama ½ - 1 jam. Campuran benzol dan paraffin cair dengan perbandingan sama.  Masukkan ke dalam paraffin cair.
  • 23.  Metode :  Methyl benzoat I sampai jaringan tenggelam. Daya penetrasi lebih cepat dari benzol benzoat; Jaringan mudah rapuh.  Methyl benzoat II selama 1-2 jam.  Benzol-Paraffin. Campuran benzol dan paraffin dengan perbandingan sama.  Masukkan ke dalam paraffin cair.
  • 24.  Keuntungan  Waktu clearing cepat : ½ - 1 jam.  Benzene lebih lambat dari xylene tetapi kerapuhan jaringan lebih berkurang dibanding xylene  Kerugian  Karsinogenik  Metode  Direndam dalam xylol 2 kali @ 1 menit hingga bening dan transparan  Volume 50 – 1000 kali volume jaringan  Setelah itu masukkan ke dalam paraffin cair
  • 25.  Sama dgn xylene tetapi lebih lambat  Menimbulkan sedikit pengerasan dan distorsi jaringan  Mudah menguap
  • 26.  Impregnasi adalah proses pengeluaran cairan pembening (clearing agent) dari jaringan dan menggantikannya dengan paraffin.  Dilakukan dengan menggunakan paraffin oven  Clearing agent yang tersisa dapat mengkristal dalam jaringan sehingga saat dipotong dengan mikrotom jaringan akan robek.  Teknik Pembenaman  Paraffin/ paraplast I selama 2 jam;  Paraffin/ paraplast II selama 1 jam;  Paraffin/ paraplast III selama 2 jam.  Setelah pembenaman, proses dilanjutkan dengan pengecoran (blocking).
  • 27.  Alat Cetak :  Besi potongan berbentuk L (Leuckhart)  Susun 2 buah potongan besi si atas lembaran logam sehingga membentuk ruang kubus;  Tuangkan sedikit paraffin cair di bagian pinggir agar tidak bocor;  Letakkan jaringan sesuai dengan keinginan saat jaringan diiris;  Tuangkan paraffin secukupnya agar menutupi jaringan seluruhnya;  Hindarkan terbentuknya air bubble.  Histoplate dari plastik (casette) dan piringan logam (mold).  Spatula untuk melekatkan blok paraffin.  Beri label identitas jaringan saat blocking.
  • 28. Persiapan: - Microtome knive vs Microtome blade (disposable) Letakkan pisau pada mikrotom dengan sudut tertentu. Rekatkan blok paraffin yang akan dipotong pada holder dengan menggunakan spatula atau scalpel blade yang panas. Letakkan holder berikut blok preparat pada tempatnya di mikrotom. - Siapkan coated slides: Albumin (putih telur); Gelatin; SuperFrost™ Poly-L-Lysine - Waterbath berisi air hangat 55o C; - Sengkelit.
  • 29.
  • 30. Teknik Pemotongan  ketebalan + 5 – 10 µm (disesuaikan kebutuhan)  Atur jarak preparat yang dipegang oleh holder ke arah pisau sedekat mungkin;  Gerakkan rotor (putaran) pada mikrotom secara ritmis,  Buang pita-pita paraffin awal yang tanpa jaringan;  Setelah potongan mengenai jaringan, potong blok preparat secara hati-hati;  pindahkan secara hati-hati dengan sengkelit ke atas air di dalam waterbath yang diatur pada suhu 55o C;  Setelah pita paraffin terkembang dengan baik, tempelkan paraffin ke kaca objek;  Simpan kaca objek berisi potongan paraffin dan jaringan sampai saatnya untuk diwarnai.
  • 31.
  • 32.
  • 33.  Unsur yang akan didemonstrasikan  Pigmen pengganggu  Mis: melanin → bleaching  Fixing fluid/fixatives  Muller fluid → jaringan dicuci dgn air mengalir selama 24 jam  Zenker → lugol’s iodine → larutan hypo
  • 34.  Hematoxylin & Eosin (Rutin)  Khusus  PAS, PTAH, Impregnasi perak  Sudan → lipid  Sitologik  Pap test  Blood smear  Swab mucosa  Imunohistokimia
  • 35.
  • 36.  Paling banyak digunakan → rutin  HE dapat menunjukkan sebagian besar struktur histologi  Demonstrasi nuklei adalah penting  Variasi dalam hasil
  • 37.  Hematein (oxidized hematoxylin) adalah zat warna  Nucleus mengandung RNA dan DNA (bersifat asam)  Hematoxylin mewarnai nuclei  Afinitas hematein thd nuclei adalah jelek bila tanpa mordant.  Mordant adalah penghubung haematoxyllin dan DNA  Logam: Al, Fe, tungsten, molybdenum, lead  Tipe mordant mempengaruhi tipe jaringan yang terwarnai dan hasil akhir pewarnaan  Klasifikasi didasarkan jenis mordant yg digunakan  Al; Iron; Tungsten haematoxyllin, etc & tanpa mordant
  • 38.  Natural ripening vs artificial ripening  Artificial ripening: penggunaan mordant (Al, Fe, atau Pb)  Warna pertama adalah merah gelap, menjadi biru (blueing) bila diperlakukan dgn alkali lemah (air kran atau lithium carbonate)  Methods are  regressive  Progressive causing pale nuclei or colour cytoplasm  Counterstain (IHC)
  • 39. • Penggunaan – Pewarnaan Nuclei – Struktur selain nuclei • Jenis formula hematoxylin untuk pewarnaan nuclei 1. Dellafield (1885) 2. Ehrlich (1886) 3. Heidenhains (1896) 4. Harris (1900) 5. Mayer (1903) 6. Weigert (1904) 7. Carazzi (1911) 8. Cole (1943)
  • 40.  Connective tissue  Mallory phosphotungstic acid haematoxyllin  Elastic fibers  Verhoeff’s method  Myelin  Kultschitzky  Loyez  Spielmeyer  Weigert  Copper and lead  Mallory  Parker  Mucin  Mayer’s mucihematein
  • 41.  Formula Hematoxylin Mayer  Haematoxylin kristal 1 gr  Akuades 1000 ml  Sodium Iodate 0,2 gr  Ammonium/potassium alum 50 gr  Citric acid 1 gr  Chloral hydrate 50 gr  Cara pembuatan Hematoxylin Mayer  Larutkan ammonium/potassium alum di dalam akuades.  Tambahkan hematoxylin dan campurkan secara baik (aduk).  Tambahkan sodium iodate, citric acid dan chloralhydrate.  Campur dan aduk hingga seluruhnya tercampur dengan baik.  Biarkan semalam dan saring dengan kertas saring besoknya.
  • 42.  Zat warna xanthene  Ikatan Van der Waals  Paling cocok dikombinasikan dgn alum haematoxyllin  Memiliki nilai kemampuan differensiasi sendiri untuk membedakan antara sitoplasma dari tipe sel dan serabut jaringan ikat yang berbeda  Differensiasi terjadi selama dehidrasi oleh alkohol  Jenis eosin  Eosin Y (yellowish), water soluble  Eosin B (Bluish)  Ethyl Eosin (eosin S, eosin alkohol absolut)
  • 43.  water soluble  Paling banyak digunakan  Zat warna asam sehingga berikatan dgn protein (basa)  Dapat berpenetrasi pada struktur padat dan bersifat metakromatik  Terdapat dalam 2 bentuk  Monomer: merah  Dimer : oranye-merah  Hasil pewarnaan  Sitoplasma: merah  Eritrosit : oranye-merah  Nukleus piknotik: ungu  Nucleolus: merah
  • 44.  Formula Eosin  Eosin-alkohol Stok 1%  Eosin y ws 1 gr  Distilled water 20 ml  Larutkan dan tambahkan alkohol 95% 80 ml  Working Eosin Solution  Eosin-alkohol stok 1 bagian  Alkohol 80% 3 bagian  Dibuat sesaat sebelum digunakan dan tambahkan asam asetat glasial 0,5 ml untuk setiap 100 ml larutan dan aduk dengan baik.
  • 45.  Deparafinisasi dengan xylol (2 x 2 menit);  Hidrasi dengan alkohol 100% (2x2 menit) – 95% (2 menit) – 90%(2 menit) – 80% (2 menit) – 70% (2 menit) – air kran (3 menit);  Jaringan yang difiksasi dengan larutan yang mengandung merkuri klorida mengandung presipitat merkuri yang berwarna hitam. Deposit merkuri dapat dihilangkan sebelum pewarnaan. Irisan diinkubasi dalam larutan iodine 0,5% dalam etanol 70% selama 5 – 10 menit. Irisan dibilas dengan air lalu diinkubasi dalam sodium thiosulphate 5% selama 5 menit dan dicuci dengan air kran mengalir.  Inkubasi dalam larutan hematoxylin Mayer selama beberapa menit;  Cuci dalam air mengalir selama 15-20 menit;  Observasi di bawah mikroskop, Counterstaining dengan eosin working solution selama beberapa menit. Dehidrasi dalam serial alkohol dengan gradasi meningkat  Inkubasi dalam xylol 2x2 menit.  mounting dengan entelan™/balsam kanada.  labelling
  • 46.
  • 47.
  • 48.  Mengurangi warna biru hematoxyllin (to differentiate nuclear staining)  0.25 % acid rinse  Akuades 975 ml  HCl 25 ml  HCl 1% dalam alkohol 70% (v/v)
  • 49.  Air kran (yang alkalis)  Jakarta: pH air kran adalah 7.8  Lithium carbonate  Lithium carbonate……………….... 0,5 gr  Akuades……………………………… 1000 ml  Campurkan dengan baik.