SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
PEMBUATAN PREPARAT IRISAN METODE PARAFIN
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Mikroteknik Tumbuhan
yang diampu oleh Drs. Sulisetijono, M.Si
dan Dra. Nursasi Handayani, M.Si
Oleh
NUR AZIZAH
100342400923
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
Mei 2013
PEMBUATAN PREPARAT IRISAN METODE PARAFIN
A. Tujuan pembuatan preparat
1. Membuat preparat irisan melintang batang dengan metode parafin
2. Membuat preparat irisan melintang akar dengan metode parafin
3. Membuat preparat irisan melintang daun dengan metode parafin
4. Mendeskripsikan ciri khas preparat irisan yang dihasilkan terkait dengan:
a. struktur anatomis spesimen
b. teknis fiksasi dan pewarnaan yang dilakukan
B. Latar belakang
Irisan utuh suatu specimen sangat bermanfaat bagi sudi pembelajaran.
Dengan adanya preparat utuh maka dapat diamati bagian-bagian jaringan dan
jenis sel yang ada dalam satu preparat. Dalam pembuatan preparat utuh
diupayakan permanen atau awet agar sewaktu-waktu dapat diamati kembali.
Dalam pembuatan preparat hendaknya dipahami karakteristik tanaman yang akan
diambil sebagai spesimen. Karakteristik tersebut dapat berdasarkan atas
pengelompokan jenis batang, termasuk dalam herba atau berkayu kemudian
dilanjutkan berdasarkan penentuan tumbuhan tersebut tergolong dalam
angiospermae atau gymnospermae dan selanjutnya tumbuhan itu tergolong dalam
tumbuhan dikotil atau monokotil. Perbedaan karakteristik tumbuhan yang akan
diambil sebagai spesimen menentukan larutan fiksatif dan zat warna yang akan
digunkan dalam pembuatan preparat.
Karakteristik tumbuhan yang akan diambil spesimennya juga menentukan
waktu pada tahap-tahap pemrosesan. Misalnya waktu yang berlebih pada suatu
tahap pengecatan akan mengakibatkan suatu warna menjadi terlalu gelap dan
mungkin warna lainnya menjadi kurang atau bahkan hilang.
Keberhasilan pembuatan preparat permanen ini tergantung pada lima tahap yang
utama yaitu fiksasi, dehidrasi, penjernihan, perembesan dan pengeblokan parafin
serta pewarnaan. Larutan fiksatif yang dipilih, perembesan parafin yang bagus dan
zat warna yang akan digunakan menentukan keberhasilan preparat irisan.
C. Dasar teori
Metode parafin, pengirisan jaringan dengan menggunakan suatu alat yang
disebut mikrotom. Kelebihan dari adanya alat ini adalah bahwa tebal irisan dapat
diatur menurut tujuan dan kehendak peneliti. Pada mikrotom terdapat antara lain
yaitu skala yang dapat diatur sesuai dengan kehendak beik tebal sayatannya.
Pisau, ada jenis mikrotom dimana pisaunya yang bergerak sedangkan jaringan
tetap berada pada tempatnya. Tetapi ada pula jenis mikrotom yang pisaunya tetap
berada pada tempatnya, sedang jaringannya yang bergerak, pegangan/tempat
jaringan, pengatur jarak antara tempat jaringan dengan pisau mikrotom (Sumarni,
2010).
Mikrotom ada beberapa macam yaitu :
1. Mikrotom geser (sliding mikrotome). Pada alat ini, jaringan tetap berada
pada tempatnya, sedang pisaunya yang bergerak. Pada umumnya jaringan yang
akan dipotong dengan mikrotom geser adalah jaringan yang tanpa penanaman
(embedding) terlebih dulu. Disini tidak akan terjadi pita irisan. Jaringan yang akan
diiris sebelumnya dapat diwarnai dengan pewarnaan tunggal, ataupun tanpa
pewarnaan terlebih dahulu. Metode ini banyak dikerjakan untuk pengirisan
jaringan tumbuh-tumbuhan.
2. Mikrotom beku (freezing microtome). Alat ini dihubungkan dengan
tabung berisi CO2 dingin, melalui suatu pipa karet. Mikrotom ini, keadaannya
sama dengan mikrotom geser yaitu jaringan tetap berada pada tempatnya sedang
pisau mikrotomnya yang bergerak ke muka dan ke belakang.
3. Mikrotom putar (rotary microtome). Berbeda dengan 2 jenis mikrotom
diatas, yaitu bahwa pada mikrotom ini, pisau tetap pada tempatnya sedang
jaringannya yang bergerak ke atas dan ke bawah. Jenis mikrotom ini yang
biasanya digunakan untuk pembuatan sediaan irisan dengan metode parafin (Rina,
2010).
Mikrotom jenis ini lebih banyak digunakan daripada mikrotom-mikrotom
lainnya. Hal ini disebabkan karena irisan yang diperoleh lebih tipis dibandingkan
dengan metode lainnya (Rina, 2010). Pengamatan secara seksama dan teliti
terhadap sel atau jaringan akan diperoleh jika irisan sangat tipis. Selain itu, hampir
semua jaringan dapat diiris dengan mikrotom ini. Berbeda dengan 2 jenis
mikrotom yang telah diuraikan di atas, di mana irisan yang diperoleh saling
terpisah satu sama lain, maka pada irisan yang diperoleh dengan mikrotom jenis
ini ialah jaringan yang terjadi satu sama lain saling bergandengan, sehingga
terbentuk pita yang panjang (Santoso, 2002).
Preparat jaringan tumbuhan dapat diperiksa dibawah mikroskop apabila
sudah terlihat warna yang kontras baik maka diberi canada balsam lalu ditutup
dengan kaca penutup, dan terakhir diberi label preparat permanen tersebut.
Dikarenakan keterbatasan waktu dan tidak adanya mikrotom yang baik di
laboratorium maka pekerjaan tidak bisa sampai selesai. Hasil akhir dari pekerjaan
hanya sampai pada balok parafin keras. Hasil kerja hanya sampai pada
terbentuknya balok parafin. Untuk mendapatkan hal tersebut maka harus
menjalani beberapa prosedur dengan alat dan bahan tertentu (Hasan, 2010).
Kebaikan-kebaikan dari metode parafin ini adalah:
a) Irisan dapat jauh lebih tipis daripada menggunakan metode beku maupun
seloidin, dengan metode parafin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron.
b) Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah.
c) Prosesnya lebih cepat dari metode lain.
Kelemahan dari metode ini adalah:
a. Jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah.
b. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakan, bila menggunakan metode
ini.
c. Sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan metode ini (Rina, 2010).
Tubuh tumbuhan vaskular pada dasarnya tersusun dari bagian utama yang
terdiri dari sumbu dan tonjolan lateral. Sumbu tubuh tumbuhan terdiri atas akar
dan batang. Dan tonjolan lateral terdiri dari emergensia , daun dan trikoma.
Sistem jaringan penyusun tubuh tumbuhan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
jaringan epidermal, jaringan dasar dan jaringan vaskular.
Batang
Pada batang tumbuhan dikotil dan tumbuhan berkonus, sistem jaringan
batangnya berdiferensiasi sangat cepat dekat apeks, dan beberapa ruas pertama di
bawah ujung terminalnya memperlihatkan jaringan-jaringan primer yang
berkembang penuh dan pengawalan aktivitas sekunder. Pada batang tumbuhan
herba, kayu sekunder kurang berkembang.
Pada jenis tumbuhan yang berbeda, mempunyai struktur batang yang
berbeda pula menentukan jenis larutan fiksatif dan zat warna yang akan digunakan
dalam pembuatan preparat. Misalnya tumbuhan polongan dapat menggunakan
Craf III. Jika batang mempunyai ruas yang lebih lunak diberi perlakuan acctone-
xylol atau alcohol-xylol. Pada batang yang lebih keras hasil irisan akan lebih baik
jika menggunakan dioxan atau butyl alcohol. Batang bunga matahari dan
Chrysantenum dapat difiksasi dengan menggunakan FFA tanpa menimbulkan
plasmolisis, ataupun dengan penggunaan modifikasi Nawaschin seperti craft IV
dan V juga memberikan hasil yang baik (Widjajanto, 2001:54).
Akar
Histogen pada akar jelas pada ujung ujung akar, khususnya bila
pembuatan preparat dengan pewarnaan untuk menampilkan dinding sel dan
struktur inti. Jaringan primer jelas pada awal zona bulu akar. Bulu akar ini dapat
dideteksi dengan menggunakan loupe. Pengawalan primordia akar cabang dapat
diperlihat-kan pada batas atas zona bulu akar. Pada tingkat ini jaringan primer
biasanya terdeferensiasi dengan jelas tanpa berkayu secara berlebihan.
Daun
Biasanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal spesimen difiksasi
dalam larutan FAA. Daun yang lunak dan tulang daun yang kecil saat proses
dehidrasi digunakan acetone atau etil alcohol, sedangkan daun yang tebal atau
seperti kulit dengan tulang daun yang kuat diproses dalam butyl alcohol atau
dioxan. Ciri khas daun harus diperhitungkan dalam pembuatan preparat irisan,
misalnya untuk daun yang lunak parenkimanya biasanya mudah retak. Trikoma
glandular perlu perlakuan khusus. Untuk hasil fiksasi yang baik digunakan larutan
craf I.
D. Alat dan Bahan
1. Pompa vakum 23. Formalin
2. Desikator 24. Asam asetat
3. Oven 25. Alkohol 50%
4. Kulkas 26. Alkohol 70%
5. Mikrotom 27. Alkohol 85%
6. Mikroskop 28. Alkohol 95%
7. Loupe 29. Alkohol absolut
8. Nampan pengering 30. Alkohol absolut:xylol = 3:1
9. Pisau 31. Alkohol absolut:xylol = 2:2
10. Silet 32. Alkohol absolut:xylol = 1:3
11. Kaca benda 33. Xylol
12. kaca penutup 34. Xylol-parafin
13. Beaker glass 35. Parafin
14. Kuas 36. Akuades
15. Gelas ukur 37. Eritrosin
16. Neraca 38. Safranin
17. Pipet tetes 39. Kristal violet
18. Pipet transfer 40. Fast green
19. Gelas koplin 41.Orange G
20. Jarum preparat 42. Minyak cengkeh
21. Lampu spiritus 43. Balsam kanada
22. Gliserin
E. Cara Kerja
1. Koleksi spesimen
2. Fiksasi
Memotong spesimen dari tumbuhan induk
Difiksasi
Memotong spesimen menjadi bagian yang lebih kecil
Dimasukkan botol vial berisi aquades
Dimasukkan alat pompa vakum dan dipompa vakum sampai spesimen
tenggelam
3. Dehidrasi
4. Penjernihan
5. Infiltrasi
Difiksasi dalam larutan fiksatif FAA selama 24 jam
Membuang larutan fiksatif
Memasukkan spesimen dalam alkohol 50% selama 30 menit
Dipindahkan ke alkohol 85% selama 1-2 jam
Dipindahkan ke alkohol 96% 1-2 jam
Dipindahkan ke alkohol absolut selama 2-3 jam
Dipindahkan ke alkohol 70% selama 30 menit atau lebih (dapat disimpan)
Spesimen dipindah dalam Xylol II selama 1 jam
Spesimen masing-masing dimasukkan dalam larutan Alkohol/Xylol 3:1 selama 1 jam
Spesimen dipindah pada larutan Alkohol/Xylol 1:1 selama 1 jam
Spesimen dipindah pada larutan Alkohol/Xylol 1:3 selama 1 jam
Spesimen dipindah dalam Xylol I selama 1 jam
Masing-masing spesimen dituangi campuran Xylol/Parafin 1:1 dalam oven suhu 450
-
500
C selama 1 jam
Xylol dalam spesimen dibuang dilanjutkan dalam proses infiltrasi
6. Pengeblokan
7. Pengirisan
8. penempelan
Xylol/ parafin dibuang dan diganti Parafin I dalam oven suhu 650
-700
C selama 1 jam
Parafin I diganti dengan Parafin II dalam oven suhu 650
-700
C selama 1 jam
Menuang parafin cair pada kotak kertas
Selam block didinginkan lalu di kulkas
Meletakkan dan menata spesimen pada kotak lalu menambahkan parafin
Mengatur tebal irisan dengan ketentuan tiap jaringan (batang 10, daun 8,
akar 6)
Memutar pemutar pada mikrotom sesuai tempo untuk mendapatkan irisan
yang bagus
Mengambil pita parafin yang terbentuk menggunakan kuas
Menyimpan pita parafin pada tempat tertentu dan dimasukkan ke dalam
kulkas agar tidak menggumpal
Merendam kaca benda pada alkohol 70% selama 24 jam
Mengoleskan perekat haupt pada kaca benda sampai kesat
Meneteskan 1 tetes formalin 3% di atas kaca benda
Menempelkan pita parafin di atas kaca benda
9. pewarnaan
Meletakkan di atas hot plate minimal 15 menit
Membiarkan pada udara terbuka minimal 2 hari
Menyiapkan gelas koplin dan diisi dengan larutan
Merendam kaca benda pada xylol I selama 2-5 menit
Merendam kaca benda pada xylol II selama 2-5 menit
Merendam kaca benda pada Alkohol:xylol dengan perbandingan 1:1
selama 2 menit
Merendam kaca benda pada alkohol absolut selama 2 menit
Merendam kaca benda pada alkohol 95% selama 2-5 menit
Merendam kaca benda pada alkohol 70% selama 2-5 menit
Merendam kaca benda pada larutan safranin 1% dalam alkohol 50%
selama 2-24 jam
Mencelupkan ke dalam air keran dan di bilas
Merendam kaca benda pada alkohol 50% selama 2 menit
Merendam kaca benda pada alkohol 70% selama 2-5 menit
Merendam kaca benda pada kristal violet dalam aquades selama 1 menit
10. Mounting
F. Data
Bahan yang digunakan dalam pembuatan preparat irisan ini diambil dari
dua kelompok tanaman yaitu monokotil dan dikotil, bahan-bahan monokotil
diambil dari organ daun Cymbophogon nardus, batang Zea mays, dan akar Zea
Mencelupkan ke dalam air keran dan di bilas, dibiarkan mengering
dengan cara di lap di sekitar spesimen
Mencelupkan berturut-turut ke dalam 2 wadah alkohol absolut, masing-
masing 3-4 celupan
Mencelupkan dengan cepat ke dalam larutan fast green, kurang lebih 5-10
celupan
Mencelupkan ke dalam larutan orange-G jenuh dalam minyak cengkeh,
dan digoyang-goyangkan hingga alkohol berdifusi ke minyak cengkeh
Mencelupkan dengan cepat ke dalam campuran antara alkohol
absolut:minyak cengkeh:xylol=1:1:1 hingga nampak jernih
Merendam kaca benda pada xylol I selama 2-5 menit
Merendam kaca benda pada xylol II selama 2-5 menit
Membersihkan larutan yang tersisa di kaca benda
Meneteskan entelan di atas spesimen
Menutup spesimen dengan kaca penutup dan direkatkan
Membiarkan spesimen kering
Memeriksa di bawah mikroskop
mays, sedangkan dari kelompok tumbuhan monokotil diambil dari daun Sapindus
rarak, batang Sapindus rarak, dan akar Helianthus annus. Hasil dari irisan
melintang seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 1. Irisan penampang melintang batang Sapindus rarak (kiri) dan irisan
penampang melintang batang Zea mays (kanan)
Gambar 2. irisan penampang melintang daun Sapindus rarak (kiri) dan Irisan
penampang melintang daun Cymbophogon nardus (kanan)
Gambar 3. Irisan penampang melintang akar Helianthus annus (kiri) dan irisan
penampang melintang akar Zea mays (kanan)
G. Analisis data
Pada prinsipnya pembuatan preparat irisan terdiri atas beberapa tahap
yaitu koleksi specimen, fiksasi, dehidrasi, penjernihan, infiltrasi, pengeblokan,
pengirisan, penempelan, pewarnaan dan mounting.
Prinsip koleksi specimen adalah specimen tidak mengalami kekeringan
dan kerusakan sebelum difiksasi. Tujuan fiksasi adalah untuk mematikan dengan
cepat spesimen yang berupa jaringan dan sel-sel juga utuk mempertahankan
struktur sel dan jaringan sebagaimana aslinya. Udara dalam jaringan spesimen
harus dikeluarkan terlebih dahulu kemudian diganti dengan larutan
fiksatif. Selanjutnya dilakukan dehidrasi yaitu tahap pengeluaran air dari jaringan
dengan perendaman alkohol secara bertingkat dan dalam jangka waktu tertentu.
Kemudian pengambilan alkohol dilakukan dengan perendaman dalam xylol secara
bertahap dengan jangka waktu tertentu. Proses penggantian larutan penjernih
dengan merendam spesimen dalam parafin. Penggantian xylol dalam jaringan oleh
parafin berlangsung secara berangsur-angsur. Proses penggantian ini berlangsung
di dalam oven sehingga xylol tidak menguap dan parafin tidak membeku.
Temperatur oven lebih tinggi sedikit di atas titik cair parafin.
Selanjutnya dilakukan pengeblokan atau embedding, pengeblokan ini
mengguna-kan kotak atau takir yang dibuat dari kertas kalender. Pada saat
pengeblokan spesimen diletakkan sesuai posisi yang diinginkan. Setelah itu
parafin didinginkan dengan segera. Setelah dingin maka dilakukan pengirisan,
pengirisan digunakan alat mikrotom biasanya dengan ukuran 6 mikron sampai 10
mikron. Irisan akan berbentuk seperti pita-pita. Pemindahan irisan menggunakan
kuas kecil yang telah dibasahi ujungnya dengan air.
Dilanjutkan dengan penempelan menggunakan perekat haupt kemudian
disimpan dalam kotak pengering. Selanjutnya akan dilakukan pewarnaan dan
mounting. Dalam proses pewarnaan dilakukan dalam jangka waktu tertentu, jika
terlalu lama atau terlalu singkat dapat menyebabkan warna preparat menjadi
kurang atau bahkan terlalu gelap. Selanjutnya dilakukan mounting dengan ditetesi
balsam kanada sehingga irisan akan tetap awet dengan struktur sel serta jaringan.
Hasil preparat irisan melintang batang Sapindus rarak sudah menunjukkan
hasil yang bagus saat pewarnaan, tetapi terjadi kesalahan saat deparafinasi
sehingga sel-sel empulur tidak terendam empulur dan pecah saat diiris dengan
mikrotom. Sedangkan spesimen yang lain menunjukkan hasil yang kurang
memuaskan karena semua jaringannya rusak dan hanya dapat dilihat beberapa sel
saja tanpa bisa dibedakan macam-macam jaringannya.
H. Pembahasan
Praktikum kali ini menggunakan tumbuhan dikotil dan monokotil. Bagian
pada tumbuhan yang digunakan untuk preparat pada praktikum kali ini adalah
bagian akar, batang, dan daun. Spesimen yang mewakili tumbuhan dikotil adalah
daun klerek, batang klerek, dan akar bunga matahari, sedangkan dari tumbuhan
monokotil adalah daun sereh, batang jagung, dan akar jagung. Tahapan yang
dilakukan dalam pembuatan sediaan cukup rumit, yaitu pertama dengan
memasukkan semua bahan ke dalam larutan fiksasi. Larutan tersebut bertujuan
untuk menghentikan proses metabolisme atau kegiatan sel tanpa mengubah
bentuk atau strukturnya. Dilanjutkan dengan proses pencucian dan dehidrasi yang
berulang-ulang kali karena kandungan air yang ada di dalam sel tumbuhan relatif
banyak dan usaha untuk mengurangi kandungan air di dalam sel dilakukan
berkali-kali dengan menggunakan alkohol bertingkat sampai alkohol absolute.
Dealkoholisasi menggunakan larutan campuran antara alkohol dan xilol
dengan perbandingan yang berbeda yaitu 3:1, 1:1, 1:3 dan dilanjutan dengan xilol.
Tahapan ini bertujuan untuk menghilangkan alkohol sisa dari dehidrasi. Proses
selanjutnya infiltrasi, tahapan ini bertujuan untuk memudahkan penyerapan
parafin agar saat bahan yang digunakan sudah berada dalam block parafin, akan
terbentuk potongan yang sempurna. Dilanjutkan dengan penyelubungan, proses
ini bertujuan untuk mengganti parafin dengan parafin yang baru.
Berdasarkan hasil pengamatan banyak spesimen yang hilang karena dalam
proses penempelan spesimen ke kaca benda tidak benar-benar melekat sehingga
saat pewarnaan spesimen ada yang lepas. Agar spesimen dapat menempel
sempurna pada kaca benda dibutuhkan tenggat waktu yang cepat antara
peletakkan spesimen pada kaca benda yang telah diberi pelekat Haupt. Setelah
benar-benar melekat di kaca benda maka irisan yang berada di kaca benda
dipanaskan di atas lampu spiritus untuk lebih memaksimalkan perlekatannya.
Zat warna yang digunakan tidak hanya satu macam karena tidak semua sel dapat
menyerap satu macam zat warna. Pada saat pewarnaan preparat akar jagung, akar
bunga matahari, dan batang jagung sel dalam jaringan semuanya berwarna hijau.
Hal ini dapat disebabkan oleh waktu yang digunakan untuk pemberian safranin
terlalu singkat sehingga zat warna belum terserap sempurna oleh jaringan.
Pewarna yang diberikan pada irisan dalam jangka waktu tertentu, kurang atau
lebih waktu yang digunakan menyebabkan warna preparat menjadi kurang atau
terlalu gelap (Widjajanto, 2001). Sedangkan hasil preparat yang tidak utuh dapat
disebabkan oleh suhu sekitar ruangan yang kurang mendukung saat dilakukan
pengirisan selain itu masih tersisanya air atau alkohol dalam jaringan juga dapat
menyulitkan dalam pengirisan.
Batang klerek ini merupakan salah satu batang tumbuhan biji terbuka yang
mempunyai korteks. Pada tingkat primer batang mempunyai berkas-berkas
vaskular yang terpisah-pisah oleh daerah interfasikular yang relatif sempit (Setjo,
2004). Xilem primer berkas vaskular awal dapat ditemukan dekat dengan
empulur, sedangkan floem primer hilang. Klerek mengalami pertumbuhan
sekunder sehingga dapat ditemukan kambium. Jenis berkas pengangkut yang
terdapat pada batang klerek adalah bikolateral, serta ditemukan juga jaringan
penguat berupa sklerenkim yang berwarna merah keunguan mengelilingi stele.
Irisan melintang batang jagung pada praktikum kali ini menunjukkan
bentuk yang tidak jelas struktur jaringannya. Menurut literatur, seharusnya lapisan
terluar batang jagung disusun oleh satu lapis epidermis. Daerah korteks batang
jagung sempit. Daerah korteks batang jagung terdiri dari 2 sampai 3 lapis
sklerenkima yang terdiri dari sel-sel serabut sklerenkima yang berlignin dan satu
sampai dua lapis sel parenkimatik. Batas daerah korteks dengan silinder pusat
tidak jelas. Ukuran sel-sel parenkima semakin ke dalam semakin besar. Berkas
penngangkut yang bertipe kolateral tertutup fibrovaskuler tersebar di antara sel-sel
parenkima. Ukuran berkas pengangkut semakin ke dalam semakin besar. Ciri khas
pada berkas pengangkut batang jagung, xilem terdiri dari dua trakea besar
kemudian dihubungkan dengan satu buluh cincin dan di antara floem dan xilem
ditemukan ruang reksigen. Serabut sklerenkima mengelilingi seluruh berkas
pengangkut. Tipe stele pada batang jagung disebut ataktostele (E-learning, 2010).
Irisan melintang daun klerek tidak sempurna, tetapi masih terlihat adanya
epidermis atas seperti pada gambar 4. Jaringan yang masih terlihat yaitu epidermis
atas, jaringan palisade, jaringan bunga karang, dan sangat sedikit terlihat
epidermis bawah.
Gambar 4. Preparat irisan melintang daun klerek
Tumbuhan sereh atau Cymbophogon nardus tergolong dalam tumbuhan
monokotil. Pada gambar daun sereh, mesofil daun tidak terdiferensiasi menjadi
jaringan bunga karang dan jaringan palisade tetapi preparat yang dihasilkan
spesimennya pecah sehingga kurang bisa diamati. Xilem terdiri atas trakea dan
floem yang terdiri atas buluh tapis dan sel pengiring. Tumbuhan monokotil
mempunyai tipe berkas pengangkut kolateral tertutup (Setjo, 2001).
Akar Helianthus mewakili akar dikotil pada tumbuhan. Preparat yang
dihasilkan tidak dapat menunjukkan jaringan dan letak dari jaringan pengangkut.
Secara umum, struktur jaringan pada akar dikotil tersusun atas selapis sel
epidermis diikuti beberapa lapis sel korteks yang berbentuk isodiametris.
Endodermis terlihat jelas, di bagian dalam terdapat kambium, berkas pengangkut
tipe radial dan erdapat empulur di bagian tengah. Susunan jaringan akar
Helianthus dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Penampang irisan melintang akar Helianthus annus
Sumber: http://dunianyasari.blogspot.com/2010/12/dunia-tumbuhan.html
Irisan akar jagung tidak dapat dibedakan jaringannya. Menurut literatur,
tipe berkas pengangkut pada akar jagung radial dan tipe stele aktinostele. Letak
xilem dan floem berganti-ganti ke arah pusat. Jari-jari xilem tampak seperti
bintang sehingga dinamakan aktinostele. Xilem mungkin membentuk suatu teras
padat yang terletak di tengah atau empulur yang parenkimatik atau sklerenkimatik
seperti pada beberapa akar monokotil. Penampang melintang akar jagung
ditunjukkan pada gambar 6.
Gambar 6. Preparat irisan melintang akar Zea mays
Sumber: http://guealey.blogspot.com/2012/06/anatomi-akar.html
I. Diskusi
1. Apakah spesimen dalam preparat tampil utuh? Jika ada bagian spesimen yang
terserak apa dugaan penyebabnya?
Jawab: tidak, kebanyakan spesimen memiliki jringan dan sel-sel yang sudah
rusak saat diamati di bawah mikroskop, hal itu mungkin disebabkan karena
kesalahan prosedur dari praktikan saat melakukan tahap infiltrasi dan
kesalahan pemilihan bahan. Seperti pada batang klerek, jaringan yang diambil
terlalu tua, sehingga empulur batang tidak tersentuh oleh parafin pada saat
tahap perembesan.
2. Apakah semua jaringan secara ideal terwakili pada preparat. Jika ada jaringan
yang seharusnya ada, tetapi tidak tertampilkan pada preparat apa penyebabnya?
Jawab: semua jaringan sudah terwakili pada preparat irisan melintang batang
Sapindus rarak saja, untuk spesimen yang lain semua jaringan hancur dan
hanya bisa ditemui beberapa sel saja. Hal tersebut disebabkan kesalahan
prosedur saat deparafinasi yang menyebabkan sel-sel dalam jaringan rusak.
3. Apakah hasil pewarnaan sesuai dengan sifat/ciri khas sel dan jaringan seperti
yang diharapkan?
Jawab: pada sebagian spesimen warna sudah sesuai dengan jaringan seperti
pada preparat irisan melintang batang dan daun Sapindus rarak, tetapi pada
bahan akar jagung, helianthus serta batang jagung semuanya berwarna hijau.
4. Adakah bagian spesimen yang terlipat? Jika ada, apa penyebabnya?
Jawab: ada, hal tersebut disebabkan kurang menempelnya spesimen pada kaca
benda saat dilakukan pewarnaan, sehingga saat pencelupan sebagian irisan ada
yang melayang dan menempel pada bagian lainnya
5. Apakah tibe irisan melintang atau longitudinal tertampilkan dengan baik pada
preparat? Faktor-fakor apakah yang meenunjang keberhasilan penampilan
preparat sehubungan dengan tipe irisan tersebut?
Jawab: irisan melintang batang klerek sudah tertampilkan dengan baik, tetapi
ada jaringan yang berlubang pada daerah empulur karena saat proses
deparafinasi, parafin tidak dapat meresap ke dalam sel karena bahan spesimen
yang diambil terlalu tua.
J. Tugas mahasiswa
1. Bagaimana ketuaan bagian tumbuhan yang saudara ambil spesimennya?
Jawab: pada sebagian spesimen organ yang diambil terlalu tua seperti pada
batang klerek (Sapindus rarak), sedangkan spesimen yang lain memiliki
tingkat ketuaan yang cukup
2. Mengapa spesimen yang diambil dari alam harus segera difiksasi?
Jawab: agar sel-sel dalam jaringan spesimen tidak mengalami dehidrasi
sebelum diperlakukan tahap-tahap proseduralnya, sehingga sel-selnya tidak
mengkerut dan pecah
K. Kesimpulan
Preparat awetan irisan dengan metode parafin pada spesimen daun, batang,
dan akar memiliki ciri khas dari segi anatomisnya melalui pewarnaan. Jaringan
penguat dan pengangkut dapat menyerap warna merah, sedangkan jaringan
parenkim menyerap warna hijau.
L. Daftar Pustaka
Rina, A. 2010. Metode Parafin. (online)
(http://id.wikipedia.org/wiki/MetodeParafin) Diakses 13 Mei 2013
Setjo, S.,dkk. 2004. Common Textbook : Anatomi Tumbuhan. Malang: JICA
E-learning. 2010. Batang. (online) (http://e-
learning.um.ac.id/mod/resource/view.php?id=1366) Diakses 13 Mei 2013
Kurniawan, W. 2010. Pembuatan Sediaan Irisan Jaringan Tumbuhan Dengan
Metode Parafin. Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat

More Related Content

Similar to PEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdf

Ipa 8 kd4 struktur dan fungsi jaringan tumbuhan
Ipa 8 kd4 struktur dan fungsi jaringan tumbuhanIpa 8 kd4 struktur dan fungsi jaringan tumbuhan
Ipa 8 kd4 struktur dan fungsi jaringan tumbuhanSMPK Stella Maris
 
Pemeriksaan darah : parasit cacing
Pemeriksaan darah : parasit cacing Pemeriksaan darah : parasit cacing
Pemeriksaan darah : parasit cacing pjj_kemenkes
 
Pemeriksaan darah : parasit cacing
Pemeriksaan darah : parasit cacing Pemeriksaan darah : parasit cacing
Pemeriksaan darah : parasit cacing pjj_kemenkes
 
Laporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIP
Laporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIPLaporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIP
Laporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIPDewi Purwati
 
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi SetiyanaLaporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyanadewisetiyana52
 
KULTUR JARINGAN TUMBUHAN “PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO”
KULTUR JARINGAN TUMBUHAN “PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO”KULTUR JARINGAN TUMBUHAN “PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO”
KULTUR JARINGAN TUMBUHAN “PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO”SMPN 4 Kerinci
 
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptxPPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptxDodolaneNoya
 
Format_Laporan_MIKROTEKNIK TUMBUHAN_FIX_NEWW.docx
Format_Laporan_MIKROTEKNIK TUMBUHAN_FIX_NEWW.docxFormat_Laporan_MIKROTEKNIK TUMBUHAN_FIX_NEWW.docx
Format_Laporan_MIKROTEKNIK TUMBUHAN_FIX_NEWW.docxAgathaHaselvin
 
Fadhila_Humaira_-_Laporan_Miktum_BIO_D_17.pdf
Fadhila_Humaira_-_Laporan_Miktum_BIO_D_17.pdfFadhila_Humaira_-_Laporan_Miktum_BIO_D_17.pdf
Fadhila_Humaira_-_Laporan_Miktum_BIO_D_17.pdfAgathaHaselvin
 
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITROMakalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITROSMPN 4 Kerinci
 
3061524025 struktur fungsi kloroplas dan fotosintesis
3061524025 struktur fungsi kloroplas dan fotosintesis3061524025 struktur fungsi kloroplas dan fotosintesis
3061524025 struktur fungsi kloroplas dan fotosintesisikhsan saputra
 
Kultur jaringan
Kultur jaringanKultur jaringan
Kultur jaringanLeoni11
 

Similar to PEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdf (20)

Bab ix lap mitosis
Bab ix lap mitosisBab ix lap mitosis
Bab ix lap mitosis
 
Analisis mitosis
Analisis mitosisAnalisis mitosis
Analisis mitosis
 
Ipa 8 kd4 struktur dan fungsi jaringan tumbuhan
Ipa 8 kd4 struktur dan fungsi jaringan tumbuhanIpa 8 kd4 struktur dan fungsi jaringan tumbuhan
Ipa 8 kd4 struktur dan fungsi jaringan tumbuhan
 
Sediaan
SediaanSediaan
Sediaan
 
Mikroskop dan sel
Mikroskop dan selMikroskop dan sel
Mikroskop dan sel
 
Mikroskop dan se1
Mikroskop dan se1Mikroskop dan se1
Mikroskop dan se1
 
Pemeriksaan darah : parasit cacing
Pemeriksaan darah : parasit cacing Pemeriksaan darah : parasit cacing
Pemeriksaan darah : parasit cacing
 
Pemeriksaan darah : parasit cacing
Pemeriksaan darah : parasit cacing Pemeriksaan darah : parasit cacing
Pemeriksaan darah : parasit cacing
 
Laporan anveg
Laporan anvegLaporan anveg
Laporan anveg
 
Laporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIP
Laporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIPLaporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIP
Laporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIP
 
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi SetiyanaLaporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
 
KULTUR JARINGAN TUMBUHAN “PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO”
KULTUR JARINGAN TUMBUHAN “PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO”KULTUR JARINGAN TUMBUHAN “PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO”
KULTUR JARINGAN TUMBUHAN “PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO”
 
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptxPPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
 
Format_Laporan_MIKROTEKNIK TUMBUHAN_FIX_NEWW.docx
Format_Laporan_MIKROTEKNIK TUMBUHAN_FIX_NEWW.docxFormat_Laporan_MIKROTEKNIK TUMBUHAN_FIX_NEWW.docx
Format_Laporan_MIKROTEKNIK TUMBUHAN_FIX_NEWW.docx
 
Fadhila_Humaira_-_Laporan_Miktum_BIO_D_17.pdf
Fadhila_Humaira_-_Laporan_Miktum_BIO_D_17.pdfFadhila_Humaira_-_Laporan_Miktum_BIO_D_17.pdf
Fadhila_Humaira_-_Laporan_Miktum_BIO_D_17.pdf
 
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITROMakalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
 
metode mikriteknik
metode mikriteknikmetode mikriteknik
metode mikriteknik
 
3061524025 struktur fungsi kloroplas dan fotosintesis
3061524025 struktur fungsi kloroplas dan fotosintesis3061524025 struktur fungsi kloroplas dan fotosintesis
3061524025 struktur fungsi kloroplas dan fotosintesis
 
Kultur jaringan
Kultur jaringanKultur jaringan
Kultur jaringan
 
Biologi
BiologiBiologi
Biologi
 

More from AgathaHaselvin

PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptx
PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptxPORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptx
PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptxAgathaHaselvin
 
Phylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptx
Phylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptxPhylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptx
Phylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptxAgathaHaselvin
 
Sel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptx
Sel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptxSel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptx
Sel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptxAgathaHaselvin
 
Genetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsx
Genetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsxGenetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsx
Genetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsxAgathaHaselvin
 
PPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptx
PPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptxPPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptx
PPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptxAgathaHaselvin
 
SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptx
SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptxSEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptx
SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptxAgathaHaselvin
 
Sejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptx
Sejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptxSejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptx
Sejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptxAgathaHaselvin
 
REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptx
REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptxREGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptx
REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptxAgathaHaselvin
 
RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptx
RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptxRESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptx
RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptxAgathaHaselvin
 
TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptx
TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptxTANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptx
TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptxAgathaHaselvin
 
PLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptx
PLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptxPLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptx
PLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptxAgathaHaselvin
 
THERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptx
THERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptxTHERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptx
THERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptxAgathaHaselvin
 
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptx
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptxPPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptx
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptxAgathaHaselvin
 
Presentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptx
Presentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptxPresentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptx
Presentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptxAgathaHaselvin
 
kendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptx
kendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptxkendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptx
kendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptxAgathaHaselvin
 
Bentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptx
Bentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptxBentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptx
Bentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptxAgathaHaselvin
 
ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.ppt
ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.pptppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.ppt
ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.pptAgathaHaselvin
 
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.ppt
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.pptPopulasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.ppt
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.pptAgathaHaselvin
 
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).pptPOPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).pptAgathaHaselvin
 
PlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.ppt
PlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.pptPlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.ppt
PlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.pptAgathaHaselvin
 

More from AgathaHaselvin (20)

PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptx
PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptxPORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptx
PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptx
 
Phylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptx
Phylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptxPhylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptx
Phylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptx
 
Sel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptx
Sel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptxSel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptx
Sel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptx
 
Genetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsx
Genetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsxGenetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsx
Genetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsx
 
PPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptx
PPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptxPPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptx
PPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptx
 
SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptx
SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptxSEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptx
SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptx
 
Sejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptx
Sejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptxSejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptx
Sejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptx
 
REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptx
REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptxREGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptx
REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptx
 
RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptx
RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptxRESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptx
RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptx
 
TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptx
TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptxTANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptx
TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptx
 
PLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptx
PLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptxPLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptx
PLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptx
 
THERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptx
THERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptxTHERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptx
THERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptx
 
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptx
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptxPPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptx
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptx
 
Presentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptx
Presentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptxPresentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptx
Presentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptx
 
kendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptx
kendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptxkendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptx
kendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptx
 
Bentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptx
Bentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptxBentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptx
Bentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptx
 
ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.ppt
ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.pptppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.ppt
ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.ppt
 
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.ppt
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.pptPopulasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.ppt
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.ppt
 
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).pptPOPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
 
PlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.ppt
PlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.pptPlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.ppt
PlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.ppt
 

PEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdf

  • 1. PEMBUATAN PREPARAT IRISAN METODE PARAFIN LAPORAN PRAKTIKUM Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Mikroteknik Tumbuhan yang diampu oleh Drs. Sulisetijono, M.Si dan Dra. Nursasi Handayani, M.Si Oleh NUR AZIZAH 100342400923 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI BIOLOGI Mei 2013
  • 2. PEMBUATAN PREPARAT IRISAN METODE PARAFIN A. Tujuan pembuatan preparat 1. Membuat preparat irisan melintang batang dengan metode parafin 2. Membuat preparat irisan melintang akar dengan metode parafin 3. Membuat preparat irisan melintang daun dengan metode parafin 4. Mendeskripsikan ciri khas preparat irisan yang dihasilkan terkait dengan: a. struktur anatomis spesimen b. teknis fiksasi dan pewarnaan yang dilakukan B. Latar belakang Irisan utuh suatu specimen sangat bermanfaat bagi sudi pembelajaran. Dengan adanya preparat utuh maka dapat diamati bagian-bagian jaringan dan jenis sel yang ada dalam satu preparat. Dalam pembuatan preparat utuh diupayakan permanen atau awet agar sewaktu-waktu dapat diamati kembali. Dalam pembuatan preparat hendaknya dipahami karakteristik tanaman yang akan diambil sebagai spesimen. Karakteristik tersebut dapat berdasarkan atas pengelompokan jenis batang, termasuk dalam herba atau berkayu kemudian dilanjutkan berdasarkan penentuan tumbuhan tersebut tergolong dalam angiospermae atau gymnospermae dan selanjutnya tumbuhan itu tergolong dalam tumbuhan dikotil atau monokotil. Perbedaan karakteristik tumbuhan yang akan diambil sebagai spesimen menentukan larutan fiksatif dan zat warna yang akan digunkan dalam pembuatan preparat. Karakteristik tumbuhan yang akan diambil spesimennya juga menentukan waktu pada tahap-tahap pemrosesan. Misalnya waktu yang berlebih pada suatu tahap pengecatan akan mengakibatkan suatu warna menjadi terlalu gelap dan mungkin warna lainnya menjadi kurang atau bahkan hilang. Keberhasilan pembuatan preparat permanen ini tergantung pada lima tahap yang utama yaitu fiksasi, dehidrasi, penjernihan, perembesan dan pengeblokan parafin serta pewarnaan. Larutan fiksatif yang dipilih, perembesan parafin yang bagus dan zat warna yang akan digunakan menentukan keberhasilan preparat irisan.
  • 3. C. Dasar teori Metode parafin, pengirisan jaringan dengan menggunakan suatu alat yang disebut mikrotom. Kelebihan dari adanya alat ini adalah bahwa tebal irisan dapat diatur menurut tujuan dan kehendak peneliti. Pada mikrotom terdapat antara lain yaitu skala yang dapat diatur sesuai dengan kehendak beik tebal sayatannya. Pisau, ada jenis mikrotom dimana pisaunya yang bergerak sedangkan jaringan tetap berada pada tempatnya. Tetapi ada pula jenis mikrotom yang pisaunya tetap berada pada tempatnya, sedang jaringannya yang bergerak, pegangan/tempat jaringan, pengatur jarak antara tempat jaringan dengan pisau mikrotom (Sumarni, 2010). Mikrotom ada beberapa macam yaitu : 1. Mikrotom geser (sliding mikrotome). Pada alat ini, jaringan tetap berada pada tempatnya, sedang pisaunya yang bergerak. Pada umumnya jaringan yang akan dipotong dengan mikrotom geser adalah jaringan yang tanpa penanaman (embedding) terlebih dulu. Disini tidak akan terjadi pita irisan. Jaringan yang akan diiris sebelumnya dapat diwarnai dengan pewarnaan tunggal, ataupun tanpa pewarnaan terlebih dahulu. Metode ini banyak dikerjakan untuk pengirisan jaringan tumbuh-tumbuhan. 2. Mikrotom beku (freezing microtome). Alat ini dihubungkan dengan tabung berisi CO2 dingin, melalui suatu pipa karet. Mikrotom ini, keadaannya sama dengan mikrotom geser yaitu jaringan tetap berada pada tempatnya sedang pisau mikrotomnya yang bergerak ke muka dan ke belakang. 3. Mikrotom putar (rotary microtome). Berbeda dengan 2 jenis mikrotom diatas, yaitu bahwa pada mikrotom ini, pisau tetap pada tempatnya sedang jaringannya yang bergerak ke atas dan ke bawah. Jenis mikrotom ini yang biasanya digunakan untuk pembuatan sediaan irisan dengan metode parafin (Rina, 2010). Mikrotom jenis ini lebih banyak digunakan daripada mikrotom-mikrotom lainnya. Hal ini disebabkan karena irisan yang diperoleh lebih tipis dibandingkan dengan metode lainnya (Rina, 2010). Pengamatan secara seksama dan teliti terhadap sel atau jaringan akan diperoleh jika irisan sangat tipis. Selain itu, hampir semua jaringan dapat diiris dengan mikrotom ini. Berbeda dengan 2 jenis
  • 4. mikrotom yang telah diuraikan di atas, di mana irisan yang diperoleh saling terpisah satu sama lain, maka pada irisan yang diperoleh dengan mikrotom jenis ini ialah jaringan yang terjadi satu sama lain saling bergandengan, sehingga terbentuk pita yang panjang (Santoso, 2002). Preparat jaringan tumbuhan dapat diperiksa dibawah mikroskop apabila sudah terlihat warna yang kontras baik maka diberi canada balsam lalu ditutup dengan kaca penutup, dan terakhir diberi label preparat permanen tersebut. Dikarenakan keterbatasan waktu dan tidak adanya mikrotom yang baik di laboratorium maka pekerjaan tidak bisa sampai selesai. Hasil akhir dari pekerjaan hanya sampai pada balok parafin keras. Hasil kerja hanya sampai pada terbentuknya balok parafin. Untuk mendapatkan hal tersebut maka harus menjalani beberapa prosedur dengan alat dan bahan tertentu (Hasan, 2010). Kebaikan-kebaikan dari metode parafin ini adalah: a) Irisan dapat jauh lebih tipis daripada menggunakan metode beku maupun seloidin, dengan metode parafin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron. b) Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah. c) Prosesnya lebih cepat dari metode lain. Kelemahan dari metode ini adalah: a. Jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah. b. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakan, bila menggunakan metode ini. c. Sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan metode ini (Rina, 2010). Tubuh tumbuhan vaskular pada dasarnya tersusun dari bagian utama yang terdiri dari sumbu dan tonjolan lateral. Sumbu tubuh tumbuhan terdiri atas akar dan batang. Dan tonjolan lateral terdiri dari emergensia , daun dan trikoma. Sistem jaringan penyusun tubuh tumbuhan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu jaringan epidermal, jaringan dasar dan jaringan vaskular. Batang Pada batang tumbuhan dikotil dan tumbuhan berkonus, sistem jaringan batangnya berdiferensiasi sangat cepat dekat apeks, dan beberapa ruas pertama di bawah ujung terminalnya memperlihatkan jaringan-jaringan primer yang
  • 5. berkembang penuh dan pengawalan aktivitas sekunder. Pada batang tumbuhan herba, kayu sekunder kurang berkembang. Pada jenis tumbuhan yang berbeda, mempunyai struktur batang yang berbeda pula menentukan jenis larutan fiksatif dan zat warna yang akan digunakan dalam pembuatan preparat. Misalnya tumbuhan polongan dapat menggunakan Craf III. Jika batang mempunyai ruas yang lebih lunak diberi perlakuan acctone- xylol atau alcohol-xylol. Pada batang yang lebih keras hasil irisan akan lebih baik jika menggunakan dioxan atau butyl alcohol. Batang bunga matahari dan Chrysantenum dapat difiksasi dengan menggunakan FFA tanpa menimbulkan plasmolisis, ataupun dengan penggunaan modifikasi Nawaschin seperti craft IV dan V juga memberikan hasil yang baik (Widjajanto, 2001:54). Akar Histogen pada akar jelas pada ujung ujung akar, khususnya bila pembuatan preparat dengan pewarnaan untuk menampilkan dinding sel dan struktur inti. Jaringan primer jelas pada awal zona bulu akar. Bulu akar ini dapat dideteksi dengan menggunakan loupe. Pengawalan primordia akar cabang dapat diperlihat-kan pada batas atas zona bulu akar. Pada tingkat ini jaringan primer biasanya terdeferensiasi dengan jelas tanpa berkayu secara berlebihan. Daun Biasanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal spesimen difiksasi dalam larutan FAA. Daun yang lunak dan tulang daun yang kecil saat proses dehidrasi digunakan acetone atau etil alcohol, sedangkan daun yang tebal atau seperti kulit dengan tulang daun yang kuat diproses dalam butyl alcohol atau dioxan. Ciri khas daun harus diperhitungkan dalam pembuatan preparat irisan, misalnya untuk daun yang lunak parenkimanya biasanya mudah retak. Trikoma glandular perlu perlakuan khusus. Untuk hasil fiksasi yang baik digunakan larutan craf I. D. Alat dan Bahan 1. Pompa vakum 23. Formalin 2. Desikator 24. Asam asetat 3. Oven 25. Alkohol 50%
  • 6. 4. Kulkas 26. Alkohol 70% 5. Mikrotom 27. Alkohol 85% 6. Mikroskop 28. Alkohol 95% 7. Loupe 29. Alkohol absolut 8. Nampan pengering 30. Alkohol absolut:xylol = 3:1 9. Pisau 31. Alkohol absolut:xylol = 2:2 10. Silet 32. Alkohol absolut:xylol = 1:3 11. Kaca benda 33. Xylol 12. kaca penutup 34. Xylol-parafin 13. Beaker glass 35. Parafin 14. Kuas 36. Akuades 15. Gelas ukur 37. Eritrosin 16. Neraca 38. Safranin 17. Pipet tetes 39. Kristal violet 18. Pipet transfer 40. Fast green 19. Gelas koplin 41.Orange G 20. Jarum preparat 42. Minyak cengkeh 21. Lampu spiritus 43. Balsam kanada 22. Gliserin E. Cara Kerja 1. Koleksi spesimen 2. Fiksasi Memotong spesimen dari tumbuhan induk Difiksasi Memotong spesimen menjadi bagian yang lebih kecil Dimasukkan botol vial berisi aquades Dimasukkan alat pompa vakum dan dipompa vakum sampai spesimen tenggelam
  • 7. 3. Dehidrasi 4. Penjernihan 5. Infiltrasi Difiksasi dalam larutan fiksatif FAA selama 24 jam Membuang larutan fiksatif Memasukkan spesimen dalam alkohol 50% selama 30 menit Dipindahkan ke alkohol 85% selama 1-2 jam Dipindahkan ke alkohol 96% 1-2 jam Dipindahkan ke alkohol absolut selama 2-3 jam Dipindahkan ke alkohol 70% selama 30 menit atau lebih (dapat disimpan) Spesimen dipindah dalam Xylol II selama 1 jam Spesimen masing-masing dimasukkan dalam larutan Alkohol/Xylol 3:1 selama 1 jam Spesimen dipindah pada larutan Alkohol/Xylol 1:1 selama 1 jam Spesimen dipindah pada larutan Alkohol/Xylol 1:3 selama 1 jam Spesimen dipindah dalam Xylol I selama 1 jam Masing-masing spesimen dituangi campuran Xylol/Parafin 1:1 dalam oven suhu 450 - 500 C selama 1 jam Xylol dalam spesimen dibuang dilanjutkan dalam proses infiltrasi
  • 8. 6. Pengeblokan 7. Pengirisan 8. penempelan Xylol/ parafin dibuang dan diganti Parafin I dalam oven suhu 650 -700 C selama 1 jam Parafin I diganti dengan Parafin II dalam oven suhu 650 -700 C selama 1 jam Menuang parafin cair pada kotak kertas Selam block didinginkan lalu di kulkas Meletakkan dan menata spesimen pada kotak lalu menambahkan parafin Mengatur tebal irisan dengan ketentuan tiap jaringan (batang 10, daun 8, akar 6) Memutar pemutar pada mikrotom sesuai tempo untuk mendapatkan irisan yang bagus Mengambil pita parafin yang terbentuk menggunakan kuas Menyimpan pita parafin pada tempat tertentu dan dimasukkan ke dalam kulkas agar tidak menggumpal Merendam kaca benda pada alkohol 70% selama 24 jam Mengoleskan perekat haupt pada kaca benda sampai kesat Meneteskan 1 tetes formalin 3% di atas kaca benda Menempelkan pita parafin di atas kaca benda
  • 9. 9. pewarnaan Meletakkan di atas hot plate minimal 15 menit Membiarkan pada udara terbuka minimal 2 hari Menyiapkan gelas koplin dan diisi dengan larutan Merendam kaca benda pada xylol I selama 2-5 menit Merendam kaca benda pada xylol II selama 2-5 menit Merendam kaca benda pada Alkohol:xylol dengan perbandingan 1:1 selama 2 menit Merendam kaca benda pada alkohol absolut selama 2 menit Merendam kaca benda pada alkohol 95% selama 2-5 menit Merendam kaca benda pada alkohol 70% selama 2-5 menit Merendam kaca benda pada larutan safranin 1% dalam alkohol 50% selama 2-24 jam Mencelupkan ke dalam air keran dan di bilas Merendam kaca benda pada alkohol 50% selama 2 menit Merendam kaca benda pada alkohol 70% selama 2-5 menit Merendam kaca benda pada kristal violet dalam aquades selama 1 menit
  • 10. 10. Mounting F. Data Bahan yang digunakan dalam pembuatan preparat irisan ini diambil dari dua kelompok tanaman yaitu monokotil dan dikotil, bahan-bahan monokotil diambil dari organ daun Cymbophogon nardus, batang Zea mays, dan akar Zea Mencelupkan ke dalam air keran dan di bilas, dibiarkan mengering dengan cara di lap di sekitar spesimen Mencelupkan berturut-turut ke dalam 2 wadah alkohol absolut, masing- masing 3-4 celupan Mencelupkan dengan cepat ke dalam larutan fast green, kurang lebih 5-10 celupan Mencelupkan ke dalam larutan orange-G jenuh dalam minyak cengkeh, dan digoyang-goyangkan hingga alkohol berdifusi ke minyak cengkeh Mencelupkan dengan cepat ke dalam campuran antara alkohol absolut:minyak cengkeh:xylol=1:1:1 hingga nampak jernih Merendam kaca benda pada xylol I selama 2-5 menit Merendam kaca benda pada xylol II selama 2-5 menit Membersihkan larutan yang tersisa di kaca benda Meneteskan entelan di atas spesimen Menutup spesimen dengan kaca penutup dan direkatkan Membiarkan spesimen kering Memeriksa di bawah mikroskop
  • 11. mays, sedangkan dari kelompok tumbuhan monokotil diambil dari daun Sapindus rarak, batang Sapindus rarak, dan akar Helianthus annus. Hasil dari irisan melintang seperti pada gambar di bawah ini: Gambar 1. Irisan penampang melintang batang Sapindus rarak (kiri) dan irisan penampang melintang batang Zea mays (kanan) Gambar 2. irisan penampang melintang daun Sapindus rarak (kiri) dan Irisan penampang melintang daun Cymbophogon nardus (kanan)
  • 12. Gambar 3. Irisan penampang melintang akar Helianthus annus (kiri) dan irisan penampang melintang akar Zea mays (kanan) G. Analisis data Pada prinsipnya pembuatan preparat irisan terdiri atas beberapa tahap yaitu koleksi specimen, fiksasi, dehidrasi, penjernihan, infiltrasi, pengeblokan, pengirisan, penempelan, pewarnaan dan mounting. Prinsip koleksi specimen adalah specimen tidak mengalami kekeringan dan kerusakan sebelum difiksasi. Tujuan fiksasi adalah untuk mematikan dengan cepat spesimen yang berupa jaringan dan sel-sel juga utuk mempertahankan struktur sel dan jaringan sebagaimana aslinya. Udara dalam jaringan spesimen harus dikeluarkan terlebih dahulu kemudian diganti dengan larutan fiksatif. Selanjutnya dilakukan dehidrasi yaitu tahap pengeluaran air dari jaringan dengan perendaman alkohol secara bertingkat dan dalam jangka waktu tertentu. Kemudian pengambilan alkohol dilakukan dengan perendaman dalam xylol secara bertahap dengan jangka waktu tertentu. Proses penggantian larutan penjernih dengan merendam spesimen dalam parafin. Penggantian xylol dalam jaringan oleh parafin berlangsung secara berangsur-angsur. Proses penggantian ini berlangsung di dalam oven sehingga xylol tidak menguap dan parafin tidak membeku. Temperatur oven lebih tinggi sedikit di atas titik cair parafin. Selanjutnya dilakukan pengeblokan atau embedding, pengeblokan ini mengguna-kan kotak atau takir yang dibuat dari kertas kalender. Pada saat
  • 13. pengeblokan spesimen diletakkan sesuai posisi yang diinginkan. Setelah itu parafin didinginkan dengan segera. Setelah dingin maka dilakukan pengirisan, pengirisan digunakan alat mikrotom biasanya dengan ukuran 6 mikron sampai 10 mikron. Irisan akan berbentuk seperti pita-pita. Pemindahan irisan menggunakan kuas kecil yang telah dibasahi ujungnya dengan air. Dilanjutkan dengan penempelan menggunakan perekat haupt kemudian disimpan dalam kotak pengering. Selanjutnya akan dilakukan pewarnaan dan mounting. Dalam proses pewarnaan dilakukan dalam jangka waktu tertentu, jika terlalu lama atau terlalu singkat dapat menyebabkan warna preparat menjadi kurang atau bahkan terlalu gelap. Selanjutnya dilakukan mounting dengan ditetesi balsam kanada sehingga irisan akan tetap awet dengan struktur sel serta jaringan. Hasil preparat irisan melintang batang Sapindus rarak sudah menunjukkan hasil yang bagus saat pewarnaan, tetapi terjadi kesalahan saat deparafinasi sehingga sel-sel empulur tidak terendam empulur dan pecah saat diiris dengan mikrotom. Sedangkan spesimen yang lain menunjukkan hasil yang kurang memuaskan karena semua jaringannya rusak dan hanya dapat dilihat beberapa sel saja tanpa bisa dibedakan macam-macam jaringannya. H. Pembahasan Praktikum kali ini menggunakan tumbuhan dikotil dan monokotil. Bagian pada tumbuhan yang digunakan untuk preparat pada praktikum kali ini adalah bagian akar, batang, dan daun. Spesimen yang mewakili tumbuhan dikotil adalah daun klerek, batang klerek, dan akar bunga matahari, sedangkan dari tumbuhan monokotil adalah daun sereh, batang jagung, dan akar jagung. Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan sediaan cukup rumit, yaitu pertama dengan memasukkan semua bahan ke dalam larutan fiksasi. Larutan tersebut bertujuan untuk menghentikan proses metabolisme atau kegiatan sel tanpa mengubah bentuk atau strukturnya. Dilanjutkan dengan proses pencucian dan dehidrasi yang berulang-ulang kali karena kandungan air yang ada di dalam sel tumbuhan relatif banyak dan usaha untuk mengurangi kandungan air di dalam sel dilakukan berkali-kali dengan menggunakan alkohol bertingkat sampai alkohol absolute.
  • 14. Dealkoholisasi menggunakan larutan campuran antara alkohol dan xilol dengan perbandingan yang berbeda yaitu 3:1, 1:1, 1:3 dan dilanjutan dengan xilol. Tahapan ini bertujuan untuk menghilangkan alkohol sisa dari dehidrasi. Proses selanjutnya infiltrasi, tahapan ini bertujuan untuk memudahkan penyerapan parafin agar saat bahan yang digunakan sudah berada dalam block parafin, akan terbentuk potongan yang sempurna. Dilanjutkan dengan penyelubungan, proses ini bertujuan untuk mengganti parafin dengan parafin yang baru. Berdasarkan hasil pengamatan banyak spesimen yang hilang karena dalam proses penempelan spesimen ke kaca benda tidak benar-benar melekat sehingga saat pewarnaan spesimen ada yang lepas. Agar spesimen dapat menempel sempurna pada kaca benda dibutuhkan tenggat waktu yang cepat antara peletakkan spesimen pada kaca benda yang telah diberi pelekat Haupt. Setelah benar-benar melekat di kaca benda maka irisan yang berada di kaca benda dipanaskan di atas lampu spiritus untuk lebih memaksimalkan perlekatannya. Zat warna yang digunakan tidak hanya satu macam karena tidak semua sel dapat menyerap satu macam zat warna. Pada saat pewarnaan preparat akar jagung, akar bunga matahari, dan batang jagung sel dalam jaringan semuanya berwarna hijau. Hal ini dapat disebabkan oleh waktu yang digunakan untuk pemberian safranin terlalu singkat sehingga zat warna belum terserap sempurna oleh jaringan. Pewarna yang diberikan pada irisan dalam jangka waktu tertentu, kurang atau lebih waktu yang digunakan menyebabkan warna preparat menjadi kurang atau terlalu gelap (Widjajanto, 2001). Sedangkan hasil preparat yang tidak utuh dapat disebabkan oleh suhu sekitar ruangan yang kurang mendukung saat dilakukan pengirisan selain itu masih tersisanya air atau alkohol dalam jaringan juga dapat menyulitkan dalam pengirisan. Batang klerek ini merupakan salah satu batang tumbuhan biji terbuka yang mempunyai korteks. Pada tingkat primer batang mempunyai berkas-berkas vaskular yang terpisah-pisah oleh daerah interfasikular yang relatif sempit (Setjo, 2004). Xilem primer berkas vaskular awal dapat ditemukan dekat dengan empulur, sedangkan floem primer hilang. Klerek mengalami pertumbuhan sekunder sehingga dapat ditemukan kambium. Jenis berkas pengangkut yang
  • 15. terdapat pada batang klerek adalah bikolateral, serta ditemukan juga jaringan penguat berupa sklerenkim yang berwarna merah keunguan mengelilingi stele. Irisan melintang batang jagung pada praktikum kali ini menunjukkan bentuk yang tidak jelas struktur jaringannya. Menurut literatur, seharusnya lapisan terluar batang jagung disusun oleh satu lapis epidermis. Daerah korteks batang jagung sempit. Daerah korteks batang jagung terdiri dari 2 sampai 3 lapis sklerenkima yang terdiri dari sel-sel serabut sklerenkima yang berlignin dan satu sampai dua lapis sel parenkimatik. Batas daerah korteks dengan silinder pusat tidak jelas. Ukuran sel-sel parenkima semakin ke dalam semakin besar. Berkas penngangkut yang bertipe kolateral tertutup fibrovaskuler tersebar di antara sel-sel parenkima. Ukuran berkas pengangkut semakin ke dalam semakin besar. Ciri khas pada berkas pengangkut batang jagung, xilem terdiri dari dua trakea besar kemudian dihubungkan dengan satu buluh cincin dan di antara floem dan xilem ditemukan ruang reksigen. Serabut sklerenkima mengelilingi seluruh berkas pengangkut. Tipe stele pada batang jagung disebut ataktostele (E-learning, 2010). Irisan melintang daun klerek tidak sempurna, tetapi masih terlihat adanya epidermis atas seperti pada gambar 4. Jaringan yang masih terlihat yaitu epidermis atas, jaringan palisade, jaringan bunga karang, dan sangat sedikit terlihat epidermis bawah. Gambar 4. Preparat irisan melintang daun klerek Tumbuhan sereh atau Cymbophogon nardus tergolong dalam tumbuhan monokotil. Pada gambar daun sereh, mesofil daun tidak terdiferensiasi menjadi jaringan bunga karang dan jaringan palisade tetapi preparat yang dihasilkan
  • 16. spesimennya pecah sehingga kurang bisa diamati. Xilem terdiri atas trakea dan floem yang terdiri atas buluh tapis dan sel pengiring. Tumbuhan monokotil mempunyai tipe berkas pengangkut kolateral tertutup (Setjo, 2001). Akar Helianthus mewakili akar dikotil pada tumbuhan. Preparat yang dihasilkan tidak dapat menunjukkan jaringan dan letak dari jaringan pengangkut. Secara umum, struktur jaringan pada akar dikotil tersusun atas selapis sel epidermis diikuti beberapa lapis sel korteks yang berbentuk isodiametris. Endodermis terlihat jelas, di bagian dalam terdapat kambium, berkas pengangkut tipe radial dan erdapat empulur di bagian tengah. Susunan jaringan akar Helianthus dapat dilihat pada gambar 5. Gambar 5. Penampang irisan melintang akar Helianthus annus Sumber: http://dunianyasari.blogspot.com/2010/12/dunia-tumbuhan.html Irisan akar jagung tidak dapat dibedakan jaringannya. Menurut literatur, tipe berkas pengangkut pada akar jagung radial dan tipe stele aktinostele. Letak xilem dan floem berganti-ganti ke arah pusat. Jari-jari xilem tampak seperti bintang sehingga dinamakan aktinostele. Xilem mungkin membentuk suatu teras padat yang terletak di tengah atau empulur yang parenkimatik atau sklerenkimatik seperti pada beberapa akar monokotil. Penampang melintang akar jagung ditunjukkan pada gambar 6.
  • 17. Gambar 6. Preparat irisan melintang akar Zea mays Sumber: http://guealey.blogspot.com/2012/06/anatomi-akar.html I. Diskusi 1. Apakah spesimen dalam preparat tampil utuh? Jika ada bagian spesimen yang terserak apa dugaan penyebabnya? Jawab: tidak, kebanyakan spesimen memiliki jringan dan sel-sel yang sudah rusak saat diamati di bawah mikroskop, hal itu mungkin disebabkan karena kesalahan prosedur dari praktikan saat melakukan tahap infiltrasi dan kesalahan pemilihan bahan. Seperti pada batang klerek, jaringan yang diambil terlalu tua, sehingga empulur batang tidak tersentuh oleh parafin pada saat tahap perembesan. 2. Apakah semua jaringan secara ideal terwakili pada preparat. Jika ada jaringan yang seharusnya ada, tetapi tidak tertampilkan pada preparat apa penyebabnya? Jawab: semua jaringan sudah terwakili pada preparat irisan melintang batang Sapindus rarak saja, untuk spesimen yang lain semua jaringan hancur dan hanya bisa ditemui beberapa sel saja. Hal tersebut disebabkan kesalahan prosedur saat deparafinasi yang menyebabkan sel-sel dalam jaringan rusak. 3. Apakah hasil pewarnaan sesuai dengan sifat/ciri khas sel dan jaringan seperti yang diharapkan? Jawab: pada sebagian spesimen warna sudah sesuai dengan jaringan seperti pada preparat irisan melintang batang dan daun Sapindus rarak, tetapi pada bahan akar jagung, helianthus serta batang jagung semuanya berwarna hijau. 4. Adakah bagian spesimen yang terlipat? Jika ada, apa penyebabnya? Jawab: ada, hal tersebut disebabkan kurang menempelnya spesimen pada kaca benda saat dilakukan pewarnaan, sehingga saat pencelupan sebagian irisan ada yang melayang dan menempel pada bagian lainnya 5. Apakah tibe irisan melintang atau longitudinal tertampilkan dengan baik pada preparat? Faktor-fakor apakah yang meenunjang keberhasilan penampilan preparat sehubungan dengan tipe irisan tersebut? Jawab: irisan melintang batang klerek sudah tertampilkan dengan baik, tetapi ada jaringan yang berlubang pada daerah empulur karena saat proses
  • 18. deparafinasi, parafin tidak dapat meresap ke dalam sel karena bahan spesimen yang diambil terlalu tua. J. Tugas mahasiswa 1. Bagaimana ketuaan bagian tumbuhan yang saudara ambil spesimennya? Jawab: pada sebagian spesimen organ yang diambil terlalu tua seperti pada batang klerek (Sapindus rarak), sedangkan spesimen yang lain memiliki tingkat ketuaan yang cukup 2. Mengapa spesimen yang diambil dari alam harus segera difiksasi? Jawab: agar sel-sel dalam jaringan spesimen tidak mengalami dehidrasi sebelum diperlakukan tahap-tahap proseduralnya, sehingga sel-selnya tidak mengkerut dan pecah K. Kesimpulan Preparat awetan irisan dengan metode parafin pada spesimen daun, batang, dan akar memiliki ciri khas dari segi anatomisnya melalui pewarnaan. Jaringan penguat dan pengangkut dapat menyerap warna merah, sedangkan jaringan parenkim menyerap warna hijau. L. Daftar Pustaka Rina, A. 2010. Metode Parafin. (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/MetodeParafin) Diakses 13 Mei 2013 Setjo, S.,dkk. 2004. Common Textbook : Anatomi Tumbuhan. Malang: JICA E-learning. 2010. Batang. (online) (http://e- learning.um.ac.id/mod/resource/view.php?id=1366) Diakses 13 Mei 2013 Kurniawan, W. 2010. Pembuatan Sediaan Irisan Jaringan Tumbuhan Dengan Metode Parafin. Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat