Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
Dokumen tersebut berisi laporan kasus tentang pasien laki-laki berusia 1 tahun yang mengalami diare akut disertai dehidrasi ringan. Pasien mengalami buang air besar lebih dari 5 kali sehari selama 2 hari dengan isi ampas dan berwarna kuning. Setelah pemeriksaan fisik dan diagnostik, pasien didiagnosis mengalami diare akut dan dehidrasi ringan serta mendapatkan penatalaksanaan berupa rehidrasi oral dan pengaw
Orchitis adalah kondisi inflamasi akut pada testis yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus seperti mumps. Pada kasus ini, pasien mengeluh nyeri pada buah zakar kiri selama 4 hari disertai demam dan bengkak pipi, yang didiagnosis menderita orchitis sebelah kiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang.
Jalan lahir normal & kala 3 & 4fikri asyura
Dokumen tersebut membahas tentang persalinan normal melalui jalan lahir, termasuk faktor-faktor yang harus diperhatikan, anatomi jalan lahir, teknik pemeriksaan dalam, tahapan kelahiran bayi dan plasenta, serta pengawasan pasca persalinan.
Dokumen tersebut membahas tentang hernia inguinalis yang merupakan penonjolan isi perut melalui defek di dinding perut di daerah inguen. Hernia inguinalis dibedakan menjadi direk dan indirek, dan disebabkan oleh prosesus vaginalis yang terbuka serta peningkatan tekanan intraabdomen. Diagnosa dan terapi hernia inguinalis hanya dapat dilakukan melalui operasi untuk mencegah komplikasi seperti inkarserasi.
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. bWoro Nugroho
Pasien laki-laki berusia 29 tahun datang dengan keluhan muntah dan nyeri perut sejak 2 hari. Didiagnosis dengan ileus obstruksi letak tinggi berdasarkan riwayat operasi sebelumnya dan hasil pemeriksaan fisik serta laboratorium. Dilakukan laparotomi eksplorasi dan penatalaksanaan.
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
Dokumen tersebut berisi laporan kasus tentang pasien laki-laki berusia 1 tahun yang mengalami diare akut disertai dehidrasi ringan. Pasien mengalami buang air besar lebih dari 5 kali sehari selama 2 hari dengan isi ampas dan berwarna kuning. Setelah pemeriksaan fisik dan diagnostik, pasien didiagnosis mengalami diare akut dan dehidrasi ringan serta mendapatkan penatalaksanaan berupa rehidrasi oral dan pengaw
Orchitis adalah kondisi inflamasi akut pada testis yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus seperti mumps. Pada kasus ini, pasien mengeluh nyeri pada buah zakar kiri selama 4 hari disertai demam dan bengkak pipi, yang didiagnosis menderita orchitis sebelah kiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang.
Jalan lahir normal & kala 3 & 4fikri asyura
Dokumen tersebut membahas tentang persalinan normal melalui jalan lahir, termasuk faktor-faktor yang harus diperhatikan, anatomi jalan lahir, teknik pemeriksaan dalam, tahapan kelahiran bayi dan plasenta, serta pengawasan pasca persalinan.
Dokumen tersebut membahas tentang hernia inguinalis yang merupakan penonjolan isi perut melalui defek di dinding perut di daerah inguen. Hernia inguinalis dibedakan menjadi direk dan indirek, dan disebabkan oleh prosesus vaginalis yang terbuka serta peningkatan tekanan intraabdomen. Diagnosa dan terapi hernia inguinalis hanya dapat dilakukan melalui operasi untuk mencegah komplikasi seperti inkarserasi.
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. bWoro Nugroho
Pasien laki-laki berusia 29 tahun datang dengan keluhan muntah dan nyeri perut sejak 2 hari. Didiagnosis dengan ileus obstruksi letak tinggi berdasarkan riwayat operasi sebelumnya dan hasil pemeriksaan fisik serta laboratorium. Dilakukan laparotomi eksplorasi dan penatalaksanaan.
Laporan kasus ini membahas kasus hipokalemia pada seorang pria dewasa. Pasien mengeluh lemas dan keram pada kaki selama dua hari. Pemeriksaan menunjukkan penurunan kekuatan otot dan refleks pada ekstremitas bawah serta kadar kalium serum rendah 2,5 mmol/L. Diagnosis hipokalemia ringan ditegakkan dan pasien diberi suplemen kalium secara oral dan infus.
Kasus ini mendiagnosis pasien dengan sindrom nefrotik berdasarkan gejala proteinuria masif, hipoalbuminemia, dan edema. Diagnosis bandingnya adalah glomerulonefritis akut pasca streptokokus karena hasil pemeriksaan anti streptolisin reaktif. Penatalaksanaannya meliputi rawat inap, diet protein rendah, obat prednison dan transfusi albumin.
USG penting untuk kehamilan karena aman, tidak invasif, dan dapat mendeteksi kelainan janin. USG 2D tetap menjadi standar untuk kehamilan sementara USG 3D dan 4D lebih bersifat hiburan. Tenaga kesehatan perlu memahami prinsip dan aplikasi USG untuk manajemen kehamilan dan deteksi dini kelainan.
Laporan kasus ini membahas kasus baru TB paru pada seorang perempuan berusia 21 tahun dengan keluhan batuk berdahak putih kekuningan selama 2 bulan. Pemeriksaan fisik menemukan tanda-tanda infeksi pernapasan. Hasil pemeriksaan dahak dan foto thoraks menunjukkan adanya infiltrat paru yang mendukung diagnosis TB paru aktif. Pasien mendapatkan terapi OAT kategori 1.
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.Bkoerniaso
Makalah ini membahas tentang hernia, termasuk definisi, komponen, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, diagnosis banding, komplikasi, penatalaksanaan, dan prognosis hernia."
Dokumen tersebut membahas tentang kasus appendisitis akut pada seorang perempuan berusia 17 tahun. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium, didiagnosis bahwa pasien mengalami appendisitis akut dan direncanakan untuk dilakukan appendektomi.
Dokumen tersebut membahas anatomi dan kelainan-kelainan telinga luar dan tengah. Terdapat penjelasan mengenai anatomi daun telinga, liang telinga, membran timpani, tulang pendengaran, otot telinga tengah, serta telinga dalam. Dibahas pula berbagai kelainan kongenital dan akuisitif yang dapat terjadi pada bagian-bagian tersebut seperti mikrotia, hematoma, infeksi, tumor, dan lain sebagain
Pasien wanita berusia 51 tahun dengan keluhan utama nyeri kepala dan riwayat hipertensi. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi, anemia, dan komplikasi hipertensi seperti CKD stadium IV, HHD, serta hipertensi urgensi. Rencana tindakan meliputi manajemen CKD, hipertensi, dan komplikasinya dengan obat, diet, dan monitoring.
Pasien perempuan berusia 52 tahun dirujuk ke rumah sakit dengan keluhan bibir mencong ke kanan dan mata kiri tidak bisa tertutup rapat. Pemeriksaan menemukan gangguan pada saraf wajah (Nervus Facialis) sebelah kiri. Diagnosisnya adalah parese nervus facialis tipe perifer sehingga didiagnosis menderita Bell's palsy. Pengobatan yang diberikan antara lain prednison dan antivirus.
Manuver Leopold adalah pemeriksaan ANC yang terdiri dari 4 langkah untuk menentukan posisi dan bagian tubuh janin dalam rahim ibu. Langkah pertama memeriksa bagian janin di fundus untuk menentukan usia kehamilan. Langkah kedua memeriksa letak punggung atau kaki janin di sisi perut. Langkah ketiga menentukan bagian janin di bagian bawah perut dan kontak dengan pintu panggul. Langkah keempat meng
Dokumen tersebut membahas tentang kehamilan ektopik, yaitu kondisi di mana janin berimplantasi dan tumbuh di luar rahim. Terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik seperti di saluran telur, ovarium, atau ligamen. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium serta ultrasonografi. Pengobatan utamanya adalah operasi untuk mengeluarkan janin dan organ yang terkena.
Dokumen tersebut membahas tentang colic abdomen atau rasa nyeri pada perut yang bersifat hilang timbul dan disebabkan oleh infeksi atau sumbatan organ dalam perut seperti empedu dan ginjal. Dokumen ini menjelaskan definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan diagnostik, komplikasi, dan penatalaksanaan medis dari kondisi colic abdomen.
Laporan kasus ini membahas kasus hipokalemia pada seorang pria dewasa. Pasien mengeluh lemas dan keram pada kaki selama dua hari. Pemeriksaan menunjukkan penurunan kekuatan otot dan refleks pada ekstremitas bawah serta kadar kalium serum rendah 2,5 mmol/L. Diagnosis hipokalemia ringan ditegakkan dan pasien diberi suplemen kalium secara oral dan infus.
Kasus ini mendiagnosis pasien dengan sindrom nefrotik berdasarkan gejala proteinuria masif, hipoalbuminemia, dan edema. Diagnosis bandingnya adalah glomerulonefritis akut pasca streptokokus karena hasil pemeriksaan anti streptolisin reaktif. Penatalaksanaannya meliputi rawat inap, diet protein rendah, obat prednison dan transfusi albumin.
USG penting untuk kehamilan karena aman, tidak invasif, dan dapat mendeteksi kelainan janin. USG 2D tetap menjadi standar untuk kehamilan sementara USG 3D dan 4D lebih bersifat hiburan. Tenaga kesehatan perlu memahami prinsip dan aplikasi USG untuk manajemen kehamilan dan deteksi dini kelainan.
Laporan kasus ini membahas kasus baru TB paru pada seorang perempuan berusia 21 tahun dengan keluhan batuk berdahak putih kekuningan selama 2 bulan. Pemeriksaan fisik menemukan tanda-tanda infeksi pernapasan. Hasil pemeriksaan dahak dan foto thoraks menunjukkan adanya infiltrat paru yang mendukung diagnosis TB paru aktif. Pasien mendapatkan terapi OAT kategori 1.
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.Bkoerniaso
Makalah ini membahas tentang hernia, termasuk definisi, komponen, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, diagnosis banding, komplikasi, penatalaksanaan, dan prognosis hernia."
Dokumen tersebut membahas tentang kasus appendisitis akut pada seorang perempuan berusia 17 tahun. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium, didiagnosis bahwa pasien mengalami appendisitis akut dan direncanakan untuk dilakukan appendektomi.
Dokumen tersebut membahas anatomi dan kelainan-kelainan telinga luar dan tengah. Terdapat penjelasan mengenai anatomi daun telinga, liang telinga, membran timpani, tulang pendengaran, otot telinga tengah, serta telinga dalam. Dibahas pula berbagai kelainan kongenital dan akuisitif yang dapat terjadi pada bagian-bagian tersebut seperti mikrotia, hematoma, infeksi, tumor, dan lain sebagain
Pasien wanita berusia 51 tahun dengan keluhan utama nyeri kepala dan riwayat hipertensi. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi, anemia, dan komplikasi hipertensi seperti CKD stadium IV, HHD, serta hipertensi urgensi. Rencana tindakan meliputi manajemen CKD, hipertensi, dan komplikasinya dengan obat, diet, dan monitoring.
Pasien perempuan berusia 52 tahun dirujuk ke rumah sakit dengan keluhan bibir mencong ke kanan dan mata kiri tidak bisa tertutup rapat. Pemeriksaan menemukan gangguan pada saraf wajah (Nervus Facialis) sebelah kiri. Diagnosisnya adalah parese nervus facialis tipe perifer sehingga didiagnosis menderita Bell's palsy. Pengobatan yang diberikan antara lain prednison dan antivirus.
Manuver Leopold adalah pemeriksaan ANC yang terdiri dari 4 langkah untuk menentukan posisi dan bagian tubuh janin dalam rahim ibu. Langkah pertama memeriksa bagian janin di fundus untuk menentukan usia kehamilan. Langkah kedua memeriksa letak punggung atau kaki janin di sisi perut. Langkah ketiga menentukan bagian janin di bagian bawah perut dan kontak dengan pintu panggul. Langkah keempat meng
Dokumen tersebut membahas tentang kehamilan ektopik, yaitu kondisi di mana janin berimplantasi dan tumbuh di luar rahim. Terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik seperti di saluran telur, ovarium, atau ligamen. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium serta ultrasonografi. Pengobatan utamanya adalah operasi untuk mengeluarkan janin dan organ yang terkena.
Dokumen tersebut membahas tentang colic abdomen atau rasa nyeri pada perut yang bersifat hilang timbul dan disebabkan oleh infeksi atau sumbatan organ dalam perut seperti empedu dan ginjal. Dokumen ini menjelaskan definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan diagnostik, komplikasi, dan penatalaksanaan medis dari kondisi colic abdomen.
1. Divertikulitis dan Crohn menyebabkan peradangan dan iritasi pada dinding usus besar yang dapat menyebabkan nyeri, gangguan eliminasi BAB, dan potensial gangguan nutrisi.
2. Kedua kondisi tersebut dapat menyebabkan perdarahan, pembengkakan, dan penyempitan lumen usus besar sehingga dapat mengganggu proses pencernaan dan absorpsi.
3. Asuhan keperawatan berfokus pada mengatasi nyeri, menjaga ke
Dokumen tersebut membahas berbagai topik mengenai infeksi, diantaranya:
1. Pneumonia, yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme termasuk S. pneumoniae, H. influenzae, dan virus. Gejala klinisnya dapat bervariasi.
2. Infeksi saluran kemih, yang umumnya disebabkan oleh E. coli. Bisa terjadi di bagian bawah atau atas saluran kemih.
3. Infeksi tulang dan jaringan lunak se
Henoch-Schönlein purpura (HSP) adalah vaskulitis pembuluh darah kecil yang disebabkan oleh deposisi kompleks imun IgA yang menyebabkan inflamasi dan nekrosis pembuluh darah, menimbulkan purpura yang dapat dipalpasi, nyeri sendi dan abdomen, serta komplikasi ginjal dan usus. HSP paling sering terjadi pada anak-anak dan pengobatan berfokus pada mengontrol gejala dan mencegah komplikasi.
Dokumen tersebut merupakan tugas mata kuliah Home Care yang membahas lima masalah keperawatan umum yang sering dihadapi di rumah sakit, yaitu gangguan integritas kulit, gangguan pola eliminasi, gangguan nutrisi, gangguan keseimbangan cairan, dan disfungsi neurovaskuler beserta definisi, diagnosa, rencana keperawatan, tujuan, kriteria keberhasilan, dan intervensi untuk masing-masing masalah kesehatan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang diagnosis dan penatalaksanaan pasien dengan keluhan akut abdomen.
2. Ada beberapa penyebab akut abdomen seperti trauma, infeksi, dan gangguan organ dalam perut.
3. Pemeriksaan fisik, laboratorium, dan imaging seperti USG dan CT scan diperlukan untuk mendiagnosis penyebabnya.
4. Penatalaksanaan bervariasi mulai dari konservatif hingga
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenitaldr. Bobby Ahmad
Dokumen tersebut membahas anatomi organ-organ pencernaan seperti hati, limpa, pankreas, vaskularisasi abdomen, dan kelainan kongenital yang dapat terjadi pada sistem pencernaan. Organ-organ tersebut dijelaskan fungsi dan strukturnya, serta bagaimana perdarahannya. Kelainan yang disebutkan antara lain atresia esofagus, stenosis duodenum, fibrosis kistik, divertikula, hernia, dan kelainan kongenital lainnya seperti at
Henoch–Schönlein purpura adalah penyakit vaskulitis sistemik yang ditandai dengan deposisi komplek imun IgA pada kulit dan ginjal, umumnya terjadi pada anak dan ditandai dengan purpura, nyeri sendi, dan nyeri perut. Sebagian besar kasus sembuh sendiri tanpa komplikasi, namun sebagian menyebabkan kerusakan ginjal. Penyebabnya belum jelas tetapi mungkin terkait infeksi atau obat.
Dokumen tersebut memberikan pedoman umum tentang pemeriksaan fisik pasien rawat inap oleh dokter muda, meliputi perlengkapan, keadaan umum pasien, pemeriksaan jantung, paru, dan sistem lainnya.
Dokumen tersebut berisi informasi mengenai beberapa obat, termasuk komposisi, indikasi, kontraindikasi, efek samping, dan dosisnya. Di antaranya adalah obat PANTERA untuk penyakit ulkus dan refluks, AMOXICILLIN untuk infeksi bakteri, dan CENDOXITROL untuk kondisi inflamasi mata.
1. Polio adalah penyakit menular yang disebabkan virus polio, yang dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan kelumpuhan. 2. Gejala polio meliputi demam, sakit kepala, muntah, sulit buang air besar, nyeri otot, dan dapat menyebabkan kelumpuhan. 3. Penularan polio terjadi secara langsung melalui feses, droplet, dan kontak oral-oral.
Management of interstitial fibrosis and tubular atrophy in renal transplantation
[1] Interstitial fibrosis and tubular atrophy (IFTA) is a major cause of chronic allograft nephropathy and long-term renal allograft loss. [2] IFTA can be caused by both immunological factors like acute rejection and chronic antibody-mediated rejection as well as non-immunological factors like CNI toxicity, viral infections, ischemia-reperfusion injury and hypertension. [3] Clinical management of IFTA focuses on assessing and addressing the underlying causes, tight blood pressure and glucose control, lipid management, and modulating immunosuppression when appropriate.
Juring gizi : AminoAcid Formula in PretermArgo Dio
The results are important because they show that using amino acid-based formula as a rescue strategy for feeding intolerance significantly reduced:
- Time to reach full enteral feeding (23.6 days vs 14 days)
- Time on parenteral nutrition (22.5 days vs 10.8 days)
- Time on central venous catheter (19.2 days vs 8 days)
This suggests amino acid-based formula is an effective strategy for improving important outcomes in very low birth weight infants with intrauterine growth restriction and feeding intolerance. The clinical significance is that it allows these high-risk infants to transition off parenteral nutrition and intravenous access more rapidly.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut berisi daftar diagnosa keperawatan NANDA (North American Nursing Diagnosis Association), NOC (Nursing Outcomes Classification), dan NIC (Nursing Interventions Classification) yang digunakan di Ruang I RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada bulan September 2008. Daftar tersebut mencakup 36 diagnosa keperawatan yang umum dijumpai beserta definisi masalah, tanda-tanda dan gejala, serta rencana intervensi keperawatan.
Henoch–Schönlein purpura (HSP) is a type of vasculitis that causes small vessel inflammation, especially in the skin, digestive tract, and kidneys. It is more common in children ages 4-7 and is often triggered by infections. The skin presents with purpuric rashes and joint pain. Gastrointestinal involvement can cause abdominal pain, bleeding, or intussusception. Kidney involvement results in proteinuria and potentially renal failure. Treatment involves steroids, immunosuppressants, and addressing complications like gastrointestinal bleeding. Prognosis is generally good but long term kidney issues can occasionally occur.
The document discusses acute myocardial infarction (IMI), including its definition, types, pathogenesis, risk factors, clinical presentation, diagnosis, and pathophysiology. IMI can be categorized as STEMI, NSTEMI, or unstable angina, depending on the severity of ischemia and extent of myocardial necrosis. It is usually caused by atherosclerosis leading to coronary thrombosis. Clinical diagnosis involves taking a medical history, physical examination, electrocardiogram, and lab tests.
GEA RINGAN SEDANG
Gastroenteritis akut dehidrasi ringan sedang
Mulai dari anamnesis pemeriksaan fisik pemeriksaan penunjang diagnosis banding hingga penegakan diagnosis serta tatalaksana yang tepat.
Terdapat skenario kasus dari pasien langsung yang di temui di Rumah sakit.
Manifestasi atipikal pada infeksi virus dengue dapat berupa demam tak terdiferensiasi, demam dengue atau DHF. Dokumen ini membahas kasus seorang wanita 32 tahun dengan keluhan nyeri perut kanan dan demam selama 11 hari yang diduga mengalami infeksi virus dengue bermanifestasi atipikal berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium.
1. Laporan kasus tentang pasien wanita berusia 43 tahun dengan keluhan nyeri ulu hati dan diagnosa cholelithiasis dan cholesistitis. 2. Pemeriksaan menemukan batu empedu multiple pada pemeriksaan USG abdomen. 3. Pasien dirawat inap dan diberi tatalaksana medikamentosa serta diet rendah lemak dan pulih dengan baik.
Pasien wanita berusia 60 tahun dirawat di rumah sakit karena gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang, gastritis, dan dispepsia yang ditandai dengan nyeri perut, banyaknya BAB cair, mual dan muntah. Diagnosis didukung oleh pemeriksaan fisik dan laboratorium. Pasien dirawat selama 14 hari dan kondisinya membaik dengan penatalaksanaan infus cairan dan antibiotik.
Cholelithiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau duktus koledokus. Pemeriksaan utama meliputi USG dan ERCP. Pengobatan definitifnya adalah kolesistektomi.
1. Pasien laki-laki usia 55 tahun dengan keluhan sesak nafas, bengkak badan, dan asites yang didiagnosis menderita cardiac sirosis, sirosis hati, asites permagna, dan efusi perikardium berdasarkan pemeriksaan fisik, laboratorium, dan gambar thoraks dan USG abdomen.
Dokumen tersebut merangkum kasus cholelithiasis pada seorang pria berusia 42 tahun yang mengalami nyeri perut kanan atas selama 4 bulan. Pasien didiagnosis dengan cholelithiasis, cholecystitis, dan hepatitis akut berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, dan ultrasonografi abdomen. Pasien direncanakan untuk menjalani kolesistektomi.
Pasien wanita berusia 22 tahun dengan keluhan utama gusi berdarah selama 6 hari. Pemeriksaan fisik menunjukkan gusi berdarah, mata konjungtiva pucat dan ikterik, serta bintik merah di kulit dan kaki. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan anemia berat dengan hemoglobin 8 g/dL, trombositopenia, dan peningkatan bilirubin total. Diagnosis awal adalah sindrom hemolitik uremik.
Laporan jaga di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin memberikan ringkasan tentang pasien laki-laki berusia 59 tahun dengan keluhan utama BAB hitam yang dialami selama 7 hari. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda anemia dan bengkak pada kaki. Hasil laboratorium menunjukkan anemia berat dengan Hb 3,9 g/dL.
Dokumen tersebut merangkum laporan kasus seorang pasien laki-laki berusia 14 tahun dengan diagnosis sindrom nefrotik yang ditandai dengan bengkak seluruh tubuh, hipoalbuminemia, dan proteinuria berat. Pasien menerima terapi obat-obatan seperti prednison, furosemide, dan albumin serta diet rendah garam. Kondisi pasien mengalami perbaikan dengan berkurangnya bengkak dan peningkatan albumin.
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati Diana Arwati
Pasien laki-laki berusia 47 tahun dirawat karena penurunan kesadaran dan sirosis hati dekompensasi akibat hepatitis B kronis. Pemeriksaan menunjukkan ikterus, ascites, dan nyeri hati. Hasil laboratorium menunjukkan anemia, trombositopenia, dan peningkatan enzim hati. USG menunjukkan sirosis hati dan hipertensi portal. Diagnosis akhir adalah ensefalopati hati, sirosis hati dekompensasi, dan hepatitis B
Oleh discusses imaging techniques for evaluating abdominal trauma in children. Key points include:
1. Computed tomography (CT) is the imaging method of choice for abdominal trauma due to its ability to detect injuries to solid organs and cavities. Sonography can also detect free fluid but has limitations.
2. Common injuries seen in children include liver lacerations and hematomas, splenic injuries like lacerations and fragmentation, and renal injuries such as contusions, lacerations, and hematomas.
3. Injuries are graded based on severity using standardized scales to determine need for intervention. Close monitoring is important as some injuries like smaller liver hematomas may resolve without surgery.
Formula Asam Amino dan Formula Protein Terhidrolisis pada BBLSRArgo Dio
Dokumen tersebut membahas tentang pemberian formula protein terhidrolisis dan formula asam amino pada bayi baru lahir dengan berat badan lahir sangat rendah. Formula-formula tersebut dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi prematur yang sulit mendapatkan asi ibu atau asi prematur. Formula-formula tersebut mengandung protein yang dihidrolisis sehingga berukuran lebih kecil untuk memudahkan pencernaan dan absorbsi oleh bayi prematur.
Seorang anak laki laki dengan sindrom syok dengueArgo Dio
Dokumen ini mencatat kasus seorang anak laki-laki berusia 13 tahun yang dirawat karena sindrom syok dengue. Pasien mengalami demam tinggi, nyeri otot dan sendi, serta trombosit rendah. Ia didiagnosis dengan dengue hemoragik grade IV karena prolongasi syok. Pasien diberi terapi cairan intravena, transfusi darah, dan antibiotik. Setelah beberapa hari, gejala dan hasil laboratoriumnya membaik.
Penelitian ini menilai nilai diagnostik dan prognostik procalcitonin (PCT) dan C-reactive protein (CRP) pada anak dengan malnutrisi berat yang terinfeksi. Subyek penelitian adalah 205 anak dengan malnutrisi berat di Nigeria yang dikelompokkan berdasarkan hasil diagnostik infeksi menjadi bakteremia, pneumonia, infeksi saluran kemih, diare infeksi, dan infeksi non-bakterial. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan
Analgesic Effect of Breast Milk Versus Sucrose for Analgesia During Heel Lanc...Argo Dio
Critical Medical Journal Appraisal.
TITLE : "Analgesic Effect of Breast Milk Versus Sucrose for Analgesia During Heel Lance in Late Preterm Infants"
by. Eva Simonse, Paul G. H. Mulder and Ron H. T. van Beek
Pediatrics 2012
Analgesic Effect of Breast Milk Versus Sucrose for Analgesia During Heel Lanc...
Henoch-Schonlein Purpura
1. Seorang Anak Perempuan dengan Purpura
Henoch-Schonlein, Kolesistitis,
Hipertensi, dan Gizi Baik
Pembimbing :
Prof. Dr. dr. B. Soebagyo, SpA(K)
dr. Ganung Harsono, SpA(K)
Argadia Y
Sajian Kasus Madya
1
2. Pendahuluan
PHS (PURPURA HENOCH-SCHONLEIN)
Henoch Schonlein Purpura (HSP)
Purpura Non-trombositopenia
• Vaskulitis tersering pada anak
• Vaskulitis autoimun sistemik : Kulit, Sendi, Saluran Cerna,
Ginjal (Nefritis)
3. Pendahuluan
3
PHS (PURPURA HENOCH-SCHONLEIN)
Henoch Schonlein Purpura (HSP)
Purpura Non-trombositopenia
• Vaskulitis tersering pada anak
• Vaskulitis autoimun sistemik : Kulit, Sendi, Saluran Cerna,
Ginjal (Nefritis)
KOLESISTITIS
• Radang pada kandung empedu
• Insidensi : jarang terjadi pada anak
• Faktor : Batu, infeksi, diet
Hipertensi
6. IDENTITAS PASIEN
6
IDENTITAS ANAK
Nama An. In
Usia 9 tahun 5 bulan
BB 32 kg
Tanggal Lahir 28 November 2014
Alamat Surakarta
Rekam Medis 01-25-02-80
Hari Masuk RS 14 April 2014
AYAH
Nama Tn. A
Usia 39 tahun
Pendidikan SMA
Pekerjaan Swasta
Alamat Surakarta
IBU
Nama Ny. N
Usia 34 tahun
Pendidikan SMA
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Alamat Surakarta
7. ANAMNESIS
7
KELUHAN UTAMA
NYERI PERUT
• Bintik kemerahan
• Demam (-), nyeri
kepala (-) mimisan
(-), gusi berdarah (-
), batuk (-), pilek (-
), sesak (-), mual/
muntah (-), nyeri
perut (-) keluhan
BAB/ BAK (-)
10 HARI
Sebelum Masuk RS
• Bintik kemerahan : Sebesar ujung jarum pentul
• mula-mula di tungkai bawah kanan kiri dan
semakin lama semakin menyebar di paha, dan
pantat
• Gatal (-), Nyeri (-)
(Rujukan dari RS Surakarta)
8. ANAMNESIS
8
KELUHAN UTAMA
NYERI PERUT
• Bintik kemerahan
• Demam (-), nyeri
kepala (-) mimisan
(-), gusi berdarah (-
), batuk (-), pilek (-
), sesak (-), mual/
muntah (-), nyeri
perut (-) keluhan
BAB/ BAK (-)
10 HARI
Sebelum Masuk RS
• Bintik kemerahan (+)
• Nyeri Perut :
• hilang timbul, seperti ditusuk-tusuk, di sekitar
pusar dan tidak menjalar ke daerah lain, tidak
dipengaruhi aktifitas, makanan, maupun cuaca.
• Perut membesar (-), mual/ muntah (-)
• Penurunan nafsu makan.
• BAB (-) 2 hari
• Nyeri sendi lutut :
• Hilang timbul, tidak dipengaruhi cuaca dingin,
sendi bengkak (-)
• Kontrol PUSKESMAS Rujuk RS
8 HARI
Sebelum Masuk RS
9. ANAMNESIS
9
PERAWATAN DI RS SURAKARTA
• Bintik kemerahan (+), nyeri
perut (+), nyeri sendi (+)
• Hb11,9 g/dl, hct 34%, AL 32
rb/μl, AT 279 rb/μl.
proteinuria (-), ketonuria (-),
leukosituria 3-4 sel /LPB, dan
eritrosit 1-2 sel/LPB
• Terapi : inj.Metilprednisolon,
inj.ranitidin, ibuproven dan
propepsa
8 HARI
Sebelum Masuk RS
• Bintik kemerahan (+) ↓, nyeri perut
(+) tetap, nyeri sendi (+) ↓
• BAB berwarna kecoklatan + bercak
darah, seperti bubur, frekuensi 3-5
kali/hari. Lendir (-)
• DIRUJUK KE RSDM
HARI MASUK RS
• Saat di IGD : BAB + bercak darah (+)
• Bintik kemerahan (+) ↓, nyeri perut
(+) tetap, nyeri sendi (+) ↓
• Demam (-), perut kembung (-), mual/
muntah (-), BAK normal
10. ANAMNESIS
10
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Keluhan serupa (nyeri perut, bintik
kemerahan, BAB darah) : Disangkal
• Riw. Mondok (-)
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
• Keluhan serupa (nyeri perut, bintik
kemerahan, BAB darah) : Disangkal
• Riw. Alergi (-)
RIWAYAT KEHAMILAN PERSALINAN
• Usia ibu 25 tahun, rutin kontrol, sakit
(-)
• Lahir Spontan, di bidan, langsung
menangis kuat. UK : 9 bulan BBL :
3000 gr
RIWAYAT IMUNISASI
• Sesuai Jadwal di KMS
• SD (+), kelas 1 dan kelas 2
• KESAN imunisasi sesuai jadwal
DEPKES
RIWAYAT PERKEMBANGAN
• Merangkak : 4 bulan,
• berjalan : 1 tahun.
• Saat ini : pasien duduk kelas 4 SD
dengan prestasi rata-rata dengan
teman sekelasnya dan belum pernah
tinggal kelas
RIWAYAT NUTRISI
• ASI : 0-6 bulan
• Sebelum sakit : Makan 2-3 x/hr, porsi ½
porsi dewasa, lauk pauk sayur (+)
bervariasi.
• Makan tidak teratur (-). Suka makanan
terlalu pedas/asam (-)
11. ANAMNESIS
39 th 34 th
11 th
An. I, 9 th, 10 kg
8 th 5 th 3,5 th
60 th 55 th 62 th 55 th
I.
II.
III.
12. PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM :
tampak sakit sedang, kesadaraan komposmentis, gizi kesan
baik
• HR 100 x/m;
• RR 25 x/m;
• suhu aksila 36,50C,
• TD 130/100 mmHg (Siastole dan Diastole > P99 +5mmHg
)
STATUS NUTRISI :
BB : 32 kg
TB : 138 cm
13. PEMERIKSAAN FISIK
13
Kepala Bentuk Mesosefal
Mata Konjuntica anemis (-/-), sklera icteric (-/-), reflek
cahaya (+/+), Pupil isokor
Hidung Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)
Telinga Sekret (-/-)
Mulut Mukosa bibir basah, gusi berdarah (-), Tonsil tidak
membesar, faring hiperemis (-)
Leher Pembesaran KGB (-)
14. PEMERIKSAAN FISIK
14
Thorak Normochest, statis dan dinamis simetris, retraksi (-)
Pulmo I: gerakan dada simetris saat diam maupun bergerak
P: fremitus raba kanan=kiri
P: sonor seluruh lapangan paru
A: suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)
Jantung I: iktus kordis tidak tampak
P: iktus kordis teraba di SIC IV LMCS, tidak kuat angkat
P: batas jantung kesan tidak melebar
A: bunyi jantung I-II intensitas normal, teratur, bising (-)
15. PEMERIKSAAN FISIK
15
Abdomen I : dinding perut sejajar dinding
dada
A : peristaltik (+) normal
P : timpani, pekak di regio hepar
P : supel, nyeri tekan (+)
hipokondri kanan, hepar &lien
tidak teraba membesar,
Nyeri tekan McBurney(-),
murphin sign (+), Chestboard
sign (-), Lingkar Perut 48 cm
16. PEMERIKSAAN FISIK
16
Ekstrimitas Tidak tampak pucat, akral tidak dingin, capillary refill
time kurang dari 2 detik dan arteri dorsalis pedis teraba
kuat
Genital Edema (-) sekret (-)
Rectal
Touch
Tonus otot musculus stingfer ani normal, tidak
ditemukan massa di anus, sarung tangan tidak ada
lendir dan darah.
Lain-lain Bleeding time 3,5 menit dan clotting time 6 menit
17. PEMERIKSAAN FISIK
17
LESI KULIT :
berupa lesi bewarna kemerahan
dengan permukaan menonjol
berukuran diameter bervariasi
antara 0,8-1,5cm tersebar merata
di daerah tungkai bawah kanan
kiri paha, dan kedua lengan atas
Sendi Lutut :
didapatkan kedua lutut tidak edema, tidak eritem,
tidak teraba hangat, tidak ada nyeri tekan, panjang
lingkar sendi terukur 30 cm / 30 cm dengan range of
motion sendi sebesar 1800 / 1800
19. DIAGNOSIS
1. Nyeri abdominal e/c DD gastritis, pankreatitis,
duodenitis, batu saluran kencing, infeksi
saluran kencing, kolesistitis, kolelitiasis,
inflammatory bowel disease;
2. Perdarahan saluran cerna e/c DD gastritis,
ulkus peptikum, divertikulum, polip usus,
inflammatory bowel disease, PHS;
3. Purpura Henoch-Schonlein (PHS),
4. Hipertensi derajat II e/c sekunder DD primer
5. Gizi Baik
19
20. TERAPI
• Pasien dipuasakan sementara dengan dipasang pipa lambung
(NGT) : bilas lambung dengan NaCl 0,9% tiap 8 jam;
• IVFD TPN D5% ¼NS 430ml + D40% 70ml, kecepatan 73ml/jam;
• inj. Furosemide 15mg/12jam;
• inj. Ranitidine 30mg/8jam.
• Prednison (tab 5 mg) 2-2-2 tab P.O.;
• Sucralfat 3x5ml P.O.
RENCANA
• IgA serum,
• konsultasi ke bagian Kulit dan Kelamin untuk biopsi kulit,
• pemeriksaan urin dan feses
• pemeriksaan radiologi abdomen 3 posisi, serta USG abdomen.
Monitoring keadaan umum dan tanda vital tiap 4 jam serta
balance cairan serta diuresis tiap 8 jam
20
21. Follow Up
Hari/
Tanggal
15 April 2014
S
Nyeri perut (+) berkurang, Bintik kemerahan di kulit (+) ↓, BAB (+) 2 x warna hitam
kemerahan seperti aspal. Nyeri sendi lutut (+). Demam (-), mual / muntah (-). Bilas
lambung hasil jernih tidak ada darah
O
KU sakit sedang. Vital Sign : HR : 88 x/’, RR : 24 x/’, T : 36,90C, TD : 110/80 mmHg
(p90-p99+5mmHg; HT derajat I).
PF : Purpura mulai mengering. Pemeriksaan fisik yang lain masih tetap. BC : -22,6
ml/kg/24jam, D : 1,17 ml/kg/jam.
Hasil radiologi abdomen 3 posisi tidak nampak gambaran illeus dan perforasi.
A
1. Nyeri abdominal e/c DD gastritis, pankreatitis, duodenitis, batu saluran kencing,
infeksi saluran kencing, kolesistitis, kolelitiasis, inflammatory bowel disease,
PHS;
2. Perdarahan saluran cerna bawah e/c PHS DD divertikulum, polip usus,
inflammatory bowel disease;
3. Purpura Henoch-Schonlein (PHS),
4. Hipertensi derajat I e/c Sekunder DD Primer
5. Gizi Baik
P
Tx : Terapi masih tetap
Plan : Pemeriksaan urin-feses & USG abdomen
Keluarga menolak untuk dilakukan pemeriksaan IgA dan biopsi kulit 21
22. Follow Up
Hari/
Tanggal
16-17 April 2014 (DPH 2-3)
S
Nyeri perut : berkurang. Bercak kemerahan menyebar sampai ke
punggung dan paha. BAB kemerahan (-)
O
KU sakit sedang. Vital Sign : HR 84 x/’, RR 22 x/’; t36,60C, TD 120/70 mmHg
PF : Purpura mulai mengering. Pemeriksaan fisik yang lain masih tetap.
BC : +400ml/kg/24jam, D : 1,43 ml/kg/jam.
URINALISA :
USG ABDOMEN :
FESES :
22
23. Follow Up
• URINALISA
– Kesan dalam batas normal, tidak terdapat
hematuria, tidak ditemukan protenuria, tidak ada
leukosituria maupun silinder
• Feses :
– feses berkonsistensi kenyal berwarna merah
kehitaman menyokong hasil melena serta tidak
ditemukan kuman pathogen dalam feses
• USG Abdomen
– Organ empedu dengan ukuran normal, dinding
menebal, sludge (+) yang menyokong ke arah
gambaran kolesistitis. Hepar, pankreas, ginjal,
kandung kemih, dan uterus tidak nampak kelainan
23
24. Follow Up
Hari/
Tanggal
16-17 April 2014 (DPH 2-3)
S
Nyeri perut : berkurang. Bercak kemerahan menyebar sampai ke
punggung dan paha. BAB kemerahan (-)
O
KU sakit sedang. Vital Sign : HR 84 x/’, RR 22 x/’; t36,60C, TD 120/70 mmHg
PF : Purpura mulai mengering. Pemeriksaan fisik yang lain masih tetap.
BC : +400ml/kg/24jam, D : 1,43 ml/kg/jam.
URINALISA :
USG ABDOMEN :
FESES
A
1. Purpura Henoch-Schonlein (PHS)
2. Kolesistitis
3. Riwayat perdarahan saluran cerna bawah e/c PHS;
4. Hipertensi derajat I e/c nefritis DD primer
5. Gizi Baik
P
Terapi : Diet intake peroral, Inj.Ampicillin Skin Test (+) inj.Cefotaxime,
Prednison Tab 4-3-3 mg
Plan : pemeriksaan fungsi hati
USG abdomen evaluasi 1 minggu lagi
24
25. Follow Up
Hari/
Tanggal
18-24 April 2014 (DPH 4-10)
S
Bercak kemerahan Mengering. Nyeri perut (+) kadang-kadang, BAB
kemerahan (+)
O
KU sakit sedang. Vital Sign : HR 80 x/’, RR 24 x/’; t36,70C, TD 110/70 mmHg
PF : Purpura mulai mengering. Pemeriksaan fisik yang lain masih tetap.
BC : +80ml/kg/24jam, D : 1,33 ml/kg/jam.
Hasil Test Fungsi Hepar : SGOT 34 µ/l, SGPT 30 µ/l, GGT 25 µ/l, ALP 55 µ/l,
billirubin total 0,9 mg/dl, billirubin direk 0,5 mg/dl, billirubin indirek 0,4
mg/dl, albumin 4,0 g/dl
A
1. Purpura Henoch-Schonlein (PHS)
2. Kolesistitis
3. perdarahan saluran cerna bawah e/c PHS;
4. Riwayat Hipertensi derajat I e/c nefritis DD primer
5. Gizi Baik
P
Pasien dipuasakan kembali .
Lain-lain tetap
25
26. Follow Up
Hari/
Tanggal
25-29 April 2014 (DPH 11-15)
S
BAB (-). Nyeri perut berkurang. Bintik kemerahan (+) mulai mengering
Nafsu makan pasien mulai membaik.
O
KU sakit sedang. Vital Sign : HR 88 x/’, RR 24 x/’; t36,60C, TD 110/70 mmHg
PF : Pemeriksaan fisik yang lain masih tetap.
A
1. Purpura Henoch-Schonlein (PHS)
2. Kolesistitis
3. Riwayat perdarahan saluran cerna bawah e/c PHS;
4. Riwayat Hipertensi derajat I e/c nefritis DD primer
5. Gizi Baik
P
Intake peroral
Lain-lain tetap
26
27. Follow Up
Hari/
Tanggal
29 April – 1 Mei 2014 (DPH 16-18)
S BAB (+), nafsu makan meningkat, nyeri perut (-), nyeri sendi (-)
O
KU sakit sedang. Vital Sign : HR 88 x/’, RR 20 x/’; t36,50C, TD 110/70 mmHg
PF : Pemeriksaan fisik yang lain masih tetap.
A
1. Purpura Henoch-Schonlein (PHS)
2. Kolesistitis
3. Riwayat perdarahan saluran cerna bawah e/c PHS;
4. Hipertensi derajat I e/c nefritis DD primer
5. Gizi Baik
P
Pasien dipulangkan
Prednison tab 4-3-3
Furosemide 2 x
27
29. 29
PURPURA
HENOCH-SCHONLEIN
DEFINISI
Merupakan sindrom klinis akibat sebuah penyakit vaskulitis
sistemik pada vaskular kecil dengan deposisi IgA
EPIDEMIOLOGI
• Penyakit vaskulitis terbanyak pada anak.
• Estimasi insidensi dari PHS diperkirakan sekitar 20,4 per
100.000 anak
• Kelompok usia terbanyak 4-6 tahun
• Laki-Laki : Perempuan = 1,8 : 1
PATOFISIOLOGI
• Etiologi PHS sendiri masih belum secara jelas diketahui
• Faktor Pencetus :
• Faktor Risiko : Umur, jenis kelamin, ras, musim
• Proses autoimun terbentuk IgA akumulasi di vesikel
kecil di kulit, ginjal, sendi, saluran cerna
31. 31
KOLESISTITIS
DEFINISI
Reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu.
Kolesistitis Kalkuli : Kolesistitis yang disertai adanya batu
empedu
Kolesistitis Akalkuli : Kolesistitis tanpa batu empedu
EPIDEMIOLOGI
• Perkiraan : 1,3 kasus tiap 1000 kasus dewasa.
• Laki-Laki ; Perempuan = 1:14.
• Hampir 90% Peradangan kandung empedu disertai
dengan adanya batu empedu (kolesistitis kalkuli) dan
sisanya tanpa ditemukan batu empedu sebagai penyebab
sumbatan
PATOFISIOLOGI
• stasis cairan empedu, infeksi kuman dan iskemia dinding
kandung empedu.
• Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu kandung
empedu (90%) sedangkan sebagian kecil kasus (10%) timbul
tanpa adanya batu empedu (kolesistitis akut akalkulus
32. 32
HIPERTENSI
DEFINISI
Hipertensi adalah nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan
atau diastolik lebih dari persentil ke 95 berdasarkan jenis
kelamin, usia, dan tinggi badan pada pengukuran sebanyak 3
kali atau lebih.
EPIDEMIOLOGI
• Angka kejadian hipertensi pada anak dan remaja
diperkirakan antara 1–3%.
PATOFISIOLOGI
• Penyebab hipertensi adalah primer (idiopatik) dan
sekunder..
33. 33
PENEGAKAN
DIAGNOSIS
Daftar Masalah :
• Nyeri perut
• Bintik-bintik kemerahan/purpura
• Perdarahan saluran cerna
• Hipertensi
• Hematuria
• Nyeri Sendi
• Penebalan sludge dinding kandung empedu
36. 36
Perdarahan
Abdominal
Perdarahan GIT
Hematemesis Melena Hematochezia
Diare berdarah,
Bercak darah
merah segar
Perdarahan
Masif
NGT DARAHNGT
ATAS ATAS BAWAHBAWAH
Algoritma Perdarahan Abdomen
Text Book of Pediatric Emergency Medicine, 2010
37. 37
PURPURA
HENOCH-SCHONLEIN
KRITERIA ARA DEFINISI
Purpura non trombositopenik
(Palpable purpura)
Lesi kulit hemoragik yang dapat diraba, terdapat elevasi kulit, tidak berhubungan
dengan trombositopenia
Usia onset < 20 tahun Onset gejala pertama < 20 tahun
Gejala abdominal / gangguan
saluran cerna (Bowel angina)
Nyeri abdominal difus, memberat setelah makan, atau diagnosis iskemia usus,
biasanya termasuk BAB berdarah
Granulosit dinding pada biopsi Perubahan histologi menunjukkan granulosit pada dinding arteri atau vena
PHS dapat ditegakkan apabila ada 2 dari 4 gejala diatas
KRITERIA EULAR
1. Adanya purpura atau petekia dengan lokasi predominan di ekstremitas bawah (jika lokasinya tidak khas diperlukan
biopsi untuk melihat adanya deposit IgA)
2. Ditambah 1 dari 4 kriteria berikut, yaitu :
a. Nyeri abdomen,
b. Histopatologi,
c. Artritis atau artralgia, dan
d. Keterlibatan ginjal
42. DIAGNOSIS KASUS
• Purpura Henoch-Schonlein
• Kolesistitis
• Hipertensi derajat I ec nefritis PHS
• Gizi Baik
42
43. TATALAKSANA
• Purpura Henoch-Schenloin
– Tidak ada pengobatan spesifik
– Terapi Suportif :
• Anti-Nyeri : Ibuproven, Paracetamol
– Steroid
• Predisone
• Indikasi : sindrom nefrotik menetap, edema,
perdarahan saluran cerna, nyeri abdomen berat,
keterlibatan susunan saraf pusat dan paru
• Dosis dapat dimaksimalkan Metylprednisolon
– Terapi Lain : Siklofospamide (EBM belum
lengkap)
43
44. TATALAKSANA
• KOLESISTITIS
– PEMBEDAHAN
– Konservatif
• ANTIBIOTIK :
– 50% infeksi
– mencegah komplikasi (peritonitis, kolangitis dan
septisemia.)
– Jenis : Golongan ampisilin, sefalosporin dan metronidazol.
Pada pasien yang memperlihatkan tanda sepsis lebih
dianjurkan pemberian antibiotik kombinasi.
• Terapi Suportif
44
45. TATALAKSANA
• HIPERTENSI
– Pra Hipertensi : diet dan gaya hidup
– Hipertensi derajat 1-2
• Anti Hipertensi
• LINI PERTAMA : Diuretik : Furosemide
• Evaluasi
– Menaikkan dosis
– Menambahkan jenis yang lain (ACE Inhibitor, Ca Antagonis)
45
46. TATALAKSANA
• SUPORTIF
– BEDREST
– NUTRISI
• Perdarahan saluran cerna : Dipuasakan + Total
Parietal Nutrition
• Diet lauk pauk 2000 kkal/hr, cukup protein, rendah
garam
46
47. PROGNOSIS
• PHS
– Sembuh Spontan (70%)
– Rekurensi (50%)
– <1% Gangguan Ginjal
– Evaluasi : Tekanan Darah, Urinalisa, Fungsi
Ginjal tiap 6 bulan
• KOLESISTITIS
– Ditangani : Perbaikan 1-4 hari
– Komplikasi : empiema dan perforasi kandung
empedu, fistel, abses hati atau peritonitis
– Rekurensi dapat terjadi
47