SlideShare a Scribd company logo
JIFANI RASYAD
20164011105
Refleksi Kasus
Gastroenteritis Akut
 IDENTITAS
 Nama : NY. M
 Umur : 60Tahun
 Alamat : Magelang
 Status : menikah
 Tanggal masuk RS : 23 September 2016
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Keluhan Utama : BAB Cair dan Nyeri Perut
 RPS :
Pasien baru dari IGD, datang dengan keluhan BAB Cair
dan Nyeri Perut sejak ± 3 hari SMRS. Dengan Frekuensi
5x dalam sehari terus menerus dan lokasi Nyeri pada ulu
hati dan perut kiri bawah disertai rasa terbakar. Pasien
juga mengeluhkan sesak nafas, Mual dan Muntah 3-4 kali
sehari disertai demam sejak BAB cair. Keluhan belum
pernah diobati dan aktivitas terganggu.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Penyakit serupa disangkal
 Penyakit hipertensi disangkal
 Penyakit DM disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
 Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa
 Penyakit hipertensi disangkal
 Penyakit DM disangkal
Riwayat Personal Sosial :
 Pasien seorang penggemar makanan pedas dan setiap hari
mengkonsumsi Jamu.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum : sedang
B. Kesadaran : compos mentis
C. Status Gizi : Gemuk
D. Vital sign :
tekanan darah : 110/70 mmHg
nadi : 84 x/menit, reguler
suhu : 37 oc
frekuensi pernafasan : 44 x/menit
Kepala : Ubun-ubun besar celang (-)
Mata: conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) edem
palpebra (-/-) , mata cekung (-) , air mata (+)
Hidung: sekret (-), epistaksis (-)
Telinga: nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), hearing loss (-
)
Mulut: bibir pucat (+), gusi berdarah (-), Lidah kotor (+)
Tenggorokan: faring hiperemis (-)
Leher
JVP tidak meningkat, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran limfonodi (-)
Paru
Inspeksi: pergerakan dada simetris, retraksi (-), penggunaan otot-
otot aksesorius respirasi (-)
Perkusi: paru kanan sonor, paru kiri sonor
Palpasi: ketinggalan gerak (-/-) , focal fremitus baik
Auskultasi: SDV (+/+), ronkhi basah halus(-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
Perkusi: Batas atas di SIC II parasternal kiri
Batas kanan di SIC VI parasternal kanan
Batas kiri di SIC VI linea axila anterior
Palpasi: ictus cordis teraba di 2 jari sebelah medial SIC IV LMC
Auskultasi: S1>S2, reguler, ST (-)
Abdomen
Inspeksi: buncit, caput medussa (-), striae (-)
Auskultasi: bising usus (+) N, peristaltik (+)
Perkusi: timpani (+) undulasi (+) shifting dullness (+), ascites
(+)
Palpasi: supel (+) nyeri tekan abdomen (+) bagian Epigastrium
dan lumbar kiri
hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas
Akral hangat (+/+)
Edema tungkai bawah (+/+) non pitting
24/09/2016 25/09/2016 26/09/2016
S
• Sesak (+)
• Nyeri perut(+)
• BAB Cair (+) 3 X
• mual(+) muntah (-)
• Rasa Kembung pada perut
• Demam (-)
• Nyeri perut(+)
• BAB Cair (+) 5X
• mual(-) muntah (-)
• Rasa Kembung pada perut
• Demam (-)
• Nyeri perut(+)
• BAB Cair (+) 2 X
• mual(-) muntah (-)
• Rasa Kembung pada perut
• Demam (-)
O
TD: 90/60, N:108, R:36, t:36
I : Buncit, massa (-), Caput medusa (-)
Aus : BU (+), Peristaltik (+)
Per : Timpani - redup (+), Shifting
dullnes (+)
pal : Nyeri tekan Epigastrium dan lumbar
kiri, Hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Murphi sign (-), psoas sign (-), ketok
ginjal (-)
TD: 120/80, N:80, R:40, t:36
I : Buncit, massa (-), Caput medusa (-)
Aus : BU (+), Peristaltik (+)
Per : Timpani - redup (+), Shifting
dullnes (+)
pal : Nyeri tekan Epigastrium dan
lumbar kiri, Hepar tidak teraba, lien
tidak teraba
Murphi sign (-), psoas sign (-), ketok
ginjal (-)
TD: 110/70, N:90, R:20, t:37,8
I : Buncit, massa (-), Caput medusa
(-)
Aus : BU (+), Peristaltik (+)
Per : Timpani - redup (+), Shifting
dullnes (+)
pal : Nyeri tekan Epigastrium dan
lumbar kiri, Hepar tidak teraba,
lien tidak teraba
Murphi sign (-), psoas sign (-),
ketok ginjal (-)
A
Gastroenteritis akut dengan dehidrasi
sedang
Gastritis
dispepsia
Gastroenteritis akut dengan dehidrasi
sedang
Gastritis
dispepsia
Gastroenteritis akut dengan
dehidrasi sedang
Gastritis
dispepsia
P
Inf. Asering
Inj. Ranitidine
Inj. Ketorolac
Diatab
Pamol
Inf. Asering
Inj. Ranitidine
Inj. Ketorolac
Diatab
Pamol
Inf. Asering
Inj. Ranitidine
Inj. Ketorolac
Diatab
Pamol
27/09/2016 28/09/2016 29/09/2016
S
• Nyeri perut(+)
• BAB Cair (+) 3 X
• mual(+) muntah (-)
• Rasa Kembung pada perut
• Demam (-)
• Nyeri perut(+)
• BAB Cair (+) 2X
• mual(-) muntah (-)
• Rasa Kembung pada perut
• Demam (-)
• Nyeri perut(+)
• BAB Cair (+) 3X
• mual(-) muntah (-)
• Rasa Kembung pada perut
• Demam (-)
O
TD: 150/80, N:103, R:20, t:37
I : Buncit, massa (-), Caput medusa (-)
Aus : BU (+), Peristaltik (+)
Per : Timpani - redup (+), Shifting dullnes
(+)
pal : Nyeri tekan Epigastrium dan lumbar
kiri dan kanan, Hepar tidak teraba, lien
tidak teraba
Murphi sign (-), psoas sign (-), ketok ginjal
(-)
TD: 120/80, N:70, R:20, t:36
I : Buncit, massa (-), Caput medusa (-)
Aus : BU (+), Peristaltik (+)
Per : Timpani - redup (+), Shifting
dullnes (+)
pal : Nyeri tekan Epigastrium dan
lumbar kiri, Hepar tidak teraba, lien
tidak teraba
Murphi sign (-), psoas sign (-), ketok
ginjal (-)
TD: 120/60, N:64, R:20, t:37,8
I : Buncit, massa (-), Caput medusa
(-)
Aus : BU (+), Peristaltik (+)
Per : Timpani - redup (+), Shifting
dullnes (+)
pal : Nyeri tekan Epigastrium dan
lumbar kiri, Hepar tidak teraba, lien
tidak teraba
Murphi sign (-), psoas sign (-), ketok
ginjal (-)
A
Gastroenteritis akut dengan dehidrasi
sedang
Gastritis
dispepsia
Gastroenteritis akut dengan dehidrasi
sedang
Gastritis
dispepsia
Gastroenteritis akut dengan
dehidrasi sedang
Gastritis
dispepsia
P
Inf. Asering
Inf. Aminofluid
Inj. Ranitidine
Inj. Ketorolac
Diatab
Pamol
Inf. Asering
Inj. Ranitidine
Inj. Ketorolac
Diatab
Pamol
Ceftriaxole
metrinidazole
Inf. Asering
Inj. Ranitidine
Inj. Ketorolac
Diatab
Pamol
Ceftriaxole
metrinidazole
30/09/2016 01/10/2016 02/10/2016
S
• Nyeri perut(+)
• BAB Cair (+) 3 X
• mual(+) muntah (-)
• Rasa Kembung pada perut
• Demam (-)
• Nyeri perut(+)
• BAB Cair (+) 1X
• mual(-) muntah (-)
• Rasa Kembung pada perut
• Demam (-)
• Nyeri perut(+)
• BAB Cair (+) 1X
• mual(-) muntah (-)
• Rasa Kembung pada perut
• Demam (-)
O
TD: 130/80, N:84, R:20, t:36
I : Buncit, massa (-), Caput medusa (-)
Aus : BU (+), Peristaltik (+)
Per : Timpani - redup (+), Shifting
dullnes (+)
pal : Nyeri tekan Epigastrium dan lumbar
kiri dan kanan, Hepar tidak teraba, lien
tidak teraba
Murphi sign (-), psoas sign (-), ketok
ginjal (-)
TD: 100/70, N:104, R:20, t:36
I : Buncit, massa (-), Caput medusa (-)
Aus : BU (+), Peristaltik (+)
Per : Timpani - redup (+), Shifting
dullnes (+)
pal : Nyeri tekan Epigastrium dan
lumbar kiri, Hepar tidak teraba, lien
tidak teraba
Murphi sign (-), psoas sign (-), ketok
ginjal (-)
TD: 120/60, N:64, R:20, t:37,8
I : Buncit, massa (-), Caput medusa
(-)
Aus : BU (+), Peristaltik (+)
Per : Timpani - redup (+), Shifting
dullnes (+)
pal : Nyeri tekan Epigastrium dan
lumbar kiri, Hepar tidak teraba,
lien tidak teraba
Murphi sign (-), psoas sign (-),
ketok ginjal (-)
A
Gastroenteritis akut dengan dehidrasi
sedang
Gastritis
dispepsia
Gastroenteritis akut dengan dehidrasi
sedang
Gastritis
dispepsia
Gastroenteritis akut dengan
dehidrasi sedang
Gastritis
dispepsia
P
Inf. Asering
Inf. Aminofluid
Inj. Ranitidine
Inj. Ketorolac
Diatab
Inj. Ceftriaxone
Inj. Metronidazole
Inf. Asering
Inj. Ranitidine
Inj. Ketorolac
Diatab
Inj. Ceftriaxole
Inj. Metronidazole
Zink Tab
Kalbumin
Inf. Asering
Inj. Ranitidine
Inj. Ketorolac
Diatab
Pamol
Zink Tab
Kalbumin
Pemeriksaan Penunjang
24-09-2016 25-09-2016 27-09-2016 30-09-2016
Darah lengkap Angka Trombosit : 98 (L)
Hb : 12,9 g/dl
(11.5 – 16.5)
Netrofil Segmen 78 (H) Pemeriksaan Feces : Pemeriksaan Elektrolit :
Limfosit 8 (L) Limfosit 8 (L)
Monosit 12 (H)
Leukosit 1+
Eritrosit 1+
Kalium 3.09 (L)
A.Trombosit :
528 10Ʌ3/ul
(H) (150 -450)
MCH 26.6 (L) Bakteri 1+
Lemak 1+
Rontgen Thorax : USG Abdomen :
Fungsi ginjal Cor dan Pulmo DBN Dalam Batas Normal
Ureum: 50.0
mg/dl (H) (16.6
– 48.5)
Kreatinin: 1.30
mg/dl (H) (0.51
– 0.95)
Pemeriksaan
Elektrolit :
Kalium 2.80
(L)
Gastroenteritis Akut dengan
Dehidrasi derajat sedang
Gastritis
 Dispepsia
Diagnosis
Masalah yang dikaji
- Bagaimana penegakan diagnosis GEA?
- Bagaimana penatalaksanaan pada GEA?
PPOK
 Penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di
saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel
parsial.
 PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan
keduanya.
 Faktor Resiko:
 Kebiasaan Merokok
 Riwayat terpapar Polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
 Hiperaktiviti Bronkus
 Riwayat Infeksi saluran nafas berulang
 Defisiensi antitripsin alfa-1 (jarang di Indonesia)
Patogenesis
Gambaran Klinis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
Penunjang
Differential Diagnostic
anamnesis
 Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa
gejala pernapasan
 Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
 Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
 Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis
berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi
 saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi
udara
 Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
 Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
 Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
 Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
 Penggunaan otot bantu napas
 Hipertropi otot bantu napas
 Pelebaran sela iga
 Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i leher dan edema tungkai
 Penampilan pink puffer atau blue bloater
 • Palpasi
 Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
 • Perkusi
 Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong
 ke bawah
 • Auskultasi
 suara napas vesikuler normal, atau melemah
 terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
 ekspirasi memanjang
 bunyi jantung terdengar jauh
Pemeriksaan Penunjang
 a. Pemeriksaan rutin
1. Faal paru
• Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP
- Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP1/KVP ( % ).
Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 %
VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK
dan
memantau perjalanan penyakit.
Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupun
kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi
dan sore, tidak lebih dari 20%
• Uji bronkodilator
- Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter.
Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit kemudian
dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan
< 200 ml
- Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil
Pemeriksaan Penunjang
2. Darah rutin
Hb, Ht, leukosit
3. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain
Pada emfisema terlihat gambaran :
- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Ruang retrosternal melebar
- Diafragma mendatar
- Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop
appearance)
Pada bronkitis kronik :
• Normal
• Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus
Diagnosis Banding
Diagnosis Banding
KLASIFIKASI
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :
1. Edukasi
2. Obat - obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
EDUKASI
Berdasarkan derajat penyakit :
Ringan
 Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel
 Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, antara lain
berhenti
 merokok
 Segera berobat bila timbul gejala
Sedang
 Menggunakan obat dengan tepat
 Mengenal dan mengatasi eksaserbasi dini
 Program latihan fisik dan pernapasan
Berat
 Informasi tentang komplikasi yang dapat terjadi
 Penyesuaian aktiviti dengan keterbatasan
 Penggunaan oksigen di rumah
Farmakoterapi
a. Bronkodilator
 Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan
disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit ( lihat tabel 2 ). Pemilihan
bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan
jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat (
slow release ) atau obat berefek panjang ( long acting ).
 Macam - macam bronkodilator :
 Golongan antikolinergik
 Golongan agonis beta - 2
 Kombinasi antikolinergik dan agonis beta - 2
 Golongan xantin
b. Antiinflamasi
 Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena,
berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau
prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti
uji kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan VEP1 pascabronkodilator
meningkat > 20% dan minimal 250 mg.
c. Antibiotika
 Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :
 Lini I : amoksisilin, makrolid
 Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat, sefalosporin, kuinolon,
makrolid baru
d. Antioksidan
 Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup,
digunakan N - asetilsistein.
 Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak
dianjurkan sebagai pemberian yang rutin
e. Mukolitik
 Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan
mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik
dengan sputum yang viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK
bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.
f. Antitusif
 Diberikan dengan hati - hati
3. Terapi Oksigen
 Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang
menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler
dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ - organ lainnya.
Indikasi
 Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90%
 Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor Pulmonal,
perubahan P pullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda gagal jantung kanan, sleep
apnea, penyakit paru lain
Macam terapi oksigen :
 Pemberian oksigen jangka panjang
 Pemberian oksigen pada waktu aktiviti
 Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak
 Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal napas
4. Ventilasi Mekanik
 Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi
dengan gagal napas akut, gagal napas akut pada gagal napas
kronik atau pada pasien PPOK derajat berat dengan napas
kronik. Ventilasi mekanik dapat digunakan di rumah sakit di
ruang ICU atau di rumah.
5. Nutrisi
 Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena
bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi
yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni
menyebabkan terjadi hipermetabolisme. Kondisi malnutrisi akan
menambah mortaliti PPOK karena berkolerasi dengan derajat
penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darah
6. Rehabilitasi PPOK
 Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan
dan memperbaiki kualiti hidup penderita PPOK
Algoritme penatalaksanaan PPOK eksaerbasi akut di rumah dan
pelayanan kesehatan primer / Puskesmas
KOMPLIKASI
1. Gagal napas
Gagal napas kronik :
 Hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg dan Pco2 > 60 mmHg, dan pH normal, penatalaksanaan :
 Jaga keseimbangan Po2 dan PCo2
 Bronkodilator adekuat
 Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu tidur
 Antioksidan
 Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing
Gagal napas akut pada gagal napas kronik, ditandai oleh :
 Sesak napas dengan atau tanpa sianosis
 Sputum bertambah dan purulen
 Demam
 Kesadaran menurun
2. Infeksi berulang
 Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal
ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Pada kondisi kronik ini imuniti menjadi lebih rendah,
ditandai dengan menurunnya kadar limposit darah.
3. Kor pulmonal :
 Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 %, dapat disertai gagal jantung kanan
KESIMPULAN
Alhamdulillah...

More Related Content

What's hot

Manajemen akut abdomen by dr. djoko, sp b
Manajemen akut abdomen by dr. djoko, sp bManajemen akut abdomen by dr. djoko, sp b
Manajemen akut abdomen by dr. djoko, sp b
Suharti Wairagya
 
Kasus dkt solo zakaria
Kasus dkt solo zakariaKasus dkt solo zakaria
Kasus dkt solo zakaria
Zakaria Rahman
 
Laporan kasus graves disease
Laporan kasus graves diseaseLaporan kasus graves disease
Laporan kasus graves diseaseNoorahmah Adiany
 
Omi anteroseptal dan hypertension heart disease (hhd)
Omi anteroseptal dan hypertension heart disease (hhd)Omi anteroseptal dan hypertension heart disease (hhd)
Omi anteroseptal dan hypertension heart disease (hhd)Yessi Perlitasari
 
Kasus kecil_hematemesis melena
Kasus kecil_hematemesis melenaKasus kecil_hematemesis melena
Kasus kecil_hematemesis melenaTBM Ischiadicus
 
Cardiac sirosis
Cardiac sirosisCardiac sirosis
Cardiac sirosis
Aditha Ajemptna
 
Responsi sirosis hati rkg
Responsi sirosis hati  rkgResponsi sirosis hati  rkg
Responsi sirosis hati rkgRudy Kg
 
91722104 case-dr-andi-fajar
91722104 case-dr-andi-fajar91722104 case-dr-andi-fajar
91722104 case-dr-andi-fajar
homeworkping4
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brTeye Onti
 
Ileus Obstruktif.pptx
Ileus Obstruktif.pptxIleus Obstruktif.pptx
Ileus Obstruktif.pptx
NandaSyauqiwijaya
 
Referrat Liver Asbcess
Referrat Liver AsbcessReferrat Liver Asbcess
Referrat Liver Asbcess
Soroy Lardo
 
Soal ileus
Soal ileusSoal ileus
Soal ileusrakkas
 
Bedah Abdomen
Bedah AbdomenBedah Abdomen
Bedah Abdomen
davidkurniawan
 
Acute Abdomen
Acute AbdomenAcute Abdomen
Acute Abdomen
Muhammad Nasrullah
 
Seorang anak laki laki dengan sindrom syok dengue
Seorang anak laki laki dengan sindrom syok dengueSeorang anak laki laki dengan sindrom syok dengue
Seorang anak laki laki dengan sindrom syok dengue
Argo Dio
 
Case Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart DiseaseCase Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart Disease
Dondy Juliansyah
 

What's hot (20)

Manajemen akut abdomen by dr. djoko, sp b
Manajemen akut abdomen by dr. djoko, sp bManajemen akut abdomen by dr. djoko, sp b
Manajemen akut abdomen by dr. djoko, sp b
 
Dispepsia
DispepsiaDispepsia
Dispepsia
 
Kasus dkt solo zakaria
Kasus dkt solo zakariaKasus dkt solo zakaria
Kasus dkt solo zakaria
 
Laporan kasus graves disease
Laporan kasus graves diseaseLaporan kasus graves disease
Laporan kasus graves disease
 
Omi anteroseptal dan hypertension heart disease (hhd)
Omi anteroseptal dan hypertension heart disease (hhd)Omi anteroseptal dan hypertension heart disease (hhd)
Omi anteroseptal dan hypertension heart disease (hhd)
 
Kasus kecil_hematemesis melena
Kasus kecil_hematemesis melenaKasus kecil_hematemesis melena
Kasus kecil_hematemesis melena
 
Colic abdomen
Colic abdomenColic abdomen
Colic abdomen
 
Cardiac sirosis
Cardiac sirosisCardiac sirosis
Cardiac sirosis
 
Abses hepar AKPER PEMKAB MUNA
Abses hepar AKPER PEMKAB MUNA Abses hepar AKPER PEMKAB MUNA
Abses hepar AKPER PEMKAB MUNA
 
Responsi sirosis hati rkg
Responsi sirosis hati  rkgResponsi sirosis hati  rkg
Responsi sirosis hati rkg
 
91722104 case-dr-andi-fajar
91722104 case-dr-andi-fajar91722104 case-dr-andi-fajar
91722104 case-dr-andi-fajar
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Ileus Obstruktif.pptx
Ileus Obstruktif.pptxIleus Obstruktif.pptx
Ileus Obstruktif.pptx
 
Referrat Liver Asbcess
Referrat Liver AsbcessReferrat Liver Asbcess
Referrat Liver Asbcess
 
Soal ileus
Soal ileusSoal ileus
Soal ileus
 
Bedah Abdomen
Bedah AbdomenBedah Abdomen
Bedah Abdomen
 
Acute Abdomen
Acute AbdomenAcute Abdomen
Acute Abdomen
 
Seorang anak laki laki dengan sindrom syok dengue
Seorang anak laki laki dengan sindrom syok dengueSeorang anak laki laki dengan sindrom syok dengue
Seorang anak laki laki dengan sindrom syok dengue
 
Abses hati
Abses hatiAbses hati
Abses hati
 
Case Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart DiseaseCase Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart Disease
 

Similar to Gastrointestinal Akut (resus dr.maria)

Laporan kasus
Laporan kasusLaporan kasus
Laporan kasus
Shabrina Shabrina
 
app perforasi.pptx
app perforasi.pptxapp perforasi.pptx
app perforasi.pptx
CintyaRolita1
 
LAPORAN KASUS.pptx
LAPORAN KASUS.pptxLAPORAN KASUS.pptx
LAPORAN KASUS.pptx
muhammadfaris643105
 
Lapkas colelithiasis
Lapkas colelithiasisLapkas colelithiasis
Lapkas colelithiasis
Ferdi Stefiyan
 
Kasus pneumonia.pptx
Kasus pneumonia.pptxKasus pneumonia.pptx
Kasus pneumonia.pptx
samuelionardi
 
Presentasi kasus congestive heart failure
Presentasi kasus congestive heart failurePresentasi kasus congestive heart failure
Presentasi kasus congestive heart failure
Letta Samudra
 
Atypical Manifestations dengue virus infection
Atypical Manifestations dengue virus infection Atypical Manifestations dengue virus infection
Atypical Manifestations dengue virus infection
Soroy Lardo
 
portofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akutportofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akut
Reny Erawati
 
Kolelitiasis lapsus Rezza.docx
Kolelitiasis lapsus Rezza.docxKolelitiasis lapsus Rezza.docx
Kolelitiasis lapsus Rezza.docx
MohammadRezzaRizaldi
 
cholelithiasis
cholelithiasischolelithiasis
cholelithiasis
Okvianto Budiman
 
Case Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
Case Report Peritonitis Generalisata ec App PerforasiCase Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
Case Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
AbigailMadeline1
 
Ppt case bp david
Ppt case bp davidPpt case bp david
Ppt case bp david
David Andrean Natanael
 
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptxPPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
AlisiaNurjannah
 
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2dDokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
najmiatulislami
 
119497230 gastropati-nsaid
119497230 gastropati-nsaid119497230 gastropati-nsaid
119497230 gastropati-nsaidRais Reskiawan
 
kasus-kolelitiasis_compress.pdf
kasus-kolelitiasis_compress.pdfkasus-kolelitiasis_compress.pdf
kasus-kolelitiasis_compress.pdf
Asri83231
 
Lapsus tbc rossy
Lapsus tbc rossyLapsus tbc rossy
Lapsus tbc rossy
Rossy Kris Valentina
 
Case OMSK
Case OMSKCase OMSK
Case OMSK
Teo Wijaya
 

Similar to Gastrointestinal Akut (resus dr.maria) (20)

Laporan kasus
Laporan kasusLaporan kasus
Laporan kasus
 
app perforasi.pptx
app perforasi.pptxapp perforasi.pptx
app perforasi.pptx
 
LAPORAN KASUS.pptx
LAPORAN KASUS.pptxLAPORAN KASUS.pptx
LAPORAN KASUS.pptx
 
Lapkas colelithiasis
Lapkas colelithiasisLapkas colelithiasis
Lapkas colelithiasis
 
Kasus pneumonia.pptx
Kasus pneumonia.pptxKasus pneumonia.pptx
Kasus pneumonia.pptx
 
Presentasi kasus congestive heart failure
Presentasi kasus congestive heart failurePresentasi kasus congestive heart failure
Presentasi kasus congestive heart failure
 
Atypical Manifestations dengue virus infection
Atypical Manifestations dengue virus infection Atypical Manifestations dengue virus infection
Atypical Manifestations dengue virus infection
 
Tifoid Pada Anak
Tifoid Pada AnakTifoid Pada Anak
Tifoid Pada Anak
 
portofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akutportofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akut
 
Presus
PresusPresus
Presus
 
Kolelitiasis lapsus Rezza.docx
Kolelitiasis lapsus Rezza.docxKolelitiasis lapsus Rezza.docx
Kolelitiasis lapsus Rezza.docx
 
cholelithiasis
cholelithiasischolelithiasis
cholelithiasis
 
Case Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
Case Report Peritonitis Generalisata ec App PerforasiCase Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
Case Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
 
Ppt case bp david
Ppt case bp davidPpt case bp david
Ppt case bp david
 
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptxPPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
 
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2dDokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
 
119497230 gastropati-nsaid
119497230 gastropati-nsaid119497230 gastropati-nsaid
119497230 gastropati-nsaid
 
kasus-kolelitiasis_compress.pdf
kasus-kolelitiasis_compress.pdfkasus-kolelitiasis_compress.pdf
kasus-kolelitiasis_compress.pdf
 
Lapsus tbc rossy
Lapsus tbc rossyLapsus tbc rossy
Lapsus tbc rossy
 
Case OMSK
Case OMSKCase OMSK
Case OMSK
 

Recently uploaded

Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
ReniAnjarwati
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
meta emilia surya dharma
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
AFMLS
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf
jualobat34
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 

Recently uploaded (20)

Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 

Gastrointestinal Akut (resus dr.maria)

  • 2.  IDENTITAS  Nama : NY. M  Umur : 60Tahun  Alamat : Magelang  Status : menikah  Tanggal masuk RS : 23 September 2016  Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
  • 3.  Keluhan Utama : BAB Cair dan Nyeri Perut  RPS : Pasien baru dari IGD, datang dengan keluhan BAB Cair dan Nyeri Perut sejak ± 3 hari SMRS. Dengan Frekuensi 5x dalam sehari terus menerus dan lokasi Nyeri pada ulu hati dan perut kiri bawah disertai rasa terbakar. Pasien juga mengeluhkan sesak nafas, Mual dan Muntah 3-4 kali sehari disertai demam sejak BAB cair. Keluhan belum pernah diobati dan aktivitas terganggu.
  • 4. Riwayat Penyakit Dahulu  Penyakit serupa disangkal  Penyakit hipertensi disangkal  Penyakit DM disangkal Riwayat Penyakit Keluarga  Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa  Penyakit hipertensi disangkal  Penyakit DM disangkal Riwayat Personal Sosial :  Pasien seorang penggemar makanan pedas dan setiap hari mengkonsumsi Jamu.
  • 5. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan umum : sedang B. Kesadaran : compos mentis C. Status Gizi : Gemuk D. Vital sign : tekanan darah : 110/70 mmHg nadi : 84 x/menit, reguler suhu : 37 oc frekuensi pernafasan : 44 x/menit
  • 6. Kepala : Ubun-ubun besar celang (-) Mata: conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) edem palpebra (-/-) , mata cekung (-) , air mata (+) Hidung: sekret (-), epistaksis (-) Telinga: nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), hearing loss (- ) Mulut: bibir pucat (+), gusi berdarah (-), Lidah kotor (+) Tenggorokan: faring hiperemis (-) Leher JVP tidak meningkat, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi (-)
  • 7. Paru Inspeksi: pergerakan dada simetris, retraksi (-), penggunaan otot- otot aksesorius respirasi (-) Perkusi: paru kanan sonor, paru kiri sonor Palpasi: ketinggalan gerak (-/-) , focal fremitus baik Auskultasi: SDV (+/+), ronkhi basah halus(-/-), wheezing (-/-) Jantung Inspeksi: ictus cordis tidak tampak Perkusi: Batas atas di SIC II parasternal kiri Batas kanan di SIC VI parasternal kanan Batas kiri di SIC VI linea axila anterior Palpasi: ictus cordis teraba di 2 jari sebelah medial SIC IV LMC Auskultasi: S1>S2, reguler, ST (-)
  • 8. Abdomen Inspeksi: buncit, caput medussa (-), striae (-) Auskultasi: bising usus (+) N, peristaltik (+) Perkusi: timpani (+) undulasi (+) shifting dullness (+), ascites (+) Palpasi: supel (+) nyeri tekan abdomen (+) bagian Epigastrium dan lumbar kiri hepar dan lien tidak teraba Ekstremitas Akral hangat (+/+) Edema tungkai bawah (+/+) non pitting
  • 9. 24/09/2016 25/09/2016 26/09/2016 S • Sesak (+) • Nyeri perut(+) • BAB Cair (+) 3 X • mual(+) muntah (-) • Rasa Kembung pada perut • Demam (-) • Nyeri perut(+) • BAB Cair (+) 5X • mual(-) muntah (-) • Rasa Kembung pada perut • Demam (-) • Nyeri perut(+) • BAB Cair (+) 2 X • mual(-) muntah (-) • Rasa Kembung pada perut • Demam (-) O TD: 90/60, N:108, R:36, t:36 I : Buncit, massa (-), Caput medusa (-) Aus : BU (+), Peristaltik (+) Per : Timpani - redup (+), Shifting dullnes (+) pal : Nyeri tekan Epigastrium dan lumbar kiri, Hepar tidak teraba, lien tidak teraba Murphi sign (-), psoas sign (-), ketok ginjal (-) TD: 120/80, N:80, R:40, t:36 I : Buncit, massa (-), Caput medusa (-) Aus : BU (+), Peristaltik (+) Per : Timpani - redup (+), Shifting dullnes (+) pal : Nyeri tekan Epigastrium dan lumbar kiri, Hepar tidak teraba, lien tidak teraba Murphi sign (-), psoas sign (-), ketok ginjal (-) TD: 110/70, N:90, R:20, t:37,8 I : Buncit, massa (-), Caput medusa (-) Aus : BU (+), Peristaltik (+) Per : Timpani - redup (+), Shifting dullnes (+) pal : Nyeri tekan Epigastrium dan lumbar kiri, Hepar tidak teraba, lien tidak teraba Murphi sign (-), psoas sign (-), ketok ginjal (-) A Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang Gastritis dispepsia Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang Gastritis dispepsia Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang Gastritis dispepsia P Inf. Asering Inj. Ranitidine Inj. Ketorolac Diatab Pamol Inf. Asering Inj. Ranitidine Inj. Ketorolac Diatab Pamol Inf. Asering Inj. Ranitidine Inj. Ketorolac Diatab Pamol
  • 10. 27/09/2016 28/09/2016 29/09/2016 S • Nyeri perut(+) • BAB Cair (+) 3 X • mual(+) muntah (-) • Rasa Kembung pada perut • Demam (-) • Nyeri perut(+) • BAB Cair (+) 2X • mual(-) muntah (-) • Rasa Kembung pada perut • Demam (-) • Nyeri perut(+) • BAB Cair (+) 3X • mual(-) muntah (-) • Rasa Kembung pada perut • Demam (-) O TD: 150/80, N:103, R:20, t:37 I : Buncit, massa (-), Caput medusa (-) Aus : BU (+), Peristaltik (+) Per : Timpani - redup (+), Shifting dullnes (+) pal : Nyeri tekan Epigastrium dan lumbar kiri dan kanan, Hepar tidak teraba, lien tidak teraba Murphi sign (-), psoas sign (-), ketok ginjal (-) TD: 120/80, N:70, R:20, t:36 I : Buncit, massa (-), Caput medusa (-) Aus : BU (+), Peristaltik (+) Per : Timpani - redup (+), Shifting dullnes (+) pal : Nyeri tekan Epigastrium dan lumbar kiri, Hepar tidak teraba, lien tidak teraba Murphi sign (-), psoas sign (-), ketok ginjal (-) TD: 120/60, N:64, R:20, t:37,8 I : Buncit, massa (-), Caput medusa (-) Aus : BU (+), Peristaltik (+) Per : Timpani - redup (+), Shifting dullnes (+) pal : Nyeri tekan Epigastrium dan lumbar kiri, Hepar tidak teraba, lien tidak teraba Murphi sign (-), psoas sign (-), ketok ginjal (-) A Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang Gastritis dispepsia Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang Gastritis dispepsia Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang Gastritis dispepsia P Inf. Asering Inf. Aminofluid Inj. Ranitidine Inj. Ketorolac Diatab Pamol Inf. Asering Inj. Ranitidine Inj. Ketorolac Diatab Pamol Ceftriaxole metrinidazole Inf. Asering Inj. Ranitidine Inj. Ketorolac Diatab Pamol Ceftriaxole metrinidazole
  • 11. 30/09/2016 01/10/2016 02/10/2016 S • Nyeri perut(+) • BAB Cair (+) 3 X • mual(+) muntah (-) • Rasa Kembung pada perut • Demam (-) • Nyeri perut(+) • BAB Cair (+) 1X • mual(-) muntah (-) • Rasa Kembung pada perut • Demam (-) • Nyeri perut(+) • BAB Cair (+) 1X • mual(-) muntah (-) • Rasa Kembung pada perut • Demam (-) O TD: 130/80, N:84, R:20, t:36 I : Buncit, massa (-), Caput medusa (-) Aus : BU (+), Peristaltik (+) Per : Timpani - redup (+), Shifting dullnes (+) pal : Nyeri tekan Epigastrium dan lumbar kiri dan kanan, Hepar tidak teraba, lien tidak teraba Murphi sign (-), psoas sign (-), ketok ginjal (-) TD: 100/70, N:104, R:20, t:36 I : Buncit, massa (-), Caput medusa (-) Aus : BU (+), Peristaltik (+) Per : Timpani - redup (+), Shifting dullnes (+) pal : Nyeri tekan Epigastrium dan lumbar kiri, Hepar tidak teraba, lien tidak teraba Murphi sign (-), psoas sign (-), ketok ginjal (-) TD: 120/60, N:64, R:20, t:37,8 I : Buncit, massa (-), Caput medusa (-) Aus : BU (+), Peristaltik (+) Per : Timpani - redup (+), Shifting dullnes (+) pal : Nyeri tekan Epigastrium dan lumbar kiri, Hepar tidak teraba, lien tidak teraba Murphi sign (-), psoas sign (-), ketok ginjal (-) A Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang Gastritis dispepsia Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang Gastritis dispepsia Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang Gastritis dispepsia P Inf. Asering Inf. Aminofluid Inj. Ranitidine Inj. Ketorolac Diatab Inj. Ceftriaxone Inj. Metronidazole Inf. Asering Inj. Ranitidine Inj. Ketorolac Diatab Inj. Ceftriaxole Inj. Metronidazole Zink Tab Kalbumin Inf. Asering Inj. Ranitidine Inj. Ketorolac Diatab Pamol Zink Tab Kalbumin
  • 12. Pemeriksaan Penunjang 24-09-2016 25-09-2016 27-09-2016 30-09-2016 Darah lengkap Angka Trombosit : 98 (L) Hb : 12,9 g/dl (11.5 – 16.5) Netrofil Segmen 78 (H) Pemeriksaan Feces : Pemeriksaan Elektrolit : Limfosit 8 (L) Limfosit 8 (L) Monosit 12 (H) Leukosit 1+ Eritrosit 1+ Kalium 3.09 (L) A.Trombosit : 528 10Ʌ3/ul (H) (150 -450) MCH 26.6 (L) Bakteri 1+ Lemak 1+ Rontgen Thorax : USG Abdomen : Fungsi ginjal Cor dan Pulmo DBN Dalam Batas Normal Ureum: 50.0 mg/dl (H) (16.6 – 48.5) Kreatinin: 1.30 mg/dl (H) (0.51 – 0.95) Pemeriksaan Elektrolit : Kalium 2.80 (L)
  • 13. Gastroenteritis Akut dengan Dehidrasi derajat sedang Gastritis  Dispepsia Diagnosis
  • 14. Masalah yang dikaji - Bagaimana penegakan diagnosis GEA? - Bagaimana penatalaksanaan pada GEA?
  • 15. PPOK  Penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial.  PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.  Faktor Resiko:  Kebiasaan Merokok  Riwayat terpapar Polusi udara di lingkungan dan tempat kerja  Hiperaktiviti Bronkus  Riwayat Infeksi saluran nafas berulang  Defisiensi antitripsin alfa-1 (jarang di Indonesia)
  • 18. anamnesis  Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan  Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja  Riwayat penyakit emfisema pada keluarga  Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi  saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara  Batuk berulang dengan atau tanpa dahak  Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
  • 19. Pemeriksaan Fisik Inspeksi  Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)  Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)  Penggunaan otot bantu napas  Hipertropi otot bantu napas  Pelebaran sela iga  Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i leher dan edema tungkai  Penampilan pink puffer atau blue bloater  • Palpasi  Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar  • Perkusi  Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong  ke bawah  • Auskultasi  suara napas vesikuler normal, atau melemah  terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa  ekspirasi memanjang  bunyi jantung terdengar jauh
  • 20. Pemeriksaan Penunjang  a. Pemeriksaan rutin 1. Faal paru • Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP - Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP1/KVP ( % ). Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 % VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit. Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20% • Uji bronkodilator - Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter. Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200 ml - Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil
  • 21. Pemeriksaan Penunjang 2. Darah rutin Hb, Ht, leukosit 3. Radiologi Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain Pada emfisema terlihat gambaran : - Hiperinflasi - Hiperlusen - Ruang retrosternal melebar - Diafragma mendatar - Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop appearance) Pada bronkitis kronik : • Normal • Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus
  • 25. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi : 1. Edukasi 2. Obat - obatan 3. Terapi oksigen 4. Ventilasi mekanik 5. Nutrisi 6. Rehabilitasi
  • 26. EDUKASI Berdasarkan derajat penyakit : Ringan  Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel  Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, antara lain berhenti  merokok  Segera berobat bila timbul gejala Sedang  Menggunakan obat dengan tepat  Mengenal dan mengatasi eksaserbasi dini  Program latihan fisik dan pernapasan Berat  Informasi tentang komplikasi yang dapat terjadi  Penyesuaian aktiviti dengan keterbatasan  Penggunaan oksigen di rumah
  • 27. Farmakoterapi a. Bronkodilator  Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit ( lihat tabel 2 ). Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat ( slow release ) atau obat berefek panjang ( long acting ).  Macam - macam bronkodilator :  Golongan antikolinergik  Golongan agonis beta - 2  Kombinasi antikolinergik dan agonis beta - 2  Golongan xantin b. Antiinflamasi  Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.
  • 28. c. Antibiotika  Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :  Lini I : amoksisilin, makrolid  Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat, sefalosporin, kuinolon, makrolid baru d. Antioksidan  Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N - asetilsistein.  Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian yang rutin e. Mukolitik  Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.
  • 29. f. Antitusif  Diberikan dengan hati - hati
  • 30.
  • 31. 3. Terapi Oksigen  Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ - organ lainnya. Indikasi  Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90%  Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor Pulmonal, perubahan P pullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda gagal jantung kanan, sleep apnea, penyakit paru lain Macam terapi oksigen :  Pemberian oksigen jangka panjang  Pemberian oksigen pada waktu aktiviti  Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak  Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal napas
  • 32. 4. Ventilasi Mekanik  Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat dengan napas kronik. Ventilasi mekanik dapat digunakan di rumah sakit di ruang ICU atau di rumah. 5. Nutrisi  Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni menyebabkan terjadi hipermetabolisme. Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK karena berkolerasi dengan derajat penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darah 6. Rehabilitasi PPOK  Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki kualiti hidup penderita PPOK
  • 33.
  • 34.
  • 35. Algoritme penatalaksanaan PPOK eksaerbasi akut di rumah dan pelayanan kesehatan primer / Puskesmas
  • 36.
  • 37.
  • 38.
  • 39. KOMPLIKASI 1. Gagal napas Gagal napas kronik :  Hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg dan Pco2 > 60 mmHg, dan pH normal, penatalaksanaan :  Jaga keseimbangan Po2 dan PCo2  Bronkodilator adekuat  Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu tidur  Antioksidan  Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing Gagal napas akut pada gagal napas kronik, ditandai oleh :  Sesak napas dengan atau tanpa sianosis  Sputum bertambah dan purulen  Demam  Kesadaran menurun 2. Infeksi berulang  Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Pada kondisi kronik ini imuniti menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limposit darah. 3. Kor pulmonal :  Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 %, dapat disertai gagal jantung kanan