SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
HEMANGIOMA




                    Disusun oleh :
      1. Nining Mulyana Sari    (109 111 016)
      2. Tedi Hartoto           (109 111 027)




          PRODI DIII FISIOTERAPI
STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
                        2013
BAB I
                                  PENDAHULUAN


  A. LATAR BELAKANG
     Hemangioma merupakan tumor jinak pembuluh darah yang berproliferasi dari sel-sel
  endotelium pembuluh darah diikuti involusi terus menerus meyebabkan kelainan yang
  merupakan hasil dari anomali perkembangan pleksus vaskular. Hemangioma sering
  terjadi pada bayi yaitu 1,1% sampai 2,6% dan anak-anak yaitu 10% sampai 12%. Lesi ini
  lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria dengan rasio 3:1. Lesi hemangioma tidak
  ada pada saat kelahiran. Mereka bermanifestasi pada bulan pertama kehidupan,
  menunjukkan fase proliferasi yang cepat dan perlahan-lahan berinvolusi menuju bentuk
  lesi yang sempurna.
     Sampai saat ini etiologi hemangioma masih belum jelas, ada banyak hipotesis yang
  menyatakan tentang etiologi hemangioma. Namun proses angiogenesis memegang
  peranan penting. Sitokin, seperti basic fibroblast growth factor (bFGF) dan vascular
  endothelial growth factor (VEGF) telah terbukti berhubungan dengan proses
  angiogenesis. Peningkatan kadar faktor angiogenesis tersebut dan atau berkurangnya
  kadar angiogenesis inhibitor seperti gamma interferon (Ύ-IF), tumor necrosis factor-beta
  (TNF-β) dan transforming growth factor-beta (TGF-β) diduga menjadi penyebab
  terjadinya hemangioma.
B. RUMUSAN MASALAH
  1. Jelaskan definisi dari hemangioma !
  2. Jelaskan anatomi fisiologi dari hemangioma !
  3. Jelaskan klasifikasi dari hemangioma !
  4. Jelaskan etiologi dari hemangioma !
  5. Jelaskan patofisiologi dari hemangioma !
  6. Jelaskan komplikasi dai hemangioma !
  7. Jelaskan penegakkan diagnosa dari hemangioma !
  8. Jelaskan penanganan dari hemangioma !
C. TUJUAN
  1. Mampu menjelaska definisi dari hemangioma
  2. Mampu menjelaskan anatomi fisiologi dari hemangioma
  3. Mampu menjelaskan klasifikasi dari hemangioma
  4. Mampu menjelaskan etiologi dari hemangioma
5. Mampu menjelaskan patofisiologi dari hemangioma
6. Mampu menjelaskan komplikasi dari hemangioma
7. Mampu menjelaskan penegakkan diagnosa dari hemangioma
8. Mampu menjelaskan penanganan dari hemangioma
BAB II
                                     KERANGKA TEORI


A. DEFINISI
     Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak yang sering terjadi pada bayi baru
  lahir dan pada anak berusia kurang dari 1 satu tahun (5-10%). Biasanya Hemangioma
  sudah nampak sejak bayi dilahirkan (30%) atau muncul setelah beberapa minggu setelah
  kelahiran (70%). Hemangioma muncul di setiap tempat pada permukaan tubuh, seperti :
  kepala, leher, muka, kaki atau dada. Umumnya hemangioma tidak membahayakan
  karena sebagian besar kasus hemangioma dapat hilang setelah kelahiran.
     Hemangioma adalah proliferasi dari pembuluh darah yang tidak normal dan dapat
  terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah (Anonim, 2005).
     Hemangioma merupakan tumor vaskular jinak terlazim pada bayi dan anak. Meskipun
  tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada orang tua, contohnya adalah cherry
  hemangioma atau angioma senilis yang biasanya jinak, kecil, red-purple papule pada
  kulit orang tua (Olmstead, et al., 1994; Pieter, et al., 1997; Hamzah, 1999).
B. ANATOMO FISIOLOGI
  1. Anatomi dan Fisiologi Kulit




        Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan
     melindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi
     rongga – rongga, lubang – lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar
     keringant dan kelenjar mukosa. Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis,
     dan subkutan (Syaifudin, 2006).
     a. Epidermis
        Epidermis terdiri dari beberapa lapisan sel yaitu :
1) Stratum koneuum
  Selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati, dan
  mengandung zat keratin.
2) Stratum lusidum
  Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah se – sel sudah banyak
  yang kehilangan inti dan butir – butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus
  sinar. Lapisan ini hanya terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Dalam
  lapisan terlihat seperi suatu pita yang bening, batas – batas sel sudah tidak
  begitu terlihat.
3) Stratum granulosum
  Stratum ini terdiri dari sel – sel pipih seperti kumparan. Sel – sel tersebut
  terdapat hanya 2 – 3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam
  sitoplasma terdapat butir – butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase
  dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir – butir stratum
  granulosum.
4) Stratum spinosum/stratum akantosum
  Lapisan sratum spinosum/stratum akantosum merupakan laisan yang paling
  tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5 – 8 lapisan. Sel – selnya disebut
  spinosum karena jika kita lihat di bawah mikroskop sel – selnya terdiri dari sel
  yang bentuknya poligonal (banyal sudut) dan mempunyai tanduk (spina).
  Disebut akantosum karena sel – selnya berduri. Ternyata spina dan tanduk
  tersebut adalah hubungan antara sel yang lain yang disebut intercelular bridges
  atau jembatan interseluler.
5) Stratum basal/geminatifum
  Stratum basal/geminatifum disebut basal karena sel – selnya terletak di bagian
  basal. Stratum germatifum menggantikan sel – sel yang diatasnya dan
  merupakan sel – sel induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang
  lonjong. Di dalamnya terdapat butir – butir yang halus disebut butir melanin
  warna. Sel tersebut seperti pagar (palidase) di bagian bawah sel tersebut terdapat
  suatu membran yang disebut membran basalis. Sel – sel basalis dengan
  membran basalis merupakan batas bawah dari epidermis dengan dermis.
  Ternyata batas ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada waktu kerium
  menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papila kori (papila kulit), dan
epidermis menonjol ke arah korium. Tonjolan ini disebut rete ridges atau rete
        pegg (prosessus interpapilaris).
 b. Dermis
     Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh
     membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini
     tidak jelas hanya kita ambil sebagai patokan adalah mulainya terdapat sel lemak.
     Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas , pars papilaris (stratum papilar)
     dan bagian bawah, retikularis (stratum retikularis). Batas antara pars papilaris dan
     pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris
     maupun pars retikularis terdiri dari jaringan longgar yang tersusun dari serabut –
     serabut yaitu serabut kolagen, serabut elastis, dan serabut retikulus.
     Serabut ini saling beranyaman dan masing – masing mempunyai tugas yang
     berbeda. Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan pada kulit, serabut elastis,
     memberikan kelenturan pada kulit, dan retikulus, terdapat terutama di sekitar
     kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alai tersebut.
 c. Subkutan
     Subkutis terdiri dari kumpulan – kumpulan sel – sel lemak dan di antara
     gerombolan ini berjalan serabut – serabut jaringan ikat dermis. Sel – sel lemak ini
     bentuknya bulat dengan intinya terdesak di pinggir, sehingga membentuk seperti
     cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama
     pada tiap – tiap tempat dan juga pembagian antara laki – laki dan perempuan tidak
     sama (berlainan). Guna penikulus adiposus adalah sebagai shock breaker atau
     pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau
     untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan
     tubuh. Di bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.
2. Anatomi dan Fisiologi Pembuluh Darah
a. Arteri
    1) Membawa darah bersih (oksigen) kecuali arteri pulmonalis
    2) Mempunyai dinding yang tebal
    3) Mempunyai jaringan yang elastis
    4) Katup hanya pada pemulaan keluar dari jantung
    5) Menunjukkan adanya tempat untuk mendengarkan denyut jantung
    6) Pembuluh darah arteri yang terbesar adalah Aorta ( yang keluar dari ventrikel
       sinistra) dan arteri pulmonalis (yang keluar dari ventrikel dekstra).
    7) Cabang dari arteri disebut Arteriola yang selanjutnya menjadi kapiler.
b. Vena
    1) Membawa darah kotor (sisa metabolisme dan CO2), kecuali vena pulmonalis
    2) Mempunyai dinding yg tipis
    3) Jaringannya kurang elastis
    4) Mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung
    5) Tidak menunjukkan adanya tempat mendengar denyut jantung.
    6) Pembuluh darah vena yang ukurannya besar adalah vena kava dan vena
        pulmonalis.
    7) Cabang dari vena disebut venolus/ venula yang selanjutnya menjadi kapiler.
c. Kapiler
    1) Disebut juga pembuluh rambut
    2) Terdiri dari sel-sel endotel
    3) Diameter kira-kira 0,008 mm
    Fungsi kapiler:
   1) Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena
   2) Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan jaringan
   3) Mengambil hasil-hasil dari kelenjar
   4) Menyerap zat makanan yang terdapat di usus
   5) Menyaring darah yang terdapat di ginjal
Semua pembuluh darah kecuali kapiler terdiri atas tiga lapisan yaitu :
a. Tunika intima/ interna, lapisan dalam yang mempunyai lapisan endotel dan
   berhubungan dgn darah.
b. Tunika media, lapisan tengah, terdiri dari jaringan otot, sifatnya elastis dan
   termasuk otot polos.
c. Tunika adventisia/ eksterna, lapisan luar, terdiri dari jaringan ikat yang berguna
        menguatkan dinding arteri
    Fungsi sirkulasi
    a. Arteri
        Mentranspor darah di bawah tekanan tinggi ke jaringan, untuk ini arteri
        mempunyai dinding yang tebal dan kuat krn darah mengalir dengan cepat pada
        arteri.
    b. Arteriola
        Cabang kecil dari arteri. berfungsi sebagai kendali darah yang dikeluarkan ke
        dalam kapiler. Arteriol mempunyai dinding otot yang kuat, mampu menutup
        arteriol dan melakukan dilatasi beberapa kali lipat
    c. Kapiler
        Untuk pertukaran cairan, zat makanan elektrolit, hormon dan bahan lainnya antara
        darah dan cairan interstisial.
    d. Venula
        Mengumpulkan darah dari kapiler secara bertahap, bergabung menjadi vena yang
        semakin besar
    e. Vena
        Saluran penampung dan pengangkut darah dari jaringan kembali ke jantung,
        karena tekanan pada sistem vena sangat rendah.
C. KLASIFIKASI
    Pada dasarnya hemangioma dibagi menjadi dua yaitu hemangioma kapiler dan
  hemangioma kavernosum. Hemangioma kapiler (superfisial hemangioma) terjadi pada
  kulit bagian atas, sedangkan hemangioma kavernosum terjadi pada kulit yang lebih
  dalam, biasanya pada bagian dermis dan subkutis. Pada beberapa kasus kedua jenis
  hemangioma ini dapat terjadi bersamaan atau disebut hemangioma campuran (Hamzah,
  1999; Lehrer, 2003).
  1. Hemangioma kapiler
     a. Strawberry hemangioma (hemangioma simplek)
         Hemangioma kapiler terdapat pada waktu lahir atau beberapa hari sesudah lahir.
         Lebih sering terjadi pada bayi prematur dan akan menghilang dalam beberapa
         hari atau beberapa minggu (Hall, 2005). Tampak sebagai bercak merah yang
         makin lama makin besar. Warnanya menjadi merah menyala, tegang dan
         berbentuk lobular, berbatas tegas, dan keras pada perabaan. Involusi spontan
ditandai oleh memucatnya warna di daerah sentral, lesi menjadi kurang tegang
         dan lebih mendatar (Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002; Lehrer, 2003;
         Anonim, 2005).
     b. Granuloma piogenik
         Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering terjadi sesudah trauma, jadi
         bukan oleh karena proses peradangan, walaupun sering disertai infeksi sekunder.
         Lesi biasanya soliter, dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak dan
         tersering pada bagian distal tubuh yang sering mengalami trauma. Mula-mula
         berbentuk papul eritematosa dengan pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat
         mencapai ukuran 1 cm dan dapat bertangkai, mudah berdarah (Worman, 1998;
         Hamzah, 1999).
  2. Hemangioma kavernosum
     Lesi ini tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eritematosa atau nodus yang
     berwarna merah sampai ungu. Bila ditekan akan mengempis dan cepat mengembung
     lagi apabila dilepas. Lesi terdiri dari elemen vaskular yang matang. Bentuk
     kavernosum jarang mengadakan involusi spontan (Cohen, 2004; Anonim, 2005).
  3. Hemangioma campuran
     Jenis ini terdiri atas campuran antara jenis kapiler dan jenis kavernosum. Gambaran
     klinisnya juga terdiri atas gambaran kedua jenis tersebut. Sebagian besar ditemukan
     pada ekstremitas inferior, biasanya unilateral, soliter, dapat terjadi sejak lahir atau
     masa anak-anak. Lesi berupa tumor yang lunak, berwarna merah kebiruan yang
     kemudian pada perkembangannya dapat memberi gambaran keratotik dan verukosa
     (Hamzah, 1999; Kushner, et al., 1999; Lehrer, 2003; Anonim, 2005).
D. ETIOLOGI
  Penyebab hemangioma sampai saat ini masih belum jelas. Angiogenesis sepertinya
  memiliki peranan dalam kelebihan pembuluh darah. Cytokines, seperti Basic Fibroblast
  Growth Factor (BFGF) dan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), mempunyai
  peranan   dalam    proses    angiogenesis.   Peningkatan     faktor-faktor   pembentukan
  angiogenesis seperti penurunan kadar angiogenesis inhibitor misalnya gamma-interferon,
  tumor necrosis factor–beta, dan transforming growth factor–beta berperan dalam etiologi
  terjadinya hemangioma (Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002).
E. PATOFISIOLOGI
     Meskipun mekanisme yang jelas mengenai kontrol dari pertumbuhan dan involusi
  hemangioma tidak begitu dimengerti, pengetahuan mengenai pertumbuhan dari
pembuluh darah yang normal dan proses angiogenesis dapat dijadikan petunjuk.
  Vaskulogenesis menunjukkan suatu proses dimana prekursor sel endotel meningkatkan
  pembentukan     pembuluh      darah,   mengingat    angiogenesis   berhubungan    dengan
  perkembangan dari pembuluh darah baru yang ada dalam sistem vaskular tubuh. Selama
  fase proliferasi, hemangioma mengubah kepadatan dari sel-sel endotel dari kapiler-
  kapiler kecil. Sel marker dari angiogenesis, termasuk proliferasi dari antigen inti sel,
  collagenase tipe IV, basic fibroblastic growth factor, vascular endothelial growth factor,
  urokinase, dan E-selectin, dapat dikenali oleh analisis imunokimiawi (Olmstead, et al.,
  1994; Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002).
     Hemangioma superfisial dan dalam, mengalami fase pertumbuhan cepat dimana
  ukuran dan volume bertambah secara cepat. Fase ini diikuti dengan fase istirahat, dimana
  perubahan hemangioma sangat sedikit, dan fase involusi dimana hemangioma
  mengalami regresi secara spontan. Selama fase involusi, hemangioma dapat hilang tanpa
  bekas. Hemangioma kavernosa yang besar mengubah kulit sekitarnya, dan meskipun fase
  involusi sempurna, akhirnya meninggalkan bekas pada kulit yang terlihat. Beberapa
  hemangioma kapiler dapat involusi lengkap, tidak meninggalkan bekas (Kantor, 2004;
  Lehrer, 2004; Hall, 2005).
F. TANDA DAN GEJALA
  1. Tampak seperti tanda lahir, tetapi pertumbuhannya terjadi secara cepat pada usia 6-
     12 bulan.
  2. Pertumbuhan ini mulai menyusut dan melambat pada usia 1-7 tahun dan tumor ini
     menciut pada usia 10-12 tahun, kebanyakan ada pula yang menghilang pada usia 10-
     13 tahun.
  3. Adanya pola merah terang yang timbul, terkadang dengan permukaan bertekstur
     (kadang disebut hemangioma stroberi karena berwarna merah seperti buah stroberi).
  4. Pembuluh darah vena yang menyebar dari tumor juga bisa terlihat di bawah kulit.
     Saat hemangioma mulai menyusut, warna merahnya akan memudar. Bekas warna
     akhir itu umumnya akan hilang saat anak berusia 7 tahun.
  5. Untuk hemangioma yang muncul pada lapisan kulit lebih bawah (hemangioma
     dalam), terlihat seperti lebam atau kebiru-biruan pada kulit tapi terkadang juga malah
     tidak tampak sama sekali. Lebam ini biasanya terlihat pada saat anak berusia 2-4
     bulan.
G. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
     Komplikasi ini paling sering terjadi dibandingkan dengan komplikasi lainnya.
     Penyebabnya ialah trauma dari luar atau ruptur spontan dinding pembuluh darah
     karena tipisnya kulit di atas permukaan hemangioma, sedangkan pembuluh darah di
     bawahnya terus tumbuh (Katz, et al., 2002).
  2. Ulkus
     Ulkus menimbulkan rasa nyeri dan meningkatkan resiko infeksi, perdarahan, dan
     sikatrik. Ulkus merupakan hasil dari nekrosis. Ulkus dapat juga terjadi akibat ruptur
     (Kushner, et al., 1999).
  3. Trombositopenia
     Jarang terjadi, biasanya pada hemangioma yang berukuran besar. Dahulu dikira
     bahwa trombositopenia disebabkan oleh limpa yang hiperaktif. Ternyata kemudian
     bahwa dalam jaringan hemangioma terdapat pengumpulan trombosit yang
     mengalami sekuesterisasi (Katz, et al., 2002).
  4. Gangguan penglihatan
     Pada regio periorbital sangat meningkatkan risiko gangguan penglihatan dan harus
     lebih sering dimonitor. Amblyopia dapat merupakan hasil dari sumbatan pada sumbu
     penglihatan (visual axis). Kebanyakan komplikasi yang terjadi adalah astigmatisma
     yang disebabkan tekanan tersembunyi dalam bola mata atau desakan tumor ke ruang
     retrobulbar (Kushner, et al., 1999).
H. PENEGAKKAN DIAGNOSA
  1. USG
     Ultrasonografi berguna untuk membedakan hemangioma dari struktur dermis yang
     dalam ataupun subkutan, seperti kista atau kelenjar limfe. USG secara umum
     mempunyai keterbatasan untuk mengevaluasi ukuran dan penyebaran hemangioma.
     Dikatakan juga bahwa USG doppler (2 kHz) dapat digunakan untuk densitas
     pembuluh darah yang tinggi (lebih dari 5 pembuluh darah/ m2) dan perubahan
     puncak arteri. Pemeriksaan menggunakan alat ini merupakan pemeriksaan yang
     sensitif   dan   spesifik   untuk      mengenali   suatu   hemangioma   infantil   dan
     membedakannya dari massa jaringan lunak lain.
  2. MRI
     MRI merupakan modalitas imaging pilihan karena mampu mengetahui lokasi dan
     penyebaran baik hemangioma kutan dan ekstrakutan. MRI juga dapat membantu
     membedakan hemangioma yang sedang berproliferasi dari lesi vaskuler aliran tinggi
yang lain (misalnya malformasi arteriovenus). Hemangioma dalam fase involusi
     memberikan gambaran seperti pada lesi vaskuler aliran rendah (misalnya malformasi
     vena.
  3. CT scan
     Pada sentra yang tidak mempunyai fasilitas MRI, dapat merggunakan CT scan
     walaupun cara ini kurang mampu menggambarkan karakteristik atau aliran darah.
     Penggunaan kontras dapat membantu membedakan hemangioma dari penyakit
     keganasan atau massa lain yang menyerupai hemangioma.
  4. Foto polos
     Pemeriksaan foto polos seperti foto sinar X, masih bisa dipakai untuk melihat apakah
     hemangioma mengganggu jalan nafas.
  5. Biopsi kulit
     Biopsi diperlukan bila ada keraguan diagnosis ataupun untuk menyingkirkan
     hemangioendotelioma      kaposiformis    atau    penyakit   keganasan.   Pemeriksaan
     immunohistokimia dapat membantu menegakkan diagnosis. Komplikasi yang dapat
     terjadi pada tindakan biopsi ialah perdarahan.
I. PENANGANAN
 Ada 2 cara pengobatan:
 1. Cara konservatif
    Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami pembesaran dalam
    bulan-bulan pertama, kemudian mencapai besar maksimum dan sesudah itu terjadi
    regresi spontan sekitar umur 12 bulan, lesi terus mengadakan regresi sampai umur 5
    tahun (Hamzah, 1999).
    Hemangioma superfisial atau hemangioma strawberry sering tidak diterapi. Apabila
    hemangioma ini dibiarkan hilang sendiri, hasilnya kulit terlihat normal (Kantor,
    2004).
 2. Cara aktif
    Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain adalah hemangioma
    yang tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga, dan tenggorokan;
    hemangioma yang mengalami perdarahan; hemangioma yang mengalami ulserasi;
    hemangioma yang mengalami infeksi; hemangioma yang mengalami pertumbuhan
    cepat dan terjadi deformitas jaringan (Anonim, 2005).
    a. Pembedahan
Indikasi :
   1) Terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang terlalu cepat, misalnya dalam
       beberapa minggu lesi menjadi 3-4 kali lebih besar.
   2) Hemangioma raksasa dengan trombositopenia.
   3) Tidak ada regresi spontan, misalnya tidak terjadi pengecilan sesudah 6-7
       tahun.
   Lesi yang terletak pada wajah, leher, tangan atau vulva yang tumbuh cepat,
   mungkin memerlukan eksisi lokal untuk mengendalikannya (Hamzah, 1999).
b. Radiasi
   Pengobatan radiasi pada tahun-tahun terakhir ini sudah banyak ditinggalkan
   karena:
   1) Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak yang pertumbuhan tulangnya
      masih sangat aktif.
   2) Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka waktu lama.
   3) Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang akan menyulitkan bila
      diperlukan suatu tindakan.
c. Kortikosteroid
   Kriteria pengobatan dengan kortikosteroid ialah:
   1) Apabila melibatkan salah satu struktur yang vital.
   2) Tumbuh dengan cepat dan mengadakan destruksi kosmetik.
   3) Secara mekanik mengadakan obstruksi salah satu orifisium.
   4) Adanya banyak perdarahan dengan atau tanpa trombositopenia.
   5) Menyebabkan dekompensasio kardiovaskular.
   Kortikosteroid yang dipakai ialah antara lain prednison yang mengakibatkan
   hemangioma mengadakan regresi, yaitu untuk bentuk strawberry, kavernosum, dan
   campuran. Dosisnya per oral 20-30 mg perhari selama 2-3 minggu dan perlahan-
   lahan diturunkan, lama pengobatan sampai 3 bulan. Terapi dengan kortikosteroid
   dalam dosis besar kadang-kadang akan menimbulkan regresi pada lesi yang
   tumbuh cepat (Hamzah, 1999).
   Hemangioma kavernosa yang tumbuh pada kelopak mata dan mengganggu
   penglihatan umumnya diobati dengan steroid injeksi yang menurunkan ukuran lesi
   secara cepat, sehingga perkembangan penglihatan bisa normal. Hemangioma
   kavernosa atau hemangioma campuran dapat diobati bila steroid diberikan secara
   oral dan injeksi langsung pada hemangioma (Kantor, 2004).
Penggunaan kortikosteroid peroral dalam waktu yang lama dapat meningkatkan
     infeksi sistemik, tekanan darah, diabetes, iritasi lambung, serta pertumbuhan
     terhambat (Anonim, 2005).
d. Obat sklerotik
     Penyuntikan bahan sklerotik pada lesi hemangioma, misalnya dengan namor
     rhocate 50%, HCl kinin 20%, Na-salisilat 30%, atau larutan NaCl hipertonik. Akan
     tetapi cara ini sering tidak disukai karena rasa nyeri dan menimbulkan sikatrik
     (Hamzah, 1999).
e. Elektrokoagulasi
     Cara ini dipakai untuk spider angioma untuk desikasi sentral arterinya, juga untuk
     hemangioma senilis dan granuloma piogenik (Hamzah, 1999).
f.   Antibiotik
     Antibiotik diberikan pada hemangioma yang mengalami ulserasi. Selain itu
     dilakukan perawatan luka secara steril (Anonim, 2005).

More Related Content

What's hot (20)

Ppt infark miokad
Ppt infark miokadPpt infark miokad
Ppt infark miokad
 
Penyakit Rabies
Penyakit RabiesPenyakit Rabies
Penyakit Rabies
 
Falsafah keperawatan
Falsafah keperawatanFalsafah keperawatan
Falsafah keperawatan
 
Meningitis
Meningitis Meningitis
Meningitis
 
Invaginasi
InvaginasiInvaginasi
Invaginasi
 
Fisiologi Kardiovaskular
Fisiologi KardiovaskularFisiologi Kardiovaskular
Fisiologi Kardiovaskular
 
Ppt osteomielitis
Ppt osteomielitisPpt osteomielitis
Ppt osteomielitis
 
Lapkas gastropati nsaid
Lapkas gastropati nsaidLapkas gastropati nsaid
Lapkas gastropati nsaid
 
Infeksi Saluran Kemih - Ilmu Penyakit
Infeksi Saluran Kemih - Ilmu PenyakitInfeksi Saluran Kemih - Ilmu Penyakit
Infeksi Saluran Kemih - Ilmu Penyakit
 
Anatomi Fisiologi Sistem penginderaan
Anatomi Fisiologi Sistem penginderaanAnatomi Fisiologi Sistem penginderaan
Anatomi Fisiologi Sistem penginderaan
 
Pp hipertensi kmb1
Pp hipertensi kmb1Pp hipertensi kmb1
Pp hipertensi kmb1
 
Nama latin organ tubuh manusia
Nama latin organ tubuh manusiaNama latin organ tubuh manusia
Nama latin organ tubuh manusia
 
Polio
PolioPolio
Polio
 
Ulkus peptikum
Ulkus peptikum Ulkus peptikum
Ulkus peptikum
 
Makalah anestesi
Makalah  anestesiMakalah  anestesi
Makalah anestesi
 
Ppt hemofilia eva(507)
Ppt hemofilia eva(507)Ppt hemofilia eva(507)
Ppt hemofilia eva(507)
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
 
demam tifoid amee
demam tifoid ameedemam tifoid amee
demam tifoid amee
 
Makalah ASMA
Makalah ASMAMakalah ASMA
Makalah ASMA
 
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSkenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
 

Similar to Hemangioma

Jaringan hewan
Jaringan hewanJaringan hewan
Jaringan hewanarlinda30
 
Jaringan hewan
Jaringan hewanJaringan hewan
Jaringan hewanarlinda30
 
Sistem integumen
Sistem integumenSistem integumen
Sistem integumenKANDA IZUL
 
anatomi, histologi, dan fisiologi manusia..docx
anatomi, histologi, dan fisiologi manusia..docxanatomi, histologi, dan fisiologi manusia..docx
anatomi, histologi, dan fisiologi manusia..docxAnyapinkcorn
 
Biologi bab 3 SMA kelas XI
Biologi bab 3 SMA kelas XIBiologi bab 3 SMA kelas XI
Biologi bab 3 SMA kelas XIRahmaniarNia
 
bab-3-struktur-dan-fungsi-jaringan-hewan.ppt
bab-3-struktur-dan-fungsi-jaringan-hewan.pptbab-3-struktur-dan-fungsi-jaringan-hewan.ppt
bab-3-struktur-dan-fungsi-jaringan-hewan.pptAmranCRSeven
 
PLASTISITAS_OTAK_PERKEMBANGAN_SARAF_DAN.doc
PLASTISITAS_OTAK_PERKEMBANGAN_SARAF_DAN.docPLASTISITAS_OTAK_PERKEMBANGAN_SARAF_DAN.doc
PLASTISITAS_OTAK_PERKEMBANGAN_SARAF_DAN.docsardiantidwitirta
 
Anatomi Integumen
Anatomi IntegumenAnatomi Integumen
Anatomi IntegumenDedi Kun
 
Sistem integumen
Sistem integumenSistem integumen
Sistem integumenf' yagami
 
Jaringanhewan pdf
Jaringanhewan pdfJaringanhewan pdf
Jaringanhewan pdfHeru Hsb
 
Laporan pendahuluan askep abses
Laporan pendahuluan askep absesLaporan pendahuluan askep abses
Laporan pendahuluan askep absesSujana Pkm
 
CARDIOVASKULER.ppt
CARDIOVASKULER.pptCARDIOVASKULER.ppt
CARDIOVASKULER.pptPancaBio1
 
Pp.....anfis sistem integumen
Pp.....anfis sistem integumenPp.....anfis sistem integumen
Pp.....anfis sistem integumenarniwianti
 
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_KULIT.ppt
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_KULIT.pptANATOMI_DAN_FISIOLOGI_KULIT.ppt
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_KULIT.pptyunuszakaria
 

Similar to Hemangioma (20)

Bab ii AKPER PEMKAB MUNA
Bab ii AKPER PEMKAB MUNA Bab ii AKPER PEMKAB MUNA
Bab ii AKPER PEMKAB MUNA
 
Jaringan epitel
Jaringan epitelJaringan epitel
Jaringan epitel
 
Jaringan hewan
Jaringan hewanJaringan hewan
Jaringan hewan
 
Jaringan hewan
Jaringan hewanJaringan hewan
Jaringan hewan
 
Jaringan Epitel
Jaringan EpitelJaringan Epitel
Jaringan Epitel
 
Sistem integumen
Sistem integumenSistem integumen
Sistem integumen
 
Dokter komponen sel darah merah
Dokter komponen sel darah merahDokter komponen sel darah merah
Dokter komponen sel darah merah
 
Sistem integumen (1)
Sistem integumen (1)Sistem integumen (1)
Sistem integumen (1)
 
anatomi, histologi, dan fisiologi manusia..docx
anatomi, histologi, dan fisiologi manusia..docxanatomi, histologi, dan fisiologi manusia..docx
anatomi, histologi, dan fisiologi manusia..docx
 
Biologi bab 3 SMA kelas XI
Biologi bab 3 SMA kelas XIBiologi bab 3 SMA kelas XI
Biologi bab 3 SMA kelas XI
 
bab-3-struktur-dan-fungsi-jaringan-hewan.ppt
bab-3-struktur-dan-fungsi-jaringan-hewan.pptbab-3-struktur-dan-fungsi-jaringan-hewan.ppt
bab-3-struktur-dan-fungsi-jaringan-hewan.ppt
 
PLASTISITAS_OTAK_PERKEMBANGAN_SARAF_DAN.doc
PLASTISITAS_OTAK_PERKEMBANGAN_SARAF_DAN.docPLASTISITAS_OTAK_PERKEMBANGAN_SARAF_DAN.doc
PLASTISITAS_OTAK_PERKEMBANGAN_SARAF_DAN.doc
 
Jaringan pada hewan
Jaringan pada hewan Jaringan pada hewan
Jaringan pada hewan
 
Anatomi Integumen
Anatomi IntegumenAnatomi Integumen
Anatomi Integumen
 
Sistem integumen
Sistem integumenSistem integumen
Sistem integumen
 
Jaringanhewan pdf
Jaringanhewan pdfJaringanhewan pdf
Jaringanhewan pdf
 
Laporan pendahuluan askep abses
Laporan pendahuluan askep absesLaporan pendahuluan askep abses
Laporan pendahuluan askep abses
 
CARDIOVASKULER.ppt
CARDIOVASKULER.pptCARDIOVASKULER.ppt
CARDIOVASKULER.ppt
 
Pp.....anfis sistem integumen
Pp.....anfis sistem integumenPp.....anfis sistem integumen
Pp.....anfis sistem integumen
 
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_KULIT.ppt
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_KULIT.pptANATOMI_DAN_FISIOLOGI_KULIT.ppt
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_KULIT.ppt
 

Recently uploaded

materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 

Recently uploaded (20)

materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 

Hemangioma

  • 1. HEMANGIOMA Disusun oleh : 1. Nining Mulyana Sari (109 111 016) 2. Tedi Hartoto (109 111 027) PRODI DIII FISIOTERAPI STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP 2013
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hemangioma merupakan tumor jinak pembuluh darah yang berproliferasi dari sel-sel endotelium pembuluh darah diikuti involusi terus menerus meyebabkan kelainan yang merupakan hasil dari anomali perkembangan pleksus vaskular. Hemangioma sering terjadi pada bayi yaitu 1,1% sampai 2,6% dan anak-anak yaitu 10% sampai 12%. Lesi ini lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria dengan rasio 3:1. Lesi hemangioma tidak ada pada saat kelahiran. Mereka bermanifestasi pada bulan pertama kehidupan, menunjukkan fase proliferasi yang cepat dan perlahan-lahan berinvolusi menuju bentuk lesi yang sempurna. Sampai saat ini etiologi hemangioma masih belum jelas, ada banyak hipotesis yang menyatakan tentang etiologi hemangioma. Namun proses angiogenesis memegang peranan penting. Sitokin, seperti basic fibroblast growth factor (bFGF) dan vascular endothelial growth factor (VEGF) telah terbukti berhubungan dengan proses angiogenesis. Peningkatan kadar faktor angiogenesis tersebut dan atau berkurangnya kadar angiogenesis inhibitor seperti gamma interferon (Ύ-IF), tumor necrosis factor-beta (TNF-β) dan transforming growth factor-beta (TGF-β) diduga menjadi penyebab terjadinya hemangioma. B. RUMUSAN MASALAH 1. Jelaskan definisi dari hemangioma ! 2. Jelaskan anatomi fisiologi dari hemangioma ! 3. Jelaskan klasifikasi dari hemangioma ! 4. Jelaskan etiologi dari hemangioma ! 5. Jelaskan patofisiologi dari hemangioma ! 6. Jelaskan komplikasi dai hemangioma ! 7. Jelaskan penegakkan diagnosa dari hemangioma ! 8. Jelaskan penanganan dari hemangioma ! C. TUJUAN 1. Mampu menjelaska definisi dari hemangioma 2. Mampu menjelaskan anatomi fisiologi dari hemangioma 3. Mampu menjelaskan klasifikasi dari hemangioma 4. Mampu menjelaskan etiologi dari hemangioma
  • 3. 5. Mampu menjelaskan patofisiologi dari hemangioma 6. Mampu menjelaskan komplikasi dari hemangioma 7. Mampu menjelaskan penegakkan diagnosa dari hemangioma 8. Mampu menjelaskan penanganan dari hemangioma
  • 4. BAB II KERANGKA TEORI A. DEFINISI Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak yang sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak berusia kurang dari 1 satu tahun (5-10%). Biasanya Hemangioma sudah nampak sejak bayi dilahirkan (30%) atau muncul setelah beberapa minggu setelah kelahiran (70%). Hemangioma muncul di setiap tempat pada permukaan tubuh, seperti : kepala, leher, muka, kaki atau dada. Umumnya hemangioma tidak membahayakan karena sebagian besar kasus hemangioma dapat hilang setelah kelahiran. Hemangioma adalah proliferasi dari pembuluh darah yang tidak normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah (Anonim, 2005). Hemangioma merupakan tumor vaskular jinak terlazim pada bayi dan anak. Meskipun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada orang tua, contohnya adalah cherry hemangioma atau angioma senilis yang biasanya jinak, kecil, red-purple papule pada kulit orang tua (Olmstead, et al., 1994; Pieter, et al., 1997; Hamzah, 1999). B. ANATOMO FISIOLOGI 1. Anatomi dan Fisiologi Kulit Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga – rongga, lubang – lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringant dan kelenjar mukosa. Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan subkutan (Syaifudin, 2006). a. Epidermis Epidermis terdiri dari beberapa lapisan sel yaitu :
  • 5. 1) Stratum koneuum Selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati, dan mengandung zat keratin. 2) Stratum lusidum Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah se – sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir – butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperi suatu pita yang bening, batas – batas sel sudah tidak begitu terlihat. 3) Stratum granulosum Stratum ini terdiri dari sel – sel pipih seperti kumparan. Sel – sel tersebut terdapat hanya 2 – 3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma terdapat butir – butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir – butir stratum granulosum. 4) Stratum spinosum/stratum akantosum Lapisan sratum spinosum/stratum akantosum merupakan laisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5 – 8 lapisan. Sel – selnya disebut spinosum karena jika kita lihat di bawah mikroskop sel – selnya terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyal sudut) dan mempunyai tanduk (spina). Disebut akantosum karena sel – selnya berduri. Ternyata spina dan tanduk tersebut adalah hubungan antara sel yang lain yang disebut intercelular bridges atau jembatan interseluler. 5) Stratum basal/geminatifum Stratum basal/geminatifum disebut basal karena sel – selnya terletak di bagian basal. Stratum germatifum menggantikan sel – sel yang diatasnya dan merupakan sel – sel induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir – butir yang halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut seperti pagar (palidase) di bagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran yang disebut membran basalis. Sel – sel basalis dengan membran basalis merupakan batas bawah dari epidermis dengan dermis. Ternyata batas ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada waktu kerium menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papila kori (papila kulit), dan
  • 6. epidermis menonjol ke arah korium. Tonjolan ini disebut rete ridges atau rete pegg (prosessus interpapilaris). b. Dermis Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini tidak jelas hanya kita ambil sebagai patokan adalah mulainya terdapat sel lemak. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas , pars papilaris (stratum papilar) dan bagian bawah, retikularis (stratum retikularis). Batas antara pars papilaris dan pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari jaringan longgar yang tersusun dari serabut – serabut yaitu serabut kolagen, serabut elastis, dan serabut retikulus. Serabut ini saling beranyaman dan masing – masing mempunyai tugas yang berbeda. Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan pada kulit, serabut elastis, memberikan kelenturan pada kulit, dan retikulus, terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alai tersebut. c. Subkutan Subkutis terdiri dari kumpulan – kumpulan sel – sel lemak dan di antara gerombolan ini berjalan serabut – serabut jaringan ikat dermis. Sel – sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak di pinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap – tiap tempat dan juga pembagian antara laki – laki dan perempuan tidak sama (berlainan). Guna penikulus adiposus adalah sebagai shock breaker atau pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Di bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot. 2. Anatomi dan Fisiologi Pembuluh Darah
  • 7. a. Arteri 1) Membawa darah bersih (oksigen) kecuali arteri pulmonalis 2) Mempunyai dinding yang tebal 3) Mempunyai jaringan yang elastis 4) Katup hanya pada pemulaan keluar dari jantung 5) Menunjukkan adanya tempat untuk mendengarkan denyut jantung 6) Pembuluh darah arteri yang terbesar adalah Aorta ( yang keluar dari ventrikel sinistra) dan arteri pulmonalis (yang keluar dari ventrikel dekstra). 7) Cabang dari arteri disebut Arteriola yang selanjutnya menjadi kapiler. b. Vena 1) Membawa darah kotor (sisa metabolisme dan CO2), kecuali vena pulmonalis 2) Mempunyai dinding yg tipis 3) Jaringannya kurang elastis 4) Mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung 5) Tidak menunjukkan adanya tempat mendengar denyut jantung. 6) Pembuluh darah vena yang ukurannya besar adalah vena kava dan vena pulmonalis. 7) Cabang dari vena disebut venolus/ venula yang selanjutnya menjadi kapiler. c. Kapiler 1) Disebut juga pembuluh rambut 2) Terdiri dari sel-sel endotel 3) Diameter kira-kira 0,008 mm Fungsi kapiler: 1) Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena 2) Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan jaringan 3) Mengambil hasil-hasil dari kelenjar 4) Menyerap zat makanan yang terdapat di usus 5) Menyaring darah yang terdapat di ginjal Semua pembuluh darah kecuali kapiler terdiri atas tiga lapisan yaitu : a. Tunika intima/ interna, lapisan dalam yang mempunyai lapisan endotel dan berhubungan dgn darah. b. Tunika media, lapisan tengah, terdiri dari jaringan otot, sifatnya elastis dan termasuk otot polos.
  • 8. c. Tunika adventisia/ eksterna, lapisan luar, terdiri dari jaringan ikat yang berguna menguatkan dinding arteri Fungsi sirkulasi a. Arteri Mentranspor darah di bawah tekanan tinggi ke jaringan, untuk ini arteri mempunyai dinding yang tebal dan kuat krn darah mengalir dengan cepat pada arteri. b. Arteriola Cabang kecil dari arteri. berfungsi sebagai kendali darah yang dikeluarkan ke dalam kapiler. Arteriol mempunyai dinding otot yang kuat, mampu menutup arteriol dan melakukan dilatasi beberapa kali lipat c. Kapiler Untuk pertukaran cairan, zat makanan elektrolit, hormon dan bahan lainnya antara darah dan cairan interstisial. d. Venula Mengumpulkan darah dari kapiler secara bertahap, bergabung menjadi vena yang semakin besar e. Vena Saluran penampung dan pengangkut darah dari jaringan kembali ke jantung, karena tekanan pada sistem vena sangat rendah. C. KLASIFIKASI Pada dasarnya hemangioma dibagi menjadi dua yaitu hemangioma kapiler dan hemangioma kavernosum. Hemangioma kapiler (superfisial hemangioma) terjadi pada kulit bagian atas, sedangkan hemangioma kavernosum terjadi pada kulit yang lebih dalam, biasanya pada bagian dermis dan subkutis. Pada beberapa kasus kedua jenis hemangioma ini dapat terjadi bersamaan atau disebut hemangioma campuran (Hamzah, 1999; Lehrer, 2003). 1. Hemangioma kapiler a. Strawberry hemangioma (hemangioma simplek) Hemangioma kapiler terdapat pada waktu lahir atau beberapa hari sesudah lahir. Lebih sering terjadi pada bayi prematur dan akan menghilang dalam beberapa hari atau beberapa minggu (Hall, 2005). Tampak sebagai bercak merah yang makin lama makin besar. Warnanya menjadi merah menyala, tegang dan berbentuk lobular, berbatas tegas, dan keras pada perabaan. Involusi spontan
  • 9. ditandai oleh memucatnya warna di daerah sentral, lesi menjadi kurang tegang dan lebih mendatar (Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002; Lehrer, 2003; Anonim, 2005). b. Granuloma piogenik Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering terjadi sesudah trauma, jadi bukan oleh karena proses peradangan, walaupun sering disertai infeksi sekunder. Lesi biasanya soliter, dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak dan tersering pada bagian distal tubuh yang sering mengalami trauma. Mula-mula berbentuk papul eritematosa dengan pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat mencapai ukuran 1 cm dan dapat bertangkai, mudah berdarah (Worman, 1998; Hamzah, 1999). 2. Hemangioma kavernosum Lesi ini tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eritematosa atau nodus yang berwarna merah sampai ungu. Bila ditekan akan mengempis dan cepat mengembung lagi apabila dilepas. Lesi terdiri dari elemen vaskular yang matang. Bentuk kavernosum jarang mengadakan involusi spontan (Cohen, 2004; Anonim, 2005). 3. Hemangioma campuran Jenis ini terdiri atas campuran antara jenis kapiler dan jenis kavernosum. Gambaran klinisnya juga terdiri atas gambaran kedua jenis tersebut. Sebagian besar ditemukan pada ekstremitas inferior, biasanya unilateral, soliter, dapat terjadi sejak lahir atau masa anak-anak. Lesi berupa tumor yang lunak, berwarna merah kebiruan yang kemudian pada perkembangannya dapat memberi gambaran keratotik dan verukosa (Hamzah, 1999; Kushner, et al., 1999; Lehrer, 2003; Anonim, 2005). D. ETIOLOGI Penyebab hemangioma sampai saat ini masih belum jelas. Angiogenesis sepertinya memiliki peranan dalam kelebihan pembuluh darah. Cytokines, seperti Basic Fibroblast Growth Factor (BFGF) dan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), mempunyai peranan dalam proses angiogenesis. Peningkatan faktor-faktor pembentukan angiogenesis seperti penurunan kadar angiogenesis inhibitor misalnya gamma-interferon, tumor necrosis factor–beta, dan transforming growth factor–beta berperan dalam etiologi terjadinya hemangioma (Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002). E. PATOFISIOLOGI Meskipun mekanisme yang jelas mengenai kontrol dari pertumbuhan dan involusi hemangioma tidak begitu dimengerti, pengetahuan mengenai pertumbuhan dari
  • 10. pembuluh darah yang normal dan proses angiogenesis dapat dijadikan petunjuk. Vaskulogenesis menunjukkan suatu proses dimana prekursor sel endotel meningkatkan pembentukan pembuluh darah, mengingat angiogenesis berhubungan dengan perkembangan dari pembuluh darah baru yang ada dalam sistem vaskular tubuh. Selama fase proliferasi, hemangioma mengubah kepadatan dari sel-sel endotel dari kapiler- kapiler kecil. Sel marker dari angiogenesis, termasuk proliferasi dari antigen inti sel, collagenase tipe IV, basic fibroblastic growth factor, vascular endothelial growth factor, urokinase, dan E-selectin, dapat dikenali oleh analisis imunokimiawi (Olmstead, et al., 1994; Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002). Hemangioma superfisial dan dalam, mengalami fase pertumbuhan cepat dimana ukuran dan volume bertambah secara cepat. Fase ini diikuti dengan fase istirahat, dimana perubahan hemangioma sangat sedikit, dan fase involusi dimana hemangioma mengalami regresi secara spontan. Selama fase involusi, hemangioma dapat hilang tanpa bekas. Hemangioma kavernosa yang besar mengubah kulit sekitarnya, dan meskipun fase involusi sempurna, akhirnya meninggalkan bekas pada kulit yang terlihat. Beberapa hemangioma kapiler dapat involusi lengkap, tidak meninggalkan bekas (Kantor, 2004; Lehrer, 2004; Hall, 2005). F. TANDA DAN GEJALA 1. Tampak seperti tanda lahir, tetapi pertumbuhannya terjadi secara cepat pada usia 6- 12 bulan. 2. Pertumbuhan ini mulai menyusut dan melambat pada usia 1-7 tahun dan tumor ini menciut pada usia 10-12 tahun, kebanyakan ada pula yang menghilang pada usia 10- 13 tahun. 3. Adanya pola merah terang yang timbul, terkadang dengan permukaan bertekstur (kadang disebut hemangioma stroberi karena berwarna merah seperti buah stroberi). 4. Pembuluh darah vena yang menyebar dari tumor juga bisa terlihat di bawah kulit. Saat hemangioma mulai menyusut, warna merahnya akan memudar. Bekas warna akhir itu umumnya akan hilang saat anak berusia 7 tahun. 5. Untuk hemangioma yang muncul pada lapisan kulit lebih bawah (hemangioma dalam), terlihat seperti lebam atau kebiru-biruan pada kulit tapi terkadang juga malah tidak tampak sama sekali. Lebam ini biasanya terlihat pada saat anak berusia 2-4 bulan. G. KOMPLIKASI
  • 11. 1. Perdarahan Komplikasi ini paling sering terjadi dibandingkan dengan komplikasi lainnya. Penyebabnya ialah trauma dari luar atau ruptur spontan dinding pembuluh darah karena tipisnya kulit di atas permukaan hemangioma, sedangkan pembuluh darah di bawahnya terus tumbuh (Katz, et al., 2002). 2. Ulkus Ulkus menimbulkan rasa nyeri dan meningkatkan resiko infeksi, perdarahan, dan sikatrik. Ulkus merupakan hasil dari nekrosis. Ulkus dapat juga terjadi akibat ruptur (Kushner, et al., 1999). 3. Trombositopenia Jarang terjadi, biasanya pada hemangioma yang berukuran besar. Dahulu dikira bahwa trombositopenia disebabkan oleh limpa yang hiperaktif. Ternyata kemudian bahwa dalam jaringan hemangioma terdapat pengumpulan trombosit yang mengalami sekuesterisasi (Katz, et al., 2002). 4. Gangguan penglihatan Pada regio periorbital sangat meningkatkan risiko gangguan penglihatan dan harus lebih sering dimonitor. Amblyopia dapat merupakan hasil dari sumbatan pada sumbu penglihatan (visual axis). Kebanyakan komplikasi yang terjadi adalah astigmatisma yang disebabkan tekanan tersembunyi dalam bola mata atau desakan tumor ke ruang retrobulbar (Kushner, et al., 1999). H. PENEGAKKAN DIAGNOSA 1. USG Ultrasonografi berguna untuk membedakan hemangioma dari struktur dermis yang dalam ataupun subkutan, seperti kista atau kelenjar limfe. USG secara umum mempunyai keterbatasan untuk mengevaluasi ukuran dan penyebaran hemangioma. Dikatakan juga bahwa USG doppler (2 kHz) dapat digunakan untuk densitas pembuluh darah yang tinggi (lebih dari 5 pembuluh darah/ m2) dan perubahan puncak arteri. Pemeriksaan menggunakan alat ini merupakan pemeriksaan yang sensitif dan spesifik untuk mengenali suatu hemangioma infantil dan membedakannya dari massa jaringan lunak lain. 2. MRI MRI merupakan modalitas imaging pilihan karena mampu mengetahui lokasi dan penyebaran baik hemangioma kutan dan ekstrakutan. MRI juga dapat membantu membedakan hemangioma yang sedang berproliferasi dari lesi vaskuler aliran tinggi
  • 12. yang lain (misalnya malformasi arteriovenus). Hemangioma dalam fase involusi memberikan gambaran seperti pada lesi vaskuler aliran rendah (misalnya malformasi vena. 3. CT scan Pada sentra yang tidak mempunyai fasilitas MRI, dapat merggunakan CT scan walaupun cara ini kurang mampu menggambarkan karakteristik atau aliran darah. Penggunaan kontras dapat membantu membedakan hemangioma dari penyakit keganasan atau massa lain yang menyerupai hemangioma. 4. Foto polos Pemeriksaan foto polos seperti foto sinar X, masih bisa dipakai untuk melihat apakah hemangioma mengganggu jalan nafas. 5. Biopsi kulit Biopsi diperlukan bila ada keraguan diagnosis ataupun untuk menyingkirkan hemangioendotelioma kaposiformis atau penyakit keganasan. Pemeriksaan immunohistokimia dapat membantu menegakkan diagnosis. Komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan biopsi ialah perdarahan. I. PENANGANAN Ada 2 cara pengobatan: 1. Cara konservatif Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami pembesaran dalam bulan-bulan pertama, kemudian mencapai besar maksimum dan sesudah itu terjadi regresi spontan sekitar umur 12 bulan, lesi terus mengadakan regresi sampai umur 5 tahun (Hamzah, 1999). Hemangioma superfisial atau hemangioma strawberry sering tidak diterapi. Apabila hemangioma ini dibiarkan hilang sendiri, hasilnya kulit terlihat normal (Kantor, 2004). 2. Cara aktif Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain adalah hemangioma yang tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga, dan tenggorokan; hemangioma yang mengalami perdarahan; hemangioma yang mengalami ulserasi; hemangioma yang mengalami infeksi; hemangioma yang mengalami pertumbuhan cepat dan terjadi deformitas jaringan (Anonim, 2005). a. Pembedahan
  • 13. Indikasi : 1) Terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang terlalu cepat, misalnya dalam beberapa minggu lesi menjadi 3-4 kali lebih besar. 2) Hemangioma raksasa dengan trombositopenia. 3) Tidak ada regresi spontan, misalnya tidak terjadi pengecilan sesudah 6-7 tahun. Lesi yang terletak pada wajah, leher, tangan atau vulva yang tumbuh cepat, mungkin memerlukan eksisi lokal untuk mengendalikannya (Hamzah, 1999). b. Radiasi Pengobatan radiasi pada tahun-tahun terakhir ini sudah banyak ditinggalkan karena: 1) Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak yang pertumbuhan tulangnya masih sangat aktif. 2) Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka waktu lama. 3) Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang akan menyulitkan bila diperlukan suatu tindakan. c. Kortikosteroid Kriteria pengobatan dengan kortikosteroid ialah: 1) Apabila melibatkan salah satu struktur yang vital. 2) Tumbuh dengan cepat dan mengadakan destruksi kosmetik. 3) Secara mekanik mengadakan obstruksi salah satu orifisium. 4) Adanya banyak perdarahan dengan atau tanpa trombositopenia. 5) Menyebabkan dekompensasio kardiovaskular. Kortikosteroid yang dipakai ialah antara lain prednison yang mengakibatkan hemangioma mengadakan regresi, yaitu untuk bentuk strawberry, kavernosum, dan campuran. Dosisnya per oral 20-30 mg perhari selama 2-3 minggu dan perlahan- lahan diturunkan, lama pengobatan sampai 3 bulan. Terapi dengan kortikosteroid dalam dosis besar kadang-kadang akan menimbulkan regresi pada lesi yang tumbuh cepat (Hamzah, 1999). Hemangioma kavernosa yang tumbuh pada kelopak mata dan mengganggu penglihatan umumnya diobati dengan steroid injeksi yang menurunkan ukuran lesi secara cepat, sehingga perkembangan penglihatan bisa normal. Hemangioma kavernosa atau hemangioma campuran dapat diobati bila steroid diberikan secara oral dan injeksi langsung pada hemangioma (Kantor, 2004).
  • 14. Penggunaan kortikosteroid peroral dalam waktu yang lama dapat meningkatkan infeksi sistemik, tekanan darah, diabetes, iritasi lambung, serta pertumbuhan terhambat (Anonim, 2005). d. Obat sklerotik Penyuntikan bahan sklerotik pada lesi hemangioma, misalnya dengan namor rhocate 50%, HCl kinin 20%, Na-salisilat 30%, atau larutan NaCl hipertonik. Akan tetapi cara ini sering tidak disukai karena rasa nyeri dan menimbulkan sikatrik (Hamzah, 1999). e. Elektrokoagulasi Cara ini dipakai untuk spider angioma untuk desikasi sentral arterinya, juga untuk hemangioma senilis dan granuloma piogenik (Hamzah, 1999). f. Antibiotik Antibiotik diberikan pada hemangioma yang mengalami ulserasi. Selain itu dilakukan perawatan luka secara steril (Anonim, 2005).