SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
VEKTOR PENYAKIT
VIRUS, RIKETSIA, DAN
BAKTERI
3.1. VEKTOR PENYAKIT VIRUS
3.1.1. Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DHF= Dengue Hemorrhagic Fever)
Merupakan penyakit virus yang sangat
berbahaya
Sampai saat ini masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat
Vektor utama adalah nyamuk kebun
(Aedes aegypti), vektor potensial adalah
Aedes albopictus
DAUR HIDUP
Metamorfosis sempurna selama 9 hari
Tempat perindukan : tempat-tempat berisi
air bersih yang letaknya berdekatan
dengan rumah penduduk (tidak lebih dari
500 m), meliputi tempat perindukan
buatan manusia dan tempat perindukan
alamiah
PERILAKU
Nyamuk dewasa betina mengisap darah manusia
pada siang hari (dari pagi hingga petang) dengan
waktu puncak setelah matahari terbit(8.00-10.00)
dan sebelum matahari terbenam (15.00-17.00)
Pengisapan darah dilakukan didalam dan diluar
rumah
Tempat istirahat :
Semak-semak/tanaman rendah dan
rerumputan di halaman rumah atau kebun
Benda-benda yang tergantung didalam
rumah
Umur Nyamuk betina dewasa dialam:
10 hari ,di Lab: 2 bln
Jarak terbang +/- 40 m ; mampu
terbang 2 km
EPIDEMIOLOGI
 Ae aegypti tersebar luas di seluruh Indonesia
Ae aegypti ditemukan di kota-kota pelabuhan
padat penduduk, juga di temukan di
pedesaan sekitar kota pelabuhan
Penyebaran Ae. Aegypti dari pelabuhan ke
desa dikarenakan larva yang terbawa melalui
transportasi yang mengangkut benda-benda
berisi air hujan
EPIDEMIOLOGI (Lanjutan)
Pengendalian
Perlindungan perorangan dari gigitan nyamuk
(kawat kasa, kelambu, penyemprotan dinding
rumah dengan insektisida, penggunaan
repellent saat berkebun)
Pembuangan atau mengubur benda-benda
yang dapat menampung air hujan
Mengganti air atau membersihkan tempat-
tempat air seminggu sekali

Abatisasi
Fogging dengan malathion minimal dua kali
dengan jarak 10 hari di daerah yang terkena
wabah
Pendidikan Kesehatan Masyarakat
Memonitor kepadatan populasi Ae aegypti
penting dalam upaya mengevaluasi adanya
ancaman DHF dan untuk meningkatkan tindakan
pengendalian vektor
Pengukuran kepadatan populasi nyamuk yang
belum dewasa : memeriksa tempat-tempat
perindukan di dalam dan di luar rumah
(sebanyak 100 rumah di daerah pemeriksaan)
EPIDEMIOLOGI (Lanjutan)
Angka indeks yang perlu diketahui :
Angka rumah (house index): persentase
rumah yang positif larva Ae. Aegypti
Angka tempat perindukan ( container Index ):
persentase tempat perindukan yang positif
larva Ae. Aegypti
Angka Breteau ( Breteau Index ): jumlah
tempat perindukan yang positif larva Ae.
Aegypti dalam tiap 100 rumah
3.1.2 PENYAKIT JAPANESE B.
ENCEPHALITIS
Di temukan di Asia Tenggara (Filipina,
Kamboja, Muangthai, Malaysia, Singapura) Di
Indonesia penyakit tersebut belum banyak di
pelajari, tetapi kemungkinan besar penyakit tsb
juga ada di Indonesia karena : Banyak kasus
meninggal dengan gejala klinis yang sama
dengan Jap. B. encephalitis
Kepadatan nyamuk vektor cukup tinggi dan
telah dapat di isolasi virus Jap.B.encephalitis
dari tubuh nyamuk yang di tangkap di sekitar
Jakarta
Gejala Klinis : demam, sakit kepala, mual,
muntah, lemas, malaise, mental
disorientation.
Kematian terjadi 2-4 hari setelah terinfeksi
virus
Vektor : Culex tritaeniorhynchus & Cx.
gelidus
Tempat peristirahatan : dekat kandang
ternak (kerbau, sapi, babi)
Mengisap darah manusia dan darah
binatang (kerbau, sapi,babi,burung, bebek)
pada malam hari di dalam atau luar rumah
3.1.3. PENYAKIT CHIKUNGUNYA
Belum banyak dipelajari di indonesia,
namun ditemukan penyakit tsb di
Indonesia, karena virus Chikungunya telah
dapat diisolasi dari nyamuk Ae. Aegypti di
Jakarta
Gejala klinis mirip Jap. B. encephalitis,
ditandai dengan demam, sakit kepala
seperti influenza dan penderita mengalami
kelumpuhan motorik
Vektor : Ae aegypti dan Ae albopictus
3.1.4. PENYAKIT DEMAM
KUNING
Vektor : Ae aegypti
Belum pernah dilaporkan di Indonesia
walaupun vektornya tersebar di seluruh
Indonesia
Di Amerika Selatan dan Afrika Selatan
penyakit tsb dilaporkan ada sejak puluhan
tahun
Gejala Klinis : pusing, sakit punggung,
demam, muntah. Kematian terjadi 5-8 hari
setelah terinfeksi
3.2. VEKTOR PENYAKIT
RIKETSIA
3.2.1. Penyakit Demam Semak Demam
semak = Scrub typhus, tsutsugamushi
disease, Delikoorts
Di temukan di Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Irja
Penyebab penyakit : Rikettsia
tsutsugamushi
Gejala klinis : kepala pusing, malaise,
limfodenitis, adanya escar.
Angka kematian berkisar 1 - 60%
Vektor : Leptotrombidium akamusi, L.
deliensis, L. fletsheri
DAUR HIDUP
Metamorfosis tak sempurna (telur-larva-
nimfa-dewasa) selama 1 – 2 bulan
Stadium larva mengisap darah manusia
dan binatang mamalia
Penularan transovarian : sejak larva
Leptotrombidium mendapatkan infeksi
Rickettsia sampai menjadi larva generasi
berikutnya masih tetap infektif
Leptotrombidium dewasa berukuran ± 1 mm
Hidup sbg pemangsa arthropoda lain dan
pemakan tanaman
Hanya stadium larva yang menghisap darah
mamalia dan manusia
Telur diletakkan ditanah atau tangkai tanaman
spt. rumput atau semak
Larva mencari mangsa untuk menghisap darah
Sta. nimfa dewasa
Pertumbuhan telur dewasa memerlukan waktu
1-2 bulan
EPIDEMIOLOGI
R. tsutsugamushi biasanya hidup sebagai parasit
tikus ladang
 Pencegahan Penularan : Menghindari kontak
dengan tungau saat bekerja di ladang/hutan di
daerah endemi, yaitu membedaki kaos kaki dan
sepatu yang dipakai dengan serbuk DDT 10%
Menelan kloramfenikol 500 mg sehari selama 10
hari selama bertugas di ladang/hutan
3.3. VEKTOR PENYAKIT
BAKTERI
3.3.1. Vektor Penyakit Pes
Pernah di temukan secara endemi di
Jawa Tengah Tahun 1968 terjadi epidemi
di Boyolali dengan banyak kematian
Di sebabkan oleh bakteri Yersinia pestis
Vektor : Pinjal Xenopsylla cheopis,
Stivalius cognatus, Neopsylla sondaica
Manusia terinfeksi melalui gigitan pinjal atau tinja
pinjal yang mengandung Y. pestis
Gejala Klinis : peradangan dan pembesaran
kelenjar limfe terbentuk benjolan/bubo (disebut
pes bubo/bubonic plague) Y. pestis masuk ke
dalam peredaran darah (disebut pes
septikimia/septichemic plague) masuk kedalam
paru (disebut pes paru/pulmonic plague).
Penderita dapat meninggal dalam 2-3 hari setelah
terinfeksi
Cara penularan : Propagatif
DAUR HIDUP
X. Cheopis, S. Cognatus dan N. Sondaica
termasuk ordo Siphonaptera
Badan pipih
Berukuran 1,5-4 mm
Pinjal hidup sebagai parasit tikus ladang dan
bersarang di antara bulu tikus
Mengalami metamorfosis sempurna selama 18
hari
EPIDEMIOLOGI
Penyakit pes sebenarnya adalah penyakit tikus (zoonosis)
Pemberantasan:
Menangkap tikus dengan perangkap dan membunuhnya
Memberantas tikus dengan insektisida DDT dan BHC
(bensin heksaklorida) Upaya pemberantasan tsb
berbahaya, yaitu bila pinjal kehilangan hospesnya (tikus),
pinjal mencari hospes baru.
Jalan keluar: Tikus yang tertangkap dibersihkan pinjalnya
kemudian dilepas dan ditangkap kembali pada
penangkapan berikutnya
Mempertahan populasi tikus di daerah endemi pada
jumlah minimal ttt dan di pantau dengan indeks pinjal

More Related Content

What's hot

Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)Andhika Pratama
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiSarthyna Lukman
 
PPT MK PATOFISIOLOGI TBC.pptx
PPT MK PATOFISIOLOGI TBC.pptxPPT MK PATOFISIOLOGI TBC.pptx
PPT MK PATOFISIOLOGI TBC.pptxEdwinFransiari
 
Pemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan DiagnostikPemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan DiagnostikSulistia Rini
 
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan PengendaliannyaKutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannyasiska fiany
 
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)NajMah Usman
 
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4tristyanto
 
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS NajMah Usman
 
Toksoplasmosis 3 a
Toksoplasmosis 3 aToksoplasmosis 3 a
Toksoplasmosis 3 afikri asyura
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiVivi Yunisa
 

What's hot (20)

Tuberkulosis ppt
Tuberkulosis pptTuberkulosis ppt
Tuberkulosis ppt
 
Persentasi vaksin
Persentasi vaksinPersentasi vaksin
Persentasi vaksin
 
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologi
 
Penyuluhan HIV/AIDS
Penyuluhan HIV/AIDSPenyuluhan HIV/AIDS
Penyuluhan HIV/AIDS
 
PPT MK PATOFISIOLOGI TBC.pptx
PPT MK PATOFISIOLOGI TBC.pptxPPT MK PATOFISIOLOGI TBC.pptx
PPT MK PATOFISIOLOGI TBC.pptx
 
Rantai Penularan Penyakit
Rantai Penularan PenyakitRantai Penularan Penyakit
Rantai Penularan Penyakit
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
Pemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan DiagnostikPemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan Diagnostik
 
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan PengendaliannyaKutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
 
Five level prevention
Five level preventionFive level prevention
Five level prevention
 
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
 
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
 
Makalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamurMakalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamur
 
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS
 
Infeksi Nosokomial
Infeksi NosokomialInfeksi Nosokomial
Infeksi Nosokomial
 
FLORA NORMAL
FLORA NORMALFLORA NORMAL
FLORA NORMAL
 
Toksoplasmosis 3 a
Toksoplasmosis 3 aToksoplasmosis 3 a
Toksoplasmosis 3 a
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
PPT Penyakit Menular Seksual
PPT Penyakit Menular SeksualPPT Penyakit Menular Seksual
PPT Penyakit Menular Seksual
 

Viewers also liked

Epidemiologi penyakit-menular
Epidemiologi penyakit-menularEpidemiologi penyakit-menular
Epidemiologi penyakit-menularFebby Wadoe
 
Zoonotik enf(fazlası için www.tipfakultesi.org)
Zoonotik enf(fazlası için www.tipfakultesi.org)Zoonotik enf(fazlası için www.tipfakultesi.org)
Zoonotik enf(fazlası için www.tipfakultesi.org)www.tipfakultesi. org
 
Chlamydia trachomatis (Definisi, Etiologi, Patofisiologi dan Manifestasi Klinis)
Chlamydia trachomatis (Definisi, Etiologi, Patofisiologi dan Manifestasi Klinis)Chlamydia trachomatis (Definisi, Etiologi, Patofisiologi dan Manifestasi Klinis)
Chlamydia trachomatis (Definisi, Etiologi, Patofisiologi dan Manifestasi Klinis)Lena Setianingsih
 
STUDI KASUS TENTANG PENYAKIT TYPOID DI RSUD BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN
STUDI KASUS TENTANG PENYAKIT TYPOID DI RSUD BANJARBARU KALIMANTAN SELATANSTUDI KASUS TENTANG PENYAKIT TYPOID DI RSUD BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN
STUDI KASUS TENTANG PENYAKIT TYPOID DI RSUD BANJARBARU KALIMANTAN SELATANmariaseptiamemorini
 
Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogikKompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogikDedy EnHa
 
2. rangka otot & pesawat sederhana k13
2. rangka otot & pesawat sederhana k132. rangka otot & pesawat sederhana k13
2. rangka otot & pesawat sederhana k13lore_rel_ka
 
Morfologi, daur hidup, perilaku nyamuk
Morfologi, daur hidup, perilaku nyamukMorfologi, daur hidup, perilaku nyamuk
Morfologi, daur hidup, perilaku nyamukriski albughari
 
Menerapkan ilmu kesehatan masyarakat
Menerapkan ilmu kesehatan masyarakatMenerapkan ilmu kesehatan masyarakat
Menerapkan ilmu kesehatan masyarakatDewi Fitriani
 
Mikrobiologi Bakteri
Mikrobiologi BakteriMikrobiologi Bakteri
Mikrobiologi Bakterikikikamila
 
Ilmu kesehatan masyarakat
Ilmu kesehatan masyarakatIlmu kesehatan masyarakat
Ilmu kesehatan masyarakatNova Ci Necis
 
Chlamydia trachomatis
Chlamydia trachomatisChlamydia trachomatis
Chlamydia trachomatismays yousuf
 
Chlamydia trachomatis
Chlamydia trachomatisChlamydia trachomatis
Chlamydia trachomatiswao2008
 
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShareSlideShare
 
What to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShareWhat to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShareSlideShare
 
Getting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareGetting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareSlideShare
 

Viewers also liked (19)

Epidemiologi penyakit-menular
Epidemiologi penyakit-menularEpidemiologi penyakit-menular
Epidemiologi penyakit-menular
 
Zoonotik enf(fazlası için www.tipfakultesi.org)
Zoonotik enf(fazlası için www.tipfakultesi.org)Zoonotik enf(fazlası için www.tipfakultesi.org)
Zoonotik enf(fazlası için www.tipfakultesi.org)
 
Chlamydia trachomatis (Definisi, Etiologi, Patofisiologi dan Manifestasi Klinis)
Chlamydia trachomatis (Definisi, Etiologi, Patofisiologi dan Manifestasi Klinis)Chlamydia trachomatis (Definisi, Etiologi, Patofisiologi dan Manifestasi Klinis)
Chlamydia trachomatis (Definisi, Etiologi, Patofisiologi dan Manifestasi Klinis)
 
STUDI KASUS TENTANG PENYAKIT TYPOID DI RSUD BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN
STUDI KASUS TENTANG PENYAKIT TYPOID DI RSUD BANJARBARU KALIMANTAN SELATANSTUDI KASUS TENTANG PENYAKIT TYPOID DI RSUD BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN
STUDI KASUS TENTANG PENYAKIT TYPOID DI RSUD BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN
 
Cephalopoda
CephalopodaCephalopoda
Cephalopoda
 
Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogikKompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik
 
2. rangka otot & pesawat sederhana k13
2. rangka otot & pesawat sederhana k132. rangka otot & pesawat sederhana k13
2. rangka otot & pesawat sederhana k13
 
Morfologi, daur hidup, perilaku nyamuk
Morfologi, daur hidup, perilaku nyamukMorfologi, daur hidup, perilaku nyamuk
Morfologi, daur hidup, perilaku nyamuk
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
Menerapkan ilmu kesehatan masyarakat
Menerapkan ilmu kesehatan masyarakatMenerapkan ilmu kesehatan masyarakat
Menerapkan ilmu kesehatan masyarakat
 
5. entomologi
5. entomologi5. entomologi
5. entomologi
 
Mikrobiologi Bakteri
Mikrobiologi BakteriMikrobiologi Bakteri
Mikrobiologi Bakteri
 
Ilmu kesehatan masyarakat
Ilmu kesehatan masyarakatIlmu kesehatan masyarakat
Ilmu kesehatan masyarakat
 
Chlamydia trachomatis
Chlamydia trachomatisChlamydia trachomatis
Chlamydia trachomatis
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
Chlamydia trachomatis
Chlamydia trachomatisChlamydia trachomatis
Chlamydia trachomatis
 
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
 
What to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShareWhat to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShare
 
Getting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareGetting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShare
 

Similar to VEKTOR PENYAKIT

Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala
Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik BerkalaOptimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala
Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik BerkalaMila Khairina
 
Peranan Virus Yang Merugikan
Peranan Virus Yang MerugikanPeranan Virus Yang Merugikan
Peranan Virus Yang Merugikanirestya
 
1338991 634652878368467500
1338991 6346528783684675001338991 634652878368467500
1338991 634652878368467500ajeyizna
 
Ilmu penyakit unggas
Ilmu penyakit unggasIlmu penyakit unggas
Ilmu penyakit unggasHidayatmaskar
 
1.PMK BPP WINONGAN.pptx
1.PMK BPP WINONGAN.pptx1.PMK BPP WINONGAN.pptx
1.PMK BPP WINONGAN.pptxAchmadMawardi4
 
materi penyuluhan gedangsari dbd.pptx
materi penyuluhan gedangsari dbd.pptxmateri penyuluhan gedangsari dbd.pptx
materi penyuluhan gedangsari dbd.pptxssuser85bb91
 
Makalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisMakalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisNovi Fachrunnisa
 
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakatpresentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakatLuthfiNurFitriani
 
Juknis penyakit ulat new
Juknis penyakit ulat newJuknis penyakit ulat new
Juknis penyakit ulat newBPA_ADMIN
 
Kebijakan Lingkungan
Kebijakan LingkunganKebijakan Lingkungan
Kebijakan LingkunganSyaf Abudin
 
Peyakit yang disebabkan oleh virus
Peyakit yang disebabkan oleh virusPeyakit yang disebabkan oleh virus
Peyakit yang disebabkan oleh virusHafidz Setiyadi
 

Similar to VEKTOR PENYAKIT (20)

Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala
Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik BerkalaOptimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala
Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala
 
Peranan Virus Yang Merugikan
Peranan Virus Yang MerugikanPeranan Virus Yang Merugikan
Peranan Virus Yang Merugikan
 
zoonotic disease Kota Marudu
zoonotic disease Kota Maruduzoonotic disease Kota Marudu
zoonotic disease Kota Marudu
 
Rabies
RabiesRabies
Rabies
 
1338991 634652878368467500
1338991 6346528783684675001338991 634652878368467500
1338991 634652878368467500
 
Ilmu penyakit unggas
Ilmu penyakit unggasIlmu penyakit unggas
Ilmu penyakit unggas
 
RABIES MAT UGM 2021.pptx
RABIES MAT UGM 2021.pptxRABIES MAT UGM 2021.pptx
RABIES MAT UGM 2021.pptx
 
1.PMK BPP WINONGAN.pptx
1.PMK BPP WINONGAN.pptx1.PMK BPP WINONGAN.pptx
1.PMK BPP WINONGAN.pptx
 
materi penyuluhan gedangsari dbd.pptx
materi penyuluhan gedangsari dbd.pptxmateri penyuluhan gedangsari dbd.pptx
materi penyuluhan gedangsari dbd.pptx
 
Virus
VirusVirus
Virus
 
Makalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisMakalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopis
 
Sap dbd
Sap dbdSap dbd
Sap dbd
 
RABIES
RABIESRABIES
RABIES
 
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakatpresentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
 
Juknis penyakit ulat new
Juknis penyakit ulat newJuknis penyakit ulat new
Juknis penyakit ulat new
 
Kebijakan Lingkungan
Kebijakan LingkunganKebijakan Lingkungan
Kebijakan Lingkungan
 
IW RABIES.pdf
IW RABIES.pdfIW RABIES.pdf
IW RABIES.pdf
 
Peyakit yang disebabkan oleh virus
Peyakit yang disebabkan oleh virusPeyakit yang disebabkan oleh virus
Peyakit yang disebabkan oleh virus
 
Cacing nematoda
Cacing nematodaCacing nematoda
Cacing nematoda
 
Bab 2 virus
Bab 2 virusBab 2 virus
Bab 2 virus
 

More from riski albughari

Vektor penyakit protozoa
Vektor penyakit protozoaVektor penyakit protozoa
Vektor penyakit protozoariski albughari
 
6 pencatatan & pelapoan bdrs (dr. neni )
6 pencatatan & pelapoan bdrs (dr. neni )6 pencatatan & pelapoan bdrs (dr. neni )
6 pencatatan & pelapoan bdrs (dr. neni )riski albughari
 
5b manajemen perawatan dan kalibrasi alat 1
5b manajemen perawatan dan kalibrasi alat 15b manajemen perawatan dan kalibrasi alat 1
5b manajemen perawatan dan kalibrasi alat 1riski albughari
 
5 pengawasan dan penilaian kualitas
5 pengawasan dan penilaian kualitas5 pengawasan dan penilaian kualitas
5 pengawasan dan penilaian kualitasriski albughari
 
4 keamaman kerja di bdrs
4 keamaman kerja di bdrs4 keamaman kerja di bdrs
4 keamaman kerja di bdrsriski albughari
 
3 komplikasi transfusi darah
3 komplikasi transfusi darah3 komplikasi transfusi darah
3 komplikasi transfusi darahriski albughari
 
3 fungsi dan tugas utd & bdrs
3 fungsi dan tugas utd & bdrs3 fungsi dan tugas utd & bdrs
3 fungsi dan tugas utd & bdrsriski albughari
 
1 bagan alur kegiatan bdrs
1 bagan alur kegiatan bdrs1 bagan alur kegiatan bdrs
1 bagan alur kegiatan bdrsriski albughari
 
Reaksi terhadap agen fisika dan agen kimia
Reaksi terhadap agen fisika dan agen kimiaReaksi terhadap agen fisika dan agen kimia
Reaksi terhadap agen fisika dan agen kimiariski albughari
 
Pemurnian dan identifikasi virus
Pemurnian dan identifikasi virusPemurnian dan identifikasi virus
Pemurnian dan identifikasi virusriski albughari
 
Pembiakan dan asal virus
Pembiakan dan asal virusPembiakan dan asal virus
Pembiakan dan asal virusriski albughari
 

More from riski albughari (20)

Vektor penyakit protozoa
Vektor penyakit protozoaVektor penyakit protozoa
Vektor penyakit protozoa
 
Vektor mekanik
Vektor mekanikVektor mekanik
Vektor mekanik
 
6 pencatatan & pelapoan bdrs (dr. neni )
6 pencatatan & pelapoan bdrs (dr. neni )6 pencatatan & pelapoan bdrs (dr. neni )
6 pencatatan & pelapoan bdrs (dr. neni )
 
5b manajemen perawatan dan kalibrasi alat 1
5b manajemen perawatan dan kalibrasi alat 15b manajemen perawatan dan kalibrasi alat 1
5b manajemen perawatan dan kalibrasi alat 1
 
5 pengawasan dan penilaian kualitas
5 pengawasan dan penilaian kualitas5 pengawasan dan penilaian kualitas
5 pengawasan dan penilaian kualitas
 
4 keamaman kerja di bdrs
4 keamaman kerja di bdrs4 keamaman kerja di bdrs
4 keamaman kerja di bdrs
 
3 komplikasi transfusi darah
3 komplikasi transfusi darah3 komplikasi transfusi darah
3 komplikasi transfusi darah
 
3 fungsi dan tugas utd & bdrs
3 fungsi dan tugas utd & bdrs3 fungsi dan tugas utd & bdrs
3 fungsi dan tugas utd & bdrs
 
2 menulis pks
2 menulis pks2 menulis pks
2 menulis pks
 
1 bagan alur kegiatan bdrs
1 bagan alur kegiatan bdrs1 bagan alur kegiatan bdrs
1 bagan alur kegiatan bdrs
 
Regulasi yan darah 2010
Regulasi yan darah 2010Regulasi yan darah 2010
Regulasi yan darah 2010
 
Konsep dasar virologi
Konsep dasar virologiKonsep dasar virologi
Konsep dasar virologi
 
Cytomegalovirus. nnn
Cytomegalovirus. nnnCytomegalovirus. nnn
Cytomegalovirus. nnn
 
Hiv
HivHiv
Hiv
 
Reaksi terhadap agen fisika dan agen kimia
Reaksi terhadap agen fisika dan agen kimiaReaksi terhadap agen fisika dan agen kimia
Reaksi terhadap agen fisika dan agen kimia
 
Presentasi h5 n1 short
Presentasi h5 n1 shortPresentasi h5 n1 short
Presentasi h5 n1 short
 
Penggolongan virus
Penggolongan virusPenggolongan virus
Penggolongan virus
 
Pemurnian dan identifikasi virus
Pemurnian dan identifikasi virusPemurnian dan identifikasi virus
Pemurnian dan identifikasi virus
 
Pembiakan dan asal virus
Pembiakan dan asal virusPembiakan dan asal virus
Pembiakan dan asal virus
 
Replikasi virus
Replikasi virusReplikasi virus
Replikasi virus
 

VEKTOR PENYAKIT

  • 2. 3.1. VEKTOR PENYAKIT VIRUS 3.1.1. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DHF= Dengue Hemorrhagic Fever) Merupakan penyakit virus yang sangat berbahaya Sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat Vektor utama adalah nyamuk kebun (Aedes aegypti), vektor potensial adalah Aedes albopictus
  • 3.
  • 4.
  • 5. DAUR HIDUP Metamorfosis sempurna selama 9 hari Tempat perindukan : tempat-tempat berisi air bersih yang letaknya berdekatan dengan rumah penduduk (tidak lebih dari 500 m), meliputi tempat perindukan buatan manusia dan tempat perindukan alamiah
  • 6.
  • 7. PERILAKU Nyamuk dewasa betina mengisap darah manusia pada siang hari (dari pagi hingga petang) dengan waktu puncak setelah matahari terbit(8.00-10.00) dan sebelum matahari terbenam (15.00-17.00) Pengisapan darah dilakukan didalam dan diluar rumah
  • 8. Tempat istirahat : Semak-semak/tanaman rendah dan rerumputan di halaman rumah atau kebun Benda-benda yang tergantung didalam rumah
  • 9. Umur Nyamuk betina dewasa dialam: 10 hari ,di Lab: 2 bln Jarak terbang +/- 40 m ; mampu terbang 2 km
  • 10. EPIDEMIOLOGI  Ae aegypti tersebar luas di seluruh Indonesia Ae aegypti ditemukan di kota-kota pelabuhan padat penduduk, juga di temukan di pedesaan sekitar kota pelabuhan Penyebaran Ae. Aegypti dari pelabuhan ke desa dikarenakan larva yang terbawa melalui transportasi yang mengangkut benda-benda berisi air hujan
  • 11. EPIDEMIOLOGI (Lanjutan) Pengendalian Perlindungan perorangan dari gigitan nyamuk (kawat kasa, kelambu, penyemprotan dinding rumah dengan insektisida, penggunaan repellent saat berkebun) Pembuangan atau mengubur benda-benda yang dapat menampung air hujan Mengganti air atau membersihkan tempat- tempat air seminggu sekali 
  • 12. Abatisasi Fogging dengan malathion minimal dua kali dengan jarak 10 hari di daerah yang terkena wabah Pendidikan Kesehatan Masyarakat Memonitor kepadatan populasi Ae aegypti penting dalam upaya mengevaluasi adanya ancaman DHF dan untuk meningkatkan tindakan pengendalian vektor Pengukuran kepadatan populasi nyamuk yang belum dewasa : memeriksa tempat-tempat perindukan di dalam dan di luar rumah (sebanyak 100 rumah di daerah pemeriksaan)
  • 13.
  • 14.
  • 15. EPIDEMIOLOGI (Lanjutan) Angka indeks yang perlu diketahui : Angka rumah (house index): persentase rumah yang positif larva Ae. Aegypti Angka tempat perindukan ( container Index ): persentase tempat perindukan yang positif larva Ae. Aegypti Angka Breteau ( Breteau Index ): jumlah tempat perindukan yang positif larva Ae. Aegypti dalam tiap 100 rumah
  • 16. 3.1.2 PENYAKIT JAPANESE B. ENCEPHALITIS Di temukan di Asia Tenggara (Filipina, Kamboja, Muangthai, Malaysia, Singapura) Di Indonesia penyakit tersebut belum banyak di pelajari, tetapi kemungkinan besar penyakit tsb juga ada di Indonesia karena : Banyak kasus meninggal dengan gejala klinis yang sama dengan Jap. B. encephalitis Kepadatan nyamuk vektor cukup tinggi dan telah dapat di isolasi virus Jap.B.encephalitis dari tubuh nyamuk yang di tangkap di sekitar Jakarta
  • 17. Gejala Klinis : demam, sakit kepala, mual, muntah, lemas, malaise, mental disorientation. Kematian terjadi 2-4 hari setelah terinfeksi virus Vektor : Culex tritaeniorhynchus & Cx. gelidus Tempat peristirahatan : dekat kandang ternak (kerbau, sapi, babi) Mengisap darah manusia dan darah binatang (kerbau, sapi,babi,burung, bebek) pada malam hari di dalam atau luar rumah
  • 18. 3.1.3. PENYAKIT CHIKUNGUNYA Belum banyak dipelajari di indonesia, namun ditemukan penyakit tsb di Indonesia, karena virus Chikungunya telah dapat diisolasi dari nyamuk Ae. Aegypti di Jakarta Gejala klinis mirip Jap. B. encephalitis, ditandai dengan demam, sakit kepala seperti influenza dan penderita mengalami kelumpuhan motorik Vektor : Ae aegypti dan Ae albopictus
  • 19. 3.1.4. PENYAKIT DEMAM KUNING Vektor : Ae aegypti Belum pernah dilaporkan di Indonesia walaupun vektornya tersebar di seluruh Indonesia Di Amerika Selatan dan Afrika Selatan penyakit tsb dilaporkan ada sejak puluhan tahun Gejala Klinis : pusing, sakit punggung, demam, muntah. Kematian terjadi 5-8 hari setelah terinfeksi
  • 20. 3.2. VEKTOR PENYAKIT RIKETSIA 3.2.1. Penyakit Demam Semak Demam semak = Scrub typhus, tsutsugamushi disease, Delikoorts Di temukan di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Irja
  • 21. Penyebab penyakit : Rikettsia tsutsugamushi Gejala klinis : kepala pusing, malaise, limfodenitis, adanya escar. Angka kematian berkisar 1 - 60% Vektor : Leptotrombidium akamusi, L. deliensis, L. fletsheri
  • 22. DAUR HIDUP Metamorfosis tak sempurna (telur-larva- nimfa-dewasa) selama 1 – 2 bulan Stadium larva mengisap darah manusia dan binatang mamalia Penularan transovarian : sejak larva Leptotrombidium mendapatkan infeksi Rickettsia sampai menjadi larva generasi berikutnya masih tetap infektif
  • 23. Leptotrombidium dewasa berukuran ± 1 mm Hidup sbg pemangsa arthropoda lain dan pemakan tanaman Hanya stadium larva yang menghisap darah mamalia dan manusia Telur diletakkan ditanah atau tangkai tanaman spt. rumput atau semak Larva mencari mangsa untuk menghisap darah Sta. nimfa dewasa Pertumbuhan telur dewasa memerlukan waktu 1-2 bulan
  • 24.
  • 25.
  • 26.
  • 27.
  • 28. EPIDEMIOLOGI R. tsutsugamushi biasanya hidup sebagai parasit tikus ladang  Pencegahan Penularan : Menghindari kontak dengan tungau saat bekerja di ladang/hutan di daerah endemi, yaitu membedaki kaos kaki dan sepatu yang dipakai dengan serbuk DDT 10% Menelan kloramfenikol 500 mg sehari selama 10 hari selama bertugas di ladang/hutan
  • 29. 3.3. VEKTOR PENYAKIT BAKTERI 3.3.1. Vektor Penyakit Pes Pernah di temukan secara endemi di Jawa Tengah Tahun 1968 terjadi epidemi di Boyolali dengan banyak kematian Di sebabkan oleh bakteri Yersinia pestis Vektor : Pinjal Xenopsylla cheopis, Stivalius cognatus, Neopsylla sondaica
  • 30. Manusia terinfeksi melalui gigitan pinjal atau tinja pinjal yang mengandung Y. pestis Gejala Klinis : peradangan dan pembesaran kelenjar limfe terbentuk benjolan/bubo (disebut pes bubo/bubonic plague) Y. pestis masuk ke dalam peredaran darah (disebut pes septikimia/septichemic plague) masuk kedalam paru (disebut pes paru/pulmonic plague). Penderita dapat meninggal dalam 2-3 hari setelah terinfeksi Cara penularan : Propagatif
  • 31. DAUR HIDUP X. Cheopis, S. Cognatus dan N. Sondaica termasuk ordo Siphonaptera Badan pipih Berukuran 1,5-4 mm Pinjal hidup sebagai parasit tikus ladang dan bersarang di antara bulu tikus Mengalami metamorfosis sempurna selama 18 hari
  • 32.
  • 33.
  • 34.
  • 35. EPIDEMIOLOGI Penyakit pes sebenarnya adalah penyakit tikus (zoonosis) Pemberantasan: Menangkap tikus dengan perangkap dan membunuhnya Memberantas tikus dengan insektisida DDT dan BHC (bensin heksaklorida) Upaya pemberantasan tsb berbahaya, yaitu bila pinjal kehilangan hospesnya (tikus), pinjal mencari hospes baru. Jalan keluar: Tikus yang tertangkap dibersihkan pinjalnya kemudian dilepas dan ditangkap kembali pada penangkapan berikutnya Mempertahan populasi tikus di daerah endemi pada jumlah minimal ttt dan di pantau dengan indeks pinjal