SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
A STUDY OF A STIELTJES INTEGRAL DEFINED ON
ARBITRARY NUMBER SETS
Hirwanto
Program Studi Matematika,
Universitas Gadjah Mada.
Universitas Gadjah Mada
hirwanto.iwan@yahoo.com
Daftar Isi
1 DASAR TEORI 2
1.1 Aljabar Himpunan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.2 Integral Riemann . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.3 Integral Riemann - Stieltjes . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.4 Eksistensi Integral Riemann -Stieltjes . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2 A STUDY OF A STIELTJES INTEGRAL DEFINED ON ARBITRARY NUMBER SETS 6
2.1 Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
2.2 Definisi Permulaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
2.3 Kriteria Cauchy Bersama untuk Limit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
2.4 Transformasi dari Definisi D ke Definisi C . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
1 DASAR TEORI
Pada bab ini dibahas tentang konsep yang mendasari pembahasan di bab-bab berikutnya. Konsep
dasar yang dibahas pada bab ini antara lain: aljabar himpunan,bilangan real,barisan bilangan real,
dan integral meliputi integral Riemann dan integral Stieltjes.
1.1 Aljabar Himpunan
Himpunan merupakan dasar dari semua matematika, semua objek dan kontruksi matematika
kembali pada teori himpunan. Kata himpunan(set) memiliki kesamaan kata yaitu kelas, koleksi,
aggregate, dan ensemble. Jika A dinotasikan sebagai himpunan dan jika x anggotanya, seringkali
kita menulis dengan x ∈ A artinya x elemen dari A atau x anggota dari A, atau himpunan A memuat
anggota x, x didalam A. Lebih jauh, jika A himpunan dan jika x bukan anggota dari A,kita juga
seringkali menulis dengan x /∈ A
1.2 Integral Riemann
3
Diketahui [a,b] selang tertutup, maka himpunan terurut
P = {a = x0,x1,x2,...,xn = b}
dengan xi−1 − xi(i = 1,2,...,n) disebut partisi Riemann pada [a,b] dengan mesh(norma) P =
maks{∆ix;i = 1,2,...,n}.
Definisi 1.1
1.3 Integral Riemann - Stieltjes
Integral Riemann -Stieltjes merupakan modifikasi dari integral Riemann biasa, yang didapatkan
dengan mengganti panjang xi −xi−1 subinterval [xi−1 −xi] itu muncul didalam jumlahan Riemann
menggunakan selisih ϕ(xi)−ϕ(xi−1), dimana fungsi yang diberikan ϕ : I → ℜ.
Misalkan f,ϕ : I → ℜ fungsi terbatas pada selang kompak [a,b]. Jika ˙P := {([xi−1],ti)}n
i=1 merupakan
partisi bertanda dari I , maka jumlahan Riemann -Stieltjes (RS) f terhadap ϕ untuk ˙P adalah
Σ(f,ϕ, ˙P) = Σn
i=1 f(ti)[ϕ(ti)−ϕ(xi−1)] (1.1)
Definisi 1.2 (Bartle, 2001)
Kita mengatakan f terintegral Rieman-Stieltjes(RS) terhadap ϕ pada [a,b] jika terdapat A ∈ ℜ
dengan demikian untuk setiap ε > 0 terdapat ζε > 0 dengan demikian jika ˙P := {([xi−1],ti)}n
i=1
adalah sebarang partisi dengan mesh µ( ˙P):=maks{xi −xi−1} ≤ ζε, maka
|Σ(f,ϕ; ˙P)−A| ≤ ε.
Didalam kasus ini, kita bisa menuliskan A = b
a fdϕ = I fdϕ. Fungsi f disebut integrand dan ϕ
integrator atau fungsi berat (weight function)
(1) Jika ϕ(x),∀x ∈ [a,b], maka integral Riemann -Stieltjes menjadi integral Rieman biasa.
(2) Didalam banyak aplikasi,ϕ merupakan fungsi naik, sehingga ϕ(xi)−ϕ(xi−1) ≥ 0,∀i.
(3) Pendekatan lain untuk Integral Riemann -Stieltjes adalah sama tetapi tidak ekuivalen den-
gan definisi 1.2
Contoh 1.1
Jika f,g terintegral Rieman- Stieltjes terhadap ϕ pada [a,b] dan jika k ∈ ℜ maka f + g dan k f
DASAR TEORI
terintegral ϕ pada [a,b] dan
b
a
(f +g)dϕ =
b
a
fdϕ+
b
a
dϕ
b
a
k fdϕ = k
b
a
fdϕ
Juga, jika f terintegral Riemann -Stieltjes terhadap ϕ dan ψ dan kϕ pada [a,b] dan k ∈ ℜ, maka f
terintegral RS terhadap ϕ+ψ dan kϕ pada [a,b] dan
b
a
fd(ϕ+ψ) =
b
a
fdϕ+
b
a
fdϕ,
b
a
fd(kϕ) = k
b
a
fdϕ.
Hubungan diatas biasa disebut dengan sifat dua linear (bilinear property) Integral Riemann-Stieltjes.
Misalkan f dan ϕ fungsi terbatas pada I := [a,b], maka f terintegral Riemann-Stieltjes terhadap ϕ
jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0 terdapat θε > 0 dengan sifat jika ˙P1 dan ˙P2 sebarang partisi
bertanda dari [a,b] yang lebih kecil daripada θε , maka berlakulah
|Σ(f,ϕ; ˙P−Σ(f,ϕ;P2))| ≤ ε
Teorema 1.1 (Bartle,2001)
1.4 Eksistensi Integral Riemann -Stieltjes
Hasil selanjutnya adalah penting untuk melihat eksistensi teorema untuk Integral Riemann -
Siteltjes. Didalam pandangan ini, kita akan membuktikan teorema dibawah ini.
Jika f := [a,b] → ℜ adalah kontinu dan ϕ : [a,b] → ℜ mempunyai variasi terbatas(bounded varia-
tion) atau BV maka f terintegral Riemann- Stieltjes terhadap ϕ pada [a,b].
Teorema 1.2 (Bartle,2001)
Bukti. Ketika f kontinu secara seragam, diberikan bilangan ε > 0 terdapat δε > 0 dengan sifat
jika s,t ∈ [a,b] dan |s −t| ≤ 2δψ, maka |f(s) − f(t)| ≤ ε. Andaikan bahwa ˙P := {([xi−1],xi)}n
i=1 dan
˙P := {([yj−1],yj)}m
j=1 merupakan partisi bertanda dari [a,b] < δε, dan misalkan Q := {([zk−1],zk)}r
k=1
merupakan partisi tak bertanda yang didapatkan dengan menggunakan semua titik xi dan yj dari
˙P1 dan ˙P2. Jadi setiap selang bagian [xi−1,xi] dan[yj−1,yj] adalah gabungan berhingga banyak se-
lang bagian [zk−1,zk]; lebih jauh jika [zk−1,zk] didalam irisan [xi−1,xi] [yj−1,yj], maka ti,sj memenuhi
|ti −sj| ≤ 2δε, sehingga |f(ti)− f(sj)| ≤ ε.
Jumlahan Riemann - Stieltjes Σ(f,ϕ, ˙P) bisa ditulis sebagai jumlahan atas selang bagian di dalam
Q; dengan nama
∑(f,ϕ; ˙P) =
n
∑
i=1
f(ti)[ϕ(xi)−ϕ(xi−1) =
n
∑
k=1
f(ti)[w(zk)−w(zk−1)],
5
Dimana ti ∈ ˙P yang berkorepodensi ke selang bagian tunggal [xi−1,xi] yang memuat [zk−1,zk]. Se-
cara sama, ∑(f,ϕ; ˙P) bisa ditulis sebagai jumlahan atau Q menggunakan titik sj yang berkoren-
spodensi ke subinterval tunggal [yj−i,yj] yang memuat [zk−1,zk]. Itu terlihat bahwa
∑(f,ϕ; ˙P1)−∑(f,ϕ; ˙P2) =
r
∑
k=1
[f(ti)− f(sj)][ϕ(zk)−ϕ(zk−1)].
Jadi, kita mempunyai
|∑(f,ϕ; ˙P1)−∑(f,ϕ; ˙P2)| ≤
r
∑
k=1
ε|ϕ(zk)−ϕ(zk−1)| ≤ Var(ϕ;[a,b]).
Ketika sebarang ε > 0, menggunakan Teorema 1.1 yang berarti f terintegral RS terhadap ϕ pada
[a,b] 2
Akibat 1.1 Jika f kontinu pada [a,b] dan ϕ ∈ BV([a,b]) maka
|
b
a
fdϕ| ≤ [ sup
t∈[a,b]
|f(t)|].Var(ϕ;[a,b])
Bukti. Misalkan ( ˙Pn)∞
n=1 barisan partisi bertanda dengan demikian kita mempunyai |∑(f,ϕ; ˙P)−
b
a fdϕ| ≤ 1n. Maka | b
a fdϕ| ≤ |∑(f,ϕ; ˙P)|+1n.
Integral menggunakan Bagian
Fakta utama tentang integral Riemann -Stieltjes adalah f terintegral Riemann -Siteltjes terhadap
ϕ jika dan hanya jika ϕ terintegral Riemann -Stieltjes ke f, yang didalam kasus
b
a
fdϕ+
b
a
ϕd f = fϕ|b
a (1.2)
2
Jika M ⊆ [a,b], f dan g
Teorema 1.3 (A.Coppin,2007)
2
A STUDY OF A STIELTJES
INTEGRAL DEFINED ON
ARBITRARY NUMBER
SETS
Abstrak
Our purpose is to study a generalized Stieltjes defined on a class of subsets of a closed number
interval. We extend the result. Among other result, we prove that
• If M ⊆ [a,b] and f and g are functions with domain M such that f is g−integrable over M,
and there exists left(right) extension f∗ dan g∗ to [a,b], respectively, then f∗ is g∗− integrable
on [a,b] and
b
a
f∗
dg∗
=
M
fdg
• Suppose that F and G are functions with domain including [a,b] such that
(a) F is G−integrable on [a,b]
(b) M ⊆ [a,b] and a,b ∈ M
(c) if z belong to [a,b] − M dan ε is a positif number, then there is an open interval s
containing z such that |F(x) − F(z)||G(v) − G(u)| < ε where each of u,v, and x is in
s∩[a,b],u < z < v, and u ≤ x ≤ v.
Then F is G−integrable on M, and b
a f∗dg∗ dx = M fdg
7
2.1 Pendahuluan
Integral Riemann-Stieltjes menyisakan topik yang menarik. Didalam paper ini kita akan menye-
lidiki modifikasi integral Riemann yang didefinisikan pada sebarang himpunan. Kasus khusus
integral ini kali pertama didefinisikan oleh Coppin dan Vance dimana integralnya didefinisikan
atas dense subset interval yang memuat titik-titik ujung interval itu. Coppin dan Vance telah me-
nunjukkan syarat perlu dan cukup untuk f terintegral g pada dense subset dari [a,b] dimana f|M
dan |M tidak mempunyai persekutuan titik kontinu. Vance memberikan karakterisasi fungsional
terbatas. Dia telah membuktikan representasi teorema untuk fungsi quasi kontinu didefinisikan
pada selang tertutup. Misalkan ∆ didefinisikan himpunan semua dense subset dari [a,b] yang
memuat a dan b. Coppin memberikan syarat dimana f terintegral g pada M di ∆ dibuktikan
f terintegral g di M di ∆ dan M ⊂ M . Dia menunjukkan bahwa jika f terintegral g pada suatu
anggota uncountable ∆, maka f teintegral g pada banyak uncountable ∆. Tambahan, Dia telah
membuktikan bahwa jika M anggota countable M dari ∆, maka ada fungsi bernilai real f dan g
dengan daerah asal [a,b] dengan demikian bahwa f terintegral g pada M dan tidak ada anggota
∆ lainnya. Coppin menambahkan hasilnya dengan menunjukkan bahwa f terintegral g pada M
di ∆ dan f|M dan g|M yang tidak mempunyai titik persekutuan yang diskontinu jika dan hanya
jika f terintegral pada setiap himpunan bagian M ∈ ∆ juga terbukti bahwa jika M ∈ ∆, f dan g
fungsi yang didefinisikan pada [a,b] yang mempunyai persekutuan dari kanan(kiri) di z dan f
terintegral g pada M, maka f terintegral pada M ∪{z} dan M∪{z} fdg = M fdg yang menunjukkan
bahwa jika f dan g fungsi dengan daerah asal [a,b] dan f dan g tidak mempunyai titik perseku-
tuan yang kontinu dari kiri(kanan), maka himpunan {w : w = M fdg M ∈ ∆} terhubung.
Di paper ini, kita akan belajar integral Siteltjes atas sebarang himpunan. Kita akan memband-
ingkan integral ini dengan partisi penghalus integral Stieltjes.
2.2 Definisi Permulaan
Kita akan memberikan definisi dan penetapan yang digunakan di paper ini.
Secara umum, selang M adalah himpunan [a,b]M = [c,d]∩M dimana c,d ∈ M dan c < d. Dua inter-
val dikatakan nonovelapping jika dan hanya jika A∩B tidak memuat selang. Koleksi interval tak
kosong dikatakan nonoverlapping jika dan hanya jika setiap dua anggota yang berbeda adalah
nonoverlapping. Di paper ini, semua fungsinya terbatas.
Jika M himpunan bilangan maka D dikatakan sebagai partisi dari M jika dan hanya jika D adalah
koleksi berhingga subinterval yang nonoverlapping M. E(D) dinotasikan sebagai himpunan titik-
titik ujung D.
Definisi 2.1
Jika M himpunan bilangan, dan D partisi dari M, maka D dikatakan sebagai partisi penghalus D
jika dan hanya jika D partisi M dan E(D) ⊆ E(D ).
Definisi 2.2
A STUDY OF A STIELTJES INTEGRAL DEFINED ON ARBITRARY NUMBER SETS
Jika D koleksi interval tak kosong, maka δ dikatakan fungsi pilihan pada D jika dan hanya jika δ
adalah fungsi dengan daerah asal D dengan demikian δ(d) ∈ d untuk setiap d ∈ D.
Definisi 2.3
Jika D partisi dengan himpunan bilangan M, δ fungsi pilihan pada D, dan f dan g fungsi dengan
daerah asal termasuk didalam ∪D, maka
∑(f,g,D,δ) = ∑
[p,q]M∈D
f(δ([p,q]M)).[g(q)−g(p)]
Definisi 2.4
Andaikan M adalah himpunan bilangan dan f dan g fungsi dengan daerah asal termasuk di-
dalamnya M. Maka f dikatakan terintegral g pada M jika dan hanya jika terdapat bilangan
W(disebut integral f terhadap g dan dinotasikan sebagai M fdg) dengan demikian bahwa un-
tuk setiap ε > 0, ada partisi D dari M berlaku
| W −∑(f,g,D ,δ) |< ε.
Untuk setiap partisi penghalus D dari D dan setiap fungsi pilihan δ pada D .
Definisi 2.5
2.3 Kriteria Cauchy Bersama untuk Limit
Andaikan M adalah himpunan bilangan. Pernyataan bahwa D adalah arah (direction) di M (atau
arah D, jika tidak ada ambiguitas) artinya bahwa D adalah koleksi selang tak kosong dari M
dengan demikian bahwa untuk setiap dua himpunan S1 dan S2 ∈ D, ada anggota S3 ∈ D dengan
demikian S3 ⊂ S1 ∩S2.
Definisi 2.6
Andaikan f adalah fungsi dengan daerah asal termasuk himpunan bilangan M dan D adalah
direction di M. Maka pernyataan f mempunyai limit ke D artinya bahwa ada bilangan L (ditulis
limD f) dengan demikian jika ε > 0, terdapat S ∈ D berlaku
| L− f(x) |< ε,∀x ∈ S
Definisi 2.7
9
Andaikan bahwa D adalah direction di M dan f fungsi dengan daerah asal termasuk M. Maka
limD f ada jika dan hanya jika ∀ε > 0, terdapat S ∈ D sehingga berlaku
| f(u)− f(v) |< ε,∀u,v ∈ S
Teorema 2.1 (Kriteria Cauchy Bersama untuk Limit)
Bukti. Diketahui limD f ada, katakan limD f = L berarti untuk setiap ε > 0 terdapat S ∈ D berlaku
| L− f(x) |< ε,∀x ∈ S,
Ambil sebarang ε > 0, selanjutnya
ada s1 ∈ D berlaku | L− f(u) |< ε
2 ,∀u ∈ S
ada s2 ∈ D berlaku | L− f(v) |< ε
2 ,∀v ∈ S,
Kemudian dipilih S = mins1,s2 sehingga diperoleh
2
(Kriteria Cauchy Bersama untuk Limit) Andaikan D direction di M, dan f adalah fungsi terbatas
dengan dearah asal termasuk M. Maka terdapat limD f ada dan limD g ada jika dan hanya jika
untuk setiap ε > 0 terdapat S ∈ D berlaku
| f(u)− f(v) || g(s)−g(r) |< ε,∀u,v,r,s ∈ S.
Teorema 2.2
Bukti.
⇒
Andaikan bahwa limD f atau limD g ada.Tanpa menghilangkan keumuman, asumsikan limD f ada.
Karena g terbatas, kita tahu bahwa A > 0, dengan demikian bahwa
| g(x) |< A (2.1)
Untuk setiap x ∈ M. Misalkan ε > 0. Karena limD f ada, menggunakan Teorema 2.1, untuk ε 2A >
0, terdapat S ∈ D, berlaku
| f(u)− f(v) |<
ε
2A
(2.2)
Untuk setiap u dan v didalam S. Dari (2.1) diatas, kita mempunyai
| g(s)−g(v) |< 2A (2.3)
Untuk setiap r dan s didalam M, dan selanjutnya ∀r,s ∈ S. Dari 2.2 dan 2.3,didapat
| f(u)− f(v) || g(s)−g(r) |< ε,∀u,v,r,s ∈ S
⇐
Andaikan bahwa untuk setiap ε > 0, terdapat suatu S ∈ D dengan demikian bahwa
| f(u)− f(v) || g(s)−g(r) |< ε (2.4)
A STUDY OF A STIELTJES INTEGRAL DEFINED ON ARBITRARY NUMBER SETS
Untuk u,v,r,s ∈ S. Tanpa menghilangkan keumuman, kita asumsikan bahwa limD f tidak ada. Jadi
Menggunakan definisi 2.7, terdapat ρ > 0 sehingga untuk sebarang S ∈ D dan suatu u,v ∈ S berlaku
| f(u)− f(v) |≥ ρ
Kita akan tunjukkan bahwa asumsi ini mengikuti fakta bahwa limD g haruslah ada.
Andaikan bahwa ε > 0. Dari (2.4) untuk ρε > 0, terdapat suatu S ∈ D dengan demikian berlaku
| f(u)− f(v) || g(s)−g(r) |< ρε (2.5)
Untuk setiap u,v,r,s ∈ S. Dari sini, ada u,v ∈ S, sehingga
| f(u)− f(v) |≥ ρ (2.6)
Jadi dari (2.5) dan (2.6), kita dapatkan ρ | g(s)−g(r) |≤| f(u)− f(v) || g(s)−g(r) |< ρε, atau | g(s)−
g(r) |< ε,∀s,r ∈ S. Jadi Menggunakan definisi 2.7, kita tahu bahwa limD g ada. 2
Akibat 2.1 limD f ada atau limD g ada jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0, terdapat S ∈ D dengan
demikian bahwa | f(u)− f(v) || g(s)−g(r) |< ε,∀u,v,r,s ∈ S dimana r ≤ u ≤ s dan r ≤ v ≤ s.
Bukti.
⇐
Ini mengikuti dengan Teorema 2.2
⇒
Asumsikan hipotesis dan kedua limD f dan limD g tidak ada. Maka menggunakan definisi 2.7,
untuk suatu ε1 > 0 dan ∀S ∈ D, terdapat u,v ∈ S dengan demikian | f(u)− f(v) |≥ ε1. Dengan cara
yang sama untuk suatu ε2 > 0 dan S ∈ D terdapat r,s ∈ D dengan demikian | g(s)−g(r) |≥ ε2.
Untuk ε1ε2 > 0, Menggunakan hipotesis, ada suatu S ∈ D dimana
| f(u)− f(v) || g(s)−g(r) |< ε1ε2 (2.7)
Untuk setiap u,v,r,s ∈ S, dimana r ≤ u ≤ s dan r ≤ v ≤ s.
Sekarang, sebarang dipilih r,s ∈ S. Kita bisa asumsikan bahwa r < s sehingga ada u,v ∈ S dengan
demikian r ≤ u,v ≤ s dan | f(u)− f(v) |≥ ε1. Dari (2.7), kita mempunyai
| g(s)−g(r) | ε1 <| f(u)− f(v) || g(s)−g(r) |< ε1ε2
atau
| g(s)−g(r) |< ε2
Untuk setiap r,s ∈ S. Ini kontradiksi dengan yang diketahui terdapat r,s ∈ S dengan demikian
| g(s)−g(r) |≥ ε2. Jadi pengandaian harus diingkar sehingga didapat bahwa limD g ada limD f ada.
2
2.4 Transformasi dari Definisi D ke Definisi C
Andaikan bahwa M ⊆ [a,b], maka sebuah gap G ∈ M (atau gap G jika tidak ada ambiguitas) adalah
maksimal himpunan bagian yang terhubung dari (a,b) yang tidak memuat titik M.
Definisi 2.8
11
Andaikan M adalah himpunan dan G adalah Gap. Didalam dalam definisi ini kita mengikuti
Hewitt dan Stromberg untuk pengertian selang. Kita sekarang mendefinisikan direction dibawah
ini :
DG adalah koleksi semua selang yang memuat titik G, titik ujung kanan M dan titik ujung kiri
M.
DG
+ adalah koleksi semua selang dengan titik ujung kiri M dan titik ujung kanan gap G
DG
− adalah koleksi semua selang dengan titik ujung kanan M dan titik ujung kiri gap G
Definisi 2.9
Jika f fungsi dengan daerah asal termasuk himpunan bilangan M, G adalah sebuah gap di M,
atau G ∈ M, dan limDG f ada, maka limD+
G
f dan limD−
G
f ada dan
lim
DG
f = lim
D+
G
f = lim
D−
G
f
Teorema 2.3
Bukti. Andaikan bahwa f fungsi dengan daerah asal termasuk himpunan bilangan M, G adalah
sebuah G ∈ M, dan limDG f ada dan kita notasikan menggunakan L.
Misalkan ε > 0. Maka ketika limDG f ada, terdapat S ∈ DG demikian bahwa | L − f(x) |< ε,∀x ∈ S.
Sekarang, misalkan S+ anggota DG
+ dimana S+ ⊆ S. Maka | L − f(x) |< ε,∀x ∈ S+. Jadi menggu-
nakan definisi limD+
G
f, kita tahu bahwa limD+
G
f = L. Secara sama kita bisa membuktikan bahwa
limD−
G
f ada dan limD+
G f = L.
Jadi limDG f = limD+
G
f = limD−
G
f. 2
Jika f dan g fungsi dengan daerah asal M ⊆ [a,b] dengan demikian f terintegral g pada M dan G
adalah sebuah gap di M, maka limD−
G
f dan limD+
G
f ada atau limD−
G
g dan limD−
G
g ada.
Teorema 2.4
Bukti. Mengikuti argumen, direction D adalah DG untuk suatu gap G.
Andaikan bahwa ε > 0. Ketika f terintegral g pada M, terdapat bilangan W dan partisi P dari M
dengan demikian bahwa
| W − ∑
P ∈P
f(x)[g(q)−g(p)] |<
ε
2
(2.8)
Untuk sebarang partisi P dari P dan untuk semua [p,q]M ∈ P dan sebarang x ∈ [p,q]M.
Misalkan [c,d]M anggota P dimana G ⊆ [c,d]. Catatan bahwa, S = [c,d]M ∈ D. Misalkan r,s,u,v
sebarang anggota S. Tanpa menghilangkan keumuman, asumsikan bahwa r ≤ s, dan r ≤ u,v ≤ s.
Misalkan P partisi penghalus P dengan demikian E(P ) = E(P)∪{r,s}.
Misalkan bahwa T = ∑ f(x)[g(q) − g(p)] dimana x = p, untuk setiap [p,q]M ∈ P didalam kasus
ketika [p,q]M = [r,s]M, kita misalkan x = u. Misalkan U didefinsikan didalam masalah yang sama
sebagai T kecuali didalam [p,q]M = [r,s]M, kita misalkan x = v.
Dari (2.8), kita mempunyai
A STUDY OF A STIELTJES INTEGRAL DEFINED ON ARBITRARY NUMBER SETS
| W −T |< ε
2 dan | W −U |< ε
2 .
Dengan menambahkan dan mengaplikasikan ketidaksamaan segitiga untuk nila mutlak, kita
mendapatkan
U −T <
ε
2
.
Ini telah menunjukkan bahwa
U −V = [f(v)− f(u)][g(s)−g(r)].
Sehingga
| [f(v)− f(u)][g(s)−g(r)] | .
Jadi, untuk sebarang ε > 0, terdapat S ∈ D yang memuat G dengan demikian bahwa untuk se-
barang r,s ∈ M dimana [r,s] ⊆ D dan sebarang u,v ∈ M dimana r ≤ u ≤ s dan r ≤ v ≤ s, kita mem-
punyai bahwa
| [f(u)− f(v)][g(s)−g(r)] |< ε.
Jadi Menggunakan Akibat 2.1, maka limD f ada limD g ada. Menggunakan Teorema 2.3, limD−
G
f
dan limD+
G
f ada atau limD−
G
g dan limD+
G
g ada. 2
Jika f fungsi dengan daerah asal M ⊆ [a,b], z adalah anggota dari [a,b]−M adalah titik limit(limit
point) dari f | [a,z], maka terdapat bilangan c dengan demikian (z,c) adalah titik limit dari grafik
f | [a,z]. Dengan cara yang jika z adalah titik limit dari daerah asal f | [z,b], maka terdapat bilangan
c sehingga (z,c) adalah titik limit dari grafik f | [z,b].
Teorema 2.5
Bukti. Bukti itu secara langsung, menggunakan aplikasi dari Teorema Heine-Borel di selang verk-
tikal {(z,t) : −B ≤ t ≤ B}, dimana B adalah batas positif untuk | f | dan | g |. 2
Didalam Teorema 2.5 , c dikatakan quasi end value.
Definisi 2.10
Andaikan f fungsi dengan daerah asal M ⊂ [a,b]. Menggunakan f∗, kita artikan sebuah fungsi
yang berlaku
(a) f∗(x) = f(x) untuk setiap x ∈ M, dan
(b) Jika x ∈ [a,b]−M dan G adalah gap yang memuat x, maka f∗(x) adalah sama dengan quasi
end value f terhadap G. Itu dapat dimengerti ketika ada lebih dari satu pilihan untuk f∗(x)
maka hanya satu pilihan yang dibuat dan sama untuk setiap nilai di G.
Definisi 2.11
f∗ dikenal sebagai extension f ke [a,b]. Jika quasi-left value adalah digunakan secara konsisten
untuk setiap gap, maka f∗ dikenal sebagai left extension f pada [a,b]. Right extension juga didefin-
isikan dengan cara yang sama.
13
Jika f dan g fungsi dengan daerah asal M ⊆ [a,b],a ≤ r∗ ≤ x∗ ≤ s∗ ≤ b, dimana r∗,x∗,s∗ ∈ M, dan
ε > 0, maka
(a) Jika a ∈ M, terdapat left extension f∗ dan g∗ dari f dan g ke [a,b], dan terdapat bilangan
r,s,x ∈ M, dengan demikian a ≤ r ≤ r∗, r ≤ x ≤ x∗, x ≤ s ≤ s∗ dan | f ∗ (x∗)[g∗(s∗) − g∗(r∗)] −
f(x)[g(s)−g(r)] |< ε, dan
(b) Jika b ∈ M, terdapat right extension f∗ dan g∗ dari f dan g ke [a,b], dan terdapat bilangan
x∗ ≤ x ≤ s, s∗ ≤ s ≤ b, dan | f∗(x∗)[g∗(s∗)−g∗(r∗)]− f(x)[g(s)−g(r)] |< ε.
Teorema 2.6
Bukti. Untuk bagian (a) Andaikan a ≤ r∗ ≤ x∗ ≤ s∗ ≤ b dimana r∗,x∗,s∗ ∈ M. Andaikan ε > 0 dan B
adalah positive common bound dari | f | dan | g |. Misalkan ε = min{ε/6B, ε/6}. Ketika a ≤ r∗,
misalkan z = inf(M ∩ [a,r∗]). Jika z ∈ M, misalkan r = z. Jika tidak, z merupakan titik limit M.
Didalam kasus terakhir, menggunakan Teorema 2.5, terdapat titik dengan sumbu z yang meru-
pakan titik limit dari grafik g | [a,z]. Selanjutnya, terdapat anggota r dari M dengan demikian
bahwa a ≤ r ≤ r∗ dan g(r) = g∗(r∗) + δ1, dimana | δ1 |< ε . Dengan cara yang sama, ada bilangan
x ∈ M dengan demikian bahwa r ≤ x ≤ x∗ dan f(x) = f∗(x∗)+δ2, dimana | δ2 |< ε. Seperti masalah
yang sama juga didapat, ada anggota s ∈ M, sehingga r ≤ x ≤ x∗, dan g(s) = g∗(s∗) + δ3, dimana
| δ3 |< ε . Maka
| f∗(x∗)[g∗(s∗)−g∗(r∗)]− f(x)[g(s)−g(r)]
=| [f(x)+δ2][g(s)+δ3 −g(r)−δ1]− f(x)[g(s)−g(r)] |
=| f(x)[g(s)−g(r)]+ f(x)[δ3 −δ1]+δ2[g(s)−g(r)]+δ2[δ3 −δ1]−
f(x)[g(s)−g(r)] |≤| f(x)[δ3 −δ1] | + | δ2[g(s)−g(r)] | + | δ2[δ3 −δ2] |
< B. 2ε
6B + 2ε
6B .2B+ 2ε
6 = ε
3 + ε
3 + ε
3 = ε
Jadi, | f∗(x∗)[g∗(s∗)−g∗(r∗)]− f(x)[g(s)−g(r)] |< ε. Bukti bagian (b)adalah sama untuk bagian (a).
2
Jika M ⊆ [a,b], f dan g fungsi dengan daerah asal M dengan demikian f terintegral g atas M, dan
terdapat left extension kiri(kanan) f∗ dan g∗ dari f dan g ke [a,b], maka f∗ terintegral g∗ pada [a,b]
dan
b
a
f∗
dg∗
=
M
fdg
Teorema 2.7
Bukti. Andaikan M ⊆ [a,b] dan f dan g fungsi dengan daerah asal M dengan demikian bahwa
f terintegral pada M. Misalkan W = M fdg dan f∗, g∗ left(right) extension dari f dan g. Tanpa
menghilangkan keumuman, kita asumsikan left extension dari f dan g dan jika a,b,∈ M. Andaikan
A STUDY OF A STIELTJES INTEGRAL DEFINED ON ARBITRARY NUMBER SETS
ρ > 0. Jadi, ada partisi D dari M dengan demikian bahwa
| W −∑ f(x)[g(q)−g(p)] |<
ρ
2
(2.9)
Untuk sebarang partisi penghalus D ⊆ D dan untuk semua [p,q]M ∈ D dan sebarang x ∈ [p,q]M.
Sekarang kita kontruksikan D dan δ. Misalkan P partisi dari [a,b] dengan demikian E(P) = E(D)
dan misalkan P sebarang partisi penghalus P. Sekarang kita akan kontruksikan partisi penghalus
D dari D dengan demikian
| ∑(f,g,D ,δ)−∑(f∗
,g∗
,P ,δ ) <
ρ
2
dimana δ sebagai fungsi pilihan pada P dan δ fungsi pilihan yang spesifik pada D .
Misalkan N banyaknya elemen di P . Dinotasikan P = {[u∗
k−1,uk
∗]}N
k=1. Kita mulai dengan memilih
ε di Teorema terdahulu menjadi ρ 2N. Dengan mempertimbangkan adanya [u0
∗,u1
∗] dari P dan
x∗ = δ ([u0
∗,u1
∗]), maka menggunakan Teorema 2.6, kita dapatkan anggota u0,u1,x0 ∈ M dengan
demikian a ≤ u0 ≤ u0
∗ ≤ x ≤ x∗ ≤ u1 ≤ u1
∗ ≤ b dan
| f∗
(x0
∗
)[g∗
(u1
∗
)−g∗
(u0
∗
)]− f(x0)[g(u1)−g(u0)] |<
ρ
2N
Sekarang, kita mempertimbangkan adanya bilangan u1,u2
∗,x1
∗. Terdapat bilangan x1 dan x2 den-
gan demikian bahwa u ≤ x1 ≤ x1
∗ ≤ u2 ≤ u2
∗ dan
| f∗
(x1
∗
)[g∗
(u2
∗
)−g∗
(u1
∗
)]− f(x1)[g(u2)−g(u1)] |<
ρ
2N
.
Maka, kita lanjutkan proses seterusnya untuk k = 2,...,N sehingga ketidaksamaan dibawah ini :
f∗
(x∗
k−1)[g∗
(uk
∗
)−g∗
(u∗
k−1)− f(x1)[g(uk)−g(uk−1)] |<
ρ
2N
.
Untuk k = 1,...,N.
Dengan menambahkan N ke ketidaksamaan diatas dan mengaplikasi ketidaksamaan segitiga,
kita dapatkan dibawah ini :
| ∑(f,g,D ,δ)−∑(f∗
,g∗
,P ,δ ) |<
ρ
2
(2.10)
Dimana D = {[uk−1,uk]}N
k=1 dan δ([uk−1,uk]) = xk untuk k = 1,...,N. Sekarang, kita mempunyai D
dan δ.
Dengan menambahkan 2.9 dan 2.10, kita dapatkan
| W −∑(f∗
,g∗
,P ,δ ) |< ρ
Dimana P sebarang partisi penghalus dari P dan δ sebarang fungsi pilihan pada P . Jadi f∗ ter-
integral g∗ pada [a,b] dan b
a f∗dg∗ = M fdg. 2
Andaikan bahwa F dan G fungsi dengan daerah asal termasuk [a,b] dengan demikian bahwa
(a) F terintegral G pada [a,b]
(b) M = [a,b],a,b ∈ M
(c) Jika z elemen [a,b]−M dan ε bilangan positif, maka ada interval terbuka s memuat z dengan
demikian | F(x)−F(z) || G(v)−G(u) |< ε, dimana ∀u,v,x ∈ s∩[a,b],u < z < v dan u ≤ x ≤ v.
Maka F terintegral G pada M dan b
a FdG = M FdG.
Teorema 2.8
15
Bukti. Andaikan ε > 0. Ketika F terintegral G pada [a,b], terdapat partisi D dari [a,b] dengan
demikian, jika D partisi penghalus D, maka
|
b
a
FdG−∑(F,G,D ,δ ) |<
ε
2
Untuk setiap fungsi pilihan δ pada D .
Tanpa menghilangkan keumuman, misalkan kita ambil kasus element D mempunyai titik ujung
yang bukan anggota M.
Andaikan bahwa A = E(D) ∩ Mc yang bisa dituliskan sebagai A = {x1,x2,...,xN}. Menggunakan
bagian (b) dan (c) dari hipotesis kita, ada koleksi G = {(ri,si) : i = 1,2,...,N} subinterval terbuka
yang saling asing dari [a,b] dengan titik ujung di M, setiapnya memuat tentunya satu anggota
dari A, memuat bukan titik dari E(D)∩M, dan jika xi ∈ A, maka
| F(x)−F(xi) || G(v)−G(u) |<
ε
2N
(2.11)
untuk setiap u,v,x ∈ (ri,si)∩[a,b], dimana u < xi < v,u ≤ x ≤ v untuk i = 1,...,N.
Misalkan D dinotasikan partisi penghalus D dimana E(D ) = E(D)∪{r1,s1,r2,s2,...,rN,sN}. Mis-
alkan P dinotasikan partisi dari M dengan demikian E(P) = E(D )∩M. Andaikan bahwa P adalah
sebarang partisi penghalus P. Untuk i = 1,...,N, Misalkan [ci,di]M dinotasikan elemen dari P den-
gan demikian bahwa ci < xi < di.
Dari (2.11), ketika ci,di,xi ∈ (ri,si)∩[a,b], kita mempunyai
| F(x)[G(di)−G(ci)]−F(xi)[G(xi)−G(ci)]−F(xi)[G(di)−G(xi)] |<
ε
2N
(2.12)
Dimana x sebarang bilangan di [ci,di]M,i = 1,2,...,N. Ketika terdapat N ∈ A, dari (2.12), kita mem-
punyai
|
N
∑
i=1
F(x)[G(di)−G(ci)]−
N
∑
i=1
F(xi)[G(xi)−G(ci)]−
N
∑
i=1
F(xi)[G(di)−G(xi)] |<
ε
2
. (2.13)
Misalkan D” dinotasikan partisi penghalus dari D dengan demikian E(D”) = E(P”) ∪ E(D). Mis-
alkan QP = {[ci,di]M}N
i=1 dan QD” = {[ci,di]}N
i=1 ∪{[xi,di]}N
i=1.
Misalkan ρ sebarang fungsi pilihan pada P dan misalkan δ fungsi pilihan pada D” didefinisikan
sebagai δ ([p,q]) = ρ([p,q]M) untuk setiap [p,q]M ∈ P − QP , untuk setiap [p,q] ∈ D” − QD” dan
δ ([ci,xi]) = δ ([xi,di]) = xi,i = 1,2,...,N. Jadi (2.13) menjadi
| ∑(F,G,QP ,ρ)−∑(F,G,QD”,δ ) |<
ε
2
. (2.14)
Kita juga mempunyai
∑(F,G,D”−QD”,δ ) = ∑(F,G,P −QP ,ρ) (2.15)
dan
∑(F,G,D”,δ ) = ∑(F,G,QD”,δ )+∑(F,G,D”−QD”,δ ) (2.16)
dan
∑(F,G,P ,ρ) = ∑(F,G,QP ,ρ)+∑(F,G,P −QP ,ρ) (2.17)
Substitusikan (2.15)ke dalam (2.16), kita dapatkan
∑(F,G,D”,δ ) = ∑(F,G,QD”,δ )+∑(F,G,P −QP ,ρ) (2.18)
A STUDY OF A STIELTJES INTEGRAL DEFINED ON ARBITRARY NUMBER SETS
Dengan menghitung selisih antara sisi kiri (2.17) dan (2.18) dan kemudia disubstitusikan ke (2.14),
didapatkan
| ∑(F,G,P ,ρ)−∑(F,G,D”,δ ) |<
ε
2
(2.19)
Selanjutnya, dengan diketahui bahwa
|
b
a
FdG−∑(F,G,D”,δ ) |<
ε
2
(2.20)
Dengan mengkombinasikan (2.19) dan (2.20).
|
b
a
FdG−∑(F,G,P ,ρ) |< ε
Jadi, menggunakan definisi, F terintegral G pada M dan menggunakan ketunggalan integral di-
dapatkan b
a FdG = M FdG. 2
ty
Contoh 2.1
1 paso
2 paso
3 paso
4 paso
1 paso
2 paso
3 paso
4 paso
Daftar Pustaka
[1] W. Gautschi. Numerical Analysis. An Introduction. Birkhäuser, 1997.
[2] P. Henrici.Essentials of Numerical Analysis. Wiley, New York, 1982.

More Related Content

What's hot

Modul 9 akar primitif dan aritmetika indeks
Modul 9   akar primitif dan aritmetika indeksModul 9   akar primitif dan aritmetika indeks
Modul 9 akar primitif dan aritmetika indeksAcika Karunila
 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBHyronimus Lado
 
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6   fungsi-fungsi multiplikatifModul 6   fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatifAcika Karunila
 
Modul sa-07-homomorfisma
Modul sa-07-homomorfismaModul sa-07-homomorfisma
Modul sa-07-homomorfismaYadi Pura
 
Modul 7 persamaan diophantine
Modul 7   persamaan diophantineModul 7   persamaan diophantine
Modul 7 persamaan diophantineAcika Karunila
 
Pertemuan 3 relasi & fungsi
Pertemuan 3 relasi & fungsiPertemuan 3 relasi & fungsi
Pertemuan 3 relasi & fungsiaansyahrial
 
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 06
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 06Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 06
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 06KuliahKita
 
Pengantar dasar matematika2
 Pengantar dasar matematika2 Pengantar dasar matematika2
Pengantar dasar matematika2Gerrard Making
 
Teorema homomorfisme dasar
Teorema homomorfisme dasarTeorema homomorfisme dasar
Teorema homomorfisme dasarCholid2
 

What's hot (17)

Modul 9 akar primitif dan aritmetika indeks
Modul 9   akar primitif dan aritmetika indeksModul 9   akar primitif dan aritmetika indeks
Modul 9 akar primitif dan aritmetika indeks
 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPB
 
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6   fungsi-fungsi multiplikatifModul 6   fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatif
 
Modul sa-07-homomorfisma
Modul sa-07-homomorfismaModul sa-07-homomorfisma
Modul sa-07-homomorfisma
 
Relasi dan fungsi
Relasi dan fungsiRelasi dan fungsi
Relasi dan fungsi
 
Teorema I
Teorema ITeorema I
Teorema I
 
Makalah relasi
Makalah relasiMakalah relasi
Makalah relasi
 
Modul 7 persamaan diophantine
Modul 7   persamaan diophantineModul 7   persamaan diophantine
Modul 7 persamaan diophantine
 
Koset Suatu Grup
Koset Suatu GrupKoset Suatu Grup
Koset Suatu Grup
 
Pertemuan 3 relasi & fungsi
Pertemuan 3 relasi & fungsiPertemuan 3 relasi & fungsi
Pertemuan 3 relasi & fungsi
 
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 06
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 06Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 06
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 06
 
Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensi
 
Grup permutasi
Grup permutasiGrup permutasi
Grup permutasi
 
Teori grup
Teori grupTeori grup
Teori grup
 
Pengantar dasar matematika2
 Pengantar dasar matematika2 Pengantar dasar matematika2
Pengantar dasar matematika2
 
Teorema homomorfisme dasar
Teorema homomorfisme dasarTeorema homomorfisme dasar
Teorema homomorfisme dasar
 
5 fungsi
5 fungsi5 fungsi
5 fungsi
 

Viewers also liked

Marketing: Jhon Sthepesn
Marketing: Jhon SthepesnMarketing: Jhon Sthepesn
Marketing: Jhon SthepesnJhon Sthepens
 
Temeto
TemetoTemeto
Temetokrizma
 
T0105_publicar_presentacion
T0105_publicar_presentacionT0105_publicar_presentacion
T0105_publicar_presentacionabrahamCM1
 
VEWA Project Reference 2016
VEWA Project Reference 2016VEWA Project Reference 2016
VEWA Project Reference 2016Mous Codeman
 
David's 海外採用ppt 151102 v1
David's 海外採用ppt 151102 v1David's 海外採用ppt 151102 v1
David's 海外採用ppt 151102 v1David Oppenheimer
 
Presentazione CLEA Magistrale 2014-2015
Presentazione CLEA Magistrale 2014-2015Presentazione CLEA Magistrale 2014-2015
Presentazione CLEA Magistrale 2014-2015cleamagistrale
 
What To Do When You've Missed Your Goals
What To Do When You've Missed Your GoalsWhat To Do When You've Missed Your Goals
What To Do When You've Missed Your GoalsSecond Breaks, Inc.
 
All That You Need to Know about a Startup
All That You Need to Know about a StartupAll That You Need to Know about a Startup
All That You Need to Know about a StartupDeena Zaidi
 
Latvijas gatavošanās ESI fondu 2014.-2020.g. plānošanas periodam
Latvijas gatavošanās ESI fondu 2014.-2020.g. plānošanas periodam Latvijas gatavošanās ESI fondu 2014.-2020.g. plānošanas periodam
Latvijas gatavošanās ESI fondu 2014.-2020.g. plānošanas periodam Finanšu ministrija
 
Informatīvais ziņojums "Par makroekonomisko rādītāju, ieņēmumu un vispārējās ...
Informatīvais ziņojums "Par makroekonomisko rādītāju, ieņēmumu un vispārējās ...Informatīvais ziņojums "Par makroekonomisko rādītāju, ieņēmumu un vispārējās ...
Informatīvais ziņojums "Par makroekonomisko rādītāju, ieņēmumu un vispārējās ...Finanšu ministrija
 
Transforming earth into a paradise – part 2
Transforming earth into a paradise – part 2Transforming earth into a paradise – part 2
Transforming earth into a paradise – part 2Sabry Shaheen
 

Viewers also liked (19)

Odmori dusu
Odmori dusuOdmori dusu
Odmori dusu
 
Marketing: Jhon Sthepesn
Marketing: Jhon SthepesnMarketing: Jhon Sthepesn
Marketing: Jhon Sthepesn
 
Make your branded content fly
Make your branded content flyMake your branded content fly
Make your branded content fly
 
Hafta 2
Hafta 2 Hafta 2
Hafta 2
 
Temeto
TemetoTemeto
Temeto
 
Fancyslides Beamer
Fancyslides BeamerFancyslides Beamer
Fancyslides Beamer
 
Discover mike
Discover mikeDiscover mike
Discover mike
 
T0105_publicar_presentacion
T0105_publicar_presentacionT0105_publicar_presentacion
T0105_publicar_presentacion
 
VEWA Project Reference 2016
VEWA Project Reference 2016VEWA Project Reference 2016
VEWA Project Reference 2016
 
David's 海外採用ppt 151102 v1
David's 海外採用ppt 151102 v1David's 海外採用ppt 151102 v1
David's 海外採用ppt 151102 v1
 
Presentazione CLEA Magistrale 2014-2015
Presentazione CLEA Magistrale 2014-2015Presentazione CLEA Magistrale 2014-2015
Presentazione CLEA Magistrale 2014-2015
 
What To Do When You've Missed Your Goals
What To Do When You've Missed Your GoalsWhat To Do When You've Missed Your Goals
What To Do When You've Missed Your Goals
 
Ww2
Ww2Ww2
Ww2
 
All That You Need to Know about a Startup
All That You Need to Know about a StartupAll That You Need to Know about a Startup
All That You Need to Know about a Startup
 
Latvijas gatavošanās ESI fondu 2014.-2020.g. plānošanas periodam
Latvijas gatavošanās ESI fondu 2014.-2020.g. plānošanas periodam Latvijas gatavošanās ESI fondu 2014.-2020.g. plānošanas periodam
Latvijas gatavošanās ESI fondu 2014.-2020.g. plānošanas periodam
 
Informatīvais ziņojums "Par makroekonomisko rādītāju, ieņēmumu un vispārējās ...
Informatīvais ziņojums "Par makroekonomisko rādītāju, ieņēmumu un vispārējās ...Informatīvais ziņojums "Par makroekonomisko rādītāju, ieņēmumu un vispārējās ...
Informatīvais ziņojums "Par makroekonomisko rādītāju, ieņēmumu un vispārējās ...
 
Thunder box home
Thunder box homeThunder box home
Thunder box home
 
Transforming earth into a paradise – part 2
Transforming earth into a paradise – part 2Transforming earth into a paradise – part 2
Transforming earth into a paradise – part 2
 
Latin modern
Latin modernLatin modern
Latin modern
 

Similar to Fancy Page with LaTeX

Printtdknurul 140811030340-phpapp01
Printtdknurul 140811030340-phpapp01Printtdknurul 140811030340-phpapp01
Printtdknurul 140811030340-phpapp01NopitaSari11
 
Fisika matematika bab4 differensial danintegral
Fisika matematika bab4 differensial danintegralFisika matematika bab4 differensial danintegral
Fisika matematika bab4 differensial danintegralRozaq Fadlli
 
TURUNAN PARSIAL
TURUNAN PARSIALTURUNAN PARSIAL
TURUNAN PARSIALMAFIA '11
 
Integral-tak-tentu-integral-tentu
Integral-tak-tentu-integral-tentuIntegral-tak-tentu-integral-tentu
Integral-tak-tentu-integral-tentuFitri Indahsari
 
-integral
-integral-integral
-integraldihdih
 
Bentuk-Bentuk Tak Tentu Limit Fungsi
Bentuk-Bentuk Tak Tentu Limit FungsiBentuk-Bentuk Tak Tentu Limit Fungsi
Bentuk-Bentuk Tak Tentu Limit FungsiReza Ferial Ashadi
 
Integral Riemann Stieltjes
Integral Riemann StieltjesIntegral Riemann Stieltjes
Integral Riemann StieltjesJoko Soebagyo
 
Pelajari Konsep Dasar Integral dalam Penyelesaian Masalah
Pelajari Konsep Dasar Integral dalam Penyelesaian MasalahPelajari Konsep Dasar Integral dalam Penyelesaian Masalah
Pelajari Konsep Dasar Integral dalam Penyelesaian MasalahnadyaGB21
 
Makalah fismat iii poisson
Makalah fismat iii poissonMakalah fismat iii poisson
Makalah fismat iii poissonGilang Anindita
 
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIERFAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIERRarasenggar
 
Diferensial Parsial
Diferensial ParsialDiferensial Parsial
Diferensial ParsialRose Nehe
 
Deret fourier
Deret fourierDeret fourier
Deret fourierL Silva
 
Momen inersia
Momen inersiaMomen inersia
Momen inersiaNia Rahma
 
Limit vina dan riska )
Limit vina dan riska )Limit vina dan riska )
Limit vina dan riska )vinafi
 

Similar to Fancy Page with LaTeX (20)

Teorema Dasar Kalkulus
Teorema Dasar KalkulusTeorema Dasar Kalkulus
Teorema Dasar Kalkulus
 
Printtdknurul 140811030340-phpapp01
Printtdknurul 140811030340-phpapp01Printtdknurul 140811030340-phpapp01
Printtdknurul 140811030340-phpapp01
 
Fisika matematika bab4 differensial danintegral
Fisika matematika bab4 differensial danintegralFisika matematika bab4 differensial danintegral
Fisika matematika bab4 differensial danintegral
 
TURUNAN PARSIAL
TURUNAN PARSIALTURUNAN PARSIAL
TURUNAN PARSIAL
 
Materi integral
Materi integralMateri integral
Materi integral
 
Integral-tak-tentu-integral-tentu
Integral-tak-tentu-integral-tentuIntegral-tak-tentu-integral-tentu
Integral-tak-tentu-integral-tentu
 
-integral
-integral-integral
-integral
 
Bentuk-Bentuk Tak Tentu Limit Fungsi
Bentuk-Bentuk Tak Tentu Limit FungsiBentuk-Bentuk Tak Tentu Limit Fungsi
Bentuk-Bentuk Tak Tentu Limit Fungsi
 
Integral Riemann Stieltjes
Integral Riemann StieltjesIntegral Riemann Stieltjes
Integral Riemann Stieltjes
 
Integral Berulang (Iterated Integrals)
Integral Berulang (Iterated Integrals)Integral Berulang (Iterated Integrals)
Integral Berulang (Iterated Integrals)
 
Pelajari Konsep Dasar Integral dalam Penyelesaian Masalah
Pelajari Konsep Dasar Integral dalam Penyelesaian MasalahPelajari Konsep Dasar Integral dalam Penyelesaian Masalah
Pelajari Konsep Dasar Integral dalam Penyelesaian Masalah
 
Makalah fismat iii poisson
Makalah fismat iii poissonMakalah fismat iii poisson
Makalah fismat iii poisson
 
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIERFAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
 
aturan pencarian turunan
aturan pencarian turunanaturan pencarian turunan
aturan pencarian turunan
 
Diferensial Parsial
Diferensial ParsialDiferensial Parsial
Diferensial Parsial
 
kekontinuan fungsi
kekontinuan fungsikekontinuan fungsi
kekontinuan fungsi
 
Deret fourier
Deret fourierDeret fourier
Deret fourier
 
Momen inersia
Momen inersiaMomen inersia
Momen inersia
 
Bab 5 integral
Bab 5 integralBab 5 integral
Bab 5 integral
 
Limit vina dan riska )
Limit vina dan riska )Limit vina dan riska )
Limit vina dan riska )
 

More from Hirwanto Iwan

01. integral fungsi aljabar
01. integral fungsi aljabar01. integral fungsi aljabar
01. integral fungsi aljabarHirwanto Iwan
 
Analisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS Serang
Analisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS SerangAnalisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS Serang
Analisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS SerangHirwanto Iwan
 
Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPA
Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPAAnalisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPA
Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPAHirwanto Iwan
 
Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar
Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar
Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar Hirwanto Iwan
 
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPS
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPSPembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPS
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPSHirwanto Iwan
 
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPA
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPAPembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPA
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPAHirwanto Iwan
 
Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33
Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33
Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33Hirwanto Iwan
 

More from Hirwanto Iwan (20)

01. integral fungsi aljabar
01. integral fungsi aljabar01. integral fungsi aljabar
01. integral fungsi aljabar
 
Analisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS Serang
Analisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS SerangAnalisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS Serang
Analisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS Serang
 
Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPA
Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPAAnalisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPA
Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPA
 
Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar
Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar
Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar
 
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPS
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPSPembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPS
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPS
 
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPA
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPAPembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPA
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPA
 
Fitur Baru WinEdt 9.1
Fitur Baru WinEdt 9.1Fitur Baru WinEdt 9.1
Fitur Baru WinEdt 9.1
 
Pemasangan WinEdt 9.1
Pemasangan WinEdt 9.1Pemasangan WinEdt 9.1
Pemasangan WinEdt 9.1
 
Kumpulan Soal UM UGM
Kumpulan Soal UM UGMKumpulan Soal UM UGM
Kumpulan Soal UM UGM
 
Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33
Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33
Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33
 
LATEX OR INDESIGN
LATEX OR INDESIGN LATEX OR INDESIGN
LATEX OR INDESIGN
 
AGH Beamer
AGH BeamerAGH Beamer
AGH Beamer
 
AFIT Beamer
AFIT BeamerAFIT Beamer
AFIT Beamer
 
Hackd Beamer
Hackd BeamerHackd Beamer
Hackd Beamer
 
LUH Beamer
LUH BeamerLUH Beamer
LUH Beamer
 
Cambridge Beamer
Cambridge BeamerCambridge Beamer
Cambridge Beamer
 
ESOP Beamer
ESOP BeamerESOP Beamer
ESOP Beamer
 
AP Beamer
AP BeamerAP Beamer
AP Beamer
 
Naked Beamer
Naked BeamerNaked Beamer
Naked Beamer
 
TUDelft Beamer
TUDelft BeamerTUDelft Beamer
TUDelft Beamer
 

Recently uploaded

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 

Recently uploaded (20)

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 

Fancy Page with LaTeX

  • 1. A STUDY OF A STIELTJES INTEGRAL DEFINED ON ARBITRARY NUMBER SETS Hirwanto Program Studi Matematika, Universitas Gadjah Mada. Universitas Gadjah Mada hirwanto.iwan@yahoo.com
  • 2. Daftar Isi 1 DASAR TEORI 2 1.1 Aljabar Himpunan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 1.2 Integral Riemann . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 1.3 Integral Riemann - Stieltjes . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 1.4 Eksistensi Integral Riemann -Stieltjes . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 2 A STUDY OF A STIELTJES INTEGRAL DEFINED ON ARBITRARY NUMBER SETS 6 2.1 Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7 2.2 Definisi Permulaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7 2.3 Kriteria Cauchy Bersama untuk Limit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8 2.4 Transformasi dari Definisi D ke Definisi C . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
  • 3. 1 DASAR TEORI Pada bab ini dibahas tentang konsep yang mendasari pembahasan di bab-bab berikutnya. Konsep dasar yang dibahas pada bab ini antara lain: aljabar himpunan,bilangan real,barisan bilangan real, dan integral meliputi integral Riemann dan integral Stieltjes. 1.1 Aljabar Himpunan Himpunan merupakan dasar dari semua matematika, semua objek dan kontruksi matematika kembali pada teori himpunan. Kata himpunan(set) memiliki kesamaan kata yaitu kelas, koleksi, aggregate, dan ensemble. Jika A dinotasikan sebagai himpunan dan jika x anggotanya, seringkali kita menulis dengan x ∈ A artinya x elemen dari A atau x anggota dari A, atau himpunan A memuat anggota x, x didalam A. Lebih jauh, jika A himpunan dan jika x bukan anggota dari A,kita juga seringkali menulis dengan x /∈ A 1.2 Integral Riemann
  • 4. 3 Diketahui [a,b] selang tertutup, maka himpunan terurut P = {a = x0,x1,x2,...,xn = b} dengan xi−1 − xi(i = 1,2,...,n) disebut partisi Riemann pada [a,b] dengan mesh(norma) P = maks{∆ix;i = 1,2,...,n}. Definisi 1.1 1.3 Integral Riemann - Stieltjes Integral Riemann -Stieltjes merupakan modifikasi dari integral Riemann biasa, yang didapatkan dengan mengganti panjang xi −xi−1 subinterval [xi−1 −xi] itu muncul didalam jumlahan Riemann menggunakan selisih ϕ(xi)−ϕ(xi−1), dimana fungsi yang diberikan ϕ : I → ℜ. Misalkan f,ϕ : I → ℜ fungsi terbatas pada selang kompak [a,b]. Jika ˙P := {([xi−1],ti)}n i=1 merupakan partisi bertanda dari I , maka jumlahan Riemann -Stieltjes (RS) f terhadap ϕ untuk ˙P adalah Σ(f,ϕ, ˙P) = Σn i=1 f(ti)[ϕ(ti)−ϕ(xi−1)] (1.1) Definisi 1.2 (Bartle, 2001) Kita mengatakan f terintegral Rieman-Stieltjes(RS) terhadap ϕ pada [a,b] jika terdapat A ∈ ℜ dengan demikian untuk setiap ε > 0 terdapat ζε > 0 dengan demikian jika ˙P := {([xi−1],ti)}n i=1 adalah sebarang partisi dengan mesh µ( ˙P):=maks{xi −xi−1} ≤ ζε, maka |Σ(f,ϕ; ˙P)−A| ≤ ε. Didalam kasus ini, kita bisa menuliskan A = b a fdϕ = I fdϕ. Fungsi f disebut integrand dan ϕ integrator atau fungsi berat (weight function) (1) Jika ϕ(x),∀x ∈ [a,b], maka integral Riemann -Stieltjes menjadi integral Rieman biasa. (2) Didalam banyak aplikasi,ϕ merupakan fungsi naik, sehingga ϕ(xi)−ϕ(xi−1) ≥ 0,∀i. (3) Pendekatan lain untuk Integral Riemann -Stieltjes adalah sama tetapi tidak ekuivalen den- gan definisi 1.2 Contoh 1.1 Jika f,g terintegral Rieman- Stieltjes terhadap ϕ pada [a,b] dan jika k ∈ ℜ maka f + g dan k f
  • 5. DASAR TEORI terintegral ϕ pada [a,b] dan b a (f +g)dϕ = b a fdϕ+ b a dϕ b a k fdϕ = k b a fdϕ Juga, jika f terintegral Riemann -Stieltjes terhadap ϕ dan ψ dan kϕ pada [a,b] dan k ∈ ℜ, maka f terintegral RS terhadap ϕ+ψ dan kϕ pada [a,b] dan b a fd(ϕ+ψ) = b a fdϕ+ b a fdϕ, b a fd(kϕ) = k b a fdϕ. Hubungan diatas biasa disebut dengan sifat dua linear (bilinear property) Integral Riemann-Stieltjes. Misalkan f dan ϕ fungsi terbatas pada I := [a,b], maka f terintegral Riemann-Stieltjes terhadap ϕ jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0 terdapat θε > 0 dengan sifat jika ˙P1 dan ˙P2 sebarang partisi bertanda dari [a,b] yang lebih kecil daripada θε , maka berlakulah |Σ(f,ϕ; ˙P−Σ(f,ϕ;P2))| ≤ ε Teorema 1.1 (Bartle,2001) 1.4 Eksistensi Integral Riemann -Stieltjes Hasil selanjutnya adalah penting untuk melihat eksistensi teorema untuk Integral Riemann - Siteltjes. Didalam pandangan ini, kita akan membuktikan teorema dibawah ini. Jika f := [a,b] → ℜ adalah kontinu dan ϕ : [a,b] → ℜ mempunyai variasi terbatas(bounded varia- tion) atau BV maka f terintegral Riemann- Stieltjes terhadap ϕ pada [a,b]. Teorema 1.2 (Bartle,2001) Bukti. Ketika f kontinu secara seragam, diberikan bilangan ε > 0 terdapat δε > 0 dengan sifat jika s,t ∈ [a,b] dan |s −t| ≤ 2δψ, maka |f(s) − f(t)| ≤ ε. Andaikan bahwa ˙P := {([xi−1],xi)}n i=1 dan ˙P := {([yj−1],yj)}m j=1 merupakan partisi bertanda dari [a,b] < δε, dan misalkan Q := {([zk−1],zk)}r k=1 merupakan partisi tak bertanda yang didapatkan dengan menggunakan semua titik xi dan yj dari ˙P1 dan ˙P2. Jadi setiap selang bagian [xi−1,xi] dan[yj−1,yj] adalah gabungan berhingga banyak se- lang bagian [zk−1,zk]; lebih jauh jika [zk−1,zk] didalam irisan [xi−1,xi] [yj−1,yj], maka ti,sj memenuhi |ti −sj| ≤ 2δε, sehingga |f(ti)− f(sj)| ≤ ε. Jumlahan Riemann - Stieltjes Σ(f,ϕ, ˙P) bisa ditulis sebagai jumlahan atas selang bagian di dalam Q; dengan nama ∑(f,ϕ; ˙P) = n ∑ i=1 f(ti)[ϕ(xi)−ϕ(xi−1) = n ∑ k=1 f(ti)[w(zk)−w(zk−1)],
  • 6. 5 Dimana ti ∈ ˙P yang berkorepodensi ke selang bagian tunggal [xi−1,xi] yang memuat [zk−1,zk]. Se- cara sama, ∑(f,ϕ; ˙P) bisa ditulis sebagai jumlahan atau Q menggunakan titik sj yang berkoren- spodensi ke subinterval tunggal [yj−i,yj] yang memuat [zk−1,zk]. Itu terlihat bahwa ∑(f,ϕ; ˙P1)−∑(f,ϕ; ˙P2) = r ∑ k=1 [f(ti)− f(sj)][ϕ(zk)−ϕ(zk−1)]. Jadi, kita mempunyai |∑(f,ϕ; ˙P1)−∑(f,ϕ; ˙P2)| ≤ r ∑ k=1 ε|ϕ(zk)−ϕ(zk−1)| ≤ Var(ϕ;[a,b]). Ketika sebarang ε > 0, menggunakan Teorema 1.1 yang berarti f terintegral RS terhadap ϕ pada [a,b] 2 Akibat 1.1 Jika f kontinu pada [a,b] dan ϕ ∈ BV([a,b]) maka | b a fdϕ| ≤ [ sup t∈[a,b] |f(t)|].Var(ϕ;[a,b]) Bukti. Misalkan ( ˙Pn)∞ n=1 barisan partisi bertanda dengan demikian kita mempunyai |∑(f,ϕ; ˙P)− b a fdϕ| ≤ 1n. Maka | b a fdϕ| ≤ |∑(f,ϕ; ˙P)|+1n. Integral menggunakan Bagian Fakta utama tentang integral Riemann -Stieltjes adalah f terintegral Riemann -Siteltjes terhadap ϕ jika dan hanya jika ϕ terintegral Riemann -Stieltjes ke f, yang didalam kasus b a fdϕ+ b a ϕd f = fϕ|b a (1.2) 2 Jika M ⊆ [a,b], f dan g Teorema 1.3 (A.Coppin,2007)
  • 7. 2 A STUDY OF A STIELTJES INTEGRAL DEFINED ON ARBITRARY NUMBER SETS Abstrak Our purpose is to study a generalized Stieltjes defined on a class of subsets of a closed number interval. We extend the result. Among other result, we prove that • If M ⊆ [a,b] and f and g are functions with domain M such that f is g−integrable over M, and there exists left(right) extension f∗ dan g∗ to [a,b], respectively, then f∗ is g∗− integrable on [a,b] and b a f∗ dg∗ = M fdg • Suppose that F and G are functions with domain including [a,b] such that (a) F is G−integrable on [a,b] (b) M ⊆ [a,b] and a,b ∈ M (c) if z belong to [a,b] − M dan ε is a positif number, then there is an open interval s containing z such that |F(x) − F(z)||G(v) − G(u)| < ε where each of u,v, and x is in s∩[a,b],u < z < v, and u ≤ x ≤ v. Then F is G−integrable on M, and b a f∗dg∗ dx = M fdg
  • 8. 7 2.1 Pendahuluan Integral Riemann-Stieltjes menyisakan topik yang menarik. Didalam paper ini kita akan menye- lidiki modifikasi integral Riemann yang didefinisikan pada sebarang himpunan. Kasus khusus integral ini kali pertama didefinisikan oleh Coppin dan Vance dimana integralnya didefinisikan atas dense subset interval yang memuat titik-titik ujung interval itu. Coppin dan Vance telah me- nunjukkan syarat perlu dan cukup untuk f terintegral g pada dense subset dari [a,b] dimana f|M dan |M tidak mempunyai persekutuan titik kontinu. Vance memberikan karakterisasi fungsional terbatas. Dia telah membuktikan representasi teorema untuk fungsi quasi kontinu didefinisikan pada selang tertutup. Misalkan ∆ didefinisikan himpunan semua dense subset dari [a,b] yang memuat a dan b. Coppin memberikan syarat dimana f terintegral g pada M di ∆ dibuktikan f terintegral g di M di ∆ dan M ⊂ M . Dia menunjukkan bahwa jika f terintegral g pada suatu anggota uncountable ∆, maka f teintegral g pada banyak uncountable ∆. Tambahan, Dia telah membuktikan bahwa jika M anggota countable M dari ∆, maka ada fungsi bernilai real f dan g dengan daerah asal [a,b] dengan demikian bahwa f terintegral g pada M dan tidak ada anggota ∆ lainnya. Coppin menambahkan hasilnya dengan menunjukkan bahwa f terintegral g pada M di ∆ dan f|M dan g|M yang tidak mempunyai titik persekutuan yang diskontinu jika dan hanya jika f terintegral pada setiap himpunan bagian M ∈ ∆ juga terbukti bahwa jika M ∈ ∆, f dan g fungsi yang didefinisikan pada [a,b] yang mempunyai persekutuan dari kanan(kiri) di z dan f terintegral g pada M, maka f terintegral pada M ∪{z} dan M∪{z} fdg = M fdg yang menunjukkan bahwa jika f dan g fungsi dengan daerah asal [a,b] dan f dan g tidak mempunyai titik perseku- tuan yang kontinu dari kiri(kanan), maka himpunan {w : w = M fdg M ∈ ∆} terhubung. Di paper ini, kita akan belajar integral Siteltjes atas sebarang himpunan. Kita akan memband- ingkan integral ini dengan partisi penghalus integral Stieltjes. 2.2 Definisi Permulaan Kita akan memberikan definisi dan penetapan yang digunakan di paper ini. Secara umum, selang M adalah himpunan [a,b]M = [c,d]∩M dimana c,d ∈ M dan c < d. Dua inter- val dikatakan nonovelapping jika dan hanya jika A∩B tidak memuat selang. Koleksi interval tak kosong dikatakan nonoverlapping jika dan hanya jika setiap dua anggota yang berbeda adalah nonoverlapping. Di paper ini, semua fungsinya terbatas. Jika M himpunan bilangan maka D dikatakan sebagai partisi dari M jika dan hanya jika D adalah koleksi berhingga subinterval yang nonoverlapping M. E(D) dinotasikan sebagai himpunan titik- titik ujung D. Definisi 2.1 Jika M himpunan bilangan, dan D partisi dari M, maka D dikatakan sebagai partisi penghalus D jika dan hanya jika D partisi M dan E(D) ⊆ E(D ). Definisi 2.2
  • 9. A STUDY OF A STIELTJES INTEGRAL DEFINED ON ARBITRARY NUMBER SETS Jika D koleksi interval tak kosong, maka δ dikatakan fungsi pilihan pada D jika dan hanya jika δ adalah fungsi dengan daerah asal D dengan demikian δ(d) ∈ d untuk setiap d ∈ D. Definisi 2.3 Jika D partisi dengan himpunan bilangan M, δ fungsi pilihan pada D, dan f dan g fungsi dengan daerah asal termasuk didalam ∪D, maka ∑(f,g,D,δ) = ∑ [p,q]M∈D f(δ([p,q]M)).[g(q)−g(p)] Definisi 2.4 Andaikan M adalah himpunan bilangan dan f dan g fungsi dengan daerah asal termasuk di- dalamnya M. Maka f dikatakan terintegral g pada M jika dan hanya jika terdapat bilangan W(disebut integral f terhadap g dan dinotasikan sebagai M fdg) dengan demikian bahwa un- tuk setiap ε > 0, ada partisi D dari M berlaku | W −∑(f,g,D ,δ) |< ε. Untuk setiap partisi penghalus D dari D dan setiap fungsi pilihan δ pada D . Definisi 2.5 2.3 Kriteria Cauchy Bersama untuk Limit Andaikan M adalah himpunan bilangan. Pernyataan bahwa D adalah arah (direction) di M (atau arah D, jika tidak ada ambiguitas) artinya bahwa D adalah koleksi selang tak kosong dari M dengan demikian bahwa untuk setiap dua himpunan S1 dan S2 ∈ D, ada anggota S3 ∈ D dengan demikian S3 ⊂ S1 ∩S2. Definisi 2.6 Andaikan f adalah fungsi dengan daerah asal termasuk himpunan bilangan M dan D adalah direction di M. Maka pernyataan f mempunyai limit ke D artinya bahwa ada bilangan L (ditulis limD f) dengan demikian jika ε > 0, terdapat S ∈ D berlaku | L− f(x) |< ε,∀x ∈ S Definisi 2.7
  • 10. 9 Andaikan bahwa D adalah direction di M dan f fungsi dengan daerah asal termasuk M. Maka limD f ada jika dan hanya jika ∀ε > 0, terdapat S ∈ D sehingga berlaku | f(u)− f(v) |< ε,∀u,v ∈ S Teorema 2.1 (Kriteria Cauchy Bersama untuk Limit) Bukti. Diketahui limD f ada, katakan limD f = L berarti untuk setiap ε > 0 terdapat S ∈ D berlaku | L− f(x) |< ε,∀x ∈ S, Ambil sebarang ε > 0, selanjutnya ada s1 ∈ D berlaku | L− f(u) |< ε 2 ,∀u ∈ S ada s2 ∈ D berlaku | L− f(v) |< ε 2 ,∀v ∈ S, Kemudian dipilih S = mins1,s2 sehingga diperoleh 2 (Kriteria Cauchy Bersama untuk Limit) Andaikan D direction di M, dan f adalah fungsi terbatas dengan dearah asal termasuk M. Maka terdapat limD f ada dan limD g ada jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0 terdapat S ∈ D berlaku | f(u)− f(v) || g(s)−g(r) |< ε,∀u,v,r,s ∈ S. Teorema 2.2 Bukti. ⇒ Andaikan bahwa limD f atau limD g ada.Tanpa menghilangkan keumuman, asumsikan limD f ada. Karena g terbatas, kita tahu bahwa A > 0, dengan demikian bahwa | g(x) |< A (2.1) Untuk setiap x ∈ M. Misalkan ε > 0. Karena limD f ada, menggunakan Teorema 2.1, untuk ε 2A > 0, terdapat S ∈ D, berlaku | f(u)− f(v) |< ε 2A (2.2) Untuk setiap u dan v didalam S. Dari (2.1) diatas, kita mempunyai | g(s)−g(v) |< 2A (2.3) Untuk setiap r dan s didalam M, dan selanjutnya ∀r,s ∈ S. Dari 2.2 dan 2.3,didapat | f(u)− f(v) || g(s)−g(r) |< ε,∀u,v,r,s ∈ S ⇐ Andaikan bahwa untuk setiap ε > 0, terdapat suatu S ∈ D dengan demikian bahwa | f(u)− f(v) || g(s)−g(r) |< ε (2.4)
  • 11. A STUDY OF A STIELTJES INTEGRAL DEFINED ON ARBITRARY NUMBER SETS Untuk u,v,r,s ∈ S. Tanpa menghilangkan keumuman, kita asumsikan bahwa limD f tidak ada. Jadi Menggunakan definisi 2.7, terdapat ρ > 0 sehingga untuk sebarang S ∈ D dan suatu u,v ∈ S berlaku | f(u)− f(v) |≥ ρ Kita akan tunjukkan bahwa asumsi ini mengikuti fakta bahwa limD g haruslah ada. Andaikan bahwa ε > 0. Dari (2.4) untuk ρε > 0, terdapat suatu S ∈ D dengan demikian berlaku | f(u)− f(v) || g(s)−g(r) |< ρε (2.5) Untuk setiap u,v,r,s ∈ S. Dari sini, ada u,v ∈ S, sehingga | f(u)− f(v) |≥ ρ (2.6) Jadi dari (2.5) dan (2.6), kita dapatkan ρ | g(s)−g(r) |≤| f(u)− f(v) || g(s)−g(r) |< ρε, atau | g(s)− g(r) |< ε,∀s,r ∈ S. Jadi Menggunakan definisi 2.7, kita tahu bahwa limD g ada. 2 Akibat 2.1 limD f ada atau limD g ada jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0, terdapat S ∈ D dengan demikian bahwa | f(u)− f(v) || g(s)−g(r) |< ε,∀u,v,r,s ∈ S dimana r ≤ u ≤ s dan r ≤ v ≤ s. Bukti. ⇐ Ini mengikuti dengan Teorema 2.2 ⇒ Asumsikan hipotesis dan kedua limD f dan limD g tidak ada. Maka menggunakan definisi 2.7, untuk suatu ε1 > 0 dan ∀S ∈ D, terdapat u,v ∈ S dengan demikian | f(u)− f(v) |≥ ε1. Dengan cara yang sama untuk suatu ε2 > 0 dan S ∈ D terdapat r,s ∈ D dengan demikian | g(s)−g(r) |≥ ε2. Untuk ε1ε2 > 0, Menggunakan hipotesis, ada suatu S ∈ D dimana | f(u)− f(v) || g(s)−g(r) |< ε1ε2 (2.7) Untuk setiap u,v,r,s ∈ S, dimana r ≤ u ≤ s dan r ≤ v ≤ s. Sekarang, sebarang dipilih r,s ∈ S. Kita bisa asumsikan bahwa r < s sehingga ada u,v ∈ S dengan demikian r ≤ u,v ≤ s dan | f(u)− f(v) |≥ ε1. Dari (2.7), kita mempunyai | g(s)−g(r) | ε1 <| f(u)− f(v) || g(s)−g(r) |< ε1ε2 atau | g(s)−g(r) |< ε2 Untuk setiap r,s ∈ S. Ini kontradiksi dengan yang diketahui terdapat r,s ∈ S dengan demikian | g(s)−g(r) |≥ ε2. Jadi pengandaian harus diingkar sehingga didapat bahwa limD g ada limD f ada. 2 2.4 Transformasi dari Definisi D ke Definisi C Andaikan bahwa M ⊆ [a,b], maka sebuah gap G ∈ M (atau gap G jika tidak ada ambiguitas) adalah maksimal himpunan bagian yang terhubung dari (a,b) yang tidak memuat titik M. Definisi 2.8
  • 12. 11 Andaikan M adalah himpunan dan G adalah Gap. Didalam dalam definisi ini kita mengikuti Hewitt dan Stromberg untuk pengertian selang. Kita sekarang mendefinisikan direction dibawah ini : DG adalah koleksi semua selang yang memuat titik G, titik ujung kanan M dan titik ujung kiri M. DG + adalah koleksi semua selang dengan titik ujung kiri M dan titik ujung kanan gap G DG − adalah koleksi semua selang dengan titik ujung kanan M dan titik ujung kiri gap G Definisi 2.9 Jika f fungsi dengan daerah asal termasuk himpunan bilangan M, G adalah sebuah gap di M, atau G ∈ M, dan limDG f ada, maka limD+ G f dan limD− G f ada dan lim DG f = lim D+ G f = lim D− G f Teorema 2.3 Bukti. Andaikan bahwa f fungsi dengan daerah asal termasuk himpunan bilangan M, G adalah sebuah G ∈ M, dan limDG f ada dan kita notasikan menggunakan L. Misalkan ε > 0. Maka ketika limDG f ada, terdapat S ∈ DG demikian bahwa | L − f(x) |< ε,∀x ∈ S. Sekarang, misalkan S+ anggota DG + dimana S+ ⊆ S. Maka | L − f(x) |< ε,∀x ∈ S+. Jadi menggu- nakan definisi limD+ G f, kita tahu bahwa limD+ G f = L. Secara sama kita bisa membuktikan bahwa limD− G f ada dan limD+ G f = L. Jadi limDG f = limD+ G f = limD− G f. 2 Jika f dan g fungsi dengan daerah asal M ⊆ [a,b] dengan demikian f terintegral g pada M dan G adalah sebuah gap di M, maka limD− G f dan limD+ G f ada atau limD− G g dan limD− G g ada. Teorema 2.4 Bukti. Mengikuti argumen, direction D adalah DG untuk suatu gap G. Andaikan bahwa ε > 0. Ketika f terintegral g pada M, terdapat bilangan W dan partisi P dari M dengan demikian bahwa | W − ∑ P ∈P f(x)[g(q)−g(p)] |< ε 2 (2.8) Untuk sebarang partisi P dari P dan untuk semua [p,q]M ∈ P dan sebarang x ∈ [p,q]M. Misalkan [c,d]M anggota P dimana G ⊆ [c,d]. Catatan bahwa, S = [c,d]M ∈ D. Misalkan r,s,u,v sebarang anggota S. Tanpa menghilangkan keumuman, asumsikan bahwa r ≤ s, dan r ≤ u,v ≤ s. Misalkan P partisi penghalus P dengan demikian E(P ) = E(P)∪{r,s}. Misalkan bahwa T = ∑ f(x)[g(q) − g(p)] dimana x = p, untuk setiap [p,q]M ∈ P didalam kasus ketika [p,q]M = [r,s]M, kita misalkan x = u. Misalkan U didefinsikan didalam masalah yang sama sebagai T kecuali didalam [p,q]M = [r,s]M, kita misalkan x = v. Dari (2.8), kita mempunyai
  • 13. A STUDY OF A STIELTJES INTEGRAL DEFINED ON ARBITRARY NUMBER SETS | W −T |< ε 2 dan | W −U |< ε 2 . Dengan menambahkan dan mengaplikasikan ketidaksamaan segitiga untuk nila mutlak, kita mendapatkan U −T < ε 2 . Ini telah menunjukkan bahwa U −V = [f(v)− f(u)][g(s)−g(r)]. Sehingga | [f(v)− f(u)][g(s)−g(r)] | . Jadi, untuk sebarang ε > 0, terdapat S ∈ D yang memuat G dengan demikian bahwa untuk se- barang r,s ∈ M dimana [r,s] ⊆ D dan sebarang u,v ∈ M dimana r ≤ u ≤ s dan r ≤ v ≤ s, kita mem- punyai bahwa | [f(u)− f(v)][g(s)−g(r)] |< ε. Jadi Menggunakan Akibat 2.1, maka limD f ada limD g ada. Menggunakan Teorema 2.3, limD− G f dan limD+ G f ada atau limD− G g dan limD+ G g ada. 2 Jika f fungsi dengan daerah asal M ⊆ [a,b], z adalah anggota dari [a,b]−M adalah titik limit(limit point) dari f | [a,z], maka terdapat bilangan c dengan demikian (z,c) adalah titik limit dari grafik f | [a,z]. Dengan cara yang jika z adalah titik limit dari daerah asal f | [z,b], maka terdapat bilangan c sehingga (z,c) adalah titik limit dari grafik f | [z,b]. Teorema 2.5 Bukti. Bukti itu secara langsung, menggunakan aplikasi dari Teorema Heine-Borel di selang verk- tikal {(z,t) : −B ≤ t ≤ B}, dimana B adalah batas positif untuk | f | dan | g |. 2 Didalam Teorema 2.5 , c dikatakan quasi end value. Definisi 2.10 Andaikan f fungsi dengan daerah asal M ⊂ [a,b]. Menggunakan f∗, kita artikan sebuah fungsi yang berlaku (a) f∗(x) = f(x) untuk setiap x ∈ M, dan (b) Jika x ∈ [a,b]−M dan G adalah gap yang memuat x, maka f∗(x) adalah sama dengan quasi end value f terhadap G. Itu dapat dimengerti ketika ada lebih dari satu pilihan untuk f∗(x) maka hanya satu pilihan yang dibuat dan sama untuk setiap nilai di G. Definisi 2.11 f∗ dikenal sebagai extension f ke [a,b]. Jika quasi-left value adalah digunakan secara konsisten untuk setiap gap, maka f∗ dikenal sebagai left extension f pada [a,b]. Right extension juga didefin- isikan dengan cara yang sama.
  • 14. 13 Jika f dan g fungsi dengan daerah asal M ⊆ [a,b],a ≤ r∗ ≤ x∗ ≤ s∗ ≤ b, dimana r∗,x∗,s∗ ∈ M, dan ε > 0, maka (a) Jika a ∈ M, terdapat left extension f∗ dan g∗ dari f dan g ke [a,b], dan terdapat bilangan r,s,x ∈ M, dengan demikian a ≤ r ≤ r∗, r ≤ x ≤ x∗, x ≤ s ≤ s∗ dan | f ∗ (x∗)[g∗(s∗) − g∗(r∗)] − f(x)[g(s)−g(r)] |< ε, dan (b) Jika b ∈ M, terdapat right extension f∗ dan g∗ dari f dan g ke [a,b], dan terdapat bilangan x∗ ≤ x ≤ s, s∗ ≤ s ≤ b, dan | f∗(x∗)[g∗(s∗)−g∗(r∗)]− f(x)[g(s)−g(r)] |< ε. Teorema 2.6 Bukti. Untuk bagian (a) Andaikan a ≤ r∗ ≤ x∗ ≤ s∗ ≤ b dimana r∗,x∗,s∗ ∈ M. Andaikan ε > 0 dan B adalah positive common bound dari | f | dan | g |. Misalkan ε = min{ε/6B, ε/6}. Ketika a ≤ r∗, misalkan z = inf(M ∩ [a,r∗]). Jika z ∈ M, misalkan r = z. Jika tidak, z merupakan titik limit M. Didalam kasus terakhir, menggunakan Teorema 2.5, terdapat titik dengan sumbu z yang meru- pakan titik limit dari grafik g | [a,z]. Selanjutnya, terdapat anggota r dari M dengan demikian bahwa a ≤ r ≤ r∗ dan g(r) = g∗(r∗) + δ1, dimana | δ1 |< ε . Dengan cara yang sama, ada bilangan x ∈ M dengan demikian bahwa r ≤ x ≤ x∗ dan f(x) = f∗(x∗)+δ2, dimana | δ2 |< ε. Seperti masalah yang sama juga didapat, ada anggota s ∈ M, sehingga r ≤ x ≤ x∗, dan g(s) = g∗(s∗) + δ3, dimana | δ3 |< ε . Maka | f∗(x∗)[g∗(s∗)−g∗(r∗)]− f(x)[g(s)−g(r)] =| [f(x)+δ2][g(s)+δ3 −g(r)−δ1]− f(x)[g(s)−g(r)] | =| f(x)[g(s)−g(r)]+ f(x)[δ3 −δ1]+δ2[g(s)−g(r)]+δ2[δ3 −δ1]− f(x)[g(s)−g(r)] |≤| f(x)[δ3 −δ1] | + | δ2[g(s)−g(r)] | + | δ2[δ3 −δ2] | < B. 2ε 6B + 2ε 6B .2B+ 2ε 6 = ε 3 + ε 3 + ε 3 = ε Jadi, | f∗(x∗)[g∗(s∗)−g∗(r∗)]− f(x)[g(s)−g(r)] |< ε. Bukti bagian (b)adalah sama untuk bagian (a). 2 Jika M ⊆ [a,b], f dan g fungsi dengan daerah asal M dengan demikian f terintegral g atas M, dan terdapat left extension kiri(kanan) f∗ dan g∗ dari f dan g ke [a,b], maka f∗ terintegral g∗ pada [a,b] dan b a f∗ dg∗ = M fdg Teorema 2.7 Bukti. Andaikan M ⊆ [a,b] dan f dan g fungsi dengan daerah asal M dengan demikian bahwa f terintegral pada M. Misalkan W = M fdg dan f∗, g∗ left(right) extension dari f dan g. Tanpa menghilangkan keumuman, kita asumsikan left extension dari f dan g dan jika a,b,∈ M. Andaikan
  • 15. A STUDY OF A STIELTJES INTEGRAL DEFINED ON ARBITRARY NUMBER SETS ρ > 0. Jadi, ada partisi D dari M dengan demikian bahwa | W −∑ f(x)[g(q)−g(p)] |< ρ 2 (2.9) Untuk sebarang partisi penghalus D ⊆ D dan untuk semua [p,q]M ∈ D dan sebarang x ∈ [p,q]M. Sekarang kita kontruksikan D dan δ. Misalkan P partisi dari [a,b] dengan demikian E(P) = E(D) dan misalkan P sebarang partisi penghalus P. Sekarang kita akan kontruksikan partisi penghalus D dari D dengan demikian | ∑(f,g,D ,δ)−∑(f∗ ,g∗ ,P ,δ ) < ρ 2 dimana δ sebagai fungsi pilihan pada P dan δ fungsi pilihan yang spesifik pada D . Misalkan N banyaknya elemen di P . Dinotasikan P = {[u∗ k−1,uk ∗]}N k=1. Kita mulai dengan memilih ε di Teorema terdahulu menjadi ρ 2N. Dengan mempertimbangkan adanya [u0 ∗,u1 ∗] dari P dan x∗ = δ ([u0 ∗,u1 ∗]), maka menggunakan Teorema 2.6, kita dapatkan anggota u0,u1,x0 ∈ M dengan demikian a ≤ u0 ≤ u0 ∗ ≤ x ≤ x∗ ≤ u1 ≤ u1 ∗ ≤ b dan | f∗ (x0 ∗ )[g∗ (u1 ∗ )−g∗ (u0 ∗ )]− f(x0)[g(u1)−g(u0)] |< ρ 2N Sekarang, kita mempertimbangkan adanya bilangan u1,u2 ∗,x1 ∗. Terdapat bilangan x1 dan x2 den- gan demikian bahwa u ≤ x1 ≤ x1 ∗ ≤ u2 ≤ u2 ∗ dan | f∗ (x1 ∗ )[g∗ (u2 ∗ )−g∗ (u1 ∗ )]− f(x1)[g(u2)−g(u1)] |< ρ 2N . Maka, kita lanjutkan proses seterusnya untuk k = 2,...,N sehingga ketidaksamaan dibawah ini : f∗ (x∗ k−1)[g∗ (uk ∗ )−g∗ (u∗ k−1)− f(x1)[g(uk)−g(uk−1)] |< ρ 2N . Untuk k = 1,...,N. Dengan menambahkan N ke ketidaksamaan diatas dan mengaplikasi ketidaksamaan segitiga, kita dapatkan dibawah ini : | ∑(f,g,D ,δ)−∑(f∗ ,g∗ ,P ,δ ) |< ρ 2 (2.10) Dimana D = {[uk−1,uk]}N k=1 dan δ([uk−1,uk]) = xk untuk k = 1,...,N. Sekarang, kita mempunyai D dan δ. Dengan menambahkan 2.9 dan 2.10, kita dapatkan | W −∑(f∗ ,g∗ ,P ,δ ) |< ρ Dimana P sebarang partisi penghalus dari P dan δ sebarang fungsi pilihan pada P . Jadi f∗ ter- integral g∗ pada [a,b] dan b a f∗dg∗ = M fdg. 2 Andaikan bahwa F dan G fungsi dengan daerah asal termasuk [a,b] dengan demikian bahwa (a) F terintegral G pada [a,b] (b) M = [a,b],a,b ∈ M (c) Jika z elemen [a,b]−M dan ε bilangan positif, maka ada interval terbuka s memuat z dengan demikian | F(x)−F(z) || G(v)−G(u) |< ε, dimana ∀u,v,x ∈ s∩[a,b],u < z < v dan u ≤ x ≤ v. Maka F terintegral G pada M dan b a FdG = M FdG. Teorema 2.8
  • 16. 15 Bukti. Andaikan ε > 0. Ketika F terintegral G pada [a,b], terdapat partisi D dari [a,b] dengan demikian, jika D partisi penghalus D, maka | b a FdG−∑(F,G,D ,δ ) |< ε 2 Untuk setiap fungsi pilihan δ pada D . Tanpa menghilangkan keumuman, misalkan kita ambil kasus element D mempunyai titik ujung yang bukan anggota M. Andaikan bahwa A = E(D) ∩ Mc yang bisa dituliskan sebagai A = {x1,x2,...,xN}. Menggunakan bagian (b) dan (c) dari hipotesis kita, ada koleksi G = {(ri,si) : i = 1,2,...,N} subinterval terbuka yang saling asing dari [a,b] dengan titik ujung di M, setiapnya memuat tentunya satu anggota dari A, memuat bukan titik dari E(D)∩M, dan jika xi ∈ A, maka | F(x)−F(xi) || G(v)−G(u) |< ε 2N (2.11) untuk setiap u,v,x ∈ (ri,si)∩[a,b], dimana u < xi < v,u ≤ x ≤ v untuk i = 1,...,N. Misalkan D dinotasikan partisi penghalus D dimana E(D ) = E(D)∪{r1,s1,r2,s2,...,rN,sN}. Mis- alkan P dinotasikan partisi dari M dengan demikian E(P) = E(D )∩M. Andaikan bahwa P adalah sebarang partisi penghalus P. Untuk i = 1,...,N, Misalkan [ci,di]M dinotasikan elemen dari P den- gan demikian bahwa ci < xi < di. Dari (2.11), ketika ci,di,xi ∈ (ri,si)∩[a,b], kita mempunyai | F(x)[G(di)−G(ci)]−F(xi)[G(xi)−G(ci)]−F(xi)[G(di)−G(xi)] |< ε 2N (2.12) Dimana x sebarang bilangan di [ci,di]M,i = 1,2,...,N. Ketika terdapat N ∈ A, dari (2.12), kita mem- punyai | N ∑ i=1 F(x)[G(di)−G(ci)]− N ∑ i=1 F(xi)[G(xi)−G(ci)]− N ∑ i=1 F(xi)[G(di)−G(xi)] |< ε 2 . (2.13) Misalkan D” dinotasikan partisi penghalus dari D dengan demikian E(D”) = E(P”) ∪ E(D). Mis- alkan QP = {[ci,di]M}N i=1 dan QD” = {[ci,di]}N i=1 ∪{[xi,di]}N i=1. Misalkan ρ sebarang fungsi pilihan pada P dan misalkan δ fungsi pilihan pada D” didefinisikan sebagai δ ([p,q]) = ρ([p,q]M) untuk setiap [p,q]M ∈ P − QP , untuk setiap [p,q] ∈ D” − QD” dan δ ([ci,xi]) = δ ([xi,di]) = xi,i = 1,2,...,N. Jadi (2.13) menjadi | ∑(F,G,QP ,ρ)−∑(F,G,QD”,δ ) |< ε 2 . (2.14) Kita juga mempunyai ∑(F,G,D”−QD”,δ ) = ∑(F,G,P −QP ,ρ) (2.15) dan ∑(F,G,D”,δ ) = ∑(F,G,QD”,δ )+∑(F,G,D”−QD”,δ ) (2.16) dan ∑(F,G,P ,ρ) = ∑(F,G,QP ,ρ)+∑(F,G,P −QP ,ρ) (2.17) Substitusikan (2.15)ke dalam (2.16), kita dapatkan ∑(F,G,D”,δ ) = ∑(F,G,QD”,δ )+∑(F,G,P −QP ,ρ) (2.18)
  • 17. A STUDY OF A STIELTJES INTEGRAL DEFINED ON ARBITRARY NUMBER SETS Dengan menghitung selisih antara sisi kiri (2.17) dan (2.18) dan kemudia disubstitusikan ke (2.14), didapatkan | ∑(F,G,P ,ρ)−∑(F,G,D”,δ ) |< ε 2 (2.19) Selanjutnya, dengan diketahui bahwa | b a FdG−∑(F,G,D”,δ ) |< ε 2 (2.20) Dengan mengkombinasikan (2.19) dan (2.20). | b a FdG−∑(F,G,P ,ρ) |< ε Jadi, menggunakan definisi, F terintegral G pada M dan menggunakan ketunggalan integral di- dapatkan b a FdG = M FdG. 2 ty Contoh 2.1 1 paso 2 paso 3 paso 4 paso 1 paso 2 paso 3 paso 4 paso
  • 18. Daftar Pustaka [1] W. Gautschi. Numerical Analysis. An Introduction. Birkhäuser, 1997. [2] P. Henrici.Essentials of Numerical Analysis. Wiley, New York, 1982.