SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
A. Metode Faktorisasi
Faktorisasi fermat
Ditemukan oleh Pierre de Fermat,dikenal sebagai Faktorisasi Fermat,dan didasarkan pada
lemma berikut.
Lemma 3.9.
Jika n adalah bilangan bulat positif ganjil, maka ada korespondensi satu-ke-satu antara faktorisasi dari
n menjadi dua bilangan bulat positif dan selisih dua kuadrat yang sama dengan n.
Bukti.
Misalkan n adalah bilangan bulat positif ganjil dan misalkan n = ab menjadi faktorisasi dari n menjadi
dua bilangan bulat positif. Maka n bisa ditulis sebagaiselisih dua kuadrat, karena
n = ab = s2
- t2
,
dimana s = (a + b) / 2 dan t = (a - b) / 2
keduanya bilangan bulat karena a dan b keduanya ganjil.
Sebaliknya,
Jika n adalah selisih dua kuadrat,
Misal n = s2
- t2
Memfaktorkan n dengan menotasikan bahwa n = (s - t) (s + t).
Untuk melakukan metode faktorisasi Fermat,
Solusi dari persamaan n = x2
- y2
yaitu mencari kuadrat sempurna x2
- n.
Untuk menemukan faktorisasi n,kita mencari kuadrat di antara urutan bilangan bulat
t2
- n, (t + 1)2
- n, (t + 2)2
- n, ...
dimana t adalah bilangan bulat terkecil yang lebih besar dari √ 𝑛 .
Prosedur ini berhenti, karena faktorisasi n = n. 1 mengarah ke persamaan
𝑛 = (
𝑛 + 1
2
)2 βˆ’ (
𝑛 βˆ’ 1
2
)2
Contoh 3.23.
Memfaktorkan 6077 menggunakan metode faktorisasi Fermat. Ketika 77 < √6077 < 78 , kita
mencari sebuah kuadrat yang sempurna dalam urutannya
782
– 6077 = 7
792
– 6077 = 164
802
– 6077 = 323
812
– 6077 = 484 = 222
Ketika 6077 = 812
– 222
, kita lihat bahwa 6077 = (81 – 22)(81 + 22) = 59 . 103.
Untuk memfaktorkan n menggunakan teknik ini, mungkin perlu untuk memeriksa
( 𝑛+1)
2
βˆ’
[√ 𝑛]sebagai bilangan bulat.
Konvers Lemma 3.9
Jika ada korespondensi satu – satu antara faktorisasi dari n menjadi dua bilangan bulat
positif dan selisih dua kuadrat yang sama dengan n maka n adalah bilangan bulat positif
ganjil.
Konvers bernilai salah.
Contoh penyangkal :
βˆƒn = 84
n = 102 – 42
n = (10-4) (10+4)
n = 6 . 14
B. Bilangan Fermat
Bilangan bulat 𝐹𝑛 = 22 𝑛
+ 1 disebut bilangan fermat. Fermat mengira-ngira bahwa bilangan
bulat ini semuanya bilangan prima. Bahkan, beberapa di awal adalah prima, yaitu 𝐹0 = 3,
𝐹1 = 5, 𝐹2 = 17, 𝐹3 = 257, dan 𝐹4 = 65,537. Namun, 𝐹5 = 225
+ 1 adalah komposit,
seperti yang akan ditunjukkan.
Contoh 3.24 bilangan fermat 𝐹5 = 225
+ 1 habis dibagi 641. Kita dapat menunjukkan
bahwa 641 | 𝐹5 tanpa benar-benar melakukan pembagian, menggunakan beberapa
pengamatan yang tidak terlalu jelas. Perhatikan bahwa
641 = 5.27
+ 1 = 24
+ 54
Karenanya,
225
+ 1 = 232
+ 1
= 24
. 228
+ 1
= (641 βˆ’ 54)228
+ 1
= 641. 228
βˆ’ (5.27)4
+ 1
= 641. 228
βˆ’ (641βˆ’ 1)4
+ 1
= 641. (228
βˆ’ 6413
+ 4. 6412
βˆ’ 6.641 + 4).
Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa 641 | 𝐹5
Teorema 3.20.
Setiap pembagi prima dari bilangan fermat 𝐹𝑛 = 22 𝑛
+ 1 berbentuk 2 𝑛+2
π‘˜ + 1.
Bukti
𝑝 | 22 𝑛
+ 1 β†’ 𝑝 = 2 𝑛+2
π‘˜ + 1
𝑝 | 22 𝑛
+ 1 dapat dituliskan kedalam bentuk
22 𝑛
≑ βˆ’1 (π‘šπ‘œπ‘‘ 𝑝)
Kuadratkan kedua ruas. Sehingga,
22 𝑛+1
≑ 1 (π‘šπ‘œπ‘‘ 𝑝) ……………..(1)
Untuk membuktikan teorema ini, digunakan teorema yang lain yaitu teorema kecil fermat
dimana nilai a nya ialah disubsitusikan 2, sehingga
2 π‘βˆ’1
≑ 1 (π‘šπ‘œπ‘‘ 𝑝)
Sama seperti bagian pertama, kedua ruas dipangkatkan setengah sehingga
(2)
1
2
(π‘βˆ’1)
≑ 1
1
2 (π‘šπ‘œπ‘‘ 𝑝)
2
π‘βˆ’1
2 ≑ 1 (π‘šπ‘œπ‘‘ 𝑝) ………………(2)
Jika d adalah bilangan bulat terkecil sedemikian hingga 2 𝑑
≑ 1 (π‘šπ‘œπ‘‘ 𝑝) . dapat ditulis
bahwa
𝑑 = 2 𝑛+1
dan 𝑑 =
π‘βˆ’1
2
. 𝑑|
π‘βˆ’1
2
dan 𝑑|2 𝑛+1
sehingga
π‘βˆ’1
2
= π‘˜. 2 𝑛+1
𝑝 = 2 𝑛+2
π‘˜ + 1
Contoh 3.25.
berdasarkan teorema 3.20, kita tahu bahwa setiap pembagi prima dari 𝐹3 = 223
+ 1 = 257
pasti berbentuk 25
π‘˜ + 1 = 32. π‘˜ + 1.
Karena tidak ada prima dari bentuk ini yang kurang dari atau sama dengan √257, kita dapat
menyimpulkan bahwa 𝐹3 = 257 adalah prima.
Contoh 3.26.
ketika memfaktorkan 𝐹6 = 226
+ 1,
kita menggunakan teorema 3.20 untuk melihat bahwa semua factor primanya berbentuk
28
π‘˜ + 1 = 256. π‘˜ + 1.
Karenanya, kita hanya perlu melakukan percobaan pembagian 𝐹6 oleh bilangan prima dengan
bentuk 256. π‘˜ + 1 bahwa tidak melewati √ 𝐹6.
Setelah perhitungan yang cukup besar, kita menemukan bahwa suatu pembagi prima
diperoleh dengan π‘˜ = 1071, yaitu 274,177 = (256.1071 + 1) | 𝐹6 .
Konvers
𝑝 = 2 𝑛+2
π‘˜ + 1 β†’ 𝑝 | 22 𝑛
+ 1, 𝑝 prima
Konvers bernilai salah.
Bukti contoh
Karena,βˆƒ P= 21+2
+ 1 =9 dengan bilangan fermat 221
+ 1 = 5
Jadi, 9 ∀ 5
Faktorisasi dari bilangan fermat
Hingga kini, tidak ada bilangan fermat prima baru yang ditemukan. Banyak ahli matematika
meyakini bahwa tidak ada bilangan fermat prima tambahan.
Gunakan bilangan fermat untuk membuktikan ketakberhinggaan bilangan prima.
ini mungkin untuk membuktikan bahwa ada banyak ketakberhinggaan bilangan prima yang
menggunakan bilangan fermat. Kita mulai dengan menunjukkan bahwa ada dua bilangan Fermat
relatif prima yang berbeda.
Lemma 3.10
misal Fk = 22 π‘˜
+ 1 dinotasikan k bilangan fermat, dimana k bukan bilangan bulat negatif . maka untuk
semua bilangan bulat positif, kita memiliki
F0F1F2....Fn-1 = Fn – 2
Bukti.
Kita akan membuktikan Lemma menggunakan induksi matematika. Untuk n = 1 identitas tersebut
berbunyi
F0 = F1 – 2
ini sudah jelas benar, karena F0 = 3 dan F1 = 5. Mari kita asumsikan bahwa identitas tersebut berlaku
untuk bilangan bulat positif n , maka
F0F1F2....Fn-1 = Fn – 2
dengan asumsi tersebut, kita bisa mudah menunjukkan bahwa identitas tersebut berlaku bilangan bulat
n + 1 , karena
F0F1F2....Fn-1Fn = (F0F1F2....Fn-1) Fn
= (Fn – 2) Fn
= (22 𝑛
- 1) ( 22 𝑛
+ 1)
= (22n
)2
– 1
= 22 𝑛+1
- 1
= Fn+1 – 2
Contoh penerapan Lemma 3.10
Untuk k ≀ 3,
Fk = 22 π‘˜
+ 1
Teorema 3.21
Misalkan m dan n sebagai bilangan bulat negatif berbeda. Maka bilangan Fermat Fm dan Fn adalah
relatif prima.
F0 = 220
+ 1 = 3
F1 = 221
+ 1 = 5
F2= 222
+ 1 = 17
F3= 223
+ 1 = 257
F4 = 224
+ 1 = 65537
F0F1F2....Fn-1 = Fn – 2
Bukti :
F4 – 2 = F0F1F2F3
F4 – 2 = 3.5.17.257
65537 – 2 = 65535
65535 = 65535
Bukti.
Asumsikan bahwa m < n . Dengan Lemma 3.10 kita tahu bahwa
F0F1F2...Fm...Fn-1 = Fn – 2
Asumsikan bahwa d pembagi umum untuk Fm dan Fn .
Maka Teorema 1.8 memberitahu kita bahwa
d β”‚( Fn - F0F1F2...Fm...Fn-1 ) = 2
Karenanya baik d = 1 dan d = 2. Bagaimanapun saat Fmdan Fn ganjil, d tidak bisa 2. Konsekuensinya ,
d = 1 dan (Fm,Fn) = 1.
Menggunakan bilangan Fermat, kita memberi bukti lain bahwa ada banyak ketidakterbatasan
bilangan prima. Pertama, Kita melihat dengan Lemma 3.1 pada bagian 3.1 , Setiap bilangan Fermat Fn
memiliki pembagi bilangan prima pn . Karena (Fm ,Fn) = 1 , Kita tahu bahwa pm ≠ pn kapanpun m≠ n .
Karenanya, kita bisa menyimpulkan bahwa ada banyak ketidakterbatasan bilangan prima.
C. Persamaan Diophantine Linear
Ketika kita menuntut solusi suatu persamaan berasal dari himpunan bilangan bulat,
maka persamaan tersebut adalah persamaan Diophantine. Nama persamaan ini didapat dari
nama seorang ilmuan matematika yang bernama Diophantus. Persamaan ax + by = c, dimana
a, b, dan c bilangan bulat, yang disebut sebagai persamaan Diophantine linear dua variable.
Catat bahwa pasangan dari bilangan bulat (x,y) adalah solusi dari persamaan
Diophantine ax + by = c jika dan hanya jika (x,y) merupakan titik kisi yang terletak pada
garis ax + by = c, yang telah diilustrasikan pada gambar di bawah ini untuk persamaan linear
Diophantine 2x + 3y = 5.
Gambar 3.2 Solusi dari 2x+3y=5 pada bilangan bulat x dan y berkorespondensi dengan titik
kisi pada garis 2x+3y=5.
Bukti
Teorema 3.23.
Misalkan a dan b bilangan bulat dengan d = (a,b). Persamaan ax + by = c tidak mempunyai
solusi jika d ∀ c. Jika d | c , maka ada banyak solusi. Lalu, jika x = x0, y = y0 adalah
penyelesaian dari persamaan, maka semua solusi dinyatakan dengan
π‘₯ = π‘₯0 + (
𝑏
𝑑
) 𝑛, 𝑦 = 𝑦0 βˆ’ (
π‘Ž
𝑑
) 𝑛
Dimana n adalah bilangan bulat.
Anggap bahwa x dan y adalah bilangan bulat dengan ax + by = c. Maka karena d|a
dan d|b, dengan teorema 1.9 (jika a, b, m, dan n adalah bilngan bulat, dan jika c|a dan c|b
maka c|(ma+nb)), d|c. Oleh karena itu jika d Ε‚ c, tidak ada solusi dari persamaan tersebut.
Sekarang anggap bahwa d|c. Dengan teorema 3.8 (Fakor Persekutuan Terbesar dari
bilangan bulat a dan b, yang tidak keduanya nol, yaitu bilangan bulat positif terkecil yang
merupakan kombinasi linear dari a dan b), terdapat s dan t dengan
d = as + bt…………………………..(1).
Karena d|c, terdapat bilangan bulat e dengan de = c. Maka kita dapatkan:
c = de
= (as + bt) e
= a (se) + b (te).
Karenanya, satu solusi dari suatu persamaan dinyatakan dengan x = x0 dan y = y0, dimana x0
= se dan y0 = te.
Untuk menunjukkan bahwa ada banyak solusi tak terbatas, dengan π‘₯ = π‘₯0 + (
𝑏
𝑑
) 𝑛,
𝑦 = 𝑦0 βˆ’ (
π‘Ž
𝑑
) 𝑛, dimana n adalah bilangan bulat. Kita pertama-tama akan menunjukkan
bahwa pasangan (x,y), dengan π‘₯ = π‘₯0 + (
𝑏
𝑑
) 𝑛, 𝑦 = 𝑦0 βˆ’ (
π‘Ž
𝑑
) 𝑛, dimana n bilangan bulat,
adalah solusi, kemudian kita akan menunjukkan bahwa setiap solusi memiliki bentuk ini. Kita
melihat bahwa pasangan ini (x,y) adalah solusi, karena
π‘Žπ‘₯ + 𝑏𝑦 = π‘Žπ‘₯0 + π‘Ž (
𝑏
𝑑
) 𝑛 + 𝑏𝑦0 βˆ’ 𝑏 (
π‘Ž
𝑑
) 𝑛 = π‘Žπ‘₯0 + 𝑏𝑦0 = 𝑐
Kita sekarang menunjukkan bahwa setiap penyelesaian dari persamaan ax + by = c harus
dalam bentuk yang terdeskripsi di dalam teorema. Misalkan x dan y adalah bilangan bulat
dengan ax + by = c. Karena ax0 + by0 = c.
Dengan pengurangan kita menemukan bahwa
(ax + by) – ( ax0 + by0) = 0
Yang menyiratkan bahwa a (x - x0) + b ( y - y0) = 0
Karenanya a (x - x0) = b (y0 - y).
Bagi kedua sisi dengan d (a/d) (x - x0) = (b/d) (y0 - y).
Dengan teorema 3.6 (misal a dan b adalah bilangan bulat dengan (a,b) = d. maka
(a/d,b/d) = 1) , kita tahu bahwa ( a/d, b/d) = 1. Menggunakan lemma 3.4 (jika a, b, dan c
adalah bilangan bulat positif sehingga (a,b) = 1 dan a|bc, maka a|c), yang berarti bahwa (a/d) |
(y0 - y). Meskipun , ada bilangan bulat n dengan (a/d) n = y0 – y ; ini berarti bahwa y = y0 -
(a/d) n. Sekarang, letakkan nilai y ini ke dalam persamaan a( x - x0 ) = b ( y - y0), kita
menemukan bahwa a( x - x0 ) = b ( a/d)n, yang mana menyiratkan bahwa x = x0 + (b/d)n.
Konvers Teorema 3.23
Misalkan a dan b bilangan bulat dengan d = (a,b).
1. Jika persamaan ax + by = c tidak mempunyai solusi maka d ∀ c.
2. Jika ax + by = c mempunyai banyak solusi dalam bentuk π‘₯ = π‘₯0 + (
𝑏
𝑑
) 𝑛, 𝑦 = 𝑦0 βˆ’
(
π‘Ž
𝑑
) 𝑛, dimana n adalah bilangan bulat, maka d | c.
Karena kedua konvers bernilai benar, maka buktinya:
1. Karena ax + by = c tidak punya solusi, untuk x0 dan y0 adalah bilangan bulat maka ax0
+ by0 β‰  c. Oleh karena d = (a,b), berdasarkan Teorema 1.9, d | a dan d | b maka d | ax0
+ by0 namun ax0 + by0 β‰  c, jadi d ∀ c.
2. Jika ax + by = c mempunyai banyak solusi dalam bentuk π‘₯ = π‘₯0 + (
𝑏
𝑑
) 𝑛, 𝑦 = 𝑦0 βˆ’
(
π‘Ž
𝑑
) 𝑛, dimana n adalah bilangan bulat, maka :
dengan substitusi
a(x0 + (
𝑏
𝑑
)n ) + b (y0 - (
π‘Ž
𝑑
) 𝑛) = c
ax0 +
π‘Žπ‘
𝑑
𝑛+ by0 –
π‘Žπ‘
𝑑
𝑛 = c
ax0 + by0 = c
x0 dan y0 merupakan solusi persamaan ax0 + by0 = c. Jika 𝑑| π‘Ž dan 𝑑| 𝑏 (Teo. 1.9)
maka 𝑑| π‘Žπ‘₯0 + by0 yang berakibat 𝑑| 𝑐.
Contoh berikut mengilustrasikan penggunaan teorema 3.23.
Contoh 3.27.
Dengan teorema 3.23, tidak ada penyelesaian dari persamaan diophantine 15x + 6y = 7,
karena (15, 6) = 3 tetapi 3 Ε‚ 7.
Contoh 3.28
Dengan teorema 3.23, terdapat tak hingga banyaknya solusi dari persamaan diophantine 21x
+ 14y = 70, karena (21, 14) = 7 dan 7 | 70. Untuk menemukan solusinya, gunakan metode
algoritma euclid. 1 . 21 + (-1) . 14 = 7, sehingga 10 . 21 + (-10) . 14 = 70. Meskipun, x0 =
10, y0 = -10 adalah solusi partikular. Semua solusi diyatakan oleh x = 10 +2n, y = -10 – 3n,
dimana n dalah bilangan bulat.
Bukti.
Jika ada bilangan buat x1,x2,…,xn sehingga a1x1+a2x2+....+ anxn =c, kemudian karena
d membagi ai untuk i=1, 2,…, n, dengan teorema 1.9, d juga membagi c. Sehingga, jika d Ε‚ c
tidak ada solusi dari persamaan tersebut. Kita akan menggunakan i nduksi matematika untuk
membuktikan bahwa ada tak hingga banyaknya solusi ketika d | c. Catat bahwa dengan
teorema 3.23 ini adalah benar ketika n = 2.
Sekarang, anggap bahwa ada tak hingga banyaknya solusi untuk semua persamaan
pada n variabel yang memenuhi hipotesis. Dengan teorema 3.9 himpunan dari kombinasi
linier anxn + an+1xn+1 sama seperti himpunan perkalian dari (an, an+1) . Sehingga untuk setiap
bilangan bulat y mempunyai tak hingga banyaknya solusi dari persamaan diophantine linier
anxn + an+1xn+1 = (an, an+1) y . Dengan diikuti bahwa persamaan pada n + 1 variabel dapat
direduksi ke persamaan diophantine linier dalam n variabel
Teorema 3.24.
Jika a1, a2, ........, an adalah bilangan positif taknol, maka persamaan ax1+ax2+.......+axn = c
mempunyai solusi jika dan hanya jika d = (a1, a2,.........,an) membagi c. Lebih lanjut, ketika
ada solusi, disana ada tak hingga banyaknya solusi.
a1x1+a2x2+....+an-1xn-1+(an, an+1)y=c
Catat bahwa c dapat dibagi dengan(a1, a2, ...., an-1, (an, an+1) karena, dengan lemma 3.2 (Jika
a1, a2, a3, …, an adalah bilangan bulat, tidak semuanya 0, maka (a1, a2,…, an-1, an) = (a1, a2, …,
an-2, (an-1, an))), FPB ini sama dengan (a1, a2, ...., an, an+1). Dengan hipotesis induksi,
persamaan ini memiliki tak hingga banyaknya solusi bilangan bulat, seperti persamaan
diophantine linier dalam n variabel dimana FPB dari koefisien membagi konstanta c. Itu
berarti ada tak hingga banyaknya solusi dari persamaan asli.
Metode untuk menyelesaikan persamaan diophantine linear dalam lebih dari 2 variabel dapat
ditemukan menggunakan reduksi dalam bukti teorema 3.24. Kita tinggalkan aplikasi dari
teorema 3.24 untuk latihan.

More Related Content

What's hot

Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarmaman wijaya
Β 
Order dari Elemen Grup
Order dari Elemen GrupOrder dari Elemen Grup
Order dari Elemen Grupwahyuhenky
Β 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi Nia Matus
Β 
kunci jawaban grup
kunci jawaban grupkunci jawaban grup
kunci jawaban grupchikarahayu
Β 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Arvina Frida Karela
Β 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoYadi Pura
Β 
Matematika diskrit
Matematika diskritMatematika diskrit
Matematika diskritPawit Ngafani
Β 
Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Nia Matus
Β 
deret kuasa
deret kuasaderet kuasa
deret kuasaRuth Dian
Β 
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiRangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiNia Matus
Β 
Makalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikanMakalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikanNia Matus
Β 
Grup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklikGrup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklikStepanyCristy
Β 
Semigrup dan monoid
Semigrup dan monoidSemigrup dan monoid
Semigrup dan monoidJhoko Jhoko
Β 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiSeptian Amri
Β 
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstan
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstanRelasi rekursif linier homogen koefisien konstan
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstanLutfi Nursyifa
Β 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Arvina Frida Karela
Β 

What's hot (20)

Ring
RingRing
Ring
Β 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabar
Β 
Order dari Elemen Grup
Order dari Elemen GrupOrder dari Elemen Grup
Order dari Elemen Grup
Β 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi
Β 
kunci jawaban grup
kunci jawaban grupkunci jawaban grup
kunci jawaban grup
Β 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Β 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
Β 
ANALISIS REAL
ANALISIS REALANALISIS REAL
ANALISIS REAL
Β 
Matematika diskrit
Matematika diskritMatematika diskrit
Matematika diskrit
Β 
Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)
Β 
deret kuasa
deret kuasaderet kuasa
deret kuasa
Β 
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiRangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
Β 
Makalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikanMakalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikan
Β 
Grup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklikGrup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklik
Β 
Semigrup dan monoid
Semigrup dan monoidSemigrup dan monoid
Semigrup dan monoid
Β 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
Β 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab ii
Β 
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstan
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstanRelasi rekursif linier homogen koefisien konstan
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstan
Β 
Koset Suatu Grup
Koset Suatu GrupKoset Suatu Grup
Koset Suatu Grup
Β 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Β 

Similar to FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER

Kel 1 bilangan
Kel 1 bilanganKel 1 bilangan
Kel 1 bilanganMas Becak
Β 
Pendahulan teori bilangan
Pendahulan teori bilanganPendahulan teori bilangan
Pendahulan teori bilanganSri Ayu Fadhilah
Β 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBHyronimus Lado
Β 
Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1umi dzihniyatii
Β 
Persamaan Kuadrat Kelas 9
Persamaan Kuadrat Kelas 9Persamaan Kuadrat Kelas 9
Persamaan Kuadrat Kelas 9Erni Susanti
Β 
Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)
Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)
Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)Umam SemogaJadi Khair
Β 
Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf
Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdfAkar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf
Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdfatikaluthfiyaaf
Β 
Persamaan kuadrat (wulandari)
Persamaan kuadrat (wulandari)Persamaan kuadrat (wulandari)
Persamaan kuadrat (wulandari)MathFour
Β 
3. BARIS _ DERET.pdf
3. BARIS _ DERET.pdf3. BARIS _ DERET.pdf
3. BARIS _ DERET.pdfAsysyifaYuniar2
Β 
Mtk Modul 3.2.pptx
Mtk Modul 3.2.pptxMtk Modul 3.2.pptx
Mtk Modul 3.2.pptxnamfyoid
Β 
Kumpulan soal olimpiade matematika sma
Kumpulan soal olimpiade matematika smaKumpulan soal olimpiade matematika sma
Kumpulan soal olimpiade matematika smaRisca Wentiari
Β 
Modul 7 persamaan diophantine
Modul 7   persamaan diophantineModul 7   persamaan diophantine
Modul 7 persamaan diophantineAcika Karunila
Β 
Buku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan DeretBuku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan Deretarvinefriani
Β 
Ajeng fungsi kuadrat.pptx
Ajeng fungsi kuadrat.pptxAjeng fungsi kuadrat.pptx
Ajeng fungsi kuadrat.pptxMirecleKapoh
Β 
persamaan-kuadrat-1.ppt
persamaan-kuadrat-1.pptpersamaan-kuadrat-1.ppt
persamaan-kuadrat-1.pptSitiShopiyah2
Β 
persamaan-kuadrat-1.ppt
persamaan-kuadrat-1.pptpersamaan-kuadrat-1.ppt
persamaan-kuadrat-1.pptMirecleKapoh
Β 

Similar to FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER (20)

Kel 1 bilangan
Kel 1 bilanganKel 1 bilangan
Kel 1 bilangan
Β 
Pendahulan teori bilangan
Pendahulan teori bilanganPendahulan teori bilangan
Pendahulan teori bilangan
Β 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPB
Β 
Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1
Β 
Persamaan Kuadrat Kelas 9
Persamaan Kuadrat Kelas 9Persamaan Kuadrat Kelas 9
Persamaan Kuadrat Kelas 9
Β 
Kalkulus
Kalkulus Kalkulus
Kalkulus
Β 
Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)
Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)
Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)
Β 
fungsi trigonometri
fungsi trigonometrifungsi trigonometri
fungsi trigonometri
Β 
Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf
Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdfAkar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf
Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf
Β 
Persamaan linear
Persamaan linear Persamaan linear
Persamaan linear
Β 
Persamaan kuadrat (wulandari)
Persamaan kuadrat (wulandari)Persamaan kuadrat (wulandari)
Persamaan kuadrat (wulandari)
Β 
Keterbagian
KeterbagianKeterbagian
Keterbagian
Β 
3. BARIS _ DERET.pdf
3. BARIS _ DERET.pdf3. BARIS _ DERET.pdf
3. BARIS _ DERET.pdf
Β 
Mtk Modul 3.2.pptx
Mtk Modul 3.2.pptxMtk Modul 3.2.pptx
Mtk Modul 3.2.pptx
Β 
Kumpulan soal olimpiade matematika sma
Kumpulan soal olimpiade matematika smaKumpulan soal olimpiade matematika sma
Kumpulan soal olimpiade matematika sma
Β 
Modul 7 persamaan diophantine
Modul 7   persamaan diophantineModul 7   persamaan diophantine
Modul 7 persamaan diophantine
Β 
Buku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan DeretBuku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan Deret
Β 
Ajeng fungsi kuadrat.pptx
Ajeng fungsi kuadrat.pptxAjeng fungsi kuadrat.pptx
Ajeng fungsi kuadrat.pptx
Β 
persamaan-kuadrat-1.ppt
persamaan-kuadrat-1.pptpersamaan-kuadrat-1.ppt
persamaan-kuadrat-1.ppt
Β 
persamaan-kuadrat-1.ppt
persamaan-kuadrat-1.pptpersamaan-kuadrat-1.ppt
persamaan-kuadrat-1.ppt
Β 

Recently uploaded

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
Β 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
Β 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
Β 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
Β 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
Β 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
Β 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
Β 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
Β 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
Β 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
Β 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
Β 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
Β 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
Β 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
Β 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
Β 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
Β 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
Β 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
Β 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
Β 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
Β 

Recently uploaded (20)

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Β 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
Β 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
Β 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Β 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
Β 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Β 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
Β 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
Β 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Β 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Β 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
Β 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Β 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
Β 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
Β 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Β 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
Β 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
Β 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
Β 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Β 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
Β 

FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER

  • 1. A. Metode Faktorisasi Faktorisasi fermat Ditemukan oleh Pierre de Fermat,dikenal sebagai Faktorisasi Fermat,dan didasarkan pada lemma berikut. Lemma 3.9. Jika n adalah bilangan bulat positif ganjil, maka ada korespondensi satu-ke-satu antara faktorisasi dari n menjadi dua bilangan bulat positif dan selisih dua kuadrat yang sama dengan n. Bukti. Misalkan n adalah bilangan bulat positif ganjil dan misalkan n = ab menjadi faktorisasi dari n menjadi dua bilangan bulat positif. Maka n bisa ditulis sebagaiselisih dua kuadrat, karena n = ab = s2 - t2 , dimana s = (a + b) / 2 dan t = (a - b) / 2 keduanya bilangan bulat karena a dan b keduanya ganjil. Sebaliknya, Jika n adalah selisih dua kuadrat, Misal n = s2 - t2 Memfaktorkan n dengan menotasikan bahwa n = (s - t) (s + t). Untuk melakukan metode faktorisasi Fermat, Solusi dari persamaan n = x2 - y2 yaitu mencari kuadrat sempurna x2 - n. Untuk menemukan faktorisasi n,kita mencari kuadrat di antara urutan bilangan bulat t2 - n, (t + 1)2 - n, (t + 2)2 - n, ... dimana t adalah bilangan bulat terkecil yang lebih besar dari √ 𝑛 . Prosedur ini berhenti, karena faktorisasi n = n. 1 mengarah ke persamaan 𝑛 = ( 𝑛 + 1 2 )2 βˆ’ ( 𝑛 βˆ’ 1 2 )2 Contoh 3.23. Memfaktorkan 6077 menggunakan metode faktorisasi Fermat. Ketika 77 < √6077 < 78 , kita mencari sebuah kuadrat yang sempurna dalam urutannya 782 – 6077 = 7 792 – 6077 = 164
  • 2. 802 – 6077 = 323 812 – 6077 = 484 = 222 Ketika 6077 = 812 – 222 , kita lihat bahwa 6077 = (81 – 22)(81 + 22) = 59 . 103. Untuk memfaktorkan n menggunakan teknik ini, mungkin perlu untuk memeriksa ( 𝑛+1) 2 βˆ’ [√ 𝑛]sebagai bilangan bulat. Konvers Lemma 3.9 Jika ada korespondensi satu – satu antara faktorisasi dari n menjadi dua bilangan bulat positif dan selisih dua kuadrat yang sama dengan n maka n adalah bilangan bulat positif ganjil. Konvers bernilai salah. Contoh penyangkal : βˆƒn = 84 n = 102 – 42 n = (10-4) (10+4) n = 6 . 14 B. Bilangan Fermat Bilangan bulat 𝐹𝑛 = 22 𝑛 + 1 disebut bilangan fermat. Fermat mengira-ngira bahwa bilangan bulat ini semuanya bilangan prima. Bahkan, beberapa di awal adalah prima, yaitu 𝐹0 = 3, 𝐹1 = 5, 𝐹2 = 17, 𝐹3 = 257, dan 𝐹4 = 65,537. Namun, 𝐹5 = 225 + 1 adalah komposit, seperti yang akan ditunjukkan. Contoh 3.24 bilangan fermat 𝐹5 = 225 + 1 habis dibagi 641. Kita dapat menunjukkan bahwa 641 | 𝐹5 tanpa benar-benar melakukan pembagian, menggunakan beberapa pengamatan yang tidak terlalu jelas. Perhatikan bahwa 641 = 5.27 + 1 = 24 + 54 Karenanya, 225 + 1 = 232 + 1 = 24 . 228 + 1 = (641 βˆ’ 54)228 + 1
  • 3. = 641. 228 βˆ’ (5.27)4 + 1 = 641. 228 βˆ’ (641βˆ’ 1)4 + 1 = 641. (228 βˆ’ 6413 + 4. 6412 βˆ’ 6.641 + 4). Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa 641 | 𝐹5 Teorema 3.20. Setiap pembagi prima dari bilangan fermat 𝐹𝑛 = 22 𝑛 + 1 berbentuk 2 𝑛+2 π‘˜ + 1. Bukti 𝑝 | 22 𝑛 + 1 β†’ 𝑝 = 2 𝑛+2 π‘˜ + 1 𝑝 | 22 𝑛 + 1 dapat dituliskan kedalam bentuk 22 𝑛 ≑ βˆ’1 (π‘šπ‘œπ‘‘ 𝑝) Kuadratkan kedua ruas. Sehingga, 22 𝑛+1 ≑ 1 (π‘šπ‘œπ‘‘ 𝑝) ……………..(1) Untuk membuktikan teorema ini, digunakan teorema yang lain yaitu teorema kecil fermat dimana nilai a nya ialah disubsitusikan 2, sehingga 2 π‘βˆ’1 ≑ 1 (π‘šπ‘œπ‘‘ 𝑝) Sama seperti bagian pertama, kedua ruas dipangkatkan setengah sehingga (2) 1 2 (π‘βˆ’1) ≑ 1 1 2 (π‘šπ‘œπ‘‘ 𝑝) 2 π‘βˆ’1 2 ≑ 1 (π‘šπ‘œπ‘‘ 𝑝) ………………(2) Jika d adalah bilangan bulat terkecil sedemikian hingga 2 𝑑 ≑ 1 (π‘šπ‘œπ‘‘ 𝑝) . dapat ditulis bahwa 𝑑 = 2 𝑛+1 dan 𝑑 = π‘βˆ’1 2 . 𝑑| π‘βˆ’1 2 dan 𝑑|2 𝑛+1 sehingga π‘βˆ’1 2 = π‘˜. 2 𝑛+1 𝑝 = 2 𝑛+2 π‘˜ + 1
  • 4. Contoh 3.25. berdasarkan teorema 3.20, kita tahu bahwa setiap pembagi prima dari 𝐹3 = 223 + 1 = 257 pasti berbentuk 25 π‘˜ + 1 = 32. π‘˜ + 1. Karena tidak ada prima dari bentuk ini yang kurang dari atau sama dengan √257, kita dapat menyimpulkan bahwa 𝐹3 = 257 adalah prima. Contoh 3.26. ketika memfaktorkan 𝐹6 = 226 + 1, kita menggunakan teorema 3.20 untuk melihat bahwa semua factor primanya berbentuk 28 π‘˜ + 1 = 256. π‘˜ + 1. Karenanya, kita hanya perlu melakukan percobaan pembagian 𝐹6 oleh bilangan prima dengan bentuk 256. π‘˜ + 1 bahwa tidak melewati √ 𝐹6. Setelah perhitungan yang cukup besar, kita menemukan bahwa suatu pembagi prima diperoleh dengan π‘˜ = 1071, yaitu 274,177 = (256.1071 + 1) | 𝐹6 . Konvers 𝑝 = 2 𝑛+2 π‘˜ + 1 β†’ 𝑝 | 22 𝑛 + 1, 𝑝 prima Konvers bernilai salah. Bukti contoh Karena,βˆƒ P= 21+2 + 1 =9 dengan bilangan fermat 221 + 1 = 5 Jadi, 9 ∀ 5 Faktorisasi dari bilangan fermat Hingga kini, tidak ada bilangan fermat prima baru yang ditemukan. Banyak ahli matematika meyakini bahwa tidak ada bilangan fermat prima tambahan. Gunakan bilangan fermat untuk membuktikan ketakberhinggaan bilangan prima. ini mungkin untuk membuktikan bahwa ada banyak ketakberhinggaan bilangan prima yang
  • 5. menggunakan bilangan fermat. Kita mulai dengan menunjukkan bahwa ada dua bilangan Fermat relatif prima yang berbeda. Lemma 3.10 misal Fk = 22 π‘˜ + 1 dinotasikan k bilangan fermat, dimana k bukan bilangan bulat negatif . maka untuk semua bilangan bulat positif, kita memiliki F0F1F2....Fn-1 = Fn – 2 Bukti. Kita akan membuktikan Lemma menggunakan induksi matematika. Untuk n = 1 identitas tersebut berbunyi F0 = F1 – 2 ini sudah jelas benar, karena F0 = 3 dan F1 = 5. Mari kita asumsikan bahwa identitas tersebut berlaku untuk bilangan bulat positif n , maka F0F1F2....Fn-1 = Fn – 2 dengan asumsi tersebut, kita bisa mudah menunjukkan bahwa identitas tersebut berlaku bilangan bulat n + 1 , karena F0F1F2....Fn-1Fn = (F0F1F2....Fn-1) Fn = (Fn – 2) Fn = (22 𝑛 - 1) ( 22 𝑛 + 1) = (22n )2 – 1 = 22 𝑛+1 - 1 = Fn+1 – 2 Contoh penerapan Lemma 3.10 Untuk k ≀ 3, Fk = 22 π‘˜ + 1
  • 6. Teorema 3.21 Misalkan m dan n sebagai bilangan bulat negatif berbeda. Maka bilangan Fermat Fm dan Fn adalah relatif prima. F0 = 220 + 1 = 3 F1 = 221 + 1 = 5 F2= 222 + 1 = 17 F3= 223 + 1 = 257 F4 = 224 + 1 = 65537 F0F1F2....Fn-1 = Fn – 2 Bukti : F4 – 2 = F0F1F2F3 F4 – 2 = 3.5.17.257 65537 – 2 = 65535 65535 = 65535 Bukti. Asumsikan bahwa m < n . Dengan Lemma 3.10 kita tahu bahwa F0F1F2...Fm...Fn-1 = Fn – 2 Asumsikan bahwa d pembagi umum untuk Fm dan Fn . Maka Teorema 1.8 memberitahu kita bahwa d β”‚( Fn - F0F1F2...Fm...Fn-1 ) = 2 Karenanya baik d = 1 dan d = 2. Bagaimanapun saat Fmdan Fn ganjil, d tidak bisa 2. Konsekuensinya , d = 1 dan (Fm,Fn) = 1.
  • 7. Menggunakan bilangan Fermat, kita memberi bukti lain bahwa ada banyak ketidakterbatasan bilangan prima. Pertama, Kita melihat dengan Lemma 3.1 pada bagian 3.1 , Setiap bilangan Fermat Fn memiliki pembagi bilangan prima pn . Karena (Fm ,Fn) = 1 , Kita tahu bahwa pm β‰  pn kapanpun mβ‰  n . Karenanya, kita bisa menyimpulkan bahwa ada banyak ketidakterbatasan bilangan prima. C. Persamaan Diophantine Linear Ketika kita menuntut solusi suatu persamaan berasal dari himpunan bilangan bulat, maka persamaan tersebut adalah persamaan Diophantine. Nama persamaan ini didapat dari nama seorang ilmuan matematika yang bernama Diophantus. Persamaan ax + by = c, dimana a, b, dan c bilangan bulat, yang disebut sebagai persamaan Diophantine linear dua variable. Catat bahwa pasangan dari bilangan bulat (x,y) adalah solusi dari persamaan Diophantine ax + by = c jika dan hanya jika (x,y) merupakan titik kisi yang terletak pada garis ax + by = c, yang telah diilustrasikan pada gambar di bawah ini untuk persamaan linear Diophantine 2x + 3y = 5. Gambar 3.2 Solusi dari 2x+3y=5 pada bilangan bulat x dan y berkorespondensi dengan titik kisi pada garis 2x+3y=5. Bukti Teorema 3.23. Misalkan a dan b bilangan bulat dengan d = (a,b). Persamaan ax + by = c tidak mempunyai solusi jika d ∀ c. Jika d | c , maka ada banyak solusi. Lalu, jika x = x0, y = y0 adalah penyelesaian dari persamaan, maka semua solusi dinyatakan dengan π‘₯ = π‘₯0 + ( 𝑏 𝑑 ) 𝑛, 𝑦 = 𝑦0 βˆ’ ( π‘Ž 𝑑 ) 𝑛 Dimana n adalah bilangan bulat.
  • 8. Anggap bahwa x dan y adalah bilangan bulat dengan ax + by = c. Maka karena d|a dan d|b, dengan teorema 1.9 (jika a, b, m, dan n adalah bilngan bulat, dan jika c|a dan c|b maka c|(ma+nb)), d|c. Oleh karena itu jika d Ε‚ c, tidak ada solusi dari persamaan tersebut. Sekarang anggap bahwa d|c. Dengan teorema 3.8 (Fakor Persekutuan Terbesar dari bilangan bulat a dan b, yang tidak keduanya nol, yaitu bilangan bulat positif terkecil yang merupakan kombinasi linear dari a dan b), terdapat s dan t dengan d = as + bt…………………………..(1). Karena d|c, terdapat bilangan bulat e dengan de = c. Maka kita dapatkan: c = de = (as + bt) e = a (se) + b (te). Karenanya, satu solusi dari suatu persamaan dinyatakan dengan x = x0 dan y = y0, dimana x0 = se dan y0 = te. Untuk menunjukkan bahwa ada banyak solusi tak terbatas, dengan π‘₯ = π‘₯0 + ( 𝑏 𝑑 ) 𝑛, 𝑦 = 𝑦0 βˆ’ ( π‘Ž 𝑑 ) 𝑛, dimana n adalah bilangan bulat. Kita pertama-tama akan menunjukkan bahwa pasangan (x,y), dengan π‘₯ = π‘₯0 + ( 𝑏 𝑑 ) 𝑛, 𝑦 = 𝑦0 βˆ’ ( π‘Ž 𝑑 ) 𝑛, dimana n bilangan bulat, adalah solusi, kemudian kita akan menunjukkan bahwa setiap solusi memiliki bentuk ini. Kita melihat bahwa pasangan ini (x,y) adalah solusi, karena π‘Žπ‘₯ + 𝑏𝑦 = π‘Žπ‘₯0 + π‘Ž ( 𝑏 𝑑 ) 𝑛 + 𝑏𝑦0 βˆ’ 𝑏 ( π‘Ž 𝑑 ) 𝑛 = π‘Žπ‘₯0 + 𝑏𝑦0 = 𝑐 Kita sekarang menunjukkan bahwa setiap penyelesaian dari persamaan ax + by = c harus dalam bentuk yang terdeskripsi di dalam teorema. Misalkan x dan y adalah bilangan bulat dengan ax + by = c. Karena ax0 + by0 = c. Dengan pengurangan kita menemukan bahwa (ax + by) – ( ax0 + by0) = 0 Yang menyiratkan bahwa a (x - x0) + b ( y - y0) = 0 Karenanya a (x - x0) = b (y0 - y).
  • 9. Bagi kedua sisi dengan d (a/d) (x - x0) = (b/d) (y0 - y). Dengan teorema 3.6 (misal a dan b adalah bilangan bulat dengan (a,b) = d. maka (a/d,b/d) = 1) , kita tahu bahwa ( a/d, b/d) = 1. Menggunakan lemma 3.4 (jika a, b, dan c adalah bilangan bulat positif sehingga (a,b) = 1 dan a|bc, maka a|c), yang berarti bahwa (a/d) | (y0 - y). Meskipun , ada bilangan bulat n dengan (a/d) n = y0 – y ; ini berarti bahwa y = y0 - (a/d) n. Sekarang, letakkan nilai y ini ke dalam persamaan a( x - x0 ) = b ( y - y0), kita menemukan bahwa a( x - x0 ) = b ( a/d)n, yang mana menyiratkan bahwa x = x0 + (b/d)n. Konvers Teorema 3.23 Misalkan a dan b bilangan bulat dengan d = (a,b). 1. Jika persamaan ax + by = c tidak mempunyai solusi maka d ∀ c. 2. Jika ax + by = c mempunyai banyak solusi dalam bentuk π‘₯ = π‘₯0 + ( 𝑏 𝑑 ) 𝑛, 𝑦 = 𝑦0 βˆ’ ( π‘Ž 𝑑 ) 𝑛, dimana n adalah bilangan bulat, maka d | c. Karena kedua konvers bernilai benar, maka buktinya: 1. Karena ax + by = c tidak punya solusi, untuk x0 dan y0 adalah bilangan bulat maka ax0 + by0 β‰  c. Oleh karena d = (a,b), berdasarkan Teorema 1.9, d | a dan d | b maka d | ax0 + by0 namun ax0 + by0 β‰  c, jadi d ∀ c. 2. Jika ax + by = c mempunyai banyak solusi dalam bentuk π‘₯ = π‘₯0 + ( 𝑏 𝑑 ) 𝑛, 𝑦 = 𝑦0 βˆ’ ( π‘Ž 𝑑 ) 𝑛, dimana n adalah bilangan bulat, maka : dengan substitusi a(x0 + ( 𝑏 𝑑 )n ) + b (y0 - ( π‘Ž 𝑑 ) 𝑛) = c ax0 + π‘Žπ‘ 𝑑 𝑛+ by0 – π‘Žπ‘ 𝑑 𝑛 = c ax0 + by0 = c x0 dan y0 merupakan solusi persamaan ax0 + by0 = c. Jika 𝑑| π‘Ž dan 𝑑| 𝑏 (Teo. 1.9) maka 𝑑| π‘Žπ‘₯0 + by0 yang berakibat 𝑑| 𝑐.
  • 10. Contoh berikut mengilustrasikan penggunaan teorema 3.23. Contoh 3.27. Dengan teorema 3.23, tidak ada penyelesaian dari persamaan diophantine 15x + 6y = 7, karena (15, 6) = 3 tetapi 3 Ε‚ 7. Contoh 3.28 Dengan teorema 3.23, terdapat tak hingga banyaknya solusi dari persamaan diophantine 21x + 14y = 70, karena (21, 14) = 7 dan 7 | 70. Untuk menemukan solusinya, gunakan metode algoritma euclid. 1 . 21 + (-1) . 14 = 7, sehingga 10 . 21 + (-10) . 14 = 70. Meskipun, x0 = 10, y0 = -10 adalah solusi partikular. Semua solusi diyatakan oleh x = 10 +2n, y = -10 – 3n, dimana n dalah bilangan bulat. Bukti. Jika ada bilangan buat x1,x2,…,xn sehingga a1x1+a2x2+....+ anxn =c, kemudian karena d membagi ai untuk i=1, 2,…, n, dengan teorema 1.9, d juga membagi c. Sehingga, jika d Ε‚ c tidak ada solusi dari persamaan tersebut. Kita akan menggunakan i nduksi matematika untuk membuktikan bahwa ada tak hingga banyaknya solusi ketika d | c. Catat bahwa dengan teorema 3.23 ini adalah benar ketika n = 2. Sekarang, anggap bahwa ada tak hingga banyaknya solusi untuk semua persamaan pada n variabel yang memenuhi hipotesis. Dengan teorema 3.9 himpunan dari kombinasi linier anxn + an+1xn+1 sama seperti himpunan perkalian dari (an, an+1) . Sehingga untuk setiap bilangan bulat y mempunyai tak hingga banyaknya solusi dari persamaan diophantine linier anxn + an+1xn+1 = (an, an+1) y . Dengan diikuti bahwa persamaan pada n + 1 variabel dapat direduksi ke persamaan diophantine linier dalam n variabel Teorema 3.24. Jika a1, a2, ........, an adalah bilangan positif taknol, maka persamaan ax1+ax2+.......+axn = c mempunyai solusi jika dan hanya jika d = (a1, a2,.........,an) membagi c. Lebih lanjut, ketika ada solusi, disana ada tak hingga banyaknya solusi.
  • 11. a1x1+a2x2+....+an-1xn-1+(an, an+1)y=c Catat bahwa c dapat dibagi dengan(a1, a2, ...., an-1, (an, an+1) karena, dengan lemma 3.2 (Jika a1, a2, a3, …, an adalah bilangan bulat, tidak semuanya 0, maka (a1, a2,…, an-1, an) = (a1, a2, …, an-2, (an-1, an))), FPB ini sama dengan (a1, a2, ...., an, an+1). Dengan hipotesis induksi, persamaan ini memiliki tak hingga banyaknya solusi bilangan bulat, seperti persamaan diophantine linier dalam n variabel dimana FPB dari koefisien membagi konstanta c. Itu berarti ada tak hingga banyaknya solusi dari persamaan asli. Metode untuk menyelesaikan persamaan diophantine linear dalam lebih dari 2 variabel dapat ditemukan menggunakan reduksi dalam bukti teorema 3.24. Kita tinggalkan aplikasi dari teorema 3.24 untuk latihan.