Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
1. 1
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi 1
Nama : Hendro Gunawan
NIM : 200401072103
Kelas : IT-202
1. Personal Studies
• Apa yang membuat seseorang bersikap seperti sekarang ini?
• Apakah perilaku seseorang dibentuk oleh situasi tertentu atau oleh tipe tertentu?
• Apakah tingkah laku manusia merupakan hasil dari motif yang disadari atau justru tidak disadari?
• Apakah beberapa orang pada dasarnya baik dan yang lainnya jahat?
• Mengapa seseorang berbeda dengan individu yang lain?
2. What is Personality?
“Pola-pola dari sifat yang relatif permanen dan memiliki karakter unik secara konsisten dan yang pada
akhirnya memunculkan perilaku individu” (Feist & Feist, 2008).
• Pola perilaku yang konsisten dan proses interpersonal yang bersumber dari masing-masing individu.
• Pola perilaku yang konsisten ini merujuk pada individual differences.
• Proses intra personal, proses yang termasuk emosional, motivasional dan kognitif yang berlangsung
di dalam diri dan mempengaruhi bagaimana seorang bertindak dan merasakan.
• Bagaimana kita menggunakan proses intra personal tersebut dan bagaimana hal itu berinteraksi
dengan perbedaan individual, memainkan peran penting dalam menentukan karakter individual kita.
Gambar 1. The Five Factor Model of Personailty
• Pada dimensi neuroticism (neurotisme), pribadi dengan skor tinggi cenderung menjadi cemas,
temperamental, mengasihi diri sendiri, dan rapuh terhadap gangguan yang berkaitan dengan stres.
2. 2
• Dimensi extraversion (ekstraversi), menyangkut kelekatan seseorang yaitu bersahabat, memiliki
hasrat untuk bersama orang lain, dan ingin menghibur orang lain atau mudah terharu.
• Tipe kepribadian openness (keterbukaan), memiliki kesamaan dengan aspek kreatif dan inovatif.
Pribadi dengan tipe openness yang tinggi secara konsisten mencari pengalaman-pengalaman yang
beragam.
• Tipe kepribadian agreeableness (persetujuan atau kesepakatan), membedakan pribadi yang berhati
lembut dari pribadi yang berhati kejam.
• Dimensi conscientiousness (hati nurani atau ketelitian), berasosiasi dengan perilaku disiplin, pekerja
keras, teratur dan tertib.
3. Objek Kajian Kepribadian (Personality)
Gambar 2. Objek kajian personality.
3.1. Karakter/watak
Gambar 3. Karakter/watak
Karakter menurut estetika humanisme adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain. Ini mencakup tabiat dan watak yang menjadi ciri khas individu.
3. 3
Karakter adalah nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, berupa serangkaian sikap, perilaku,
motivasi dan keterampilan yang terbentuk karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan serta
menjadi pendorong, penggerak, dan membedakannya dengan individu lain.
Karakter merupakan sesuatu yang terdapat pada individu yang menjadi ciri khas kepribadian yang
berbeda dengan orang lain berupa sikap, pikiran, dan tindakan. Karakter seseorang dengan orang lainpun
tidak akan sama meskipun mereka dilahirkan sebagai orang yang sama atau kembar, situasi yang dialami
oleh seseorang dengan orang lain akan selalu mempengaruhi kehidupan serta cara dalam pembentukan
karakter jiwa serta wataknya.
Karakter juga menjadi ciri khas yang dimiliki individu yang berkaitan dengan kualitas (mental atau
moral), akhlak (budi pekerti), jati diri seseorang untuk bekerja sama baik dalam keluarga, masyarakat,
bangsa maupun negara. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu
(intelektual, sosial, emosional, dan etika). Individu yang berkarakter baik adalah seseorang yang
berusaha melakukan hal terbaik.
3.2. Trait
Yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan,
dan berprilaku, seperti intelegensi (berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berprilaku). Ciri itu
dianggap sebagai suatu dimensi kepribadian, yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau
skala yang terentang dari sangat tinggi sampai sangat rendah. Teori Trait dan Factor adalah pandangan
yang mengatakan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah
ciri, sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu.
Konseling Trait dan Factor berpegang pada pandangan yang sama dan menggunakan tes-tes
psikologis untuk menganalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri dimensi/aspek
kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan
seseorang dalam jabatan dan mengikuti suatu program studi. Dan juga istilah konseling trait dan factor
dapat dideskripsikan adalah corak konseling yang menekankan pemahaman diri melalui testing
psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan baraneka problem yang dihadapi,
terutama yang menyangkut pilihan program studi/bidang pekerjaan.
3.3. Temperamen
Temperamen adalah bagian dari karakter seseorang yang memengaruhi perbuatan, perasaan, dan
pikirannya. Banyak orang yang menganggap sama istilah temperamen dengan temperamental, padahal
keduanya berbeda.
Temperamen dapat dilihat dari cara seseorang berperilaku atau berinteraksi dengan orang lain. Setiap
orang memiliki sifat temperamen yang berbeda-beda, ada yang tenang, ceria, santai, pendiam, dan
mudah gelisah.
Temperamen Adalah Sifat Batin, Bedakan dengan Temperamental - Alodokter
4. 4
Temperamen menjadi sifat bawaan lahir, tetapi bisa dipengaruhi pula oleh keluarga, lingkungan, budaya,
atau pengalaman hidup. Meski penyebutannya hampir sama, istilah ini berbeda dengan temperamental.
Temperamental sering dikaitkan dengan karakter orang yang mudah marah. Padahal, sifat ini
sebenarnya lebih menggambarkan perasaan yang cepat berubah akibat penyebab yang jelas. Misalnya,
mudah marah ketika ada sesuatu yang mengganggu atau cepat berbesar hati saat seseorang memberi
sedikit pujian.
Jenis-Jenis Temperamen
Temperamen terbagi menjadi empat jenis yang dapat membentuk karakter seseorang. Berikut ini
adalah jenis-jenisnya:
3.3.1. Sanguinis
Sanguinis merupakan jenis temperamen yang biasanya dimiliki oleh orang dengan kepribadian
ekstrovert. Orang dengan kepribadian ini umumnya menyenangkan, mudah bergaul, ramah, ceria, dan
optimis.
Namun, orang dengan temperamen sanguinis cenderung lebih cepat merasa bosan sehingga kurang
menikmati aktivitas yang sama dan dilakukan berulang.
3.3.2. Melankolis
Orang yang memiliki kepribadian melankolis digambarkan sering terlihat muram dan sedih. Namun, di
balik itu semua, orang dengan temperamen ini cenderung bijaksana dan setia, meski cukup sensitif dan
memiliki emosi yang kuat.
Di lingkungan kerja, orang dengan temperamen melankolis punya daya analisis yang baik. Namun,
mereka cenderung lebih suka bekerja sendiri dan menjadi mudah murung atau cemas ketika segala
sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya.
3.3.3. Plegmatis
Plegmatis merupakan jenis temperamen yang menggambarkan individu dengan kepribadian
introvert, tenang, dan sabar. Orang yang plegmatis memiliki empati yang tinggi ketika berhubungan
dengan orang lain.
Namun, karena jarang menunjukkan emosinya, orang dengan temperamen jenis ini cenderung terlihat
pasif ketika melakukan interaksi sosial. Selain itu, mereka juga sering menghindari konflik sehingga
kehilangan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya saat sedang mengalami kegagalan.
3.3.4. Koleris
Temperamen koleris biasanya dimiiliki oleh individu yang punya sifat ramah dan suka
mengendalikan situasi. Orang dengan temperamen ini memiliki rasa percaya diri yang bagus, tegas, dan
ambisius, sehingga mampu meraih kesuksesan di dalam karir atau sesuatu yang dijalaninya.
Namun, orang dengan temperamen ini cenderung tidak sabar, mudah marah, dan keras kepala. Mereka
juga sering kali dianggap sombong oleh orang-orang sekitar karena ambisinya yang tinggi.
5. 5
Meski ada empat jenis temperamen, setiap orang mungkin saja memiliki lebih dari satu jenis
temperamen, tetapi tetap akan ada yang lebih dominan.
Temperamen yang lebih dominan memang sulit diubah, tetapi bisa dikendalikan agar menciptakan
manfaat dan mengurangi kerugian, baik untuk pemiliknya maupun orang di sekitarnya.
Sebagai contoh, pemilik temperamen koleralis yang mudah marah bisa menerapkan berbagai cara
mengelola amarah, misalnya dengan melakukan latihan pernapasan dan mengeluarkan emosi melalui
olahraga atau seni.
Bila mengalami kesulitan untuk mengontrol temperamen Anda, bahkan kerap merugikan diri sendiri
atau orang lain, sebaiknya mintalah bantuan ke psikolog untuk mendapatkan solusi terbaik dan sesuai
kondisi Anda.
3.4. Kebiasaan
Kebiasaan adalah hal yang sering kali dilakukan secara rutin dan tanpa disadari oleh seseorang. Setiap
individu memiliki kebiasaan masing-masing yang dapat berpengaruh pada cara hidup, kesehatan, dan
produktivitas mereka. Kebiasaan dapat membentuk karakter seseorang, baik dalam hal positif maupun
negatif. Oleh karena itu, penting untuk memahami pengertian kebiasaan dan bagaimana kebiasaan dapat
mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Dalam artikel ini, akan dibahas secara lebih lanjut mengenai
pengertian kebiasaan dan pentingnya membangun kebiasaan yang baik.
3.4.1. Apa itu Kebiasaan?
Kebiasaan adalah tindakan atau aktivitas yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang tanpa
memerlukan pemikiran yang mendalam. Kebiasaan dapat terbentuk melalui latihan dan pengulangan
yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama. Biasanya, kebiasaan dapat membentuk pola pikir
dan perilaku seseorang, baik itu dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pekerjaan.
3.4.2. Manfaat Kebiasaan
Kebiasaan memiliki banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh individu. Pertama, kebiasaan dapat
membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Dengan melakukan tindakan secara teratur,
seseorang dapat melakukan pekerjaan dengan lebih cepat dan efektif. Kebiasaan juga dapat membantu
menghemat waktu dan energi, karena tindakan yang dilakukan sudah menjadi kebiasaan dan tidak
memerlukan pemikiran yang berlebihan.
Selain itu, kebiasaan juga dapat membantu membangun disiplin diri. Dengan melakukan tindakan secara
teratur, seseorang akan terbiasa dengan aturan dan jadwal yang telah ditetapkan. Hal ini akan membantu
meningkatkan kedisiplinan dan tanggung jawab seseorang terhadap pekerjaan atau aktivitas yang
dilakukan.
Kebiasaan juga dapat membantu meningkatkan kualitas hidup seseorang. Dengan melakukan tindakan
yang positif secara teratur, seseorang dapat mencapai tujuan hidupnya dengan lebih mudah. Misalnya,
6. 6
jika seseorang memiliki kebiasaan berolahraga setiap pagi, maka kesehatan dan kebugaran tubuhnya
akan meningkat.
3.4.3. Membentuk Kebiasaan yang Baik
Membentuk kebiasaan yang baik membutuhkan waktu dan ketekunan. Berikut adalah beberapa
langkah yang dapat dilakukan untuk membentuk kebiasaan yang baik:
1. Tentukan tujuan yang ingin dicapai. Sebelum memulai membentuk kebiasaan, tentukan tujuan yang
ingin dicapai. Misalnya, jika tujuan Anda adalah ingin menjadi lebih produktif, maka buatlah kebiasaan
untuk melakukan to-do list setiap pagi.
2. Mulailah dengan tindakan kecil. Untuk membentuk kebiasaan yang baik, mulailah dengan tindakan
kecil yang mudah dilakukan. Misalnya, jika Anda ingin membentuk kebiasaan membaca setiap hari,
mulailah dengan membaca satu halaman buku setiap hari.
3. Lakukan secara konsisten. Untuk membentuk kebiasaan yang baik, lakukan tindakan tersebut secara
konsisten. Lakukan tindakan tersebut setiap hari atau dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
4. Berikan reward pada diri sendiri. Setelah berhasil melakukan kebiasaan yang baik, berikan reward
pada diri sendiri. Reward ini dapat berupa hal-hal yang Anda sukai atau hadiah kecil sebagai bentuk
apresiasi terhadap diri sendiri.
5. Jaga motivasi dan komitmen. Membentuk kebiasaan yang baik tidaklah mudah. Jaga motivasi dan
komitmen Anda untuk terus melakukannya. Ingatlah tujuan yang ingin dicapai dan manfaat yang akan
Anda dapatkan dari kebiasaan tersebut.
4. Memahami Pikiran Manusia
Gambar 3. Memahami Pikiran Manusia
7. 7
• Kondisi sadar adalah bagian pemikiran tempat dimana proses berpikir secara sadar (concious),
yang merupakan sumber gagasan dan sumber pemahaman, pemikiran logis, realitas dan perilaku
yang beradap.
• Sedangkan bawah sadar (preconcious) merupakan tempat informasi yang mudah diakses
disaat diperlukan.
• Terakhir, yaitu tidak sadar (unconscious) merupakan bagian pikiran yang merepresi dan
menempatkan hal-hal yang dianggap tidak memerlukan perhatian karena kualitas informasi yang
dianggap tidak penting.
5. Empat Teori Psikologi Kepribadian
Gambar 4. Empat teori Psikologi Kepribadian
5.1. Psikoanalisis
Tahukah Anda bahwa kajian ilmu psikologi mulai diakui sebagai ilmu mandiri sejak tahun 1879 saat
Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama kali di Jerman. Sejak saat itulah psikologi
menjadi ilmu yang berkembang pesat dan mulailah lahir berbagai aliran-aliran di dalam kajian ilmu
tersebut. Salah satu aliran penting dalam kajian ilmu psikologi ini adalah konsep kepribadian seseorang.
Konsep ini banyak didefinisikan oleh para ahli, salah satunya yang paling populer dari konsep
kepribadian adalah teori psikoanalisis.
Teori psikoanalisis adalah salah satu teori yang membahas tentang hakikat dan perkembangan bentuk
kepribadian yang dimiliki oleh manusia. Unsur utama dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek
kepribadian lainnya. Dasar teori psikoanalisis adalah mengasumsikan bahwa kepribadian akan mulai
berkembang saat terjadi konflik- konflik dari aspek- aspek psikologis itu sendiri. Gejala tersebut
8. 8
biasanya terjadi pada anak- anak atau usia dini. Kemudian pendapat Sigmund Freud tentang kepribadian
manusia ini didasarkan pada pengalaman- pengalaman yang dialami pasiennya.
Sigmund Freud adalah ilmuwan psikologis yang terkenal karena gagasannya tentang kepribadian
manusia berdasarkan analisis tentang mimpinya, dan bacaannya yang luas tentang berbagai literatur
ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Pengalaman- pengalaman inilah yang menjadi data yang mendasar
bagi evolusi teori kepribadian Freud atau kita kenal juga dengan teori psikoanalisa. Bagi Freud, teori ini
cenderung mengikuti observasi dalam konsep kepribadian, sehingga akan terus mengalami revisi,
bahkan sampai 50 tahun terakhir hidupnya.
Karena teorinya yang terus berevolusi, Freud menegaskan teori ini tidak boleh jatuh ke dalam
eklektisisme. Itulah sebabnya para pengikutnya yang memiliki pandangan berseberangan dari ide- ide
dasar teori psikoanalisis akan dikucilkan secara pribadi, bahkan profesional oleh Freud. Ia menganggap
dirinya sebagai ilmuwan, namun, ia memiliki definisi yang berbeda tentang ilmu dibandingkan
kebanyakan psikolog saat ini.
Freud lebih mengandalkan penalaran deduktif dibandingkan metode riset yang ketat. ia juga lebih
memilih melakukan observasi secara subjektif dengan jumlah sampel yang relatif kecil. Freud
menggunakan pendekatan studi kasus secara eksklusif dan merumuskan secara khas hipotesis- hipotesis
terhadap fakta kasus yang ditemukannya. Hal tersebut dilakukan Freud saat kajian ilmu psikologi ini
memprioritaskan penelitian atas kesadaran dan memandang kesadaran sebagai aspek utama dalam
kehidupan mental.
Gagasan Sigmund Freud adalah menyatakan bahwa kesadaran itu hanyalah bagian kecil saja dari
kehidupan mental. Sedangkan bagian terbesarnya adalah justru ketidaksadaran atau alam tak sadar.
Freud menggambarkan alam sadar dan tak sadar ini seperti bentuk gunung es yang terapung. Ukuran
bentuk bagian gunung es yang muncul ke permukaan air yakni alam sadar ukurannya jauh lebih kecil
dibandingkan bagian gunung es yang tenggelam, yakni alam tak sadar.
Kemudian Freud memandang manusia sebagai makhluk yang deterministik yang mendefinisikan bahwa
kegiatan manusia pada dasarnya dibentuk dengan kekuatan yang irasional, kekuatan alam bawah sadar,
dorongan biologis, dan insting pada saat berusia enam tahun pertama kehidupannya. Teori psikoanalisis
Freud bisa masuk sebagai kajian ilmu baru tentang manusia dan akan terus mengalami banyak
pertentangan.
Bahkan sampai sekarang, teori ini juga masih banyak menerima kritikan dari para ahli atau ilmuwan
yang berseberangan dengan gagasan Freud. Contohnya seperti pendapat H.J. Eysenck yang merupakan
seorang Profesor Psikologi asal Jerman berpendapat bahwa psikoanalisis tidak bisa dianggap sebagai
kajian ilmu pengetahuan. Eysenck adalah seorang tokoh beraliran behaviorisme ekstrem yang
menganggap psikoanalisis tidak masuk akal jika diberi predikat ilmiah karena sama sekali tidak bersifat
behavioristik.
9. 9
Ada banyak gagasan besar dan penting yang dikemukakan oleh Freud, sehingga dipandang sebagai
orang yang revolusioner. Ia juga tidak hanya berpengaruh di bidang psikologi atau psikiatri, melainkan
juga untuk bidang- bidang lain, seperti sosiologi, antropologi, ilmu politik, filsafat, dan kesusastraan
atau kesenian.
Dalam bidang ilmu psikologi, terutama psikologi kepribadian dan lebih khusus lagi pada teori
kepribadian, pengaruh Freud sangat kuat pada perkembangan teori psikoanalisis dengan beberapa fakta
penting. Salah satunya bahwa sebagian besar teori kepribadian modern tentang tingkah laku atau
kepribadian telah mengambil sebagian, atau setidaknya mempersoalkan beberapa gagasan- gagasan
Freud.
Psikoanalisis adalah bentuk aliran yang utama dalam ilmu psikologi dan memiliki teori kepribadian atau
juga bisa kita sebut dengan sebutan teori kepribadian psikoanalisis atau psychoanalytic theory of
personality. Dalam praktiknya, teori psikoanalisis banyak dihubungkan dengan pendidikan yang sangat
kompleks. Teori psikoanalisis ini sudah banyak memperbanyak dan memodifikasi tingkat perilaku atau
sikap dalam hubungan di dunia pendidikan, yakni sebuah hubungan antara guru atau pendidik, orang
tua, dan peserta didik yang bersangkutan. Ada banyak hal yang teori psikoanalisis sumbang untuk
berbagai pemikiran dalam perkembangan dunia pendidikan.
Psikoanalisis adalah salah satu cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para
pengikutnya sebagai kajian fungsi dan perilaku psikologis manusia. Awalnya istilah psikoanalisis hanya
digunakan saat hubungan dengan Freud saja, jadi istilah “psikoanalisis” dan “psikoanalisis Freud”
memiliki arti yang sama. Jika ada murid- murid atau pengikut Freud yang menyimpang atau
berseberangan dari ajarannya dan mengembangkan teorinya sendiri, maka mereka juga akan
memberikan istilah psikoanalisis dan menggunakan suatu nama baru untuk memberikan pendapat
mereka.
Seperti yang dilakukan Carl Gustav Jung dan Alfred Adler yang menciptakan nama “psikologi
analitis” yang dalam bahasa Inggris disebut analytical psychology dan “psikologi individual” yang
dalam bahasa Inggris disebut individual psychology untuk sebutan ajaran masing- masing. Teori
psikoanalisis memiliki tiga penerapan, seperti berikut ini:
• Bentuk metode penelitian dari pikiran
• Ilmu pengetahuan yang sistematis tentang perilaku manusia
• Sebuah metode perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional
Teori Psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud bisa dipandang sebagai teknik terapi
dan juga sebagai salah satu aliran dalam kajian ilmu psikologi. Sebagai salah satu bentuk aliran
psikologi, teori psikoanalisis banyak membahas tentang kepribadian, mulai dari dinamika, segi struktur,
dan perkembangannya.
10. 10
5.1.1. Struktur Kepribadian
Berdasarkan pendapat Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni
sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Hingga tahun 1920-an, teori
tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan tiga unsur tersebut. Kemudian pada tahun 1923 Freud baru
mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni das Es, das Ich, dan das Über Ich. Struktur ini tidak
mengganti struktur lama, namun tetap bersifat melengkapi gambaran mental, terutama pada bagian
fungsi dan tujuannya.
Freud beranggapan bahwa kepribadian adalah suatu bentuk sistem yang terdiri dari tiga unsur, yakni
das Es, das Ich, dan das Ueber Ich yang dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan istilah the Id, the Ego,
dan the Super Ego). Masing- masing unsur tersebut memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan
perlengkapan sendiri. Tiga unsur kepribadian tersebut dengan berbagai dimensinya dapat dibagi seperti
berikut ini:
5.1.1.1. Unsur Dimensi Asal
• Das Es (The Id) adalah pembawaan
• Das Ich (The Ego) adalah hasil interaksi dengan lingkungan
• Das Ueber Ich (The Super Ego) adalah hasil internalisasi nilai- nilai dari figur yang berpengaruh
5.1.1.2. Unsur Dimensi Aspek
• Das Es (The Id) adalah Biologis
• Das Ich (The Ego) adalah psikologis
• Das Ueber Ich (The Super Ego) adalah sosiologis
5.1.1.3. Unsur Dimensi Fungsi
• Das Es (The Id) adalah mempertahankan konstansi
• Das Ich (The Ego) adalah mengarahkan individu pada realitas
• Das Ueber Ich (The Super Ego) adalah sebagai pengendali Das Es, mengarahkan dass Es das Ich
pada perilaku yang lebih bermoral
5.1.1.4.Unsur Dimensi Prinsip Operasi
• Das Es (The Id) adalah operasi pleasure principle
• Das Ich (The Ego) adalah operasi reality principle
• Das Ueber Ich (The Super Ego) adalah operasi morality principle
5.1.1.5. Unsur Dimensi Perlengkapan
• Das Es (The Id) adalah refleks dan proses primer
• Das Ich (The Ego) adalah proses sekunder
• Das Ueber Ich (The Super Ego) adalah conscientia dan Ich ideal
11. 11
5.1.2. Dinamika Kepribadian
Menurut Freud, dinamika kepribadian adalah bagaimana dari energi psikis seseorang yang
didistribusikan dan dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Freud mengungkapkan bahwa
setiap energi yang ada pada manusia adalah berasal dari sumber yang sama, yakni makanan- makanan
yang telah dikonsumsinya. Artinya energi manusia kemudian bisa dibedakan dari penggunaannya, yakni
energi fisik yang merupakan energi untuk segala aktivitas fisik dan energi psikis yang merupakan energi
untuk aktivitas psikis. Freud mengungkapkan bahwa awalnya yang memiliki energi hanyalah das Es
atau the id saja. Berdasarkan mekanisme menurut teori Freud disebut dengan identifikasi, dimana energi
tersebut diberikan dari das Es atau the id untuk das Ich dan das Ueber Ich.
5.1.3. Mekanisme Pertahanan Ego
Berdasarkan teori psikoanalisis Freud, mekanisme pertahanan ego atau ego defence mechanism
menjadi strategi yang digunakan seseorang untuk mencegah munculnya keterbukaan dari dorongan-
dorongan das Es atau melawan dan menghadapi tekanan das Uber Ich atas das Ich. Tujuan strategi ini
adalah mengurangi dan meredakan kecemasan yang dialami seseorang. Freud juga mengungkapkan
bahwa mekanisme pertahanan ego tersebut menjadi mekanisme yang rumit dan memiliki banyak
jenisnya. Berikut ini tujuh jenis mekanisme pertahanan ego yang banyak dijumpai menurut Freud:
• Represi , adalah mekanisme yang dilakukan ego untuk meredakan kecemasan menggunakan
cara penekanan pada dorongan- dorongan yang menjadi sebab dari kecemasan tersebut ke
ketidaksadaran seseorang.
• Sublimasi, adalah mekanisme pertahanan ego untuk mencegah atau meredakan kecemasan
menggunakan cara pengubahan dan penyesuaian pada dorongan primitif das es yang menjadi
penyebab kemunculan kecemasan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diterima dan bahkan
dihargai oleh masyarakat.
• Proyeksi, adalah bentuk pengalihan dari dorongan, sikap, atau tingkah laku yang bisa
memunculkan kecemasan kepada seseorang.
• Displacement, adalah pengungkapan dorongan yang bisa memunculkan kecemasan pada
seseorang yang kurang berbahaya dibandingkan kondisi awal seseorang.
• Rasionalisasi, adalah upaya seseorang untuk memutar balikkan kenyataan, yakni bentuk
kenyataan yang mengancam ego dengan alasan tertentu yang seolah- olah masuk akal.
Mekanisme rasionalisasi ini dibedakan menjadi dua, yakni sour grape technique dan sweet
orange technique.
• Pembentukan reaksi, adalah bentuk upaya untuk menghadapi kecemasan karena seseorang
cenderung memiliki dorongan atau tekanan yang bertentangan dengan norma, yakni dengan cara
berbuat sebaliknya.
12. 12
• Regresi, adalah bentuk upaya untuk menghadapi kecemasan dengan cara bertingkah laku tidak
sesuai dengan tingkat perkembangan yang seharusnya dialami.
5.1.4. Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian
Freud mengungkapkan bahwa kepribadian individu sudah terbentuk pada akhir tahun kelima dan
sebagian besar perkembangan selanjutnya hanyalah penghalusan struktur dasar. Selanjutnya Freud juga
mengungkapkan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui lima fase. Fase tersebut
berhubungan dengan tingkat kepekaan seseorang pada daerah- daerah erogen, yakni bagian tubuh
tertentu yang bersifat sensitif pada rangsangan, seperti fase berikut ini:
• Fase oral (oral stage) adalah 0 sampai dengan 18 bulan dengan bagian tubuh yang sensitif
terhadap rangsangan adalah mulut.
• Fase anal (anal stage) adalah kira-kira umur 18 bulan sampai 3 tahun dengan bagian tubuh yang
sensitifnya adalah anus.
• Fase falis (phallic stage) adalah kira-kira usia 3 sampai 6 tahun dengan bagian tubuh yang
sensitif adalah alat kelamin.
• Fase laten (latency stage) adalah kira-kira umur 6 sampai pubertas, dimana pada fase ini mulai
terjadi dorongan seks yang cenderung bersifat laten atau tertekan.
• Fase genital (genital stage) terjadi sejak individu mulai memasuki fase pubertas sampai
selanjutnya dan telah mengalami pematangan pada organ reproduksi.
5.1.5. Hubungan Teori Psikoanalisis dan Pendidikan
Teori psikoanalisis memiliki andil besar dalam dunia pendidikan. Psikologis dalam pendidikan atau
pendidikan psikologis memiliki pengertian yang sangat luas. Teori ini menunjuk pada semua tingkah
laku yang dilakukan oleh orang dewasa, ahli atau non-pakar, guru dan orang tua, untuk bersikap dan
membentuk sekaligus mempengaruhi perilaku anak atau peserta didik dalam proses pemahamannya.
Istilah pendidikan juga menunjuk pada prinsip- prinsip yang menjadi dasar tingkah laku dalam
perlindungan terhadap sikap peserta didik.
Istilah “Psikoanalisis” ini mengacu pada bentuk- bentuk proposisi dan tidak hanya pada teknik terapeutik
atau metode pengamatan dari mana proposisi tersebut diturunkan. Dalam praktiknya setiap orang bahkan
negara pasti mendambakan sistem pendidikan yang baik. seperti tujuan pendidikan nasional kita yang
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya.
Yakni generasi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berpengetahuan, terampil, mandiri, dan memiliki rasa tanggung jawab kepada bangsa.
Adanya pendidikan yang baik akan menciptakan diri seseorang yang termotivasi tinggi untuk lebih baik
dalam segala aspek kehidupan. Untuk mencapai hal tersebut, maka muncullah berbagai macam strategi
dalam pendidikan yang dilakukan dari tingkat PAUD sampai perguruan tinggi. Intinya pendidikan
13. 13
bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang baik sebagai manusia yang merupakan makhluk
sosial.
Pendidikan dalam hal ini tidak hanya fokus pada intelektual saja, melainkan dampak di luas
pendidikan sehari- hari pada tindakan dan tingkah lakunya di masyarakat. Itulah sebabnya teori
psikoanalisis dalam dunia pendidikan juga mengutamakan kecerdasan emosional dan spiritual.
Kecerdasan emosional dapat melatih kemampuan seseorang untuk mengelola perasaan, memotivasi,
tegar menghadapi frustasi, sanggup mengendalikan tekanan, mengatur suasana hati, dan berempati serta
bisa bekerja sama dengan orang lain. Jadi teori psikoanalisis ini sangat penting dalam pendidikan.
Nah, itulah penjelasan tentang teori psikoanalisis, terutama yang dikemukakan oleh Sigmund Freud
dalam kajian ilmu psikologi. Apakah Anda sudah bisa memahaminya?
5.2. Kognitif
Kognitif adalah dasar manusia untuk berpikir, bertindak, dan merasakan.
Gambar 5. Ilustrasi Kognitif/Freepik.
Manusia adalah makhluk hidup yang dibekali dengan kemampuan kognitif. Kognitif sendiri
merupakan hal yang mendasari manusia dalam berpikir untuk memperoleh pengetahuan dan
pemahaman. Kognitif sendiri merupakan bagian yang paling penting dari manusia. Segala kemampuan
manusia baik itu berkomunikasi, melihat, mendengar, merasakan, dan seterusnya adalah hasil dari
kemampuan kognitif. Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan kognitif?
5.2.1. Pengertian Kognitif
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, kognitif adalah suatu hal yang berhubungan dengan kognisi.
Sementara kognisi merupakan kegiatan dalam memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan,
dan sebagainya) atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri. Secara sederhana, kognitif
dapat diartikan sebagai pemikiran atau kemampuan untuk berpikir. Kognitif menjadi pusat cara berpikir
manusia dalam mengontrol pikiran dan perilakunya.
14. 14
5.2.2. Jenis-Jenis Kognitif
Kognitif terdiri atas beberapa jenis, antara lain:
• Perhatian
Perhatian merupakan proses kognitif dasar, yang memungkinkan seseorang untuk fokus pada
rangsangan tertentu yang dirasakannya.
• Bahasa
Dalam proses kognitif, bahasa berkaitan dengan kemampuan untuk memahami dan mengungkapkan
pikiran melalui kata-kata. Bahasa juga menjadi aspek penting dalam berkomunikasi antara sesama
manusia.
• Memori
Memori merupakan proses kognitif yang penting untuk menyimpan dan memilih informasi. Memori
berperan penting terhadap bagaimana seseorang mengetahui dan mengenali dunia dan dirinya sendiri.
• Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses kognitif yang berkaitan dengan penerimaan hal-hal baru,
mensintesis informasi dan mengintegrasikannya dengan pengetahuan sebelumnya.
• Persepsi
Persepsi adalah proses kognitif yang memungkinkan seseorang mengambil informasi melalui indera
mereka, lalu memanfaatkannya dengan merespon dan berinteraksi dengan dunia.
• Pikiran
Pikiran adalah dasar setiap proses kognitif. Pikiran berkaitan langsung dalam pengambilan
keputusan, pemecahan masalah, dan penalaran yang lebih tinggi.
5.2.2. Fungsi Kognitif
Sebagai salah satu aspek paling penting bagi manusia, kognitif memiliki beberapa fungsi yang
krusial. Saat ini ada lima fungsi kognitif yang meliputi, persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan
informasi. Berikut adalah beberapa fungsinya:
• Daya Ingat (Memory)
Fungsi kognitif berkaitan erat dengan kemampuan otak dalam menyimpan ingatan. Untuk
melakukannya, otak memerlukan fokus ketika menerima informasi dari luar agar tidak terjadi
kekeliruan.
• Perhatian (Atention)
Fungsi kognitif dapat terbagi menjadi dua, yakni perhatian yang terbagi dan perhatian yang
berkelanjutan. Perhatian yang terbagi memungkinkan seseorang untuk membagi perhatiannya sehingga
dua hal atau lebih. Sementara perhatian berkelanjutan memungkinkan seseorang untuk tetap fokus pada
satu hal.
• Bahasa (Language)
15. 15
Kemampuan bahasa dalam kognitif mempengaruhi bagaimana seseorang dapat berkomunikasi
dengan orang lain.
• Pengambilan keputusan (Dicision Making)
Proses kognitif juga diperlukan dalam pengambilan keputusan secara cepat dan tepat.
• Penyelesaian Masalah (Problem Solving)
Kognitif juga berfungsi terhadap bagaimana seseorang dapat menyelesaikan masalah dengan tenang.
5.2.3. Perkembangan Kognitif pada Manusia
Perkembangan kognitif pada manusia dimulai sejak masih anak-anak. Setiap manusia memiliki
perkembangan kognitif yang berbeda-beda tergantung dari genetik dan lingkungannya. Salah satu teori
yang mengelompokkan perkembangan kognitif anak ke dalam empat tahapan adalah teori piaget, yakni
sebagai berikut.
• Tahap Sensorimotor (18-24 bulan)
Pada tahap pertama ini, anak belum dapat mengoptimalkan kemampuan kognitifnya, atau belum
dapat berpikir berdasarkan logika.
• Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Pada tahap ketiga ini, anak mulai bisa berpikir secara rasional dan terorganisir. Anak juga dapat
menilai dan berpikir secara logis terhadap sesuatu di sekitarnya.
• Tahap Operasional Formal (12 tahun ke atas)
Pada tahap terakhir ini, anak sudah dapat berpikir secara luas dan mulai menganalisis sesuatu,
memanipulasi ide di pikirannya, serta tidak tergantung dengan manipulasi konkret.
Nah, itulah penjelasan lengkap mengenai kognitif, mulai dari pengertiannya. Selain menjadi dasar utama
manusia dalam melakukan sesuatu, kognitif juga dapat digunakan untuk mengamati perkembangan
tingkah laku manusia.
5.3. Behaviorisme
Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang dicetuskan di Amerika Serikat dan dipelopori oleh
John B. Watson (1878-1958). Watson menentang pendapat yang umum berlaku di saat itu bahwa dalam
eksperimen-eksperimen psikologi diperlukan introspeksi (seperti dalam aliran strukturalis). Aliran
Behaviorisme adalah aliran psikologi yang memandang orang sebagai makhluk reaktif yang
memberikan responsnya terhadap lingkungannya, serta pengalaman lampau dan pemeliharaan akan
membentuk perilaku mereka (Warsah & Daheri, 2021, hlm. 39).
Dalam aliran behaviorisme, berbagai perilaku yang terjadi sebagai akibat dari stimulus yang
menghasilkan respons itu haruslah tampak dari luar dan dapat diobservasi atau diamati secara lahiriah.
Bahkan, menurut Saleh (2018, hlm. 13) behaviorisme adalah aliran psikologi yang hanya mengakui
tingkah laku yang nyata dapat diamati sebagai objek studinya dan menolak anggapan-anggapan
psikologi lainnya yang mempelajari tingkah laku yang tidak nampak dari luar.
16. 16
Behaviorisme ikut dibesarkan secara tidak langsung pula oleh para ahli faal yang meneliti sistem kerja
tubuh sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, sebagian ahli seperti Purwanto (dalam Thobroni, 2015,
hlm. 55) berpendapat bahwa aliran behaviorisme adalah aliran psikologi yang beranggapan bahwa
berpikir adalah tindakan-tindakan dari reaksi yang dijalankan oleh urat saraf dan otot-otot bicara dengan
contoh apabila kita mengatakan atau mengungkapkan sebuah gagasan.
Aliran behaviorisme menyatakan bahwa perilaku manusia dikelompokkan dalam dua kategori besar,
yaitu:
1. Perilaku yang terbuka, yang dapat diukur secara objektif, seperti ilmu perilaku, rangsangan,
kebiasaan, dan hasil belajar; dan
2. Perilaku yang tertutup, dipelajari melalui gerakan otot tubuh, proses berpikir dan perasaan. Inti dari
pendekatan behaviorisme ialah bahwa kehidupan manusia dipengaruhi oleh stimulus-stimulus, respons,
reward, dan hukuman.
Untuk lebih memahami mengapa behaviorisme terbentuk menjadi aliran yang seperti telah diutarakan
di atas, kita harus merujuknya pada perkembangan aliran ini sendiri. Meskipun behaviorisme diciptakan
oleh Watson dan dibesarkan oleh tokoh seperti Skinner, namun perkembangannya sendiri dapat dirujuk
pada para ahli faal di masa pada psikologi baru saja menjadi ilmu mandiri.
5.3.1. Perkembangan Behaviorisme berdasarkan Tokohnya
Salah satu tokoh yang dianggap berpengaruh besar terhadap aliran psikologi behaviorisme itu adalah
Ivan Petrovich Pavlov (1849 – 1936) yang merupakan seorang ahli faal (salah satu ilmu medis) yang
sebetulnya tidak suka dianggap sebagai seorang ahli psikologi. Namun demikian, peranan Pavlov dalam
psikologi amatlah penting, karena kajiannya mengenai refleks-refleks akan merupakan dasar bagi
perkembangan aliran psikologi behaviorisme.
Pandangannya yang sangat penting adalah bahwa aktivitas psikis sebenarnya tidak lain daripada
rangkaian refleks-refleks belaka. Karena itu, mempelajari aktivitas psikis (psikologi) dapat dilakukan
dengan cara mempelajari refleks-refleks saja yang selanjutnya lebih diperhatikan mengenai respons dari
stimulus yang ada di lingkungan.
Penemuan Pavlov yang sangat menentukan dalam sejarah psikologi adalah hasil penyelidikannya
tentang refleks berkondisi (conditioned reflex). Dengan penemuannya ini Pavlov meletakkan dasar-dasar
behaviorisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi penelitian-penelitian mengenai proses belajar dan
pengembangan teori-teori tentang belajar. Bahkan Amerika Psychological Association (A.P.A)
mengakui Pavlov adalah seorang yang terbesar pengaruhnya dalam psikologi modern selain Freud.
5.3.2. Behaviorisme Pavlov
Percobaan Pavlov yang berpengaruh terhadap behaviorisme adalah ketika ia menggunakan seekor
anjing untuk memperlihatkan unconditioned reflex dan conditioned reflex. Dalam percobaannya ia
memperlihatkan makanan pada anjing, lantas anjing itu pun kemudian mengeluarkan air liur. Hal
17. 17
tersebut adalah unconditioned reflex, karena semua anjing pada dasarnya akan mengeluarkan air liur jika
melihat makanan.
Selanjutnya ia membuat situasi khusus yakni membunyikan bel sebelum memperlihatkan makanan pada
anjing tersebut. Mula-mula anjing masih tetap baru mengeluarkan air liur setelah melihat makanan, akan
tetapi, setelah dikondisikan, lama-lama anjing juga mengeluarkan air liur ketika bel dibunyikan. Hal
inilah yang disebut sebagai conditioned reflex. Dalam taraf percobaan yang lebih lanjut, sebelum bel
dibunyikan Pavlov menyalakan lampu terlebih dahulu, dan hasilnya dapat ditebak, setelah dikondisikan
anjing tersebut akan mengeluarkan air liur bahkan sebelum bel berbunyi.
Bunyi bel pada percobaan ini menjadi rangsang berkondisi (conditioned stimulus). Jika pengondisian
atau latihan itu diteruskan, maka pada suatu waktu keluarnya air liur setelah anjing mendengar bunyi bel
akan tetap terjadi walaupun tidak ada lagi makanan yang mengikuti bunyi bel itu. Dengan perkataan
lain, refleks berkondisi akan bertahan walaupun rangsang tak berkondisi tidak ada lagi.
Tentunya, ketidakadaan rangsang tak berkondisi ini hanya bisa dilakukan sampai pada taraf tertentu,
karena jika terlalu lama tidak ada rangsang tak berkondisi, binatang percobaan itu tidak akan mendapat
imbalan (reward) atau refleks yang sudah dilakukannya dan karena itu reflex itu makin lama akan makin
menghilang dan terjadilah ekstinksi atau proses penghapusan refleks (ekstinction).
Simpulan dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks
berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning (conditioning process)
di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama-
kelamaan dihubungkan dengan rangsang berkondisi (Saleh, 2018, hlm. 180).
5.3.3. Behaviorisme Watson
John Broadus Watson (1878-1958) adalah pendiri Behaviorisme di Amerika Serikat dengan karyanya
yang paling penting yakni “Psychology As The Behaviorist Views It” (1913) (Saleh, 2018, hlm. 181).
Karya ini mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap perkembangan psikologi behaviorisme yang
saat itu sangat mementingkan kesadaran.
Menurut Watson (dalam Mularsih 2017, hlm. 55) manusia adalah subjek ilmiah karena prilaku manusia
dapat diukur dan diamati serta diuji secara objektif dengan metode empiris yakni observasi, kondisional,
uji coba dan laporan verbal. Pendapat-pendapat Watson umumnya adalah ekstrim dan argumentasi-
argumentasinya untuk mempertahankan pendapat itu sering kali dianggap kekanak-kanakan oleh para
ahli psikologi Iain, hingga Watson sering dipanggil sebagai Naive Behaviorist.
Kenaifannya nampak misalnya pada pendapatnya bahwa psikologi harus dipelajari seperti orang
mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam. Karena itu psikologi harus dibatasi dengan ketat pada
penyelidikan-penyelidikan tentang tingkah laku yang nyata saja, misalnya makan, menulis, berjalan, dan
sebagainya.
18. 18
Watson memberikan pengaruh cukup penting terhadap bidang pendidikan. Bahkan pemeloporannya
melalui aliran behaviorisme ini telah menjadi Building block dari teori belajar behaviorisme yang
selanjutnya diaplikasikan oleh para pendidik sebagai model hingga metode pembelajaran atau
pengajaran.
Watson menekankan pentingya pendidikan dalam perkembangan tingkah laku. Ia percaya bahwa dengan
memberikan proses kondisioning tertentu dalam proses pendidikan, ia bisa membuat seorang anak
mempunyai sifat-sifat tertentu. Ia menyatakan pendapatnya ini secara ekstrem dengan mengatakan
“berikan kepada saya sepuluh orang anak, maka akan saya jadikan kesepuluh anak itu sesuai dengan
kehendak saya”.
Pengaruh Watson yang lain adalah dalam psikoterapi, yaitu dengan digunakannya teknik kondisioining
untuk menyembuhkan kelainan-kelainan tingkah laku. Misalnya seorang penderita obsesif kompulsif
yang tidak dapat menghentikan kebiasaannya mencuci tangannya berpuluh-puluh kali dalam sehari,
diberikan psikoterapi dengan memberinya hukuman setiap kali ia hendak mencuci tangannya.
5.3.4. Behaviorisme Skinner
Tokoh aliran behaviorisme lainya adalah Buuhus Frederich Skinner yang berpendapat, keperibadian
terutama adalah hasil dari sejarah penguatan pribadi individu (indvidual’s personal history of
reinforcement). Dalam sebuah karyanya, Skinner, seperti dikutip Wulansari & Sujanto (1997, hlm. 110
dalam Warsah & Daheri, 2021, hlm. 183), membuat tiga asumsi dasar dalam behaviorisme, yakni
sebagai berikut.
1. Perilaku itu terjadi menurut hukum (behavior can be controlled). Organisme yang berperan dan
berpikir, Skinner tidak mencari penyebab perilaku dalam jiwa manusia dan menolak alasan-
alasan penjelasan dengan mengendalikan keadaan pikiran (mind) atau motif-motif internal.
2. Perilaku dan kepribadian manusia tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme psikis seperti id atau
ego. Perilaku yang dapat dijelaskan hanya berkenaan dengan kejadian atau situasi-situasi
anteseden yang dapat diamati.
3. Perilaku manusia tidak ditentukan oleh pilihan individual, Skinner menolak bahwa orang-orang
adalah perilaku-perilaku bebas yang menentukan nasibnya sendiri.
5.3.5. Formula Tingkah Laku
Skinner juga kurang sependapat dengan seorang tokoh sebelumnya yakni Edward Chance Tolman
(1886 – 1959) yang memberikan perumusan tingkah laku sebagai B = f(S,A), dimana B adalah behavior
(tingkah laku); f berarti fungsi; s berarti situasi; dan A berarti antecedent, yaitu hal-hal yang mendahului
suatu situasi.
Menurut Skinner, faktor A (antecedent) adalah faktor yang sangat bervariasi dan sukar ditetapkan secara
pasti. Faktor A ini sering dijadikan alasan bagi peneliti-peneliti yang tidak dapat menerangkan suatu
19. 19
tingkah laku. Dengan demikian, faktor A sering dijadikan tempat pelarian kalau peneliti itu menemui
jalan buntu dalam penelitiannya.
Skinner berpendapat bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh stimulus saja, tidak ada faktor
perantara lainnya. Dengan demikian, formulasi atau rumus Skinner untuk tingkah laku adalah:
B = f (S)
Suatu tingkah laku atau respon (R) tertentu akan timbul sebagai reaksi terhadap suatu stimulus tertentu
(S). Teori ini dikenal dengan nama Teori S-R.
5.3.6. Percobaan Perilaku Operant Skinner
Untuk menjelaskan teori S-R itu Skinner mengadakan sebuah percobaan yang disebut proses
kondisioning operant. Proses kondisioning operant (operant conditioning) sesungguhnya tidak jauh
berbeda dari proses kondisioning klasik dari Pavlov yang telah dijelaskan sebelumnya.
Uji coba yang dilakukan oleh Skinner adalah ia memasukkan seekor tikus ke dalam sebuah kotak yang
khusus dibuat untuk percobaan ini. Tikus itu akan bergerak ke sana kemari dan sekali-sekali secara
kebetulan ia akan menginjak sebuah alat penekan yang terdapat dalam kotak itu. Kemudian Skinner
memasukkan makanan (stimulus tak berkondisi).
Setiap kali tikus menginjak alat penekan, tikus akan melihat makanan dan makan makanan itu (respons
tak berkondisi). Kemudian setelah beberapa kali percobaan ini diulang, tikus akan tahu bahwa dengan
menekan alat ia akan bisa memperoleh makanan. Maka ia akan dengan sengaja menekan alat tiap kali ia
membutuhkan makanan.
Perbuatan menekan alat ini disebut tingkah laku operant, karena tikus itu sengaja melakukannya untuk
mengubah situasi (dari tidak ada makanan kepada ada makanan) untuk kepuasan dirinya sendiri. Adapun
makanan merupakan imbalan (reward) dari perbuatan menekan alat itu.
Pada tingkat yang lebih lanjut, Skinner hanya memberikan makanan kalau tikus menekan alat penekan
pada saat lampu dalam kotak menyala. Kalau lampu sedang tidak menyala, maka walaupun alat ditekan,
makanan tidak akan keluar. Maka tikus hanya akan menekan alat kalau lampu sedang menyala. Tikus
sekarang dapat membedakan bila ia boleh menekan alat dan bila ia tidak perlu menekan alat. Lampu
sekarang menjadi stimulus diskriminasi.
5.3.7. Relevansi Perilaku Operant dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam kehidupan sehari-hari, Skinner merasa telah mendapati banyak sekali tingkah laku operant.
Sebuah pesawat telepon misalnya, adalah sebuah stimulus operant. Orang tahu bahwa dengan
mengangkat telepon ia bisa berhubungan dengan tempat lain. Jika seseorang merasa tidak membutuhkan
berhubungan dengan orang lain, maka ia tidak akan menelpon. Sebaliknya, jika ia merasa butuh untuk
menghubungi orang lain, maka ia akan mengangkat telepon dan terjadilah tingkah laku operant. Kalau
bel telepon berbunyi, maka ini merupakan tanda bahwa ada orang yang akan bicara, maka ia perlu
20. 20
mengangkat telepon. Bel ini adalah stimulus diskriminasi, karena ia membedakan kapan telepon itu
harus diangkat.
5.4. Humanisme
Humanisme menjadi istilah yang seringkali digunakan dalam filsafat, pendidikan, dan literatur.
Namun, secara umum, kata ini berkenaan dengan pemahaman manusia terhadap eksistensi dirinya dalam
hubungan kemanusiaan dengan orang lain dalam sebuah komunitas.
Pemaknaan humanisme dari masa ke masa pun berubah. Lantas, apa sebetulnya pengertian dari
humanisme. Bagaimana sejarahnya?
5.4.1. Pengertian Humanisme
Humanisme berasal dari kata homo yang berarti manusia dan memiliki arti manusiawi atau sesuai
dengan kodrat manusia. Secara terminologis, humanisme berarti martabat dan nilai dari setiap manusia
dan semua upaya untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan non alamiahnya secara penuh.
Sementara itu menurut KBBI, humanisme berarti aliran atau pemikiran yang bertujuan untuk
menghidupkan rasa peri kemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa humanisme adalah pemikiran yang menganggap bahwa manusia
adalah subjek utama dalam kehidupan. Hal itu dilakukan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan serta meningkatkan segala kemampuan yang dimiliki untuk mencapai hidup yang lebih
baik.
5.4.2. Sejarah Humanisme
Pemahaman humanisme berubah dari masa ke masa. Berawal dari manusia yang dipandang hanya
sebagai makhluk kodrati, lalu berubah menjadi kodrati, adikodrati imanen dan transenden, hingga
menekankan moralitas dan lain sebagainya.
5.4.3. Masa Yunani Klasik
Pada masa Yunani Klasik, humanisme berwujud dalam paideia, yaitu suatu sistem pendidikan Yunani
Klasik yang bertujuan untuk menerjemahkan visi tentang manusia ideal. Mengutip etheses IAIN
Ponorogo, Paideia atau 'seni mendidik' dalam Yunani Klasik seringkali dipandang sebagai tonggak awal
sebuah sejarah peradaban melalui pendidikan atau kesadaran intelektual manusia. Pada intinya, di masa
ini, manusia dipandang semata-mata makhluk kodrati.
5.4.5. Abad Pertengahan
Kemudian, pada abad pertengahan, perspektif Yunani Klasik atas manusia mendapat pembaruan dari
paham Kristiani. Hal tersebut terjadi terutama saat St. Agustinus memandang bahwa manusia tidak
sekedar makhluk kodrati, tapi juga makhluk adikodrati, imanen dan transenden.
Mengutip repositori UIN Jakarta, citra manusia yang awalnya sebagai faber mundi (pekerja atau pencipta
dunianya sendiri), berkembang menjadi imago dei (makhluk ilahi, citra Tuhan). Namun, secara umum,
21. 21
dia hanya berangkat dari pertimbangan kodrati manusia, seperti manusia harus menjadi manusia yang
baik.
5.4.6. Masa Renaissans
Munculnya humanisme Renaissans pada abad ke 14 sampai 16 lebih menekankan moralitas yang
berpusat pada keyakinan atas martabat manusia, nilai hidup aktif di dunia, dan kehendak bebas untuk
bertindak. Manusia mempunyai kapasitas untuk menentukan dan mengarahkan tujuan hidupnya sendiri.
Abad ke-17 dan 18
Kemudian, humanisme abad pencerahan pada abad ke 17 dan 18 menjadi jauh dari agama, bahkan
kadang terasa lebih dekat dengan atheisme. Dalam pemahaman ini, kekuatan akal budi dan ilmu menjadi
hal yang utama dalam hidup manusia. Kemanusiaan yang agung dan perkembangannya menjadi makna
tertinggi dari sejarah.
5.4.7. Abad ke-19 dan Seterusnya
Pada abad ke-19, humanisme harus berhadapan dengan revolusi industri dan perkembangan pesat
ilmu pengetahuan seperti fisika, biologi, politik, sosiologi, dan ekonomi. Selanjutnya, pada abad ke 20,
kekuatan humanisme semakin terpuruk dengan adanya perang dunia I dan II serta peristiwa kekejaman
nazi.
Kala itu, martabat manusia diinjak-injak, keagungannya dirobek-robek. Manusia tidak berarti lagi. Pada
tahap berikutnya, pemikiran tentang humanisme terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu humanisme
keagamaan dan sekuler.
Humanisme keagamaan berakar dari tradisi Renaisans-Pencerahan. Pemikiran tersebut diikuti banyak
seniman, umat Kristen garis tengah, dan para cendekiawan. Sementara aliran humanisme sekuler
mencerminkan bangkitnya globalisme, teknologi, dan jatuhnya kekuasaan agama.
Dalam hal ini, dapat diketahui humanisme merupakan aliran kefilsafatan yang menempatkan manusia
sebagai subjek penting. Manusia diberi kebebasan untuk bisa mengembangkan segala kemampuan dan
potensi yang dimiliki serta mengingatkan kembali akan eksistensi, kedudukan, serta tanggung jawab
dalam hidupnya.
22. 22
6. Struktur Kepribadian Sigmund Freud
Gambar 6. Struktur kepribadian Sigmund Freud.
6.1. Id
• Frued mendeskripsikan Ide sebagai “prinsip kesenangan” dan “pemikiran proses utama”.
• Ide adalah kualitas paling bawah dari manusia yang mewakili keinginan fisiologisnya.
• Ide merupakan struktur yang sebagiannya terletak pada sadar dan sebagiannya lagi pada tidak sadar.
• Ide merupakan sumber semua energi psikis karena itulah Ide merupakan bagian yang penting dalam
kepribadian.
23. 23
Gambar 7. The Ego
Contoh Ide
“Bila seseorang merasa lapar, maka Ide mendorongnya untuk mendapatkan makanan yang akan
memenuhi kebutuhannya saat itu sebagai jalan mengatasi kecemasan dan ketegangan yang diakibatkan
oleh rasa lapar tersebut. Maka, dengan mengatasi rasa lapar, maka akan dapat memenuhi keinginan
sampai Ide terpuaskan”.
6.2. Ego
• Freud menyebut ego sebagai “pemikiran proses kedua”
• Ego menggunakan “prinsip realitas”, hal itu adalah proses rasionalisasi.
• Seseorang yang didominasi oleh egonya memandang segala hal penuh dengan perhitungan sehingga
ia memperhitungkan dan mengkalkulasi segala hal secara logis.
• Ego berperan penting dalam memastikan dorongan Ide yang dapat diekspresikan dengan cara yang
dapat diterima dalam dunia nyata.
• Ego bekerja pada proses berpikir yang rasional dan realitas yang membawa pada problem solving.
• Jika suatu rencana tidak berjalan lancar, Ego akan mengajak seseorang untuk berpikir dan mencari
solusi lainnya.
• Tindakan ini dinamakan reality testing yang membawa seseorang mampu mengontrol impuls-
impuls yang memperhatikan kontrol diri dengan menguasai Ego.
Contoh Ego
“Seseorang yang ingin memakan coklat, bila seseorang tersebut didominasi oleh Id, maka dia akan
memakan coklat sebanyak yang diinginkan, namun bila Egonya lebih mendominasinya, maka dia hanya
akan memakan sekeping coklat saja dengan berbagai pertimbangan logis.
6.3. Super Ego
• Seseorang yang bersikap penuh dengan pertimbangan moral yang selalu menjadikan moralitas
sebagai dasar dan acuan dalam segala perilakunya.
• Super ego merupakan sensor moral terhadap Ego yang merupakan kontrol diri, biasanya mewakili
ideologi keluarga (pendidikan keluarga).
• Super ego dapat menjadi pedoman dalam menilai baik dan buruk (benar-salah).
• Super ego berperan sebagai acuan moralitas dan nilai-nilai yang digunakan oleh Ego untuk
bertindak dan mengambil keputusan.
Contoh Super Ego
Seseorang terjebak macet saat pulang kerja. Ia hanya ingin motornya bergerak. Namun bila ia
memaksakan motornya maju, ia akan menyenggol motor yang berada di depannya dan dapat
mematahkan spion kendaraan di depannya. Maka bila dia memutuskan untuk tidak memaksakan
menyalip kendaraan di depannya, disaat itu Superego menuntunnya mengambil keputusan itu.
24. 24
7. Manfaat Mempelajari Kepribadian (personality)
Gambar 8. Manfaat mempelajari kepribadian (personality)
• Memberikan pemahaman dalam berinteraksi antar individu yang berbeda karakter.
• Memberikan kemudahan dalam berinteraksi dalam kelompok yang memiliki bayak perbedaan
karakter.
• Memberikan kemudahan dalam memahami kepribadian seseorang.
• Menumbuhkan dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi.
Referensi
[1] Muhammad Nur Ichsan, S. M. (2024, April 05). Estetika Humanisme Materi Perkuliahan #2.
Diambil kembali dari Edlink UNSIA: https://edlink.id/panel/classes/736136. Diakses Pada Tanggal 05
April 2024.
[2] Revita, T. (2022, Desember 7). Kognitif Adalah: Pengertian, Jenis, Fungsi dan Perkembangannya.
Diambil kembali dari Daily Social: https://dailysocial.id/post/kognitif-adalah#. Diakses pada tanggal
12 April 2024.
[3] Nouval, S. (t.thn.). Teori Psikoanalisis, Ini penjelasan lengkapnya. Diambil kembali dari
Gramedia.com: https://www.gramedia.com/literasi/teori-psikoanalisis/. Diakses pada tanggal 12
April 2024.
[4] Geograf. (2023, November 04). Pengertian Kebiasaan: Definisi dan Penjelasan Lengkap Menurut
Ahli. Diambil kembali dari Geograf.id: https://geograf.id/jelaskan/pengertian-kebiasaan/. Diakses
pada tanggal 12 April 2024.
25. 25
[5] Bella, d. A. (2023, Mei 5). Temperamen Adalah Sifat Batin, Bedakan dengan Temperamental.
Diambil kembali dari Alodokter: https://www.alodokter.com/temperamen-adalah-sifat-batin-
bedakan-dengan-temperamental. Diakses pada tanggal 12 April 2024.
[6] Thabroni, G. (2022, Juni 22). Behaviorisme: Pengertian, Perkembangan, Tokoh & Eksperimennya.
Diambil kembali dari https://serupa.id/behaviorisme-pengertian-perkembangan-tokoh-
eksperimennya/. Diakses pada tanggal 13 April 2024.
[7] Maktub, D. A. (2021, Maret 29). Estetika Humanisme Personal Studies. Diambil kembali dari Unsia
Online Learning : https://www.youtube.com/watch?v=sAIGblWnmtY. Diakses pada tanggal 13
April 2024.
Link Video
https://www.youtube.com/watch?v=sAIGblWnmtY
Link File